Uji Diagnostik kriteria Amsel pada pasien Vaginosis Bakterial di RSUP. H. Adam Malik Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vaginosis Bakterial
2.1.1 Definisi
Vaginosis Bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian
Lactobacillus sp., penghasil hidrogen peroksidase (H 2 O 2 ), yang merupakan flora
normal pada vagina dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (seperti :
Bacteriodes sp., Mobiluncus sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma
hominis.1-6 Vaginosis bakterial merupakan penyebab utama timbulnya sekret
vagina yang berbau tidak sedap pada wanita usia reproduktif.3
Lactobacillus sp., merupakan mikroorganisme yang mendominasi pada
wanita dengan sekret vagina normal. Mikrorganisme tersebut berperan dalam
membantu pertahanan lingkungan vagina terhadap patogen dengan menjaga
keasaman pH vagina dan produksi hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) sebagai
antimokroba.4
Penyebab vaginosis bakterial bukan mikroorganisme tunggal. Pada suatu
analisis dari data flora vagina memperlihatkan bahwa ada 4 kategori dari bakteri
vagina yang berhubungan dengan vaginosis bakterial yaitu : Gardnerella
vaginalis, Bacteroides sp., Mobiluncus sp., Mycoplasma hominis.1,18 Vaginosis
bakterial ditandai oleh perubahan flora saluran genital, dominasi Lactobacillus,

digantikan oleh berbagai jenis organisme Gram positif maupun Gram negatif
seperti Gardnerella vaginalis, Mobiluncus sp., Bacteriodes sp., dan Mycoplasma
sp. Lactobacillus memproduksi H 2 O 2 yang mempertahankan pH vagina dalam
keadaan asam sehingga mencegah berkembangnya bakteri-bakteri lain, dengan

6
Universitas Sumatera Utara

terjadinya pergeseran dominasi flora di vagina. Perubahan mikrobiologis ini
menyebabkan perubahan biokimia berupa peningkatan pH vagina, produksi uap
amin dan peningkatan kadar endotoksin, enzim sialidase serta glikosidase bakteri
yang ditemukan pada cairan vagina.1,3
2.1.2 Sejarah
Sekitar 1 abad yang lalu, Doderlein menemukan basil nonmotil yang
merupakan flora normal vagina wanita. Kuman

tersebut dinamai Doderlein

bacillus, yang akhirnya dikenal sebagai Lactobacillus. Tahun 1819 Menge dan
Kronig mengisolasi mikroorganisme fakultatif serta obligata anaerob dari vagina.

Studi ini mengawali pendapat bahwa flora normal vagina terdiri dari beberapa
mikroorganisme dengan Lactobacillus sebagai flora normal yang dominan.2
Tahun 1913 Curtis mengungkapkan 3 hal penting bahwa sekret berasal
dari vagina bukan uterus, sekret vagina berwarna keputihan dan tidak mempunyai
Doderlein bacillus dominan dan terdapat bakteri anaerob di vagina, terutama
bakteri batang anaerob.2
Tahun 1950 Weaver melaporkan suatu hubungan antara tidak adanya
Lactobacillus, keberadaan spesies anaerob dan vaginitis non spesifik. Weaver
berkesimpulan tidak ada mikroorganisme tunggal yang menyebabkan gejala ini.2
Tahun 1955, Gardner dan Dukes menemukan hubungan G. vaginalis dan
vaginitis non spesifik, ini membuktikan G. vaginalis sebagai penyebab vaginosis
non spesifik. Namun karena mereka gagal menemukan hubungan bakteri anaerob
lain dan VB, selama lebih dari 25 tahun para tenaga kesehatan cenderung
mengabaikan

potensi

mikroorganisme

lain


selain

G.

vaginalis

dalam

menyebabkan VB.2

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Epidemiologi
VB merupakan infeksi vagina yang paling sering pada wanita aktif
melakukan hubungan seksual. Penyakit ini dialami pada 15% wanita yang
mendatangi klinik ginekologi, 10-25% wanita hamil dan 33-37% wanita yang
mendatangi klinik infeksi menular seksual.2
Prevalensi VB berkisar antara 10-30% pada populasi yang berbeda
diseluruh dunia. Di Indonesia, Krisnadi pada penelitiannya tahun 2000 di

Bandung mendapatkan prevalensi vaginosis bakterial sebesar 14,7%,10 Wedagama
dkk. tahun 2000 di Denpasar mendapatkan 27,27%.11 Pada penelitian Effendi
tahun 2004 di RSU dr. Pirngadi Medan dengan menggunakan kriteria Amsel
dijumpai prevalensi VB sebesar 25,7%, dan dengan menggunakan pewarnaan
Gram dengan skor Nugent dijumpai sebesar 28,7%.12 Sulistyowati dkk.
melakukan penelitian secara retrospektif berdasarkan catatan medik pasien VB
yang berobat di sub bagian IMS poliklinik kulit dan kelamin RSUD dr. Moewardi
Surakarta periode Januari-Desember 2011.13 Pada penelitian ini diketahui bahwa
jumlah VB sebanyak 56,25%, dengan distribusi pasien VB berdasarkan kelompok
umur terbanyak adalah 25-44 tahun sebanyak 43,75%, 15-24 tahun sebanyak
31,25%. Status pernikahan terbanyak adalah menikah sebanyak 81,25%, belum
menikah 12,5%, janda orang 5,25%. Faktor resiko terbanyak pasien VB adalah
douching vagina sebanyak 87,5%, 12,5% menggunakan Intra Uterine Device
(IUD). Keluhan utama terbanyak adalah keluarnya duh tubuh vagina yang disertai
dengan gatal sebanyak 12 orang (75%), terdapat juga keluhan perih pada 2 orang
(12,5%), dan tanpa keluhan pada 2 orang (12,5%). Keluhan utama terbanyak
adalah lebih dari 14 hari sebanyak 8 orang (50%). Duh tubuh vagina terbanyak

Universitas Sumatera Utara


adalah mukous sebanyak 14 orang (87,5%). Diagnosis penyerta terbanyak adalah
kandidiasis vulvovaginalis sebanyak 5 orang (31,25%).), 5 orang (31,25%) VB
dengan KVV, 1 orang (6,25%) dengan KA, dan 1 orang (6,25%) dengan servisitis
GO.13
2.1.4 Etiologi
Penyebab VB belum diketahui dengan pasti, namun secara epidemiologi
dihubungkan dengan aktifitas seksual.18,19 Ekosistem vagina normal sangat
kompleks. Lactobacillus merupakan spesies bakteri yang dominan pada vagina
wanita usia produktif, tetapi terdapat juga bakteri-bakteri lain yaitu bakteri aerob
dan anaerob.20
Pada saat terjadi VB, terdapat pertumbuhan berlebihan dari beberapa
spesies bakteri, dimana pada keadaan normal ada dalam konsentrasi rendah. Ada
beberapa bakteri vagina yang berhubungan dengan VB.1,2
Gardnerella vaginalis adalah bakteri batang Gram negatif, pleomorfik,
nonmotil dan tidak berkapsul, terdapat > 90% pada wanita vaginosis bakterial.
Gardnerella vaginalis dipercaya berinteraksi dengan bakteri anaerob dan
Mobiluncus hominis dan menyebabkan VB..2
Bakteri

anaerob,


Bacteroides

sp.

diisolasi

sebanyak

76%

dan

Peptostrepcoccus sebanyak 36% pada wanita dengan VB, pada wanita normal,
kedua tipe anaerob jarang ditemukan. Penemuan spesies anaerob ini dihubungkan
dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada cairan vagina.2
Mobiluncus sp., merupakan bakteri batang anaerob lengkung yang bersama
bakteri lain ditemukan pada VB.1-3 Mobiluncus hominis, merupakan agen etiologi
VB bersama-sama dengan Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob.


Universitas Sumatera Utara

Konsentrasinya meningkat pada wanita dengan VB 100-1000 kali daripada wanita
normal.21
2.1.5 Faktor Risiko
Vaginosis bakterial dapat terjadi pada seksual aktif, namun dapat juga
terjadi pada orang yang tidak seksual aktif.2,9 Studi kohort longitudinal
memberikan bukti bahwa yang mempunyai pasangan seksual baru maupun
mempunyai pasangan seksual banyak dan aktif menunjukkan peningkatan insiden
VB.2 Pada wanita yang frekuensi seksualnya meningkat, menunjukkan perubahan
pH pada lingkungan vagina selama dan setelah berhubungan seksual yang
menyebabkan perubahan flora normal vagina. Bakteri patogen mendominasi flora
vagina normal dengan menurunkan konsentrasi Lactobacillus yang menyebabkan
pertumbuhan bakteri anaerob.2,9
Pemasangan IUD dengan adanya manipulasi secara langsung terhadap
saluran maupun organ reproduksi mulai dari vagina, endometrium dan uterus dan
juga terdapatnya benda asing didalam uterus akan menyebabkan reaksi inflamasi
dan menggangu fisiologi organ reproduksi. Ketidakseimbangan hormon yang
terjadi dengan pemasangan alat, serta tehnik, cara dan lama pemasangan adalah
sangat berisiko dan dapat menggangu flora normal vagina.2,9

Studi kohort terbaru dari 182 wanita menunjukkan bahwa terjadinya VB
tidak hanya berhubungan dengan pasangan seksual dan penurunan Lactobacillus
penghasil H2O2, tetapi juga berhubungan dengan penggunaan douching pada
vagina. Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk menjaga
kebersihan wanita bisa menyebabkan terjadinya vaginosis bakterial. Douching
dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan vagina.2

Universitas Sumatera Utara

Merokok dikatakan berhubungan dengan terjadinya vaginosis bakterial.
Berdasarkan penelitian Moris dkk di London dan Swedia, merokok berhubungan
pada vaginosis bakterial. Namun hasil penelitian – penelitian ini sangat terbatas.
Pada penelitian ini, merokok kemungkinan menekan infeksi sistem imun, tetapi
dikatakan pada penelitian ini merokok merupakan kebiasaan yang tidak sehat.9
Di Amerika dan Inggris, kelompok ras hitam memiliki prevalensi yang
tinggi terhadap vaginosis bakterial. Kelompok ini dilaporkan juga memiliki angka
prevalensi tertinggi dibanding kelompok ras putih untuk penyakit seksual lainnya,
seperti gonore, dan infeksi klamidia.9
2.1.6 Patogenesis
Patogenesis terjadinya masih belum sepenuhnya diketahui.4 Kebanyakan

studi mempelajari patogenesis VB memfokuskan perhatian pada perubahan yang
terjadi pada ekosistem mikrobial vagina.2 Vaginosis bakterial dihasilkan dari
pergantian flora normal vagina, Lactobacillus dengan flora campuran yang terdiri
dari Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob dan Mobiluncus hominis.2,3,4
Lactobacillus

vagina

secara

invitro

menghambat

pertumbuhan

Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob Gram negatif menghasilkan H 2 O 2 yang
bersifat toksik dan melalui reaksi ion halide dengan peroksidase pada serviks yang
merupakan bagian dari sistem antibakteria H 2 O 2 -halide-peroxidase.2,3
Flora normal vagina yang didominasi oleh Lactobacillus memilik pH < 4,5

yang disebabkan produksi asam laktat, pada VB, pH > 4,5 akibat dominasi G.
vaginalis dan bakteri anaerob.22 Pada Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob
dapat terjadi simbiosis, dimana Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino
yang akan diubah oleh bakteri anaerob menjadi senyawa amin yang akan

Universitas Sumatera Utara

menaikkan pH yang merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan
Gardnerella vaginalis.23
Diperkirakan produksi amin oleh flora mikrobial melalui aktivitas
derkarboksilase, menghasilkan bau amis (fishy odor) saat cairan vagina dicampur
dengan KOH10% atau disebut whiff test, diduga karena volatisasi dari aromatik
amin, meliputi putrescine, cadaverin dan trimethylamine pada pH alkali.
Mobiluncus diketahui juga menghasilkan trimethylamine, belum diketahui
mikroba lain yang merupakan sumber amin.2,3 Cairan vagina wanita VB
mengalami peningkatan kadar endotoksin, sialidase dan glikosidase yang
menurunkan musin dan viskositas.2
Peningkatan respon hospes terhadap VB didokumentasikan sebagai
peningkatan kadar sitokin dan kemokin pada mukus serviks wanita VB dan
penurunan sekresi leucocyte protease inhibitor.3 Efek VB pada epitel vagina dan

pergantian sel epitel belum diketahui.24 Namun peningkatan konsentrasi bakteri
anaerob patogen dan VB dapat meningkatkan resiko infeksi saluran genital atas,
termasuk servisitis dan endrometritis.25,26
2.1.7 Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang umum terdapat pada VB adalah bau vagina yang
khas berupa bau amis seperti bau ikan. Hal ini disebabkan produksi senyawa amin
berupa trimethylamin, putresin dan cadaverin oleh bakteri anaerob. Senyawa
amin ini banyak menguap bila pH lingkungan meningkat, seperti saat
berhubungan seksual dan saat menstruasi. Duh tampak homogen, encer, bewarna
putih dan menempel pada dinding vagina atau sering kali tampak pada labia atau
fourchette. 1,2,19

Universitas Sumatera Utara

2.1.8 Diagnosis
Karena tidak terdapat etiologi tunggal pada VB, kriteria klinis-kriteria
Amsel digunakan untuk menegakkan diagnosis VB.1,2,5,6 Berdasarkan kriteria ini
dikatakan VB apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut : duh tampak homogen,
encer dan bewarna putih keabu-abuan, peningkatan pH vagina > 4,5, adanya fishy
odor dari cairan vagina yang ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukan adanya
clue cells pada pemeriksaan mikroskop.16
Identifikasi clue cells dapat dilakukan dengan menggunakan Nacl 0,9%
(sediaan basah). Pemeriksaan mikroskop pada sediaan basah kurang akurat
dibandingkan dengan pewarnaan Gram.4 Pada pewarnaan Gram semua sediaan
hapusan menunjukkan bakteri lain yang melekat pada sel epitel vagina.21 Dalam
mendiagnosis

vaginosis

bakterial

dengan

menggunakan

kriteria

Amsel,

menunjukkan lebih dari 20 % clue cells dari total populasi sel.6,8,15,16
Metode

lain

yang

digunakan

adalah

metode

diagnostik

secara

mikrobiologis, yaitu pemeriksaan pewarnaan Gram dengan melihat skor Nugent,
dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
dan digunakan sebagai baku emas diagnostik. Pewarnaan Gram adalah
pemeriksaan

laboratorium

yang

cepat

yang

berguna

untuk

melihat

polimorfonuklear dan flora mikrobial. Metode Nugent pada pewarnaan Gram
berguna untuk mendeteksi pergeseran flora normal vagina oleh mikroorganisme
lain. Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai sebagai metode standar untuk
diagnosis VB. Skoring berdasarkan tiga morfotipe, yaitu : bakteri batang Gram
positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif kecil atau variabel
(Gardnerella dan bakteri anaerob) dan bakteri batang bengkok Gram

Universitas Sumatera Utara

negatif/batang Gram variabel.2,5-7,15,17 Pemeriksaan ini berdasarkan pergeseran
morfotipe dari Lactobacillus yang dominan menjadi Gardnerella vaginalis dan
bakteri anerob serta Mobiluncus.26
Pulasan vagina pada pewarnaan Gram dilihat dibawah mikroskop dengan
pembesaran 100 kali. Skor yang diberikan adalah 0 sampai 10 berdasarkan
proporsi relatif dari morfologi bakteri, yaitu apakah bentuk batang Gram positif
besar, bentuk batang Gram negatif kecil dan variabel atau bentuk batang bengkok
Gram negatif/batang Gram variabel.8,15
Tabel 2.1 Sistem Penilaian Skor Nugent

Skor

Batang Gram
Positif Besar
(Lactobacillus)

0
1
2
3
4

4+
3+
2+
1+
0

Batang Gram Negatif
Kecil dan Variabel
(Gardnerella dan
Anaerob)
0
1+
2+
3+
4+

Batang Bengkok
Gram
Negatif/Batang
Gram Variabel
0
1+ atau 2+
3+ tau 4+

Bila 0 = tidak dijumpai morfologi ; 1+ = 90% pada wanita dengan VB. Saat ini dipercaya Gardnerella
vaginalis berinteraksi dengan bakteri anaerob dan Mycoplasma hominis
menyebabkan VB. Bakteri batang dan kokus anaerob pertama kali diisolasi dari
vagina pada tahun 1897 dan dianggap berhubungan dengan sekret vagina oleh
Curtis. Dari tahun 1947-1958 tiga studi menemukan hubungan bakteri batang
Gram negatif anaerob (yang dikenal sebagai grup Bacteroides melaninogenicus)
dan bakteri batang Gram negatif lain dengan vaginitis, dan penurunan Lactobacilli

Universitas Sumatera Utara

pada wanita yang mengalami sekret vagina abnormal. Tahun 1980 Spiegel
menganalisis cairan vagina dari 53 wanita dengan VB menggunakan kultur
kuantitatif anaerob dan gas liquid chromatography untuk mendeteksi metabolisme
asam organik rantai pendek dari flora vagina. Dapat diisolasi Bacteroides sp.
sebesar 76% dari wanita dengan VB.15 Spiegel menyimpulkan bahwa
mikroorganisme anaerob berinteraksi dengan Gardnerella vaginalis dalam
menyebabkan VB. Mobiluncus adalah bakteri batang Gram positif anaerob.
Mobiluncus selalu terjadi bersamaan dengan mikroorganisme lain yang
berhubungan dengan VB.15
Kultur dapat digunakan untuk mengetahui secara spesifik flora penyebab
VB.4 Kultur Gardnerella vaginalis tidak dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis, karena Gardnerella vaginalis dan mikroorganisme lain dapat juga
ditemukan pada hampir semua wanita dengan sekret vagina normal. Kultur
Gardnerella vaginalis yang positif tanpa ada gejala klinis tidak memerlukan
terapi.3 Kultur tidak digunakan pada pemeriksaan rutin VB.2,15
Pap smear tidak dapat digunakan untuk diagnosis VB karena sensitivitas
rendah.2,4,15 Tes diagnostik lain yang dapat digunakan adalah sistem deteksi yang
cepat (rapid test) seperti rapid card for detection pH amine, detection of proline
aminopeptidase pada cairan vagina, rapid colometric test for sialidae, BV Blue
test, dan pemeriksaan oligonucleotida probe berdasarkan konsentrasi G. vaginalis
yang tinggi.27
2.1.9 Diagnosis Banding
VB dapat didiagnosis banding dengan trikomoniasis dan kandidiasis. Pada
trikomoniasis pemeriksaan hapusan vagina hampir menyerupai hapusan vagina

Universitas Sumatera Utara

VB, namun Mobiluncus dan clue cells tidak pernah dijumpai. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan peningkatan sel polimorfonuklear dan dengan preparat
basah ditemukan protozoa. Whiff test dapat positif pada trikomoniasis.28
Pada kandidiasis pemeriksaan mikroskop sekret vagina ditambah KOH
10% berguna untuk mendeteksi hifa dan spora kandida. Keluhan yang sering
terjadi pada kandidiasis adalah gatal dan iritasi pada vagina. Sekret vagina
biasanya putih dan tebal, tanpa bau dan pH normal.28
2.1.10 Penatalaksanaan
Pengobatan direkomendasikan pada wanita dengan gejala VB. Tujuan
terapi pada wanita tidak hamil adalah untuk menghilangkan tanda dan gejala
infeksi vagina dan mengurangi kemungkinan mendapatkan C. trachomatis, N.
gonorrhoea, HIV dan penyakit IMS lainnya.29-33
Pengobatan VB yang direkomendasikan pada Sexual Transmitted Disease
Treatment Guideline 2010 oleh Centre for Disease Control and Prevention (CDC)
berupa metronidazol oral 2 x 500 mg selama 7 hari atau metronidazol gel 0,75% 1
aplikator penuh (5 gram), intra vagina sekali sehari selama 5 hari atau klindamisin
krim 2% 1 aplikator penuh (5 gram) saat mau tidur, selama 7 hari. Selain
metronidazol dapat juga diberikan terapi berupa klindamisin oral dengan dosis 2 x
300 mg selama 7 hari. Pengobatan alternatif yang dianjurkan berupa tinidazol oral
1 x 2 gram selama 2 hari, klindamisin ovules 100 mg intravagina saat mau tidur
selama 3 hari.2,29,30
Pria pasangan seksual wanita dengan VB tidak perlu diterapi. Beberapa
penelitian memperlihatkan tidak ada efek yang bermakna dari pengobatan
terhadap pria pasangan seksual dalam hal keluhan dan gejala klinis.29-36

Universitas Sumatera Utara

Pada masa kehamilan, pengobatan VB yang direkomendasikan pada
Sexual Transmitted Disease Treatment Guidelines 2010 oleh Centre for Disease
Control and Prevention (CDC) dapat diberikan metronidazol oral 2 x 500 mg
selama 7 hari, metronidazol 3 x 250 mg selama 7 hari, dan klindamisin oral 2 x
300 mg selama 7 hari. Keuntungan terapi VB pada wanita hamil adalah dapat
menurunkan gejala dan tanda-tanda infeksi pada vagina dan menurunkan risiko
infeksi komplikasi yang berhubungan VB pada wanita hamil.29
2.1.11 Komplikasi
Vaginosis bakterial paling banyak dihubungkan dengan komplikasi pada
obstetri dan ginekologi yaitu dalam kaitan kesehatan reproduksi.36,37 VB
merupakan faktor resiko gangguan pada kehamilan, resiko kelahiran prematur dan
berat badan lahir rendah.38 Selain itu VB juga merupakan faktor resiko
mempermudah mendapat penyakit infeksi menular seksual lain, yaitu gonore,
klamidia, trikomoniasis, herpes genital dan Human Imunodeficiency Virus
(HIV).33 VB meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV melalui mekanisme
diantaranya

karena

pH

vagina

yang

meningkat,

berkurangnya

jumlah

Lactobacillus sp. Penghasil H 2 0 2 dan produksi enzim oleh flora VB yang
menghambat imunitas terhadap HIV. 2,15,39
2.2 Kriteria Amsel
Adalah kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis vaginosis bakterial.
Berdasarkan kriteria ini dikatakan apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut :
adanya sekret vagina yang homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina, peningkatan pH vagina > 4,5, adanya fishy odor dari cairan vagina yang

Universitas Sumatera Utara

ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukannya adanya clue cells pada
pemeriksaan mikroskop.1,15
Penentuan pH vagina dalam kriteria Amsel adalah dengan menggunakan
kertas lakmus yang diletakkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas
dibandingkan dengan warna standar, dan pH vagina normal adalah 3,8 - 4,2. Pada
80-90% pasien vaginosis bakterial ditemukan pH vagina > 4,5.2,6,8,15
Whiff test pada kriteria Amsel dinyatakan positif bila bau amis atau bau
amin terdeteksi dengan penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina.
Bau muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil dari alkalisasi
bakteri anaerob. Whiff test positif menunjukkan vaginosis bakterial.2,6,8
Clue cells adalah sel epitel yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina
dalam jumlah banyak sehingga batas sel menjadi tidak jelas, memiliki ukuran
yang lebih besar dari sel epitel vagina normal, bentuk ireguler, inti lebih dari satu,
dan memiliki sitoplasma yang keruh. Dalam mendiagnosis vaginosis bakterial
dengan menggunakan kriteria Amsel, menunjukkan lebih dari 20 % clue cells
dari total populasi sel.6,8,12

2.3 Pewarnaan Gram
2.3.1 Definisi
Pewarnaan Gram pertama kali diuraikan dan dipublikasikan oleh seorang
ahli bakteriologi Denmark Hans Christian Gram pada tahun 1884.40 Pewarnaan
Gram bertujuan untuk mengetahui bakteri Gram positif atau bakteri Gram negatif
yang memiliki struktur yang berbeda terutama pada dinding selnya.Pewarnaan
Gram sangat penting dalam proses pengidentifikasian bakteri. Dengan mengetahui
jenis bakteri Gram negatif atau Gram positif.40,41

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Perbedaan Gram Positif dan Negatif Beserta Contohnya
Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif
adalah pada dinding selnya. Bila dalam suatu pewarnaan Gram ditemukan bakteri
berwarna ungu akibat pewarnaan karbol gentian violet maka bakteri tersebut
adalah Gram positif yang mempertahankan zat bewarna ungu. Dan bila ditemukan
bakteri bewarna merah akibat pewarnaan fuschin maka bakteri tersebut adalah
bakteri Gram negatif.40-42
2.3.3 Mekanisme Penyerapan Zat Warna oleh Gram Positif dan Gram
Negatif
Pada pewarnaan Gram ini, bakteri yang telah difiksasi dengan panas
sehingga membentuk pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu kristal
violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka pewarna ini disebut
pewarna primer (primary stain). Selanjutnya mordant (penajam). Setelah iodin
dicuci dengan baik, bakteri Gram positif maupun Gram negatif tampak berwarna
ungu. Selanjutnya noda spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan
decolorizing agent (senyawa peluntur warna) yang pada spesies bakteri tertentu
dapat menghilangkan warna ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen
diwarnai kembali dengan fuschin yang merupakan pewarna basa berwarna merah.
Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram positif, sedangkan
bakteri yang berwarna merah digolongkan ke dalam Gram negatif.40
Dunkelberg merupakan orang yang pertama mengusulkan pemeriksaan
hapusan vagina dengan menggunakan pewarnaan Gram untuk diagnosis VB.
Spiegel dkk kemudian mempublikasikan petunjuk klinis dari pewarnaan Gram.
Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai sebagai metode standar untuk

Universitas Sumatera Utara

diagnosis VB. Pemeriksaan pewarnaan Gram ini memiliki sensitivitas 89% dan
spesifisitas 83%.2,41
Baku emas diagnosis VB adalah pemeriksaan pewarnaan Gram dengan
melihat skor Nugent, dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi. Metode Nugent menilai berbagai morfologi flora vagina
pada sediaan hapus pewarnaan Gram, untuk mendeteksi pergeseran flora normal
vagina oleh mikroorganisme lain. Skoring berdasarkan tiga morfotipe, yaitu :
bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif
kecil atau bervariabel (Gardnerella dan bakteri batang anaerob) dan bakteri
batang bengkok Gram negatif/bakteri Gram variabel.2,5,16

Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Teori
Faktor risiko :
-Aktifitas seksual
-IUD
-Douching
-Merokok
-Ras

VAGINOSIS BAKTERIAL

Etiologi
gangguan
keseimbangan
mikroorganisme,
contohnya : bakteri batang
Gram
positif
besar
(Lactobacilus),
bakteri
batang Gram negatif kecil
dan variabel (Gardnerella
dan aneorob), bakteri
batang bengkok Gram
negatif/batang
Gram
variabel

Diagnosis

Kriteria Amsel
Sekret vagina
putih keabuabuan

Fishy odor
(whiff test (+))
pH vagina >4,5

Rapid test
Rapid card for
detection pH amine

Pewarnaan Gram

Skor Nugent ≥ 7

Rapid colometric test
for sialidase
BV Blue test

Clue cells >20%

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konsep

Kriteria Amsel
(tiga dari empat)

Pewarnaan Gram :
Skor Nugent ≥7

Sekret vagina putih
keabu-abuan

Fishy odor
(whiff test (+))
pH vagina >4,5

Diagnosis
Vaginosis Bakterial

Clue cells >20%

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara