DESIMINASI SAINS DAN ISLAM Penulisan Kar

DESIMINASI SAINS DAN ISLAM
(Penulisan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Integrasi Sains dan Islam)
Integrasi adalah penyatuan hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi
yang dilakukan biasanya hanya dengan sekedar memberikan ilmu agama dan ilmu umum tanpa
dikaitkan satu sama lain, sehingga pemberian bekal ilmu dan agama tersebut tidak memberikan
pemahaman yang utuh dan komprehensif. Apalagi jika ilmu-ilmu tersebut sering disampaikan
oleh orang yang kurang mempunyai wawasan keislaman dan kemoderenan yang memadai. Oleh
karena itu disini bapak Mohammad Anas Kholis, M.HI akan menjelaskan bagaimanakah cara
mengintegrasikan Islam dengan Sains?
Islam memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam
menjadi dasar dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam Al-Qur`an dan
Al-Hadits menjadi landasan pemikiran kita, yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh
bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia.
Islam memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan
aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun :

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”.(QS. Al–Alaq:
1).
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia telah diperintahkan untuk membaca guna
memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh
lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan

iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam.
Qauliyah adalah ayat-ayat yang sudah tertulis dalam Al-Quran sedangkan Kauniyah
adalah ayat-ayat Allah yang ada di sekitar kita alam, kejadian, persoalan hidup dan semua yang
ada dalam kehidupan ini. Ayat-ayat Qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari
ilmu alam semesta (ayat-ayat Kauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha membacanya,
mempelajari dan merenungkannya, untuk kemudian diambil kesimpulan.

Ada tiga epistemologi berpikir yang umum dipakai dalam studi islam, yang
pertama epistemologi Qauliyah (Bayani) disini perintah dalam membaca erat hubungannya
dengan teks. Kedua epistemologi Kauniyah (Burhani), dalam Burhani digunakan rasio untuk
memahami sebuah teks. Ketiga epistemologi intuitif (Irfani), pendekatan irfani adalah
pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalam batin, dhawq, qalb, wijdan,
basirah dan intuisi. Epistimologi Irfani lebih disampingkan oleh barat, karena barat melihat
agama sebagai produk budaya.
Menurut bapak M.Mukhlis Fahruddin, M.Si selaku dosen Sejarah Peradaban Islam
terdapat tiga cara yang dapat diterapkan dalam mengintegrasikan Islam dengan Sains yaitu
menemukan kata kuncinya, mencari topik yang sama di pembahasan dengan Al-Quran dan pesan
yang bisa diambil tentang sains yang sedang kita pelajari.
Integrasi sains dan islam adalah penyatuan antara sains dan islam hingga menjadi suatu
kesatuan yang utuh dan saling berhubungan. Ayat-ayat Qauliyah mengisyaratkan kepada

manusia untuk mencari ilmu alam semesta (ayat-ayat Kauniyah), oleh sebab itu manusia harus
berusaha membacanya, mempelajari dan merenungkannya, untuk kemudian diambil kesimpulan.
Hal ini sesuai dengan surah Al-Alaq ayat 1 yang menjelaskan bahwa bahwa manusia
diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi
segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam. Ada tiga epistemologi berpikir yang
umum dipakai dalam studi islam yaitu epistemologi Qauliyah (Bayani), epistemologi Kauniyah
(Burhani) dan epistemologi intuitif (Irfani). Terdapat tiga cara yang dapat diterapkan dalam
mengintegrasikan Islam dengan Sains yaitu menemukan kata kuncinya, mencari topik yang sama
di pembahasan dengan Al-Quran dan pesan yang bisa diambil tentang sains yang sedang kita
pelajari.