PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN CONTOH PENERAP (1)

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karuniaNya serta nikmat kesehatan yang tak terhingga sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini dengan
baik.
Ucapan terima kasih kami hantarkan kepada dosen mata kuliah PPP, serta kepada temanteman yang telah memberikan motivasi dan inspirasi sehingga pembuatan

paper ini akhirnya

terselesaikan.
Tujuan penulisan paper ini adalah agar kita semua lebih mendalami pendekatan scientific dan
contoh penerapannya di lapangan. Kami menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan paper ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan paper kami.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih dan paper ini dapat bermanfaat, Amin.

Surabaya,

September 2014

Penulis

Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya


Page 1

ABSTRAK
Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran
diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan
konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar,
mencoba / mencipta, menyajikan / mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk
pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry)
harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan
terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode
ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui
observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis,
kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis yang dipalikasikan dalam
pembelajaran di kelas lewat langkah-langkah mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan menyimpulkan.


Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sejalan dengan pergantian kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau scientific

aproach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para
pendidik akhir-akhir ini. Yang menjadi latar belakang pentingnya materi ini karena produk pendidikan
dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan
kemampuan anak-anak bangsa lain.
Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa
agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan
keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario
untuk memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui sejarah yang

panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum terwujudkan juga. Balitbang Depdiknas sejak
tahun 1979 telah merintis pengembangan program prestisius ini dalam Proyek Supervisi dan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) di Cianjur, Jawa Barat. Hasil-hasil proyek ini kemudian direplikasi di
sejumlah daerah dan dikembangkan melalui penataran guru ke seluruh Indonesia. Upaya yang dimulai
pada tingkat sekolah dasar ini kemudian mendorong penerapan pendekatan belajar aktif di tingkat
sekolah menengah. Hasil-hasil upaya ini secara bertahap kemudian diintegrasikan ke dalam
Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004, yang
dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
Dalam kurikulum baru, Kemendikbud masih menggunakan latar belakang pemikiran yang
menyatakan bahwa secara faktual guru-guru belum melaksanakan cara belajar siswa aktif. Kondisi
ideal yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan daripada fakta dalam kelas. Produktivitas
pembelalaran untuk menghasilkan siswa yang terampil berpikir pada level tinggi dalam kondisi
madek alias kolep. Deskripsi ini merujuk pada hasil tes anak bangsa kita yang dikompetisikan pada
tingkat internasional dinyatakan tidak berkembang sejak tujuh tahun lalu. Memang, ini kondisi yang
sangat memprihatinkan.
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang
membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,
pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain
sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya

kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses pembelajaran di dalam
kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk

Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 3

mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta
didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat
menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga
dapat mendorong peserta didik untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu
fenomena atau kejadian (Sudrajat, 2013). Peserta didik dilatih untuk mampu berpikir logis, runut, dan
sistematis.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik simpulan awal bahwa pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik/ilmiah lebih efektif hasilnya dibandingan dengan pembelajaran tradisional. Pada
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik/ilmiah, retensi informasi dari guru lebih besar.

Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya


Page 4

BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1

Pendekatan Scientific
Pengertian Pendekatan scientific
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,

menguatkan, dan melatari

pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena
itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan
ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar
dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching)
merupakan


bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas

yang melandasi penerapan metode ilmiah.
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada
bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun
bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung
aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.
Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004
sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan

bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi

pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode
yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan
metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa. Pada penerbitan
berikutnya pada tahun 2007 dinyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
harus memenuhi tiga prinsip utama; yaitu:
1. Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau belajar berbasis
penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa.
2. Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan target

pencapaian tujuan belajar.
3. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan
keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk
keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya melalui
kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat aktivitas
yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan,
dan mencipta. Pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut:
1. Merumuskan pertanyaan.

Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 5

2. Merumuskan latar belakang penelitian.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Menguji hipotesis melalui percobaan.
5. Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
6. Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan.
7. Jika Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan pengujian kembali.

Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis berdasarkan fakta dan teori.
Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang telah dikuasai. Karena itu kemampuan bertanya merupakan
kemampuan dasar dalam mengembangkan berpikir ilmiah. Informasi baru digali untuk
menjawab pertanyaan.Oleh karena itu, penguasaan teori dalam sebagai dasar untuk menerapkan
metode ilmiah. Dengan menguasi teori maka siswa dapat menyederhanakan penjelasan tentang suatu
gejala, memprediksi, memandu perumusan kerangka pemikiran untuk memahami masalah.
Bersamaan dengan itu, teori menyediakan konsep yang relevan sehingga teori menjadi dasar dan
mengarahkan perumusan pertanyaan penelitian.

2.1.2

Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Lalu bagaimanakah kriteria sebuah pendekatan pembelajaran sehingga dapat dikatakan

sebagai pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific? Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan
pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang
serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 6

Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga
ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut.
Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah)

dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
mengapa”.
2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
bagaimana”.
3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran

Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 7

sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk
semua mata pelajaran.


2.1.3

Langkah-langkah pembelajaran scientific beserta contoh penerapannya

1. Mengamati fakta
Mengamati fakta yang ada dapat dibagi dalam dua keadaan:
a. pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan
b. pengamatan obyek langsung.
Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan.
Pengamatan seperti ini cocok untuk anak sekolah menengah pada kelas rendah dimana
karakter penalarannya masih bertaraf induktif. Pengamatan langsung fenomena alam akan membantu
siswa menuangkan apa yang di lihat atau amati ke dalam pengetahuan sederhana menjadi bakal
pengetahuan secara lisan ataupun tertulis. Hasil tuangan dalam bahasa pengetahuan sederhana
tersebut dengan mudah dapat dipahami. Misal; fakta tentang “pengetahuan kontekstual”, yang
menggambarkan tentang pola pemukiman penduduk, seperti gambar berikut:

Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 8

Fenomena/fakta seperti yang tampak pada gambar di atas diamati, kemudian dibahasakan
secara konseptual dalam bentuk penjelasan sederhana. Berdasarkan fenomena tersebut, dapat
dijelaskan tentang pola pemukiman penduduk yaitu pola pemukiman penduduk secara memanjang.
Maksudnya, pola pemukiman seperti ini memiliki ciri berupa pemukiman penduduk berderet
memanjang mengikuti alur jalan, sungai, rel kereta api atau pantai. Jika dihubungkan dengan tema
manusia sebagai makhluk sosial, fenomena tersebut tentu saja mengarah pada kesimpulan bahwa
dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak dapat hidup sendiri bahkan selalu berkelompok dan
membutuhkan orang lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut menyesuaikan dengan kondisi alam sekitar
yang ada. Jika seseorang suka tinggal di tempat yang dekat dengan air, dia dapat memilih lokasi
rumah di pinggiran atau menyusuri sungai, tetapi bagi yang suka dengan keramaian, dia memilih
lokasi untuk membangun rumahnya mengikuti jalan, dsb. Kegiatan sederhana seperti yang dijelaskan
di atas dapat membantu siswa mengembangkan kreativitas berpikir secara analitis, bukan sekedar
menghafalkan fakta-fakta. Proses sebelum tercapai kesimpulan pada hakekatnya hampir sama dengan
penjelasan berikut :
1. Pengamatan objek IPS
Pengamatan obyek sangat cocok untuk siswa yang mulai menerima kebenaran logis, sehingga
mereka tidak mempermasalahkan suatu rangkaian kebenaran sebelumnya yang didapatkan dari
penalaran yang benar, walaupun objeknya tidak nyata. Pengamatan seperti ini lebih tepat dikatakan
sebagai pengumpulan dan pemahaman kebenaran pengetahuan. Fakta yang didapatkan dapat berupa
definisi, grafik dan lain sebagainya. Misal; siswa diminta membayangkan kegiatan petani di sawah,
kemudian diminta menjelaskan atau bercerita tentang kegiatan petani berikutnya sampai dengan hasil
beras menjadi nasi dihubungkan dengan tema manusia sebagai makhluk sosial. Satu persatu siswa
menyebutkan hasil pengamatannya seperti;
1. ada 6 orang di sawah sedang bekerja menanam padi,
2. orang-orang bekerja di sawah membetulkan saluran irigasi,
3. orang-orang sedang bekerja melakukan panen padi.
Dari hasil pengamatan obyek tersebut dapat disimpulkan tentang mahkluk sosial; Makhluk
sosial adalah makhluk berkelompok dan tidak mampu hidup menyendiri. Makhluk sosial adalah
makhluk yang memiliki kecenderungan menyukai dan membutuhkan kehadiran sesamanya sebagai
kebutuhan dasar yang disebut kebutuhan sosial (social needs). Hasil pengamatan obyek secara
sederhana tersebut jika dilanjutkan dapat berupa analisis dan menghasilkan kajian yang saling kait
mengkait. Kegiatan petani dalam menggarap sawahnya untuk menanam padi sampai dengan panen
adalah;
1. memerlukan pedagang benih,
2. setelah itu petani memerlukan pekerja untuk menanam padi,
3. setelah masa tanam, petani memerlukan pupuk dan pekerja,
Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 9

4. pekerja untuk penyiangan gulma,
5. pekerja untuk penyemprotan hama,
6. buruh panen
7. Setelah itu agar padi tersebut dapat diuangkan, petani perlu
pembeli.
Kegiatan mungkin dapat berhenti sampai di sini. Tetapi jika ingin menganalisis sampai
dengan berupa beras dan sampai di meja berupa hidangan nasi, tentu kegiatan petani dapat
dilanjutkan,
1. mereka masih memerlukan jasa orang lain lagi untuk melakukan
penyelepan padi menjadi beras,
2. dan petani memerlukan pembeli beras,
3. individu mengubah beras menjadi nasi.
Jadi, kegiatan pengamatan, bertanya dan mencoba sangat bagus untuk menuntun siswa
membangun pengetahuan sendiri dan diharapkan mereka mampu menemukan sesuatu sampai dengan
memahami nilai dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Dengan begitu dapat terjalin sinergi proses
belajar yang sangat komunikatif dan aplikatif dengan cara memberikan pancingan-pancingan pada
siswa untuk mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi ilmiah,aktif, kreatif. Observation based
learning, questioning menjadi dasar proses pembelajaaran, sehingga semua pertanyaan selalu terbuka
dan mengarah pada multi jawaban.
2. Menanya
Kecenderungan yang ada sekarang adalah siswa gagal menyelesaikan suatu masalah yang
ada hubungannya dengan pengetahuan sosial, jika konteksnya diubah sedikit saja. Ini terjadi karena
siswa cenderung menghafal fakta, konsep atau prosedur tertentu. Tidak terbangun suatu pemikiran
yang divergen. Pemikiran yang divergen ini dapat dibangkitkan dari suatu pertanyaan. Untuk
menggalinya dapat dilakukan dengan memanfaatkan solusi yang mereka hasilkan, dengan
menanyakan alternatif-alternatif yang mungkin dari solusi itu. Dalam hal ini guru tidak boleh
memberi tahu, tetapi hanya memberikan pertanyaan pancingan, sampai siswa sendiri yang
menyelesaikan dan mencari alternatif yang lain. Misalnya dari analisis yang dijelaskan di atas, siswa
diarahkan pada pertanyaan
1. mengapa petani perlu bekerja di sawah?
2. apa yang akan terjadi seandainya petani tidak bekerja?
3. mengapa para petani memerlukan orang lain untuk
4. mengerjakan semua pekerjaan yang mengarah pada pekerjaan menggarap sawah?
5. bagaimana seandainya tidak ada yang membantu menggarap sawah?
6. apa yang akan terjadi seandainya tidak ada orang lain yang membantu?
7. berapa penghasilan kotor petani pasca panen?
Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 10

8. berapa penghasilan bersih petani setelah dipotong biaya operasional?
Alternatif-alternatif seperti itu perlu dibangun sehingga memunculkan kreativitas dan tingkatan
berpikir dari yang mudah ke yang sukar. Pertanyaan dapat ditingkatkan ke hal yang lebih sulit lagi
seperti;
1. apakah sawah yang digarap petani tersebut miliknya sendiri ataukah menyewa ke orang lain?
2. bagaimana petani tersebut mengatur perekonomian keluarganya?
3. bagaimana cara petani tersebut menjual hasil panen?
4. menggunakan transportasi jenis apakah petani tersebut mengangkut hasil panenya? dst.
3. Menalar
Pertanyaan seperti di atas memerlukan adanya solusi (jawaban) melalui suatu penalaran.
Dalam IPS permasalahan seperti ini dapat dijawab dengan mengaitkan teorema lain atau pendefinisian
baru terutama bagi siswa yang sudah dapat menerima kebenaran logis. Penalaran secara umum adalah
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Disini penalaran dapat bermakna penyerupaan
(associating) dan juga dapat bermakna akibat (reasoning). Ada dua cara menalar, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif.
1. Penalaran induktif
Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena khusus untuk
hal-hal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada pengamatan
inderawi atau pengalaman empirik. Misalkan pengalaman hidup siswa sebagai makhluk sosial baik di
rumah, di sekolah dan di masyarakat, mereka memiliki pengalaman hidup dengan orang lain. Jika di
rumah, mereka hidup dengan keluarga (ayah, ibu, adik,kakak, dll), di sekolah ada Kepala Sekolah,
Guru, teman sejawat, dll, di masyarakat tentu saja bergaul dengan orangorang dari berbagai kalangan.
2. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan
atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Cara kerja menalar secara
deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke
dalam bagian-bagiannya yang khusus. Penalaran dalam IPS terkait penarikan kesimpulan adalah
manusia sebagai makhluk sosial pasti memerlukan orang lain. Hal ini disimpulkan dari fakta bahwa
dimanapun berada tidak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan yang lain.
Perlu diingat juga bahwa penalaran diartikan juga sebagai penyerupaan / analogi atau dalam bahasa
sosial asosiasi Dengan definisi akan mewadahi atau memenuhi sistem dalam IPS itu sendiri. Dari sini
diperlukan adanya langkah atau tahap berikutnya yaitu mencoba atau secara lebih luas membuktikan.

Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 11

4. Mencoba
Pengertian mencoba disini dapat diartikan secara sempit seperti menunjukkan dan dapat
diartikan secara luas yaitu membuktikan. Pembuktian dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara
membayangkan atau dengan mempraktekkan langsung. Sebagai contoh masih berhubungan dengan
tema “manusia sebagai mahkluk sosial”, menunjukkan sekelompok manusia di dalam kelas memiliki
arti bahwa manusia selalu hidup bergerombol atau berkelompok atau memerlukan orang lain.
Pembuktian melalui praktek dapat dilakukan dengan durasi waktu tertentu, missal selama 5 menit,
siswa yang ada dalam kelas diperintahkan untuk duduk sendiri-sendiri, dan dilarang berbicara atau
berkomunikasi dengan yang lain. Pengalaman seperti apa yang di dapat mereka? Contoh ini bukan
merupakan pembuktian dalam IPS secara sempurna, hanya sekedar contoh tahapan/langkah dalam
pendekatan ilmiah dengan tema manusia sebagai mahkluk sosial.
5. Menyimpulkan (mengaitkan dengan konsep dan aplikasi lain).
Pengertian menyimpulkan disini mengandung dua pengertian, yaitu mengaitkan konsep
dalam IPS itu sendiri dan mengaitkan konsep yang diperoleh dengan dunia nyata. Hasil praktek yang
diperoleh oleh siswa digunakan untuk aplikasi dalam dunia nyata dikaitkan dengan pengetahuan,
sehingga siswa dapat menarik kesimpulan tentang manusia sebagai mahkluk sosial yang harus
berkomunikasi karena dia membutuhkan orang lain. Oleh karenanya, agar terjalin hubungan
kerjasama atau kolaborasi yang harmonis, dia harus berkomunikasi secara sopan, santun dan beretika.
Itulah yang dimaksud networking atau membentuk jaringan. Akhirnya, dengan pengalaman seperti itu
diharapkan dapat membentuk sikap siswa.

Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 12

BAB III
KESIMPULAN
Pendekatan scientific dalam proses pembelajaran untuk siswa dinilai sangat perlu dilakukan dalam
rangka membantu guru untuk lebih menerapkan CSBA, selain itu tujuan lain dari pendekatan
scientific adalah mengubah budaya pendidikan Indonesia yang mengajarkan anak hanya untuk
menghafal materi dan menjadikan otak sebagai penyimpanan saja. Otak tidak seharusnya digunakan
untuk menyimpan melainkan untuk mengolah informasi. Dengan diterapkannya pendekatan scientifik
ini diharapkan murid bukan hanya lagi mengetahui secara teoritis lalu menyimpanya ke dalam otak
dan mengaplikasikan sebuah teori untuk memecahkan sebuah konteks tertentu saja, tetapi mereka
memahami sepenuhnya tentang apa yang diajarkan kepada mereka, kemudian dapat menghubungkan
antara teori dan fakta di lapangan untuk bisa memecahkan masalah dengan berbagai konteks yang
berbeda bahkan kompleks.

DAFTAR PUSTAKA
Kemendikbud. 2013. Konsep Pendekatan Scientfic Rev Final(ppt). Disajikan dalam mata kuliah PPP.
Universitas Negeri Surabaya, 8 April 2014
Noviyanti, Fuzi. 2013. Pendekatan Pembelajaran Scientific dan Kontekstual.
www.fuzinoviyanti.wordpress.com. Diunduh pada 28 September 2014.
Fitrayati, Dhiah. 2013. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintific dan Penyusunan RPP(ppt).
Disajikan dalam mata kuliah PPP. Universitas Negeri Surabaya, 15 April 2014.
Sudrajat, Akhmad. 2013. Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran.
www.akhmadsudrajat.wordpress.com. Diunduh pada 28 September 2014.

Pendekatan Scientific dan Contoh Penerapannya

Page 13