NEOLIBERALISME DAN GLOBALISASI EKONOMI docx

NEOLIBERALISME DAN GLOBALISASI EKONOMI
A. PENGERTIAN DAN KONTEKS SEJARAH NEOLIBERALISME
Menurut Harvey dalam bukunya yang berjudul A Brief History of Neoliberalism,
neoliberalisme merupakan teori praktis ekonomi politik yang mengusulkan cara terbaik
mencapai kesejahteraan manusia dan kemajuan adalah dengan membiarkan kebebasan
individu dan wirausaha, dalam kerangka kelembagaan yang ditandai dengan penghargaan
atas hak milik pribadi, pasar bebas, dan perdagangan bebas. Dalam hal ini negara berperan
menciptakan dan mempertahankan kerangka kelembagaan yang sesuai dengan praktek –
praktek tersebut.
Paham Neoliberalisme berakar kuat pada paham Liberal klasik yang telah muncul
sebelumnya. Liberalisme klasik bermula dari reaksi terhadap praktek – praktek merkantilisme
yang menjadi trend di Eropa pada abad 17 hingga 18. Tradisi ini berkaitan erat dengan istilah
laissez faire, laissez passé yang berarti “biarkanlah, lepaskanlah”1. Pada abad 18, Adam
Smith melawan pemikiran merkantilis melalui bukunya yang berjudul The Wealth of Nations
yang menekankan pemahaman bahwa kebebasan individu adalah hal yang paling mendasar
dan kekuasaan negara yang berlebihan akan mempunyai potensi merusak tatanan dalam
masyarakat.
Bagi Smith, kepentingan semua masyarakat lebih baik dilayani oleh pilihan individu
yang lebih rasional daripada oleh pemerintah, atau yang lebih dikenal dengan invisible hand.
Dalam prakteknya, liberalism berpijak pada sistem produksi kapitalis yang pada waktu itu
dirasa cocok untuk menggantikan sistem feodal. Sistem kapitalis mengandung lima elemen

penting, yakni : pasar yang dikoordinasi oleh aktivitas ekonomi masyarakat, perluasan pasar
berguna untuk pertukaran arus modal (tanah, pekerja, komoditas, dan uang), aktivitas
ekonomi yang diatur oleh kompetisi, kebebasan wirausaha, serta melindungi hak – hak privat
atas kepemilikan.
Smith menetang hambatan dalam pasar bebas internasional yang mana dilakukan oleh
merkantilis dengan memasang tariff yang ditujukan untuk memusatkan power dan kekayaan.
Langkah Smith ini diikuti oleh David Ricardo yang mengusung kebebasan dalam pasar tanpa
campur tangan pemerintah akan membuat efisiensi.

1 Balaam, D.N & Dillman. Introduction to International Political Economy (Oxford:
Pearson, 2011), hlm

Terjadi pertentangan dalam tubuh liberalism klasik yang dibawa oleh John Stuart Mill
dan Keynes. Mill melihat ide liberalisme klasik yang muncul sebagai kapitalisme penuh di
Eropa membawa dampak destruktif pada abad 18 yang mana motif manusia dalam bertindak
lebih dilatar belakangi oleh akumulasi kekayaan tanpa mementingkan aspek moral dan
spiritual.
Kemudian pada tahun 1930-an yang bertepatan dengan momen great depression,
muncul pemikiran John Maynard Keyness. Keyenes percaya bahwa Great Depression
membuktikan bahwa invisible hand terkadang keliru. Bagi Keyness, solusi yang tepat adalah

dengan mengkombinasikan pengaruh negara ke dalam pasar. Pandangan ini tetap bersandar
pada ide invisible hand, namun juga didukung oleh tindakan negara yang memiliki andil
cukup besar namun tetap terbatas. Keyness juga menekankan bahwa kekuasaan negara harus
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam pasar, namun tidak se-agresif seperti
pada merkantilis2.
Pandangan

Keyness

ini

disebut

sebagai

Keynessianisme,

dan

Keynessian


mendominasi sistem pasca perang dunia II melalui institusi Bretton Woods. Negara secara
bertahap mengurangi kebijakan regulasinya untuk membuat ekonomi nasionalnya terbuka
dan menjadi kompetitif. Akibatnya, terjadi proteksi perdagangan domestik dan kontrol modal
diterima kecuali untuk kebijakan liberal dalam negosiasi internasional.
Pada masa perang dingin Amerika muncul sebagai leader dan berperan aktif dalam
perekonomian internasional sebagai hasil kemenangannya pada perang dunia II. Amerika
juga membantu rekonstruksi pasca perang di Eropa. Sistem pada masa pasca perang dunia II
berjalan baik karena Amerika telah mengcover pembiayaan yang ditujukan untu memelihara
sistem moneter global dan sebagai srategi bertahan dalam aliansinya dalam rivalitas dengan
USSR. Akibatnya Jepang dan Eropa barat mendapat keuntungan dari kondisi tersebut dalam
memulihkan negaranya pasca perang. Namun yang tak disangka adalah Jepang dan Eropa
Barat ternyata mampu tumbuh dengan baik dan menjadi kekuatan baru selain AS, sehingga
mempertahankan diri sebagai hegemoni menjadi terasa mahal.
Di akhir 1960-an, negara – negara bertindak didorong oleh agenda domestiknya dan
meningkatkan poteksionisme. Amerika juga merasa kuat membiayai perang di Vietnam
tanpa bantuan financial dari aliansinya, sehingga akhirnya sulit untuk menciptakan sistem
perdagangan, moneter, dan fiskal internasional yang terbuka3.

2 Ibid, hlm

3 Ibid, hlm

Kemudian di awal 1970-an terjadi krisis minyak sebagai akibat aksi protes negara –
negara Arab terhadap tindakan Israel. Kebijakan Keynessian berujung pada resesi dan inflasi
besar – besaran yang terjadi secara bersamaan. Dalam menghadapi situasi tersebut, munculah
kesadaran untuk kembali pada ide liberal kalisk yang diusung oleh Adam Smith yang percaya
penuh pada sistem pasar yang bisa melahirkan kesejahteraan. Dari sinilah muncul
neoliberalisme.
Kelompok Liberal yang bertumpu pada pemikiran Adam Smith dan David Ricardo
berusaha menyerang dan mengkritik kebijakan yang bersandar pada Keynesian. Intervensi
negara dalam bentuk peningkatan upah pekerja agar demand meningkat dianggap sebagai
rintangan bagi perkembangan ekonomi. Peningkatan belanja publik yang pesat dianggap
menciptakan terlalau banyak demand sehingga menimbulkan inflasi yang tinggi. Kaum
Liberal menganggap bahwa redistribusi pendapatan sebagai sebuah ketidakadilan dan
menganggap para penerima santunan kesejahteraan sebagai pemalas, oportunis, dan bahkan
parasit sosial. Kemudian, mereka menganggap pasar sebagai sumber pencipta kesejahteraan
jika dibiarkan alami tanpa campur tangan pemerintah. Intervensi pemerintah hanya akan
mengacaukan apa yang disebut sebagai “tanda-tanda pasar”.
Kemunculan para pemikir liberal seperti Hayek yang berusaha mengangkat kembali
Liberalisme sejatinya berbeda dari apa yang semula diasumsikan oleh Liberal Klasik, oleh

karena itu paham ini disebut sebagai “Neo”-liberalisme. Mereka memiliki sejumlah
perbedaan mendasar dengan liberal klasik. Liberalisme klasik menentang bentuk-bentuk
monopoli baik oleh negara maupun kelompok bisnis. Namun pengaruh liberal interventionist
merusak pandangan ini dengan mengangkat peran negara yang tetap dibutuhkan terutama
untuk menciptakan lingkungan yang dapat menjamin hak-hak individu. Sementara
Neoliberalisme berada pada posisi yang lebih “mencurigai” peran negara sehingga dari segi
apapun kekuasaan negara perlu dikontrol4.
Dasar – dasar yang menjadi pijakan neoliberalisme diantaranya; privatisasi
perusahaan publik, deregulasi ekonomi, liberalisasi perdagangan dan industri, pemotongan
pajak besar – besaran, pengukuran moneter untuk menjaga laju inflasi, kontrol ketat terhadap
ketenaga kerjaan, pengurangan belanja publik, campur tangan negara yang semakin minim,
ekspansi pasar internasional, dan menghilangnya kontrol terhadap arus keuangan global5.

4 Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004) hlm
5 Steger, Manfred. Globalization A Very Short Introduction (Oxford: University
Press,2013), hlm 41

B. GLOBALISASI EKONOMI
Sebelum mendefinisikan apa itu globalisasi ekonomi, sebaiknya kita lebih dulu
mengetahui apa yang dimasksud dengan globalisasi. Menurut David Held, Globalisasi

merupakan sebuah proses (seperangkat proses) yang berisikan transformasi dalam ruang
hubungan sosial dan transaksi

(dilihat dari perluasannya, intensitas, kecepatan dan

akibatnya) menghasilkan arus dan jaringan aktivitas transcontinental atau inter-regional,
interaksi, dan penggunaan power.
Proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat
mendasar dan akan berlangsung terus dengan laju yang akan semakin cepat mengikuti
perubahan teknologi yang juga akan semakin cepat dan peningkatan serta perubahan pola
kebutuhan masyarakat dunia6. Menurut Manfred, globalisasi ekonomi mengarah pada tingkat
intensifitas dan meluasnya hubungan ekonomi yang terjadi antar negara secara global. Market
atau pasar telah mengembangkan dan memperluas jangkauan mereka sehingga bisa
menciptakan link yang menghubungkan mereka dengan perekonomian dari negara di dunia.
Munculnya perusahaan transnasional besar, institusi ekonomi internasional besar serta sistem
perdagangan regional dalam skala besar merupakan karakteristik dari ekonomi global pada
saat ini.Globalisasi ekonomi juga dipandang sebagai seperangkat proses yang membawa pada
faktor – faktor integrasi lintas batas negara, menghasilkan produk – produk perantara, dan
memasarkan produk akhir sejalan dengan meningkatnya multi national corporations dalam
aktivitas ekonomi7.

Kaum globalis menganggap bahwa pola dan intensitas dari globalisasi ekonomi belum
pernah terjadi dalam sejarah, akan tetapi mereka percaya bahwa sebuah ekonomi tunggal
tanpa batasan sedang dalam proses pembentukan. Kaum globalis menganggap bahwa
kemampuan negara sebagai regulator ekonomi bahkan negara terkuat sekalipun telah
dilampaui oleh organisasi transnasional yang bergerak dalam bidang ekonomi yang didukung
oleh agenda ekonomi neoliberal yang pada awalnya dimulai dengan revolusi industri yang
menciptakan kemajuan dalam teknologi dan informasi. Walaupun pasar global disini tidak
6 Tambunan, Tulus. Pengaruh Kadin Brebes di Dalam Era Globalisasi : Tantangan dan
Ancaman,
(
http://www.kadin-indonesia.or.id/enm/images/dokumen/KADIN-98-249806022008.pdf) diakses pada 5 Maret 2014
7 Aseem Prakash, Presentation to the United Nations General Assembly New York
September 30, 1999. (The George Washington University Washington, D.C. hal 1
http://faculty.washington.edu/aseem/ga.pdf), diakses pada 1 April 2014.

mengharuskan negara untuk keluar dari unit ekonominya akan tetapi mereka secara terus
menerus mengikis kedaulatan ekonomi suatu negara dan mempengaruhi seluruh kebijakan
fiskal dari pemerintah dan juga strategi perekonomiannya terhadap pasar.
Berlawanan dengan kaum globalis, kaum skeptis percaya bahwa argumen dari kaum
globalis hanya dianggap sebagai usaha untuk membesar-besarkan isu integrasi ekonomi serta

sistem kapitalis global. Globalis terlalu mengabaikan peran sentral negara terutama negara
“great powers” dalam menggerakkan pasar global. Selain itu kaum skeptis disini juga
menentang pernyataan dari kaum globalis yang mengatakan jika suatu negara jauh dari pasar
global dianggap sebagai akhir dari kesejahteraan dan juga kebijakan ekonomi nasionalnya.
Akan tetapi menurut kaum skeptis hal itu tidak benar karena kegiatan ekonomi itu sebenarnya
masih berakar dari negara. Contohnya saja perusahaan-perusahaan multinasional yang pada
dasarnya tetap merupakan perusahaan nasional dengan operasi Internasional. Kemudian
kebijakan ekonomi nasional dianggap masih memegang peranan penting dalam penciptaan
kekayaan dan kemakmuran.
Salah satu argumen penting dari kaum skeptis yang menentang argumen dari kaum
globalis yakni tentang penciptaan sistem satu ekonomi global, menurut skeptis dunia saat ini
terbagi menjadi tiga blok regional utama dimana negara tetap memegang kontrol dan terus
bersaing untuk keuntungan ekonominya dan juga kaum skeptis menganggap tidak ada yang
namanya sistem kapitalis global baru.8 Oleh karena itu bagi kaum skeptis integrasi ekonomi
antar negara terjadi pada awal abad 20an bukan pada abad 21an.
C. SEJARAH KEMUNCULAN GLOBALISASI EKONOMI
Benih – benih perekonomian global bukanlah suatu hal yang baru. Sistem ekonomi
dan sistem pasar kapitalisme global mulai berkembang sekitar tahun 1896 dan mencapai
puncaknya pada tahun 1914. Munculnya perusahaan – perusahaan besar menandai kejayaan
kapitalisme pada masa tersebut. Kapitalisme sendiri diartikan sebagai prinsip yang

menjunjung kepemilikan privat atas faktor – faktor ekonomi, yang mana kapitalisme dapat
dikatakan menguntungkan sektor privat9.
Namun globalisasi ekonomi menjadi trend yang masif sejak munculnya
neoliberalisme pada akhir perang dingin. Pada masa tersebut terjadi perubahan yang
revolusioner dibandingkan masa sebelumnya yang mana arus pertukaran faktor – faktor
ekonomi dan manusia semakin intensif. Menurut Ohmae (dalam Held & McGrew) yang
8 Held. David & McGrew, Anthony. The Global Transformation Reader (Cambridge: Polity Press), hlm 299
9 Bunch, Terence.

membedakan masa kini dan masa lalu adalah keberadaan single global ecomony melebihi dan
mengintegrasi perekonomian di dunia.
1. Pembangunan Ekonomi Selama Perang
Menurut Jefri Frieden (dalam Ritzer: 2010), pembangunan globalisasi ekonomi pasca
perang dunia II

mengalami kegagalan sebagai hasil dari perang dunia I, The great

depression, dan perang dunia II yang memberikan dampak negatif terhadap hampir semua
sektor ekonomi. Pada tahun 1930-an, banyak negara berproduksi untuk mencukupi kebutuhan
mereka sendiri. Hal tersebut merupakan kemunduran bagi globalisasi yang mana

mengharuskan sebuah negara atau entitas membuka diri ke luar. Namun kondisi autarki ini
bukanlah sebuah lawan utama bagi globalisasi ekonomi karena lebih cenderung berbau
politis.
2. The Bretton Woods System
Kurangnya kerja sama antar negara yang mengakibatkan The great Depression
membuat negara – negara belajar untuk tidak mengulanginya lagi. Kurangnya kerja sama
tersebut ditandai dengan tarif yang tinggi serta proteksionisme, sehingga pemerintah
cenderung menurunkan nilai mata uang untuk memasuki perdagangan global. Hal ini melatar
belakangi terciptanya Bretton Woods System.
Sistem ini dimulai pada masa pasca perang dunia Kedua dimana pemerintahanpemerintahan

yang

didominasi

oleh

negara-negara

maju


mengembangkan

dan

menyelenggarakan seperangkat aturan, lembaga, dan prosedur yang mengatur aspek-aspek
penting dalam hubungannya dengan ekonomi internasional. Bretton Woods menjadi efek
yang paling powerfull dalam perdagangan global, pengaturan moneter global, dan investasi
global10. Menurut Manfred (2013), selama hampir tiga dekade rezim Bretton Woods
berkontribusi terhadap pembangunan masa kejayaan control capitalism. Dasar politik bagi
The Bretton Woods System ini yakni: konsentrasi kekuasaan yang bertumpu pada sebagian
kecil negara, adanya sekelompok kepentingan bersama dari negara-negara tersebut, serta
kehadiran kekuatan dominan yang rela menjalankan peran kepemimpinan.11 Bretton Woods
juga mengatur dasar – dasar institusional bagi tiga organisasi ekonomi internasional12, yakni :
a General Agreemant On Tariffs an Trade (GATT)
10 Peet , Unholy Trinity: IMF, World Bank, and the World Trade Organization, dalam Ritzer
(West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010), hlm 175
11 Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004) hlm 79
12 Steger, Manfred. Globalization (Oxford: University Press,2013),hlm 38

GATT merupakan sebuah sistem untuk meliberalisasikan perdagangan yang
dikembangkan oleh Bretton Woods dan menjadi eksis pada tahun 1947. GATT beroperasi
sampai tahun 1995 yang kemudian digantikan oleh WTO. GATT memfokuskan perdagangan
pada barang – barang, sedangkan WTO juga bertanggung jawab atas kenaikan perdangangan
penting dalam bidang jasa.
b. International Monetary Fund (IMF)
IMF bertujuan untuk menyetabilkan ekonomi global serta berurusan dengan nilai
tukar, balance of payment, aliran modal internasional, dan memantau kebijakan
makroekonomi anggotanya13. Seiring perubahan ekonomi global, fungsi IMF berubah yang
mana di awal pendiriannya IMF mengatur sistem pertukaran yang diciptakan Bretton Woods.
Saat ini IMF lebih cenderung memantau balance of payment negara – negara untuk menjamin
keberlanjutan nilai tukar dalam mata uangnya. IMF juga memberikan pinjaman bagi negara
khususnya negara berkembang yang ekonominya sedang goyah. Dana yang disediakan oleh
IMF berbasis pada kuota dari negara anggota yang dapat menentukan batasan dalam
peminjaman.
c. World Bank
World Bank (IBRD) dibentuk pada tahun 1944 di Bretton Woods dan mulai
beroperasi pada tahjun 1946 yang mana keanggotannya terbuka bagi seluruh anggota IMF.
World bank menyediakan dana bagi pemerintah dan juga memberikan nasihat dan jasa
analisis untuk negara – negara. Misi World bank adalah14 ;


Mendorong pembangunan fasilitas produktif dan sumberdaya yang kurang di negara –
negara berkembang



Memberikan dana yang ditujukan untuk merangsang produktivitas ketika modal privat
tidak bisa diperoleh dengan alasan tertentu.



Mendorong investasi internasional untuk mempromosikan perdagangan internasional dan
pembangunan serta keseimbangan dalam balance of payment.



Menolong negara anggota meningkatkan produktivitas, standar hidup, dan kondisi buruh
Dalam perkembangannya fokus World Bank telah meluas dari fokus utamanya dalam

proyek infrastruktur hingga bisa menghasilkan pendapatan. Kini World Bank juga

13 Ritzer Ritzer, George. Globalization A Basic Text (West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010),
hlm 180
14 Ibid, hlm 183

memberikan pinjaman dengan berbagai macam bidang tata kelola seperti sektor public,
korupsi, dan beberapa aspek kemanusiaan serta kebijakan yang lebih luas.
Seluruh anggota memiliki suara dalam World bank, namun suara tersebut hanya
bergantung pada seberapa besar dan seberapa penting perekonomian negara tersebut di dunia.
Sejak tahun 1980 pengoperasian World bank menjadi lebih kontroversional karena World
bank terlihat lebih didominasi oleh negara kaya dan hanya negara maju dan NGO tertentu
yang memiliki suara. Kemudian World bank juga terlihat lebih melayani kepentingan negara
kaya dari pada negara miskin. Selanjutnya sebagai efek perluasan yang dilakukan, World
bank terlihat tidak lagi fokus dan melanggar batas aktivitas agensi lain. Hal – hal tersebut
kemudian melemahkan World Bank15.
d. Berakhirnya Bretton Woods System
Pada masa perang dingin, kerjasama ekonomi diperlukan dalam menghadapi musuh
bersama yakni blok ekonomi Uni Soviet. Bagi AS, the Bretton Woods System ini diharapkan
menjadi tameng dari ancaman Uni Soviet. Namun sekitar tahun 1970-an, sistem ini dalam
keadaan kacau dan terancam. Pada 15 Agustus 1971, Presiden Richrad Nixon tampil di depan
publik dan secara sepihak tanpa berkonsultasi dengan para penandatangan sistem
memutuskan untuk menunda tukar menukar penuh dollar dengan emas dan kemudian
mendevaluasikannya.16 Ini sekaligus menandai mulai berakhirya era the Bretton Woods
System yang diakibatkan oleh penentangan kekuasaan, melemahnya kepemimpinan AS, dan
memudarnya konsesus.
Bangkitnya negara-negara berkembang serta mulai berpartisipasinya negara-negara
komunis dalam ekonomi internasional semakin membuat kacau sistem ekonomi dunia saat
itu. Kemunduran sistem ini semakin jelas ketika MEE (European Economic Comuunity)
menjadi blok ekonomi yang menyaingi AS dan menjadi kekuatan politik potensial. Akhirnya
perubahan-perubahan tersebutlah yang semakin mendorong menurunnya kemampuan
leadership AS sehingga the Bretton Woods System menjadi semakin tidak efektif dan
kemudian bubar.17
3. Kemunculan Neoliberalisme
Kita telah banyak menyinggung neoliberalisme di awal pembahasan. Neoliberalism
muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap ide liberalisme intervensionist yang dibawa oleh
Keyness dan mengembalikan ide liberalism klasik Adam Smith dan David Ricardo.
15 Ibid
16 Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004), hlm 81
17 Ibid., hlm 83

Neoliberalisme memperoleh legitimasinya pasca keruntuhan Uni Soviet dengan komunisme
dan ekonomi komandonya pada akhir tahun 1980-an.
D. PENGARUH NEOLIBERALISME TERHADAP GLOBALISASI EKONOMI
Kebangkitan Neoliberalisme telah sejak lama tertuang dalam kebijakan-kebijakan
ekonomi. Gagasan tersebut kemudian muncul dalam berbagai kebijakan-kebijakan ekonomi
politik domestik Inggris semasa pemerintahan Margaret Thatcher dan Ronald Reagan di AS.
Tidak berhenti sampai disitu, dengan disponsori oleh Inggris dan AS, di tingkat global
gagasan neoliberalisme juga menjadi landasan dalam diplomasi ekonomi internasional18.
Setelah kaum liberal kanan (kemudian menjadi neoliberal) mendapat kemenangan
dari lawannya, kaum neoliberal kemudian berusaha mendorong liberalisasi dan perdangaan
bebas dunia. Globalisasi ekonomi menjadi kian masif dengan di-internasionalisasi-nya dasar
– dasar neoliberalisme ke dalam bentuk institusi – institusi global. Neoliberalisme dan
globalisasi di masa kini telah membuat saling keterhubungan yang tidak dapat dipisahkan.
Penghapusan hambatan – hambatan dalam ekspansi pasar internasional yang diusung oleh
neoliberalisme, menjadi bahan bakar berkembangnya globalisasi ekonomi yang semakin
besar.
Harvey (dalam Ritzer) melihat neoliberal sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
globalisasi. Ruang lingkup neoliberalisme berada pada skala global, dalam artian
neoliberalisme telah menjadi sistem politik dan ekonomi yang ditandai dengan luasnya
jangkauan masyarakat di seluruh dunia. Kemudian neoliberalisme merupakan sebuah ide
yang berisikan tentang sistem yang telah mengalir di seluruh penjuru dunia. Berbagai
organisasi terutama IMF, World Bank, dan WTO didominasi oleh ide – ide neo liberal yang
mana secara tidak langsung organisasi – organisasi tersebut didominasi oleh AS dan mereka
mengekspor neoliberalisme ke seluruh dunia. Globalisasi dianggap merefleksikan
kecenderungan proses akumulasi modal (kapital) dari pada sekadar meningkatkan pengaruh
kebijakan neoliberal, namun di satu sisi neoliberal menjadi sesuatu yang dominan dan
mempercepat laju globalisasi19.
Menurut Manfred dalam bukunya yang berjudul Globalization A Very Short
Introduction, ada tiga pembangunan yang terkait dengan globalisasi ekonomi, yakni
internasionalisasi

perdagangan

dan

keuangan,

meningktakan

peran

MNCs,

meningkatnya peran institusi ekonomi internasional seperti IMF, World Bank, dan WTO.
18 Winanti, Poppy S.
19 Kotz, (Volume 12, No 2: 2002), hal 64-79.

serta

Internasionalisasi Perdagangan dan Finansial
Perdagangan yang menghilangkan hambatan masuknya barang dan jasa ke berbagai
negara telah menciptakan peningkatan interaksi dan ketergantungan antar negara.
Perdagangan bebas mendukung peningkatan pilihan konsumen, meningkatkan kesejahteraan
global, membuat perdamaian dalam hubungan internasional, dan menyebarkan teknologi baru
ke seluruh dunia. Dapat kita lihat bahwa freetrade menjadikan negara lebih produktif,
kemudian juga mendapat keuntungan dari spesialisasi, kompetisi, dan penyebaran teknologi.
Namun juga tak dapat kita tampikkan bahwa tidak ada jaminan bahwa keuntungan yang
didapat dari perdagangan bebas dapat terdistribusi dengan adil.
Internasionalisasi finansial erat kaitanya dengan deregulasi tingkat interest,
pemindahan kontrol kredit, dan privatisasi institusi dan bank pemerintah. Hal tersebut
mendorong peningkatan mobilitas antar segmen yang berbeda dalam industry finansial.
Kehadiran internet juga membantu proses penyebaran dan liberalisasi perdagangan dan
finansial.
Peran Multi National Corporations dan FDI
Multinational Corporation (MNC) dan Foreign Direct Investment (FDI) memiliki
peranan penting dalam mendorong terjadinya globalisasi. Saat ini sangat banyak ditemukan
perusahaan-perusahaan multinasional di hampir seluruh negara. Perusahaan multinasional itu
sendiri didefinisikan sebagai sebuah perusahaan yang menghasilkan barang dan melayani
pasar di lebih dari satu negara.20 Dengan luasnya pasar MNC ini, membuat investasi yang
mereka tanamkan sangat diharapkan untuk melakukan pembangunan dan memacu
pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan meningkatkan taraf hidup.
Ada beberapa faktor terkait meluasnya ekspansi pasar perusahaan-perusahaan tersebut
dalam skala global. Revolusi di bidang teknologi informasi, betambah pesatnya mobilitas
modal, dan semakin murahnya biaya transportasi mendorong semakin meluasnya dunia
(world wide trend). Selain itu, faktor besarnya keuntungan yang dijanjikan oleh pasar-pasar
luar negeri karena semakin terbuknya pasar global juga membuat fenomena ini menjadi
booming.
Meskipun kini telah banyak MNC yang mengusai pasar global, namun tetap saja
banyak yang masih khawatir akan dampak buruk yang ditimbulkan. Bagi kelompok yang
mendukung, MNC bisa mendatangkan keuntungan bagi ekonomi-ekonomi industri maju dan
ekonomi industri baru serta dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran dunia.
20 Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004), hlm 99

Sementara bagi kelompok yang menentang MNC, mereka mengatrakan bahwa perusahaan itu
menggerogoti demokrasi, merugikan masyarakat nasional, dan merupakan bentuk
imperialisme baru.21
Kini banyak MNC yang mulai bergerak kearah perusahaan transnasional (TNC) yang
tidak terikat pada loyalitas negara-negara tertentu. Mereka akan mengembangkan usaha di
banyak negara dan mengembangkan produk yang ditunjukan untuk memenuhi pasar-pasar
lokal. Fenomena ini sering dikenal sebagai footloose industry (industry yang ringan kaki).
Perusahaan seperti ini biasanya mempunyai kemampuan untuk memindahkan perushaan dari
suatu negara ke negara yang lain. Keberadaan footloose industry ini akan sangat merugikan
karyawan dan mengancam kedaulatan bangsa. Suatu negara tidak dapat dengan mudah
mencegah perusahaan-perusahaan ini melarikan modalnya ke luar negeri.
Institusi Ekonomi Internasional
Salah satu kekuatan utama dalam memasukan nilai – nilai neoliberalisme adalah
melalui institusi IMF dan World Bank dengan mempraktekan structural adjustment.
Structural adjusmnet merupakan bantuan yang diberikan oleh IMF dan World Bank yang
mana negara recipient harus merestrukturisasi perekonomian dan kemasyarakatannya
berdasarkan resep -resep neoliberal seperti privatisasi, deregulasi, serta liberalisasi pasar dan
perdagangan. Hal ini sangat berkaitan erat dengan Washington Concencuss yang mana
terdapat dominasi AS dibelakang organisasi tersebut dalam mengatur modal di negara
tersebut. Institusi – institusi tersebut telah menjadi institusi global yang memiliki kontrol
yang besar terhadap pasar dan perdagangan. Sistem pasar kapitalisme menjadi norma global
yang bertindak sebagai “penghancur” untuk “menciptakan” atau dikenal dengan creative
destructive theory22.
D. KEGAGALAN NEOLIBERAL (GLOBALISASI EKONOMI)
Bangkitnya Neoliberal pada akhir abad ke-20, kini mulai diragukan keberhasilannya.
Globalisasi ekonomi dengan paham Neoliberalnya mulai menunjukan beberapa dampak
buruk, salah satu yang utama yakni timbulnya ketidak merataan pendapatan baik anatara
negara maju dan negara miskin, atau kaum borjuis dan kaum proletar. Banyak kalangan yang
menilai bahwa globalisasi hanya menguntungkan negara-negara maju dan semakin
memiskinkan negara-negara berkembang. Fenomena ini tercermin dari data UNDP pada
21 Ibid., hlm 105
22 Ritzer Ritzer, George. Globalization A Basic Text (West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010),
hlm 112-113

tahun 1989 dimana rata-rata pendapatan dari 20% masyarakat yang hidup di negara paling
kaya mencapai 60 kali lebih tinggi daripada 20% masyarakat yang hidup di negara termiskin.
Rasio ini merupakan dua kali rasio tahun 1950 yang hanya sebesar 30 kali 23. Dari data diatas
dapat

dibuktikan

bahwa

neoliberal

dalam

globalisasi

ekonomi

hanya

dinikmati

keuntungannya oleh negara-negara maju dan kaum borjuis karena adanya monopoli pasar.
Kekhawatiran akibat dampak buruk paham Neoliberaal ternyata tidak hanya terjadi
pada negara-negara berkembang dan miskin saja, namun juga dikhawatirkan oleh negara
industri maju. Munculnya MNC dan TNC yang marak membuka perusahaan dan investasi di
negara lain memunculkan angka pengangguran yang signifikan di Eropa dan Amerika Serikat
serta negara-negara industri maju lainnya. Perusahaan-perusahaan multinasional tersebut
justru suka melebarkan sayapnya di luar negeri dan merekrut para pekerja asing yang
memiliki upah murah. Selain itu, munculnya MNC dan TNC di negara berkembang dan
miskin juga membawa dampak yang signifikan karena perusahaan-perusahaan nasional
mereka tidak mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang memiliki
banyak keunggulan, baik dalam bidang teknologi, manajemen, maupun informasi24. Akibat
dari semua ini banyak perusahaan-perusahaan lokal yang bangkrut dan terpaksa menciptakan
pengangguran baru.
Banyak kalangan yang menilai kegagalan paham Neoliberal ini terjadi karena sistem
ekonomi dunia saat ini telah bergeser jauh dari pandangan Adam Smith dan David Ricardo
yang menjadi landasan utama liberalisasi dan agenda pasar bebas. Saat ini terjadi
pengangungan pasar yang sangat berlebihan dan usaha-usaha untuk memarginalkan peran
negara bangsa malah menyalahi, atau dalam pandangan Korten “pengkhianatan” terhadap
Adam Smith dan David Ricardo25. Adam Smith mengatakan bahwa sistem pasar akan
berjalan efektif jika tidak adanya pembeli atau penjual yang besar untuk mempengaruhi pasar
atau biasa disebut dengan monopoli. Oleh karena itu Adam Smith menentang segala bentuk
monoli dalam sistem pasar. Hal itu tentu sangat bertentangan dengan sistem pasar globalisasi
saat ini dimana monopoli sangat banyak kita jumpai sehingga tentu menciptakan pasar yang
tidak efektif dan tidak membawa kemakmuran bagi rakyat.
Kegagalan neoliberal dalam mengatasi krisis ekonomi yang akhir-akhir ini sering
terjadi juga diamini oleh beberapa tokoh dunia, diantaranya yakni Presiden Prancis, Nicolas
Sarkozy. Nicolas Sarkozy mengatakan bahwa “We need to rebuild the whole word financial
23 Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004) hlm. 114
24 Ibid, hlm. 115
25 Ibid, hlm116

and monetary system from scratch”26. Nicolas Sarkozy mulai menyadari bahwa tidak
selamnya pasar bisa menopang kesejahteraan rakyat. Justru dengan adanya sistem ekonomi
pasar membuat terjadinya beberapa krisis akhir-akhir ini. Sarkozy menginkinkah seluruh
negara di dunia membuat aturan ulang mengenai sistem moneter agar bisa memperbaiki
sistem pasar yang ada.
Banyaknya bukti-bukti kegagalan paham neoliberal dalam memandang ekonomi
membuat banyak negara di dunia menjadi khawatir dengan sistem ekonomi dunia saat ini
yang demikian luas dan terbuka. Kekhawatiran tersebut akhirnya kini memunculkan
regionalisme perdagangan/ekonomi. Munculnya regionalisme ekonomi ini disebabkan oleh
adanya invasi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional yang berasa dari negara lainnya.
Bukan hanya negara berkembang dan miskin, namun negara maju juga semakin khawatir
akan hal ini. Misalnya saja banyak rakyat Amerika Serikat yang kini mulai khawatir akan
serbuan produk-produk otomotif Jepang yang marak disana. Atas hal ini akhirnya Amerika
Serikat mulai mengembangkan bentuk-bentuk regionalisme ekonomi baru melaui NAFTA.
Selain Amerika Serikat, negara-negara Eropa juga kini membentuk Pasar Tunggal Eropa
untuk mengatasi dominasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Hal inilah yang kemudian menjadi paradox dalam globalisisasi ekonomi. Di tengah
gelombang globalisasi ekonomi yang menuntut akses pasar yang semakin terbuka, tetapi
malahan bentuk-bentuk perlawanan terhadap globalisasi ekonomi itu sendiri dalam bentuk
regionalisame ekonomi27. Regionalisme ekonomi membuat semakin sulitnya terjadi integrasi
pasar secara global, dan masing-masing negara akan sibuk dengan kelompoknya masingmasing dan urusan negaranya sendiri.

26 Rietzer, George. Globalization A Basic Text. (New York: Wiley-Blackwell, 2010), hlm. 130.
27 Anonim. Globalisasi dan Kebangkitan Neoliberalisme. (Jakarta:Insist, 2004) hlm. 111