PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEAC

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI
1 KABANJAHE
TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Ditujukan untuk memenuhi tugas metodologi penelitian

Nama : Suci Lestari
NIM: 7123141139
Kelas: B Reguler

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20
tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketramilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.”
Dalam

meningkatkan

kualitas

pendidikan,

pemerintah

Indonesia


khususnya Kementrian pendidikan dan kebudayaan telah melakukan berbagai
usaha yaitu melalui peningkatan mutu guru, melakukan perubahan kurikulum,
serta peningkatan standar minimal nlai ujian nasional setiap tahunnya. Namun
sejauh ini pada kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih cenderung
rendah. Berdasarkan harian kompas (21 Desember 2009) “techers employment
and equity efficiency and quality improvement”, Rendahnya hasil belajar siswa
tidak terlepass dari kualitas kinerja guru dalam proses belajar mengajar yang
mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa dalam menerima dan
1

menguasai pelajaran secara optimal. Dengan harapan mampu melahirkan
generasi yang mandiri, kritis, kreatif, dan mampu menghadapi tantangan di era
globalisasi.
Pendidikan ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
pada SMA dan menjadi wahana dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
pemahaman, sikap dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.oleh karena itu
guru dituntut untuk dapat menyajikan materi pelajaran dengan baik dan
menyenangkan. Untuk itu diperlukan suatu penggunaan model pembelajaran
yang baru agar dapt menarik perhatian siswa dan tercipta suasana yang lebih
kondusif.

Selama ini kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di SMA Negeri 1
Kabanjahe kebanyakan guru cenderung menggunakan model pembelajaran
konvensional seperti ceramah, tanya jawab, latihan/tugas. Kegiatan belajar
mengajar terfokus pada guru dan sebagian besar waktu pelajaran digunakan siswa
untuk mendengar dan mencatat penjelasan guru dan pada saat guru membuat
kelompok diskusi hasil yang dicapai tidak memuaskan karena siswa dalam
kelompok tersebut tidak semuanya berperan aktif dalam menyelesaikan
permasalahan yang diberikan. Kebanyakan siswa pasih sementara kelas hanya
dikuasai sebagian siswa.
Pola pembelajaran seperti ini membuat siswa bosan dan berakibat pada
sulitnya siswa memahami pelajaran. Selain itu, siswa tidak diaktifkan untuk
saling bekerja sama dalam mempelajari kesulitan belajar.

2

Apabila

dibiarkan

terus


menerus

kualitas

belajar

siswa

akan

memprihatinkan dan hasil balajar siswa akan menjadi rendah. Agar para siswa
tertarik dan termotivasi untuk belajar dalam usaha meningkatkan keberhasilan
siswa, peneliti melihat bahwa model pembelajaran merupakan salah satu
komponen yang mendukung dalam hasil belajar. Untuk itu diperlukan satu model
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan bermanfaat bagi siswa yaitu
Quantum Learning.
Quantum adalah interaksi mengubah energi menjadi cahaya sedangkan
Quantum Teaching adaalah penggabungan belajar meriah dengan segala nuansa,
menyertakan interaksi perbedaan yang memaksimalkan momen belajar, berfokus

hubungan dinamis di lingkungan kelas, mendirikan landasan dan kerangka
belajar.

De Porter, (2010:38), menyatakan model pembelajaran quantum

teaching merupakan pembelajaran yang memperhatikan lingkungan belajar,
landasan yang kukuh, penggunaan alat bantu, dan rancangan belajar yang
dinamis.

Sebagai

salah

satu

modelpembelajaran,

Quantum

teaching


menginteraksikan segala komponen didalam kelas dan lingkungan sekolah untuk
dirancang sedemikia rupa sehingga semua berbicara dan bertujuan untuk
kepentingan siswa, agar siswa dapat mengembangan diri sesuai dengan IQ
(Intellegence Quotient), EQ (Emotional Quotient), SQ (Spiritual Quotient).
Model pembelajaran quantum teaching memiliki kerangka pembelajaran
yang dikenal sebagai TANDUR, “TANDUR merupakan akronim dari
tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan (De Porter,
2010:127). Terdapat beberapa alasan pemilihan model ini untuk mengatasi
3

rendahnya prestasi belajar Ekonomi. Pertama, memberikan kesempatan kepada
siswa mengaitkan pengalaman nyata dengan materi pembelajaran. Kedua, model
quantum teaching dapat menumbuhkan minat dan motivasi untuk belajar. Ketiga,
kegiatan pembelajaran menjadi lebih interaktif. Keempat, melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran (student centered) sehingga pembelajaran
menjadi lebih konstruktivistik. Kelima, dapat memberikan siswa rasa nyaman
dalam lingkungan belajarnya.
Quantum teaching merupakan gabungan bermacam-macam interaksi
yang mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.

Quantum teaching bersandar pada konsep bawalah dunia mereka ke dunia kita
dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Mencoba memasuki dunia yang dialami
oleh peserta didik merupakan langkah awal yang dilakukan guru dalam
pembelajaran. Langkah ini akan memudahkan guru memimpin, menuntun, dan
mengarahkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya belajar sehingga model
ini diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengangkat
judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi kelas XI IPS SMA NEGERI 1
KABANJAHE TP 2014/2015”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka identifikasi
masalah sebagai berikut:

4

1. Faktor apa yang menyebabkan minat belajar ekonomi siswa di SMA
Negeri 1 Kabanjahe rendah?
2. Bagaimana proses belajar mengajar yang di lakukan di SMA Negeri 1
Kabanjahe?

3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap
hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1
Kabanjahe?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran Quantum Teaching dan pengaruhnya
terhadap hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 1
Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2014/2015.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh model Quantum Teaching
terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kabanjahe
Tahun Pembelajaran 2014/2015”

1.5 Tujuan Penelitian

5

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang

signifikan model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar ekonomi
siswa pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran
2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dilakukan adalah:
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang penggunaan
model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar ekonomi
siswa pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kabanjahe Tahun
Pembelajaran 2014/2015.
2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah, guru khususnya guru ekonomi dalam
proses belajar mengajar dalam menerapkan model pembelajaran Quantum
Teaching di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa
3. Untuk menambah referensi bagi peneliti lain yang ingin melaksanakan

penelitian yang sama

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses pengembangan diri untuk lebih maju
sehingga mencapai prestasi atau hasil belajar yang lebih baik. Seseorang itu
belajar karena adanya interaksi dari lingkungan dalam rangka mengubah tingkah
laku. Pengertian belajar menurut Slameto (2003:2) adalah “suatu proses usaha

6

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan, perubahan-perubahan ini bersifat menetap dan berbekas”. Selanjutnya
Djamarah (2002:20) mengungkapkan “belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi lingkungannya”. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa belajar itu merupakan suatu usaha seseorang untuk
memperoleh perubahan baik dari tingkah laku, pengetahuan yang diperoleh
melalui interaksi dengan lingkungannya, sehingga perubahan tersebut bersifat
menetap.

Menurut Syah (2003:68)” secara umum belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif ”. belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif menetap
yang diperoleh sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dari lingkungannya.
Menurut Sabri (2007:31) Belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang, inilah yang merupakan sebagai inti
proses pembelajaran. Peruabahan tersebut bersifat internasional, positif-aktif, dan
efektif fungsional.

7

a. Perubahan internasional yaitu perubahan yang terjadi karena pengalaman
atau praktek yang dilakukan, proses belajar dengan sengaja dan didasari
bukan terjadi kebetulan.
b. Perubahan yang bersifat positif-aktif, perubahan bersifat positif yaitu
menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih baik dibandingkan sebelumnya,
sedangkan perubahan yang bersifat aktif yaitu perubahan yang terjadi
karena usaha yang dilakukan pelajar mungkin terjadi dengan sendirinya.
c. Perubahan yang bersifat efektif yaitu perubahan yang memberikan
pengaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun yang bersifat fungsional yaitu
perubahan yang relatif tetap serta dapat dimanfaatkan setiap kali
dibutuhkan.
Dari beberapa defenisi tentang pengertian belajar yang dikemukakan
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
seseorang yang relatif menetap yang terjadi karena adanya usaha atau keinginan
yang mencakup pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan sikap yang dapat
diamati. Proses belajar tampak lewat perilaku atau tindakan-tindakan yang
diberikan siswa pada saat belajar sebagai respon siswa terhadap guru.
Tujuan dari kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun meliputi segenap aspek tujuan
organisme atau pribadi. Belajar bukan menghapal informasi akan tetapi proses
berpikir untuk memecahkan suatu masalah, melalui proses ini diharapkan terjadi
pula perubahan secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual saja akan
tetapi sikap dan keterampilan, kemampuan akan berpikir lebih bermakna

8

dibandingkan dengan hanya menumpuk sejumlah fakta yang tidak dipahami
kebermaknaannya.

2.1.2 Hasil Belajar Ekonomi
2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil proses belajar yang dilihat dari evaluasi
belajar. Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan
kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, ketermpilan dan
sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang dan memungkinkan seseorang
melakukan sesuatu. Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Jenkins dan Unwin
(Uno, 2011: 17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah pernyataan yang
menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil dari
kegiatan belajarnya. Jadi hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar
yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu.
Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs (dalam
Taruh, 2003: 17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan
dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan
dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Hal ini senada
dengan Rasyid (2008: 9) yang berpendapat bahwa jika di tinjau dari segi proses
pengukurannya, kemampuan seseorang dapat dinyatakan dengan angka. Dengan
demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih dahulu
memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar
siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan

9

penguasaan kompetensi siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian
dikonversi dalam bentuk angka-angka.
Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran. Hasil
belajar itu melukiskan tingkat pencapaian siswa atas tujuan instruksional yang
ditetapkan dan tercermin dari kepribadian siswa berupa tingkah laku setelah
belajar mengajar. Penguasaan hasil belajar seseorang apat dilihat dari perilakunya,
baik perilaku penguasaan kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Hasil belajar dapat dilihat melalui evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil
belajar merupakan usaha mengukur pencapaian kegiatan yang mencerminkan
perubahan tingkah laku, kecakapan dan status belajar dalam menelaah materi
pelajaran dalam jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi mempunyai makna bagi
berbagai pihak yaitu semuakomponen dari proses pembelajaran terutama bagi
para peserta didik, pendidik, dan pengolah program. Pada dasarnya tujuan
melakukan evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan
dalam memberikan penilaian hasil pembelajaran.

2.1.2.2 Hasil Belajar Ekonomi
Menurut Deliarnov (2003:3) “Ekonomi adalah ilmu yang khusus
mempelajari tingkah laku manusia atau golongan masyarakat dalam usahanya
memenuhi kebutuhan yang relatif terbatas adanya”, sedangkan Nurhadi (2004:20)
menyatakan bahwa “Ekonomi adalah semua kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada”. Dari pengertian di atas

10

dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu tentang upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang tergabung dalam
pelajaran IPS. Hasil belajar ekonomi ini merupakan penilaian yang dicapai
seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang
diajarkan sudah dapat dimengerti siswa. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya
tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian ini
bertujuan untuk melihat hasil kemajuan siswa SMA NEGERI 1 KABANJAHE
TAHUN AJARAN 2014/2015 dalam penguasaan mata pelajaran Ekonomi dalam
pokok bahasan tertentu.
Jadi hasil belajar ekonomi adalah hasil maksimal dari suatu pekerjaan
atau kecakapan untuk menambah pengetahuan atau tingkat penguasaan yang
dicapai siswa setelah melalui proses belajar mengajar ekonomi di kelas.
2.1.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor yang datang dari
diri sendiri antara lain kematangan untuk belajar, dorongan untuk berprestasi dan
faktor yang berasal dari luar antara lain suasana tempat belajar, pelatihan, dan
pengetahuan.
Hasil belajar tidak terlepas dari konsep belajar karena objek dari hasil
belajar adalah materi yang dibahas dalam proses belajar. Dengan demikian faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar juga sama dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar.

11

Menurut Slameto (2010:54) faktor yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu itu sendiri yang
meliputi kecerdasan, cara belajar, motivasi, dan kesehatan jasmani.
2. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar
yang meliputi sekolah, peralatan belajar, dan lingkungan.

1. Faktor Internal
Mulyasa (2006: 160) “Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri
pribadi sendiri, yaitu faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan”.
Faktor jasmani merupakan aspek yang mencakup kondisi dan kesehatan jasmani
individu. Kondisi menyangkut daya kelengkapan dan daya kesehatan indera
penglihatan dan pendengaran. Apabila hal ini kurang baik maka hasil belajar akan
berpengaruh. Faktor psikologis merupakan aspek yang menyangkut intelektual,
sosial, dan keterampilan. Kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan,
bakat, atau dapat disebut penguasaan akan pengetahuan dan pelajaran. Kondisi
sosial yaitu antara pelajar dengan orang lain, baik guru dengan siswa, atau siswa
dengan orang tua. Faktor kelelahan dalam diri seseorang dibedakan menjadi dua
macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan
tubuh. Kelelahan ini terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran dalam
tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tubuh tertentu. Sedangkan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga
minat untuk menghasilkan sesuatu hilang.

12

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh tingkat intelegensi anak didik, motivasi belajar,
perasaan serta sikap keadaan fisik anak didik. Faktor anak didik sering disebut
faktor intern, yaitu hal-hal yang berbeda dalam diri anak didik sendiri, karena
merupakan satu kesatuan yang utuh dengan pribadi anak didik tersebut.
2. Faktor Eksternal
Faktor diluar anak didik yang disebut dengan faktor eksternal yaitu
segala sesuatu yang berada di luar anak didik, akan tetapi masih memberi
pengaruh terhadap belajar anak didik. Adapaun yang menjadi faktor eksternal
yang mempengaruhi belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Faktor orang tua
Bagaimana orang tua dapat mempengaruhi minat belajar siswa,
lingkungan pertama sekali dikenal anak didik adalah keluarga terutama orang tua
yang mengasuh dan memberi kasih sayang. Sarwano (2000:75) juga mengatakan
bahwa “ Anak dalam perkembangan pribadinya selalu membutuhkan seorang
tokoh identifikasi”. Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama)
dengan orang lain. Pada anak biasanya tokoh yang diidentifikasi adalah ayah dan
ibunya.
Dari pendapat diatas diketahui bahwa orang tua mempunyai peran yang
sangat penting alam pendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu orang tua harus
menjadikan rumah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar dan dapat
menumbuhkan atau membuat minat belajar anak-anaknya.
b. Faktor guru
Tugas seorang guru adalah bukan hanya sebagai pengajar, tetapi guru
juga bertanggungjawab untuk menciptakan suasan kelas yang kondusif serta guru
13

harus mampu memotivasi siswa untuk rajinn belajar dan bersemangat. Menurut
Suparno (2005: 32) mengatakan: “setiap guru memiliki tiga peranan dalam proses
belajar mengajar yaitu komunikator, motivator, dan fasilitator.
Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa guru sebagai komunikator berarti
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, sikap dan skill
(keterampilan). Peranan guru sebagai motivator adalah memberikan motivasi atau
dorongan kepada anak didik agar minat dan semnagat lebih baikdalam
meningkatkan aktivitas belajarnya. Sedangkan peranan guru sebagai fasilitator
berarti guru memperlancar dan mempermudah belajar anak didik. Maka dengan
peranan yang dimiliki guru dalam rangka proses belajar mengajar seperti model
pembelajaran Quantum Teaching, pemberian bimbingan, pelaksanaan evaluasi
adalah mempengaruhi aktivitas belajar.

2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah suatu pola atau kerangka konseptual. Sedangkan
pembelajaran adalah suatu rencana mengajar yang didesain oleh guru dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Menurut Soekamto,dkk ( Trianto,
2007:5)
“Model pembelajaran adalah ‘kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematif dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang ‘pembelajaran dan para ‘pengajar dalam
merencanakan aktifikas belajar mengajar”.
Sedangkan menurut Joyce (Trianto, 2007:5),
“Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”.
14

Dengan demikian dapat dipahami model pembelajaran adalah rencana
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru yang merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode dan teknik pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih
model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan
kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Berdasarkan pendapat diatas jelaslah bahwa proses pembelajaran sangat
tergantung pada model pembelajaran yang digunakan salah satunya adalah model
pembelajaran “Quantum Teaching”.
2.1.4 Model Pembelajaran Quantum Teaching
Pembelajaran Quantum merupakan inovasi dari pengubahan bermacammacam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Menurut
DePorter (dalam Rusman, 2012:330) “Quantum is an interaction that change
energy inti light.”Maksud dari “energi menjadi cahaya” adalah mengubah semua
hambatan-hambatan belajar yang selama ini dipaksakan untuk terus dilakukan
menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain, dengan
memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa (Rusman, 2012:330).
Model Quantum Teaching yang dimaksud adalah suatu rencana atau rancangan
pembelajaran yang dipilih oleh guru yang mengkonsentrasikan berbagai interaksi

15

(mencakup unsur-unsur belajar efektif) yang mempengaruhi kesuksesan siswa
baik di dalam maupun di sekitar momen belajar. Model Quantum Teaching ini
membantu agar proses pembelajaran berlangsung secara meriah sehingga
membangkitkan minat siswa dalam belajar.
Jadi dapat dikatakan bahwa Quantum Teaching merupakan penggubahan
belajar yang meriah dengan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang
memaksimalkan suasana belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas dan interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka belajar.
2.1.4.1 Asas Utama Model Quantum Teaching
Quantum Teaching bersandar pada asas “Bawalah dunia mereka ke dunia
kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.” (DePorter, dkk., 2010:34). Hal ini
menunjukkan, setiap bentuk interaksi siswa, setiap rancangan kurikulum, dan
setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut.Asas
tersebut merupakan alasan dibalik segala strategi, model, dan keyakinan Quantum
Teaching.
Asas bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke
dunia mereka memberikan kita suatu pengertian bahwa langkah pertama yang
harus ditempuh oleh guru adalah memasuki dunia para siswa. Guru harus dapat
mengkaitkan apa yang akan diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau
perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, seni atau rekreasi para
siswa karena tindakan ini memudahkan guru untuk memotivasi, membimbing,
dan menuntun para siswa memahami konsep yang lebih luas. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat DePorter, dkk. (2010:35) bahwa tindakan awal tersebut akan

16

memberi ijin guru untuk memimpin, menuntun dan memudahkan perjalanan siswa
menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang luas.
Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa jika guru dapat
memasuki dunia siswa maka guru secara tidak langsung telah mendapatkan ijin
dalam memimpin, menuntun, dan memudahkan siswa untuk mengikuti dan
memahami pelajaran yang akan diberikan. Dengan pengertian dan penguasaan
yang lebih dalam, maka siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam
dunia mereka dan menerapkannya.

2.1.4.2 Prinsip-prinsip Quantum Teaching
Menurut DePorter (dalam Rusman,2012:330) prinsip-prinsip yang harus
ada dalam pembelajaran Quantum adalah segalanya berbicara, segala bertujuan,
pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak, maka
layak pula dirayakan.
Adapun penjelasan dari masing-masing prinsip yang telah disebutkan
sebelumnya adalah sebagai berikut. Segalanya berbicara, artinya bahwa guru
merancang semua hal-hal penunjang pembelajaran seperti lingkungan kelas,
bahasa tubuh guru (tatapan, gerakan tangan, dan sebagainya), lembar kerja siswa
(LKS) yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, segalanya bertujuan agar dapat
membawa pesan belajar yang diterima siswa.Segalanya bertujuan, artinya semua
yang terjadi dalam pengubahan harus mempunyai tujuan yang jelas.Pengalaman
sebelum pemberian nama, artinya proses belajar paling baik terjadi ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum mereka pelajari, karena otak manusia

17

berkembang yang akhirnya menggerakkan rasa ingin tahu. Akui setiap usaha,
artinya guru patut memberikan pengakuan terhadap kecakapan dan kepercayaan
diri mereka. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan, artinya setiap usaha
yang dilakukan siswa dalam proses belajar patut dirayakan karena perayaan
memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan positif dengan
belajar.
Dengan prinsip-prinsip seperti itu, maka mekanisme pembelajaran
partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan akan bisa dicapai, baik oleh
siswa atau oleh guru. Sehingga tidak ada ketakutan pada diri siswa saat akan
mengikuti pembelajaran.
2.1.4.3 Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching
Kerangka perancangan pembelajaran Quantum kemudian dinamakan
dengan TANDUR (DePorter dalam Rusman, 2012:331).TANDUR merupakan
singkatan dari Tumbuhkan, Alami, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
Penjelasan masing-masing kata di atas adalah sebagai berikut.
a.

Tumbuhkan
Tumbuhkan berarti sertakan diri mereka, pikat dan puaskan dengan

AMBAK (Apakah Manfaatnya BagiKu). Artinya bahwa tumbuhkan minat belajar
siswa dengan memberikan rasa puas pada pertanyaan “Apakah Manfaat BagiKu”
(AMBAK) yang ada pada pikiran mereka. Pada tahap ini, guru hendaknya
menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat yang akan diperoleh setelah
mempelajari materi atau mengingatkan materi penunjang yang sebelumnya sudah

18

diperoleh siswa. Oleh karena itu, peran guru dalam memberikan motivasi,
semangat, dan rangsangan belajar kepada siswa menjadi hal yang sangat penting.
b.

Alami
Unsur ini memberikan pengalaman kepada siswa dan mendorong hasrat

alami otak untuk “menjelajah”. Proses pembelajaran akan lebih bermakna jika
siswa mengalami secara langsung materi yang di ajarkan. “Pengalaman dapat
menciptakan ikatan emosional, menciptakan peluang untuk pemberian makna, dan
pengalaman membangun keingintahuan siswa.”(Wena, 2011:165).
c.

Namai
Namai yang dimaksudkan adalah tahap untuk menyediakan kata kunci

dan mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar yang menjadi
pesan

pembelajaran.

Berikan

“data”

tepat

ketika

minat

memuncak

(Rusman,2012:331). Dengan melakukan praktek secara langsung maka siswa
benar-benar bisa mencari rumus, menghitung dan memperoleh informasi baru
(nama) yaitu dengan pengalaman yang dialami sehingga membuat pengetahuan
yang diperoleh siswa menjadi berarti.
d.

Demonstrasikan
Demonstrasikan berarti berikan kesempatan bagi mereka untuk

mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi.Artinya bahwa pada tahap ini guru
memberikan peluang kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam
bentuk aktivitas belajar seperti menjawab pertanyaan, mengerjakan soal ke papan,
mengajukan pertanyaan, dan memberikan pendapat atau tanggapan
19

e.

Ulangi
Ulangi menunjukkan kepada siswa pengulangan materi yang diberikan

dan menegaskan kepada siswa bahwa mereka benar-benar tahu tentang apa yang
mereka pelajari. Maksud pengulangan tersebut tidak hanya bisa dilakukan
disekolah, namun bisa juga dirumah.Mengulang materi pembelajaran yang telah
dibahas dalam pembelajaran akan menguatkan koneksi saraf dan penguatan
konsep yang telah dipelajari sehingga akan selalu diingat siswa.

f.

Rayakan
Rayakan berarti berikan penghargaan atas prestasi yang positif, sehingga

terus diulangi. Memberikan pengakuan atas upaya atau usaha yang dilakukan
siswa baik yang dilakukan secara individu maupun berdiskusi. Perayaan berarti
pemberian umpan balik yang positif kepada siswa atas keberhasilannya baik
berupa pujian maupun pemberian hadiah, tepuk tangan, ataupun bentuk lainnya
untuk memotivasi siswa agar belajar lebih giat lagi.

2.1.4.4 Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
Segala sesuatu yang berada di lingkungan kelas akan menyampaikan
pesanyang memacu atau menghambat belajar. Meskipun kita secara sadar hanya
memperhatikan masukan satu-satu, otak mampu secar tidak sadar memperhatikan
banyak hal dari banyak sumber sekaligus (Lozanov, 1979) dalam (DePorter, 2005:
65). Lingkungan kelas yang menyenangkan, misalnya terdapat poster-poster yang

20

menarik atau rak buku yang tersusum rapi akan membuat suasana belajar lebih
nyaman. Jika ruangan kelas dipenuhi dengan poster yang lama atau buku yang
berantakan maka siswa akan mengalihkan perhatiannya dari belajar. Siswa dapat
berkata, “Belajar itu kuno, usang, dan melelahkan.” Oleh karena itu, marilah
kenali lingkungan Quantum Teaching yang dapat memacu dan meningkatkan daya
ingat siswa berikut ini:
1. Lingkungan Sekeliling
Guru dapat menggunakan alat peraga dalam pembelajaran karena dapat
merangsang modalitas visual. Lingkungan belajar perlu dikelola secara kondusif.
Lingkungan belajar bukan hanya secara fisik tetapi juga non fisik. Gerakan mata
selama belajar dan berpikir terikat pada modalitas visual, auditorial, dan
kinestetik. Jadi, mata kita bergerak menurut cara otak mengakses informasi. Ide
yang dapat digunakan untuk merangsang modalitas visual siswa antara lain
dengan (a) Poster ikon atau simbol untuk setiap konsep utama, (b) Poster afirmasi
untuk memotivasi siswa dan menguatkan keyakinan kepada siswa tentang belajar,
misalnya “Aku mampu mempelajarinya!”, dan (c) Warna untuk memperkuat
pembelajaran guru dengan siswa.
2. Pengaturan Bangku
Cara mengatur bangku mempunyai peran penting dalam pengorkestrasian
belajar. Di sebagian besar ruang kelas, bangku siswa dapat disusun untuk
mendukung tujuan pembelajaran. Guru bebas menugaskan siswa untuk mengatur
ulang bangku untuk memudahkan jenis interaksi yang diperlukan. Misalnya,

21

pengaturan bangku yang diputar agar saling berhadapan untuk mengerjakan tugas
kelompok. Meskipun bangkunya tidak berubah, tetapi pelajarannya tidak.

3. Musik
Musik berpengaruh pada guru dan siswa. Musik dapat digunakan untuk
menata suasana hati, mengubah keadaan mental, dan mendukung lingkungan
belajar. Musik juga dapat membantu siswa masuk ke keadaan belajar optimal serta
membangun hubungan antara siswa dengan guru. Musik merangsang,
meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak. Menurut
Lozanov (1979) dalam DePorter (2005: 73) Irama, ketukan, dan keharminisan
musik mempengaruhi fisiologi manusia terutama gelombang otak dan detak
jantung, serta membangkitkan perasaan dan ingatan. Musik dapat membantu
siswa dapat masuk ke keadaan belajar optimal.

2.2

Penelitian Relevan
Prasetyani, dkk (2012) melakukan penelitian tentang “Perbedaan

penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dengan metode konvensional
dalam hasil belajar siswa”. Berdasarkan hasil uji tahap akhir, diperoleh nilai ratarata kelas eksperimen meningkat yaitu 71,98 sedangkan kelas kontrol yaitu 64,14.
Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol.
Dapat disimpulkan kelompok kesperimen lebih baik dari kelompok kontrol, yaitu
hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching lebih
baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran

22

konvensional. Dan terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara penggunaan
model Quantum Teaching dan metode konvensional dimana siswa yang
memperoleh pembelajaran Quantum Teaching mendapatkan nilai hasil belajar
yang baik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh adityarini, waluyo, aprilya (2013)
“Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Dengan Media Flashcard
Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Di Sma Negeri 1
Purwoharjo-Banyuwangi Tahun Pelajaran 2011/2012(Pada Pokok Bahasan
Animalia)” Ada peningkatan hasil belajar dalam penerapan model pembelajaran
quantum learning dengan media flashcard pada siswa kelas X5 SMA Negeri 1
Purwoharjo. Pada aspek kognitif terjadi peningkatan sebesar 2,8% yaitu dari
77,24% pada siklus I menjadi 80,05% di siklus II. Pada aspek afektif peningkatan
sebesar 1,7% dari 77,8% pada siklus I menjadi 79,5% di siklus II, dan untuk aspek
psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 0,92% dari 78,43% pada siklus I
menjadi 79,35% pada siklus II”.
Widodo (2009) melakukan penelitian tentang Pengaruh Metode Quantum
Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas I Bidang Keahlian Teknik
Bangunan Gedung Di SMKN 3 Semarang. Setelah uji prasyarat dilakukan,
kemudian pengujian dilanjutkan ke uji hipotesis dalam dengan menggunakan uji
Mann Whitney U untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil rata-rata metode quantum
teaching

sebesar = 37,89, sedangkan rata-rata hasil belajar dengan metode

kovensional sebesar = 15.89. Nilai probabilitas tersebut < 0,05 maka dapat
23

dikatakan

bahwa ada perbedaan

yang

signifikan

dimana

siswa yang

pembelajarannya menggunakan metode Quantum Teaching hasil belajarnya lebih
tinggi nilainya dibanding metode konvensional. diperoleh hasil bahwa ada
perbedaaan

antarasiswa

yang

pembelajarannya

menggunakan

metode

konvensional dengan yang menggunakan metode dalam proses pembelajarannya.
Hasil uji hipotesis dengan uji Mann Whitney U menunjukkan perbedaan rata–rata
data pretest, data posttest dan data peningkatan nilai hasil belajar pada data pretest
tidak ada perbedaan rata–rata yang berarti sedangkan data post test dan data
peningkatan nilai hasil belajar ada perbedaan rata–rata sangat signifikan antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan metode
pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan Sikap
ketergantungan siswa terhadap metode Quantum teaching.
Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Ma’aruf, Salimah (2008)

“Pembelajaran Quantum Teaching dengan pendekatan multi kecerdasan untuk
meningkatkan hasil belajar fisika” hasil penelitian menunjukkan Ketuntasan
belajar siswa pada pokok bahasan Gerak Lurus yaitu dari 37 orang siswa terdapat
32 orang siswa yang tuntas (86,49 %) dan 5 orang yang tidak tuntas (13,51 %).
Sehingga secara klasikal pokok bahasan Gerak Lurus ini dinyatakan tuntas dengan
persentase 86,49 %. Ketuntasan belajar secara klasikal dan individu sudah
mencapai hasil yang maksimal dimana jumlah siswa yang tuntas lebih dari
setengah jumlah siswa. Jumlah siswa yang tidak tuntas diharapkan menambah
pengetahuan diluar jam pembelajaran atau mengikuti privat les, kerja kelompok,

24

dan seorang guru juga memberikan waktu luang untuk yang tidak tuntas, untuk
remedial dan siswa yang sudah tuntas diberi pengayaan soal-soal”.

2.3

Kerangka Berfikir
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang

ralatif menetap yang terjadi karena adanya usaha atau keinginan yang mencakup
pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan sikap yang dapat diamati. Rendahnya
hasil belajar siswa kemungkinan disebabkan rancangan pembelajaran yang
diberikan oleh guru kurang mampu mempengaruhi minat belajar dalam diri siswa.
Siswa cenderung membaca dan menghapal materi pelajaran yang diberikan tidak
menghubungkan materi pelajaran dengan lingkungan belajar ataupun, konsep
yang telah dipelajari siswa sebelumnya.
Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pealajar
ekonomi di sekolah, perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif agar
pembelajaran ekonomi lebih bisa dinikmati siswa dengan penuh semangat dan
gairah agar siswa lebih punya motivasi untuk lebih giat belajar. Model
pembelajaran yang sesuai adalah Quantum Teaching.
Dengan adanya pembelajaran yang bersifat kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana yang dituntut dalam pembelajaran quantum teaching,maka siswa
akan merasa lebih mudah mempelajari ekonomi karena belajar ekonomi itu
menyenangkan pada akhirnya kemampuan belajar siswa akan meningkat dan nilai
pelajaran ekonomi akan mencapai ketuntasan.
Bila kita cermati dari kerangka pembelajaran quantum teaching kerangka
TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan)
memiliki faktor-faktor pencapaian hasil belajar yang baik.

25

Kerangka pertama tumbuhkan, guru mengajukan masalah yang nyata
yang berkaitan dengan pengalaman siswa sehari-hari. Dengan demikian timbul
rasa keingintahuan dalam diri siswa. Seiring dengan itu maka dapat
menumbuhkan motivasi an gairah untuk belajar yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kerangka kedua alami, setelah diberikan rangsangan oleh masalah yang
diberikan guru, siswa merasa masalah tersebut sudah pernah ia alami, dan
menterjemahkan dalam bentuk variabel. Apabila siswa sudah memiliki
pengalaman, maka tugas guru mengajak siswa dalam memahami suatu konsep
akan lebih mudah dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kerangka ketiga namai, dari pengalaman kemudian siswa diajak untuk
memberi identitas pengalaman, mendefenisikan dan mengorganisasikan. Jika
konsep sudah dipahami siswa dengan benar, maka hasil belajar yang diharapkan
akan tercapai pula.
Kerangka keempat demonstrasikan, siswa membutuhkan kesempatan
untuk membuat kaitan pengalaman dan nama, berlatih dan menunjukkan apa yang
mereka ketahui. Hal tersebut memotivasi siswa untuk lebih aktif yang pada
akhirnya hasil belajarnya akan meningkat.
Kerangka kelima ulangi, setelah pengetahuan siswa mantap perlu
dilakukan pengulangan atau pengecekan terhadap pemahaman siswa terhadap
materi. Mengulang atau memeriksa dan mempelajari kembali apa yang sudah
dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran menjadi lebih
besar. Setelah siswa lebih mantap dengan suatu materi dan menguasainya pada
akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa itu.
Kerangka keenam rayakan, perayaan merupakan memberikan rasa
rampung atas usaha yang dilakukan. Perayaan yang berupa memberikan pujian,
26

hadiah

adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan

motivasi yang baik. Siswa yang termotivasi belajar dengan baik lagi pada
akhirnya akan meningkatkan hasil belajarnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
quantum teaching dengan kerangka TANDUR nya dapat menjadi faktor
pendukung hasil belajar yang baik.
2.4

Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara hasil penelitian dan yang menjadi

hipotesis dalam penelitian ini adalah : Model pembelajaran Quantum Teaching
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015.

27

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Untuk mendapatkan data-data atau informasi yang relevan maka penulis
melakukan penelitian di MAS Al-Wasliyah 12 Perbaungan yang beralamat di Jl.
Djamin Ginting No 56 Kabanjahe Kab. Karo, Sumatera Utara
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS di SMA
Negeri 1 Kabanjahe tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 4 kelas dan 128
orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Kelas
XI IPS1
XI IPS2
XI IPS3
XI IPS4
Total

Jumlah
32 orang
32 orang
32 orang
32 orang
128 orang

3.2.2 Sampel
Peneliti tidak meneliti seluruh populasi tetapi hanya mengambil sebagian
sampel untuk mewakili populasi. Sampel yang diteliti merupakan yang bersifat
homogen dalam hal ini sama-sama siswa IPS, sehingga mengambil sampel
dengan teknik acak sederhana (simple random sampling), yaitu kelas XI IPS 3 dan
XI IPS 4 dengan jumlah sampel 64 orang. Kelas XI IPS 3 dan XI IPS 4 diambil
dengan dasar kelas tersebut memperoleh nilai rata-rata dibawah KKM. Untuk
lebih jelasnya jumlah sampel dapat dilihat pada tabel berikut.
28

Kelas
XI IPS 3
XI IPS 4
Total

Jumlah
32 orang
32 orang
64 orang

3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
3.3.1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yaitu Variabel
X dan Variabel Y dimana:
1. Variabel bebas {X): Model Pembelajaran Quantum Teaching.
2. Variabel Terikat (Y): Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi
3.3.2. Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran Quantum Teaching adalah mengutamakan
kerjasama antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan bersama dimana dalam
model ini guru dan siswa berusaha menciptakan lingkungan belajar yang efektif
dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya
melalui inyerksi yang terjadi di dalam kelas sehingga memungkinkan siswa
belajar secara optimal yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan pemahaman
siswa.
2. Hasil Belajar Ekonomi Siswa yaitu kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajar yang dapat dinyatakan dengan angka.
Dalam hal ini hasil belajar diperoleh dengan menggunakan soal tes mata pelajaran
ekonomi.
3.4. Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan
penelitian sebagai berikut
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelas
Eksperimen

Uji
Pre tes

Perlakuan
Model Pembelajaran Quantum
29

Uji
Post tes

Kontrol

Pre tes

Teaching
Model Pembelajaran Konvensional

Post tes

Keterangan:
a.

Mengadakan pre tes, yaitu mengadakan tes kemampuan awal siswa
mengenai materi pelajaran yang disampaikan baik di kelas eksperimen

b.

maupun di kelas kontrol, dengan soal tes yang sama.
Melaksanakan perlakuan mengajar, yaitu memberikan perlakuan mengajar
dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada kelas
eksperimen dan memberikan perlakuan mengajar fengan menggunakan

c.

metode konvensional pada kelas kontrol.
Mengadakan post tes, yaitu mengadakan tes pada kedua kelas, baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol setelah kedua kelas tersebut diberi
perlakuan masing-masing. Soal tes yang diberikan sama dengan soal pre
tes.

3.5 Prosedur Dan Pelaksanaan Perlakuan
Agar hasil belajar yang doperoleh siswa benar-benar sebagai akibat
perlakuan

dari

pendekatan

pengajaran,

maka faktor-faktor yang dapat

mempengaruhinya dikontrol sebagai usaha mempersamakan karakteristik kedua
kelass. Faktor-faktor yang dapat dikontrol dalam perlakuan antara lain faktor
tujuan pengajaran, siswa serta situasi dan kondisi kelas.
a. Faktor tujuan pengajaran
Tujuan yang akan dicapai kelas ini adalah sama, sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan di dalam silabus.
b. Faktor siswa

30

Siswa yang menjadi sampel penelitian ini di anggap memiliki kesamaan,
karena mereka adalah sama-sama belajar di tingkat kelas yang sama. Selain itu
pengetahuan mereka telah dikontrol dengan memberi tes awal.
c. Faktor situasi dan kondisi
Situasi lingkungan dan kondisi belajar bagi kedua kelas dianggap sama,
karena mereka belajar pada ruangan yang memiliki fasilitas yang sama.
Kondisi siswa pada saat belajar dapat dianggap sama karena mempunyai nilai
rata-rata usia relatif sama dan mengalami perlakuan yang sama lamanya. Hanya
berbeda pendekatan yang digunakan.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa
sebelum dan setelah perlakuan pengajaran. Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah:
a. Tes
Tes dapat didefenisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau
seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait
(sifat) atau atribut pendidikan atau psikologogik yang setiap butir pertnyaan atau
tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Dalam pengumpulan data dilakukan suatu pemberian tes sebelum (pre
tes) dan setelah (post tes) diberi perlakuan pembelajaran kepada siswa, dengan
cara sebagai berikut:
1. Pre tes, dilaksanakan sebelum mengadakan proses pembelajaran yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi pelajaran
tersebut.

31

2. Post tes, dilaksanakan setelah materi pelajaran diberikan yang
bertujuan untuk mengetahui sampai dimana hasil pengajaran yang telah
dilaksanakan.
a. Observaasi
Observasi dilakukan karena bebrapa alasan yaitu untuk melihat lokasi
penelitian dan melihat hasil belajar mereka selam proses belajar mengajar
sebelumnya.
b. Wawancara
Dalam pengumpulan data ini peneliti akan melakukan wawancara
langsung kepada siswa bagaimana hasil belajar yang mereka peroleh pada mata
pelajaran ekonomi.
Untuk mengetahui baik buruknya tes maka dapat dilakukan pengujian
beberapa tahap. Pengujian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kabanjahe.
3.6.1 Validitas tes
Validitas tes adalah tingkat ketepatan suatu tes dala mengukur apa yang
hendak diukur secara tepat, maka digunakan rumus product moment (Arikunto,
2008:72) adalah sebagai berikut:

Dimana:

rxy

= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X
= Skor tiap item
Y
= Skor total
N
= Banyaknya anggota sampel
Untuk menafsirka keberartian harga validitas tiap item pertanyaan tes,
maka r tersebut harus dibandingkan dengan harga kritik product moment dengan
perhitungan rhitung > rtabel maka soal tersebut valid.
32

3.6.2 Reliabilitas tes
Untuk uji reliabilitas menggunakan rumus Kudder- Ricardoso 20 (KR20) yang dinyatakan oleh (Arikunto,2008:100) adalah sebagai berikut:

Dimana :
r11
n
S
p
q

= reliabilitas instrumen
= jumlah item
= Standar Deviasi/ Simpangan baku
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
= proporsi subjek yang menjawab inten dengan salah (q=1-p)

3.6.3. Uji daya beda
Untuk menghitung indeks beda soal (indeks diskriminasi) digunakan
rumus:
(Arikunto,2008:213)
Dimana :
D = daya pembeda
JA = Banyaknya peserta kelas atas
JB = banyaknya peserta kelas bawah
BA = banyaknya peserta kelas atas menjawab soal yang benar
BB = banyaknya siswa kelas bawah menjawab soal yang benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
3.6.4. Indeks Kesukaran
Merupakan kemampuan tes dalam menjaring banyak subjek peserta yang
dapat mengerjakan tes dengan benar. Untuk mengetahui taraf kesukaran soal
digunakan rumus:
(Arikunto,2008:208)
Dimana:
P = indeks kesukaran soal
B = banyaknya subjek yang menjawwab benar
JS = jumlah subjek yang menjawab soal
33

Pemberian interpretasi:
P0,70

(Soal sukar)
(Soal cukup/sedang)
(Soal mudah)

3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah
sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas
data dapat digunakan

rumus lillifors (Sudjana, 2005:466) dengan langkah-

langkah berikut:
a. Menyusun skor siswa dari terendah ke skor tertinggi
b. Pengamatan X1, X2,....,...,....Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,...,...,....Zn
dengan rumus:

c. Menghitung peluang F(zi)= P(z-zi) kemudian menentukan harga
mutlaknya. Untuk menerima dan menolak hipotesis dibandingkan L0 dengan nilai
kritis L yang diambil dari daftar nilai uji Lillifors dengan total signifikan 95%.
Kriteria penelitian:
Jika L0< L maka data berdistribusi normal
Jika L0> L maka data tidak bedistribusi normal
3.7.2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data yang digunakan untuk melihat apakah kedua
kelompok sampel mempunyai varians yang homogeny atau tidak, untuk ini
dilakukan uji F yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

34

(Sudjana,2005:249)
Kriteria pengujian hipotesis:
Jika Fhitung > Ftabel maka kedua sampel tidak memiliki variansi yang sama.
Jika Fhitung < Ftabel maka kedua sampel memiliki varians yang sama.
3.7.3. Uji Hipotesis Penelitian
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t, yaitu:

(Sudjana,2005:239)

Dengan

Dimana :
t = harga hasil perhitungan
= rata-rata kelas eksperimen

= rata-rata kelas kontrol

n1 = jumlah sampel kelas ekspeimen
n2 = jumlah sampel kelas kontrol
= varians pada kelas eksperimen

35

= varians pada kelas kontrol

S = Standar deviasi
Harga thitung dibandingkan dengan ttabel dengan kriteria pengujian,
hipotesis diterima jika thitung > ttabel dengan taraf signifikan 95% dan hipotesi
ditolak jika thitung < ttabel.

36

DAFTAR PUSTAKA
Adityarini, Waluyo, Aprilya. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Quantum
Learning Dengan Media Flashcard Untuk Meningkatkan Motivasi Dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X Di Sma Negeri 1 Purwoharjo-Banyuwangi
Tahun Pelajaran 2011/2012(PAda Pokok Bahasan Animalia)”. Pancaran.
Vol: 2 No. 2 hlm. 189-199
Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Deliarnov. 2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT, Raja
Grafindo Persada.
DePorter, dkk. 2010. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di
Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa
Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Harian kompas. 21 desember 2009. teacher employment and equity efficiency and
quality improvemen.
Ma’ruf, Salimah. 2008. “Pembelajaran Quantum Teaching dengan pendekatan
multi kecerdasan untuk meningkatkan hasil belajar fisika”. Jurnal Geliga
Sains 2 (1), 32 – 39.
Mulyasa. E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : Gramedia Widia Sarana.
Prasetyani, dkk. 2012. “Perbedaan penerapan model pembelajaran Quantum
Teaching dengan metode konvensional dalam hasil belajar siswa”.
Econ