BAB III ISUE STRATEGIS 2016

(1)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 1

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS

BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Sosial

Pembangunan ketenagakerjaan berkaitan erat dengan kondisi penduduk usia kerja, angkatan kerja dan ketersediaan lapangan kerja, serta menyangkut dimensi ekonomi dan sosial. Permasalahan yang dihadapi tidak saja berpengaruh pada diri pribadi, namun berimbas sampai ke terhambatnya pencapaian tujuan nasionoal. Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka menempatkan tenaga kerja pada kondisi yang lebih mapan baik secara ekonomi maupun sosial. Sesuai dengan Undang-undang nomor 13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, pembangunan ketenagakerjaan memiliki tujuan untuk :

a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;

b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.

c. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan

d. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

Sejalan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya, juga menjadi bagian dari upaya mengatasi permasalahan sosial. Bertambahnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dengan permasalahan sosial yang semakin komplek, membutuhkan penanganan yang lebih intensif. PMKS diartikan sebagai seseorang, keluarga atau kelompok yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar.


(2)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 2 Berdasarkan Undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Penyelenggaraan kesejahteraan berupa pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

3.1.1.

Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian

Pembangunan ketenagakerjaan terkait dengan kondisi penduduk usia kerja, angkatan kerja dan ketersediaan lapangan kerja, serta menyangkut dimensi ekonomi dan sosial. Permasalahan yang dihadapi antara lain :

1) Perluasan lapangan kerja belum sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja;

2) Kualitas dan daya saing calon tenaga kerja belum sesuai kebutuhan pasar; (kondisi tenaga kerja : siap pakai, tidak siap kerja dan tidak siap pakai, siap kerja)

3) Sebaran lokasi perusahaan dan serapan tenaga kerja yang tidak merata;

4) Masih berkembangnya “local minded” pada sebagian pencari kerja, sehingga kurang tertarik untuk bekerja di luar daerah.

5) Belum optimalnya pemanfaatan media komunikasi untuk mempertemukan penawaran dan permintaan tenaga kerja. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan transmigrasi antara lain :

1) Program transmigrasi masih sepenuhnya tergantung dari kebijakan pemerintah pusat;

2) Animo masyarakat untuk bertransmigrasi tinggi pada lokasi tertentu

3) Keinginan calon transmigran terhadap lokasi penempatan dari pemerintah tidak sesuai.

4) Kesiapan dan legalitas lahan tidak sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama Antar Daerah.


(3)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 3

3.1.2.

Kesejahteraan Sosial

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan kesejahteraan sosial antara lain :

1) Meningkatnya penyandang masalah kesejahteraan sosial yang semakin komplek;

2) Terbatasnya aksesibilitas untuk produktivitas dan

kemandirian penyandang disabilitas;

3) Keterbatasan disabilitas dalam mengakses pelayanan publik; 4) Penyediaan fasilitas umum bagi disabilitas belum optimal; 5) Sebagian besar kapasitas lembaga kesejahteraan sosial

kurang profesional;

6) Keterbatasan SDM dan profesionalisme petugas sosial dalam penanganan PMKS;

3.1.3.

Penyelenggaraan Pelatihan

Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kerja, antara lain :

1) Pemahaman masyarakat terhadap jenis kejuruan dan peluang kerja masih rendah

2) Kejuruan yang ada belum semuanya memiliki Standart Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

3) Instruktur yang ada belum semuanya mempunyai sertifikat uji kompetensi (assesor).

4) Keterbatasan SDM kepelatihan dan instruktur.

5) Sebagian alat peraga pelatihan sudah tidak sesuai dengan perkembangan pasar kerja dan industri

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian


(4)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 4 sumber daya yang ada. Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga harus menjawab permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang harus diselesaikan dalam jangka menengah serta sejalan dengan visi dan arah pembangunan jangka panjang daerah.

Dengan mempertimbangkan kondisi daerah, permasalahan pembangunan, tantangan yang dihadapi serta isu-isu strategis, dirumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah. Visi Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021.

“Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih Sejahtera, Mandiri, Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju

smart regency pada tahun 2021"

Masyarakat Sleman yang sejahtera mengandung arti bahwa pembangunan di Kabupaten Sleman mengarah pada terwujudnya Suatu keadaan di mana masyarakat terpenuhi kebutuhan dasarnya, baik kebutuhan lahir maupun batin, secara merata. Beberapa indikator untuk mengukur pencapaian sejahtera adalah Indeks Pembangunan Manusia, menurunnya ketimpangan ekonomi, menurunnya angka kemiskinan, meningkatnya kualitas lingkungan hidup, dan pertumbuhan ekonomi.

Masyarakat mandiri merupakan Suatu keadaan di mana Pemerintah Kabupaten Sleman memiliki kemampuan mendayagunakan potensi lokal dan sumber daya yang ada, memiliki ketahanan terhadap dinamika yang berlangsung serta kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang ada di sekitarnya sehingga mampu mencari solusi dan mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang berlangsung serta kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang ada di sekitarnya sehingga mampu mencari solusi dan mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimilikinya. Beberapa indikator untuk mengukur pencapaian kemandirian adalah meningkatnya daya saing daerah, meningkatnya kontribusi sektor lokal ekonomi daerah.

Berbudaya berarti suatu keadaan di mana di dalam masyarakat tertanam dan terbina nilai-nilai tatanan dan norma yang luhur tanpa


(5)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 5 meninggalkan warisan budaya dan seni. Terintegrasinya sistem e-Govt, bahwa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat diperlukan sistem pelayanan yang lebih baik yang merupakan paduan sistem regulasi, kebijakan, sikap dan perilaku, yang didukung dengan teknologi informasi yang modern yang mampu memberikan respon dan efektivitas yang tinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan tata kelola Pemerintahan yang baik dalam rangka menuju

Smart Regency.

Terintegrasinya sistem e-Govt, bahwa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat diperlukan sistem pelayanan yang lebih baik yang merupakan paduan sistem regulasi, kebijakan, sikap dan perilaku, yang didukung dengan teknologi informasi yang modern yang mampu memberikan respon dan efektivitas yang tinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan tata kelola Pemerintahan yang baik dalam rangka menuju Smart Regency.

Misi merupakan penjabarkan dari visi dan disusun dalam rangka mengimplementasikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mewujudkan visi tersebut. Rumusan misi merupakan penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Rumusan misi disusun untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi.

1. Misi 1 : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi yang responsif dan penerapan e-govt yang terintegrasi dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.

Misi ini dimaksudkan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang efektif, dengan cara peningkatan kualitas birokrasi menjadi birokrasi yang profesional sehingga bisa menjadi pelayanan masayarakat. Disamping kemampuan aparat, pelayanan masyarakat juga didukung oleh pemanfaatan teknologi informasi yang terintegrasi yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Peningkatan kualitas birokrasi harus sejalan dengan keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi dan kepuasan terhadap layanan aparat birokrasi dalam rangka menuju good governance.


(6)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 6 2. Misi 2 : Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan

yang berkualitas dan menjangkau bagi semua lapisan masyarakat

Misi ini dimaksudkan untuk mewujudkan peningkatan pelayanan pendidikan baik dari sisi tenaga pendidik maupun prasarana, sarana penunjang pendidikan dan peningkatan manajeman pendidikan sesuai standar. Di bidang kesehatan, dengan layanan kesehatan yang sudah terakreditasi diharapkan kualitas layanan kesehatan masyarakat dapat lebih baik. Peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan diharapkan dapat memenuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan dan tentu saja terjangkau bagi seluruh masyarakat Kabupaten Sleman.

3.Misi 3 : Meningkatkan penguatan sistem ekonomi kerakyatan, aksesibilitas dan kemampuan ekonomi rakyat, serta penanggulangan kemiskinan

Misi ini dimaksudkan untuk memberikan dukungan dan pendampingan yang terus menerus kepada masyarakat dalam penguatan sistem ekonomi kerakyatan yang berbasis kekuatan lokal, peningkatan infrastruktur dan prasarana perekonomian dan peningkatan akses bagi masyarakat agar lebih mudah berusaha, sehingga kemampuan ekonomi rakyat lebih berkembang dan semakin kuat. Disisi lainnya penanggulangan kemiskinan dilanjutkan secara konsisten dengan berbagai program yang bersinergi.

4. Misi 4 : Memantapkan dan meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya alam, penataan ruang, lingkungan hidup dan kenyamanan

Misi ini dimaksudkan untuk mengelola infrastruktur khususnya untuk mewujudkan penguatan sistem ekonomi kerakyatan dan meningkatkan kenyamanan masyarakat dengan tidak meninggalkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, sehingga perlu adanya formulasi penataan ruang yang baik agar sinergi antara berbagai aspek dengan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan yang terbatas, sehingga memungkinkan masyarakat untuk hidup lebih sehat produktif dan nyaman


(7)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 7 3.2. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Propinsi

3.2.1. Telaahan Renstra Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Sosial dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Kementerian Sosial

Pada hakekatnya pembangunan di bidang ketenagakerjaan, sosial dan ketransmigrasian yang berwawasan lingkungan bersih (green job), serta berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penciptaan kesempatan kerja, pembangunan kawasan serta pengembangan ekonomi lokal daerah. Oleh karena itu berbagai kebijakan meningkatkan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan dalam rangka meningkatkan daya saing daerah.

Sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ketenagakerjaan dan sosial bermuara pada peningkatan kesejahteran masyarakat. Pembangunan ketenagakerjaan dapat diartikan sebagai upaya pemerintah untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan. Sementara pembangunan bidang sosial merupakan upaya mengentaskan masyarakat dari kondisi kesejahteraan yang belum bisa dikatakan baik.

Tabel 3.1

Permasalahan Pelayanan SKPD Kabuapeten Berdasarkan Sasaran RenstraK/L beserta Penghambat dan Pendorong Keberhasilan

Penanganannya

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra

K/L

Permasalahan Pelayanan SKPD

Kabupaten

Sebagai Faktor

Penghambat Pendorong

A. Kementerian Tenaga

Kerja

1. Peningkatan

kompetensi dan produktivitas tenaga kerja

1. Kejuruan yang ada belum semuanya memiliki standar kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) 2.Keterbatasan

SDM

kepelatihan dan instruktur 3.Sebagian alat

peraga pelatihan

Kualitas dan daya saing calon tenaga kerja yang belum sesuai kebutuhan pasar

Jumlah

angkatan kerja yang

berpendidikan menengah ke atas relatif tinggi


(8)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 8 sudah tidak

sesuai dengan perkembangan pasar kerja dan industri

2. Peningkatan

kualitas pelayanan penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja Belum optimalnya pemanfaatan media komunikasi untuk mempertemukan penawaran dan permintaan tenaga kerja Perluasan kesempatan kerja belum sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja Informasi lowongan dan kesempatan kerja dapat diakses dengan mudah

3. Penciptaan

hubungan industrial yang harmonis dan memperbaiki iklim ketenagakerjaan Terbatasnya jumlah aparatur ketenagakerjaan yang belum mampu mengimbangi perkembangan jumlah perusahaan maupun permasalahannya. Masih adanya sebagian perusahaan yang belum menyusun Perjanjian Kerja Bersama. 1.Keberadaan perangkat hubungan industrial berupa Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit dan LKS Tripartit. 2.Perusahaan yang memberikan perlindungan tenaga kerja melalui program BPJS semakin meningkat.

B. Kementerian Sosial

1. Berkontribusi

menurunkan jumlah fakir miskin,

kelompok rentan dan PMKS lainnya sebesar 1 persen pada tahun 2019

1. Penyediaan fasilitas umum bagi penyandang disabilitas belum optimal

2. Masih adanya perbedaan data terkait dengan jumlah fakir miskin Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang masih relatif besar dengan permasalahan yang semakin komplek. Penanganan fakir miskin, kelompok rentan dan PMKS lainnya dilaksanakan terpadu yang melibatkan dinas terkait lainnya.

2. Meningkatkan

kapasitas SDM dan Lembaga Kesejahteraan Sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial Terbatasnya sumberdaya pelaksana kegiatan Masih adanya lembaga kesejahteraan sosial yang belum profesional Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial berperan aktif dalam penanganan PMKS.


(9)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 9

C. Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

1. Terbangunnya 279

kawasan untuk mendukung redistribusi lahan terkait program reforma agraria, dan berkembangnya 72 Satuan Permukiman (SP) menjadi pusat Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) yang merupakan pusat pengolahan hasil pertanian/perikanan dan mendukung sasaran kemandirian pangan nasional. 1.Terbatasnya sumberdaya pelaksana kegiatan.

2.Kesiapanan dan

legalitas lahan tidak sesuai dengan Perjanjian Kerjasama Antar Daerah.

1. Program transmigrasi masih sepenuhnya tergantung dari kebijakan pemerintah pusat 2. Animo

masyarakat untuk bertransmigr asi tinggi pada lokasi tertentu Animo masyarakat untuk bertransmigrasi relatif tinggi

2. Berkembangnya 48

Kawasan Perkotaan Baru (KPB) menjadi kota-kota kecil yang berfungsi sebagai pusat industri pengolahan sekunder dan perdagangan serta sebagai pusat pelayanan kawasan transmigrasi.

3.2.2. Telaahan Renstra Dinas Tenaga Kerja dan dan Dinas Sosial DIY

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY dalam Rencana Strategis 2012-2017 menetapkan visi “Terwujudnya Tenga Kerja dan calon transmigran yang berkarakter, berdaya saing, mandiri, produktif, dan terlindungi‟ dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Guna mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan misi sebagai berikut : a. Mewujudkan tenaga yang berkualitas dan berdaya saing; b. Menurunkan jumlah pengangguran

c. Meningkatkan perlindungan dan pengawasan ketenagakerjaan d. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan trasnmigrasi.


(10)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 10 Sejalan dengan upaya mewujudkan visi, misi Kemenakertrans yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY adalah :

a. Meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja dan masyarakat transmigrasi;

b. Memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerjha di dalam dan di luar negeri;

c. Meningkatkan pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja;

d. Meningkatkan perlindungan ketenagakerjaan;

e. Membangun kawasan serta memfasilitasi perpindahan dan penempatan transmigrsigrasi.

Sejalan dengan visi misi Kementerian Sosial dan tinjauan terhadap RPJMD DIY 2012-2017 bidang sosial, Rencana Strategis Kementerian Sosial, maka ditetapkan Visi Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut : „Penggerak dan Penyelenggara Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial yang Profesional guna Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera, Mandiri, Berkarakter, dan Berbudaya‟. Untuk mewujudkan Visi Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, maka misi yang akan dijalankan adalah :

1. Menyelenggarakan perlindungan sosial, bantuan dan jaminan sosial, serta rehabilitasi sosial;

2. Menanggulangi kemiskinan dengan melakukan pengembangan dan pemberdayaan sosial;

3. Mengembangkan partisipasi masyarakat, lembaga atau organisasi sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

4. Mengembangkan dan memperkuat nilai-nilai keperintisan, kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial.

Dinas Sosial juga akan menjadi pengelenggara pembangunan kesejahteraan sosial dengan melaksanakan program pelayanan dan rehabilitasi sosial, perlindungan, bantuan dan jaminan sosial serta pemberdayaan dan pengembangan partisipasi sosial masyarakat. Dalam menjalankan perannya sebagai penyelenggara, Dinas Sosial mengedepankan partisipasi penuh dari masyarakat dan menjalin kemitraan strategis dengan lembaga –lembaga pelayanan lainnya.


(11)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 11 Masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang terpenuhi kebutuhan hidupnya baik material, spiritual maupun sosialnya. Masyarakat yang sejahtera adalah juga masyarakat yang dapat hidup layak, bermartabat dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang mampu menggali dan memanfaatkan potensi dan kekuatan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhannya, mempunyai ketrampilan dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan, menghadapi tantangan serta memberi kontribusi kepada kemajuan masyarakat dan peradaban bangsa. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan.

Masyarakat yang berkarakter adalah masyarakat yang mempunyai kualitas moral, filosofi, nilai-nilai dan jiwa yang menghargai harkat dan martabat manusia. kualitas moral yang dimiliki masyarakat yang berkarakter adalah moral yang inklusif, tidak mendiskriminasi, mempunyai kepedulian, empathi dan kesetiakawanan sosial yang tinggi, menjaga harmoni, menerima perbedaan, mengutamakan dialog dan mencegah tindakan kekerasan.

Masyarakat yang berbudaya adalah masyarakat yang mampu mengenali, menggali dan mengggunakan budaya lokal sebagai landasan berpijak dalam membangun kehidupan masyararakat dan peradaban. Masyarakat yang berbudaya adalah juga masyarakat yang mempunyai ketahanan yang tinggi dalam mendialogkan budaya lokal dengan budaya kontemporer, sehingga kearifan lokal tetap terjaga dan semakin berkembang seriing dengan perubahan jaman dan perkembangan peradaban baru.

3.4.Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah

Penataan ruang wilayah Kabupaten Sleman bertujuan untuk mengembangkan struktur dan pola ruang Kabupaten Sleman agar mampu mendukung perkembangan pariwisata, pendidikan, pertanian, industri kecil dan menengah, serta sebagai tempat hunian yang nyaman dalam rangka mewujudkan masyarakat Sleman yang sejahtera,


(12)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 12 demokratis, dan berdaya saing dengan tetap menjaga kelestarian fungsi lingkungan.

Berkaitan dengan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam bidang sosial mengarah pada rekomendasi pelaksanaan program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata dan program peningkatan sarana dan prasarana olah raga.

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah. Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dan menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD.

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan pelayanan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial dan telaahan terhadap Renstra Kementerian, Renstra Dinas Propinsi, Rencana Tata Ruang, FGD maka dapat diidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi sebagai berikut :

a. Angka pengangguran di Kabupaten Sleman masih relatif tinggi yaitu 6,12% atau 34.859 orang dari jumlah angkatan kerja sebesar 569.584 orang pada tahun 2015.

b. Angkatan kerja didominasi mereka yang berpendidikan SLTA yang rata-rata belum siap pakai atau belum siap kerja.

c. Pemanfaatan media teknologi informasi dalam penempatan tenaga kerja.

d. Perkembangan jumlah perusahaan.

e. Perlindungan tenaga kerja dan penegakan norma ketenagakerjaan.

f. Animo masyarakat untuk bertransmigrasi tinggi hanya pada lokasi tertentu.

g. Minat peserta pelatihan pada jenis kejuruan tertentu tanpa mempertimbangkan peluang pasar kerja.

h. Jumlah instruktur terbatas dan belum semuanya mempunyai sertifikat uji kompetensi

i. Masih tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Sleman dengan jumlah penerima raskin 60.485 RTS PM.

j. Masih tingginya angka Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dengan permasalahan yang semakin komplek.


(13)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 13 k. Sebagian besar penyandang disabilitas masih mengalami

hambatan untuk memcapai kehidupan yang sejahtera dan mandiri.

l. Wilayah Kabupaten Sleman rentan terhadap bencana alam, baik itu bencana letusan Gunung Merapi, tanah longsor, gempa bumi, banjir lahar dingin, angin ribut maupun bencana kekeringan. m. Peran serta lembaga kesejahteraan sosial dalam penanganan


(1)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 8 sudah tidak

sesuai dengan perkembangan pasar kerja dan industri

2. Peningkatan kualitas pelayanan penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja Belum optimalnya pemanfaatan media komunikasi untuk mempertemukan penawaran dan permintaan tenaga kerja Perluasan kesempatan kerja belum sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja Informasi lowongan dan kesempatan kerja dapat diakses dengan mudah

3. Penciptaan

hubungan industrial yang harmonis dan memperbaiki iklim ketenagakerjaan Terbatasnya jumlah aparatur ketenagakerjaan yang belum mampu mengimbangi perkembangan jumlah perusahaan maupun permasalahannya. Masih adanya sebagian perusahaan yang belum menyusun Perjanjian Kerja Bersama. 1. Keberadaan perangkat hubungan industrial berupa Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit dan LKS Tripartit. 2. Perusahaan yang memberikan perlindungan tenaga kerja melalui program BPJS semakin meningkat. B. Kementerian Sosial

1. Berkontribusi

menurunkan jumlah fakir miskin,

kelompok rentan dan PMKS lainnya sebesar 1 persen pada tahun 2019

1. Penyediaan fasilitas umum bagi penyandang disabilitas belum optimal

2. Masih adanya perbedaan data terkait dengan jumlah fakir miskin Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang masih relatif besar dengan permasalahan yang semakin komplek. Penanganan fakir miskin, kelompok rentan dan PMKS lainnya dilaksanakan terpadu yang melibatkan dinas terkait lainnya. 2. Meningkatkan

kapasitas SDM dan Lembaga Kesejahteraan Sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial Terbatasnya sumberdaya pelaksana kegiatan Masih adanya lembaga kesejahteraan sosial yang belum profesional Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial berperan aktif dalam penanganan PMKS.


(2)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 9 C. Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 1. Terbangunnya 279

kawasan untuk mendukung redistribusi lahan terkait program reforma agraria, dan berkembangnya 72 Satuan Permukiman (SP) menjadi pusat Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) yang

merupakan pusat pengolahan hasil pertanian/perikanan dan mendukung sasaran

kemandirian pangan nasional.

1. Terbatasnya sumberdaya pelaksana kegiatan. 2. Kesiapanan dan

legalitas lahan tidak sesuai dengan Perjanjian Kerjasama Antar Daerah.

1. Program transmigrasi masih sepenuhnya tergantung dari

kebijakan pemerintah pusat 2. Animo

masyarakat untuk bertransmigr asi tinggi pada lokasi tertentu

Animo masyarakat untuk

bertransmigrasi relatif tinggi

2. Berkembangnya 48 Kawasan Perkotaan Baru (KPB) menjadi kota-kota kecil yang berfungsi sebagai pusat industri pengolahan sekunder dan perdagangan serta sebagai pusat pelayanan kawasan transmigrasi.

3.2.2. Telaahan Renstra Dinas Tenaga Kerja dan dan Dinas Sosial DIY

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY dalam Rencana

Strategis 2012-2017 menetapkan visi “Terwujudnya Tenga Kerja

dan calon transmigran yang berkarakter, berdaya saing, mandiri,

produktif, dan terlindungi‟ dalam upaya mengatasi berbagai

permasalahan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Guna mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan misi sebagai berikut :

a. Mewujudkan tenaga yang berkualitas dan berdaya saing;

b. Menurunkan jumlah pengangguran

c. Meningkatkan perlindungan dan pengawasan ketenagakerjaan


(3)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 10

Sejalan dengan upaya mewujudkan visi, misi Kemenakertrans yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY adalah :

a. Meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja dan

masyarakat transmigrasi;

b. Memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pelayanan

penempatan dan perlindungan tenaga kerjha di dalam dan di luar negeri;

c. Meningkatkan pembinaan hubungan industrial dan jaminan

sosial tenaga kerja;

d. Meningkatkan perlindungan ketenagakerjaan;

e. Membangun kawasan serta memfasilitasi perpindahan dan

penempatan transmigrsigrasi.

Sejalan dengan visi misi Kementerian Sosial dan tinjauan terhadap RPJMD DIY 2012-2017 bidang sosial, Rencana Strategis Kementerian Sosial, maka ditetapkan Visi Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta

sebagai berikut : „Penggerak dan Penyelenggara Pembangunan Bidang

Kesejahteraan Sosial yang Profesional guna Mewujudkan Masyarakat

yang Sejahtera, Mandiri, Berkarakter, dan Berbudaya‟. Untuk

mewujudkan Visi Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, maka misi yang akan dijalankan adalah :

1. Menyelenggarakan perlindungan sosial, bantuan dan jaminan

sosial, serta rehabilitasi sosial;

2. Menanggulangi kemiskinan dengan melakukan pengembangan

dan pemberdayaan sosial;

3. Mengembangkan partisipasi masyarakat, lembaga atau organisasi

sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

4. Mengembangkan dan memperkuat nilai-nilai keperintisan,

kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial.

Dinas Sosial juga akan menjadi pengelenggara pembangunan kesejahteraan sosial dengan melaksanakan program pelayanan dan rehabilitasi sosial, perlindungan, bantuan dan jaminan sosial serta pemberdayaan dan pengembangan partisipasi sosial masyarakat. Dalam menjalankan perannya sebagai penyelenggara, Dinas Sosial mengedepankan partisipasi penuh dari masyarakat dan menjalin


(4)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 11

Masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang terpenuhi kebutuhan hidupnya baik material, spiritual maupun sosialnya. Masyarakat yang sejahtera adalah juga masyarakat yang dapat hidup layak, bermartabat dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang mampu menggali dan memanfaatkan potensi dan kekuatan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhannya, mempunyai ketrampilan dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan, menghadapi tantangan serta memberi kontribusi kepada kemajuan masyarakat dan peradaban bangsa. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah tidak

bergantung sepenuhnya kepada pemerintah daerah dalam

menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan.

Masyarakat yang berkarakter adalah masyarakat yang mempunyai kualitas moral, filosofi, nilai-nilai dan jiwa yang menghargai harkat dan martabat manusia. kualitas moral yang dimiliki masyarakat yang berkarakter adalah moral yang inklusif, tidak mendiskriminasi, mempunyai kepedulian, empathi dan kesetiakawanan sosial yang tinggi, menjaga harmoni, menerima perbedaan, mengutamakan dialog dan mencegah tindakan kekerasan.

Masyarakat yang berbudaya adalah masyarakat yang mampu mengenali, menggali dan mengggunakan budaya lokal sebagai landasan berpijak dalam membangun kehidupan masyararakat dan peradaban. Masyarakat yang berbudaya adalah juga masyarakat yang mempunyai ketahanan yang tinggi dalam mendialogkan budaya lokal dengan budaya kontemporer, sehingga kearifan lokal tetap terjaga dan

semakin berkembang seriing dengan perubahan jaman dan

perkembangan peradaban baru.

3.4.Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah

Penataan ruang wilayah Kabupaten Sleman bertujuan untuk mengembangkan struktur dan pola ruang Kabupaten Sleman agar mampu mendukung perkembangan pariwisata, pendidikan, pertanian, industri kecil dan menengah, serta sebagai tempat hunian yang nyaman dalam rangka mewujudkan masyarakat Sleman yang sejahtera,


(5)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 12

demokratis, dan berdaya saing dengan tetap menjaga kelestarian fungsi lingkungan.

Berkaitan dengan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam bidang sosial mengarah pada rekomendasi pelaksanaan program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata dan program peningkatan sarana dan prasarana olah raga.

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah. Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dan menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD.

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan pelayanan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial dan telaahan terhadap Renstra Kementerian, Renstra Dinas Propinsi, Rencana Tata Ruang, FGD maka dapat diidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi sebagai berikut :

a. Angka pengangguran di Kabupaten Sleman masih relatif tinggi

yaitu 6,12% atau 34.859 orang dari jumlah angkatan kerja sebesar 569.584 orang pada tahun 2015.

b. Angkatan kerja didominasi mereka yang berpendidikan SLTA

yang rata-rata belum siap pakai atau belum siap kerja.

c. Pemanfaatan media teknologi informasi dalam penempatan

tenaga kerja.

d. Perkembangan jumlah perusahaan.

e. Perlindungan tenaga kerja dan penegakan norma

ketenagakerjaan.

f. Animo masyarakat untuk bertransmigrasi tinggi hanya pada

lokasi tertentu.

g. Minat peserta pelatihan pada jenis kejuruan tertentu tanpa

mempertimbangkan peluang pasar kerja.

h. Jumlah instruktur terbatas dan belum semuanya mempunyai

sertifikat uji kompetensi

i. Masih tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Sleman dengan

jumlah penerima raskin 60.485 RTS PM.

j. Masih tingginya angka Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial


(6)

Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial III - 13

k. Sebagian besar penyandang disabilitas masih mengalami

hambatan untuk memcapai kehidupan yang sejahtera dan mandiri.

l. Wilayah Kabupaten Sleman rentan terhadap bencana alam, baik

itu bencana letusan Gunung Merapi, tanah longsor, gempa bumi, banjir lahar dingin, angin ribut maupun bencana kekeringan.

m. Peran serta lembaga kesejahteraan sosial dalam penanganan