Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun Tahun 2016
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITI
Kepada Yth.
Bapak/Ibu selaku responden
Di tempat.
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Departemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,
Nama : Dolli Duanito Malau
NIM : 121000488
Akan mengadakan penellitian tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi Rezeki Jaya Kecamatan Panombean
Kabupaten Simalungun”. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Segala hal yang bersifat
rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan
penelitian ini.
Atas perhatian dan ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu,
saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
(2)
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA KILANG PADI REZEKI JAYA KECAMATAN
PANOMBEAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2016
No. Responden :
Tanggal Wawancara :
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki/Perempuan
Status Perkawinan : Sudah menikah/Belum menikah
Masa Kerja : Tahun
Tinggi Badan : Meter
Berat Badan : Kg
II. Gejala Kelelahan
Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi tanda
( ) dan memberi jawaban yang paling sesuai pada tempat yang sudah disediakan.
Pengukuran kelelahan menurut skala Industrial Fatigue Research Committe
Keterangan
(3)
K : Kadang-Kadang ( 1- 2 hari terasa dalam seminggu)
TP : Tidak Pernah (tidak pernah terasa dalam seminggu)
Apakah pada saat bekerja , Anda merasakan hal-hal sebagai berikut :
Pelemahan Kegiatan
No. Gejala Kelelahan SS S K TP
1. Kepala Anda terasa berat
2. Merasa lelah diseluruh badan
3. Kaki Anda terasa berat
4. Frekuensi menguap
5. Pikiran Anda kacau
6. Anda mengantuk
7. Mata teras berat (ingin dipejamkan)
8. Kaku dan canggung untuk bergerak
9. Tidak seimbang dalam berdiri
10. Merasa ingin berbaring
Pelemahan Motivasi
No. Gejala Kelelahan SS S K TP
1. Merasa susah untuk berfikir
2. Lelah berbicara
(4)
4. Sulit untuk berkonsentrasi
5. Sulit untuk memusatkan perhatian
6. Cenderung untuk lupa
7. Kurang percaya
8. Cemas terhadap sesuatu
9. Tidak dapat mengontrol sikap
10. Tidak dapat tekun dalam bekerja
Kelelahan Fisik
No. Gejala Kelelahan SS S K TP
1. Sakit Kepala
2. Bahu terasa kaku
3. Merasa nyeri dibagian punggung
4. Sesak napas / sulit untuk bernafas
5. Merasa haus
6. Suara anda serak
7. Merasa pening / pusing
8. Kelopak mata terasa berat
9. Gemetar pada bagian tubuh tertentu
(5)
(6)
(7)
Lampiran 4. Dokumentasi
Gambar 1. Lokasi Penelitian Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
(8)
Gambar 3. Penjemuran Gabah Padi
(9)
Gambar 5. Pengukuran tinggi dan berat badan pekerja
(10)
Keterangan:
Umur_K : umur pekerja dalam bentuk kategori 1= ≤ mean, 2 = > mean JK : jenis kelamin dalam bentuk kategori 1 = laki-laki, 2 = perempuan No
Nama Umur
Umur_
K JK Stt_K
M_
K M_KK TB BB IMT
IMT_ K N_ K N_ KK
1 Sarlan 35 1 1 1 4 1 1.73 65 21.72 1 76 3
2 Hasiolan 37 2 1 1 6 2 1.50 58 25.77 2 98 4
3 Retno 27 1 1 2 4 1 1.69 53 18.56 1 59 2
4 Domu 40 2 1 1 8 2 1.67 60 21.51 1 60 2
5 Pardamean 25 1 1 2 3 1 1.55 64 26.61 2 98 4
6 Ardi 46 2 1 1 7 2 1.71 68 23.26 1 69 2
7 Wanto 39 2 1 1 7 2 1.69 66 23.11 1 59 2
8 Dien 29 1 2 2 4 1 1.68 72 25.51 2 92 4
9 Heri 28 1 1 2 3 1 1.72 60 20.28 1 72 3
10 Elfrida 34 1 2 1 5 1 1.54 65 27.41 2 91 4
11 Bintang 47 2 2 1 9 2 1.58 58 23.23 1 50 2
12 Erik 41 2 1 1 8 2 1.57 58 23.53 1 57 2
13 Andreas 29 1 1 2 4 1 1.63 58 21.83 1 74 3
14 Hendro 37 2 1 1 8 2 1.60 65 25.39 2 92 4
15 Maratua 29 1 1 2 3 1 1.71 67 22.91 1 86 3
16 Ester 31 1 2 2 5 1 1.48 52 23.74 1 75 3
17 Ance 67 2 2 1 13 2 1.47 53 24.53 1 67 3
18 Ari 26 1 1 1 2 1 1.61 69 26.62 2 78 3
19 Swandi 56 2 1 1 7 2 1.66 74 26.85 2 90 3
20 Rida 29 1 2 1 5 1 1.61 56 21.60 1 66 3
21 Salomo 23 1 1 2 3 1 1.72 67 22.64 1 94 4
22 Sihol 27 1 1 2 4 1 1.62 68 25.91 2 62 3
23 Ernita 32 1 2 1 5 1 1.66 58 21.05 1 90 3
24 Horas 39 2 1 1 9 2 1.57 63 25.56 2 46 2
25 Hermanto 27 1 1 2 3 1 1.52 61 26.40 2 66 3
26 Saudur 46 2 2 1 9 2 1.58 63 25.24 2 62 3
27 Rita 33 1 2 2 5 1 1.52 57 24.67 1 97 4
28 Riska 51 2 2 1 10 2 1.52 53 22.94 1 57 2
29 Riki 31 1 1 1 4 1 1.56 64 26.30 2 71 3
30 Ronal 29 1 1 2 5 1 1.71 63 21.55 1 55 2
(11)
Stt_K : status perkawinan dalam bentuk kategori 1 = sudah menikah, 2 = belum menikah
M_K : masa kerja pekerja
M_KK : masa kerja dalam bentuk kategori 1= ≤ mean, 2 = > mean
TB : tinggi badan
BB : berat badan
IMT : nilai status gizi/IMT
IMT_K : nilai status gizi/IMT dalam bentuk kategori, 1 = normal, 2 = kelebihan berat badan
N_K : nilai total kuesioner kelelahan skala IFRC
N_KK : nilai kelelahan dalam bentuk kategori 1= tidak lelah, 2 = kelelahan ringan, 3 = kelelahan menengah, 4 = kelelahan berat
(12)
Lampiran 6
OUTPUT
Frequencies Frequency Table
Umur Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Dibawah mean 18 58.1 58.1 58.1
Diatas Mean 13 41.9 41.9 100.0
Total 31 100.0 100.0
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 20 64.5 64.5 64.5
Perempuan 11 35.5 35.5 100.0
Total 31 100.0 100.0
Status Perkawinan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sudah Menikah 19 61.3 61.3 61.3
Belum Menikah 12 38.7 38.7 100.0
(13)
Masa Kerja Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Dibawah Mean 18 58.1 58.1 58.1
Diatas Mean 13 41.9 41.9 100.0
Total 31 100.0 100.0
IMT Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 19 61.3 61.3 61.3
kelebihan berat badan 12 38.7 38.7 100.0
Total 31 100.0 100.0
Nilai Kelelahan Kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kelelahan Ringan 9 29.0 29.0 29.0
Kelelahan Menengah 15 48.4 48.4 77.4
Kelelahan Berat 7 22.6 22.6 100.0
(14)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur Kategori * Nilai Kelelahan Kategori
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
Umur Kategori * Nilai Kelelahan Kategori Crosstabulation
Nilai Kelelahan Kategori
Total Kelelahan
Ringan
Kelelahan Menengah
Kelelahan Berat
Umur Kategori Dibawah mean Count 2 11 5 18
Expected Count 5.2 8.7 4.1 18.0
% within Umur
Kategori
11.1% 61.1% 27.8% 100.0%
Diatas Mean Count 7 4 2 13
Expected Count 3.8 6.3 2.9 13.0
% within Umur
Kategori
53.8% 30.8% 15.4% 100.0%
Total Count 9 15 7 31
Expected Count 9.0 15.0 7.0 31.0
% within Umur
Kategori
(15)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig.
(1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 6.698a 2 .035 .044
Likelihood Ratio 6.857 2 .032 .048
Fisher's Exact Test 6.328 .048
Linear-by-Linear Association
4.336b 1 .037 .045 .032 .023
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,94. b. The standardized statistic is 2,082.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .422 .035 .044
(16)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jenis kelamin * Nilai
Kelelahan Kategori
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
jenis kelamin * Nilai Kelelahan Kategori Crosstabulation
Nilai Kelelahan Kategori
Total Kelelahan
Ringan
Kelelahan
Menengah Kelelahan Berat
jenis kelamin Laki-Laki Count 7 9 4 20
Expecte d Count
5.8 9.7 4.5 20.0
% within jenis kelamin
35.0% 45.0% 20.0% 100.0%
Perempuan Count 2 6 3 11
Expecte d Count
3.2 5.3 2.5 11.0
% within jenis kelamin
18.2% 54.5% 27.3% 100.0%
Total Count 9 15 7 31
Expecte d Count
9.0 15.0 7.0 31.0
% within jenis kelamin
(17)
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig.
(1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square .991a 2 .609 .698
Likelihood Ratio 1.038 2 .595 .627
Fisher's Exact Test 1.050 .698
Linear-by-Linear Association
.779b 1 .378 .445 .267 .140
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,48. b. The standardized statistic is ,882.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .176 .609 .698
(18)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
status Perkawinan * Nilai Kelelahan Kategori
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
status Perkawinan * Nilai Kelelahan Kategori Crosstabulation
Nilai Kelelahan Kategori
Total Kelelahan
Ringan
Kelelahan
Menengah Kelelahan Berat
status Perkawinan Sudah
Menikah
Count 7 9 3 19
Expected Count 5.5 9.2 4.3 19.0
% within status
Perkawinan
36.8% 47.4% 15.8% 100.0%
Belum Menikah
Count 2 6 4 12
Expected Count 3.5 5.8 2.7 12.0
% within status
Perkawinan
16.7% 50.0% 33.3% 100.0%
Total Count 9 15 7 31
Expected Count 9.0 15.0 7.0 31.0
% within status
Perkawinan
(19)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig.
(1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 2.044a 2 .360 .451
Likelihood Ratio 2.095 2 .351 .366
Fisher's Exact Test 2.000 .451
Linear-by-Linear Association 1.978b 1 .160 .207 .124 .077
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,71. b. The standardized statistic is 1,406.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .249 .360 .451
(20)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja Kategori * Nilai Kelelahan Kategori
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
Masa Kerja Kategori * Nilai Kelelahan Kategori Crosstabulation
Nilai Kelelahan Kategori
Total Kelelahan
Ringan
Kelelahan Menengah
Kelelahan Berat
Masa Kerja Kategori Dibawah Mean Count 2 11 5 18
Expected Count 5.2 8.7 4.1 18.0
% within Masa Kerja Kategori
11.1% 61.1% 27.8% 100.0%
Diatas Mean Count 7 4 2 13
Expected Count 3.8 6.3 2.9 13.0
% within Masa Kerja Kategori
53.8% 30.8% 15.4% 100.0%
Total Count 9 15 7 31
Expected Count 9.0 15.0 7.0 31.0
% within Masa Kerja Kategori
(21)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 6.698a 2 .035 .044
Likelihood Ratio 6.857 2 .032 .048
Fisher's Exact Test 6.328 .048
Linear-by-Linear Association 4.336b 1 .037 .045 .032 .023
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,94. b. The standardized statistic is 2,082.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .422 .035 .044
N of Valid Cases 31
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
IMT Kategori * Nilai
Kelelahan Kategori
(22)
IMT Kategori * Nilai Kelelahan Kategori Crosstabulation
Nilai Kelelahan Kategori
Total Kelelahan
Ringan
Kelelahan
Menengah Kelelahan Berat
IMT Kategori Normal Count 8 9 2 19
Expected Count 5.5 9.2 4.3 19.0
% within IMT
Kategori
42.1% 47.4% 10.5% 100.0%
kelebihan berat badan
Count 1 6 5 12
Expected Count 3.5 5.8 2.7 12.0
% within IMT
Kategori
8.3% 50.0% 41.7% 100.0%
Total Count 9 15 7 31
Expected Count 9.0 15.0 7.0 31.0
within % IMT
i
29.0% 48.4% 22.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig.
(1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 6.058a 2 .048 .044
Likelihood Ratio 6.536 2 .038 .036
Fisher's Exact Test 5.795 .046
Linear-by-Linear Association 5.858b 1 .016 .020 .014 .011
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,71. b. The standardized statistic is 2,420.
(23)
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .404 .048 .044
(24)
DAFTAR PUSTAKA
Ambar, A., 2006. Hubungan Antara Kelelahan Dengan Produktivitas Tenaga
Kerja Di Bagian Penjahitan PT Bengawan Solo Garment Indonesia,Fakultas Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Amelia, M., 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada
Pekerja Pembuat Pipa Dan Menara Tambat Lepas Pantai (EPC3) Di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013,
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Aris, S., 2015. Aplikasi SPSS Untuk Analisa Data Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika.
Budiono S.A.M., Jusuf .R.M.S., Adriana Pusparini., 2003. Bunga Rampai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja.Semarang.Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
Davis, Bobby R., 2001. Occupational Safety and Health Program: A guide to
preventing Heat stress. New Zealand: Department of Labour
Dwi J. Reza Prasetyawan., 2011. Hubungan Karakteristik Individu Dengan
Kelelahan Kerja Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rumah Ssakit Umum Daerah Kabupaten Sampang. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Airlangga.
Ihsan Taufiq dan Salami S., 2010. Hubungan Antara Shift Kerja Dengan
Tingkatan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Pabrik Perakitan Mobil Indonesia. Program Studi Magister Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik
Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Irma, M.R., 2014., Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Di Unit Produksi Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota Makasar. Fakultas Kesehatan Masyarakat ,Universitas
Hasanuddin Makasar.
Mauludi, Moch Noval., 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Pada Pekerja Di Proses Produksi Kantong Semen PBD (Paper Bag Division) PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mauritza, L.S., Widodo, I. D. 2008. Faktor Dan Penjadualan Shift Kerja.
(25)
Mentari, Annisa., 2012. Hubungan Karakteristik Pekerja Dan Cara Kerja
Dengan Kelelahan Kerja Pada Pemanen Kelapa Sawit Di PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Tahun 2012. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumater Utara.
Nadia, Casie., 2009. Fakor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan
Pengumpul Tol Di Gerbang Cililitan PT Jasa Marga Cabang CTC Tahun 2011,Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurmianto Eko., 2003. Ergonomi konsep Dasar dan Aplikasi. Surabaya . Prima Printing.
Nurmianto Eko., 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya. Guna Widya.
Mauludi, Moch Noval., 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Pada Pekerja Di Proses Produksi Kantong Semen PBD (Paper Bag Division) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Jakarta.
Maurits, Lintje Setyawati dan Widodo, Imam Djati., 2008. Faktor Dan
Penjadualan Shift Kerja. Teknoin, Volume 13, Nomor 2, Desember 2008.
Syahlefi, Meutia Reza., 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Pengemudi Di Bus CV. Makmur Medan Tahun 2014. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Monica, Lidya., 2010., Gambaran Kelelahan Kerja Pada Penjahit Di Pasar
Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Occupational Safety and Health., 2003. Healthy Work, Managing stress and
fatigue in the workplace. New Zealand: Department of Labour.
Puspita,Giri Irma., 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan
Berdasarkan Kaakterisitik Pekerja Di Bagian Produksi Jahit Garmen PT. Lestari Busana Anggun Mahkota Tahun 2009. Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
(26)
Sijabat, S.G., 2007. Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Penggilingan Padi Besar
Dan Kecil Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Santoso, Gempur. 2004., Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher
Setyawati, L. M., 2007. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Pelatihan
Para Medis Seluruh Jawa Tengah, RSU Soeradji Klanten.
Suma’mur P.K., 2009. Hiegiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).
Jakarta, Sagung Seto.
Suma’mur P.K., 2013. Hiegiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Jakarta, CV Sagung Seto.
Suwondo, A., 2008. Perbedaan Tekanan Darah Pada Pekerja Yang Terpapar
Panas Di Industri Sale Pisang Suka Senang Kabupaten Ciamis. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 1, Januari 2008.
Tarwaka, Bakri, S. & Sudiajeng, L., 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta, UNIBA Press.
Tarwaka, 2014., Ergonomi Industri Dasar - Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta.Harapan Press.
Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Jakarta. 1970.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. 2009.
(27)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat survei analitik menggunakan desain cross
sectional, yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Kecamatan
Panombean Kabupaten Simalungun.
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif yaitu untuk melihat
kondisi kelelahan dan analitik untuk melihat distribusi frekuensi kondisi kelelahan
berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pekerja Kilang Padi CV.Rezeki Jaya
Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun dan waktu penelitian
dilaksanakan pada Februari – Mei 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun sebanyak 31 orang, yang terbagi
pada beberapa bagian pekerjaan yaitu: bagian penjemuran padi sebanyak 6 orang,
supir truk 4 orang, penggilingan padi sebanyak 5 orang, bagian pengepakan
(packing) sebanyak 5 orang, bagian administrasi 4 orang, kuli angkut 5 orang,
(28)
3.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah teknik total
sampling dimana seluruh anggota populasi menajadi objek penelitian yaitu
sebanyak 31 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh menggunakan
metode wawancara dengan teknik kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah
kuesioner pengujian kelelahan umum untuk mengetahui hubungan faktor umur,
masa kerja, status perkawinan, status gizi, dan jenis kelamin dengan kejadian
kelelahan pada pekerja kilang padi secara subjektif dengan skala Industrial
Fatigue Research Committe (IFRC). 3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data data di Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
mengenai data karyawan, pengaturan waktu kerja, gambaran umum Kilang Padi
CV. Rezeki Jaya, serta wawancara tidak terstruktur. Data – data pendukung lainnya tentang informasi yang berkaitan dengan kelelahan diperoleh dari
berbagai literatur seperti buku, jurnal, artikel, dsb.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
(29)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian kelelahan.
2. Variabel Bebas/mempengaruhi (Independen variabel)
Variabel bebas atau independent adalah faktor yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini
adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, mas kerja, dan status
gizi/IMT.
3.5.2 Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan defenisi konsep, maka dibuat beberapa defenisi operasional
yang digunakan pada saat penelitian di Kilang Padi CV. Rezeki Jaya sebagai
berikut :
1. Kelelahan adalah keadaan lelah yang dirasakan responden yang diukur
dengan menggunakan skala IFRC.
2. Umur adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang
diberikan, terhitung dari lahir sampai waktu pengambilan data responden di
Kilang Padi CV. Rezeki Jaya (tahun).
3. Jenis kelamin adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang
diberikan(laki-laki/perempuan).
4. Status perkawinan adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner
yang diberikan(kawin,belum kawin).
5. Masa kerja adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang
(30)
bekerja dari awal masuk kerja sampai waktu pengambilan data di Kilang Padi
CV. Rezeki Jaya(tahun).
6. Status gizi/IMT adalah berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi badan2 (m2)
dinyatakan dengan body mass index (BMI) / indeks massa tubuh. dibuat
menjadi kategori Sangat Kurus, jika BMI < 17, Kurus bila BMI 17 - 18,4,
Normal bila BMI 18,5-24,9, Kelebihan Berat Badan bila BMI 25-26,9,
Gemuk bila BMI 27-28,9, dan Sangat Gemuk bila BMI > 29.
3.6 Metode Pengukuran Data
1. Kelelahan diukur dengan metode pengukuran yakni berupa kuesioner
pengujian kelelahan umum atau secara subyektif yang diadopsi dari Industrial
Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health
(IFRC Jepang).
2. Umur dijumlahkan terlebih dahulu kemudian dibagi dengan jumlah
responden (≤Mean, > Mean).
3. Jenis kelamin dinyatakan dengan jawaban responden terhadap kuesioner yang
diberikan (laki-laki atau perempuan).
4. Status perkawinan dinyatakan dengan jawaban responden terhadap kuesioner
yang diberikan (sudah menikah,belum menikah).
5. Masa kerja dijumlahkan terlebih dahulu kemudian dibagi dengan jumlah
responden (≤ Mean, > Mean).
6. Status gizi/IMT diukur dengan hasil pembagian antara berat badan (Kg)
(31)
badan manusia dewasa yang sudah dikalibrasi. Tinggi badan diukur dengan
meteran tinggi badan yang di temple didinding dengan memperhatikan tumit
kaki responden harus tegak lurus dengan bersandar pada dinding dan
memperhatikan posisi kepala harus tegak.
Tabel 2. Tabel Pengukuran variabel penelitian
Variabel Cara dan Alat Ukur Hasil ukur Skala Variabel dependen
1. Kelelahan Pekerja Wawancara dan Kuesioner dengan skala IFRC
1.Tidak lelah = 30 2.Kelelahan ringan =
31-60 3.Kelelahan
menengah = 61 – 90 4.Kelelahan berat = 91
– 120
Ordinal
Variabel Independen
1.Umur Wawancara dan
Kuesioner
1.≤ Mean 2.> Mean
Ordinal
2.Jenis Kelamin Wawancara dan Kuesioner
1.Laki-laki 2.Perempuan
Nominal
3.Status perkawinan Wawancara dan Kuesioner
1.Sudah Menikah 2.Belum Menikah
Nominal
4. Masa Kerja Kuesioner dan wawancara
1. ≤ Mean 2. > Mean
Ordinal
5. Status Gizi/IMT Timbangan dan Meteran
1. Normal
2. Kelebihan Berat Badan
(32)
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Numbering, memberikan nomor dan kode dari setiap kuesioner yang akan
diberikan.
2. Editing, melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada
kuesioner.
3. Coding, mengubah data pada kuesioner dalam bentuk kode kode.
4. Processing, memproses data agar dapat dilakukan analisa dengan cara entry
data kedalam statistik komputer, yakni menggunakan program SPSS.
5. Analysis, melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data, analisis ini
dibantu dengan perangkat lunak statistik komputer.
6. Skoring, masing-masing variabel akan diberi nilai sesuai frekuensi gejala
kelelahan.
7. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan
analisis bivariat.
3.7.2 Teknik Analisis Data 3.7.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian.Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang
(33)
3.7.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi.Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Chi-Square (X2).Jika P value < 0,05 maka perhitungan secara statistik
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel independen dengan
(34)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
CV. Rezeki Jaya adalah salah satu kilang padi yang terletak di Desa
Panombean Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun. Kilang padi
CV.Rezeki Jaya berdiri sejak tahun 1993 yang didirikan oleh bapak J. Manihuruk.
Pimpinan Kilang Padi CV. Rezeki Jaya masih di pegang oleh Bapak J. Manihuruk
sampai tahun 2016. Kilang padi ini awalnya hanya melakukan penggilingan padi
saja. Seiring perkembangannya Kilang Padi CV. Rezeki jaya kini sudah
memproduksi beras sendiri dengan nama produk Sipisang dan KKB. Hasil lain
dari proses produksi adalah abu sekam dan pakan ternak (dedak).
Kilang Padi CV. Rezeki Jaya sekarang memiliki 31 pekerja, yang terbagi
pada beberapa bagian pekerjaan yaitu: bagian penjemuran padi sebanyak 6 orang,
supir truk 4 orang, penggilingan padi sebanyak 5 orang, bagian pengepakan
(packing) sebanyak 5 orang, bagian administrasi 4 orang, kuli angkut 5 orang,
penjaga kilang padi 2 orang. Pekerja bekerja setiap hari Senin sampai Sabtu,
kecuali penjaga kilang padi yang bekerja setiap harinya, dan apabila ada hal-hal
lain diluar hari yang ditetapkan maka terkadang hari Minggu pekerja juga bekerja
dengan dihitung lembur. Pekerjaan dimulai pada pukul 8 pagi dan selesai pada
pukul 5 sore. Selama satu hari bekerja, pekerja mendapat waktu istirahat sebanyak
satu jam yaitu pada pukul 11.30 sampai pukul 12.30.
Proses produksi di Kilang Padi CV. Rezeki Jaya diawali dengan
(35)
proses selanjutnya adalah memasukkan gabah kedalam mesin penggilingan.
Proses penggilingan dimulai dari pembersihan, pemecahan kulit, penyosohan,
pemutihan dan pengayakan terakhir. Beras yang sudah keluar dari pengayakan
terakhir akan disalurakan untuk proses pengepakan (packing). Tahap akhir adalah
pendistribusian dan pemasaran produk beras yang dihasilkan.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Umur Responden
Distribusi umur berdasarkan nilai mean yang didapatkan yaitu 36 sehingga
menjadi ≤ 36 tahun dan > 36 tahun, maka distribusi umur pekerja Kilang Padi CV.
Rezeki Jaya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi umur pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Umur (Tahun) N(Orang) %
≤ 36 18 58,1
>36 13 41,9
Total 31 100
Berdasarkan tabel diatas, bahwa umur pekerja Kilang Padi CV. Rezeki
Jaya yang berusia ≤ 36 tahun sebanyak 18 orang (58,1%) dan umur yang berusia
(36)
4.2.2 Jenis Kelamin Responden
Distribusi jenis kelamin responden pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki
Jaya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi jenis kelamin pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Jenis Kelamin N(Orang) %
Laki-laki 20 64,5
Perempuan 11 35,5
Total 31 100
Berdasarkan tabel diatas, bahwa umur pekerja Kilang Padi CV. Rezeki
Jaya yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 orang (64,5%) dan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 11 orang (35,5%).
4.2.3 Status Perkawinan Responden
Distribusi status perkawinan responden pada pekerja Kilang Padi CV.
Rezeki Jaya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi status perkawinan pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Status Perkawinan N(Orang) %
Sudah Menikah 19 61,3
Belum Menikah 12 38,7
Total 31 100
Berdasarkan tabel diatas, bahwa status perkawinan pekerja Kilang Padi
CV. Rezeki Jaya yang sudah menikah sebanyak 19 orang (61,3%) dan yang belum
(37)
4.2.4 Masa Kerja Responden
Distribusi masa kerja berdasarkan nilai mean yang didapatkan yaitu 6
sehingga menjadi ≤ 6 tahun dan > 6 tahun, maka distribusi masa kerja pekerja
Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Distribusi masa kerja pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Masa Kerja(Tahun) N(Orang) %
≤ 6 18 58,1
>6 13 41,9
Total 31 100
Berdasarkan tabel diatas, bahwa masa kerja pekerja Kilang Padi CV.
Rezeki Jaya yang memiliki masa kerja ≤ 6 tahun sebanyak 18 orang (58,1%) dan yang memiliki masa kerja >6 tahun sebanyak 13 orang (41,9%).
4.2.5 Status Gizi/IMT Responden
Status gizi/IMT pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi status gizi/IMT pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Status Gizi/IMT N(Orang) %
Normal 19 61,3
Kelebihan Berat Badan 12 38,7
Total 31 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa status gizi/IMT pada pekerja
Kilang Padi CV. Rezeki Jaya yang masuk dalam kategori normal 19 orang
(38)
4.2.6 Kelelahan Kerja Responden
Kelelahan kerja yang dirasakan oleh pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Distribusi kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Kelelahan Kerja N(Orang) %
Kelelahan Ringan 9 29
Kelelahan Menengah 15 48,4
Kelelahan Berat 7 22,6
Total 31 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja Kilang Padi CV. Rezeki
Jaya yang termasuk dalam kategori kelelahan ringan 9 orang (29%), kategori
kelelahan menengah 15 orang (48,4%), dan kategori kelelahan berat 7 orang
(22,6%).
4.3 Hasil Uji Bivariat
Berdasarkan hasil perhitungan distribusi variabel responden selanjutnya
dilakukan uji chi square . Hasil ouput dari uji chi square menunjukkan adanya
persyaratan yang tidak terpenuhi yaitu ada nilai expected < 5 sebanyak 50%.
Menurut Aris (2015) ada dua cara untuk melihat hubungan dengan uji chi square
untuk tabel kontingensi > 2x2 apabila tidak terpenuhi persyaratan sampel besar
( tidak boeh ada nilai expected < 5 melebihi 20%) . Pertama sel yang ada
digabung (merger) dimulai dari sel yang mempunyai nilai expected paling kecil.
Kedua dengan cara mengklik (memilih) fasilitas exact yang sudah ada disediakan
oleh software SPSS. Pada penelitian ini selanjutnya dilakukan uji chi square
(39)
CV. Rezeki Jaya Desa Panombean Kecamatan Panombean Kabupaten
Simalungun. Hasil analisis yang dibaca bukan pearson chi square, tetapi fisher
exact test pada baris dan exact sig.2-sided (Aris, 2015).
4.3.1 Hubungan umur dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Hubungan antar umur pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dengan
kejadian kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Hasil uji chi square umur pekerja dengan kejadian kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Kelelahan Umur (Tahun) Kelelahan Ringan Kelelahan Menengah Kelelahan Berat
Jumlah Exact Sig.(2 sided)
N % N % N % N % (p)
≤ 36 2 11,1 11 61,1 5 27,8 18 100
> 36 7 53,8 4 30,8 2 15,4 13 100 0,048
Total 9 29 15 48,4 7 22,6 31 100
Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian
kelelahan pada usia ≤ 36 tahun kategori kelelahan ringan yaitu 2 orang ( 11,1%),
kelelahan menengah yaitu 11 orang (61,1%), dan kelelahan berat yaitu 5 orang (
27,8%), sedangkan untuk umur >36 tahun kategori kelelahan ringan yaitu 7 orang
(53,8%), kategori kelelahan menengah yaitu 4 orang ( 30,8%), dan kategori
kelelahan berat yaitu 2 orang (15,4%).
Pada hasil uji chi square dengan fasilitas exact antara umur dengan
kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,048 dimana p < 0,05, artinya ada
hubungan umur dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki
(40)
4.3.2 Hubungan jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Hubungan antar jenis kelamin pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
dengan kejadian kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Hasil uji chi square jenis kelamin pekerja dengan kejadian kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 Kelelahan Jenis Kelamin Kelelahan Ringan Kelelahan Menengah Kelelahan Berat
Jumlah Exact Sig.(2 sided)
N % N % N % N % (p)
Laki-laki 7 35 9 45 4 20 20 100
Perempuan 2 18,2 6 54,5 3 27,3 11 100 0,698
Total 9 29 15 48,4 7 22,6 31 100
Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian
kelelahan pada pekerja dengan jenis kelamin laki-laki kategori kelelahan ringan
yaitu 7 orang ( 35%), kelelahan menengah yaitu 9 orang (45%), dan kelelahan
berat yaitu 4 orang ( 20%), sedangkan untuk pekerja dengan jenis kelamin
perempuan kategori kelelahan ringan yaitu 2 orang (18,2%), kategori kelelahan
menengah yaitu 6 orang ( 54,5%), dan kategori kelelahan berat yaitu 3 orang
(27,3%).
Pada hasil uji chi square dengan fasilitas exact antara jenis kelamin
dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,698 dimana p > 0,05,
artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada
(41)
4.3.3 Hubungan status perkawinan dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Hubungan antar status perkawinan pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dengan
kejadian kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9 Hasil uji chi square status perkawinan pekerja dengan
kejadian kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Kelelahan Status Perkawinan Kelelahan Ringan Kelelahan Menengah Kelelahan Berat
Jumlah Exact Sig.(2 sided)
N % N % N % N % (p)
Sudah Menikah
7 36,8 9 47,4 3 15,8 19 100
Belum Menikah
2 16,7 6 50 4 33,3 12 100 0,451
Total 9 29 15 48,4 7 22,6 31 100
Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian
kelelahan pada pekerja dengan status pernikahan sudah menikah kategori
kelelahan ringan yaitu 7 orang ( 36,8%), kelelahan menengah yaitu 9 orang
(47,4%), dan kelelahan berat yaitu 3 orang ( 15,8%), sedangkan untuk pekerja
dengan status pernikahan belum menikah kategori kelelahan ringan yaitu 2 orang
(16,7%), kategori kelelahan menengah yaitu 6 orang ( 50%), dan kategori
kelelahan berat yaitu 4 orang (33,3%).
Pada hasil uji chi square dengan fasilitas exact antara status perkawinan
dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,451 dimana p > 0,05,
artinya tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan kejadian kelelahan
(42)
4.3.4 Hubungan masa kerja dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Hubungan antara masa kerja pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dengan
kejadian kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Hasil uji chi square masa kerja pekerja dengan kejadian kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Kelelahan Masa Kerja
(Tahun)
Kelelahan Ringan
Kelelahan Menengah
Kelelahan Berat
Jumlah Exact Sig.(2sided)
N % N % N % N % (p)
≤ 6 2 11,1 11 61,1 5 27,8 18 100
> 6 7 53,8 4 30,8 2 15,4 13 100 0,048
Total 9 29 15 48,4 7 22,6 31 100
Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian
kelelahan pada pekerja dengan masa kerja ≤ 6 tahun kategori kelelahan ringan
yaitu 2 orang (11,1%), kelelahan menengah yaitu 11 orang (61,1%), dan kelelahan
berat yaitu 5 orang (27,8%), sedangkan untuk pekerja dengan masa kerja > 6
tahun kategori kelelahan ringan yaitu 7 orang (53,8%), kategori kelelahan
menengah yaitu 4 orang ( 30,8%), dan kategori kelelahan berat yaitu 2 orang
(15,4%).
Pada hasil uji chi square dengan fasilitas exact antara masa kerja dengan
kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,048 dimana p < 0,05, artinya ada
hubungan antara masa kerja dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi
(43)
4.3.5 Hubungan status gizi/IMT dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Hubungan antara status gizi/IMT pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dengan
kejadian kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Hasil uji chi square status gizi/IMT pekerja dengan kejadian kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 Kelelahan Status Gizi/IMT Kelelahan Ringan Kelelahan Menengah Kelelahan Berat
Jumlah Exact Sig.(2 sided)
N % N % N % N % (p)
Normal 8 42,1 9 47,4 2 10,5 19 100
Kelebihan Berat Badan
1 8,3 6 50 5 41,7 12 100 0,046
Total 9 29 15 48,4 7 22,6 31 100
Berdasarkan tabel hasil pengukuran, dapat dilihat bahwa kejadian
kelelahan pada pekerja dengan status gizi/IMT normal kategori kelelahan ringan
yaitu 8 orang (42,1%), kelelahan menengah yaitu 9 orang (47,4%), dan kelelahan
berat yaitu 2 orang (10,5%), sedangkan untuk pekerja dengan status gizi/IMT
kelebihan berat badan kategori kelelahan ringan yaitu 1 orang (8,3%), kategori
kelelahan menengah yaitu 6 orang ( 50%), dan kategori kelelahan berat yaitu 5
orang (41,7%).
Pada hasil uji chi square antara status gizi/IMT dengan kejadian kelelahan
dapat diketahui nilai p = 0,046 dimana p < 0,05, artinya ada hubungan antara
status gizi/IMT dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki
(44)
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kelelahan Kerja
Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan
visual), kelelahan fisik umum, kelelahan saraf, kelelahan oleh lingkungan yang
monoton dan kelelahan oleh lingkungan kronis terus menerus sebagai faktor
secara menetap. Pendapat lain mengatakan bahwa kelelahan adalah suatu
mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut
sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan kerja merupakan fenomena
yang sering dialami oleh tenaga kerja namun hal ini tidak bisa diabaikan karena
berkaitan dengan perlindungan kesehatan tenaga kerja. Bahkan dari hasil
penelitian disebutkan bahwa dari 80% human error, 50% nya disebabkan oleh
kelelahan kerja (Tarwaka, 2004).
Kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja.
Kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan atau kegiatan, sehingga meningkatkan kesalahan dalam melakukan
pekerjaan dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja. Kelelahan dapat
menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah,
motivasi menurun, memperlambat waktu reaksi, dan kesulitan dalam mengambil
keputusan yang menyebabkan menurunnya kinerja dan menambahnya tingkat
kesalahan kerja. Sehingga dengan meningkatnya kesalahan kerja akan
(45)
Pengukuran kelelahan pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner
menurut skala Industrial Fatigue Research Committe yaitu menggunakan 30 item
pertanyaan. Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut terbagi menjadi 4 kategori
besar yaitu sangat sering (SS) dengan diberi nilai 4, sering (S) dengan diberi nilai
3, kadang-kadang (K) dengan diberi nilai 2, dan tidak pernah (TP) dengan diberi
nilai 1. Hasilnya akan menunjukkan bahwa semakin besar nilai total yang didapat
maka semakin tinggi tingkat kelelahan yang dialami pekerja.
Hasil penelitian kelelahan pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
menunjukkan bahwa dari 31 pekerja yang diteliti seluruhnya masuk kedalam
kategori kelelahan yang meliputi kategori kelelahan ringan sebanyak 9 orang
(29%), kategori kelelahan menengah sebanyak 15 orang (48,4 %), kategori
kelelahan berat sebanyak 7 orang (22,6%).
Kelelahan ringan merupakan tingkat kelelahan yang terjadi dengan
frekuensi gejala 1-2 hari terasa dalam seminggu dengan skor nilai berdasarkan
skala IFRC sebesar 31-60. Kelelahan menengah merupakan tingkat kelelahan
dengan frekuensi gejala kelelahan 3-4 hari terasa dalam seminggu dengan skor
nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 61-90. Kelelahan berat merupakan tingkat
kelelahan dengan frekuensi gejala kelelahan hampir setiap hari terasa dalam
seminggu dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 91-120.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat rata-rata nilai pada
pelemahan kegiatan yaitu sebesar 31,8, pelemahan motivasi sebesar 24,3 , dan
(46)
terjadi pada gejala kelelahan frekuensi menguap, mengantuk, mata terasa berat
(ingin dipejamkan), dan merasa ingin berbaring.
Timbulnya kondisi lelah pada diri pekerja merupakan hasil dari adanya
berbagai penyebab kelelahan baik yang berasal dari pekerja ataupun lingkungan
pekerja. Oleh sebab itu, untuk menghindari adanya kelelahan, diperlukan upaya
untuk menghilangkan atau mengurangi penyebab-penyabab kelelahan yairu
dengan cara memberikan pelatihan/informasi secara lebih mendalam mengenai
kelelahan, penyebab-penyebab, dampak dan cara menanggulangi kelelahan akibat
kerja untuk pekerja.
5.2 Hubungan umur dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kelelahan adalah
umur. Umur terendah pekerja yang menjadi responden adalah 23 tahun,
sedangkan untuk umur tertinggi responden adalah 67 tahun. Berdasarkan hasil
pengukuran didapat bahwa umur pekerja pada usia ≤ 36 tahun dalam kategori
kelelahan ringan yaitu 2 orang ( 11,1%), kelelahan menengah yaitu 11 orang
(61,1%), dan kelelahan berat yaitu 5 orang ( 27,8%). Sedangkan untuk umur > 36
tahun dalam kategori kelelahan ringan yaitu 7 orang (53,8%), kategori kelelahan
menengah yaitu 4 orang ( 30,8%), dan kategori kelelahan berat yaitu 2 orang
(15,4%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square dengan pilihan exact
didapatkan Pvalue sebesar 0,048 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna
(47)
pnenelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2010) mengenai hubungan beban
kerja, status gizi dan usia dengan tingkat kelelahan pekerja operator bagian
dyeing, dengan responden yang berusia sebagian besar lebih dari 30 tahun juga
menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian kelelahan
pekerja.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, pekerja yang berumur ≤ 36 tahun lebih cenderung memiliki beban kerja yang banyak dan cenderung lebih
berat. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irma
(2004) yang mengatakan kejadian kelelahan pada pekerja yang lebih muda dapat
disebabkan oleh lama kerja yang tidak memenuhi syarat (8 jam perhari), dengan
beban yang cukup berat. Selain itu, kondisi kesehatan pekerja juga mempengaruhi
seseorang dalam mengalami kelelahan. Tidak jelasnya deskripsi tugas yang harus
dikerjakan seringkali membuat para karyawan mengerjakan sesuatu pekerjaan
yang seharusnya tidak dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau dilihat dari sisi
keahlian maupun posisi pekerjaan (Fajar dan Sanggra Baginda, 2000).
5.3 Hubungan jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dengan pilihan exact didapatkan
nilai Pvalue sebesar 0,698 artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan Faiz (2014) dengan hasil uji statistik chi
(48)
(kelelahan) dengan variabel independen (jenis kelamin) dengan Pvalue sebesar
0,883.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Amelia (2013) yang
menyatakan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan
kerja. Menurut Suma’mur yang dikutip oleh Amelia (2013) menyatakan
penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara umum wanita
hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot
laki-laki. Tenaga kerja wanita juga mengalami siklus biologis (menstruasi) setiap
bulan sehingga mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini
menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan lebih besar daripada tingkat
kelelahan pria (Suma’mur, 2009). Menurut Kroemer dan Grandjean dalam
Tarwaka (2004) bahwa masalah pada pekerja wanita dapat disebabkan oleh
periode hormonal fungsi tubuh serta adanya pekerjaan rumah tangga sehingga
gangguan menstruasi, gangguan tidur dan kelelahan sering terjadi.
Hasil observasi peneliti dilapangan, walaupun tidak memiliki beban kerja
yang berat, namun pekerja perempuan yang bekerja memiliki pekerjaan yang
cenderung monoton sehingga dapat menimbulkan kejadian kelelahan kerja.
Menurut Grandjean dalam Ambar (2006) yang menyatakan faktor penyebab
kelelahan kerja berkaitan dengan sifat pekerjaan yang monoton (kurang
bervariasi), intensitas lamanya pembeban fisik dan mental. Hal ini juga sejalan
dengan Tarwaka (2004) yang menyatakan kelelahan umum biasanya ditandai
(49)
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah, sebab-sebab mental, status
kesehatan dan keadaan gizi.
5.4 Hubungan status perkawinan dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Berdasarkan hasil pengukuran, didapat hasil Pvalue sebesar 0,451 dari uji
Chi Square dengan pilihan exact yang artinya tidak ada hubungan antara status
perkawinan dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
karena p > 0,05. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Amelia (2013) yang
mendapatkan Pvalue berdasarkan uji statistik dengan uji Chi Square sebesar 0,387
yang artinya tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan kejadian
kelelahan pada pekerja.
Pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja yaitu 61,2 %
memiliki status perkawinan sudah menikah. Namun berdsarkan hasil analisis
bivariat dengan chi square tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna
antara status perkawinan dengan kelelahan pada pekerja. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maulidi (2009), dimana didapatkan
Pvalue sebesar 0,045 yang berarti terdapat hubungan antara status perkawinan
dengan kelelahan.
Menurut Puspita (2009) seseorang yang sudah menikah akan mengalami
kelelahan yang penyebabnya adalah waktu setelah bekerja digunakan untuk
melayani anak dan istrinya, bukan untuk istirahat. Pekerja wanita cenderung
(50)
istri lebih memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluarga, seperti
mengurus anak serta melakukan pekerjaan rumah seperti memasak dan menyapu.
Perbedaan hasil temuan ini bisa terjadi dikarenakan data yang kurang
bervariasi. Data yang tidak bervariasi ini yang mungkin dapat menyebabkan tidak
terlihat adanya hubungan antara status kawin dengan kelelahan pada pekerja
Kilang Padi CV. Rezeki Jaya.
5.5 Hubungan masa kerja dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Masa kerja erat kaitannya dengan kemampuan beradaptasi antara seorang
pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya. Proses adaptasi dapat
memberikan efek positif yaitu dapat menurunkan ketegangan dan peningkatan
aktivitas atau performasi kerja, sedangkan efek negatifnya adalah batas ketahanan
tubuh yang berlebihan akibat tekanan yang didapatkan pada proses kerja. Hal
tersebut yang menjadi sebab timbulnya kelelahan yang membawa pada penurunan
fungsi psikologi dan fisiologi. Tekanan melalui fisik pada suatu waktu tertentu
akan mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan dapat
berupa makin rendahnya gerakan, hal tersebut tidak hanya disebabkan karena
beban kerja yang berat namun lebih pada tekanan-tekanan yang terakumulasi
setiap harinya pada suatu masa yang panjang (Januar, 2014).
Dari hasil analisis statistik menggunakan uji Chi Square dengan pilihan
exact didapatkan Pvalue sebesar 0,048 yang menunjukkan hasil bahwa ada
hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja
(51)
masa kerja ≤ 6 tahun mengalami kelelahan dengan kategori menengah dan berat lebih banyak daripada pekerja dengan masa > 6 tahun. Hal ini dapat dikarenakan
pekerja yang memiliki masa kerja yang lebih lama cenderung sudah memiliki
pengalaman dan mengetahui cara-cara yang efektif dalam bekerja dilingkungan
kerja. Hal sama dalam pernyataan Sutjana dalam penelitian yang dilakukan
Monica (2010) yang menyatakan bahwa masa kerja berhubungan dengan tingkat
pengalaman seseorang dalam suatu pekerjaan. Dimana hal tersebut akan
mempengaruhi kejadian kelelahan seseorang, semakin berpengalaman orang
tersebut dalam pekerjaannya, efisiensinya dalam bekerja juga meningkat. Orang
tersebut akan dapat mengatur besarnya tenaga yang dikeluarkan. Selain itu,
pekerja telah mengetahui posisi kerja yang terbaik atau nyaman untuk dirinya,
sehingga produktivitasnya juga terjaga. Suma’mur (2009) menyatakan bahwa tingkat keterampilan dan kemampuan tenaga kerja yang tinggi. Masa kerja juga
dapat mempengaruhi kelelahan kerja karena semakin lama masa kerja, tenaga
kerja semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah
terbiasa dengan pekerjaannya.
5.6 Hubungan status gizi/IMT dengan kejadian kelelahan pada pekerja
Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.11, hasil analisa statistik dengan uji Chi Square
didapatkan nilai Pvalue 0,046 yang artinya terdapat hubungan antara status gizi
(52)
Berdasarkan hasil pengukuran, didapat hasil Pvalue sebesar 0,046 dari uji
Chi Square dengan pilihan exact yang artinya ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Fandrik (2009) dengan uji Chi Square
menyimpulkan bahwa adanya hubungan status gizi dengan kelelahan kerja.
Dari penelitian ini diketahui bahwa pekerja yang memiliki status gizi/IMT
lebih mengalami kejadian kelelahan kategori berat yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pekerja yang memiliki status gizi/IMT normal. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang di lakukan Russeng (2009) dalam Syahlefi (2014)
yang mengatakan bahwa penggunaan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan kategori
praobes/beresiko akan mempengaruhi oksigenasi kejaringan tubuh, termasuk
jaringan otak. Hal ini disebabkan karena banyaknya lemak yang berada
diperitonium akan mempengaruhi kemampuan penggunaan oksigen oleh tubuh
sehingga gejala-gejala kelelahan seperti menguap dan mengantuk sangat mudah
dialami oleh pekerja yang memiliki BMI praobes atau beresiko. Menurut Budiono
(2003) seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Pada
keadaan gizi yang buruk dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan
menurunkan efisiensi serta ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit
(53)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 31 pekerja Kilang
Padi CV. Rezeki Jaya Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun Tahun
2016 disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat 18 orang (58,1%) yang berumur ≤ 36 tahun, dan 13 orang (41,9%) yang berumur > 36 tahun.
2. Terdapat 20 orang (64%) yang berjenis kelamin laki-laki, dan 11 orang
( 35,5%) yang berjenis kelamin perempuan.
3. Terdapat 19 orang (61,3%) yang berstatus sudah menikah, dan 12 orang
(38,7%) yang berstatus belum menikah.
4. Terdapat 18 orang (58,1%) yang memiliki masa kerja ≤ 6 tahun, dan 13 orang (41,9%) yang memiliki masa kerja > 6 tahun.
5. Terdapat 19 orang (61,3%) yang berstatus gizi/IMT normal, dan 12 orang
(38,7%) yang berstatus gizi/IMT kelebihan berat badan.
6. Terdapat 9 orang (29%) dengan kategori kelelahan ringan, 15 orang
(48,4%) dengan kategori kelelahan menengah, dan 7 orang (22,6%)
dengan kategori kelelahan berat.
7. Adanya hubungan yang bermakna antara faktor umur, masa kerja, dan
(54)
8. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan status
perkawinan dengan kejadian kelelahan pada pekerja.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diajukan saran sebagi berikut:
1. Semua pekerja harus bekerja sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang telah
ditentukan sebelumnya.
2. Pekerja yang baru bekerja sebaiknya diberikan pelatihan/informasi
mengenai pekerjaan yang akan dikerjakan.
3. Apabila perasaan mengantuk datang dan tidak tertahankan sebaiknya
pekerja beristirahat 30 menit, tindakan ini dapat menyegarkan kembali
tubuh dan meningkatkan kadar oksigen dalam darah sehingga perasaan
mengantuk dan kelelahan berkurang.
4. Pekerja yang memiliki status gizi/IMT kelebihan berat badan sebaiknya
(55)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggilingan Padi
Menurut Suprayono dan Setyono yang dikutip oleh Sijabat (2007)
penggilingan padi adalah salah satu proses mekanik memisahkan sekam dari
gabah dan memisahkan lapisan kulit air beras dari beras pecah kulit untuk
memperoleh beras giling. Kehilangan hasil di pabrik penggilingan tergantung
pada penanganan gabah dari sejak dipanen sampai pengeringan (mutu gabah dan
kadar air gabah), kondisi lingkungan (lahan kering/pasang surut), dan sistem
sanitasi penggilingan padi.
Menurut Sijabat (2007) berdasarkan kapasitas dan proses kerjanya maka
penggilingan dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Penggilingan Padi Besar (PPB) adalah penggilingan padi yang mempunyai
unit yang lengkap, terdiri dari mesin perontok, pembersih gabah,
pembersih kulit, padi separator, pemutih (polisher), grader (pemilih)
elevator dan lainnya. Kapasitas produksi riil lebih besar dari 1,5 ton beras /
jam.
2. Penggilingan Padi Kecil adalah penggilingan padi yang terdiri dari dua
unit mesin yang dipasang terpisah yaitu pemecah kulit (husker) dan
pemutih (polisher). Kapasitas produksi riil antara 0,3 – 1,5 ton beras/ jam. Pada umumnya pemindahan beras dari husker ke polisher dilakukan oleh
(56)
Menurut Hardjosentono (2000) ada beberapa model dan tipe mesin penggiling padi. Besarnya kapasitas penggunaan sangat bervariasi; ada yang kecil, sedang, dan besar. Dalam penggilingan padi terdapat alat-alat yang digunakan dalam penggilingan padi, alat-alat itu adalah sebagai berikut:
a. Pocket elevator.
Alat ini untuk mengangkut gabah ke atas dan memasukkannya ke mesin pengupas penyosoh, atau alat lain. Elevator dilengkapi alat seperti mangkok sehingga dapat menghemat tenaga manusia untuk mengangkut gabah ke atas. b. Saringan atau ayakan bergetar/bergoyang.
Ayakan untuk memisahkan kotoran dan benda asing, seperti kayu dan paku agar tidak ikut masuk ke mesin pengupas sehingga kerusakan mesin pengupas dapat dihindari.
c. Mesin pengupas
Dulu, mesin pengupas gabah menggunakan batu pengupas berbentuk meja bulat, tetapi sekarang jarang digunakan. Sekarang ini banyak digunakan rubber roll. Rubber roll ini terdiri atas dua buah roll karet yang perputarannya berlawanan arah. Jarak kedua roll tersebut dapat diatur sehingga beras tidak mudah retak.
d. Mesin penyosoh
Untuk mendapatkan beras dengan derajat sosoh seperti yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengatur berat beban pada bandul penyosoh beras. Untuk mendapatkan beras yang bermutu baik dengan derajat sosoh 90-100%, biasanya dilakukan penyosohan secara bertahap dengan menggunakan dua buah mesin penyosoh.
e. Mesin pemoles
Mesin pemoles digunakan untuk membersihkan bekatul yang masih menempel pada butir-butir beras sehingga diperoleh butir beras yang bersih, putih dan mengkilat. Mesin pemoles ini dilengkapi alat berupa sikat halus.
f. Mesin grader
(57)
2.2 Defenisi Kelelahan
Kelelahan adalah suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan
sehari-hari. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk
melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan satu-satunya gejala ( Budiono,
2003).
Menurut Occupational Safety and Health (2003) kelelahan merupakan
penurunan sementara atau ketidakmampuan, kurangnya keinginan dalam
menanggapi suatu kondisi atau situasi dikarenakan aktivitas mental atau fisik yang
berlebih. Kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh mengalami kehabisan
energi karena perpanjangan kerja yang dilakukan. Kelelahan sering muncul pada
jenis pekerjaan yang dilakukan secara berulang – ulang atau monoton (Nurmianto, 2004).
Menurut Suma’mur (2009) kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat
kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh 2 sistem antagonis yaitu
sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivitas) tetapi semuanya
bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan
menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya
berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk
bekerja. Kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk
melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah dan
akan kembali pulih apabila melakukan istirahat (Tarwaka, 2014).
(58)
1. Berdasarkan proses dalam otot
Kelelahan dapat dibagi dua berdasarakan proses dalam otot yaitu kelelahan
otot dan kelelahan umum (Budiono, 2003) :
a. Kelelahan otot
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadi tekanan
melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologis,
yang ditunjukkan tidak hanya dengan berkurangnya tekanan fisik tetapi
juga makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat
menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti :
melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan
meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja sehingga dapat
mempengaruhi produktivitas kerjanya.
Sampai saat ini berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori
kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara
umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat
berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme
sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot. Sedangkan teori saraf pusat
menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses.
Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan
saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.
Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam
mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel
(59)
menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas
perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat
gerakan seorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang
(Tarwaka, 2004).
b. Kelelahan umum
Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang
luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan biasanya akan
menimbulkan rasa kantuk. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan
berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena
monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah,
sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004).
2. Berdasarkan penyebab kelelahan
Berdasarkan penyebab, dibedakan atas kelelahan fisiologis yaitu
kelelahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara
lain : kebisingan, suhu dan kelelahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor
psikologis (konflik-konflik mental), monotoni pekerjaan, bekerja karena
terpaksa, pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk (Ambar, 2006)
2.4 Gejala Kelelahan
Kelelahan memang mudah untuk dihilangkan, dengan istirahat yang cukup
perasaan lelah akan segera hilang. Namun, kelelahan yang terjadi secara terus
menerus akan berakibat pada kelelahan yang bersifat kronis (Suma’mur, 2009). Oleh sebab itu baik tenaga kerja ataupun pengusaha perlu mengetahui kejadian
(60)
kelelahan yang dapat dikenali dengan melihat gejala kelelahan. Adapun gejala
kelelahan menurut Suma’mur (2009) adalah sebagai berikut :
1. Perasaan berat dikepala 17. Tidak dapat berkonsentrasi
2. Menjadi lelah seluruh badan 18. Tidak mempunyai perhatian
3. Kaki merasa berat terhadap sesuatu
4. Menguap 19. Cenderung untuk lupa
5. Pikiran terasa kacau 20. Kurang kepercayaan
6. Menjadi mengantuk 21. Cemas terhadap sesuatu
7. Merasakan beban pada mata 22. Tidak dapat mengontrol sikap
8. Kaku dan canggung dalam gerakan 23.Tidak dapat tekun bekerja
9. Tidak seimbang ketika berdiri 24. Sakit kepala
10.Ingin berbaring 25. Bahu terasa kaku
11.Susah dalam berfikir 26. Punggung terasa nyeri
12.Lelah berbicara 27. Pernafasan terasa tertekan
13.Menjadi gugup 28. Haus
14. Suara serak 29. Spasme dari kelopak mata
15. Merasa pening 30. Tremor pada anggota badan
16. Merasa kurang sehat
Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan melemahnya kegiatan,
11- 12 menunjukkan menunjukkan melemahnya motivasi, dan 20 – 30 gambaran kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melemahkan.
(61)
Kelelahan dapat terjadi lebih cepat atau lebih berat dari semestinya.
Kejadian seperti ini muncul karena pekerja bekerja pada peralatan atau tugas yang
tuntutan bebannya hanya bertumpu pada satu bagian (otot) tubuh saja yang
berlangsung secara terus menerus. Konsep kelelahan inilah yang disebut static
load. Oleh karena menguras tenaga secara berlebihan pada suatu kelompok otot
yang sama dan berlangsung dalam waktu yang panjang, static load ini pekerja
juga harus menggunakan tenaga (kekuatan kerja) yang tinggi dan posisi kerjanya
tidak nyaman (awkward posture) maka kelompok otot yang berhubungan dengan
aktivitas tersebut akan kelebihan beban (overloaded) dan aliran darah pada
kelompok otot menjadi berkurang dan situasi inilah yang menyebabkan cepatnya
kelelahan terjadi (Winarsunu, 2008).
Suma’mur (2013) menjelaskan keadaan perasaan lelah adalah reaksi
fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri), yang dipengaruhi oleh dua
sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibis) dan sistem penggerak
(aktivasi). Sistem penghambat bekerja terhadapa thalamus yang mampu
menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan
untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis
(formation reticularis) yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk
konversi ergotropis dari organ-organ dalam tubuh kearah kegiatan bekerja,
berkelahi, melarikan diri dan lain-lain. Maka berdasarkan konsep tersebut,
keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja antara dua
sistem antagonistis dimaksud. Apabila sistem penghambat berada pada posisi
(62)
Sebaliknya, jika sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka
seseorang berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk
bekerja.
Konsep ini dapat dipakai untuk menerangkan peristiwa-peristiwa yang
sebelumnya tidak dapat dijelaskan. Misalnya peristiwa seseorang yang lelah
tiba-tiba kelelahannya hilang oleh karena terjadi suatu peristiwa yang tidak diduga atau
terjadi tegangan emosi. Dalam hal itu, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan
dapat menghilangkan pengaruh sistem penghambat. Demikian pula pada peristiwa
monotoni, kelelahan terjadi oleh karena kuatnya hambatan dari sistem
penghambat, walaupun sesungguhnya beban kerja tidak seberapa untuk menjadi
penyebab timbulnya kelelahan.
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan
Teori tentang kelelahan menjelaskan bahwa kelelahan terjadi disebabkan
oleh faktor internal dan eksternal :
A. Faktor Internal :
1. Umur
Semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar tingkat kelelahan
yang dirasakan (Ihsan dan Salami, 2010). Pekerja yang berumur diatas 35
tahun memiliki kelemahan pada saat melakukan pekerjaan dengan
temperatur panas dibaningkan dengan pekerja yang lebih muda (Davis
(63)
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja
yang berumur > 25 tahun dan umur ≤ 25 tahun. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar
tingkat kelelahan yang dirasakan.
2. Riwayat Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi kelelahan, antara lain :
1. Penyakit Jantung
Ketika bekerja, jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung
dan kekuatan pemompaannya menjadi meningkat. Jika ada beban ekstra
yang dialami jantung misalnya membawa beban berat, dapat
mengakibatkan meningkatnya keperluan oksigen ke otot jantung.
Kekurangan suplai oksigen ke otot jantung menyebabkan dada sakit.
Kekurangan oksigen jika terus menerus , maka terjadi akumulasi yang
selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik diaman akan menghasilkan
asam laktat yang mempercepat kelelahan (Santoso, 2004).
2. Tekanan Darah Rendah
Penurunan kapasitas karena serangan jantung mungkin menyebabkan
tekanan darah menjadi amat rendah sedemikian rupa, sehingga
menyebabkan darh tidak cukup mengalir ke arteri koroner maupun
kebagian tubuh yang lain. Dengan berkurangnya jumlah suplai darh
yang dipompa dari jantung, berakibat berkurang pula jumlah oksigen
sehingga terbentuklah asam laktat. Asam laktat merupakan indikasi
(64)
3. Keadaan Psikologis
Faktor psikologi memainkan peran besar, karena penyakit dan kelelahan
itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan,
akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja. Masalah psikologis
dan kesakitan-kesakitan lainnya amatlah mudah untuk mengidap suatu
bentuk kelelahan kronis dan sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya
dengan masalah kejiwaan.
4. Jenis Kelamin
Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara
umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik
atau kekuatan otot laki-laki. Tenaga kerja wanita mengalami siklus
biologis (menstruasi) setiap bulan sehingga mempengaruhi kondisi fisik
maupun psikisnya dan hal ini menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan
lebih besar daripada tingkat kelelahan pria (Suma’mur, 2009).
5. Status Perkawinan
Menurut Puspita (2009) seseorang yang sudah menikah dan memiliki
keluarga maka akan mengalami kelelahan akibat kerja dikarenakan waktu
setelah bekerja digunakan untuk melayani anak dan istrinya, bukan untuk
beristirahat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Mauludi (2009) yang
dilakukan pada 100 pekerja di proses produksi kantong semen pdb (paper
bag division) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, didapatkan P value
sebesar 0,045 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara status
(65)
6. Masa Kerja
Menurut Ranupandojo yang dikutip oleh Ambar (2006) masa kerja adalah
lama waktu yang telah ditempuh seseorang untuk dapat memahami tugas
tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. Masa kerja
memberikan dampak positif seperti menurunkan ketegangan, peningkatan
efektivitas dan perfomance kerja, namun semakin lama masa kerja
seseorang dapat juga membawa efek negatif berupa adanya batas
ketahanan tubuh terhadap proses kerja yang berakibat terhadap timbulnya
kelelahan. Menurut Occupational Safety and Health (2003) dampak dari
masa kerja lainnya adalah timbulnya keadaan melemahnya kinerja otot
yang ditunjukkan dengan semakin rendahnya / menurunnya gerakan.
7. Status Gizi/IMT
Menurut Suma’mur (2009) kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya
dengan tingkat gizi seseorang. tubuh memerlukan zat-zat dari makanan
untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat
makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan
dengan lebih beratnya pekerjaan.
Status gizi adalah ukuran ukuran keadaan tubuhn sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2009). Status
gizi seseorang dapat diketahui dari perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT).
Adapun cara perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
(66)
Tinggi Badan2 (m2)
Di Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang.
Standar yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Depkes RI) tahun 2004 yang dikutip Amelia (2013) seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Sangat Kurus < 17
Kurus 17-18,4
Normal 18,5-24,9
Kelebihan Berat Badan 25-26,9
Gemuk 27-28,9
Sangat Gemuk > 29
(Sumber : Amelia, 2013)
Menurut Kromer dan Grandjean yang dikutip oleh Amelia (2013)
keadaan gizi merupakan salah satu faktor individu yang menyebabkan
kelelahan pada pekerja. Seorang pekerja dengan keadaan gizi yang baik
akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu
juga sebaliknya (Budiono, 2003). Menurut Wiegand yang dikutip oleh
Amelia (2013) juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan status gizi
(67)
obesitas akan merasakan kelelahan yang lebih berat dibandingkan dengan
IMT non obesitas.
B. Faktor Eksternal
1. Kebisingan
Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan. Penelitian yang
dilakukan didalam dan diluar negeri menunjukkan bahwa pada frekuensi
300- 6000 Hz, pengurangan pendengaran tersebut disebabkan oleh
kebisingan.
2. Getaran
Getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian
dari getaran ini sampai ketubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat
yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Menambahnya tonus otot-otot oleh
karena getaran dibawah frekuensi 20 Hz menjadi sebab kelelahan,
sebaliknya frekuensi diatas 20 Hz menyebabkan pengenduran otot.
Getaran mekanis terdiri dari campuran aneka frekuensi bersifat
menegangkan dan melemaskan tonus otot secara serta merta berefek
melelahkan (Suma’mur, 2009).
3. Iklim kerja
Efesiansi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah nikmat
kerja, jadi tidak dingin dan kepanasan. Untuk ukuran suhu nikmat bagi
orang Indonesia adalah 24-26 oC. Suhu panas mengurangi kelincahan,
(1)
4.3 Hasil Uji Bivariat ... 38
4.3.1 Hubungan Umur Dengan Kejadian Kelelahan Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 38
4.3.2 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Kelelahan Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 39
4.3.3 Hubungan Status Perkawinan Dengan Kejadian Kelelahan Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 40
4.3.4 Hubungan Masa Kerja Dengan Kejadian Kelelahan Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 42
4.3.5 Hubungan Status Gizi/IMT Dengan Kejadian Kelelahan Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 43
BAB V PEMBAHASAN ... 44
5.1 Kelelahan Kerja ... 44
5.2 Hubungan Umur Dengan Kejadian Kelelahan Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 45
5.3 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Kelelahan Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 47
5.4 Hubungan Status Perkawinan Dengan Kejadian Kelelahan Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 48
5.5 Hubungan Masa Kerja Dengan Kejadian Kelelahan Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 49
5.6 Hubungan Status Gizi/IMT Dengan Kejadian Kelelahan Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 53
6.1 Kesimpulan ... 53
6.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55 DAFTAR LAMPIRAN
(2)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia ... 18
Tabel 2 Pengukuran Variabel Penelitian ... 31
Tabel 4.1 Distribusi Umur Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016... 35
Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
Tahun 2016 ... 36
Tabel 4.3 Distribusi Status Perkawinan Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
Tahun 2016 ... 36
Tabel 4.4 Distribusi Masa Kerja Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
Tahun 2016 ... 37
Tabel 4.5 Distribusi Status Gizi/IMT Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
Tahun 2016 ... 37
Tabel 4.6 Distribusi Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 38
Tabel 4.7 Hasil Uji Chi Square Umur Pekerja Dengan Kejadian Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016 ... 39
Tabel 4.8 Hasil Uji Chi Square Jenis Kelamin Pekerja Dengan Kejadian Kelelahan
(3)
Tabel 4.9 Hasil Uji Chi Square Status Perkawinan Pekerja Dengan Kejadian Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
Tahun 2016 ... 41
Tabel 4.10 Hasil Uji Chi Square Masa Kerja Pekerja Dengan Kejadian Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
Tahun 2016 ... 42
Tabel 4.11 Hasil Uji Chi Square Status Gizi/IMT Pekerja Dengan Kejadian Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
(4)
DAFTAR GAMBAR
(5)
DAFTAR ISTILAH
dkk : dan kawan kawan
CV : Commanditaire Vennootschap IMT : Indeks Massa Tubuh
PPB : Penggilingan Padi Besar Tbk : Terbuka
PT : Perseroan Terbatas Hz : Hertz
IFRC : Industrial Fatigue Research Committe BMI : Body Mass Index
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dolli Duanito Malau Tempat Lahir : Kisaran
Tanggal Lahir : 20 Maret 1993 Suku Bangsa : Batak
Agama : Kristen Protestan Nama Ayah : Marulak Malau Suku Bangsa Ayah : Batak
Nama Ibu : Ida Simatupang Suku Bangsa Ibu : Batak
Pendidikan Formal
1. SD/Tamat tahun : SD Negeri 010083 Kisaran/1999-2005 2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 1 Kisaran/2005-2008 3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 1 Kisaran/2008-2011 4. Lama studi di FKM USU : 2012 - 2016