this PDF file ASPEK HUKUM PENYALURAN SIARAN TELEVISI MELALUI KABEL BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN | Ahmad | Legal Opinion 1 PB
ASPEK HUKUM PENYALURAN SIARAN TELEVISI MELALUI KABEL
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG
PENYIARAN
Asria Wahyuni Ahmad
Surahman
Rahmat Bakri
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Aspek Hukum Penyaluran Siaran Televisi Melalui Kabel
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran” dengan
rumusan masalah bagaimanakah landasan hukum penyiaran televisi melalui kabel
dan bagaimanakah perizinan penyiaran televisi melalui kabel. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari bagaimanakah landasan hukum
penyiaran televisi melalui kabel dan untuk mengetahui dan mempelajari
bagaimanakah prosedur perizinan penyiaran televisi melalui kabel. Metode
penelitian adalah peneltian hukum. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
perundang-undangan dan konseptual. Hasil penelitian menunjukan bahwa : pertama,
pengaturan tentang TV kabel yang ada saat ini masih belum bisa mengatur dan
melindungi semua permasalahan yang timbul karena adanya TV Kabel oleh karena
itu terjadinya kekosongan hukum yang berimplikasi pada ketidak pastian hukum
dalam penyelenggaraan jasa penyiaran televisi melalui kabel. Kedua, pelaksanaan
prosedur perizinan, tahap-tahap yang harus dilewati oleh pihak pemohon terlalu
dipersulit dan kurangnya aturan khusus mengenai syarat perizinan dan izin bersyarat
dalam penyelenggaraan penyiaran TV Kabel.
Kata Kunci : Televisi Melalui Kabel, Perizinan, UU Penyiaran
penduduk maupun swasta. Departemen
I. PENDAHULUAN
Penerangan R.I. dan beberapa pejabat
A. Latar Belakang
Keberadaan
penyiaran
televisi
militer daerah bahkan menyediakan
melalui kabel yang kerap disebut TV
antena
Kabel diawali oleh kebijakan langit
dipedalaman yang terisolasi untuk
terbuka
memungkinkan mereka menangkap
(open
pemerintah.
sky
Pada
policy)
tahun
oleh
parabola
bagi
penduduk
1986,
pemerintah secara resmi mengizinkan
penggunaan
antena
parabola
oleh
31
sinyal. 1 Seiring berjalannya waktu,
pemilik
pada
pemerintah
peluang bisnis untuk menyalurkan
mengeluarkan Kepmen Nomor 111
siaran-siaran yang ditontonnya ke
Tahun 1990 yang mengatur lebih
rumah-rumah warga yang lain yang
lanjut mengenai penggunaan parabola.
kebetulan
tidak
Kehadiran antena parabola menjadi
parabola.
Bermula
gejala baru dimasyarakat, tidak hanya
kemudian usaha penyelenggaraan TV
di kota-kota tapi merambah jauh ke
Kabel berkembang seperti sekarang.2
tahun
1990
pelosok-pelosok desa.
antena
parabola
melihat
memiliki
antena
dari
sinilah
Banyaknya permintaan masyarakat
Kepmen Nomor 111 Tahun 1990
untuk
menggunakan
layanan
TV
mengatur pemanfaatan antena parabola
Kabel, sehingga lapangan usaha TV
oleh masyarakat dengan ketentuan: (1)
Kabel mulai bermunculan. Namun,
penggunaan
tidak
parabola
tidak
boleh
sedikit
dari usaha
tersebut
melemahkan ketahanan nasional; dan
merupakan usaha yang ilegal dan tidak
(2) antena parabola merupakan milik
memiliki
pribadi,
penyiaran
karenanya
Penerangan
c.q.
Departemen
TVRI
tidak
izin
penyelenggaraan
berlangganan.
penyelenggaraan
Izin
penyiaran
diatur
bertanggung jawab atas pembangunan,
dalam Undang-Undang Nomor 32
pengoperasian,
Tahun
pemeliharaan,
dan
2002
tentang
Penyiaran
resiko kepemilikannya. Pada saat itu,
(Lembaran Negara Republik Indonesia
kepemilikan
di
Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan
Indonesia dinilai tertinggi di negara-
Lembaran Negara Republik Indonesia
negara Asia. Dalam perkembangan
Nomor
selanjutnya
undang-undang
antena
parabola
kepemilikan
antena
4252),
selanjutnya
ditulis
penyiran.
parabola yang semula bersifat pribadi
Pemberlakuan izin yang ada pada
mulai memasuki wilayah bisnis. Para
penyelenggaraan
1
Rusdin Tompo (editor), Perda TV Kabel
Sebuah Pengalaman, Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah Sulawesi Selatan, Makassar,
2014, hlm. 2.
penyiaran
berlangganan sangat dibutuhkan demi
2
Ibid., hlm. 3
32
Indonesia,
adalah maraknya TV Kabel ilegal.
karena Indonesia merupakan negara
Berdasarkan data tahun 2014 yang
hukum.
dirilis
keteraturan
di
negara
KPI
(Komisi
Penyiaran
Manfaat dari TV Kabel yang dapat
Indonesia) Pusat, terdapat lebih dari
dirasakan oleh pelanggannya yaitu
2.000 televisi berbayar belum berizin
masyarakat yang tinggal di daerah-
yang tersebar di seluruh wilayah
daerah yang tidak terjangkau oleh
Indonesia. Dari aspek
jaringan siaran televisi atau (blank
terdapat kualitas program yang kerap
spot) yang jika hanya menggunakan
kontraduktif
antena biasa dapat menikmati siaran
bangsa,
yang beragam sehingga memperoleh
negatif (negative content) yang secara
informasi beserta hiburan. Kehadiran
vulgar memperagakan pornografi dan
TV
memberikan
kekerasan, saluran program siaran
kesempatan kepada orang-orang yang
yang belum mendapatkan persetujuan
tidak
karena
KPI. Termasuk prokontra in house
maka
production, sensor internal dan kunci
barupun
parental yang tidak terimplementasi
Kabel
juga
memiliki
dengan
pekerjaan,
adanya
TV
Kabel
lapangan pekerjaan yang
terbuka.
seperti
nilai
muatan
budaya
program
dengan baik, perihal klasifikasi isi
Ada dua domain problema terkait
dengan eksistensi TV Kabel sebagai
gejala
dengan
isi siaran,
bisnis
dan
gejala
siaran, bahasa siaran, dan termasuk
layanan konsumen. 4
sosial
sekaligus. Domain problema tersebut,
menurut
Danang
Sangga
Buana,3
pertama, domain infrastruktur dan
kedua, domain isi siaran. Problema
utama
menyangkut
infrastruktur
3
Danang Sangga Bunawa, Upaya
Mengatur Televisi Berbayar, artikel dalam
majalah Penyiaran Kita, edisi NovemberDesember 2015, hlm. 24-25.
4
Ibid, hlm. 25-26.
33
dinyatakan dalam Pasal 28F UUD
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan
NRI 1945 :
dalam latar belakang di atas, maka
Setiap
penulis
berkomunikasi
menentukan
rumusan
orang
berhak
dan
untuk
memperoleh
masalah sebagai berikut :
informasi
1. Bagaimanakah landasan hukum
pribadi dan lingkungan sosialnya,
penyiaran televisi melalui kabel ?
2. Bagaimanakah
perizinan
penyiaran televisi melalui kabel ?
II. PEMBAHASAN
serta
untuk
berhak
mengembangkan
untuk
mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah
dan
menyampaikan
informasi
dengan
menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia.
A. Landasan Hukum Penyiaran
salah
Televisi Melalui Kabel
1. Undang-Undang
Keberadaan televisi merupakan
Nomor
32
satu
sarana
memungkinkan dan
yang
memudahkan
Tahun 2002 tentang Penyiaran
masyarakat untuk memenuhi haknya
Salah satu tujuan negara yang
di bidang informasi. Media televisi
terumus dalam pembukaan UUD
sekaligus berfungsi sebagai sarana
NRI
mencerdaskan
edukasi
1945 adalah
dan
hiburan
bagi
kehidupan
bangsa.
Tidak
dapat
masyarakat. Namun selain hal-hal
disangkal
bahwa
salah
satu
yang bersifat ideal tersebut, televisi
instrumen
penting
bagi
upaya
juga membawa dampak buruk bagi
adalah
masyarakat dan lingkungan sosial6.
pencerdasan
bangsa
memberikan akses kepada seluruh
Banyaknya
masyarakat
warga negara untuk memperoleh
bergantung
informasi sebagai hak asasi manusia
mengakibatkan meningkatnya jumlah
yang
stasiun
dibutuhkan
pengembangan
pribadi
untuk
dan
lingkungan sosialnya 5. Hal tersebut
pada
yang
televisi
bermunculan.
swasta
Namun
televisi
yang
beragam
stasiun televisi tersebut tidak dapat
dinikmati pada setiap wilayah. Oleh
5
Naskah Akademik Rancangan Perda
Sulawesi Tengah tentang Penyiaran Televisi
Melalui Kabel, Sekretariat DPRD Sulawesi
Tengah dan Fisip Universitas Tadulako,
2016, hlm 11
6
Ibid
34
karena
itu
munculnya
lembaga
penyiaran
berlangganan
melalui
keberaaan
lembaga
berlangganan
melalui
penyiaran berlangganan TV Kabel
satelit
sebagai salah satu sarana untuk
penyiaran
mempermudah memperoleh siaran
terrestrial7.
stasiun televisi yang beragam.
2. Peraturan
Pengelolaan media penyiaran di
dan
Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 52
Indonesia diatur dalam Undang-
Tahun
2005
tentang
Undang Nomor 32 tahun 2002
Penyelenggaraan
Penyiaran
tentang Penyiaran. Dalam undang-
Lembaga
Penyiaran
undang
Berlangganan
ini
dijelaskan
“Penyiaran
adalah
bahwa:
kegiatan
Peraturan
menteri
Republik
melalui
Indonesia Nomor 52 Tahun 2005
sarana pemancaran dan/atau sarana
tentang Penyelenggaraan Penyiaran
transmisi di darat, di laut atau di
Lembaga Penyiaran Berlangganan
antariksa
(Lembaran
pemancarluasan
siaran
dengan
menggunakan
Negara
Republik
spektrum frekuensi radio melalui
Indonesia Tahun 2005 Nomor 129,
udara, kabel, dan/atau media lainnya
Tambahan
untuk dapat diterima secara serentak
Republik Indonesia Nomor 4568)
dan
selanjutnya
bersamaan
oleh
masyarakat
dengan perangkat penerima siaran”.
Penyiaran televisi melalui kabel
Lembaran
ditulis
Negara
(PP)
Nomor
52/2005.
(PP)52/2005
mengatur
secara
diatur dalam Pasal 26 ayat (1) huruf
umum mengenai penyelenggaraan
b Undang-Undang Nomor 32 Tahun
penyiaran
2002 tentang Penyiaran (selanjutnya
berlangganan berdasarkan klasifikasi
ditulis UU Penyiaran). Penyiaran
sebagai berikut :
televisi melalui kabel dikategorikan
a. Penyiaran berlangganan melalui
sebagai
lembaga
berlangganan.
penyiaran
kabel,
penyiaran
Selain
lembaga
berlangganan
pada
pasal
yang
melalui
lembaga
penyiaran
satelit
b. Penyiaran berlangganan melalui
kabel
sama
ditegaskan pula keberadaan lembaga
7
Ibid, hlm 13
35
c. Penyiaran berlangganan melalui
terrestrial
berlangganan,
sebagai
berikut8 :
Lembaga Penyiaran Berlangganan
harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. didirikan oleh warga negara
b. didirikan dengan bentuk badan
hukum Indonesia berupa perseroan
terbatas;
bidang
usahanya
menyelenggarakan
hanya
jasa
penyiaran
berlangganan;
d.
modal awal
seluruhnya
usahanya
dimiliki
oleh
harus
warga
negara Indonesia dan/atau badan
hukum
izin
atas
setiap
b.
melakukan
sensor
internal
terhadap semua isi siaran yang akan
disiarkan dan/atau disalurkan;
c. menyediakan paling sedikit 10%
(sepuluh perseratus) dari kapasitas
saluran untuk menyalurkan program
dari Lembaga Penyiaran Publik dan
Lembaga Penyiaran Swasta; dan
Indonesia;
c.
mempunyai
program siaran dalam setiap saluran;
Persyaratan pendirian lembaga
penyiaran
a.
Indonesia
yang
seluruh
sahamnya dimiliki oleh warga negara
Indonesia
Dalam
penyelenggaraan
pelaksanaan
penyiaran,
Lembaga Penyiaran Berlangganan
harus berkwajiban9 :
d. menyediakan 1 (satu) saluran
siaran
produksi
dalam
negeri
berbanding 10 (sepuluh) saluran
siaran produksi luar negeri atau
paling sedikit 1 (satu) saluran siaran
produksi dalam negeri.
3. Peraturan Menteri Komunikasi
dan
Informatika
Indonesia
Tahun
Republik
Nomor 41
2012
tentang
Penyelenggaraan
Penyiaran
Lembaga
Penyiaran
Berlangganan Melalui Satelit,
Kabel, dan Terestrial
Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga
8
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan
Penyiaran
Lembaga
Penyiaran Berlangganan Pasal 3
9
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2005 tentang
Penyiaran
Berlangganan
Melalui
Penyelenggaraan
Penyiaran
Lembaga
Penyiaran Berlangganan Pasal 12
36
Satelit, Kabel, dan Terestrial ( Berita
imbal
Negara Republik Indonesia Tahun
berlangganan dari pelanggannya.
2012
Nomor
disebut
1020)
PERMEN
selanjutnya
jasa
berupa
3. Lembaga
iuran
Penyiaran
Berlangganan
KOMINFO
dapat
menyelenggarakan siaran iklan
Nomor 41/2012.
niaga
PERMEN KOMINFO Nomor
dan
iklan
layanan
41/2012 mengatur mengenai hak dan
masyarakat, dengan ketentuan11 :
kewajiban
a. materi siaran iklan harus
penyiaran
bagi
penyelenggara
berlangganan.
menggunakan
Dalam
pelaksanaannya Lembaga Penyiaran
dalam negeri
Berlangganan
b.
memiliki
hak-hak
sebagai berikut10 :
1. Setiap
siaran
iklan
ditayangkan
Lembaga
Berlangganan
asing
dalam
daya
yang
program-
Penyiaran
program yang disalurkan dari
telah
luar negeri harus diganti dengan
yang
siaran iklan dalam negeri.
memiliki Izin Penyelenggaraan
berhak
4. Lembaga Penyiaran Berlangganan
penyiaran
harus menyediakan waktu untuk
Penyiaran
menyelenggarakan
sumber
berlangganan dengan jangkauan
siaran iklan layanan masyarakat.
wilayah
Lembaga
siaran
yang
telah
Penyiaran
ditentukan berdasarkan izin yang
Berlangganan berkewajiban untuk12 :
diberikan.
a.
2. Setiap
Lembaga
Berlangganan
yang
memberikan jasa
penyiaran
Penyiaran
kepada
telah
pelayanan
para
pelanggannya berhak memungut
10
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Melalui Satelit, Kabel dan Terrestrial Pasal 7
membayar
Penyelenggaraan
merupakan
biaya
Penyiaran
Penerimaan
Izin
yang
Negara
Bukan Pajak (PNBP) sesuai dengan
11
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Melalui Satelit, Kabel dan Terrestrial , Pasal
8
12
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Melalui Satelit, Kabel dan Terrestrial , Pasal
9
37
ketentuan
peraturan
perundang-
i. memiliki izin stasiun bumi untuk
undangan;
Television Received Only (TVRO)
b. memenuhi Rencana Dasar Teknik
dalam hal menerima siaran dari
Penyiaran sesuai dengan ketentuan
satelit asing.
Dan
peraturan perundangundangan;
Lembaga
Penyiaran
c. memenuhi Persyaratan Teknis
Berlangganan
Perangkat Penyiaran sesuai dengan
pelayanan
ketentuan
wajib memenuhi ketentuan sebagai
peraturan
perundang-
memiliki
perangkat
memberikan
kepada
pelanggannya
berikut13
undangan;
d.
dalam
sertifikat
transmisi
untuk
yang
akan
a. menentukan standar pelayanan
minimum secara terbuka;
digunakan dalam Penyelenggaraan
b. memberikan pelayanan yang sama
Penyiaran Berlangganan;
kepada para Pelanggan;
e. memiliki Hak Siar atas setiap
c. membuat ketentuan dan syarat-
program siaran yang disiarkan;
syarat berlangganan;
f. melakukan sensor internal terhadap
d.
semua isi siaran yang akan disiarkan
lengkap dan transparan mengenai
dan/atau disalurkan;
layanan yang diberikan; dan
g. menyediakan sekurang-kurangnya
e.
10%
Pelanggan
(sepuluh
kapasitas
kanal
perseratus)
saluran
dari
untuk
memberikan
informasi
memberitahukan
apabila
akan
yang
kepada
terjadi
perubahan program siaran disertai
menyalurkan program dari Lembaga
dengan alasannya.
Penyiaran
f. Lembaga Penyiaran Berlangganan
Publik
dan
Lembaga
Penyiaran Swasta;
wajib menyediakan pusat pengaduan
h. menyediakan 1 (satu) saluran
untuk menampung setiap keluhan
produksi dalam negeri berbanding 10
dari Pelanggan, baik di kantor pusat
(sepuluh) saluran siaran produksi
maupun di kantor perwakilan.
luar negeri atau paling sedikit 1
13
(satu) saluran siaran produksi dalam
negeri; dan
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Melalui Satelit, Kabel dan Terrestrial, Pasal
10, Pasal 11
38
g. Lembaga Penyiaran Berlangganan
5. Pelanggan wajib membayar iuran
wajib memiliki standar operasional
berlangganan
prosedur
kesepakatan
keluhan
dalam
yang
menyelesaikan
disampaikan
oleh
Pelanggan.
dengan
sesuai
dengan
antara
Pelanggan
Lembaga
Penyiaran
Berlangganan.
Dalam
penyelenggaraan
penyiaran
berlangganan
pelanggan sebagai berikut
14
6. Pelanggan
wajib
memenuhi
hak-hak
kewajiban-kewajiban yang telah
:
disepakati
1. Pelanggan mempunyai hak yang
dengan
Lembaga
Penyiaran Berlangganan.
sama untuk mendapatkan layanan
dari
Lembaga
Penyiaran
Berlangganan.
4. Peraturan Menteri Komunikasi
dan
2. Pelanggan berhak mendapatkan
Informatika
Republik
Indonesia
Nomor:
layanan sesuai dengan paket
28/P/M.KOMINFO/09/2008
program siaran, kualitas gambar,
tentang
dan harga yang ditawarkan oleh
Persyaratan
Lembaga
Penyiaran
Penyelenggaraan Penyiaran
disepakati
Peraturan Menteri Komunikasi
Berlangganan
yang
oleh kedua belah pihak.
Tata
Cara
dan
Perizinan
dan Informatika Republik Indonesia
3. Pelanggan berhak atas informasi
Nomor
:
yang benar, jelas, dan jujur
28/P/M.KOMINFO/09/2008 tentang
mengenai
Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
kondisi
jaminan
layanan.
4. Pelanggan
Penyelenggaraan
berhak
untuk
mengatur
Penyiaran
mengenai
persyaratan
diperlakukan atau dilayani secara
pendirian dan perizinan lembaga
benar
penyiaran.
dan
jujur
serta
tidak
diskriminatif.
Berlangganan
Lembaga
Penyiaran
ddirikan
dengan
persyaratan sebagai berikut 15:
14
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Melalui Satelit, Kabel dan Terrestrial, Pasal
12, dan Pasal 13
15
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor :
28/P/M.KOMINFO/09/2008 tentang Tata
39
a. oleh Warga Negara Indonesia
Indonesia
saat
ini
menganut
(WNI);
sistem
b. berbentuk badan hukum Indonesia
mengatur penyiaran17. Ada beberapa
berupa perseroan terbatas;
pihak yang mempunyai kewenangan
c.
bidang
usahanya
menyelenggarakan
jasa
hanya
penyiaran
multiregulator
dalam
dalam mengatur proses perizinan
penyiaran.
Pertama,
KPI
berlangganan;
proses
perizinan
d. seluruh modal awal usahanya
selama
ini
dimiliki oleh WNI dan/ataubadan
pemerintah
hukum
kewenangan dalam peraturan teknis
Indonesia
yang
seluruh
perizinan
Lembaga
Penyiaran Berlangganan memiliki
16
persyaratan sebagai berikut :
Dalam
mengajukan
perizinan,
adalah
berjalan
mitra
yang
dari
diberikan
(Peraturan-Peraturan
sahamnya dimiliki oleh WNI.
Dalam
yang
dalam
Pemerintah
yang mengatur penyiaran) dalam
mengawasi
dan
menilai
konten
siaran.
permohonan
LPB harus memenuhi
KPI sebagai regulator penyiaran
memiliki
wewenang
untuk
persyaratan administrasi, program
memberikan
siaran, dan data teknik penyiaran
pengawasan serta evaluasi (sanksi)
dengan
agar
mengisi
sebagaimana
dimaksud
formulir
dalam
panduan
penyelenggaraan
dan
penyiaran
dapat berjalan sesuai dengan tujuan
Lampiran 4 Peraturan Menteri ini.
penyiaran.
B. Perizinan Penyiaran Televisi
harus tetap memegang prinsip bahwa
normatif
KPI
penyiaran harus memiliki efek positif
Melalui Kabel
1. Pihak-pihak
Secara
yang
memiliki
kewenangan dalam mengatur
proses perizinan penyiaran
Cara
dan
Persyaratan
Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran, Pasal 12
16
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor :
28/P/M.KOMINFO/09/2008 tentang Tata
Cara
dan
Persyaratan
Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran, Pasal 13
kepada masyarakat Indonesia 18.
Kedua, Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kemenkominfo)
17
Workshop Komisi
Penyiaran
Indonesia Pusat Bidang Pengelolaan
Struktur dan Sistem Penyiaran, Menata
Sistem Penyiaran di Era Konvergensi
Media, Bandung 28-30 Oktober 2014, hlm
14
18
Ibid, hlm 11
40
secara
teknis
proses
perizinan
memiliki
kewenangan
dalam
penilaian
kelengkapan
teknis
infrastruktur penggunaan frekuensi
dan juga kelengkapan administrasi
lainnya
yang
berkaitan
dengan
yang menjamin profesionalitas di
bidang penyiaran21.
2. Peran pada saat pelaksanaan
proses Perizinan
Setelah
pemohon
melengkapi
perizinan penyiaran. Secara tidak
semua
langsung, kelengkapan administrasi
administrasi, program siaran, dan
juga melibatkan Pemerintah Daerah
data teknik penyiaran dalam jangka
(Pemda) sebagai penguasa wilayah
waktu sesuai jadwal yang telah
tempat
ditetapkan
lembaga
penyiaran
berkas
KPI
mendirikan usaha penyiarannya 19.
memperhatikan
2. Peran
berlaku,
KPI
Pada
Setiap
KPI
ini
dan
atau
ketentuan
yang
maka
EDP
dapat
dilaksanakan. Setelah permohonan
Tahapan Proses Perizinan
Kewenangan
persyaratan
akan
didaftarkan
oleh
KPI/KPID
dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kemudian disampaikan ke Menteri22.
peran20 :
3. Peran Setelah Proses Perizinan23
1. Peran
sebelum
pelaksanaan
amanat
UU.
Nomor.32/2002 tentang Penyiaran,
KPI
akan
penyiaran
untuk
mendukung
yang
tujuan
diselenggarakan
menumbuhkan
industri
penyiaran Indonesia, di sisi lain KPI
juga
ikut
memiliki
fungsi
pengawasan, yaitu mengawasi
proses perizinan
Sesuai
a. KPI
membantu
menyusun
perencanaan pengembangan SDM
konten dan isi siaran televisi agar
tidak
menyimpang
Penyiaran,
dari
P3SPS
UU
maupun
ketentuan lain yang terkait.
b. KPI
dibilang
pengelolaan
struktur
sistem
dan
penyiaran
terus melakukan langkah-langkah
konkret didalam proses perizinan,
agar
pemohon
masyarakat
serta
yang
elemen
ingin
21
19
Ibid, hlm 14
20
Ibid, hlm 34
Ibid
Ibid, hlm 36
23
Ibid, hlm 43
22
41
memproses
izin
mendapatkan
Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
kepastian hukum. Salah satunya
Penyelenggaraan
dengan
melakukan
Pengaturan KPI Nomor 03 Tahun
dengan
2012 tentang Tata Cara Perizinan
terus
koordinasi
kemenkominfo RI baik untuk
Dalam
penjadwalan
Rekomendasi
maupun
membicarakan
Penyiaran
Rangka
dan
Penertiban
Kelayakan
substansi
Penyelenggaraan Penyiaran, terdapat
keberlangsungan hidup lembaga
unsur-unsur yang berperan penting
penyiaran.
dalam kegiatan proses perizinan24:
c. Oleh sebab itu KPI terus terlibat
di dalam penyusunan kebijakan
yang
dikeluarkan
oleh
Pemerintah (kemenkominfo RI).
d. Selain
itu
KPI
pun
terus
menigkatkan pengawalan setiap
tahapan proses perizinan bagi
pemohon guna efisiensi serta
efektivitas.
e. KPI
lembaga
negara
yang
bersifat
independen yang ada di pusat dan di
daerah, sebagai wujud peran serta
masyarakat di bidang penyiaran,
yang tugas dan wewenangnya diatur
dalam Undang-Undang Nomor 32
melakukan
pengembangan SDM penyiaran
professional,
masyarakat
kegiatan
Selanjutnya disebut KPI adalah
Tahun 2002 tentang Penyiaran.
juga
yang
A. Komisi Penyiaran Indonesia
:
serta
dalam
bentuk
literasi
media,
Training of Trainer, maupun
dialog khusus dengan seluruh
Tugas dalam Proses Perizinan :
KPI
melakukan
pemeriksaan
kelengkapan persyaratan program
siaran berdasarkan pada Pedoman
Perilaku
Penyiaran
dan
Standar
Progam Siaran (P3 dan SPS).
stakeholders penyiaran.
3. Peran
dan
Tugas
Masing-
Masing Unsur dalam Proses
24
Perizinan
Sesuai Permenkominfo Nomor :
28/P/M/M.Kominfo/9/2008
tentang
Workshop Komisi Penyiaran
Indonesia Pusat Bidang Pengelolaan
Struktur dan Sistem Penyiaran, Menata
Sistem Penyiaran di Era Konvergensi
Media, Bandung 28-30 Oktober 2014, hlm
31
42
B. Sekretariat KPI
Merupakan
pelaksanaan
spektrum frekuensi radio serta
unsur
pendukung
tugas
KPI/KPID,
sebagaimana amanat UU No. 32
orbit satelit.
D. Pemerintah Daerah
Adalah
Lembaga
Pemerintah
Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal
Daerah
9 ayat (4) : “KPI dibantu sebuah
Kabupaten/Kota yang ruang lingkup
sekretariat
tugas dan tanggung jawabnya di
yang
dibiayai
oleh
tingkat
Provinsi,
negara”.
bidang komunikasi dan informatika.
C. Pemerintah (Menteri)
1. Tugas Pemda Provinsi
Adalah
pejabat
negara
yang
ruang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang komunikasi dan
a. Evaluasi persyaratan administrasi
dan data teknis permohonan izin
penyelenggaraan penyiaran jasa
penyiaran televisi.
informatika (Menkominfo RI).
b. Pemberian
rekomendasi
Tugas dalam proses perizinan :
kelengkapan data administrasi
Pemerintah
dan data teknis permohonan izin
Kominfo
RI
dibagi
dalam 2 (dua) bidang kerja :
1. Direktorat
penyelenggaraan televisi.
Jenderal
Penyelenggara Pos dan Informasi
(Ditjen
PPI)
pemeriksaan
melakukan
kelengkapan
persyaratan administrasi.
Perangkat
Informatika
Pos
(Ditjen
melaksanakan
a. Evaluasi persyaratan administrasi
dan
data
teknis
terhadap
permohonan
izin
penyelenggaraan penyiaran jasa
2. Direktorat Jenderal Sumber Daya
dan
2. Tugas Pemda Kabupaten/Kota
dan
SDPPI)
pemeriksaan
penyiaran radio.
b. Pemberian
rekomendasi
kelengkapan data administrasi
dan
data
teknis
persyaratan
kelengkapan teknik penyiaran,
permohonan
dan kebijakan di bidang pos dan
penyelenggaraan radio.
telekomunikasi,
izin
pengelolaan
43
c. Pemberian
izin
lokasi
pembangunan studio dan stasiun
pemancar radio dan/atau televisi.
Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia
Nomor: 28/P/M.KOMINFO/09/2008
tentang Tata Cara dan Persyaratan
Penyelenggaraan
Penyiaran25 :
Badan Hukum
Kedua
:
Membuat
Permohonan dan studi Kelayakan
3. Tahap Ketiga : Proses Verifikasi
4. Tahap Keempat : Proses Evaluasi
Dengar Pendapat
5. Tahap Kelima : Rekomendasi
Kelayakan
6. Tahap Keenam : Proses Forum
Rapat Bersama
Siaran
8. Tahap Kedelapan : Penetapan
Izin Penyelenggaraan Penyiaran
Kesembilan
Izin
Penyelenggaraan Penyiaran
25
sebagai berikut:
1. Landasan
hukum
televisi
melalui
belum
sepenuhnya
penyiaran
kabel
masih
mengatasi
permasalahan yang timbul dari
TV
mengenai
Kabel
terkait
pengaturan
kabel
jaringan oleh operator TV Kabel
dan
perizinannya
yang
mengakibatkan
kekosongan
terjadi
hukum
yang
berimplikasi pada ketidakpastian
dalam
penyelenggaraan
jasa
penyiaran TV Kabel.
2. Dalam
pelaksanaan
prosedur
perizinan, tahap-tahap yang harus
(warga negara dan/atau badan
hukum
Indonesia
mengajukan
yang
permohonan
atas
Izin Penyelenggaraan Penyiaran)
:
Penyelenggaraan Penyiaran dan
Perpanjangan
terhadap
dilewati oleh pihak pemohon
7. Tahap Ketujuh : Masa Uji Coba
9. Tahap
analisis
rumusan masalah maka disimpulkan
adanya
1. Tahap Pertama : Pembentukan
2. Tahap
A. Simpulan
Berdasarkan
4. Mekanisme Perizinan
Perizinan
III. PENUTUP
Judhariksawan, Hukum Penyiaran,
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm 7081
terlalu
rumit
dan
kurangnya
aturan khusus mengenai syarat
perizinan
dalam
dan
izin
bersyarat
penyelenggaraan
penyiaran TV Kabel.
44
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini
penulis menyarankan hal-hal sebagai
berikut :
1. Perlu
adanya
regulasi
yang
khusus untuk mengatur tentang
penyiaran televisi melalui kabel
oleh pemerintah. Agar adanya
kejelasan
dalam
pengaturan
televisi melalui kabel.
2. Dalam
prosedur
perizinan
kiranya pihak pemerintah yang
terkait dengan pembuatan izin
atau
pemberian
izin
tidak
mempersulit pomohon yang ingin
mengajukan
permohonan
perizinan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Danang Sangga Bunawa, Upaya Mengatur Televisi Berbayar, artikel dalam
majalah Penyiaran Kita, edisi November-Desember, 2015.
Judhariksawan, Hukum Penyiaran , Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010.
Naskah Akademik Rancangan Perda Sulawesi Tengah tentang Penyiaran Televisi
Melalui Kabel, Sekretariat DPRD Sulawesi Tengah dan Fisip Universitas
Tadulako, 2016
Rusdin Tompo (editor), Perda TV Kabel Sebuah Pengalaman , Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah Sulawesi Selatan, Makassar, 2014.
Workshop Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Bidang Pengelolaan Struktur dan
Sistem Penyiaran, Menata Sistem Penyiaran di Era Konvergensi Media ,
Bandung 28-30 Oktober 2014
Sumber Undang-undang :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4252)
Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran
Berlangganan Melalui Satelit, Kabel, Dan Terestrial
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
Nomor:
28/P/M.KOMINFO/09/2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran
46
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG
PENYIARAN
Asria Wahyuni Ahmad
Surahman
Rahmat Bakri
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Aspek Hukum Penyaluran Siaran Televisi Melalui Kabel
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran” dengan
rumusan masalah bagaimanakah landasan hukum penyiaran televisi melalui kabel
dan bagaimanakah perizinan penyiaran televisi melalui kabel. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari bagaimanakah landasan hukum
penyiaran televisi melalui kabel dan untuk mengetahui dan mempelajari
bagaimanakah prosedur perizinan penyiaran televisi melalui kabel. Metode
penelitian adalah peneltian hukum. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
perundang-undangan dan konseptual. Hasil penelitian menunjukan bahwa : pertama,
pengaturan tentang TV kabel yang ada saat ini masih belum bisa mengatur dan
melindungi semua permasalahan yang timbul karena adanya TV Kabel oleh karena
itu terjadinya kekosongan hukum yang berimplikasi pada ketidak pastian hukum
dalam penyelenggaraan jasa penyiaran televisi melalui kabel. Kedua, pelaksanaan
prosedur perizinan, tahap-tahap yang harus dilewati oleh pihak pemohon terlalu
dipersulit dan kurangnya aturan khusus mengenai syarat perizinan dan izin bersyarat
dalam penyelenggaraan penyiaran TV Kabel.
Kata Kunci : Televisi Melalui Kabel, Perizinan, UU Penyiaran
penduduk maupun swasta. Departemen
I. PENDAHULUAN
Penerangan R.I. dan beberapa pejabat
A. Latar Belakang
Keberadaan
penyiaran
televisi
militer daerah bahkan menyediakan
melalui kabel yang kerap disebut TV
antena
Kabel diawali oleh kebijakan langit
dipedalaman yang terisolasi untuk
terbuka
memungkinkan mereka menangkap
(open
pemerintah.
sky
Pada
policy)
tahun
oleh
parabola
bagi
penduduk
1986,
pemerintah secara resmi mengizinkan
penggunaan
antena
parabola
oleh
31
sinyal. 1 Seiring berjalannya waktu,
pemilik
pada
pemerintah
peluang bisnis untuk menyalurkan
mengeluarkan Kepmen Nomor 111
siaran-siaran yang ditontonnya ke
Tahun 1990 yang mengatur lebih
rumah-rumah warga yang lain yang
lanjut mengenai penggunaan parabola.
kebetulan
tidak
Kehadiran antena parabola menjadi
parabola.
Bermula
gejala baru dimasyarakat, tidak hanya
kemudian usaha penyelenggaraan TV
di kota-kota tapi merambah jauh ke
Kabel berkembang seperti sekarang.2
tahun
1990
pelosok-pelosok desa.
antena
parabola
melihat
memiliki
antena
dari
sinilah
Banyaknya permintaan masyarakat
Kepmen Nomor 111 Tahun 1990
untuk
menggunakan
layanan
TV
mengatur pemanfaatan antena parabola
Kabel, sehingga lapangan usaha TV
oleh masyarakat dengan ketentuan: (1)
Kabel mulai bermunculan. Namun,
penggunaan
tidak
parabola
tidak
boleh
sedikit
dari usaha
tersebut
melemahkan ketahanan nasional; dan
merupakan usaha yang ilegal dan tidak
(2) antena parabola merupakan milik
memiliki
pribadi,
penyiaran
karenanya
Penerangan
c.q.
Departemen
TVRI
tidak
izin
penyelenggaraan
berlangganan.
penyelenggaraan
Izin
penyiaran
diatur
bertanggung jawab atas pembangunan,
dalam Undang-Undang Nomor 32
pengoperasian,
Tahun
pemeliharaan,
dan
2002
tentang
Penyiaran
resiko kepemilikannya. Pada saat itu,
(Lembaran Negara Republik Indonesia
kepemilikan
di
Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan
Indonesia dinilai tertinggi di negara-
Lembaran Negara Republik Indonesia
negara Asia. Dalam perkembangan
Nomor
selanjutnya
undang-undang
antena
parabola
kepemilikan
antena
4252),
selanjutnya
ditulis
penyiran.
parabola yang semula bersifat pribadi
Pemberlakuan izin yang ada pada
mulai memasuki wilayah bisnis. Para
penyelenggaraan
1
Rusdin Tompo (editor), Perda TV Kabel
Sebuah Pengalaman, Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah Sulawesi Selatan, Makassar,
2014, hlm. 2.
penyiaran
berlangganan sangat dibutuhkan demi
2
Ibid., hlm. 3
32
Indonesia,
adalah maraknya TV Kabel ilegal.
karena Indonesia merupakan negara
Berdasarkan data tahun 2014 yang
hukum.
dirilis
keteraturan
di
negara
KPI
(Komisi
Penyiaran
Manfaat dari TV Kabel yang dapat
Indonesia) Pusat, terdapat lebih dari
dirasakan oleh pelanggannya yaitu
2.000 televisi berbayar belum berizin
masyarakat yang tinggal di daerah-
yang tersebar di seluruh wilayah
daerah yang tidak terjangkau oleh
Indonesia. Dari aspek
jaringan siaran televisi atau (blank
terdapat kualitas program yang kerap
spot) yang jika hanya menggunakan
kontraduktif
antena biasa dapat menikmati siaran
bangsa,
yang beragam sehingga memperoleh
negatif (negative content) yang secara
informasi beserta hiburan. Kehadiran
vulgar memperagakan pornografi dan
TV
memberikan
kekerasan, saluran program siaran
kesempatan kepada orang-orang yang
yang belum mendapatkan persetujuan
tidak
karena
KPI. Termasuk prokontra in house
maka
production, sensor internal dan kunci
barupun
parental yang tidak terimplementasi
Kabel
juga
memiliki
dengan
pekerjaan,
adanya
TV
Kabel
lapangan pekerjaan yang
terbuka.
seperti
nilai
muatan
budaya
program
dengan baik, perihal klasifikasi isi
Ada dua domain problema terkait
dengan eksistensi TV Kabel sebagai
gejala
dengan
isi siaran,
bisnis
dan
gejala
siaran, bahasa siaran, dan termasuk
layanan konsumen. 4
sosial
sekaligus. Domain problema tersebut,
menurut
Danang
Sangga
Buana,3
pertama, domain infrastruktur dan
kedua, domain isi siaran. Problema
utama
menyangkut
infrastruktur
3
Danang Sangga Bunawa, Upaya
Mengatur Televisi Berbayar, artikel dalam
majalah Penyiaran Kita, edisi NovemberDesember 2015, hlm. 24-25.
4
Ibid, hlm. 25-26.
33
dinyatakan dalam Pasal 28F UUD
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan
NRI 1945 :
dalam latar belakang di atas, maka
Setiap
penulis
berkomunikasi
menentukan
rumusan
orang
berhak
dan
untuk
memperoleh
masalah sebagai berikut :
informasi
1. Bagaimanakah landasan hukum
pribadi dan lingkungan sosialnya,
penyiaran televisi melalui kabel ?
2. Bagaimanakah
perizinan
penyiaran televisi melalui kabel ?
II. PEMBAHASAN
serta
untuk
berhak
mengembangkan
untuk
mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah
dan
menyampaikan
informasi
dengan
menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia.
A. Landasan Hukum Penyiaran
salah
Televisi Melalui Kabel
1. Undang-Undang
Keberadaan televisi merupakan
Nomor
32
satu
sarana
memungkinkan dan
yang
memudahkan
Tahun 2002 tentang Penyiaran
masyarakat untuk memenuhi haknya
Salah satu tujuan negara yang
di bidang informasi. Media televisi
terumus dalam pembukaan UUD
sekaligus berfungsi sebagai sarana
NRI
mencerdaskan
edukasi
1945 adalah
dan
hiburan
bagi
kehidupan
bangsa.
Tidak
dapat
masyarakat. Namun selain hal-hal
disangkal
bahwa
salah
satu
yang bersifat ideal tersebut, televisi
instrumen
penting
bagi
upaya
juga membawa dampak buruk bagi
adalah
masyarakat dan lingkungan sosial6.
pencerdasan
bangsa
memberikan akses kepada seluruh
Banyaknya
masyarakat
warga negara untuk memperoleh
bergantung
informasi sebagai hak asasi manusia
mengakibatkan meningkatnya jumlah
yang
stasiun
dibutuhkan
pengembangan
pribadi
untuk
dan
lingkungan sosialnya 5. Hal tersebut
pada
yang
televisi
bermunculan.
swasta
Namun
televisi
yang
beragam
stasiun televisi tersebut tidak dapat
dinikmati pada setiap wilayah. Oleh
5
Naskah Akademik Rancangan Perda
Sulawesi Tengah tentang Penyiaran Televisi
Melalui Kabel, Sekretariat DPRD Sulawesi
Tengah dan Fisip Universitas Tadulako,
2016, hlm 11
6
Ibid
34
karena
itu
munculnya
lembaga
penyiaran
berlangganan
melalui
keberaaan
lembaga
berlangganan
melalui
penyiaran berlangganan TV Kabel
satelit
sebagai salah satu sarana untuk
penyiaran
mempermudah memperoleh siaran
terrestrial7.
stasiun televisi yang beragam.
2. Peraturan
Pengelolaan media penyiaran di
dan
Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 52
Indonesia diatur dalam Undang-
Tahun
2005
tentang
Undang Nomor 32 tahun 2002
Penyelenggaraan
Penyiaran
tentang Penyiaran. Dalam undang-
Lembaga
Penyiaran
undang
Berlangganan
ini
dijelaskan
“Penyiaran
adalah
bahwa:
kegiatan
Peraturan
menteri
Republik
melalui
Indonesia Nomor 52 Tahun 2005
sarana pemancaran dan/atau sarana
tentang Penyelenggaraan Penyiaran
transmisi di darat, di laut atau di
Lembaga Penyiaran Berlangganan
antariksa
(Lembaran
pemancarluasan
siaran
dengan
menggunakan
Negara
Republik
spektrum frekuensi radio melalui
Indonesia Tahun 2005 Nomor 129,
udara, kabel, dan/atau media lainnya
Tambahan
untuk dapat diterima secara serentak
Republik Indonesia Nomor 4568)
dan
selanjutnya
bersamaan
oleh
masyarakat
dengan perangkat penerima siaran”.
Penyiaran televisi melalui kabel
Lembaran
ditulis
Negara
(PP)
Nomor
52/2005.
(PP)52/2005
mengatur
secara
diatur dalam Pasal 26 ayat (1) huruf
umum mengenai penyelenggaraan
b Undang-Undang Nomor 32 Tahun
penyiaran
2002 tentang Penyiaran (selanjutnya
berlangganan berdasarkan klasifikasi
ditulis UU Penyiaran). Penyiaran
sebagai berikut :
televisi melalui kabel dikategorikan
a. Penyiaran berlangganan melalui
sebagai
lembaga
berlangganan.
penyiaran
kabel,
penyiaran
Selain
lembaga
berlangganan
pada
pasal
yang
melalui
lembaga
penyiaran
satelit
b. Penyiaran berlangganan melalui
kabel
sama
ditegaskan pula keberadaan lembaga
7
Ibid, hlm 13
35
c. Penyiaran berlangganan melalui
terrestrial
berlangganan,
sebagai
berikut8 :
Lembaga Penyiaran Berlangganan
harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. didirikan oleh warga negara
b. didirikan dengan bentuk badan
hukum Indonesia berupa perseroan
terbatas;
bidang
usahanya
menyelenggarakan
hanya
jasa
penyiaran
berlangganan;
d.
modal awal
seluruhnya
usahanya
dimiliki
oleh
harus
warga
negara Indonesia dan/atau badan
hukum
izin
atas
setiap
b.
melakukan
sensor
internal
terhadap semua isi siaran yang akan
disiarkan dan/atau disalurkan;
c. menyediakan paling sedikit 10%
(sepuluh perseratus) dari kapasitas
saluran untuk menyalurkan program
dari Lembaga Penyiaran Publik dan
Lembaga Penyiaran Swasta; dan
Indonesia;
c.
mempunyai
program siaran dalam setiap saluran;
Persyaratan pendirian lembaga
penyiaran
a.
Indonesia
yang
seluruh
sahamnya dimiliki oleh warga negara
Indonesia
Dalam
penyelenggaraan
pelaksanaan
penyiaran,
Lembaga Penyiaran Berlangganan
harus berkwajiban9 :
d. menyediakan 1 (satu) saluran
siaran
produksi
dalam
negeri
berbanding 10 (sepuluh) saluran
siaran produksi luar negeri atau
paling sedikit 1 (satu) saluran siaran
produksi dalam negeri.
3. Peraturan Menteri Komunikasi
dan
Informatika
Indonesia
Tahun
Republik
Nomor 41
2012
tentang
Penyelenggaraan
Penyiaran
Lembaga
Penyiaran
Berlangganan Melalui Satelit,
Kabel, dan Terestrial
Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga
8
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan
Penyiaran
Lembaga
Penyiaran Berlangganan Pasal 3
9
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2005 tentang
Penyiaran
Berlangganan
Melalui
Penyelenggaraan
Penyiaran
Lembaga
Penyiaran Berlangganan Pasal 12
36
Satelit, Kabel, dan Terestrial ( Berita
imbal
Negara Republik Indonesia Tahun
berlangganan dari pelanggannya.
2012
Nomor
disebut
1020)
PERMEN
selanjutnya
jasa
berupa
3. Lembaga
iuran
Penyiaran
Berlangganan
KOMINFO
dapat
menyelenggarakan siaran iklan
Nomor 41/2012.
niaga
PERMEN KOMINFO Nomor
dan
iklan
layanan
41/2012 mengatur mengenai hak dan
masyarakat, dengan ketentuan11 :
kewajiban
a. materi siaran iklan harus
penyiaran
bagi
penyelenggara
berlangganan.
menggunakan
Dalam
pelaksanaannya Lembaga Penyiaran
dalam negeri
Berlangganan
b.
memiliki
hak-hak
sebagai berikut10 :
1. Setiap
siaran
iklan
ditayangkan
Lembaga
Berlangganan
asing
dalam
daya
yang
program-
Penyiaran
program yang disalurkan dari
telah
luar negeri harus diganti dengan
yang
siaran iklan dalam negeri.
memiliki Izin Penyelenggaraan
berhak
4. Lembaga Penyiaran Berlangganan
penyiaran
harus menyediakan waktu untuk
Penyiaran
menyelenggarakan
sumber
berlangganan dengan jangkauan
siaran iklan layanan masyarakat.
wilayah
Lembaga
siaran
yang
telah
Penyiaran
ditentukan berdasarkan izin yang
Berlangganan berkewajiban untuk12 :
diberikan.
a.
2. Setiap
Lembaga
Berlangganan
yang
memberikan jasa
penyiaran
Penyiaran
kepada
telah
pelayanan
para
pelanggannya berhak memungut
10
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Melalui Satelit, Kabel dan Terrestrial Pasal 7
membayar
Penyelenggaraan
merupakan
biaya
Penyiaran
Penerimaan
Izin
yang
Negara
Bukan Pajak (PNBP) sesuai dengan
11
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Melalui Satelit, Kabel dan Terrestrial , Pasal
8
12
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Melalui Satelit, Kabel dan Terrestrial , Pasal
9
37
ketentuan
peraturan
perundang-
i. memiliki izin stasiun bumi untuk
undangan;
Television Received Only (TVRO)
b. memenuhi Rencana Dasar Teknik
dalam hal menerima siaran dari
Penyiaran sesuai dengan ketentuan
satelit asing.
Dan
peraturan perundangundangan;
Lembaga
Penyiaran
c. memenuhi Persyaratan Teknis
Berlangganan
Perangkat Penyiaran sesuai dengan
pelayanan
ketentuan
wajib memenuhi ketentuan sebagai
peraturan
perundang-
memiliki
perangkat
memberikan
kepada
pelanggannya
berikut13
undangan;
d.
dalam
sertifikat
transmisi
untuk
yang
akan
a. menentukan standar pelayanan
minimum secara terbuka;
digunakan dalam Penyelenggaraan
b. memberikan pelayanan yang sama
Penyiaran Berlangganan;
kepada para Pelanggan;
e. memiliki Hak Siar atas setiap
c. membuat ketentuan dan syarat-
program siaran yang disiarkan;
syarat berlangganan;
f. melakukan sensor internal terhadap
d.
semua isi siaran yang akan disiarkan
lengkap dan transparan mengenai
dan/atau disalurkan;
layanan yang diberikan; dan
g. menyediakan sekurang-kurangnya
e.
10%
Pelanggan
(sepuluh
kapasitas
kanal
perseratus)
saluran
dari
untuk
memberikan
informasi
memberitahukan
apabila
akan
yang
kepada
terjadi
perubahan program siaran disertai
menyalurkan program dari Lembaga
dengan alasannya.
Penyiaran
f. Lembaga Penyiaran Berlangganan
Publik
dan
Lembaga
Penyiaran Swasta;
wajib menyediakan pusat pengaduan
h. menyediakan 1 (satu) saluran
untuk menampung setiap keluhan
produksi dalam negeri berbanding 10
dari Pelanggan, baik di kantor pusat
(sepuluh) saluran siaran produksi
maupun di kantor perwakilan.
luar negeri atau paling sedikit 1
13
(satu) saluran siaran produksi dalam
negeri; dan
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Melalui Satelit, Kabel dan Terrestrial, Pasal
10, Pasal 11
38
g. Lembaga Penyiaran Berlangganan
5. Pelanggan wajib membayar iuran
wajib memiliki standar operasional
berlangganan
prosedur
kesepakatan
keluhan
dalam
yang
menyelesaikan
disampaikan
oleh
Pelanggan.
dengan
sesuai
dengan
antara
Pelanggan
Lembaga
Penyiaran
Berlangganan.
Dalam
penyelenggaraan
penyiaran
berlangganan
pelanggan sebagai berikut
14
6. Pelanggan
wajib
memenuhi
hak-hak
kewajiban-kewajiban yang telah
:
disepakati
1. Pelanggan mempunyai hak yang
dengan
Lembaga
Penyiaran Berlangganan.
sama untuk mendapatkan layanan
dari
Lembaga
Penyiaran
Berlangganan.
4. Peraturan Menteri Komunikasi
dan
2. Pelanggan berhak mendapatkan
Informatika
Republik
Indonesia
Nomor:
layanan sesuai dengan paket
28/P/M.KOMINFO/09/2008
program siaran, kualitas gambar,
tentang
dan harga yang ditawarkan oleh
Persyaratan
Lembaga
Penyiaran
Penyelenggaraan Penyiaran
disepakati
Peraturan Menteri Komunikasi
Berlangganan
yang
oleh kedua belah pihak.
Tata
Cara
dan
Perizinan
dan Informatika Republik Indonesia
3. Pelanggan berhak atas informasi
Nomor
:
yang benar, jelas, dan jujur
28/P/M.KOMINFO/09/2008 tentang
mengenai
Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
kondisi
jaminan
layanan.
4. Pelanggan
Penyelenggaraan
berhak
untuk
mengatur
Penyiaran
mengenai
persyaratan
diperlakukan atau dilayani secara
pendirian dan perizinan lembaga
benar
penyiaran.
dan
jujur
serta
tidak
diskriminatif.
Berlangganan
Lembaga
Penyiaran
ddirikan
dengan
persyaratan sebagai berikut 15:
14
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Melalui Satelit, Kabel dan Terrestrial, Pasal
12, dan Pasal 13
15
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor :
28/P/M.KOMINFO/09/2008 tentang Tata
39
a. oleh Warga Negara Indonesia
Indonesia
saat
ini
menganut
(WNI);
sistem
b. berbentuk badan hukum Indonesia
mengatur penyiaran17. Ada beberapa
berupa perseroan terbatas;
pihak yang mempunyai kewenangan
c.
bidang
usahanya
menyelenggarakan
jasa
hanya
penyiaran
multiregulator
dalam
dalam mengatur proses perizinan
penyiaran.
Pertama,
KPI
berlangganan;
proses
perizinan
d. seluruh modal awal usahanya
selama
ini
dimiliki oleh WNI dan/ataubadan
pemerintah
hukum
kewenangan dalam peraturan teknis
Indonesia
yang
seluruh
perizinan
Lembaga
Penyiaran Berlangganan memiliki
16
persyaratan sebagai berikut :
Dalam
mengajukan
perizinan,
adalah
berjalan
mitra
yang
dari
diberikan
(Peraturan-Peraturan
sahamnya dimiliki oleh WNI.
Dalam
yang
dalam
Pemerintah
yang mengatur penyiaran) dalam
mengawasi
dan
menilai
konten
siaran.
permohonan
LPB harus memenuhi
KPI sebagai regulator penyiaran
memiliki
wewenang
untuk
persyaratan administrasi, program
memberikan
siaran, dan data teknik penyiaran
pengawasan serta evaluasi (sanksi)
dengan
agar
mengisi
sebagaimana
dimaksud
formulir
dalam
panduan
penyelenggaraan
dan
penyiaran
dapat berjalan sesuai dengan tujuan
Lampiran 4 Peraturan Menteri ini.
penyiaran.
B. Perizinan Penyiaran Televisi
harus tetap memegang prinsip bahwa
normatif
KPI
penyiaran harus memiliki efek positif
Melalui Kabel
1. Pihak-pihak
Secara
yang
memiliki
kewenangan dalam mengatur
proses perizinan penyiaran
Cara
dan
Persyaratan
Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran, Pasal 12
16
Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor :
28/P/M.KOMINFO/09/2008 tentang Tata
Cara
dan
Persyaratan
Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran, Pasal 13
kepada masyarakat Indonesia 18.
Kedua, Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kemenkominfo)
17
Workshop Komisi
Penyiaran
Indonesia Pusat Bidang Pengelolaan
Struktur dan Sistem Penyiaran, Menata
Sistem Penyiaran di Era Konvergensi
Media, Bandung 28-30 Oktober 2014, hlm
14
18
Ibid, hlm 11
40
secara
teknis
proses
perizinan
memiliki
kewenangan
dalam
penilaian
kelengkapan
teknis
infrastruktur penggunaan frekuensi
dan juga kelengkapan administrasi
lainnya
yang
berkaitan
dengan
yang menjamin profesionalitas di
bidang penyiaran21.
2. Peran pada saat pelaksanaan
proses Perizinan
Setelah
pemohon
melengkapi
perizinan penyiaran. Secara tidak
semua
langsung, kelengkapan administrasi
administrasi, program siaran, dan
juga melibatkan Pemerintah Daerah
data teknik penyiaran dalam jangka
(Pemda) sebagai penguasa wilayah
waktu sesuai jadwal yang telah
tempat
ditetapkan
lembaga
penyiaran
berkas
KPI
mendirikan usaha penyiarannya 19.
memperhatikan
2. Peran
berlaku,
KPI
Pada
Setiap
KPI
ini
dan
atau
ketentuan
yang
maka
EDP
dapat
dilaksanakan. Setelah permohonan
Tahapan Proses Perizinan
Kewenangan
persyaratan
akan
didaftarkan
oleh
KPI/KPID
dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kemudian disampaikan ke Menteri22.
peran20 :
3. Peran Setelah Proses Perizinan23
1. Peran
sebelum
pelaksanaan
amanat
UU.
Nomor.32/2002 tentang Penyiaran,
KPI
akan
penyiaran
untuk
mendukung
yang
tujuan
diselenggarakan
menumbuhkan
industri
penyiaran Indonesia, di sisi lain KPI
juga
ikut
memiliki
fungsi
pengawasan, yaitu mengawasi
proses perizinan
Sesuai
a. KPI
membantu
menyusun
perencanaan pengembangan SDM
konten dan isi siaran televisi agar
tidak
menyimpang
Penyiaran,
dari
P3SPS
UU
maupun
ketentuan lain yang terkait.
b. KPI
dibilang
pengelolaan
struktur
sistem
dan
penyiaran
terus melakukan langkah-langkah
konkret didalam proses perizinan,
agar
pemohon
masyarakat
serta
yang
elemen
ingin
21
19
Ibid, hlm 14
20
Ibid, hlm 34
Ibid
Ibid, hlm 36
23
Ibid, hlm 43
22
41
memproses
izin
mendapatkan
Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
kepastian hukum. Salah satunya
Penyelenggaraan
dengan
melakukan
Pengaturan KPI Nomor 03 Tahun
dengan
2012 tentang Tata Cara Perizinan
terus
koordinasi
kemenkominfo RI baik untuk
Dalam
penjadwalan
Rekomendasi
maupun
membicarakan
Penyiaran
Rangka
dan
Penertiban
Kelayakan
substansi
Penyelenggaraan Penyiaran, terdapat
keberlangsungan hidup lembaga
unsur-unsur yang berperan penting
penyiaran.
dalam kegiatan proses perizinan24:
c. Oleh sebab itu KPI terus terlibat
di dalam penyusunan kebijakan
yang
dikeluarkan
oleh
Pemerintah (kemenkominfo RI).
d. Selain
itu
KPI
pun
terus
menigkatkan pengawalan setiap
tahapan proses perizinan bagi
pemohon guna efisiensi serta
efektivitas.
e. KPI
lembaga
negara
yang
bersifat
independen yang ada di pusat dan di
daerah, sebagai wujud peran serta
masyarakat di bidang penyiaran,
yang tugas dan wewenangnya diatur
dalam Undang-Undang Nomor 32
melakukan
pengembangan SDM penyiaran
professional,
masyarakat
kegiatan
Selanjutnya disebut KPI adalah
Tahun 2002 tentang Penyiaran.
juga
yang
A. Komisi Penyiaran Indonesia
:
serta
dalam
bentuk
literasi
media,
Training of Trainer, maupun
dialog khusus dengan seluruh
Tugas dalam Proses Perizinan :
KPI
melakukan
pemeriksaan
kelengkapan persyaratan program
siaran berdasarkan pada Pedoman
Perilaku
Penyiaran
dan
Standar
Progam Siaran (P3 dan SPS).
stakeholders penyiaran.
3. Peran
dan
Tugas
Masing-
Masing Unsur dalam Proses
24
Perizinan
Sesuai Permenkominfo Nomor :
28/P/M/M.Kominfo/9/2008
tentang
Workshop Komisi Penyiaran
Indonesia Pusat Bidang Pengelolaan
Struktur dan Sistem Penyiaran, Menata
Sistem Penyiaran di Era Konvergensi
Media, Bandung 28-30 Oktober 2014, hlm
31
42
B. Sekretariat KPI
Merupakan
pelaksanaan
spektrum frekuensi radio serta
unsur
pendukung
tugas
KPI/KPID,
sebagaimana amanat UU No. 32
orbit satelit.
D. Pemerintah Daerah
Adalah
Lembaga
Pemerintah
Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal
Daerah
9 ayat (4) : “KPI dibantu sebuah
Kabupaten/Kota yang ruang lingkup
sekretariat
tugas dan tanggung jawabnya di
yang
dibiayai
oleh
tingkat
Provinsi,
negara”.
bidang komunikasi dan informatika.
C. Pemerintah (Menteri)
1. Tugas Pemda Provinsi
Adalah
pejabat
negara
yang
ruang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang komunikasi dan
a. Evaluasi persyaratan administrasi
dan data teknis permohonan izin
penyelenggaraan penyiaran jasa
penyiaran televisi.
informatika (Menkominfo RI).
b. Pemberian
rekomendasi
Tugas dalam proses perizinan :
kelengkapan data administrasi
Pemerintah
dan data teknis permohonan izin
Kominfo
RI
dibagi
dalam 2 (dua) bidang kerja :
1. Direktorat
penyelenggaraan televisi.
Jenderal
Penyelenggara Pos dan Informasi
(Ditjen
PPI)
pemeriksaan
melakukan
kelengkapan
persyaratan administrasi.
Perangkat
Informatika
Pos
(Ditjen
melaksanakan
a. Evaluasi persyaratan administrasi
dan
data
teknis
terhadap
permohonan
izin
penyelenggaraan penyiaran jasa
2. Direktorat Jenderal Sumber Daya
dan
2. Tugas Pemda Kabupaten/Kota
dan
SDPPI)
pemeriksaan
penyiaran radio.
b. Pemberian
rekomendasi
kelengkapan data administrasi
dan
data
teknis
persyaratan
kelengkapan teknik penyiaran,
permohonan
dan kebijakan di bidang pos dan
penyelenggaraan radio.
telekomunikasi,
izin
pengelolaan
43
c. Pemberian
izin
lokasi
pembangunan studio dan stasiun
pemancar radio dan/atau televisi.
Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia
Nomor: 28/P/M.KOMINFO/09/2008
tentang Tata Cara dan Persyaratan
Penyelenggaraan
Penyiaran25 :
Badan Hukum
Kedua
:
Membuat
Permohonan dan studi Kelayakan
3. Tahap Ketiga : Proses Verifikasi
4. Tahap Keempat : Proses Evaluasi
Dengar Pendapat
5. Tahap Kelima : Rekomendasi
Kelayakan
6. Tahap Keenam : Proses Forum
Rapat Bersama
Siaran
8. Tahap Kedelapan : Penetapan
Izin Penyelenggaraan Penyiaran
Kesembilan
Izin
Penyelenggaraan Penyiaran
25
sebagai berikut:
1. Landasan
hukum
televisi
melalui
belum
sepenuhnya
penyiaran
kabel
masih
mengatasi
permasalahan yang timbul dari
TV
mengenai
Kabel
terkait
pengaturan
kabel
jaringan oleh operator TV Kabel
dan
perizinannya
yang
mengakibatkan
kekosongan
terjadi
hukum
yang
berimplikasi pada ketidakpastian
dalam
penyelenggaraan
jasa
penyiaran TV Kabel.
2. Dalam
pelaksanaan
prosedur
perizinan, tahap-tahap yang harus
(warga negara dan/atau badan
hukum
Indonesia
mengajukan
yang
permohonan
atas
Izin Penyelenggaraan Penyiaran)
:
Penyelenggaraan Penyiaran dan
Perpanjangan
terhadap
dilewati oleh pihak pemohon
7. Tahap Ketujuh : Masa Uji Coba
9. Tahap
analisis
rumusan masalah maka disimpulkan
adanya
1. Tahap Pertama : Pembentukan
2. Tahap
A. Simpulan
Berdasarkan
4. Mekanisme Perizinan
Perizinan
III. PENUTUP
Judhariksawan, Hukum Penyiaran,
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm 7081
terlalu
rumit
dan
kurangnya
aturan khusus mengenai syarat
perizinan
dalam
dan
izin
bersyarat
penyelenggaraan
penyiaran TV Kabel.
44
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini
penulis menyarankan hal-hal sebagai
berikut :
1. Perlu
adanya
regulasi
yang
khusus untuk mengatur tentang
penyiaran televisi melalui kabel
oleh pemerintah. Agar adanya
kejelasan
dalam
pengaturan
televisi melalui kabel.
2. Dalam
prosedur
perizinan
kiranya pihak pemerintah yang
terkait dengan pembuatan izin
atau
pemberian
izin
tidak
mempersulit pomohon yang ingin
mengajukan
permohonan
perizinan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Danang Sangga Bunawa, Upaya Mengatur Televisi Berbayar, artikel dalam
majalah Penyiaran Kita, edisi November-Desember, 2015.
Judhariksawan, Hukum Penyiaran , Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010.
Naskah Akademik Rancangan Perda Sulawesi Tengah tentang Penyiaran Televisi
Melalui Kabel, Sekretariat DPRD Sulawesi Tengah dan Fisip Universitas
Tadulako, 2016
Rusdin Tompo (editor), Perda TV Kabel Sebuah Pengalaman , Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah Sulawesi Selatan, Makassar, 2014.
Workshop Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Bidang Pengelolaan Struktur dan
Sistem Penyiaran, Menata Sistem Penyiaran di Era Konvergensi Media ,
Bandung 28-30 Oktober 2014
Sumber Undang-undang :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4252)
Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran
Berlangganan Melalui Satelit, Kabel, Dan Terestrial
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
Nomor:
28/P/M.KOMINFO/09/2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran
46