Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat survei analitik menggunakan desain cross

sectional, yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kelelahan kerja pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten
Simalungun di Pematang Raya.
3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat

Kabupaten Simalungun di Pematang Raya dan waktu penelitian dilaksanakan
pada Februari – Mei 2017.
3.3

Populasi dan Sampel


3.3.1

Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil Kantor

Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya sebanyak 28 orang.
3.3.2

Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling

dimana seluruh anggota populasi menjadi objek penelitian yaitu sebanyak 28
orang.

44
Universitas Sumatera Utara

45

3.4


Metode Pengumpulan Data

3.4.1

Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dengan menggunakan metode

wawancara dengan teknik kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
pengujian kelelahan kerja secara subjektif dengan skala Industrial Fatigue
Research Committe (IFRC) untuk mengetahui hubungan faktor umur, masa kerja,
status perkawinan, status gizi, jenis kelamin, jarak tempuh ke tempat kerja, beban
kerja, dan metode pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat. Skor tiap
Jawaban terhadap kuesioner dikategorikan berdasarkan skala likert yaitu 1 = tidak
pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = sering, 4 = sangat sering. Pengkategorian hasil
skor kuesioner yaitu :
1. Tidak lelah

= 30


2. Kelelahan ringan

= 31-60

3. Kelelahan menengah

= 61 – 90

4. Kelelahan berat

= 91 – 120

Beban kerja diukur menggunakan kuesioner SWAT (Subjective Workload
Assesment Tecnique). Skala yang diukur dalam kuesisoner menggunakam skala
Likert. Kategori dari skala likert meliputi 5 kategori yang memiliki skor antara
lain:

Universitas Sumatera Utara

46


1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = ragu-ragu
4 = setuju
5 = sangat setuju
Tahap penilaian kuesioner SWAT menggunakan ukuran pemusatan. Ukuran
pemusatan bertujuan untuk menerangkan secara akurat tentang skor atau penilaian
suatu objek yang sedang diteliti, baik secara individual maupun berkelompok,
melalui pengukuran tunggal. Ukuran pemusatan adalah ukuran statistik yang
menyatakan bahwa satu skor dapat mewakili keseluruhan distribusi skor atau
penilaian yang diteliti. Dengan demikian, ukuran pemusatan merupakan
penyederhanaan data untuk mempermudah dalam membuat interpretasi dan
mengambil suatu kesimpulan.
Ada tiga cara mengukur central tendency, yaitu modus, median, dan ratarata. Modus dan median dapat diaplikasikan pada data berskala ordinal, interval,
dan rasio, sdeangkan rata-rata hanya dapat diaplikasikan pada data berskala
interval dan ratio. Pada penelitian ini data yang digunakan berskala ordinal maka
digunakan modus dan median.
1. Modus
Pada penelitian ini modus dapat diketahui dengan membuat tabel distribusi

frekuensi kategori jawaban setiap variabel. Ada lima kategori jawaban dalam
penelitian ini, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RG(Ragu-ragu), TS( Tidak
Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
2. Median
Data yang berada diatas median merupakan kelompok data urutan tinggi, dan
data yang berada di bawah median merupakan kelompok data urutan rendah.

Universitas Sumatera Utara

47

Untuk mengetahui median dalam data dalam bentuk distribusi frekuensi,
caranya adalah dengan menambahkan satu kolom yaitu kolom frekuensi
kumulatif. Jika frekuensi kumulatif merupakan angka ganjil, urutan kategori
yang tepat berada di tengah adalah mediannya. Jika frekuensi kumulatif
merupakan angka genap, maka cari dua nilai tengah, kedua nilai tersebut
dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan 2. Kategori jawaban mencakup
angka hasil perhitungan merupakan median data.
3.4.2


Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data data di Kantor Inspektorat Kabupaten

Simalungun mengenai data karyawan, metode pekerjaan, gambaran umum
Inspektorat Kabupaten Simalungun dengan wawancara tidak terstruktur. Data –
data pendukung lainnya tentang informasi yang berkaitan dengan kelelahan
diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, artikel, dsb.
3.5

Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.5.1

Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel Terikat/ dipengaruhi (Dependen Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah kejadian kelelahan.
2. Variabel Bebas/mempengaruhi (Independen variabel)

Variabel bebas atau independent adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang
mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah umur,

Universitas Sumatera Utara

48

jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, status gizi/IMT, jarak tempuh ke
tempat kerja, beban kerja, dan metode pekerjaan.
3.5.2

Defenisi Opersional
Berdasarkan defenisi konsep, maka dibuat beberapa defenisi operasional

yang digunakan pada saat penelitian di Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun
sebagai berikut :
1. Pegawai Negeri Sipil adalah responden yang bekerja sebagai pegawai di Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun.
2. Keluhan kelelahan adalah keadaan lelah yang dirasakan responden yang diukur
dengan menggunakan skala IFRC tentang gambaran kelelahan kerja.

3. Umur adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang diberikan,
terhitung dari lahir sampai waktu pengambilan data responden di Kantor
Inspetorat (tahun).
4. Jenis kelamin adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang
diberikan(laki-laki/perempuan).
5. Status perkawinan adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner
yang diberikan(kawin,belum kawin).
6. Masa kerja adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang
diberikan, yang dihitung dari jumlah waktu yang sudah ditempuh untuk
bekerja dari awal masuk kerja sampai waktu pengambilan data di Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun(tahun).

Universitas Sumatera Utara

49

7. Status gizi/IMT adalah berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi

(


)

dinyatakan dengan Body Mass Index (BMI) / indeks massa tubuh yang terdiri
atas kategori Normal bila BMI 18,5-24,9, Tidak Normal bila BMI > 25.
8. Jarak tempuh ke tempat kerja adalah jawaban responden terhadap kuesioner
yang diberikan, yang di hitung jarak lokasi objek pemeriksaan dengan Kantor
Inspektorat dan lokasi objek pemeriksaan dalam satuan Km.
9. Beban kerja adalah beban kerja mental pegawai yang di ukur menggunakan
Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dengan penskalaan
subjektif tiga dimensi yaitu faktor yaitu beban waktu, beban usaha mental,dan
beban tekanan psikologis.
10. Metode pekerjaan adalah metode pekerjaan pegawai menilai berkas
administrasi dan pekerjaan ke lapangan dengan menggunakan teknik sampel
terhadap objek pemeriksaan.
3.6

Metode Pengukuran

1.


Umur di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi data
berkelompok (≤ Median, > Median)

2.

Jenis kelamin dinyatakan dengan jawaban responden terhadap kuesioner
yang diberikan (laki-laki atau perempuan).

3.

Status perkawinan dinyatakan dengan jawaban responden terhadap
kuesioner yang diberikan (sudah menikah,belum menikah).

4.

Masa kerja dijumlahkan terlebih dahulu kemudian dibagi dengan jumlah
responden (≤ Mean, > Mean).

Universitas Sumatera Utara


50

5.

Status gizi/IMT di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi
kategori Normal bila BMI 18,50– 24,9 dan kategori Kelebihan berat
badan bila BMI > 25.

6.

Jarak Tempuh Tempat Kerja di analisis di analisis terlebih dahulu secara
ratio dan dibuat menjadi data berkelompok (≤ Mean, > Mean).

7.

Beban kerja dianalisis terlebih dahulu dengan menggunakan Subjective
Workload Assesment Technique (SWAT) mengukur tiga dimensi beban
waktu, beban usaha mental,dan beban tekanan psikologis dengan Tahap
penskalaan (Scale Development) dan tahap penilaian (Event Scoring).

8.

Metode pekerjaan dianalisis terlebih dahulu dan di buat menjadi ketegori
sesuai standar opersional prosedur (SOP) dan tidak memenuhi standar
opersional prosedur (SOP).

9.

Kelelahan kerja diukur dengan metode pengukuran yakni berupa kuesioner
pengujian kelelahan umum atau secara subyektif yang diadopsi dari
Industrial Fatigue Research Committee of Japanese Association of
Industrial Health (IFRC Jepang).

Universitas Sumatera Utara

51

Tabel 3.1 Tabel Pegukuran Variabel Penelitian
Varibel
Variabel
Dependen
1.Kelelahan kerja
Pegawai

Cara dan alat
ukur

Hasil ukur

Skala

Wawancara dan
kuesioner dengan
Skala IFRC

1. Tidak lelah =
30
2. Kelelahan
ringan = 31-60
3. Kelelahan
menengah =
61 – 90
4. Kelelahan
berat = 91 –
120

Ordinal

1.
2. > median
1. Laki-laki
2. Perempuan
1. Beum menikah
2. Sudah menikah
1.
2. > mean
1. Normal
2. Kelebihan berat
badan
1. Dekat
2. Jauh

Ordinal

Variabel
Independen
1. Umur

Wawancara dan
Kuesioner
2. Jenis Kelamin
Wawancara Dan
kuesoner
3. Status
Wawancara dan
Perkawinan
Kuesioner
4. Masa Kerja
Wawancara dan
kuesioner
5. Status gizi/ IMT Timbangan dan
meteran
6. Jarak Tempuh
ke tempat kerja

Wawancara dan
Kuesioner

7. Beban kerja

Wawancara dan
kuesioner

8. Metode
pekerjaan

Wawancara dan
kuesioner

1. ringan
2. sedang
3. berat
1. sesuai SOP
2. tidak sesuai
SOP

Nominal
Nominal
Nominal
Nominal

Nominal

Ordinal

Nominal

Universitas Sumatera Utara

52

3.7

Metode Analisis Data

3.7.1

Teknik Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang

mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Numbering, memberikan nomor dan kode dari setiap kuesioner yang akan
diberikan.
2. Editing, melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada
kuesioner.
3. Coding, mengubah data pada kuesioner dalam bentuk kode kode.
4. Processing, memproses data agar dapat dilakukan analisa dengan cara entry
data kedalam statistik komputer, yakni menggunakan program SPSS.
5. Analysis, melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data, analisis ini
dibantu dengan perangkat lunak statistik komputer.
6. Skoring, masing-masing variabel akan diberi nilai sesuai frekuensi gejala
kelelahan.
7. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan
analisis bivariat.
3.7.2

Teknik Analisis Data

3.7.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan
dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002).

Universitas Sumatera Utara

53

3.7.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi.Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji ChiSquare (X2).Jika P value < 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika
uji chi-Square tidak memenuhi syarat maka menggunakan uji Exact Fisher.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran umum pelayanan Inspektorat Kabupaten Simalungun sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 bahwa pelayanan
Inspektorat adalah pengawasan pemerintah dalam pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintah daerah dan desa. Dalam melaksanakan pelayanan tersebut tertuang di
dalam PKPT ( Program Kerja Pengawasan Tahunan ) Inspektorat Kabupaten
Simalungun.
Lokasi Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun berada di Jl. Sutomo
Kompleks SKPD Pematang Raya Kabupaten Simalungun. Kantor Inpektorat
Kabupaten Simalungun berbatasan dengan:
Utara

: Dinas Pengelolaan Keuangan

Selatan

: Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan

Barat

: Dinas Kesehatan

Timur

: Dinas Pelayanan Ijin Terpadu Satu Unit

4.1.1 Visi Inspektorat
VISI Inspektorat Kabupaten Simalungun adalah terwujudnya Pengawasan
yang optimal terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Simalungun.
Penjelasan Makna :

54
Universitas Sumatera Utara

55

Pengawasan yang optimal adalah pengawasan dengan memberdayakan
secara kuantitas dan kualitas aparat pengawas yang ada dalam rangka pencapaian
penyelenggaraan pemerintahan yang “ GOOD GOVERNANCE ” Kabupaten
Simalungun.
4.1.2 Misi Inspektorat
MISI Inspektorat Kabupaten Simalungun sesuai dengan Tupoksi
ditetapkan untuk mencapai VISI sebagai berikut :
a.

Meningkatkan Keterampilan Aparat Pengawas.

a. Meningkatkan Manajemen Pengawasan mendukung sistem Desentralisasi yang
beroriented output.
b. Meningkatkan Pengawasan dengan Pendekatan Pelayanan.
c. Meningkatkan Pengawasan berorientasi pembinaan dan pemeriksaan.
Penjelasan masing-masing MISI
a. Penjelasan MISI : Meningkatkan Keterampilan Aparat Pengawas.
Untuk mengetahui pengawasan yang optimal, maka dibutuhkan meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan teknis pengawasan melalui diklat, diskusi dan studi
kasus serta melengkapi jumlah aparat yang mencukupi untuk tugas-tugas
kepengawasan.
b. Penjelasan MISI : Meningkatkan Manajemen Pengawasan mendukung sistem
Desentralisasi yang beroriented output.
Manajemen yang sudah baik akan dapat menentukan kelancaran pengawasan
untuk mencapai pengawasan optimal. Oleh karena itu sangat dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara

56

meningkatnya manajemen kepengawasan mulai dari pembuatan PKPT (Program
Kerja Pengawasan Tahunan), penganggaran pengawasan dan saran, penetapan/
penyusutan Aparat Pengawasan serta mengidentifikasi masalah yang bakal
timbul, sehingga dengan pengelolaan manajemen yang sudah baik dalam rangka
melaksanakan tugas-tugas kepengawasan akan dapat mendukung perwujudan
desentralisasi/ otonomi daerah Kabupaten Simalungun yang bersih sesuai dengan
tuntutan UU. Nomor 34 Tahun 2004.
c. Penjelasan MISI : Meningkatkan Pengawasan dengan pendekatan pelayanan.
Pendekatan pelayanan dimaksud adalah pendekatan yang lebih mengutamakan
dengan memberikan bimbingan dan pengarahan pada saat pemeriksaan/
pengawasan secara etika, komunikasi yang baik dan wawasan yang tinggi
sehingga setiap objek pemeriksaan dapat secara transparansi adanya keterbukaan
pelaksanaan tugasnya. Dengan meningkatnya pendekatan pelayanaan ini akan
dapat mencapai pengawasan yang optimal.
c. Penjelasan MISI : Meningkatkan Pengawasan berorientasi pembinaan dan
Pemeriksaan.
Pembinaan dalam pemeriksaan adalah mendorong ketaatan aparat pada setiap
instansi terhadap peraturan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
Aparat yang sudah berpedoman kepada peraturan dan undang-undang yang
berlaku dalam kinerjanya akan menjamin perwujudan pemerintahan yang bersih
dari unsur KKN serta keberhasilan pelaksanaan pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

57

4.1.3 Struktur Organisasi Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR INSPEKTORAT KANTOR
KABUPATEN SIMALUNGUN

Inspektur

Sekretaris

Inspektur Pembantu I

Inspektur Pembantu
II

Inspektur Pembantu
III

Inspektur Pembantu IV

Kelompok Fungsional Umum
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten
Simalungun
4.1.4

Proses Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Simalungun
Inspektur dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan yang ditetapkan
oleh Bupati, serta sesuai dengan prinsip-prinsip pengawasan. Dalam
melaksanakan tugasnya Inspektur, Sekretaris, para Inspektur Pembantu
Wilayah, dan Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip

Universitas Sumatera Utara

58

koordinasi, intregrasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horisontal baik di
lingkungan Inspektorat maupun antar satuan organisasi di lingkungan
Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas masing-masing.
Inspektur, Sekretaris, para Inspektur Pembantu Wilayah, bertanggung
jawab memimpin, mengawasi dan mengoordinasikan bawahan masing-masing
dan berkewajiban memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan
tugas bawahannya, dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkahlangkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sekretaris, Para Inspektur Pembantu Wilayah, Kelompok Fungsional wajib
mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada Inspektur
serta menyampaikan laporan tepat pada waktunya. Dalam melaksanakan
tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh pimpinan unit satuan
organisasi bawahannya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada
bawahan masing-masing pimpinan satuan organisasi mengadakan rapat secara
berkala.
Setiap laporan yang diterima oleh Inspektur dari bawahannya wajib diolah
dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan
untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya. Sekretaris, para Inspektur
Pembantu Wilayah, dan Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan
Inspektorat menyampaikan laporan kepada Inspektur dan selanjutnya
Sekretaris menyusun laporan berkala Inspektur kepada Bupati.

Universitas Sumatera Utara

59

Dalam penyusunan laporan Inspektur secara teknis administratif mendapat
pembinaan dari Sekretaris Daerah. Para Inspektur Pembantu Wilayah di
lingkungan Inspektorat bertanggung jawab kepada Inspektur dan dalam
operasional pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh Sekretaris.
4.2 Karakteristik Individu Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat
Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Analisis Univariat digunakan untuk untuk menggambarkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel bebas (umur, jenis kelamin, status
perkawinan, masa kerja, status gizi/IMT, jarak tempuh ke tempat kerja, beban
kerja, metode pekerjaan) dan variabel terikat (kelelahan kerja) yang telah
diperoleh dari hasil penelitian.
4.2.1

Karakteristik Umur Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat
Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Umur pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun 2017

dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1

Distribusi Umur Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat
Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Umur (Tahun)

Frekuensi

%

≤ 43
>43
Jumlah

7
21
28

25,0
75,0
100

Umur responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 43 tahun dan > 43 tahun. Dari data
hasil penelitian, umur responden yang terendah adalah 30 tahun dan yang tertinggi

Universitas Sumatera Utara

60

adalah 58 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa umur pegawai
Inspektorat ≤ 43 tahun yaitu 7 orang (25%), dan > 43 tahun yaitu 21 orang (75%).
4.2.2 Karakteristik Jenis Kelamin Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat
Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Jenis Kelamin pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun
2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2

Distribusi Jenis Kelamin Responden pada Pegawai Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun
2017

Jenis Kelamin

Frekuensi

%

Laki-laki
Perempuan
Jumlah

14
14
28

50
50
100

Berdasarkan tabel diatas, bahwa pegawai Inspektorat yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 14 orang (50%) dan yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 14 orang (50%).
4.2.3 Karakteristik Status Perkawinan Pegawai Negeri Sipil Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Pegawai Inspektorat yang sudah menikah yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 14 orang dan perempuan sebanyak 14 orang. Seluruh pegawai Kantor
Inspektorat sudah menikah.

Universitas Sumatera Utara

61

4.2.4 Karakteristik Masa Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat
Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Masa kerja pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun 2017
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3

Distribusi Masa Kerja Responden pada Pegawai Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun
2017

Masa kerja (tahun)

Frekuensi

%

≤ 14
> 14
Jumlah

18
10
28

64,3
35,7
100

Masa kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤14 tahun dan > 14 tahun. Dari data
hasil penelitian, masa kerja responden yang terendah adalah 2 tahun dan yang
tertinggi adalah 34 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masa kerja
pegawai Inspektorat ≤ 14 tahun yaitu 18 orang (64,3 %), dan masa kerja > 14
tahun yaitu 10 orang (37,5%).
4.2.5 Karakteristik Status Gizi/ IMT Pegawai Negeri Sipil Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Status gizi/imt pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun
2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

62

Tabel 4.4

Distribusi Status Gizi/IMT Responden pada Pegawai Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun
2017

Status gizi/imt

Frekuensi

%

Normal
Obesitas I
Obesitas II
Jumlah

3
23
2
28

10,7
82,1
7,1
100

Staus gizi/IMT responden diukur menggunakan skala pengukuran nominal
dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu 18,5-24,9 (normal) dan > 25
(kelebihan berat badan). Dari data hasil penelitian, status gizi/IMT responden
yang terendah adalah 20,81 kg/

dan yang tertinggi adalah 35,87 kg/

.

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa status gizi/IMT pegawai Inspektorat
normal yaitu 3 orang (10,7 %), Obesitas I yaitu 23 orang (82,1%) dan Obesitas II
yaitu 2 orang (7,1%).
4.2.6 Karakteristik Jarak Tempuh ke Tempat Kerja Pegawai Negeri Sipil
Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Jarak tempuh ke tempat kerja pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten
Simalungun tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5

Distribusi Jarak Tempuh ke Tempat Kerja Responden pada
Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di
Pematang Raya Tahun 2017

Jarak Tempuh ke
Tempat Kerja (Km)
≤ 30
> 30
Jumlah

Frekuensi

%

4
24
28

14,3
85,7
100

Universitas Sumatera Utara

63

Jarak tempuh ke tempat kerja responden diukur menggunakan skala
pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤30 Km dan >
30 Km. Dari data hasil penelitian, jarak tempuh ke tempat kerja responden yang
terendah adalah 2 Km dan yang tertinggi adalah 38 Km. Berdasarkan tabel diatas,
diketahui bahwa jarak tempuh ke tempat kerja pegawai Inspektorat ≤ 30 Km yaitu
4 orang (14,3%), dan jarak tempuh ke tempat kerja > 30 Km yaitu 24 orang
(85,7%).
4.2.7 Karakteristik Beban Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat
Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Tabel 4.6

Distribusi Pegawai Berdasarkan Kuesioner SWAT pada
Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di
Pematang Raya Tahun 2017

No.

1.

2.

Dimensi

Beban
Waktu

Beban
Usaha

Pertanyaan

Saya memiliki
waktu
luang
yang sedikit
Saya sering
sekali
mendapat
gangguan saat
melakukan
pekerjaan
Saya sering
sekali
mengerjakan
dua/lebih
pekerjaan
dalam waktu
bersamaan
Saya
membutuhkan

STS

TS

RG

S
N

SS

N

%

N

%

N

%

%

N

0

0

2

7.1

1

3.5

25 89.3

0

0

1

3.5

4

14.3

2

7.2

19 67.8

0

0

0

0

5

17.8

5

17.8

16 57.1

0

0

0

0

1

3.2

8

28.6

18 64.3

1

3.2

Universitas Sumatera Utara

%

64

Mental

3.

Beban
Psikologi

konsentrasi
yang tinggi
saat melakukan
pekerjaan
Pekerjaan yang 0
saya lakukan
tidak menentu
datangnya
Pekerjaan saya 0
memiliki
tingkat risiko
yang tinggi

0

2

7.1

1

35.8

15 53.6

1

3.2

21.4

19 67.9

0

0

0
0

2

7.1

6

Dari tabel di atas diketahui bahwa beban kerja yang dirasakan pegawai
paling banyak pada kategori sangat setuju adalah beban usaha mental dengan
pertanyaan Saya membutuhkan konsentrasi yang tinggi saat melakukan pekerjaan
dan Pekerjaan yang saya lakukan tidak menentu datangnya sebanyak masiangmasing 1 orang (3.2%), kategori setuju adalah beban kerja waktu dengan
pertanyaan Saya memiliki waktu luang yang sedikit sebanyak 25 orang (89.3%) ,
kategori ragu-ragu adalah beban usaha mental dengan pertanyaan Pekerjaan yang
saya lakukan tidak menentu datangnya sebanyak 10 orang (35.8%), kategori tidak
setuju adalah beban waktu dengan pertanyaan saya sering sekali mengerjakan
dua/lebih pekerjaan dalam waktu bersamaan sebanyak 5 orang (17.8%), dan
kategori sangat tidak setuju adalah beban waktu dengan pertanyaan Saya sering
sekali mendapat gangguan saat melakukan pekerjaan sebanyak 1 orang (3.2%).
Beban kerja pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun
2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

65

Tabel 4.7

Distribusi Beban Kerja Responden pada Pegawai Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun
2017

Beban Kerja

Frekuensi

%

ringan
sedang
Jumlah

27
1
28

96,4
3,6
100

Beban kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ringan, sedang dan berat. Dari data hasil
penelitian, beban kerja responden ringan adalah 27 orang (96,4%) dan yang
sedang adalah 1 orang (3,6%).
4.2.8 Karakteristik Metode Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Metode pekerjaan pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Metode pekerjaan responden diukur menggunakan skala pengukuran
nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu sesuai SOP dan tidak
sesuai SOP. Dari data hasil penelitian, metode pekerjaan responden yang sesuai
SOP adalah 28 orang (100%)

Universitas Sumatera Utara

66

4.2.9

Karakteristik Kelelahan Kerja Pegawai

Negeri Sipil

Kantor

Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Distribusi Pegawai Berdasarkan Kuesioner International Fatigue
Research Commite Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun
2017
No. Gejala Kelelahan
Sangat
Sering
KadangTidak
Kerja
Sering
Kadang
Pernah
N
%
N
%
N
%
N
%
1 Kepala terasa berat
6
21.4 13 46.4
7
25
2
7.1
2 Merasa lelah di
0
0
16 57.1 10 35.7 2
7.1
seluruh badan
3 Kaki terasa berat
0
0
18 64.3
9
32.1 1
3.5
4 Frekuensi menguap
2
7.1
13 46.4 13 46.4 0
0
5 Pikiran kacau
0
0
8
28.6 18 64.3 2
7.1
6 Merasa ngantuk
4
14.3
4
14.3 20 71.4 0
0
7 Mata terasa berat
0
0
9
32.1 17 60.7 2
7.1
(ingin dipejamkan)
8 Kaku dan canggung
0
0
12 42.9 12 42.9 4 14.3
untuk bergerak
9 Merasa tidak stabil
2
7.1
13 46.4
8
28.6 5 17.8
saat sedang berdiri
10 Merasa ingin
1
3.5
10 35.7 15 53.6 2
7.1
berbaring
11 Merasa susah untuk
2
7.1
16 57.1
7
28
3 10.7
berpikir
12 Malas berbicara
1
3.5
16 57.1
6
21.4 5 17.9
13 Merasa gugup
3
10.7 14
50
8
28.6 3 10.7
14 Tidak dapat
3
10.7 15 53.6
8
28.6 2
7.1
berkonsentrasi
15 Sulit memusatkan
1
3.5
14
50
9
32.1 4 14.3
perhatian
16 Mudah melupakan
2
7.1
13 46.4 11 39.3 2
7.1
sesuatu
17 Kurang percaya diri
2
7.1
15 53.6
8
28.6 3 10.7
18 Merasa cemas
1
3.5
17 60.7
9
32.1 1
3.5
19 Sulit mengontrol
2
7.1
14
50
8
28.6 4 14.3
sikap
20 Tidak tekun dalam
2
7.1
14
50
7
25
5 17.9
pekerjaan
21 Sakit di bagian
0
0
17 60.7
7
25
4 14.3
kepala
22 Kaku di bagian bahu
0
0
13 46.4 13 46.4 2
7.1

Tabel 4.8

Universitas Sumatera Utara

67

23
24
25
26
27
28

29
30

Nyeri di bagian
punggung
Sesak napas
Merasa haus
Suara serak
Merasa pening
Merasa ada yang
mengganjal di
kelopak mata
Gemetar pada bagian
tubuh tertentu
Merasa kurang sehat

1

3.5

11

39.3

12

42.9

4

14.3

1
0
0
0
0

3.5
0
0
0
0

9
10
5
11
11

32.1
35.7
17.9
39.3
39.3

14
16
17
13
12

50
57.1
60.7
46.4
42.9

4
2
6
4
5

14.3
7.1
21.4
14.3
17.9

0

0

13

46.4

11

39.3

5

17.9

0

0

13

46.4

13

46.4

2

7.1

Dari tabel di atas diketahui bahwa gejala kelelahan kerja yang dirasakan
pegawai paling banyak pada kategori sangat sering adalah gejala kepala terasa
berat sebanyak 6 orang (21.4), kategori sering adalah gejala kaki terasa berat yaitu
sebanyak 18 orang (64.3%), kategori kadang-kadang adalah gejala merasa
mengantuk sebanyak 20 orang (71.4%) dan kategori tidak pernah adalah gejala
suara serak sebanyak 6 orang (21.4%).
Sementara itu, gejala kelelahan kerja paling sedikit pada kategori sangat
sering adalah merasa ingin berbaring, malas berbicara, sulit memusatkan
perhatian, merasa cemas, nyeri dibagian punggung dan sesak nafas masingmasing sebanyak 1 orang (3.5%). Sedangkan gejala kelelahan kerja paling sedikit
pada kategori sering adalah gejala suara serak sebanyak 5 orang (17.9%), kategori
kadang-kadang adalah gejala malas berbaicara sebanyak 6 orang (21.4%), dan
kategori tidak pernah adalah gejala merasa haus, gejala mudah melupakan sesuatu
dan gejala merasa ngantuk merasa cemas masing-masing sebanyak 1 orang
(3.5%).

Universitas Sumatera Utara

68

Kelelahan kerja yang dirasakan oleh pegawai kantor Inspektorat
Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9

Distribusi Kelelahan Kerja Responden pada Pegawai Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun
2017

Kelelahan

Frekuensi

%

Kelelahan ringan
Kelelahan menengah
Jumlah

6
22
28

21,4
78,6
100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pegawai kantor Inspektorat
Kabupaten Simalungun yang termasuk dalam kategori kelelahan ringan 6 orang
(21,4%), kategori kelelahan menengah 22 orang (78,6%).
4.3 Hubungan Faktor Internal dan Faktor Ekternal dengan Kelelahan Kerja
pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun
Tahun 2017
4.3.1 Hubungan Faktor Umur dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri
Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Untuk menguji hubungan variabel umur dengan kelelahan kerja digunakan
uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

69

Tabel 4.10

Umur
(Tahun)
≤ 43
> 43
Jumlah

Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai
Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya
Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Ringan
n
%
4 14,3
2
7,1
6 21,4

Menengah
N
%
3
10,7
19
67,9
22
78,6

Jumlah
N
%
18
25
10
75
28
100

P value
0,021

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan
dirasakan pada pegawai dengan umur ≤ 43 tahun sebanyak 4 orang (14,3%) dan
umur > 43 tahun sebanyak 2 orang (7,1%). Sedangkan pegawai yang merasakan
kelelahan kerja menengah umur ≤ 43 tahun yaitu sebanyak 3 orang (10,7%) dan
umur > 43 tahun sebanyak 19 orang (67,8%).
Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara umur dengan kelelahan kerja
diperoleh nilai p value = 0,021 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang
bermakna antara variabel umur dengan kelelahan kerja.
4.3.2 Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja Pegawai
Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Untuk menguji hubungan variabel jenis kelamin dengan kelelahan kerja
digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

70

Tabel 4.11

Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja pada
Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di
Pematang Raya Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Ringan
n
%
2
7,1
4 14,3
6 21,4

Menengah
N
%
12
42,9
10
35,7
22
75,0

Jumlah
N
%
14
50
14
50
28
100

P value
0,648

Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian
kelelahan pada pegawai dengan jenis kelamin laki-laki kategori kelelahan ringan
yaitu 2 orang (7,1%), kelelahan menengah yaitu 12 orang (42,9%), dan,
sedangkan untuk pegawai dengan jenis kelamin perempuan kategori kelelahan
ringan yaitu 4 orang (14,3%), kategori kelelahan menengah yaitu 10 orang (
35,7%).
Pada hasil uji chi square antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan
dapat diketahui nilai p = 0,648 dimana p > 0,05, artinya tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pegawai kantor Inspektorat
Kabuapaten Simalungun.
4.3.3 Hubungan Faktor Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja
Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun
Tahun 2017
Status perkawinan tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah
ada hubungan status perkawinan dengan kelelahan kerja karena keseluruhan

Universitas Sumatera Utara

71

sampel sudah menikah. Oleh karena itu, hasil uji statistik dinyatakan error (pada
lampiran).
4.3.4 Hubungan Faktor Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai
Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Untuk menguji hubungan variabel Masa kerja dengan kelelahan kerja
digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12

Masa kerja
(tahun)
≤ 14
> 14
Jumlah

Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai
Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya
Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Ringan
n
%
0
0
6 21,4
6 21,4

Menengah
n
%
18
64,3
4
14,3
22
78,6

P value

Jumlah
N
%
18
64,3
10
35,7
28
100

0,001

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan
dirasakan pada pegawai masa kerja > 14 tahun sebanyak 6 orang (21,4%).
Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dengan masa
kerja ≤ 14 tahun yaitu sebanyak 18 orang (64,3%) dan masa kerja >14 tahun
sebanyak 4 orang (14,3%).
Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara masa kerja dengan kelelahan kerja
diperoleh nilai p value = 0,001 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang
bermakna antara variabel masa kerja dengan kelelahan kerja.

Universitas Sumatera Utara

72

4.3.5 Hubungan Faktor Status Gizi/ IMT dengan Kelelahan Kerja Pegawai
Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Untuk menguji hubungan variabel status gizi/IMT dengan kelelahan kerja
digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13

Status
Gizi/IMT
18,5-24,9
> 25
Jumlah

Hubungan Status Gizi/IMT dengan Kelelahan Kerja pada
Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di
Pematang Raya Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Ringan
n
%
3 10,7
3 10,7
6 21,4

Menengah
n
%
0
0
22
78,6
22
78,6

P value

Jumlah
N
%
3
10,7
25
89,3
28
100

0,006

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan
dirasakan pada pegawai dengan IMT 18,5-24,9 yaitu sebanyak 3 orang (10,7%)
dan IMT > 25 sebanyak 3 orang (10,7%). Sedangkan pegawai yang merasakan
kelelahan kerja menengah dengan IMT > 25 kg/

sebanyak 22 orang (78,6%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara status gizi/IMT dengan kelelahan
kerja diperoleh nilai p value = 0,006 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan
yang bermakna antara variabel status gizi dengan kelelahan kerja.

Universitas Sumatera Utara

73

4.3.6 Hubungan Faktor Jarak Tempuh ke Tempat Kerja dengan Kelelahan
Kerja

Pegawai

Negeri

Sipil

Kantor

Inspektorat

Kabupaten

Simalungun Tahun 2017
Untuk menguji hubungan variabel jarak tempuh ke tempat kerja dengan
kelelahan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14

Jarak
Tempuh ke
Tempat
Kerja (Km)
≤ 30
> 30
Jumlah

Hubungan Jarak Tempuh ke Tempat Kerja dengan Kelelahan
Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten
Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Ringan
n
%
4 14,3
2
7,1
6 21,4

Menengah
n
%
0
0
22
78,6
22
78,6

Jumlah
N
%
4
14,3
24
85,7
28
100

P value
0,001

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan
dirasakan pada pegawai dengan jarak tempuh ke tempat kerja ≤ 30 Km yaitu
sebanyak 4 orang (14,3%) dan jarak tempuh ke tempat kerja > 30 Km sebanyak 2
orang (7,1%). Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah
dirasakan pada pegawai dengan jarak tempuh ke tempat kerja > 30 Km sebanyak
22 orang (78,6%).
Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara jarak tempuh ke tempat kerja
dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,001 < 0.05 yang berarti bahwa
ada hubungan yang bermakna antara variabel jarak tempuh ke tempat kerja
dengan kelelahan kerja.

Universitas Sumatera Utara

74

4.3.7 Hubungan Faktor Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai
Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Untuk menguji hubungan variabel beban kerja dengan kelelahan kerja
digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.15

Beban
Kerja
Ringan
sedang
Jumlah

Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada
Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di
Pematang Raya Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Ringan
n
%
5 17,9
1
3,6
6 21,4

Menengah
n
%
22
78,6
0
0
22
75,0

Jumlah
N
%
27
96,4
1
3,6
28
100

P value
0,214

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan
dirasakan pada pegawai dengan beban kerja ringan yaitu sebanyak 5 orang
(17,9%) dan beban kerja sedang sebanyak 1 orang (3,6%). Sedangkan pegawai
yang merasakan kelelahan kerja menengah dirasakan pada pegawai dengan beban
kerja ringan yaitu sebanyak 22 orang (78,6%) dan tidak ada pegawai yang merasa
kelelahan menengah dengan beban kerja sedang.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara beban kerja dengan kelelahan
kerja diperoleh nilai p value = 0,214 > 0.05 yang berarti bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara variabel beban kerja dengan kelelahan kerja.

Universitas Sumatera Utara

75

4.3.8 Hubungan Faktor Metode Pekerjaan dengan Kelelahan Kerja Pegawai
Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun
Metode pekerjaan adalah metode pekerjaan pegawai menilai berkas
administrasi dan pekerjaan ke lapangan dengan menggunakan teknik sampel
terhadap objek pemeriksaan. Berdasarkan survei dan wawancara yang dilakukan
peneliti, metode pekerjaan responden yang sesuai SOP adalah 28 orang (100%).
Metode pekerjaan tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada
hubungan metode pekerjaan dengan kelelahan kerja karena keseluruhan sampel
bekerja sesuai dengan SOP.
Metode pekerjaan tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah
ada hubungan metode pekerjaan dengan kelelahan kerja karena keseluruhan
sampel bekerja sesuai dengan SOP.
Metode pekerjaan pegawai Kantor Inspektorat dilakukan dengan
pemeriksaan berkas administrasi dan keuangan dan pemeriksaan langsung
pengadaan barang ke tempat objek pemeriksaan. Survei yang dilakukan peneliti di
laksanakan pada tanggal 23 mei 2017. Lokasi pemeriksaan berada di empat lokasi
yaitu Kelurahan atau Nagori Pematang Simalungun, Siantar Estate, Laras II, dan
Sitalasari. Pada awalnya pegawai kantor Inspektorat mengadakan pertemuan
bersama kepala Camat dan Pangulu yang berada di Kecamatan Siantar. Kemudian
dilakukan pemeriksaan langsung ke objek pemeriksaan dengan teknik sampel
yaitu 4 kelurahan yang menjadi sampel pemeriksaan.

Universitas Sumatera Utara

76

Tabel 4.16

Hubungan Faktor Internal dan Faktor Ekternal dengan
Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten
Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017
Kelelahan Kerja

Variabel
Faktor
Internal
Umur
Jenis
Kelamin
Status
perkawinan
Masa kerja
Status
gizi/IMT
Faktor
Eksternal
Jarak tempuh
ke
tempat
kerja
Beban kerja
Metode
Pekerjaan

Ringan
n
%

Menengah
n
%

Jumlah
N
%

P value

6

21,4

22

78,6

28

100

6

21,4

22

78,6

28

100

0,021
0,648
Tidak dapat diuji

6

21,4

22

78,6

28

100

6

21,4

22

78,6

28

100

6

21,4

22

78,6

28

100

6

21,4

22

78,6

28

100

0,001
0,006

0,001

0,214
Tidak dapat di uji

Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Faktor Internal yang
berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pegawai Negeri Sipil Kantor
Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 adalah umur (p value : 0,021),
masa kerja (p value: 0.001), dan status gizi/IMT (p value:0,006), sedangkan faktor
eksternal yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pegawai Negeri Sipil
Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 adalah jarak tempuh ke
tempat kerja (p value: 0,001).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
5.1

Hubungan Faktor Internal dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri
Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Grandjean (dalam Tarwaka 2004 ) menjelaskan bahwa faktor penyebab

terjadinya

kelelahan

di

industri

sangat

bervariasi,

dan

untuk

memelihara/mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus
dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Menurut ILO (1983), Astrand
(1986),

Green

(1992),

Suma’mur 1994),

Payne

(1995) internal yang

mempengaruhi kelelahan kerja sbb:
1. Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis kelamin,
usia.
2. Faktor psikis, seperti : pengetahuan, sikap/ gaya hidup/ pengelolaan stress.
5.1.1 Hubungan Umur Dengan Kelelahan Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil
Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Umur merupakan faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja pegawai.
Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal
tubuh yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh
dan kapasitas kerja seseorang ( Muftia, 2005).
Berdasarkan hasil uji Chi-Square dengan pilihan Exact diperoleh nilai p
value = 0,021 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara

77
Universitas Sumatera Utara

78

variabel umur dengan kelelahan kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hal ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Mutaqien, 2009) yang
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja yang
berumur > 25 tahun dan umur ≤ 25 tahun. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
bahwa semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar tingkat kelelahan
yang dirasakan.
Penelitian ini tidak sejalan Darmawan tahun 2011 yang menyatakan tidak
ada hubungan umur dengan kelelahan kerja tetang hubungan faktor internal dan
eksternal terhadap kelelahan (fatigue) pada pengemudi bus antar kota trayek
Semarang Jepara di Terminal Terboyo Semarang.
5.1.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri
Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Pada hasil uji chi square antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan
dapat diketahui nilai p = 0,648 dimana p > 0,05, artinya tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pegawai kantor Inspektorat
Kabuapaten Simalungun. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Faiz (2014) dengan hasil uji statistik chi square yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara variabel dependen (kelelahan) dengan variabel
independen (jenis kelamin) dengan Pvalue sebesar 0,883. Penelitian ini sejalan
dengan Perwitasari 2013 yang menyatakan tidak ada hubungan jenis kelamin
dengan kelelahan kerja.
Penelitian ini tidak sejalan dengan Kroemer dan Grandjean (1997) dalam
Tarwaka, (2004) bahwa masalah pada pekerja wanita dapat disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara

79

periode hormonal fungsi tubuh serta adanya pekerjaan rumah tangga sehingga
gangguan menstruasi, aborsi, gangguan tidur dan kelelahan sering terjadi. Hal
serupa juga oleh Tarwaka tahun 2004 yang mengatakan secara umum wanita
hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot
laki-laki. Namun berdasarkan survei yang dilakukan beban kerja antara wanita
dan pria pada pegawai adalah sama sehingga jenis kelamin tidak berpengaruh
untuk terjadinya lelah. Proporsi laki-laki dan perempuan pada pegawai adalah
sama yaitu masing-masing 14 orang.
5.1.3 Hubungan Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja Pegawai
Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Status Perkawinan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kelelahan. Menurut Puspita (2009) seseorang yang sudah menikah dan memiliki
keluarga maka akan mengalami kelelahan akibat kerja dikarenakan waktu setelah
bekerja digunakan untuk melayani anak dan istrinya, bukan untuk beristirahat.
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pegawai Inspektorat yang sudah
menikah yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang dan perempuan
sebanyak 14 orang. Uji statistik tidak dapat dilakukan karena seluruh pegawai
sudah menikah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mauludi
(2009) yang dilakukan pada 100 pekerja di proses produksi kantong semen pdb
(paper bag division) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, didapatkan P value
sebesar 0,045 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara status perkawinan
dengan kelelahan. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti bahawa pegawai
melakukan pekerjaan dengan baik walau sudah menikah

Universitas Sumatera Utara

80

5.1.4 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil
Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Sidabalok (2007) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa semakin
lama masa kerja berpengaruh kepada tingkat kelelahan diakibatkan tingkat
monotoni kerja yang telah terakumulasi selama bertahun-tahun.
Masa kerja responden yang terendah adalah 2 tahun dan yang tertinggi
adalah 34 tahun Berdasarkan hasil penelitian bahwa kelelahan kerja ringan
dirasakan pada pegawai masa kerja > 14 tahun sebanyak 6 orang (21,4%).
Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dengan masa
kerja ≤ 14 tahun yaitu sebanyak 18 orang (64,3%) dan masa kerja >14 tahun
sebanyak 4 orang (14,3%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square dengan pilihan
Exact antara masa kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,001 <
0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja
dengan

kelelahan kerja.

Suma’mur (2009)

menyatakan bahwa

tingkat

keterampilan dan kemampuan tenaga kerja yang tinggi. Masa kerja juga dapat
mempengaruhi kelelahan kerja karena semakin lama masa kerja, tenaga kerja
semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah
terbiasa dengan pekerjaannya. Penelitian ini tidak sejalan dengan Faiz tahun 2014
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan faktor masa kerja dengan kejadian
kelelahan pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelelahan yang paling tinggi dialami
oleh pegawai yang masa kerjanya lebih lama karena semaki lama ia bekerja maka

Universitas Sumatera Utara

81

tingkat kejenuhan untuk berkeja juga tinggi dan merasa pekerjaannya monoton,
hal ini yang menyebabkan terjadinya kelelahan.
5.1.5 Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil
Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada produktivitas dan
efisiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila
kekurangan baik secara kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan
terganggu (Tarwaka, 2004).
Hasil Analisis status gizi/IMT responden yang terendah adalah 20,81
kg/

dan yang tertinggi adalah 35,87 kg/

. Status gizi/IMT pegawai

Inspektorat normal yaitu 3 orang (10,7 %), dan kelebihan berat badan yaitu25
orang (89,3%). Kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai dengan IMT 18,524,9 yaitu sebanyak 3 orang (10,7%) dan IMT > 25 sebanyak 3 orang (10,7%).
Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dengan IMT > 25
kg/

sebanyak 22 orang (78,6%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square dengan

pilihan Exact diperoleh nilai p value = 0,006 < 0,05 yang berarti bahwa ada
hubungan yang bermakna antara variabel status gizi dengan kelelahan kerja.
Penelitian ini sejalan dengan Herliani tahun 2012 yang meneliti tentang hubungan
status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja industri pembuatan gamelan di
daerah Wirun Sukoharjo dengan p value = 0,039 (p < 0,05) bahwa terdapat
hubungan status gizi dengan kelelahan pekerja.

Universitas Sumatera Utara

82

Penelitian ini tidak senada dengan Sartono tahun 2013 mengenai
hubungan faktor internal dan faktor eksternal karyawan dengan kelelahan kerja
pada karyawan laundry garment di bagian produksi CV. Sinergie laundry Jakarta
Barat yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan status gizi/ IMT dengan
kelelahan kerja (p value : 0,798).
5.2

Hubungan Faktor Ekternal dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri
Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Menurut ILO (1983), Astrand (1986), Green (1992), Suma’mur 1994),

Payne (1995) faktor eksternal yang mempengaruhi kelelahan kerja sbb:
1. Faktor fisik, seperti : kebisingan, suhu, pencahayaan.
2. Faktor kimia, seperti : zat beracun
3. Faktor biologis, seperti : bakteri jamur
4. Faktor ergonomi
5. Faktor lingkungan kerja, seperti : kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin
perusahaan, gaji/ uang lembur (insentif), hubungan sosial, posisi kerja.
5.2.1 Hubungan Jarak Tempuh ke Tempat Kerja dengan Kelelahan Kerja
Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun
Tahun 2017
Jarak tempat tinggal responden ke tempat bekerja merupakan jarak yang
harus ditempuh responden menuju tempat bekerja. Semakin jauh jaraknya maka.
Waktu yang terbuang semakin banyak, tingkat efisiensi waktu menurun. Menurut
pendapat Hang Kueng dalam Fuad Mustofa (2006: 22) jarak dikatakan dekat

Universitas Sumatera Utara

83

apabila jarak tempuh penduduk dengan berjalan kaki kurang atau sama dengan 1
km dan jarak dikatakan jauh apabila jarak tempuh penduduk lebih dari 1 km.
Waktu tempuh penduduk dengan jalan kaki dikatakan sebentar apabila kurang
dari atau sama dengan 15 menit, dan dikatakan lama bila waktu tempuh lebih dari
15 menit. Sedangkan menggunakan kendaraan jarak tempuh penduduk dikatakan
dekat apabila kurang dari atau sama dengan 2 km dan dikatakan jauh apabila
lebih dari 2 km, dan waktu tempuh penduduk dik atakan sebentar apabila kurang
dari atau sama dengan 15 menit dan dikatakan lama apabila lebih dari 15menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tempuh ke tempat kerja
responden yang terdekat adalah 2 Km dan yang terjauh adalah 38 Km. Hasil uji
Chi-Square degan pilihan Exact antara jarak tempuh ke tempat kerja dengan
kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,001 < 0.05 yang berarti bahwa ada
hubungan yang bermakna antara variabel jarak tempuh ke tempat kerja dengan
kelelahan kerja. Penelitian ini sejalan dengan Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Isti Fadah dan Istatuk Budi Yuswanto (2004), Jarak tempat tinggal
responden ke tempat bekerja merupakan jarak yang harus ditempuh responden
menuju tempat bekerja. Semakin jauh jaraknya maka waktu yang terbuang
semakin banyak, tingkat efisiensi waktu menurun. Akibatnya curahan jam kerja
akan semakin berkurang.
Berdasarkan survei yang dilakukan jarak tempuh yang jauh dan kondisi
jalan yang tidak bagus merupakan salah satu penyebab kelelahan pada pegawai
Kantor Inspektorat. Kondisi ini menyebabkan energi pegawai semakin banyak
untuk bekerja dan menempuh lokasi pemeriksaan lapangan.

Universitas Sumatera Utara

84

5.2.2 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil
Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017
Menurut Astrand & Rodahl (1

Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun Tahun 2016

11 50 95

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Pengemudi Mobil Grha Trac Medan Tahun 2017 Chapter III VI

0 0 21

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Produksi di PT. Jaya Beton Indonesia Medan Tahun 2017 Chapter III VI

1 1 44

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

0 0 18

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

0 0 8

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

0 0 35

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

0 10 4

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

0 0 24