Produksi Teh Hijau di PT Bali Cahaya Amerta

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI TEH HIJAU DI PT. BALI CAHAYA AMERTA

  Oleh

  KOMANG AYU MELINDA SAVITRI

  NIM : 1411105024

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2018

MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI TEH HIJAU DI PT. BALI CAHAYA AMERTA LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

  Laporan ini ditujukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

Oleh KOMANG AYU MELINDA SAVITRI NIM : 1411105024 BUKIT JIMBARAN 2018

LEMBAR PENGESAHAN MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI TEH HIJAU DI PT. BALI CAHAYA AMERTA KOMANG AYU MELINDA SAVITRI 1411105024

  Menyetujui,

  Dosen Pembimbing Praktek

  Pembimbing Praktek Kerja Lapangan

  Kerja Lapangan

  di Perusahaan

  (I Wayan Rai Widarta, S.TP.M.Si)

  (Gusti Ayu Kade Frety Y, S.TP.)

  NIP. 19800912 200501 1 002

  NIK. 08.05.17.1.0053

  Mengetahui, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

  (Prof. Dr. Ir. Kt. Satriawan, MT) NIP. 19640717 198903 1 001

  Tanggal Lulus : ...................................

KATA PENGANTAR

  Om Swastiastu,

  Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas karunia serta bimbingan-Nya laporan praktek kerja lapangan ini dengan judul “Mempelajari Proses Produksi Teh Hijau Di PT. Bali Cahaya Amerta” dapat terselesaikan. Praktek kerja lapangan ini dilakukan mulai tanggal 8 Januari 2018 sampai dengan 8 Februari 2018 dengan tujuan dapat memahami, memperdalam dan mengembangkan disiplin Ilmu Teknologi Pertanian khususnya dalam bidang Ilmu dan Teknologi Pangan.

  Dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

  1. Bapak I Wayan Rai Widarta, S.TP.M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, saran dan bimbingan selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) serta dalam penyusunan laporan ini.

  2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kt. Satriawan, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.

  3. Bapak Tjokorda Alit Darma Putra selaku Direktur Human Resource Development (HRD) PT. Bali Cahaya Amerta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan praktek kerja lapangan.

  4. Bapak Ir. Ketut Gede Yudantara selaku Pemilik PT. Bali Cahaya Amerta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk lebih mengenal perusahaan ini.

  5. Ibu Gusti Ayu Kade Frety Yudharini selaku Manager Produksi sekaligus pembimbing di perusahaan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan yang telah memberikan kesempatan untuk terlibat dalam proses produksi dan mengetahui lebih dalam mengenai produksi teh di perusahaan.

  6. Bapak Mustofa selaku Komisaris sekaligus Konsultan Teh di perusahaan yang telah memberikan penulis banyak informasi dan bimbingan selama praktek kerja lapangan.

  7. Seluruh karyawan di PT. Bali Cahaya Amerta yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis selama praktek kerja lapangan.

  8. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa kepada penulis. Penulis berharap laporan praktek kerja lapangan ini dapat bermanfaat dan

  dapat memberikan informasi kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai koreksi dan motivasi agar menjadi lebih baik. Om Shanti, Shanti, Shanti Om.

  Jimbaran, April 2018

  Penulis

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Teh merupakan minuman yang digemari semua kalangan masyarakat di Indonesia dan diseluruh dunia setelah air. Rasa dan aroma yang khas membuat teh telah menjadi bagian yang menyatu dengan tradisi setempat. Komoditas teh mempunyai peranan yang sangat strategis terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 komoditas teh mampu menghasilkan devisa sebesar US 156,74 juta. Secara nasional industri teh menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp. 1,2 trilyun (Anon, 2014).

  Teh merupakan pangan fungsional mengingat khasiat dan potensi yang terkandung dalam teh dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan merupakan sumber zat gizi. Diantara beberapa senyawa kimia yang paling besar peranannya dalam pembentukan cita rasa dan berbagai khasiat istimewa teh adalah katekin. Katekin merupakan senyawa metabolit sekunder yang secara alami dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk golongan flavonoid. Berdasarkan proses pengolahannya, teh diklasifikasikan kedalam empat jenis yaitu teh hitam, teh hijau, teh putih dan teh oolong (Rohdiana, 2015).

  Seiring perkembangan zaman, terdapat berbagai perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan teh. Salah satunya PT. Bali Cahaya Amerta yang belokasi di Bali. Perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pengolahan yang ada di Bali. Adapun produk- produk teh yang dihasilkan antara lain teh hitam, teh putih, teh oolong, teh hijau, teh bunga serta teh herbal. Masing-masing jenis teh tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan mutu daun teh.

  Teh hijau merupakan salah satu teh yang diproduksi diperusahaan ini. Teh hijau dibuat dengan pemanasan dan pengeringan sehingga warna hijau dapat dipertahankan. Seiring meningkatnya pengetahuan tentang khasiat teh hijau di masyarakat, membuat minat masyarakat meningkat untuk mengkonsumsi teh hijau. Senyawa katekin pada teh berperan sebagai antioksidan yang baik bagi tubuh. Hasil penelitian Anon (2007) dalam Towaha (2013) menyatakan bahwa katekin dalam teh hijau berkemampuan 100 kali lebih efektif Teh hijau merupakan salah satu teh yang diproduksi diperusahaan ini. Teh hijau dibuat dengan pemanasan dan pengeringan sehingga warna hijau dapat dipertahankan. Seiring meningkatnya pengetahuan tentang khasiat teh hijau di masyarakat, membuat minat masyarakat meningkat untuk mengkonsumsi teh hijau. Senyawa katekin pada teh berperan sebagai antioksidan yang baik bagi tubuh. Hasil penelitian Anon (2007) dalam Towaha (2013) menyatakan bahwa katekin dalam teh hijau berkemampuan 100 kali lebih efektif

  Teh hijau yang diproduksi di PT. Bali Cahaya Amerta menggunakan daun teh varietas Camellia sinensis dan Camellia assamica. Proses pembuatan teh hijau di perusahaan ini dilakukan dengan dua cara yaitu metode Cina dan metode Jepang. Teh yang dihasilkan memiliki aroma dan rasa yang khas. Proses pengolahan dilakukan dengan pelayuan, pendinginan, penggulungan dan pengeringan.

  Masyarakat pada umumnya belum banyak yang mengetahui bagaimana teh yang baik diproduksi serta penyajian yang tepat agar teh memiliki khasiat dan kualitas yang baik. Oleh karena itu penulis memilih perusahaan ini untuk dijadikan tempat praktek kerja lapangan karena ketertarikan dengan proses pengolahan teh dari daun teh basah hingga menjadi produk yang siap dipasarkan khususnya pada teh hijau. Penulis berharap dapat mengetahui dan mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan teh hijau maupun kinerja dalam suatu perusahaan industri dibidang pangan.

1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

  Tujuan praktek kerja lapangan di perusahaan PT. Bali Cahaya Amerta sebagai berikut :

  1.2.1 Tujuan umum

  1. Untuk mengetahui secara langsung proses produksi teh hijau di PT. Bali Cahaya Amerta.

  2. Menjalin kerja sama antara perusahaan dan perguruan tinggi untuk saling bertukar informasi demi kemajuan bersama.

  1.2.2 Tujuan khusus

  Mengetahui dan mempelajari tahapan proses pengolahan teh hijau untuk dijadikan kajian utama dalam pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan yang berkaitan dengan upaya pemahaman dan pengembangan disiplin ilmu dan teknologi pangan khususnya dalam bidang pengolahan pangan.

1.3. Metode Praktek Kerja Lapangan

  Metode praktek kerja lapangan ini dilakukan dengan sistem praktek kerja lapangan dan mengikuti aktivitas sesuai dengan yang diarahkan oleh pembimbing lapangan. Adapun metode yang dilakukan sebagai berikut :

  1. Wawancara yaitu melakukan tanya jawab kepada pembimbing di perusahaan dan karyawan yang bekerja di perusahaan.

  2. Observasi, dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung pada setiap kegiatan yang dilakukan di PT. Bali Cahaya Amerta dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi secara langsung.

  3. Praktek lapangan, yaitu mahasiswa terlibat secara langsung pada proses produksi teh hijau dari penerimaan bahan baku, pengolahan hingga pengemasan.

  4. Studi pustaka yaitu penulis mencari teori – teori atau sumber bacaan yang berkaitan dengan produksi teh hijau.

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

  Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di PT. Bali Cahaya Amerta yang berlokasi di Jalan By Pass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar dan di Jalan By Pass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra No.

  8 Medahan, Gianyar. Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan selama satu bulan terhitung mulai tanggal 8 Januari 2018 hingga 8 Februari 2018.

1.5. Manfaat Praktek Kerja

  Adapun manfaat dari praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut :

  1.5.1 Untuk mahasiswa

  1. Dapat menerapkan dasar teori atau materi yang diperoleh dalam perkuliahan dan membandingkan dengan proses produksi di lapangan.

  2. Memperoleh gambaran dan pengalaman dalam dunia kerja pada perusahaan tempat PKL.

  1.5.2 Untuk instansi

  1. Terjalinnya hubungan kerja sama antara pihak Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana dengan PT. Bali Cahaya Amerta.

  2. Memperkenalkan program studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana pada masyarakat luas dikalangan industri.

  1.5.3 Untuk perusahaan

  Memperoleh bantuan baik tenaga maupun pikiran untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada dalam perusahaan dan membantu dalam mengawasi jalannya proses produksi.

II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

  PT. Bali Cahaya Amerta merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan produksi teh. Perusahaan tersebut didirikan pada tanggal

  8 Juni 2015 di Denpasar dan disahkan sebagai PT (Perseroan Terbatas) pada tanggal 30 Agustus 2015. Selain bergerak di bidang perkebunan dan produksi teh, perusahaan tersebut juga sebagai produsen yang menyuplai hasil olahan teh ke hotel, restaurant, kafe dan lain sebagainya. Pemilik dari perusahaan ini adalah Ir. Ketut Gede Yudantara.

  Tanggal 29 Desember 2015, PT. Bali Cahaya Amerta meresmikan kebun teh yang berlokasi di Desa Angseri dan Desa Mayungan, Kecamatan Baturiti Tabanan, Bali. Pada awal peresmian perkebunan ini hanya seluas 2 hektare dan berkembang menjadi 30 hektare hingga sekarang dengan ketinggian 1200 meter dari permukaan laut yang memungkinkan tanaman teh dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan teh yang berkualitas.

  PT. Bali Cahaya Amerta memiliki total karyawan sebanyak 60 orang yang terbagi di beberapa bidang yaitu perkebunan, pengolahan dan blending, pengendali mutu (quality control), pengemasan (packaging), gudang penyimpanan produk, kantor pusat (head office), tea galery, satpam, cleaning service dan sopir.

  PT. Bali Cahaya Amerta memproduksi dua merek teh yaitu Brew Me dan Teh Bali. Produk Brew Me merupakan teh premium yang diproduksi oleh perusahaan biasanya merek ini dieksport keluar negeri seperti Perancis, Singapura, Arab Saudi, Hongkong dan Jepang. Pemasaran Brew Me di Indonesia diperdagangkan untuk restoran, hotel, kafe sedangkan untuk merek Teh Bali dikhususkan penyebarannya di Bali. Pada masing-masing merek memiliki logo tersendiri baik Brew Me maupun Teh Bali. Logo pada Brew Me digambarkan dengan daun teh yang terdiri dari pucuk dan dua daun muda serta lingkaran. Pucuk dan dua daun muda diartikan bahwa teh berasal dari daun teh pilihan yaitu pucuk dan dua daun teh muda, sedangkan lingkaran diartikan sepanjang masa atau tidak ada ujungnya yang dimana diharapkan bahwa produk-produk teh yang PT. Bali Cahaya Amerta memproduksi dua merek teh yaitu Brew Me dan Teh Bali. Produk Brew Me merupakan teh premium yang diproduksi oleh perusahaan biasanya merek ini dieksport keluar negeri seperti Perancis, Singapura, Arab Saudi, Hongkong dan Jepang. Pemasaran Brew Me di Indonesia diperdagangkan untuk restoran, hotel, kafe sedangkan untuk merek Teh Bali dikhususkan penyebarannya di Bali. Pada masing-masing merek memiliki logo tersendiri baik Brew Me maupun Teh Bali. Logo pada Brew Me digambarkan dengan daun teh yang terdiri dari pucuk dan dua daun muda serta lingkaran. Pucuk dan dua daun muda diartikan bahwa teh berasal dari daun teh pilihan yaitu pucuk dan dua daun teh muda, sedangkan lingkaran diartikan sepanjang masa atau tidak ada ujungnya yang dimana diharapkan bahwa produk-produk teh yang

  Gambar 1. Logo Brew Me (Sumber : PT. Bali Cahaya Amerta)

  Gambar 2. Logo Teh Bali (Sumber : PT. Bali Cahaya Amerta)

2.2. Pilar Perusahaan

  PT. Bali Cahaya Amerta memiliki 8 pilar perusahaan untuk menjadi perusahaan terbaik, adapun 8 pilar tersebut sebagai berikut :

  1. Visi dan Misi Visi : Menjadi grup usaha dibidang teh, baik kebun, pengolahan dan pemasaran

  yang langsung ke konsumen akhir, dengan prinsip “From Tea Field to Tea Cup” serta mampu menjadi perusahaan terbuka (tbk) di tahun 2022 melalui penerapan 8 pilar perusahaan.

  Misi : 1) Membangun perkebunan teh di Bali yang berstandar international.

  2) Memberikan kontribusi yang optimal kepada stake holders.

  3) Menjadikan kebun, pabrik dan tea house sebagai tujuan utama dari

  para tourist melalui konsep eduagro tourism.

  4) Membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat Bali dan sekitar.

  5) Mengembangkan pertanian berkelanjutan.

  6) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

  7) Menjadi perusahaan teh yang terkenal di dunia melalui penerapan

  strategi perusahaan.

  2. Strategi

  Startegi merupakan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, pendayagunaan dan alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan. Strategi PT. Bali Cahaya Amerta sebagai berikut:

  1) Product branding Usaha yang mampu menjadikan sebuah produk untuk mempengaruhi konsumen, agar konsumen tersebut memilih produk tersebut dibandingkan produk pesaing lainnya.

  2) Corporate branding Aspek perusahaan yang dimulai dari produk yang ditawarkan hingga kontribusi pegawai perusahaan terhadap masyarakat.

  3) Personal branding Suatu proses membentuk persepsi masyarakat terhadap aspek yang dimiliki oleh seseorang baik kepribadian, kemampuas serta nilai-nilai untuk menimbulkan persepsi positif dari masyarakat yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai alat pemasaran.

  4) Plan-do-check-action (PDCA) PDCA merupakan sebuah singkatan yang diartikan sebagai rencanakan, kerjakan, cek dan tindak lanjuti adalah suatu proses pemecahan masalah yang umum digunakan untuk pengendalian kualitas.

  3. Nilai Perusahaan

  Nilai perusahaan merupakan suatu kondisi tertentu perusahaan yang telah dicapai sebagai gambaran kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Nilai perusahaan yang diterapkan di PT. Bali Cahaya Amerta sebagai berikut:

  1) Integritas

  2) Profesionalisme

  3) Fokus pada pelanggan

  4) Perubahan untuk menjadi lebih baik

  4. Budaya Perusahaan

  Budaya perusahaan adalah penerapan nilai - nilai yang berada dimasyarakat yang diterapkan pada perusahaan untuk mengubah sikap dan perilaku individu agar dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Budaya perusahaan yang diterapkan di PT. Bali Cahaya Amerta sebagai berikut:

  1) Jujur berkualitas

  2) Disiplin dan konsisten

  3) Kerja cerdas, efektif dan efisien

  4) Inovatif dan proaktif

  5) Fokus dan kompeten

  6) Kerjasama team

  7) Bertanggungjawab

  8) Sopan dan santun

  9) Peduli

  5. Asas Good Corporate Governence (G.C.G)

  Sebuah kewajiban bagi setiap perusahaan untuk menerapkan prinsip tata kelola perusahaan dengan baik. Adapun prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1) Transparansi (Transparancy) Keterbukaan terhadap proses pengambilan keputusan, penyampaian informasi mengenai segala aspek perusahaan terutama yang berkaitan dengan stakeholders dan masyarakat secara benar dan tepat waktu.

  2) Akuntabilitas (Accountability) Suatu kejelasan sistem pertanggungjawaban pengelola perusahaan dalam kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab masing-masing. Sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

  3) Pertanggungjawaban (Responsibility)

  Perwujudan kewajiban perusahaan untuk melaporkan kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan pengaturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, kesusilaan dan keberhasilan maupun kegagalannya dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.

  4) Kemandirian (Independency) Keadaan perushaan yang dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh dari pihak manapun yang bertentangan dengan penganturan perundang-undangan.

  5) Kewajaran (Fairness) Keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  6. K.4

  Pilar K.4 yang diterapkan di PT. Bali Cahaya Amerta sebagai berikut :

  7. Go Green

  Go green merupakan suatu tindakan untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan dan pemanasan global akibat ulah manusia. PT. Bali Cahaya Amerta menerapkan pilar go green dalam upaya ikut menyelamatkan bumi, adapun upaya-upaya yang dilakukan sebagai berikut:

  1) Menanam dan merawat pohon dengan tidak menggunakan pestisida dan

  pupuk kimia

  2) Minimasi penggunaan plastik

  3) Memisahkan sampah organik dan non organik

  4) Minimasi penggunaan air

  5) Minimasi penggunaan listrik

  8. Corporate Social Responsibility (CSR)

  Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) serta Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas (PP 472012) :

  1) Bidang lingkungan hidup

  2) Bidang sosial

  3) Bidang pendidikan

  4) Bidang kesejahteraan

2.3. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

  2.3.1. Lokasi Perusahaan PT. Bali Cahaya Amerta memiliki beberapa tempat dan lokasi yang berbeda yaitu sebagai berikut :

  1) Kantor pusat

  Kantor pusat berlokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai No. 482 Sanur Kauh, Denpasar Bali. Lokasi kantor pusat dapat dilihat pada Lampiran 1. Lokasi ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu:

  a) Lokasi perusahaan terletak di lokasi strategis sehingga mudah diakses berbagai sarana transportasi serta tidak jauh dari pusat kota dan pabrik sehingga mempermudah kelancaran perusahaan dalam hal strategi pemasaran produk

  b) Kawasan tersebut memiliki saluran listrik, telepon, serta air bersih PDAM yang memadai.

  2) Perkebunan teh Perkebunan teh organik yang berlokasi di Desa Angseri dan Desa

  Mayungan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

  3) Brew Me Tea Galery Brew Me Tea Galery ini berlokasi di Jalan By Pass Prof. Dr. Ida Bagus

  Mantra No. 8 Medahan, Gianyar Bali. Dalam Brew Me Tea Galery terdapat tea showroom tempat pameran teh hasil produksi, tea class tempat belajar teoritis mengenai pengolahan teh dan tea lounge yang merupakan tempat bersantai sambil meminum dan mencium aroma teh. Selain itu, juga terdapat Mantra No. 8 Medahan, Gianyar Bali. Dalam Brew Me Tea Galery terdapat tea showroom tempat pameran teh hasil produksi, tea class tempat belajar teoritis mengenai pengolahan teh dan tea lounge yang merupakan tempat bersantai sambil meminum dan mencium aroma teh. Selain itu, juga terdapat

  4) Tea Factory Tea factory berlokasi di Jln. Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Desa Lebih,

  Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar lokasi ini terletak tidak jauh dari Brew Me Tea Galery. Berbagai macam jenis teh diproduksi di tea factory. Denah tea factory terdapat pada Lampiran 3.

  5) Brew Me Tea Studio Brew Me Tea Studio berlokasi di Jln. Petitenget No.1A, Seminyak, Bali

  dengan konsep kafe yang menyediakan khusus teh. Denah Brew Me Tea Studio terdapat pada Lampiran 4.

  6) Restoran Restoran sedang dalam tahap pembangunan yang berlokasi di sebelah

  kantor pusat di Sanur dan Ubud, Bali.

  2.3.2. Tata Letak Perusahaan Proses pengolahan pucuk dilakukan di dua lokasi, dimana dua lokasi tersebut berdekatan. Brew Me Tea Galery merupakan tempat pengolahan pucuk teh basah menjadi kering, sedangkan Tea Factory merupakan tempat untuk proses pencampuran teh, laboratorium, sortasi, pengemasan dan penyimpanan.

  Bangunan yang berada di Brew Me Tea Galery terdiri dari enam bangunan yaitu tea showroom, tea house, tea class, ruang butik, kantor dan ruang pelayuan. Saat ini, untuk proses pengolahan dilakukan di bangunan tea showroom dan ruang pelayu an. Bangunan tea showroom terdiri dari ruang fermentasi, penggulungan, steam dan pengeringan. Ruang pelayuan dibuat terpisah agar memudahkan proses dalam pengaturan suhu serta kelembaban udara saat berlangsungnya proses pelayuan. Proses fermentasi dilakukan diruang yang sama dengan penggulungan, steam dan pengeringan. Hal ini untuk mempermudah dalam proses pengolahan selain efesien dalam waktu juga dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi. Tata letak Brew Me Tea Galery dapat pada Lampiran 5.

  Tea factory merupakan bangunan permanen yang terdiri atas lahan parkir, bangunan dua lantai yang terdiri atas lantai satu sebagai head office, ruang kesehatan, dapur, mess untuk karyawan dan gudang penyimpanan barang, lantai Tea factory merupakan bangunan permanen yang terdiri atas lahan parkir, bangunan dua lantai yang terdiri atas lantai satu sebagai head office, ruang kesehatan, dapur, mess untuk karyawan dan gudang penyimpanan barang, lantai

2.4. Struktur Organisasi Perusahaan

  Setiap perusahaan tentunya memiliki struktur organisasi untuk dapat mengorganisir suatu perusahaan tersebut dengan baik. Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan dan diinginkan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Saat ini terdapat 60 orang pegawai yang bekerja di perusahaan ini. Susunan struktur organisasi di PT. Bali Cahaya Amerta dapat dilihat pada Lampiran 7.

2.5. Ketenagakerjaan

  2.5.1. Sistem dan Jam Kerja Karyawan yang bekerja di PT. Bali Cahaya Amerta berjumlah 60 orang yang terbagi pada berbagai bidang diantaranya : perkebunan, pengolahan, quality control, gudang, head office, galery teh, kafe, sopir, cleaning service, dan satpam. Hari kerja perusahaan dimulai dari Senin hingga Sabtu dan untuk Hari Minggu perusahaan libur. Jam kerja perusahaan dibagi sesuai dengan pekerjaan. Karyawan perkebunan bekerja mulai pukul 06.00 WITA – selesai. Bagi karyawan bidang produksi mulai pukul 08.30 – 16.30 WITA, untuk office mulai pukul 08.30 –

  17.30 WITA kecuali pada hari Sabtu 09.00 – 12.00 WITA. Sedangkan untuk pegawai galery teh dan kafe diberlakukan sistem dua shift. Shift pertama dimulai pukul 08.00 – 16.00 wita dan shift 2 dimulai pukul 13.00 – 21.00 WITA. Galery teh dan kafe dibuka setiap hari Senin – Minggu pukul 09.00 – 21.00 WITA.

  2.5.2. Sistem Pengupahan Sistem pengupahan atau gaji perusahaan untuk pekerja diatur berdasarkan status penggolangan pekerja yaitu dilakukan setiap bulan yang jumlahnya berbeda-beda untuk masing-masing karyawan disesuaikan dengan keahlian, 2.5.2. Sistem Pengupahan Sistem pengupahan atau gaji perusahaan untuk pekerja diatur berdasarkan status penggolangan pekerja yaitu dilakukan setiap bulan yang jumlahnya berbeda-beda untuk masing-masing karyawan disesuaikan dengan keahlian,

  2.5.3. Tunjangan Perusahaan Pemberian tunjangan bagi karyawan merupakan kewajiban bagi perusahaan karena karyawan adalah salah satu faktor penentu berhasilnya suatu perusahaan berjalan. Adapun tunjangan bagi karyawan PT. Bali Cahaya Amerta antara lain :

  a. Tunjangan kesehatan (BPJS)

  b. Tunjangan hari raya

  c. Bonus tambahan setiap tahunnya atau yang biasa disebut gaji ke-13

  d. Bonus tambahan sesuai dengan omset perusahaan dan prestasi karyawan.

  e. Berhak mendapatkan cuti selama 12 hari pertahun maupun cuti melahirkan.

2.6. Jenis Produk dan Pemasaran

  2.6.1. Jenis Produk PT. Bali Cahaya Amerta memproduksi 2 merek teh yang menghasilkan beberapa jenis produk teh, yaitu :

  1) Merek Teh Bali

  Produk yang dihasilkan pada merek Teh Bali ini adalah teh hitam serbuk. Terdapat dua jenis produksi, yaitu teh hitam serbuk dengan perisa dan teh hitam serbuk tanpa perisa. Perisa yang digunakan adalah rasa vanilla dalam bentuk cair yang kemudian dicampur. Keduanya dikemas dengan kertas dan kemudian dibungkus dengan plastik.

  2) Merek Brew Me

  Produk yang dihasilkan pada merek Brew Me terbagi menjadi beberapa golongan teh, yaitu:

  a) Organic tea

  b) Single Origin

  c) Artisan Floral

  d) Artisan Classic

  e) Wellness Herbal e) Wellness Herbal

  g) Black Ice Tea

  h) Japanese Tea Jenis-jenis teh yang dihasilkan pada produk Brew Me dapat dilihat pada Lampiran

  2.6.2. Pemasaran Sistem pemasaran di PT. Bali Cahaya Amerta dilakukan oleh tim pemasaran ke berbagai hotel, rumah makan, kafe dan restoran yang ada di Bali maupun luar Bali. Tidak hanya melalui sistem door to door, perusahaan ini juga melakukan pemasaran dengan berjualan online. Selain itu juga perusahaan ini menerima pesanan sesuai permintaan pembeli. Pemasaran produk perusahaan ini sudah mencangkup internasional, antara lain Singapura, Jepang, Perancis, Hongkong, India, Sri Langka dan Arab Saudi.

2.7. Fasilitas Perusahaan

  Fasilitas yang diberikan di PT. Bali Cahaya Amerta kepada karyawan adalah sebagai berikut:

  1. Meja dan kursi kerja

  2. Laptop

  3. Kendaraan (mobil) untuk devisi tertentu

  4. Makan siang prasmanan

2.8. Peralatan Produksi

  Peralatan yang digunakan dalam proses produksi teh adalah sebagai berikut:

  1. Timbangan untuk menimbang teh dalam keadaan basah maupun kering.

  2. Mesin Pelayuan (Withering Trough) untuk melayukan daun teh basah dalam jumlah banyak.

  3. Mesin Penggulung (Top Roller) untuk menggulung daun teh, setelah proses pelayuan.

  4. Mesin Pengering dan Penggulung (Rotary Dryer) untuk mengeringkan daun teh sementara setelah pelayuan.

  5. Mesin Pengering (Oven) untuk mengeringkan daun teh.

  6. Mesin pencampur atau pengaduk (Blending) untuk mencampur teh dengan perisa yang dikehendaki dalam jumlah banyak.

  7. Panci pengukus (Steamer) untuk proses pelayuan teh hijau.

  8. Kain alas (waring)

  9. Tampah bambu dan kawat untuk mewadahi teh pada proses pelayuan, pendinginan maupun pengeringan dengan oven.

  10. Ayakan untuk mensortasi daun teh dari benda asing seperti tangkai, kerikil dan lain sebagainya.

  11. Mesin Tea Bag untuk membuat teh dalam bentuk tea bag.

  12. Sealer

  13. Kipas dan AC untuk membantu proses penguapan air pada daun teh ke lingkungan sekitar, selain itu juga membantu proses pendinginan teh.

III. PROSES PRODUKSI TEH HIJAU

3.1. Bahan Mentah

  Bahan mentah merupakan komponen penting dalam setiap proses pengolahan. Mutu produk yang baik dapat dilihat dari mutu bahan mentah. Bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi teh hijau di PT. Bali Cahaya Amerta yaitu pucuk teh segar varietas assamica dan varietas sinensis.

  Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia sinensis) dari familia Tehaceae. Tanaman teh yang dibudidayakan secara komersial terdiri dari dua varietas utama, varietas sinensis dan assamica. Varietas sinensis mempunyai daya tahan yang baik terhadap cuaca dingin maupun panas dan banyak dibudidayakan di Cina dan Jepang untuk membuat teh hijau. Varietas assamica mempunyai produktivitas dan kualitas yang lebih baik, varietas ini banyak dibudidayakan di negara produsen teh seperti India, Srilanka, Kenya dan Indonesia. Hingga saat ini, tanaman teh terus menyebar ke berbagai belahan dunia dan terus dikembangkan menjadi berbagai olahan baik dalam bentuk teh kering, minuman teh maupun dalam bentuk serbuk (Rohdiana, 2015).

  Di Indonesia dikenal dua macam teh, yaitu varietas assamica dan varietas sinensis. Pada varietas assamica daunnya agak besar dengan ujung yang runcing, sedang varietas sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul. Tanaman teh dapat tumbuh baik pada suhu udara 13-15℃, dengan kelembaban relatif siang hari >70. Pengaruh suhu udara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tananaman teh sehingga mutu yang dihasilkan tergantung dari tempat teh ditanam. Umumnya aroma teh yang dihasilkan pada daerah tinggi lebih baik daripada di daerah rendah. Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 400-2000 m dpl (Syakir et al, 2010).

  Teh hijau, teh hitam, teh putih dan teh oolong berasal dari tumbuhan yang sama, hanya proses yang berbeda. Teh hijau diproses secara khusus, ketika daun dipetik langsung mengalami proses pengolahan untuk menginaktifkan enzim. Proses tersebut dapat dilakukan dengan pemberian uap panas atau disangrai. Kondisi inilah yang menyebabkan air seduhan teh tetap terlihat hijau. Proses ini terbukti dapat mempertahankan berbagai kandungan nutrisi pada teh, antara lain Teh hijau, teh hitam, teh putih dan teh oolong berasal dari tumbuhan yang sama, hanya proses yang berbeda. Teh hijau diproses secara khusus, ketika daun dipetik langsung mengalami proses pengolahan untuk menginaktifkan enzim. Proses tersebut dapat dilakukan dengan pemberian uap panas atau disangrai. Kondisi inilah yang menyebabkan air seduhan teh tetap terlihat hijau. Proses ini terbukti dapat mempertahankan berbagai kandungan nutrisi pada teh, antara lain

  Gambar 3. Daun teh varietas assamica

  Gambar 4. Daun teh varietas sinensis

  Bahan baku pucuk teh yang baik adalah daun muda yang dipetik sampai daun kedua, yaitu terdiri dari peko (calon pucuk yang masih belum terbuka) ditambah dua daun muda. Makin banyak daun muda dalam bahan baku pucuk, kualitas hasil olahannya juga makin baik. Oleh karena itu diperlukan standar bahan baku yang dianggap akan menghasilkan kualitas produksi yang baik tanpa harus mengorbankan kualitas hasil produksi bahan baku.

  Menurut Siswoputranto (1978) dalam Maria (2010), teh dihasilkan dari pucuk-pucuk tanaman teh yang dipetik dengan siklus 7 sampai 14 hari sekali. Hal ini bergantung dari keadaan tanaman masing-masing daerah, karena dapat mempengaruhi jumlah hasil yang diperoleh. Perkebunan yang dimiliki oleh PT. Bali Cahaya Amerta melakukan pemetikan pucuk 10 hari sekali. Setiap pemetikan Menurut Siswoputranto (1978) dalam Maria (2010), teh dihasilkan dari pucuk-pucuk tanaman teh yang dipetik dengan siklus 7 sampai 14 hari sekali. Hal ini bergantung dari keadaan tanaman masing-masing daerah, karena dapat mempengaruhi jumlah hasil yang diperoleh. Perkebunan yang dimiliki oleh PT. Bali Cahaya Amerta melakukan pemetikan pucuk 10 hari sekali. Setiap pemetikan

  Macam petikan didasarkan pada mutu pucuk yang dihasilkan tanpa memperhatikan bagian yang ditinggalkan, sedangkan rumus digambarkan dengan lambang huruf dan angka. Macam dan rumus petikan ditentukan berdasarkan:

  1. Petikan imperial, merupakan petikan yang memetik kuncup peko (p+0).

  2. Petikan halus, merupakan petikan peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m), rumus p+1 atau b+1m.

  3. Petikan medium, yaitu pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda. (p+2m, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m).

  4. Petikan kasar, pucuk peko dengan empat daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua (t) {(p+4 atau lebih, b+(1-4t)}.

  Gambar 5. Ranting dengan kucup burung dan ranting dengan kuncup peko

  (sumber : budidaya pasca panen teh)

  Jenis pemetikan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan pada pemanenan. Jenis pemetikan yaitu pemetikan yang dilakukan selama masa satu daur pangkas, yang dibedakan menjadi tiga antara lain : pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan.

  1. Pemetikan Jendangan Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik yang rata dengan cabang-cabang yang tumbuh melebar dengan tunas yang banyak sehingga tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Pemetikan jendangan dapat dilaksanakan apabila 60 areal telah memenuhi syarat untuk dijendang. Biasanya pemetikan jendangan dilakukan setelah 10 kali pemetikan, kemudian dilanjutkan dengan pemetikan produksi.

  2. Pemetikan Produksi Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan sampai menjelang pemetikan gendesan dengan memperhatikan kesehatan tanaman. Pemetikan produksi merupakan pemetikan pucuk teh yang bertujuan untuk memanfaatkan potensi tanaman secara maksimal baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan daun yang ditinggalkan, pemetikan produksi dapat dikategorikan sebagai berikut :

  1. Pemetikan ringan, apabila daun yang tertinggal pada perdu satu atau dua daun diatas kepel (rumus k+1 atau k+2)

  2. Pemetikan sedang, apabila daun yang tertinggal pada bagian tengah perdu tidak ada, tetapi di bagian pinggir ada satu atau dua daun di atas kepel (rumus k+0 pada bagian tengah, k+1 pada bagian pinggir)

  3. Pemetikan berat, apabila tidak ada daun yang tertinggal pada perdu di atas kepel (k+0).

  3. Pemetikan Gendesan Pemetikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan pucuk yang ditinggalkan pada perdu teh.

  Jenis petikan medium atau sedang sering digunakan dalam pemetikan, hal ini dikarenakan kualitas daun muda yang masih bagus dibandingkan daun tua. Selain itu, faktor ekonomi yaitu jumlah pucuk teh yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Jika yang diambil hanya kuncup peko maka kuantitas dari pemetikan sedikit dan memakan banyak biaya. Pemetikan yang dilakukan di perkebunan PT.

  Bali Cahaya Amerta tergantung dari pucuk yang tumbuh, selama pelaksanaan praktek kerja lapangan petikan daun teh yang dihasilkan yaitu petikan medium (p+2m). Setelah dilaksanakannya pemetikan pucuk, pucuk teh akan diangkut ke pabrik menggunakan kendaraan. Sebelum proses pengolahan, pucuk teh harus dalam keadaan baik, yang berarti tidak mengalami perubahaan selama proses pemetikan hingga sampai dilokasi pengolahan. Hal ini sangat penting diperhatikan karena akan mempengaruhi mutu teh yang akan diperoleh. Oleh karena itu, proses pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting, hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan daun teh antara lain :

  1. Jangan terlalu menekan daun segar dan tidak terperas

  2. Dalam membongkar daun, jangan menggunakan barang-barang dari besi atau yang tajam agar daun tidak sobek dan patah

  3. Hindari terjadinya penyinaran terik matahari dalam waktu lama, lebih dari 3 jam. Hal ini akan mengakibatkan daun tebakar layu sebelum diolah.

  4. Jangan menumpuk daun sebelum dilayukan dalam waktu lama (daun segera dilayukan).

3.2. Tahap Proses Produksi

  Produksi teh hijau di PT. Bali Cahaya Amerta menggunakan dua metode yaitu metode Jepang dan metode Cina. Metode Jepang terdiri dari tahapan pelayuan, pendinginan, penggulungan, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan. Sedangkan metode Cina terdiri dari tahapan pelayuan, pendinginan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan. Perbedaan proses tahapan terdapat pada tahapan pelayuan, penggulungan dan pengeringan.

  Metode Jepang dilakukan dengan cara memberi uap panas pada pucuk teh segar atau mengukus daun teh sedangkan metode Cina dengan cara dipanaskan dalam wajan tanpa minyak atau daun teh disangrai. Proses penggulungan terjadi pada metode Jepang, sedangkan pada metode Cina setelah mengalami pendinginan langsung ketahap pengeringan, terdapat dua tahapan pengeringan dalam metode Cina yaitu pengeringan awal dan pengerigan akhir.

  Berikut merupakan diagram alir proses produksi teh hijau di PT. Bali Cahaya Amerta :

  Pucuk Daun Teh

  Pelayuan (T= ±90°C, t= ±5 menit,

  Pelayuan dengan mesin RD (T=80-

  dengan steam)

  100℃, t=5-10 menit)

  Pendinginan

  Pendinginan

  Penggulungan (t = 15-20 menit, mesin

  Pengeringan awal (T = 100℃, t= 15

  Roller)

  menit, oven)

  Pengeringan (T = 120°C, t = 90

  Pengeringan akhir (T = 120°C, t = 90

  menit, mesin RD)

  menit, mesin RD)

  Sortasi Kering

  Teh Hijau Curly

  Teh Hijau Wiry

  Gambar 6. Diagram Alir Proses Pembuatan Teh Hijau di PT. Bali Cahaya Amerta

  (sumber : PT. Bali Cahaya Amerta)

  Kedua metode akan menghasilkan warna hijau pada seduhan dikarenakan daun teh segar segera dipanaskan setelah pemetikan. Aroma, rasa dan bentuk akhir dari daun teh yang dihasilkan dari dua metode tersebut berbeda dan memiliki ciri khas tertentu. Metode Jepang akan menghasilkan daun teh berbentuk curly dan metode Cina berbentuk wiry. Konsumen PT. Bali Cahaya Amerta lebih menyukai teh hijau dengan metode Jepang sehingga pada proses produksi yang dilakukan dilapangan saat praktek kerja lapangan adalah pembuatan teh hijau dengan metode Jepang.

  3.2.1. Pelayuan Pelayuan pada daun teh bertujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oxidase agar tidak terjadi fermentasi dan membuat pucuk menjadi lentur sehingga mudah tergulung (Ayuningtyastuty, 2009). Penurunan kadar air dalam daun teh mengubah pucak segar menjadi pucuk lemas (layu fisik) sehingga terjadinya perubahan senyawa kimia yang akan menghasilkan rasa dan aroma yang baik. Pelayuan juga berfungsi untuk mempermudah proses penggulungan pucuk, dimananya nantinya saat pengulungan pucuk tidak mudah rusak.

  Proses pelayuan di PT. Bali Cahaya Amerta dilakukan dengan metode Jepang dan metode Cina. Pelayuan dengan metode Jepang yaitu memberikan uap panas pada daun teh segar (steaming). Proses steam, dilakukan dengan cara sederhana yaitu mengukus daun teh pada suhu kira-kira 90℃ selama 5 menit. Suhu yang digunakan pada proses steam harus diperhatikan, jika melebihi akan menghasilkan daun teh dengan tingkat kelayuan yang berbeda dan menyebabkan daun teh menjadi lunak yang akan berpengaruh pada rasa dan aroma. Pengolahan teh hijau dengan metode Cina, daun teh dilayukan dengan proses penyangraian. Proses tersebut menggunakan alat Rotary Dryer (RD) dengan suhu 80-100℃ selama 5-10 menit sampai puncuk layu. Sebelum daun teh dimasukan ke dalam mesin, dilakukan pemanasan terhadap mesin kurang lebih selama 15 menit dengan suhu 100℃ agar panas yang dihasilkan stabil.

  Hasil proses pelayuan dapat diketahui jika pucuk layu tersebut digenggam dan diperas, airnya tidak mengucur dan terasa lengket. Selain itu warna pucuk menjadi hijau tua, aromanya seperti mangga muda dan tidak terdengar bunyi Hasil proses pelayuan dapat diketahui jika pucuk layu tersebut digenggam dan diperas, airnya tidak mengucur dan terasa lengket. Selain itu warna pucuk menjadi hijau tua, aromanya seperti mangga muda dan tidak terdengar bunyi

  

  Gambar 7. Proses pelayuan pucuk dengan metode steaming

  3.2.2. Pendinginan Proses pendinginan merupakan lanjutan dari proses pelayuan yang bertujuan untuk mendinginkan daun setelah proses pelayuan. Jika tidak didinginkan secara cepat, daun teh akan mengalami pelayuan yang menyebabkan daun teh menjadi matang. Proses pendinginan dilakukan dengan cara menghamparkan daun teh yang telah layu diatas nampan dan dihembuskan udara dingin. Pengehembusan udara dingin selain utuk mempercepat pendinginan juga untuk efisiensi waktu pengolahan.

  Gambar 8. Proses pendinginan

  3.2.3. Penggulungan Proses penggulungan hanya terjadi pada metode Jepang sedangkan metode Cina setelah mengalami proses pendinginan berlanjut ke proses pengeringan hal ini menyebabkan bentuk akhir dari teh hijau dengan metode Cina berbentuk wiry. Penggulungan daun teh pada metode Jepang dilakukan dengan mesin On Top Roller (OTR). Mesin penggilingan OTR yaitu sebuah selinder yang terbuka di bagian atasnya dan bergerak memutar horizontal di atas sebuah meja yang dilengkapi dengan jalur – jalur gigi dan kerucut tumpul pada titik pusatnya, alat ini terbuat dari bahan metal yang tahan karat dimana kecepatan putarannya 42 rpm. Penggulungan dilakukan bertujuan untuk membentuk mutu secara fisik, pucuk teh akan dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil dan terjadinya pemotongan oleh mesin. Selain itu mesin OTR juga berfungsi untuk mememarkan dan menggulung pucuk hasil pelayuan dan memeras cairan sel agar menempel dipermukaan daun tanpa mengakibatkan kehancuran. Lama penggulungan dengan mesin OTR berkisar 15-20 menit dimana setiap 5 menit dilakukan pengecekan. Penggulungan pucuk dapat diakhiri jika daun teh sudah menggulung dengan baik, dijatuhkan atau dilempar gulungan tetap utuh dan timbul bau khas teh. Penggulungan pucuk teh dilakukan satu kali agar tidak terjadi kerusakan terlalu banyak pada daun.

  Banyak daun yang dimasukan akan mempengaruhi kualitas penggulungan, jika jumlahnya melebihi kapasitas maka daun yang berada dibagian bawah akan sulit menggulung. Lama penggulungan disesuaikan dengan tingkat kelayuan pucuk, ukuran, tipe mesin penggulung dan mutu pucuk yang diolah. Sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu masuk mesin penggulung (Setyamidjaja, 2000).

  3.2.4. Pengeringan Pengeringan teh bertujuan untuk menurunkan kadar air dari pucuk yang digulung menjadi 3-4, memekatkan cairan sel yang menempel pada permukaan daun yang akan berfungsi untuk memperkokoh bentuk gulungan teh, serta memperbaiki bentuk teh yang dihasilkan menjadi bulat terpilin. Mesin yang digunakan dalam pengeringan yaitu mesin oven dan Rotary Dryer (RD). Pengeringan dengan metode Jepang dan metode Cina berbeda. Metode Cina dilakukan pengeringan sebanyak dua kali sedangkan metode Jepang hanya sekali.

  Proses pengeringan dengan metode Jepang dilakukan dengan mesin RD pada suhu 120°C selama 90 menit, pengeringan dapat diakhiri ketika pucuk teh dapat dipatahkan sedangkan pada metode Cina, pengeringan awal menggunakan oven dengan suhu 100℃ selama 15 menit dan pengeringan kedua menggunakan mesin RD dengan suhu 120℃ selama 90 menit. Pengeringan awal dengan metode Cina bertujuan untuk menurunkan kadar air 30-35 dan membantu memekatkan cairan sel daun sedangkan pada pengeringan akhir selain untuk mengeringkan teh hingga kadar air 3-4 juga untuk mngecilkan dan meratakan gulungan.

  Proses pengeringan yang baik selain ditentukan oleh suhu dan putaran mesin juga ditentukan oleh kapasitas mesin pengering. Kapasitas per batch mesin pengering ditentukan oleh diameter mesin itu. Rotary dryer yang rollnya berdiameter 70 cm, mempunyai kapasitas pengeringan sebesar 40-50 kg teh kering, dan untuk roll yang berdiameter 100 cm kapasitasnya 60-70 kg teh kering (Setyamidjaja, 2000).

  Gambar 10. Proses pengeringan

  3.2.5. Sortasi kering Pengolahan dengan dua metode yang dilakukan di PT. Bali Cahaya Amerta menghasilkan produk akhir yang berbeda. Metode Jepang akan menghasilkan teh hijau curly dan metode Cina menghasilkan teh hjau wiry sehingga masih perlu dilakukan sortasi.

  Sortasi merupakan kegiatan memisahkan suatu benda dengan benda yang lain. Teh yang sudah mengalami pengeringan ternyata masih heterogen bercampur dengan tangkai daun, kerikil bahkan kotoran lain. Hal ini membutuhkan proses penyortiran atau pemisahan daun teh dari benda-benda asing untuk mendapatkan bentuk dan ukuran teh yang seragam. Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan membentuk atau mengelompokkan jenis mutu teh hijau dengan bentuk dan ukuran yang seragam sesuai dengan standar. PT. Bali Cahaya Amerta dalam melakukan sortasi teh hijau kering masih dengan cara sederhana yaitu memisahkan benda asing dengan tangan. Kemudian teh yang sudah selesai disortasi ditimbang untuk mengetahui hasil akhir dari pengolahan pucuk.

  Gambar 11. Teh hijau wiry

  Gambar 12. Teh hijau curly

  3.2.6. Pengemasan Produk Jadi Pengemasan merupakan kegiatan penuangan produk ke dalam kemasan. Produk teh harus segera dikemas, karena teh cepat menyerap bau-bauan disekitar penyimpanan teh. Menurut Kartika et al (1983) dalam Pratiwi (2017), pengemasan mempunyai tujuan seperti di bawah ini :

  1. Dapat melindungi teh dari kontaminasi mikroba maupun kotoran fisik.

  2. Memudahkan dalam pengangkutan dan pemasaran.

  3. Dapat memperbaiki penampilan dalam rangka kepentingan penjualan.

  4. Memudahkan dalam penyimpanan di dalam gudang.

  Teh hijau yang sudah mengalami sortasi, langsung dikemas dengan karung plastik dan dilakukan penyimpanan digudang. Pengemasan menggunakan pengemas aluminium foil, tube, paper brown, standing pouch, daiso, tea bag dan plastik biasanya dilakukan jika ada pemesanan oleh konsumen. Pelabelan nama pada produk akhir pun dilakukan jika sudah dikemas sesuai dengan permintaan konsumen, hanya saja pada pelabelan teh hijau produk dengan dua metode pengolahan masih diberikan dengan nama dagang yang sama. Bentuk akhir yang dihasilkan pada metode Jepang yaitu curly dan metode Cina yaitu wiry.

  Kemasan pada teh hijau biasanya terdapat dua kemasan yaitu sekunder dan primer. Pengemas aluminium foil dapat digunakan sebagai kemasan primer maupun sekunder. Aluminium foil sebagai kemasan sekunder biasanya digunakan dalam mengemas daiso, tea bag dan plastik sedangkan tube, paper brown, standing pouch biasanya langsung digunakan sebagai pengemas primer. Pengemasan teh hijau dan berat biasanya dilakukan sesuai dengan permintaan pembeli.

  Gambar 13. Salah satu kemasan teh hijau

  3.2.7. Penyimpanan Setelah produk selesai dikemas akan dilakukan penyimpanan. Penyimpanan akan dilakukan disebuah ruangan yang disebut dengan gudang. Penyimpanan teh hijau dilakukan pada sebuah gudang yang terletak pada lantai 1 dimana gudang tersebut berhubungan langsung dengan ruang packing di lantai 2 dengan sebuah lift barang sebagai penghubungnya. Teh hijau yang telah dikemas dapat tahan hingga 2 tahun lamanya dari waktu produksi.

IV. PEMBAHASAN

  Perusahaan PT. Bali Cahaya Amerta dalam melakukn produksi teh sudah berjalan baik, namun masih terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksaaan produksi. Permasalahan tersebut harus ditangani lebih lanjut, mengingat PT. Bali Cahaya Amerta merupakan satu-satunya produsen teh di Bali yang biasa menguasai pasar Bali dan untuk menjaga kualitas dan memaksimalkan hasil produksi. Permasalahan yang perlu ditangani lebih lanjut mengenai penanganan bahan baku, proses pelayuan, pengemasan, mesin dan peralatan.

4.1. Penanganan Bahan Baku