Uji Skrining Fitokimia, Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri Ekstrak Metanol Dan Etil Asetat Daun Benalu Kopi (Loranthus Parasiticus (L.) Merr.) Chapter III V

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Spektrofotometri UV-Visible

SP-300

Rotari Evaporator

Buchi

Laminar air flo cabinet

Astec HLF 1200 L


Oven

Fischer Scientific

Inkubator

Fiber Scientific

Lemari Pendingin

Toshiba

Glass Beaker
Gelas erlenmeyer
Neraca analitis

Mettler AE 200

Corong pisah
Desikator


Simax Czechoslovakia

Pipet makro

Eppendorf

Jarum ose
Autoklaf

Yamata SN 20

Kuvet
Neraca analitis
Cawan petri
Jangka sorong

Universitas Sumatera Utara

3.1.2 Bahan

Daun Benalu Kopi (Loranthus parasiticus (L.) Merr)
Etanol

p.a Merck

Metanol
Etil Asetat
Aquadest
Pereaksi Wagner
Pereaksi Maeyer
Pereaksi Bouchardat
Pereaksi Dragendorf
FeCl3 5%
CeSO4 1% dalam H2SO4 10%
Logam Mg
HCl pekat
Amoniak
Kloroform
HCl 2N
DPPH (2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazil)


p.a Aldrich

DMSO (dimetilsulfoksida )

p.a Fisons

Nutrient Broth (NB)

p.a Oxoid

Nutrient Agar (NA)

p.a Oxoid

Mueller Hinton Agar (MHA)

p.a Oxoid

Bakteri Staphylococcus aureus

Bakteri Escherichia coli

Universitas Sumatera Utara

3.2

Prosedur Penelitian

3.2.1 Penyediaan Sampel
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daun Benalu Kopi yang
diperoleh dari Desa Parongil,Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Sumatera
Utara. Daun benalu kopi dipisahkan dari batang dan buahnya. Sampel dikeringkan
dalam ruangan selama 5 hari kemudian dihaluskan dengan blender.
3.2.2 Analisa Kadar Air
Ditimbang 2 gram sampel lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 105̊ C- 110̊ C
selama 2 jam, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Kemudian
ditimbang. Diulangi pengeringan sampai diperoleh berat tetap.
3.2.3 Pembuatan Ekstrak Metanol dan Etil asetat dari Daun Benalu Kopi
Ditimbang serbuk daun benalu kopi sebanyak 600 g, dimaserasi dengan
menggunakan pelarut metanol selama 3×24 jam. Kemudian disaring. Dilakukan

pengulangan

hingga

larutan

berwarna

jernih.

Filtrat

yang

diperoleh

dirotarievaporator dan ekstrak pekat metanol yang diperoleh dipekatkan kembali
pada penangas air sampai diperoleh ekstrak bebas dari pelarut metanol dan
ditimbang. Sebagian ekstrak kering metanol dilarutkan dengan pelarut etil
asetat,kemudian disaring. Dilakukan pengulangan hingga larutan berwarna jernih.

Filtrat yang diperoleh dirotarievaporator dan ekstrak pekat etil asetat yang
diperoleh dipekatkan kembali pada penangas air sampai diperoleh ekstrak bebas
dari pelarut etil asetat dan ditimbang. Ekstrak kering yang dihasilkan diuji
skrining fitokimia, aktivitas antioksidan dan antibakteri.

Universitas Sumatera Utara

3.2.4 Uji Skrining Fitokimia
1. Uji Alkaloid
Ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kopi masing-masing dimasukkan
dalam tabung reaksi. Tabung I ditetesi pereaksu Wagner, jika terbentuk endapan
jingga, maka positif mengandung alkaloid. Tabung II ditetesi pereaksi Maeyer,
jika terbentuk endapan putih,maka positif mengandung alkaloida. Tabung III
ditetesi pereaksi Boucahardat,jika terbentuk endapan cokelat, maka positif
mengandung alkaloida,dan tabung IV ditetesi dengan pereaksi Dragendorf, jika
terbentuk endapan jingga, maka positif mengandung alkaloida.
2. Uji Flavonoida
Ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kopi masing-masing dimasukkan
kedalam 2 tabung reaksi. Tabung I ditetesi NaOH 10%, jika terbentuk larutan
warna biru violet maka positif mengandung flavonoida. Tabung II ditambah

serbuk Mg dan HCl pekat,jika terbentuk larutan warna jingga maka positif
mengandung flavonoida.
3. Uji Tanin
Ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kopi masing-masing dimasukkan
kedalam tabung reaksi,kemudian ditambah dengan FeCl3 5%. Jika terbentuk
larutan warna biru kehitaman maka positif mengandung tanin.
4. Uji Terpenoida
Ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kopi masing-masing dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan CeSO4 1% dalam H2SO4 10%.
Jika terbentuk endapan warna merah kecoklatan maka positif mengandung
terpenoida.

Universitas Sumatera Utara

5. Uji Saponin
Ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kopi masing-masing ditambah 10 ml
aquades,kemudian dikocok kuat-kuat. Jika muncul busa yang stabil maka positif
mengandung saponin.
3.2.5


Uji Sifat Antioksidan Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu
Kopi

3.2.5.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,3 mM
Larutan DPPH 0,3 mM dibuat dengan melarutkan 11.83 mg serbuk DPPH dengan
etanol p.a dalam labu takar 100 ml, kemudian dihomogenkan.
3.2.5.2 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Metanol dan Etil Asetat
Daun Benalu Kopi
Ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu pohon kopi dibuat larutan induk 1000
ppm, dengan melarutkan 0,025 g ekstrak metanol dan etil asetat dengan pelarut
etanol p.a dalam labu takar 25 ml. Kemudian dari larutan induk 1000 ppm dibuat
larutan 100 ppm. Kemudian dari larutan 100 ppm dibuat larutan 50 ppm.
Kemudian dari larutan 50 ppm dibuat lagi variasi konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15
ppm, 20 ppm, 25 ppm untuk diuji aktivitas antioksidannya.
3.2.5.3 Uji Aktivitas Antioksidan
a. Uji Aktivitas Antioksidan Larutan Blanko
Sebanyak 2,5 ml etanol p.a ditambahkan 1 ml larutan DPPH 0,3 mM dalam
tabung reaksi, dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap.
Kemudian diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 515 nm.


Universitas Sumatera Utara

b. Uji Aktivitas Antioksidan Sampel
Sebanyak 2,5 ml ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kopi 5 ppm
ditambahkan

dengan

1

ml

larutan

DPPH

0,3

mM


dalam

tabung

reaksi,dihomogenkan dan dibiarkan dalam ruang gelap selama 30 menit. Lalu
diukur absorbansinya dengan panjang gelombang maksimum 515 nm. Dilakukan
perlakuan yang sama untuk konsentrasi 10, 15, 20, 25 ppm.
3.2.6

Uji Sifat Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu
Kopi

3.2.6.1 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
Sebanyak 7 g nutrient agar dimasukkan dalam erlenmeyer lalu dilarutkan dalam
250 ml aquadest dan dipanaska hingga semua larut dan mendidih. Lalu disterilkan
di autoklaf pada suhu 121̊ C selama 15 menit.
3.2.6.2 Pembuatan Media Agar Miring dan Stok Kultur Bakteri
Kedalam tabung reaksi yang steril dimasukkan 3 ml media nutrient agar steril,
didiamkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring
membentuk sudut 30-45̊ C. Biakan bakteri Staphylococcus aureus dari strain
utama diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media
nutrient agar miring dengan cara menggores, kemudian diinkubasi pada suhu 35 ̊C
selama 18-24 jam. Hal yang sama juga dilakukan pada biakan bakteri Escherichia
coli.

3.2.6.3 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
Sebanyak 19 g serbuk Mueller Hinton Agar dimasukkan dalam erlenmeyer lalu
dilarutkan dalam 500 ml aquadest dan dipanaskan hingga semua larut dan
mendidih. Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 121̊ C selama 15 menit.

Universitas Sumatera Utara

3.2.6.4 Penyiapan Inokulum Bakteri
Sebanyak 3,25 g nutrient broth dilarutkan dengan 250 ml aquadest dalam
erlenmeyer dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih, kemudian
disterilkan di autoklaf pada suhu 121̊ C selama 15 menit dan didinginkan. Lalu
koloni bakteri Staphylococcus aureus diambil dari stok kultur menggunakan
jarum ose steril kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml media nutrient broth
steril dalam tabung reaksi dan diinkubasikan pada suhu 35̊ C selama 3 jam,lalu
diukur panjang gelombang dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 540-600 nm. Hal yang sama dilakukan untuk koloni bakteri
Escherichia coli.

3.2.6.5 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Metanol dan Etil Asetat
Daun Benalu Kopi
Ekstrak Metanol dan Etil Asetat dibuat dalam berbagai konsentrasi dengan
menimbang ekstrak masing-masing sebanyak 100 mg,200 mg,300 mg,400 mg,500
mg, kemudian dilarutkan masing-masing dengan 1 ml DMSO. Konsentrasi
ekstrak adalah 100 mg/ml,200 mg/ml,300 mg/ml,400 mg/ml dan 500 mg/ml.
3.2.6.6 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun
Benalu Kopi
Sebanyak 0,1 ml inokulum Staphylococcus aureus dimasukkan ke dalam cawan
petri steril, setelah itu dituang media Mueller Hinton Agar sebanyak 15 ml dengan
suhu 45-50̊ C dihomogenkan sampai media dan bakteri tercampur rata,kemudian
dibiarkan sampai media memadat. Dimasukkan kertas cakram yang telah
direndam dengan ekstrak metanol dan etil asetat dengan berbagai variasi
konsentrasi kedalam cawan petri yang telah berisi bakteri, kemudian diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 35̊ C selama 18-24 jam. Selanjutnya diukur diamater
zona hambat di sekitar kertas cakramdengan jangka sorong. Dilakukan perlakuan
yang smaa terhadap bakteri Escherichia coli.

Universitas Sumatera Utara

3.3

Bagan Penelitian

3.3.1

Pembuatan Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu Kopi
Daun Benalu Kopi
dikeringkan
dihaluskan

Serbuk Daun Benalu Kopi
ditimbang sebanyak 600 g
dimaserasi dengan 3 liter metanol
selama ± 5×24 jam
disaring

Filtrat

Residu
diuapkan dengan rotary evaporator

Pelarut

Ekstrak Pekat Metanol
dipekatkan kembali dengan penangas air
hingga bebas dari pelarut

Ekstrak Metanol

Ekstrak Metanol

diekstraksidengan etil asetat
sampai filtrat berwarna bening

ditimbang
diuji skrining fitokimia
diuji aktivitas
antioksidan
diuji aktivitas
antibakteri

Filtrat

Endapan
dipekatkanmenggunakan penangas
air hingga bebas dari pelarut

Hasil

Ekstrak Kering Etil Asetat
ditimbang
diuji skrining fitokimia
diuji aktivitas antioksidan
diuji aktivitas antibakteri
Hasil

Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Analisa Kadar Air
2 g serbuk daun benalu
kopi
dikeringkan dalam oven pada suhu 105C-110C
selama 2 jam
didinginkan dalam desikator selama 30 menit
ditimbang
diulangi pengeringan sampai diperoleh berat tetap

Hasil

3.3.3 Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun
Benalu Kopi
Ekstrak Metanol Daun
Benalu kopi

Dimasukkan kedalam 5
tabung reaksi

Tabung I
+ Pereaksi
Wagner

Tabung I
+ NaOH
10%

Tabung II
+ Pereaksi
Maeyer

Tabung II
+ logam Mg
+HCl(p)

Ditambahkan
FeCl3 5%

Ditambahkan
CeSO4 1%
dalam
H2SO4 10%

Ditambahkan
Aquades dan
dikocok kuatkuat

Tabung III
+ Pereaksi
Dragendroff
Tabung IV
+ Pereaksi
Bouchardat

Alkaloid

Flavonoid

Tanin

Terpenoid

Saponin

Dilakukan perlakuan yang sama untuk ekstrak etil asetat daun benalu kopi.

Universitas Sumatera Utara

3.3.4

Uji Sifat Antioksidan Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu
Kopi

3.3.4.1 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Metanol dan Etil Asetat
Daun Benalu Kopi
0,025 g Ekstrak Metanol
Daun Benalu Kopi
dimasukkan kedalam labu takar 25 mL
ditambahkan etanol p.a hingga garis tanda
dihomogenkan
25 mL larutan induk 1000 ppm
dipipet 2,5 mL larutan induk 1000 ppm
dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL
ditambahkan etanol p.a hingga garis tanda
dihomogenkan
25 mL larutan induk 100 ppm
dipipet 12,5 mL larutan induk 100 ppm
dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL
ditambahkan etanol p.a hingga garis batas
dihomogenkan
25 mL larutan induk 50 ppm
dibuat variasi 5,10,15,20,dan 25 ppm
dipipet 2,5 mL
dengan pipet
volume

dipipet 5 mL
dengan pipet
volume

dipipet 7,5mL
dengan pipet
volume

dipipet 10 mL
dengan pipet
volume

dipipet 12,5 mL
dengan pipet
volume

dimasukkan
ke dalam
labu takar
25 mL

dimasukkan
ke dalam
labu takar
25 mL

dimasukkan
ke dalam
labu takar
25 mL

dimasukkan
ke dalam
labu takar
25 mL

dimasukkan
ke dalam
labu takar
25 mL

diencerkan
dengan
etanol p.a
hingga
garis tanda

diencerkan
dengan
etanol p.a
hingga
garis tanda

diencerkan
dengan
etanol p.a
hingga
garis tanda

diencerkan
dengan
etanol p.a
hingga
garis tanda

diencerkan
dengan
etanol p.a
hingga
garis tanda

dihomogenkan

dihomogenkan

dihomogenkan

dihomogenkan

dihomogenkan

larutan 5 ppm

larutan 10 ppm

larutan 15 ppm

larutan 20 ppm

larutan 25 ppm

Dilakukan perlakuan yang sama untuk ekstrak Etil Asetat Daun Benalu Kopi.

Universitas Sumatera Utara

3.3.4.2 Pembuatan Larutan DPPH 0,3 mM
11,85 mg DPPH
Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL
Ditambahkan etanol p.a hingga garis batas
Dihomogenkan

Larutan DPPH 0,3mM

3.3.4.3 Uji Aktivitas Antioksidan
a. Uji Blanko

1 mL larutan DPPH 0,3 mM
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2,5 mL etanol p.a
Dihomogenkan
Dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap
Diukur absorbansi pada panjang gelombang
maksimum 515 nm

Hasil

Universitas Sumatera Utara

b. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun
Benalu Kopi
1 ml larutan DPPH 0,3 mM
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 2,5 ml ekstrak metanol daun benalu kopi
sesuai dengan variasi konsentrasi
Dihomogenkan
Dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap
Diukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum
515 nm
Hasil

Dilakukan perlakuan yang sama untuk ekstrak Etil Asetat Daun Benalu Kopi.

3.3.5

Uji Sifat Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu
Kopi

3.3.5.1 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
7 gram media MHA (Mueller Hinton Agar)

Dilarutkan dengan 250 ml aquadest
dalam gelas erlenmeyer
Dipanaskan sambil diaduk hingga
larut dan mendidih
Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC
selama 15 menit

Media MHA (Mueller Hinton Agar) steril

Universitas Sumatera Utara

3.3.5.2 Pembuatan Media Nutrient (NA), Media Agar Miring dan Stok Kultur
Bakteri

7 gram media NA (Nutrient Agar)
Dilarutkan dengan 250 ml aquadest
kedalam gelas erlenmeyer
Dipanaskan sambil diaduk
hingga larut dan mendidih
Disterilkan dalam autoklaf
pada suhu 121oC selama 15 menit

Media NA (Nutrient Agar) steril

Dituangkan kedalam tabung
reaksi sebanyak 3 ml
Dibiarkan pada temperatur kamar
sampai memadat pada
posisi miring membentuk
sudut 30-45oC
Diambil biakan bakteri Staphylococcus
aureus dari strain utama dengan jarum ose
laludigoreskan pada media NA
yang telah memadat
Diinkubasi pada suhu 35oC
selama 18-24 jam

Stok Kultur Bakteri
Dilakukan hal yang sama bakteri Escherichia coli.

Universitas Sumatera Utara

3.3.5.3 Penyiapan Inokulum Bakteri

6,5 gram Media NB (Nutrient Broth)
Dilarutkan dengan 500 ml aquadest
kedalam gelas erlenmeyer
Dipanaskan sambil diaduk hingga
larut dan mendidih
Disterilkan dalam autoklaf pada
suhu 121oC selama 15 menit

Media NB (Nutrient Broth) steril

Dituangkan kedalam tabung
reaksi sebanyak 5 ml
Diambil koloni bakteri dari
stok kultur bakteri Staphylococcus aureus
dengan jarum ose
Disuspensikan kedalam Nutrient Broth (NB)
Diinkubasi pada suhu 350oC selama 2-3 jam
Diukur kekeruhan larutan pada
panjang gelombang 580-600 nm sampai
diperoleh transmitan 25
(disamakan kekeruhanna dengan
standart Mcfarland)

Hasil

Dilakukan perlakuan yang sama untuk bakteri Escherchia coli.

Universitas Sumatera Utara

3.3.5.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat
Daun Benalu Kopi

0,1 ml Inokulum Bakteri
Dimasukkan kedalam cawan petri
steril
Ditambah dengan 15 ml media
Mueller Hinton Agar (MHA)
dengan suhu 45-50oC
Dihomogenkan sampai media dan
bakteri tercampur rata
Dibiarkan sampai media memadat
Dimasukkan kertas cakram yang
telah direndam dengan ekstrak
metanol daun benalu kopi dengan
berbagai konsentrasi dengan
cawan petri yang telah berisi
bakteri
Diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu
35oC
Diukur diameter zona bening
di sekitar cakram dengan jangka
sorong

Hasil

Universitas Sumatera Utara

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1

Penentuan Kadar Air Serbuk Daun Benalu Kopi

Sampel daun benalu kopi dilakukan analisa kadar air untuk mengetahui
kandungan air yang masih terkandung dalam sampel yang telah dikeringkan.
Kadar air daun benalu kopi diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut :
Berat sampel

=2g

Berat setelah pemanasan

= 1,78 g

Kehilangan bobot

= 2 g – 1,78 g = 0,22 g

Kadar air serbuk daun benalu kopi

Ke

=

0,

=
4.1.2

e

x 100%

e

x 100%

=

11 %

Ekstraksi Daun Benalu Kopi

Ekstraksi daun benalu kopi dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut
metanol dan etil asetat sehingga diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
-Kadar Ekstrak Metanol Daun Benalu Kopi
Berat serbuk

=

600 gram

Berat ekstrak

=

76,23 gram

Kadar ekstrak metanol daun benalu kopi =
=

Berat ekstrak
x
Berat sampel kering

-Kadar Ekstrak Etil Asetat Daun Benalu Kopi

,

gram
x
gram

% =

Berat ekstrak metanol kering

=

70 gram

Berat ekstrak etil asetat

=

14,5 gram

Kadar ekstrak etil asetat daun benalu kopi =
=

Berat ekstrak
x
Berat sampel kering
, gram
x
gram

%=

,

,

%

%

%

%

Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu Kopi
Ekstrak metanol daun benalu kopi yang diperoleh diuji skrining fitokimia untuk
mengetahui adanya golongan senyawa alkaloida, flavonoida, terpenoida dan tanin
sedangkan ekstrak etil asetat daun benalu kopi mengandung golongan senyawa
alkaloida, flavonoida dan terpenoida, yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu Kopi
Sampel
No

1

2

Parameter

Alkaloida

Flavonoida

Pereaksi

Ekstrak

Ekstrak Etil

Metanol

Asetat

Dragendrorf

-

-

Bouchardat

+

+

Mayer

-

-

Wagner

-

-

NaOH 10 %

+

+

Mg + HCl pekat

+

+

+

-

H2SO4 10 %

+

+

Aquadest

-

-

3

Tanin

FeCl3 5%

4

Terpenoid

CeSO4 1 % dalam

5

Saponin

Keterangan : - = Tidak terdeteksi adanya senyawa metabolit sekunder
+ = Terdeteksi adanya senyawa metabolit sekunder

4.1.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun
Benalu Kopi
Ekstrak metanol daun benalu kopi dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan
metode DPPH radikal bebas untuk memperoleh nilai IC50 menggunakan
spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang maksimum 515 nm.
Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH
(peredaman warna ungu DPPH). Tabel 4.2 dan gambar 4.1 menunjukkan hasil
pengukuran absorbansi ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat daun benalu kopi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Absorbansi Ekstrak Metanol dan Ekstrak Etil Asetat
Daun Benalu Kopi
Absorbansi
Konsentrasi

% Peredaman

Ekstrak

Ekstrak

Ekstrak

Ekstrak

Metanol

Etil Asetat

Metanol

Etil Asetat

Blanko

0,931

0,931

-

-

5 ppm

0,750

0,622

19,44

33,19

10 ppm

0,586

0,572

37,05

38,56

15 ppm

0,488

0,506

47,58

45,64

20 ppm

0,355

0,491

61,86

47,26

25 ppm

0,309

0,398

66,80

57,25

% Peredaman

Grafik % peredaman terhadap konsentrasi
80
70
60
50
40
30
20
10
0

y = 2,3906x + 10,687
R² = 0,9715
% Peredaman Ekstrak
Metanol -

y = 1,1364x + 27,334
R² = 0,9649

% Peredaman Ekstrak Etil
Asetat 0

5

10

15

20

25

30

Konsentrasi (ppm)
Gambar 4.1

Grafik % Peredaman Vs Konsentrasi Ekstrak Metanol dan Etil
Asetat Daun Benalu Kopi.

Persamaan garis regresi dan nilai IC50 yang diperoleh dari ekstrak metanol dan etil
asetat daun benalu kopi dapat ditunjukkan pada Tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Persamaan Garis Regresi dan Nilai IC50 yang diperoleh dari ekstrak
metanol dan etil asetat daun benalu kopi.
No

Sampel

Persamaan Garis Regresi

IC50

1.

Ekstrak Metanol

y = 2,390x + 10,68

16,66 ppm

R2 = 0,971
2.

Ekstrak Etil Asetat

y = 1,136x + 27,33

19,29 ppm

R2 = 0,964

Universitas Sumatera Utara

4.1.5

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun
Benalu Kopi

a. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Benalu Kopi
Sifat antibakteri ekstrak metanol daun benalu kopi menunjukkan zona hambat
pada pertumbuhan beberapa bakteri yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.4 dan gambar 4.2 dan 4.3 dibawah

ini :
Tabel 4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun
Benalu Kopi.

Bakteri
No.

Konsentrasi
Gram-Positif

1.

Diameter Zona Hambatan

Gram- Negatif

(mg/ml)

(mm)
Ekstrak

Ekstrak Etil

Metanol

Asetat

Staphylococcus

Blanko

-

-

aureus

100

11,03

11,7

200

12,76

12,73

300

13,33

13,86

400

14,9

14,2

500

16,96

15,2

Escherichia

Blanko

-

-

coli

100

13,56

11,2

200

16,7

13,46

300

16,56

13,63

400

17,83

15,16

500

17,2

16,43

2.

Keterangan :
Blanko = kertas cakram direndam dengan pelarut DMSO.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2

Zona hambat bakteri Escherichia coli.

Gambar 4.3

Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus.

Universitas Sumatera Utara

b. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Benalu Kopi.
Sifat antibakteri ekstrak etil asetat daun benalu kopi menunjukkan zona hambat
pada pertumbuhan beberapa bakteri yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.4 diatas dan gambar 4.4 dan 4.5

dibawah ini.

`

Gambar 4.4

Zona hambat bakteri Escherichia coli.

Gambar 4.5

Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus.

Universitas Sumatera Utara

4.2

Pembahasan

4.2.1 Penentuan Kadar Air Daun Benalu Kopi
Dari hasil penelitian diperoleh kadar air untuk simplisia daun benalu kopi adalah
sebesar 11%. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air ±10 %.
Tujuan dari penentuan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau
rentang besarnya kandungan air didalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian
dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan
kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan
selama penyimpanan (Harborne, 1987). Dan juga proses pengeringan didalam
prosedur percobaan bertujuan untuk mencegah kerusakan yang ada dalam
tanaman sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama dan juga bertujuan
untuk mencegah penjamuran pada sampel ,dimana kapang dapat berkembang
dengan baik dalam simplisia dengan kadar air sekitar 18% (Miryanti et al, 2011).

4.2.2 Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu Kopi
Dari hasil penelitian yang diperoleh kadar ekstrak metanol daun benalu kopi lebih
tinggi dibandingkan dengan ekstrak etil asetat yaitu masing-masing sebesar 11%
dan 20,71%. Kadar ekstrak etil asetat daun benalu kopi lebih besar dibandingkan
ekstrak metanol kemungkinan karena didalam daun benalu kopi memiliki kadar
tanin yang lebih besar dibandingkan dengan senyawa metabolit sekunder lainnya.

4.2.3 Skrining Fitokimia Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak
Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu Kopi
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dari suatu penelitian yang
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang
terkandung dalam tumbuhan. Berdasarkan hasil skrining fitokimia, golongan
senyawa yang terkandung dalam ekstrak metanol adalah alkaloid, flavonoid,
tanin dan terpenoida, sedangkan dalam ekstrak etil asetat adalah alkaloid,
flavonoid dan terpenoid dapat dilihat dari tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara

Ekstrak metanol daun benalu kopi positif pada golongan alkaloida, apabila
direaksikan dengan pereaksi Bouchardat yang menghasilkan endapan cokelat.
Pada pembuatan pereaksi Bouchardat, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium
iodida menghasilkan ion I3- yang berwarna cokelat. Pada uji Bouchardat, ion
logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada
alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Pardede et al,
2013) Gambar 4.6 dibawah ini menunjukkan reaksi alkaloid dengan pereaksi
Bouchardat.
I2

+

I-

I3-

Coklat

Kalium-Alkaloid
Endapan cokelat
Gambar 4.6 Reaksi Alkaloid dengan pereaksi Bouchardat (Pardede et al, 2013).
Pada uji flavonoida, penambahan NaOH pada ekstrak metanol dan etil
asetat daun benalu kopi menghasilkan perubahan warna menjadi biru violet yang
menunjukkan kandungan golongan flavonoid. Sedangkan penambahan HCl pekat
digunakan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan terganti oleh H+ dari asam karena
sifatnya yang elektrofilik. Glikosida berupa gula dapat dijumpai yaitu glukosa,
galaktosa, dan ramnosa. Serbuk Mg menghasilkan senyawa kompleks yang
berwarna merah / jingga ( Sangi et al, 2008). Gambar 4.7 menunjukkan reaksi
flavonoid dengan HCl pekat dan serbuk Mg.

Gambar 4.7

Reaksi uji flavonoid dengan HCl pekat dan serbuk Mg
(Sangi et al, 2008)

Universitas Sumatera Utara

Pengujian tanin dilakukan dengan penambahan larutan FeCl3 5% pada
ekstrak metanol daun benalu kopi sehingga menghasilkan hasil yang positif dan
terbentuk warna biru kehitaman. Pada penambahan larutan FeCl3 5% diperkirakan
larutan ini bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa
tanin. Pereaksi FeCl3 dipergunakan secara luas untuk mengidentifikasi senyawa
fenol termasuk tanin (Robinson, 1995). Gambar 4.8 menunjukkan reaksi tanin
dengan FeCl3.

Gambar 4.8 Reaksi uji tanin dengan FeCl3 (Robinson, 1995).
Dan juga terpenoid, analisis senyawa didasarkan pada kemampuan senyawa
tersebut membentuk warna dengan penambahan CeSO4 1% dalam H2SO4 10%.
Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil positif dengan perubahan warna menjadi
merah kecoklatan yang menunjukkan kandungan golongan senyawa terpenoida.
Dari hasil uji skrining fitokimia ekstrak etil asetat mengandung golongan
senyawa flavonoida, alkaloida dan terpenoida. Ekstrak metanol dan etil asetat
memberikan hasil yang negatif untuk golongan saponin. Ekstrak metanol dapat
mengikat golongan flavonoida dan tanin karena pelarut metanol merupakan
pelarut yang kepolarannya sangat tinggi sehingga dapat mengikat senyawa polar
dan juga senyawa nonpolar. Sedangkan pada ekstrak etil asetat tidak terkandung
tanin karena tanin sangat polar sehingga pelarut etil asetat tidak dapat melarutkan
tanin.

Universitas Sumatera Utara

4.2.2

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun
Benalu Kopi.

Uji aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kopi dengan
metode DPPH dengan menggunakan alat spektrofotometri UV Visible. Adapun
mekanisme utama peredaman utama peredaman radikal DPPH adalah sebagai
berikut:
Pada uji DPPH, perendaman radikal DPPH diikuti dengan pematauan
penurunan absorbansi pada panjang gelombang maksimum yang terjadi karena
pengurangan radikal oleh antioksidan AH atau reaksi dengan spesi radikal (R)
yang ditandai dengan berubahnya warna ungu pada larutan menjadi warna kuning
pucat, data yang sering dilaporkan sebagai IC50 merupakan konsentrasi
antioksidan yang dibutuhkan untuk 50 % peredaman radikal DPPH pada periode
waktu tertentu (15 – 30 menit) (Pokornya et al, 2001). DPPH merupakan suatu
molekul radikal bebas yang distabilkan oleh bentuk resonansi seperti ditunjukkan
pada gambar 4.9 dibawah ini.

Gambar 4.9

Kestabilan radikal bebas DPPH (Pokornya et al, 2001).

Tabel 4.2 dan 4.3 (halaman 45 dan 46) menunjukkan telah terjadi
peredaman radikal bebas DPPH setelah penambahan ekstrak metanol dan etil
asetat daun benalu kopi, dimana semakin tinggi konsentrasi maka % peredaman
semakin besar yang ditandai dengan menurunnya absorbansi.

Universitas Sumatera Utara

Dari persamaan Y =

ax + b dapat diketahui oleh nilai IC50 dengan

memasukkan nilai 50 sebagai sumbu Y, sehingga diperoleh berapa besar nilai x
yang akan mempresentasikan besaran IC50. Dari perhitungan diperoleh nilai IC50
untuk ekstrak metanol dan etil asetat masing-masing sebesar 16,66 mg/L dan
19,29 mg/L.
Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak metanol dan etil asetat daun
benalu kopi mengandung golongan senyawa kimia berupa flavonoida dan tanin.
Flavonoida dan tanin merupakan senyawa fenol yang bersifat sebagai antioksidan
(Harbone, 1996). Senyawa – senyawa polifenol mengandung gugus hidroksil
yang dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas, yang
reaksinya dapat dilihat pada gambar 4.10 (Silalahi, 2006).

Gambar 4.10 Reaksi DPPH dengan turunan fenol (Silalahi, 2006).

Pada senyawa polifenol, aktivitas antioksidan berkaitan erat dengan
struktur rantai samping dan juga substitusi pada cincin aromatiknya.
Kemampuannya untuk bereaksi dengan radikal bebas DPPH dapat mempengaruhi
urutan kekuatan antioksidannya. Aktivitas perendaman radikal bebas senyawa
polifenol diyakini dipengaruhi oleh jumlah dan posisi hidrogen fenolik dalam
molekulnya. Dengan demikian aktivitas antioksidan yang lebih tinggi akan
dihasilkan pada senyawa fenolik yang mempunyai jumlah gugus hidroksil yang
lebih banyak pada inti flavonoidnya. Senyawa fenolik ini mempunyai kemampuan
untuk menyumbangkan hidrogen, maka aktivitas antioksidan senyawa fenolik
pada reaksi netralisasi radikal bebas yang mengawali proses oksidasi atau pada
penghentian reaksi radikal berantai yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Dari literatur dapat diketahui bahwa jika nilai IC50 yang dihasilkan kurang
dari 50, maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan
yang sangat kuat. Oleh karena itu berdasarkan perhitungan yang diperoleh dapat
dikatan bahwa senyawa antioksidan yang terdapat dalam ekstrak metanol dan etil
asetat daun benalu kopi sama-sama memiliki aktivitas antioksidan yang sangat
kuat. Tingkat kekuatan senyawa antioksidan menggunakan metode DPPH dapat
dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5 Tingkat kekuatan senyawa antioksidan dengan menggunakan DPPH.
`Intensitas

IC50`

Sangat kuat

150 mg/L
(Ionita, 2005).

4.2.3

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun
Benalu Kopi
Pengujian aktivitas antibakteri bertujuan untuk mengetahui aktivitas

bakteri terhadap sampel uji. Metode pengujian aktivitas antibakteri yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode difusi agar. Pada metode ini aktivitas
bakteri terhadap sampel uji ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambat
disekitar kertas cakram yang menandakan daerah pertumbuhan bakteri.
Pada penelitian ini menggunakan bakteri patogen yang berasal dari gram positif
dan gram negatif. Bakteri patogen yang digunakan adalah Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli.
Berdasarkan Clinical and Laboratory Standars Institute (2012) bahwa
suatu senyawa memiliki aktivitas antibakteri dengan zona hambat ≤ 14 mm lemah
(resistant), 15 hingga 19 mm sedang (intermediate) dan ≥ 20 mm kuat.

Universitas Sumatera Utara

Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak metanol dan etil asetat efektif
menghambat perrtumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Pada tabel 4.4 memperlihatkan bahwa ekstrak metanol dan etil asetatmemiliki
aktivitas antibakteri dengan kategori sedang pada konsentrasi 500 mg/ml dengan
zona hambat masing-masing sebesar 16,96 mm dan 15,2 mm terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan pada konsentrasi 500 mg/ml dengan zona hambat

masing-masing sebesar 17,2 mm dan 16,43 mm terhadap bakteri Escherichia coli.
Adanya perbedaan diameter zona hambat pada kedua bakteri menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan sentivitas ekstrak pada mikroba uji tersebut. Senyawa yang
bersifat sebagai antimikroba dapat menyebabkan kerusakan pada dinding sel serta
kerusakan pada membran sel berupa denaturasi protein dan lemak yang menyusun
membran sel.
Ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kopi lebih efektif menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif Staphylococcus aureus dibandingkan dengan
bakteri gram negatif Escherichia coli. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
komposisi dan struktur dinding sel pada bakteri gram positif dan gram negatif.
Struktur dinding sel bakteri gram positif berlapis tunggal dengan kandungan lipid
yang rendah (1-4%), sedangkan bakteri gram negatif memiliki kandungan lipid
tinggi yaitu 11-12% (Fardiaz, 1992) dan membran luar terdiri dari 3 lapisan yaitu
lipopolisakarida, lipoprotein dan pospolipid (Tortora, 2011).
Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol
daun benalu kopi mengandung golongan senyawa metabolit sekunder berupa
alkaloid, flavonoida, terpenoida dan tanin, sedangkan ekstrak etil asetat
mengandung senyawa akaloid, flavonoid dan terpenoid.Adanya senyawa
flavonoida dan tanin menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan etil asetat daun
benalu kopi mempunyai aktivitas antibakteri karena flavonoida dan tanin
merupakan golongan senyawa fenol (Robinson, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Senyawa fenol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel sehingga
protein sel bakteri menjadi kehilangan aktivitas biologinya. Akibatnya fungsi
permeabilitas sel bakteri terganggu dan sel bakteri akan mengalami lisis yang
berakibat pada kematian sel bakteri (Harborne, 1987). Selain itu senyawa fenol
juga dapat merusak lipid pada membran sel melaui mekanisme penurunan
tegangan permukaan membran sel (Pelczar dan Chan, 1988).
Senyawa alkaloid yang terkandung dalam ekstrak daun benalu kopi yang
memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme diduga dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh, terganggunya sintesis peptidoglikan
sehingga permukaan sel tidak sempurna karena tidak mengandung peptidoglikan
dan dinding selnya hanya meliputi membran sel. Rangka dasar dinding sel bakteri
adalah lapisan peptidoglikan. Peptidoglikan tersusun dari N-asetil glukosamin dan
N-asetil asam muramat, yang terikat melalui ikatan 1,4- glikosida. Pada N-asetil
asam muramat terdapat rantai pendek asam amino : alanin, glutamat,
diaminopimelat, lisin dan alanin, yang terikat melalui ikatan peptida. Peranan
ikatan peptida sangat penting dalam menghubungkan antara rantai satu dengan
rantai yang lain. Mekanisme kerusakan dinding sel bakteri terjadi karena proses
perakitan dinding sel bakteri yang diawali dengan pembentukan rantai peptida
yang akan membentuk jembatan silang peptida yang menggabungkan rantai
glikan dari peptidoglikan pada rantai yang lain sehingga menyebabkan dinding sel
terakit sempurna. Keadaan ini menyebabkan sel bakteri mudah mengalami lisis,
baik berupa fisik maupun osmotik dan menyebabkan kematian sel. S.aureus
merupakan bakteri gram positif yang memiliki dinding peptidoglikan yang tebal.
Sehingga lebis sensitif terhadap senyawa-senyawa yang punya potensi merusak
atau menghambat sintesis dinding sel. Rusaknya dinding sel akan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan sel bakteri, dan pada akhirnya bakteri akan mati.
Secara umum adanya kerja suatu bahan kimia sebagai zat antibakteri dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan- perubahan yang mengarah pada kerusakan
terhambatnya pertumbuhan sel bakteri tersebut. Diduga kerja alkaloid terlebih
dahulu merusak dinding sel dan dilanjutkan kerja flavonoid yang merusak
membran sitoplasma sel bakteri (Rijayanti, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Senyawa flavonoid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam ekstrak daun benalu kopi yang bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya
dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sitoplasma.
Volk dan Wheeler (1998) dalam Prajitno (2007) menjelaskan bahwa senyawa
flavonoid dapat merusak membran sitoplasma yang dapat menyebabkan bocornya
metabolit penting dan menginaktifkan sistem enzim bakteri. Kerusakan ini
memungkinkan nukleotida dan asam amino merembes keluar dan mencegah
masuknya bahan-bahan aktif kedalam sel, keadaan ini dapat menyebabkan
kematian bakteri. Pada perusakan membran sitoplasma, ion H+ dari senyawa fenol
dan turunannya (flavonoid) akan menyerang gugus polar (gugus posfat) sehingga
molekul fosfolipida akan terurai menjadi gliserol, asam karboksilat dan asam
posfat. Hal ini mengakibatkan fosfolipida tidak mampu mempertahankan bentuk
membran sitoplasma akibatnya membran sitoplasma akan bocor dan bakteri akan
mengalami hambatan pertumbuhan dan bahkan kematian.
Senyawa tanin juga dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan
bakteri dengan cara bereaksi dengan membran sel. Senyawa tanin termasuk
senyawa polifenol, senyawa ini dapat menghambat bakteri dengan cara merusak
membran plasma bakteri yang tersusun dari 60 % protein dan 40 % lipid yang
umumnya berpa fosfolipid, didalam membran sel tanin akan bereaksi dengan
protein membentuk ikatan hidrogen sehingga protein akan terdenaturasi, selain itu
tanin juga dapat bereaksi dengan fosfolipid yang terdapat dalam membran sel,
akibatnya senyawa tanin akan merusak membran sel, yang menyebabkan
bocornya metabolit penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri. Kerusakan
pada membran sel dapat mencegah masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi
yang diperlukanbakteri untuk menghasilkan energi akibatnya bakteri akan
mengalami hambatan pertumbuhan atau bahkan kematian (Volk and Wheller,
1998).
Mekanisme terpenoid sebagai antibakteri adalah bereaksi dengan porin
(protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan
polimer

yang

kuat

sehingga

mengakibatkan

rusaknya

porin

(protein

transmembran) (Cowan, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian uji aktivitas antioksidan dan antibakteri menunjukkan
bahwa aktivitas antioksidan dan antibakteri ekstrak metanol lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak etil asetat daun benalu kopi. Hal ini kemungkinan
terjadi karena adanya gugus hidroksil dan gula yang terikat pada inti flavonoid
yang membuat flavonoid lebih polar sehingga tidak terekstraksi dengan pelarut
etil asetat yang menyebabkan ekstrak etil asetat tidak efektif bekerja sebagai
antibakteri (Crozier, A, 2006). Kemudian untuk uji aktivitas antioksidan sama
halnya dengan uji antibakteri. Dimana Menurut Juniarti (2009), bahwa aktivitas
antioksidan berkaitan erat dengan struktur rantai samping dan juga subtitusi pada
cincin aromatiknya. Aktivitas peredaman radikal bebas senyawa polifenol
diyakini dipengaruhi oleh jumlah dan posisi hidrogen fenolik dalam molekulnya.
Dengan demikian aktivitas antioksidan yang lebih tinggi akan dihasilkan pada
senyawa fenolik yang mempunyai jumlah gugus hidroksil yang lebih banyak pada
inti flavonoidnya. Senyawa fenolik ini mempunyai kemampuan untuk
menyumbangkan hidrogen, maka aktivitas antioksidan senyawa fenolik dapat
dihasilkan pada reaksi netralisasi radikal bebas yang mengawali proses oksidasi
atau pada penghentian reaksi radikal berantai yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan uji skrining fitokimia ekstrak metanol daun benalu kopi
mengandung senyawa alkaloid, flavonoida, terpenoida dan tanin, sedangkan
ekstrak etil asetat daun benalu kopi mengandung senyawa alkaloid, flavonoida
dan terpenoida.
2. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan etil asetat termasuk
golongan antioksidan yang sangat kuat dimana kedua ekstrak tersebut memiliki
nilai IC50 masing-masing sebesar 16,66 mg/L dan 19,29 mg/L.
3. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan etil
asetat memiliki aktivitas antibakteri dengan kategori sedang pada konsentrasi
500 mg/ml dengan zona hambat 16,96 mm dan 15,2 mm terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan pada konsentrasi 500 mg/ml dengan zona hambat

17,2 mm dan 16,43 mm terhadap bakteri Escherichia coli.

5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut isolasi dan elusidasi struktur komponen
kimia senyawa yang bersifat antioksidan dan antibakteri dari daun benalu kopi
(Loranthus parasiticus (L.) Merr.).

Universitas Sumatera Utara