ISLAM DAN POLITIK DI NUSANTARA
ISLAM DAN POLITIK DI NUSANTARA
Pendahuluan
Islam adalah kata yang mempunyai arti ‘selamat’. Diambil dari kata dasar ‘salaam’ dalam
bahasa Arab. Islam adalah agama terbesar penganutnya di bumi ini, dengan jumlah tak kurang
dari 2,1 miliar di tahun 2013 silam menurut data www.religiuspopulation. Bahkan dibandingkan
dengan penganut Kristen dan Protestan yang penganutnya sebanyak 2 miliar dari penduduk bumi
sekitar 7,022 miliar.
Secara geografis penganut Islam terbesar ada di benua Asia dan Afrika, hanya sebagian
kecil saja Negara-negara Eropa dan Amerika yang mempunyai populasi muslim yang besar,
diantaranya Turki,Spanyol, dan Canada.
Sebuah studi oleh Faith Matters (2011) di Inggris, diketahui bahwa dalam 10 tahun terakhir, dipe
rkirakan jumlah orang Inggris yang pindah dari agama lain (Kristen) menjadi pemeluk agama Isl
am adalah sebanyak 5.000 orang setiap tahun (http://insideIslam.wisc.edu).
Dari jumlah penduduk dunia (2013) adalah 7.021.836.029. Sebaran menurut agama adala
h: Islam 22.43%, Kristen Katolik 16.83%, Kristen Protestan 6.08%, Orthodok 4.03%, Anglikan
1.26%, Hindu 13.78%, Buddhist 7.13%, Sikh 0.36%, Jewish 0.21%, Baha’i 0.11%, Lainnya 11.1
7%, Non Agama 9.42%, dan Atheists 2.04% (www.30 days.net).
Penduduk dunia (2011) tumbuh 137% dalam satu dekade terakhir, di mana Kristen tumbu
h sebanyak hanya 46%, sebaliknya, Islam tumbuh sebanyak 5 kali lipatnya: 235%. (The Almana
c Book of Facts, 2011). Dikatakan, bila tren pertumbuhan ini terus berlangsung, diperkirakan pad
a tahun 2030, 1 dari 3 penduduk dunia adalah orang Islam. (www.muslimpopulation.com).
Dilihat per benua, menurut data UN (2012), sejak tahun 1989 sampai tahun 2012, perkem
bangan jumlah pemeluk agama Islam yang paling cepat terjadi di Australia dan Oceania/Pacific
257.01%; kemudian berturut-turut diikuti oleh Eropa 142.35%; Amerika 25%; Asia 12.57%; Afri
ka 2.15%; dan Amerika Latin 4.73% (www.30-days.net).
Menurut The Almanac Book of Facts (2011), dalam sepuluh tahun terakhir, penduduk du
nia bertambah sebanyak 137%. Di mana pemeluk agama Kristen bertambah sebanyak 46%. Seda
ngkan pemeluk agama Islam bertambah sebanyak 235% (www.geocities.com).
Perkembangan Islam yang sangat cepat ini disebabkan oleh dua faktor penting. Pertama,
dari tingkat kelahiran (fertility rate) yang tinggi di negara-negara dengan mayoritas penduduk M
uslim.
Kedua, dari orang-orang yang melakukan perpindahan (conversion) dari agama lain ke ag
ama Islam yang juga tinggi dengan berbagai alasan, terutama di Amerika, Eropa dan Australia da
lam 20 tahun terakhir (The Almanac Book of Facts, 2011).
Dalam sejarah perkembangan Islam dunia, banyak teori tentang penyebarannya. Ini
dikarenakan Islam adalah sebuah agama yang harus disebarkan sesuai dengan doktrin
keagamaannya. Yang bisa dilihat dan dibaca di dua tuntunan besar umat Islam yaitu Alquran dan
Hadits Nabi Muhammad Saw. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 25 :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.(An-Nahl :125)
Dan hadits Nabi Muhammad SAW :
“Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah yang paling banyak
berkeliling di muka bumi dengan bernasihat (berdakwah) kepada manusia (makhluk Allah)”.
(HR. Ath-Thahawi)
Islam Di Nusantara
Indonesia sebagai Negara dengan penganut Islam terbesar seluruh dunia, mempunyai sejarah
panjang dan teori-teori tentang bagaimana masuk dan berkembangnya agama terbesar ini di
wilayah yang dulu dikenal dengan nama Nusantara. Minimal ada 4 teori tentang darimana dan
bagaimana awalnya masuk Islam ke Nusantara, diantaranya :
1. Dari India, yang diwakili oleh Gujarat dan Malabar.
Pijnappel dari Belanda percaya teori inilah yang mendekati kebenaran tentang datang dan
berkembangnya Islam di tataran Nusantara.
Menurutnya ini dikarenakan muslim di Nusantara sebagian besar menganut mazhab
Syafi’I yang ditenggarai dibawa dari dua daerah di India tadi. Teori ini mendapat revisi
dari Prof. Christian Snouck Horgronje yang menyatakan saat Islam sudah merasa sebagai
komunitas yang kuat dipesisir India Selatan, sejumlah muslim dari Dhaka kemudian
banyak yang berprofesi sebagai perantara perdagangan antara Timur Tengah dan
Nusantara, maka dari sinilah Islam mulai berinteraksi dengan orang-orang di wilayah
Nusantara.
Dan kedatangan mereka diikuti orang-orang Arab, yang mengaku sebagai keturunan
Nabi Muhammad SAW, yang kemudian mempunyai gelar Sayyidusyarif.
2. Agama dan kebudayaan Islam Nusantara berasal dari Arab.
Diantara para ahli yang mendukung teori ini adalah Amold dan Naquib Al-Atas, Amold
menyebutkan Islam dibawa oleh bangsa Arab ketika mereka menguasai perdagangan
Timur dan Barat pada abad ke-7 dan ke-8.
Sedangkan Naquib Al-Atas menyebutkan tentang tidak adanya literatur-literatur yang
menyatakan karangan atau karya asli buatan orang India yang ada di wilayah Nusantara
ini. Maka Naquib menyimpulkan bahwa yang sebenarnya menghasilkan karya-karya
yang ada sehubungan dengan penyebaran Islam di Nusantara ini adalah orang Arab dan
Persia. Dengan begitu tumbuh kembangnya Islam di Nusantara dilakukan oleh orang dari
Arab dengan berbagai cara penyebarannya.
3. Teori yang menyebutkan Islam datang dari orang-orang Persia. Selain Naquib yang
secara tak langsung menyebutkan ini, ada juga Husein Jayadiningrat yang menyatakan
bukti bahwa ejaan hijaiyyah yang ada di sebagian kita menggunakan metode orang-orang
Persia. Diantaranya ‘jabar’ untuk fathah, je-er untuk kasroh, pe-es untuk dhomah.
Demikian dengan teori yang menyatakan Islam dan kebudayaan Islam berasal dari Persia,
negerinya para mullah. Selain itu ada Umar Amin Husein dengan asumsinyabahwa di
negeri Persia ada suku yang bernama Leran, yang menurutnya suku ini kemungkinan
datang dari Jawa, karena di Giri ada kampung yang bernama Leran.
4. Teori China.
Untuk teori ini H.J. De Graaf, Slamet Mulyana dan Denys Lombard menemukan bukti
yang mengarah kepada kedekatan kebudayaan dan bukti-bukti otentiknya. Hal pertama
yang diungkapkan adalah bahwa Islam yang ada di Nusantara ini bermazhab SunniSyafi’I, yang umum dianut oleh bangsa muslim yang berdiam di antara Jalur Sutera.
Ditambah lagi dengan adanya ekpedisi Mongol dalam rangka menghukum Raja
Kertanegara karena telah berani memotong kuping utusan dari kerajaan Mongol
sebelumnya. Banyak diantara prajurit Mongol yang sebagian Muslim tidak kembali ke
negerinya melainkan menetap diantara jalur pantura setelah dikalahkan Raden Wijaya,
dan berbaur dengan penduduk setempat. Meskipun ada yang menyatakan bahwa Islam
tidak datang dari China, tapi semua sepakat bahwa China merupakan pusat penyebaran
Islam di Asia Tenggara(termasuk Indonesia). Karena sebelum Islam ada, bangsa China
dan Arab sudah menjalin hubungan dagang jalur darat, yang dinamakan Jalur Sutera.
Asumsinya apabila Islam berkembang di Arab dengan pesat maka besar kemungkinan di
China pun seperti itu. Ditambah dengan adanya sebuah naskah kuno hasil sitaan Belanda
di klenteng Sam Po Kong yang berusia ratusan tahun. Hal penyitaan ini karena Belanda
merasa penasaran bahwa berita tentang Sultan Islam pertama di Jawa adalah orang
Tiongkoka, penggeledahan dilakukan di tahun 1928 M. Dan didapati dua pedati naskah
kuno yang menyatakan ini. Akan kita bahas seperlunya tentang nama-nama wali sangha
dalam nama Tiongkoka dalam paparan yang lain.
Begitulah diantara teori-teori yang ada. Terlepas dari itu semua, Nusantara adalah sebuah
negeri yang sekali lagi mempunyai sejarah panjang tentang perjalanan sebuah peradaban yang
disebut Islam. Bahkan banyak diantara para ahli yang memberikan analisa bahwa Nusantara
adalah salah satu peradaban tertua yang pernah ada di muka bumi ini.
Membahas tentang Islam Nusantara tidak mungkin tidak dibahas tentang Islam di negara
belahan benua Asia lainnya, karena tatkala berbicara tentang Islam di Nusantara maka berbicara
tentang Islam di Turki, Campa, bahkan sampai kepada Afrika Selatan.
Penulis sendiri ingin memberikan sedikit dukungan kepada teori tentang datang dan
berkembangnya Islam di Nusantara ini oleh orang-orang Tiongkok, karena penulis meyakini ada
banyak hal yang mengakibatkan teori ini terdukung fakta dan bukti. Baik itu tertulis maupun
tidak tertulis seperti budaya, pakaian, cara beribadah ataupun bentuk rumah dan mesjid yang ada
di Nusantara khususnya pulau Jawa dan sekitarnya. Ada satu cerita legenda yang yang sampai
kepada masyarakat Jawa tentang penyebaran Islam di Jawa ini.
Diwilayah Kamboja selatan, dulu terdapat Kerajaan kecil yang masuk dalam wilayah
kekuasaan Majapahit. Kerajaan Champa namanya. (Sekarang hanya menjadi perkampungan
Champa). Kerajaan ini berubah menjadi Kerajaan Islam semenjak Raja Champa memeluk agama
baru itu. Keputusan ini diambil setelah seorang ulama Islam datang dari Samarqand, Bukhara
(Sekarang didaerah Rusia Selatan). Ulama ini bernama Syeh Ibrahim As-Samarqand. Selain
berpindah agama, Raja Champa bahkan mengambil Syeh Ibrahim As-Samarqand sebagai
menantu.
Raja Champa memiliki dua orang putri. Yang sulung bernama Dewi Candrawulan dan
yang bungsu bernama Dewi Anarawati. Syeh Ibrahim As-Samarqand dinikahkan dengan Dewi
Candrawati. Dari hasil pernikahan ini, lahirlah dua orang putra, yang sulung bernama Sayyid
‘Ali Murtadlo, dan yang bungsu bernama Sayyid ‘Ali Rahmad. Karena berkebangsaan Champa
(Indo-china), Sayyid ‘Ali Rahmad juga dikenal dengan nama Bong Swie Hoo.
Kerajaan Champa dibawah kekuasaan Kerajaan Besar Majapahit yang berpusat di Jawa.
Pada waktu itu Majapahit diperintah oleh Raden Kertabhumi atau Prabhu Brawijaya semenjak
tahun 1453 Masehi. Beliau didampingi oleh adiknya Raden Purwawisesha sebagai Mahapatih.
Pada tahun 1466, Raden Purwawisesha mengundurkan diri dari jabatannya, dan sebagai
penggantinya diangkatlah Bhre Pandhansalas. Namun dua tahun kemudian, yaitu pada tahun
1468 Masehi, Bhre Pandhansalas juga mengundurkan diri.
Praktis semenjak tahun 1468 Masehi, Prabhu Brawijaya memerintah Majapahit tanpa
didampingi oleh seorang Mahapatih. Apakah gerangan dalam masa pemerintahan Prabhu
Brawijaya terjadi dua kali pengunduran diri dari seorang Mahapatih? Sebabnya tak lain dan tak
bukan karena Prabhu Brawijaya terlalu lunak dengan etnis China dan orang-orang muslim.
Diceritakan, begitu Prabhu Brawijaya naik tahta, Kekaisaran Tiongkok mengirimkan
seorang putri China yang sangat cantik sebagai persembahan kepada Prabhu Brawijaya untuk
dinikahi. Ini dimaksudkan sebagai tali penyambung kekerabatan dengan Kekaisaran Tiongkok.
Putri ini bernama Tan Eng Kian. Sangat cantik. Tiada bercacat. Karena kecantikannya, setelah
Prabhu Brawijaya menikahi putri ini, praktis beliau hampir-hampir melupakan istri-istrinya yang
lain. ( Prabhu Brawijaya banyak memiliki istri, dari berbagai istri beliau, lahirlah tokoh-tokoh
besar ).
Ketika putri Tan Eng Kian tengah hamil tua, rombongan dari Kerajaan Champa datang
menghadap. Raja Champa sendiri yang datang. Diiringi oleh para pembesar Kerajaan dan ikut
juga dalam rombongan, Dewi Anarawati. Raja Champa banyak membawa upeti sebagai tanda
takluk. Dan salah satu upeti yang sangat berharga adalah, Dewi Anarawati sendiri.
Melihat kecantikan putri berdarah indo-china ini, Prabhu Brawijaya terpikat. Dan begitu
Dewi Anarawati telah beliau peristri, Tan Eng Kian, putri China yang tengah hamil tua itu,
seakan-akan sudah tidak ada lagi di istana. Perhatian Prabhu Brawijaya kini beralih kepada Dewi
Anarawati.
Saking tergila-gilanya, manakala Dewi Anarawati meminta agar Tan Eng Kian
disingkirkan dari istana, Prabhu Brawijaya menurutinya. Tan Eng Kian diceraikan. Lantas putri
China yang malang ini diserahkan kepada Adipati Palembang Arya Damar untuk diperistri.
Adipati Arya Damar sesungguhnya juga peranakan China. Dia adalah putra selir Prabhu
Wikramawardhana, Raja Majapahit yang sudah wafat yang memerintah pada tahun 1389-1429
Masehi, dengan seorang putri China pula.
Nama China Adipati Arya Damar adalah Swan Liong. Menerima pemberian seorang
janda dari Raja adalah suatu kehormatan besar. Perlu dicatat, Swan Liong adalah China muslim.
Dia masuk Islam setelah berinteraksi dengan etnis China di Palembang, keturunan pengikut
Laksamana Cheng Ho yang sudah tinggal lebih dahulu di Palembang. Oleh karena itulah,
Palembang waktu itu adalah sebuah Kadipaten dibawah kekuasaan Majapahit yang bercorak
Islam.
Arya Damar menunggu kelahiran putra yang dikandung Tan Eng Kian sebelum ia
menikahinya. Begitu putri China ini selesai melahirkan, dinikahilah dia oleh Arya Damar.
Anak yang lahir dari rahim Tan Eng Kian, hasil dari pernikahannya dengan Prabhu Brawijaya,
adalah seorang anak lelaki. Diberi nama Tan Eng Hwat. Karena ayah tirinya muslim, dia juga
diberi nama Hassan. Kelak di Jawa, dia terkenal dengan nama Raden Patah.
Dari hasil perkawinan Arya Damar dengan Tan Eng Kian, lahirlah juga seorang putra.
Diberi nama Kin Shan. Nama muslimnya adalah Hussein. Kelak di Jawa, dia terkenal dengan
nama Adipati Pecattandha, atau Adipati Terung yang terkenal itu.
Kembali ke Jawa, Dewi Anarawati yang muslim itu telah berhasil merebut hati Prabhu
Brawijaya. Dia lantas menggulirkan rencana selanjutnya setelah berhasil menyingkirkan
pesaingnya, Tan Eng Kian. Dewi Anarawati meminta kepada Prabhu Brawijaya agar saudarasaudaranya yang muslim, yang banyak tinggal dipesisir utara Jawa, dibangunkan sebuah
Ashrama, sebuah Peshantian, sebuah Padepokan, seperti halnya Padepokan para Pandhita Shiva
dan para Wiku Buddha.
Mendengar permintaan istri tercintanya ini, Prabhu Brawijaya tak bisa menolak. Namun
yang menjadi masalah, siapakah yang akan mengisi jabatan sebagai seorang Guru layaknya
padepokan Shiva atau Mahawiku layaknya padepokan Buddha? Pucuk dicinta ulam tiba, Dewi
Anarawati segera mengusulkan, agar diperkenankan memanggil kakak iparnya, Syeh Ibrahim
As-Samarqand yang kini ada di Champa untuk tinggal sebagai Guru di Ashrama Islam yang
hendak dibangun. Dan lagi-lagi, Prabhu Brawijaya menyetujuinya.
Para Pembesar Majapahit, Para Pandhita Shiva dan Para Wiku Buddha, sudah melihat
gelagat yang tidak baik. Mereka dengan halus memperingatkan Prabhu Brawijaya, agar selalu
berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan penting.Tak kurang-kurang, Sabdo Palon dan
Nayagenggong, punakawan terdekat Prabhu Brawijaya juga sudah memperingatkan agar
momongan mereka ini berhati-hati, tidak gegabah. Namun, Prabhu Brawijaya, bagaikan orang
mabuk, tak satupun nasehat orang-orang terdekatnya beliau dengarkan.
Perekonomian Majapahit sudah hampir didominasi oleh etnis China semenjak putri Tan
Eng Kian di peristri oleh Prabhu Brawijaya, dan memang itulah misi dari Kekaisaran Tiongkok.
Kini, dengan masuknya Dewi Anarawati, orang-orang muslim-pun mendepat kesempatan besar.
Apalagi, pada waktu itu, banyak juga orang China yang muslim. Semua masukan bagi Prabhu
Brawijaya tersebut, tidak satupun yang diperhatikan secara sungguh-sungguh. Para Pejabat
daerah mengirimkan surat khusus kepada Sang Prabhu yang isinya mengeluhkan tingkah laku
para pendatang baru ini. Namun, tetap saja, ditanggapi acuh tak acuh.
Hingga pada suatu ketika, manakala ada acara rutin tahunan dimana para pejabat daerah
harus menghadap ke ibukota Majapahit sebagai tanda kesetiaan, Ki Ageng Kutu, Adipati
Wengker, mempersembahkan tarian khusus buat Sang Prabhu. Tarian ini masih baru. Belum
pernah ditampilkan dimanapun. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piranti tari bernama
Dhadhak Merak. Yaitu sebuah piranti tari yang berupa duplikat kepala harimau dengan banyak
hiasan bulu-bulu burung merak diatasnya. Dhadhak Merak ini dimainkan oleh satu orang
pemain, dengan diiringi oleh para prajurit yang bertingkah polah seperti banci. Sekarang
dimainkan oleh wanita tulen. Ditambah satu tokoh yang bernama Pujangganom dan satu orang
Jathilan. Sang Pujangganom tampak menari-nari acuh tak acuh, sedangkan Jathilan, melompatlompat seperti orang gila.
Sang Prabhu takjub melihat tarian baru ini. Manakala beliau menanyakan makna dari
suguhan tarian tersebut, Ki Ageng Kutu, Adipati dari Wengker yang terkenal berani itu, tanpa
sungkan-sungkan lagi menjelaskan, bahwa Dhadhak Merak adalah symbol dari Kerajaan
Majapahit sendiri. Kepala Harimau adalah symbol dari Sang Prabhu. Bulu-bulu merak yang
indah adalah symbol permaisuri sang Prabhu yang terkenal sangat cantik, yaitu Dewi Anarawati.
Pasukan banci adalah pasukan Majapahit. Pujangganom adalah simbol dari Pejabat teras, dan
Jathilan adalah simbol dari Pejabat daerah.
Arti sesungguhnya adalah, Kerajaan Majapahit, kini diperintah oleh seekor harimau yang
dikangkangi oleh burung Merak yang indah. Harimau itu tidak berdaya dibawah selangkangan
sang burung Merak. Para Prajurit Majapahit sekarang berubah menjadi penakut, melempem dan
banci, sangat memalukan. Para pejabat teras acuh tak acuh dan pejabat daerah dibuat
kebingungan menghadapi invasi halus, imperialisasi halus yang kini tengah terjadi. Dan terangterangan Ki Ageng Kutu memperingatkan agar Prabhu Brawijaya berhati-hati dengan orangorang Islam.
Kesenian sindiran ini kemudian hari dikenal dengan nama REOG PONOROGO.
Mendengar kelancangan Ki Ageng Kutu, Prabhu Brawijaya murka. Dan Ki Ageng Kutu,
bersama para pengikutnya segera meninggalkan Majapahit. Sesampainya di Wengker, beliau
memaklumatkan perang dengan Majapahit.
Prabhu Brawijaya mengutus putra selirnya, Raden Bathara Katong untuk memimpin
pasukan Majapahit, menggempur Kadipaten Wengker. Prabhu Brawijaya, menjanjikan daerah
‘perdikan’. Daerah perdikan adalah daerah otonom. Beliau menjanjikannya kepada Dewi
Anarawati. Kemudian Dewi Anarawati meminta daerah Ampeldhenta agar dijadikan daerah
otonom bagi orang-orang Islam. Dan disana, rencananya akan dibangun sebuah Ashrama besar,
pusat pendidikan bagi kaum muslim.
Begitu Prabhu Brawijaya menyetujui hal ini, maka Dewi Anarawati, atas nama Negara,
mengirim utusan ke Champa. Meminta kesediaan Syeh Ibrahim As-Samarqand untuk tinggal di
Majapahit dan menjadi Guru dari Padepokan yang hendak dibangun. Dan permintaan ini adalah
sebuah kabar keberhasilan luar biasa bagi Raja Champa. Misi peng-Islam-an Majapahit sudah
diambang mata. Maka berangkatlah Syeh Ibrahim As-Samarqand ke Jawa. Diiringi oleh kedua
putranya, Sayyid ‘Ali Murtadlo dan Sayyid ‘Ali Rahmad.
Sesampainya di Gresik, pelabuhan Internasional pada waktu itu, mereka disambut oleh
masyarakat muslim pesisir yang sudah ada disana sejak jaman Prabhu Hayam Wuruk berkuasa.
Masyarakat muslim ini mulai mendiami pesisir utara Jawa semenjak kedatangan Syeh Maulana
Malik Ibrahim, yang pada waktu itu memohon menghadap kehadapan Prabhu Hayam Wuruk
hanya untuk sekedar meminta beliau agar ‘pasrah’ memeluk Islam. Tentu saja, permintaan ini
ditolak oleh Sang Prabhu Hayam Wuruk pada waktu itu karena dianggap lancang. Namun, beliau
sama sekali tidak menjatuhkan hukuman. Beliau dengan hormat mempersilakan rombongan
Syeh Maulana Malik Ibrahim agar kembali pulang. Namun sayang, di Gresik, banyak para
pengikut Syeh Maulana Malik Ibrahim terkena wabah penyakit yang datang tiba-tiba. Banyak
yang meninggal. Salah satunya adalah santriwati Syeh Maulana Malik Ibrahim bernama Fatimah
binti Maimun. Syeh Maulana Malik Ibrahim sendiri akhirnya wafat juga di Gresik, dan lantas
dikenal oleh orang-orang Jawa muslim dengan nama Sunan Gresik. Syeh Maulana Malik
Ibrahim atau Sunan Gresik telah datang jauh-jauh hari sebelum ada yang dinamakan Dewan Wali
Sangha Sangha = Perkumpulan orang-orang suci. Sangha diambil dari bahasa Sansekerta.
Bandingkan dengan doktrin Buddhis mengenai Buddha, Dharma dan Sangha. Kata-kata Wali
Sangha lama-lama berubah menjadi Wali Songo yang artinya Wali Sembilan. (Damar
Shashangka).
Rombongan dari Champa ini sementara waktu beristirahat di Gresik sebelum meneruskan
perjalanan menuju ibukota Negara Majapahit. Sayang, setibanya di Gresik, Syeh Ibrahim AsSamarqand jatuh sakit dan meninggal dunia. Orang Jawa muslim mengenalnya dengan nama
Syeh Ibrahim Smorokondi. Makamnya masih ada di Gresik sekarang. Kabar meninggalnya Syeh
Ibrahim As-Samarqand sampai juga di istana. Dewi Anarawati bersedih. Lantas, kedua putra
Syeh Ibrahim As-Samarqand dipanggil menghadap. Atas usul Dewi Anarawati, Sayyid ‘Ali
Rahmad diangkat sebagai pengganti ayahnya sebagai Guru dari sebuah Padepokan Islam yang
hendak didirikan. Bahkan, Sayyid ‘Ali Rahmad dan Sayyid ‘Ali Murtadlo mendapat gelar
kebangsawanan Majapahit, yaitu Rahadyan atau Raden. Jadilah mereka dikenal dengan nama
Raden Rahmad dan Raden Murtolo Orang Jawa tidak bisa mengucapkan huruf ‘dlo’. Huruf ‘dlo’
berubah menjadi ‘lo’. Seperti Ridlo, jadi Rilo, Ramadlan jadi Ramelan, Riyadloh jadi Riyalat,
dan lain lain. Namun lama kelamaan, Raden Murtolo dikenal dengan nama Raden Santri,
makamnya juga ada di Gresik sekarang. Raden Rahmad, disokong pendanaan dari Majapahit,
membangun pusat pendidikan Islam pertama di Jawa. Para muslim pesisir datang membantu. Tak
berapa lama, berdirilah Padepokan Ampeldhenta. Istilah Padepokan lama-lama berubah menjadi
Pesantren untuk membedakannya dengan Ashrama pendidikan Agama Shiva dan Agama
Buddha. Lantas dikemudian hari, Raden Rahmad dikenal dengan nama Sunan Ampel.
Menurut Mulyana, orang yang mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah orang
Tiongkok, yakni Chen Jin wen atau yang lebih dikenal dengan RadenPatah alias Panembahan
Tan Jin Bun/Arya (Cu-Cu).Ia-lah pendiri kerajaan Demak di Jawa Tengah.
Walisangha dibentuk oleh Sunan Ampel pada tahun 1474. Mereka terdiri dari sembilan
orang wali;
Sunan Ampel alias Bong Swie Ho,
Sunan Drajat alias Bong Tak Keng,
Sunan Bonang alias Bong Tak Ang,
Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang,
Sunan Gunung Jati alias Du Anbo-Toh A Bo,
Sunan Kudus alias Zha Dexu-JaTik Su,
Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat, dan
Sunan Giri yang merupakan cucu dari Bong Swie Ho.
Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias Raden Rahmat lahir pada tahun 1401 di Champa
(Kamboja). Saat itu, banyak sekali orang Tiongkoka penganut agama Islam bermukim di sana. Ia
tiba di Jawa pada 1443.Tiga puluh enam tahun kemudian, yakni pada 1479, ia mendirikan Mesjid
Demak. Raden Santri, mengembara ke Bima, menyebarkan Islam disana, hingga ketika sudah
tua, ia kembali ke Jawa dan meninggal di Gresik.
Begitulah sedikit sejarah atau legenda tentang awal penyebaran Islam di pulau Jawa. Dari
situlah kita bisa mengambil satu analisa bahwa teori-teori yang empat itu ternyata saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Perkembangan Islam Modern Di Indonesia
Sejarah adalah tolak ukur manusia dalam melihat dan meramalkan bagaimana masa
depan yang akan dihadapi bangsa atau peradaban yang telah, sedang dan akan terus mewarnai
bumi ini. Begitu juga dengan Indonesia masa kini. Sebagai bangsa yang berlatar belakang
peradaban yang baik, Indonesia punya peluang mewarnai kembali sebagian yang telah direngkuh
pada zaman dahulu dengan peradaban yang baik dari Indonesia masa kini.
Banyak usaha dari orang-orang Indonesia muslim yang ingin mengembalikan kejayaan
Islam di Indonesia modern. Dari sebelum kemerdekaan yang terwakilkan dengan hadirnya
Syarikat Islam, yang diawali dengan berdirinya Syarikat Dagang Islam pada 11 November 1911
yang mengalami penyesuaian dengan wawasan dan kebutuhan akan makna perjuangan bangsa
Indonesia saat itu. Maupun di awal-awal kemerdekaan RI yaitu dengan adanya Piagam Jakarta
yang berisi mewajibkan bagi penganut Islam untuk melaksanakan syariat Islam. Sampai juga
kemudian kepada terbentuknya Negara Islam Indonesia pada waktu RI sedang dalam keadaan
vacuum setelah semua perangkat RI pindah ke Jogjakarta, karena menaati hasil perundingan
antara Belanda dan RI, dengan hasilnya antara lain wilayah RI hanya Jogjakarta.
Sejarah Islam Sebelum Kemerdekaan
Yang dimaksud sejarah Islam sebelum kemerdekaan disini adalah perkembangan Islam
yang akan saya bahas setelah tahun 1922. Karena saya meyakini, bahwa fase setelah Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928 adalah masa yang baru bagi perkembangan Islam di Indonesia.
Diakui atau tidak, semua kerajaan atau kesultanan di Indonesia dan seluruh dunia sejak
runtuhnya Kesultanan Rum berpusat kepada Kerajaan Utsmaniyah di Turki. Maka semenjak
Utsmaniyah runtuh, semua kerajaan atau kesultanan dibawahnya banyak yang bercerai berai.
Tanggal 16 Mei 1926 merupakan tanggal dimana Mehmed VI, khalifah ke-40 Turki Utsmani dan
khalifah Islam ke-100, meninggal dunia di pengasingannya di San Remo, Italia. Mehmed VI juga
merupakan Sultan Ottoman terakhir, kerajaan ini runtuh setelah 623 tahun berkuasa dari tahun
1299 hingga 1922 mencakup 3 benua dengan budaya, agama, dan bahasa yang berbeda.
Saya tidak akan membahas tentang penyebab keruntuhan Kerajaan Utsmaniyah, karena
sejarah adalah sejarah, setiap ada keruntuhan disisi lain, pasti akan didapati kebangkitan di lain
sisi. Begitu juga dalam hal ini, Utsmaniyah runtuh kebangkitan yang berbeda melanda sisi
Nusantara yang sekarang disebut dengan Indonesia.
Pada masa ini perkembangan Islam di Nusantara (Indonesia-red) dijalankan dengan cara
yang sangat hati-hati. Para ulama dan cendekiawan muslim mengetahui perkembangan yang ada
di dunia secara umum, bagaimana invasi negara-negara Eropa ke benua Amerika yang dikatakan
dunia baru, dengan cara yang tidak dibenarkan mengekplorasi penduduk asli dan pendatang yang
sudah menetap lebih dulu disana. Yang belakangan diketahui banyak muslim menetap sebelum
Cristopher
Columbus
datang
kesana.
(http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/15/05/14/nobhnu-ini-bukti-penemu-benua-amerika-bukan-columbus) dan juga di
(http://www.suara-islam.com/read/index/14244/Terungkap--Penemu-Benua-Amerika-adalahMuslim-bukan-Colombus), Yaitu dengan cara berorganisasi dalam skala kecil. Organisasi yang
pertama diketahui adalah Jamiat Khair (t.1905), puncaknya adalah ketika Muhammadiyah
(t.1912) dan Nahdhatul Ulama atau disingkat NU (t. 1926), membentuk badan yang dinamakan
Majlis Islam A’la Indonesia yang didirikan di Surabaya tahun 1937. Dimulailah pergumulan
sejarah Islam di Indonesia yang kemudian bersama-sama berjuang ingin mendirikan negara yang
berdaulat berdasarkan Islam dengan lahirnya Piagam Jakarta. Masa inilah yang disebut sebagai
masa sebelum Indonesia merdeka.
Masa Setelah Kemerdekaan Hingga Sekarang
Memasuki masa-masa sebelum proklamasi, Indonesia diwarnai berbagai kepentingan
bersejarah yang kemudian juga mewarnai perjalanan sejarah Indonesia secara umum. Muslim
yang mempunyai populasi 90% dari total penduduk Indonesia menginginkan berlakunya hukum
Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini ditandai dengan lahirnya Piagam Jakarta poin ke1 yang menyebutkan “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya” walaupun dikemudian hari dihapus dan diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
Tidak sampai disitu, muslim Indonesia masih berupaya untuk meneruskan perjuangannya
dalam menegakkan Islam dalam tataran negara dengan terbentuknya Darul Islam-Tentara Islam
Indonesia/DI-TII yang memproklamirkan diri pada tanggal 7 Agustus 1949 oleh Sekarmaji
Marijan Kartosuwiryo di Jawa Barat, dengan mendapatkan dukungan dari Amir Fatah di Jawa
Tengah, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, Ibnu Hajar di Kalimantan dan Teuku Daud Bereuh
di Aceh. Dengan dukungan ini dapat dikatakan bahwa ruh keislaman dari abad ke abad di
Nusantara ini tidak pernah lepas dari tujuan awalnya.
Ada satu poin penting yang perlu dicatat dalam perkembangan sejarah umat manusia
yang menamakan diri muslim yang ada di belahan Nusantara yang kemudian mengerucut
menjadi negara bernama Indonesia adalah budaya toleransi yang tidak didapati dibelahan dunia
manapun. Bahkan saat negeri asal agama samawi ini bertikai atas nama Islam dan non muslim,
Indonesia adalah negara pemeluk Islam terbesar yang mempunyai rasa toleransi paling tinggi
yang tidak pernah didapati peperangan yang mengatasnamakan agama. Kalaupun ada kabar
tentang bentrokan atas nama agama di Indonesia, penulis katakan dengan sepenuh hati bahwa
kabar itu adalah muslihat yang disebarkan oleh pihak-pihak tertentu yang mendapat keuntungan
dari kejadian yang tak bermoral itu.
Pendahuluan
Islam adalah kata yang mempunyai arti ‘selamat’. Diambil dari kata dasar ‘salaam’ dalam
bahasa Arab. Islam adalah agama terbesar penganutnya di bumi ini, dengan jumlah tak kurang
dari 2,1 miliar di tahun 2013 silam menurut data www.religiuspopulation. Bahkan dibandingkan
dengan penganut Kristen dan Protestan yang penganutnya sebanyak 2 miliar dari penduduk bumi
sekitar 7,022 miliar.
Secara geografis penganut Islam terbesar ada di benua Asia dan Afrika, hanya sebagian
kecil saja Negara-negara Eropa dan Amerika yang mempunyai populasi muslim yang besar,
diantaranya Turki,Spanyol, dan Canada.
Sebuah studi oleh Faith Matters (2011) di Inggris, diketahui bahwa dalam 10 tahun terakhir, dipe
rkirakan jumlah orang Inggris yang pindah dari agama lain (Kristen) menjadi pemeluk agama Isl
am adalah sebanyak 5.000 orang setiap tahun (http://insideIslam.wisc.edu).
Dari jumlah penduduk dunia (2013) adalah 7.021.836.029. Sebaran menurut agama adala
h: Islam 22.43%, Kristen Katolik 16.83%, Kristen Protestan 6.08%, Orthodok 4.03%, Anglikan
1.26%, Hindu 13.78%, Buddhist 7.13%, Sikh 0.36%, Jewish 0.21%, Baha’i 0.11%, Lainnya 11.1
7%, Non Agama 9.42%, dan Atheists 2.04% (www.30 days.net).
Penduduk dunia (2011) tumbuh 137% dalam satu dekade terakhir, di mana Kristen tumbu
h sebanyak hanya 46%, sebaliknya, Islam tumbuh sebanyak 5 kali lipatnya: 235%. (The Almana
c Book of Facts, 2011). Dikatakan, bila tren pertumbuhan ini terus berlangsung, diperkirakan pad
a tahun 2030, 1 dari 3 penduduk dunia adalah orang Islam. (www.muslimpopulation.com).
Dilihat per benua, menurut data UN (2012), sejak tahun 1989 sampai tahun 2012, perkem
bangan jumlah pemeluk agama Islam yang paling cepat terjadi di Australia dan Oceania/Pacific
257.01%; kemudian berturut-turut diikuti oleh Eropa 142.35%; Amerika 25%; Asia 12.57%; Afri
ka 2.15%; dan Amerika Latin 4.73% (www.30-days.net).
Menurut The Almanac Book of Facts (2011), dalam sepuluh tahun terakhir, penduduk du
nia bertambah sebanyak 137%. Di mana pemeluk agama Kristen bertambah sebanyak 46%. Seda
ngkan pemeluk agama Islam bertambah sebanyak 235% (www.geocities.com).
Perkembangan Islam yang sangat cepat ini disebabkan oleh dua faktor penting. Pertama,
dari tingkat kelahiran (fertility rate) yang tinggi di negara-negara dengan mayoritas penduduk M
uslim.
Kedua, dari orang-orang yang melakukan perpindahan (conversion) dari agama lain ke ag
ama Islam yang juga tinggi dengan berbagai alasan, terutama di Amerika, Eropa dan Australia da
lam 20 tahun terakhir (The Almanac Book of Facts, 2011).
Dalam sejarah perkembangan Islam dunia, banyak teori tentang penyebarannya. Ini
dikarenakan Islam adalah sebuah agama yang harus disebarkan sesuai dengan doktrin
keagamaannya. Yang bisa dilihat dan dibaca di dua tuntunan besar umat Islam yaitu Alquran dan
Hadits Nabi Muhammad Saw. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 25 :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.(An-Nahl :125)
Dan hadits Nabi Muhammad SAW :
“Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah yang paling banyak
berkeliling di muka bumi dengan bernasihat (berdakwah) kepada manusia (makhluk Allah)”.
(HR. Ath-Thahawi)
Islam Di Nusantara
Indonesia sebagai Negara dengan penganut Islam terbesar seluruh dunia, mempunyai sejarah
panjang dan teori-teori tentang bagaimana masuk dan berkembangnya agama terbesar ini di
wilayah yang dulu dikenal dengan nama Nusantara. Minimal ada 4 teori tentang darimana dan
bagaimana awalnya masuk Islam ke Nusantara, diantaranya :
1. Dari India, yang diwakili oleh Gujarat dan Malabar.
Pijnappel dari Belanda percaya teori inilah yang mendekati kebenaran tentang datang dan
berkembangnya Islam di tataran Nusantara.
Menurutnya ini dikarenakan muslim di Nusantara sebagian besar menganut mazhab
Syafi’I yang ditenggarai dibawa dari dua daerah di India tadi. Teori ini mendapat revisi
dari Prof. Christian Snouck Horgronje yang menyatakan saat Islam sudah merasa sebagai
komunitas yang kuat dipesisir India Selatan, sejumlah muslim dari Dhaka kemudian
banyak yang berprofesi sebagai perantara perdagangan antara Timur Tengah dan
Nusantara, maka dari sinilah Islam mulai berinteraksi dengan orang-orang di wilayah
Nusantara.
Dan kedatangan mereka diikuti orang-orang Arab, yang mengaku sebagai keturunan
Nabi Muhammad SAW, yang kemudian mempunyai gelar Sayyidusyarif.
2. Agama dan kebudayaan Islam Nusantara berasal dari Arab.
Diantara para ahli yang mendukung teori ini adalah Amold dan Naquib Al-Atas, Amold
menyebutkan Islam dibawa oleh bangsa Arab ketika mereka menguasai perdagangan
Timur dan Barat pada abad ke-7 dan ke-8.
Sedangkan Naquib Al-Atas menyebutkan tentang tidak adanya literatur-literatur yang
menyatakan karangan atau karya asli buatan orang India yang ada di wilayah Nusantara
ini. Maka Naquib menyimpulkan bahwa yang sebenarnya menghasilkan karya-karya
yang ada sehubungan dengan penyebaran Islam di Nusantara ini adalah orang Arab dan
Persia. Dengan begitu tumbuh kembangnya Islam di Nusantara dilakukan oleh orang dari
Arab dengan berbagai cara penyebarannya.
3. Teori yang menyebutkan Islam datang dari orang-orang Persia. Selain Naquib yang
secara tak langsung menyebutkan ini, ada juga Husein Jayadiningrat yang menyatakan
bukti bahwa ejaan hijaiyyah yang ada di sebagian kita menggunakan metode orang-orang
Persia. Diantaranya ‘jabar’ untuk fathah, je-er untuk kasroh, pe-es untuk dhomah.
Demikian dengan teori yang menyatakan Islam dan kebudayaan Islam berasal dari Persia,
negerinya para mullah. Selain itu ada Umar Amin Husein dengan asumsinyabahwa di
negeri Persia ada suku yang bernama Leran, yang menurutnya suku ini kemungkinan
datang dari Jawa, karena di Giri ada kampung yang bernama Leran.
4. Teori China.
Untuk teori ini H.J. De Graaf, Slamet Mulyana dan Denys Lombard menemukan bukti
yang mengarah kepada kedekatan kebudayaan dan bukti-bukti otentiknya. Hal pertama
yang diungkapkan adalah bahwa Islam yang ada di Nusantara ini bermazhab SunniSyafi’I, yang umum dianut oleh bangsa muslim yang berdiam di antara Jalur Sutera.
Ditambah lagi dengan adanya ekpedisi Mongol dalam rangka menghukum Raja
Kertanegara karena telah berani memotong kuping utusan dari kerajaan Mongol
sebelumnya. Banyak diantara prajurit Mongol yang sebagian Muslim tidak kembali ke
negerinya melainkan menetap diantara jalur pantura setelah dikalahkan Raden Wijaya,
dan berbaur dengan penduduk setempat. Meskipun ada yang menyatakan bahwa Islam
tidak datang dari China, tapi semua sepakat bahwa China merupakan pusat penyebaran
Islam di Asia Tenggara(termasuk Indonesia). Karena sebelum Islam ada, bangsa China
dan Arab sudah menjalin hubungan dagang jalur darat, yang dinamakan Jalur Sutera.
Asumsinya apabila Islam berkembang di Arab dengan pesat maka besar kemungkinan di
China pun seperti itu. Ditambah dengan adanya sebuah naskah kuno hasil sitaan Belanda
di klenteng Sam Po Kong yang berusia ratusan tahun. Hal penyitaan ini karena Belanda
merasa penasaran bahwa berita tentang Sultan Islam pertama di Jawa adalah orang
Tiongkoka, penggeledahan dilakukan di tahun 1928 M. Dan didapati dua pedati naskah
kuno yang menyatakan ini. Akan kita bahas seperlunya tentang nama-nama wali sangha
dalam nama Tiongkoka dalam paparan yang lain.
Begitulah diantara teori-teori yang ada. Terlepas dari itu semua, Nusantara adalah sebuah
negeri yang sekali lagi mempunyai sejarah panjang tentang perjalanan sebuah peradaban yang
disebut Islam. Bahkan banyak diantara para ahli yang memberikan analisa bahwa Nusantara
adalah salah satu peradaban tertua yang pernah ada di muka bumi ini.
Membahas tentang Islam Nusantara tidak mungkin tidak dibahas tentang Islam di negara
belahan benua Asia lainnya, karena tatkala berbicara tentang Islam di Nusantara maka berbicara
tentang Islam di Turki, Campa, bahkan sampai kepada Afrika Selatan.
Penulis sendiri ingin memberikan sedikit dukungan kepada teori tentang datang dan
berkembangnya Islam di Nusantara ini oleh orang-orang Tiongkok, karena penulis meyakini ada
banyak hal yang mengakibatkan teori ini terdukung fakta dan bukti. Baik itu tertulis maupun
tidak tertulis seperti budaya, pakaian, cara beribadah ataupun bentuk rumah dan mesjid yang ada
di Nusantara khususnya pulau Jawa dan sekitarnya. Ada satu cerita legenda yang yang sampai
kepada masyarakat Jawa tentang penyebaran Islam di Jawa ini.
Diwilayah Kamboja selatan, dulu terdapat Kerajaan kecil yang masuk dalam wilayah
kekuasaan Majapahit. Kerajaan Champa namanya. (Sekarang hanya menjadi perkampungan
Champa). Kerajaan ini berubah menjadi Kerajaan Islam semenjak Raja Champa memeluk agama
baru itu. Keputusan ini diambil setelah seorang ulama Islam datang dari Samarqand, Bukhara
(Sekarang didaerah Rusia Selatan). Ulama ini bernama Syeh Ibrahim As-Samarqand. Selain
berpindah agama, Raja Champa bahkan mengambil Syeh Ibrahim As-Samarqand sebagai
menantu.
Raja Champa memiliki dua orang putri. Yang sulung bernama Dewi Candrawulan dan
yang bungsu bernama Dewi Anarawati. Syeh Ibrahim As-Samarqand dinikahkan dengan Dewi
Candrawati. Dari hasil pernikahan ini, lahirlah dua orang putra, yang sulung bernama Sayyid
‘Ali Murtadlo, dan yang bungsu bernama Sayyid ‘Ali Rahmad. Karena berkebangsaan Champa
(Indo-china), Sayyid ‘Ali Rahmad juga dikenal dengan nama Bong Swie Hoo.
Kerajaan Champa dibawah kekuasaan Kerajaan Besar Majapahit yang berpusat di Jawa.
Pada waktu itu Majapahit diperintah oleh Raden Kertabhumi atau Prabhu Brawijaya semenjak
tahun 1453 Masehi. Beliau didampingi oleh adiknya Raden Purwawisesha sebagai Mahapatih.
Pada tahun 1466, Raden Purwawisesha mengundurkan diri dari jabatannya, dan sebagai
penggantinya diangkatlah Bhre Pandhansalas. Namun dua tahun kemudian, yaitu pada tahun
1468 Masehi, Bhre Pandhansalas juga mengundurkan diri.
Praktis semenjak tahun 1468 Masehi, Prabhu Brawijaya memerintah Majapahit tanpa
didampingi oleh seorang Mahapatih. Apakah gerangan dalam masa pemerintahan Prabhu
Brawijaya terjadi dua kali pengunduran diri dari seorang Mahapatih? Sebabnya tak lain dan tak
bukan karena Prabhu Brawijaya terlalu lunak dengan etnis China dan orang-orang muslim.
Diceritakan, begitu Prabhu Brawijaya naik tahta, Kekaisaran Tiongkok mengirimkan
seorang putri China yang sangat cantik sebagai persembahan kepada Prabhu Brawijaya untuk
dinikahi. Ini dimaksudkan sebagai tali penyambung kekerabatan dengan Kekaisaran Tiongkok.
Putri ini bernama Tan Eng Kian. Sangat cantik. Tiada bercacat. Karena kecantikannya, setelah
Prabhu Brawijaya menikahi putri ini, praktis beliau hampir-hampir melupakan istri-istrinya yang
lain. ( Prabhu Brawijaya banyak memiliki istri, dari berbagai istri beliau, lahirlah tokoh-tokoh
besar ).
Ketika putri Tan Eng Kian tengah hamil tua, rombongan dari Kerajaan Champa datang
menghadap. Raja Champa sendiri yang datang. Diiringi oleh para pembesar Kerajaan dan ikut
juga dalam rombongan, Dewi Anarawati. Raja Champa banyak membawa upeti sebagai tanda
takluk. Dan salah satu upeti yang sangat berharga adalah, Dewi Anarawati sendiri.
Melihat kecantikan putri berdarah indo-china ini, Prabhu Brawijaya terpikat. Dan begitu
Dewi Anarawati telah beliau peristri, Tan Eng Kian, putri China yang tengah hamil tua itu,
seakan-akan sudah tidak ada lagi di istana. Perhatian Prabhu Brawijaya kini beralih kepada Dewi
Anarawati.
Saking tergila-gilanya, manakala Dewi Anarawati meminta agar Tan Eng Kian
disingkirkan dari istana, Prabhu Brawijaya menurutinya. Tan Eng Kian diceraikan. Lantas putri
China yang malang ini diserahkan kepada Adipati Palembang Arya Damar untuk diperistri.
Adipati Arya Damar sesungguhnya juga peranakan China. Dia adalah putra selir Prabhu
Wikramawardhana, Raja Majapahit yang sudah wafat yang memerintah pada tahun 1389-1429
Masehi, dengan seorang putri China pula.
Nama China Adipati Arya Damar adalah Swan Liong. Menerima pemberian seorang
janda dari Raja adalah suatu kehormatan besar. Perlu dicatat, Swan Liong adalah China muslim.
Dia masuk Islam setelah berinteraksi dengan etnis China di Palembang, keturunan pengikut
Laksamana Cheng Ho yang sudah tinggal lebih dahulu di Palembang. Oleh karena itulah,
Palembang waktu itu adalah sebuah Kadipaten dibawah kekuasaan Majapahit yang bercorak
Islam.
Arya Damar menunggu kelahiran putra yang dikandung Tan Eng Kian sebelum ia
menikahinya. Begitu putri China ini selesai melahirkan, dinikahilah dia oleh Arya Damar.
Anak yang lahir dari rahim Tan Eng Kian, hasil dari pernikahannya dengan Prabhu Brawijaya,
adalah seorang anak lelaki. Diberi nama Tan Eng Hwat. Karena ayah tirinya muslim, dia juga
diberi nama Hassan. Kelak di Jawa, dia terkenal dengan nama Raden Patah.
Dari hasil perkawinan Arya Damar dengan Tan Eng Kian, lahirlah juga seorang putra.
Diberi nama Kin Shan. Nama muslimnya adalah Hussein. Kelak di Jawa, dia terkenal dengan
nama Adipati Pecattandha, atau Adipati Terung yang terkenal itu.
Kembali ke Jawa, Dewi Anarawati yang muslim itu telah berhasil merebut hati Prabhu
Brawijaya. Dia lantas menggulirkan rencana selanjutnya setelah berhasil menyingkirkan
pesaingnya, Tan Eng Kian. Dewi Anarawati meminta kepada Prabhu Brawijaya agar saudarasaudaranya yang muslim, yang banyak tinggal dipesisir utara Jawa, dibangunkan sebuah
Ashrama, sebuah Peshantian, sebuah Padepokan, seperti halnya Padepokan para Pandhita Shiva
dan para Wiku Buddha.
Mendengar permintaan istri tercintanya ini, Prabhu Brawijaya tak bisa menolak. Namun
yang menjadi masalah, siapakah yang akan mengisi jabatan sebagai seorang Guru layaknya
padepokan Shiva atau Mahawiku layaknya padepokan Buddha? Pucuk dicinta ulam tiba, Dewi
Anarawati segera mengusulkan, agar diperkenankan memanggil kakak iparnya, Syeh Ibrahim
As-Samarqand yang kini ada di Champa untuk tinggal sebagai Guru di Ashrama Islam yang
hendak dibangun. Dan lagi-lagi, Prabhu Brawijaya menyetujuinya.
Para Pembesar Majapahit, Para Pandhita Shiva dan Para Wiku Buddha, sudah melihat
gelagat yang tidak baik. Mereka dengan halus memperingatkan Prabhu Brawijaya, agar selalu
berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan penting.Tak kurang-kurang, Sabdo Palon dan
Nayagenggong, punakawan terdekat Prabhu Brawijaya juga sudah memperingatkan agar
momongan mereka ini berhati-hati, tidak gegabah. Namun, Prabhu Brawijaya, bagaikan orang
mabuk, tak satupun nasehat orang-orang terdekatnya beliau dengarkan.
Perekonomian Majapahit sudah hampir didominasi oleh etnis China semenjak putri Tan
Eng Kian di peristri oleh Prabhu Brawijaya, dan memang itulah misi dari Kekaisaran Tiongkok.
Kini, dengan masuknya Dewi Anarawati, orang-orang muslim-pun mendepat kesempatan besar.
Apalagi, pada waktu itu, banyak juga orang China yang muslim. Semua masukan bagi Prabhu
Brawijaya tersebut, tidak satupun yang diperhatikan secara sungguh-sungguh. Para Pejabat
daerah mengirimkan surat khusus kepada Sang Prabhu yang isinya mengeluhkan tingkah laku
para pendatang baru ini. Namun, tetap saja, ditanggapi acuh tak acuh.
Hingga pada suatu ketika, manakala ada acara rutin tahunan dimana para pejabat daerah
harus menghadap ke ibukota Majapahit sebagai tanda kesetiaan, Ki Ageng Kutu, Adipati
Wengker, mempersembahkan tarian khusus buat Sang Prabhu. Tarian ini masih baru. Belum
pernah ditampilkan dimanapun. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piranti tari bernama
Dhadhak Merak. Yaitu sebuah piranti tari yang berupa duplikat kepala harimau dengan banyak
hiasan bulu-bulu burung merak diatasnya. Dhadhak Merak ini dimainkan oleh satu orang
pemain, dengan diiringi oleh para prajurit yang bertingkah polah seperti banci. Sekarang
dimainkan oleh wanita tulen. Ditambah satu tokoh yang bernama Pujangganom dan satu orang
Jathilan. Sang Pujangganom tampak menari-nari acuh tak acuh, sedangkan Jathilan, melompatlompat seperti orang gila.
Sang Prabhu takjub melihat tarian baru ini. Manakala beliau menanyakan makna dari
suguhan tarian tersebut, Ki Ageng Kutu, Adipati dari Wengker yang terkenal berani itu, tanpa
sungkan-sungkan lagi menjelaskan, bahwa Dhadhak Merak adalah symbol dari Kerajaan
Majapahit sendiri. Kepala Harimau adalah symbol dari Sang Prabhu. Bulu-bulu merak yang
indah adalah symbol permaisuri sang Prabhu yang terkenal sangat cantik, yaitu Dewi Anarawati.
Pasukan banci adalah pasukan Majapahit. Pujangganom adalah simbol dari Pejabat teras, dan
Jathilan adalah simbol dari Pejabat daerah.
Arti sesungguhnya adalah, Kerajaan Majapahit, kini diperintah oleh seekor harimau yang
dikangkangi oleh burung Merak yang indah. Harimau itu tidak berdaya dibawah selangkangan
sang burung Merak. Para Prajurit Majapahit sekarang berubah menjadi penakut, melempem dan
banci, sangat memalukan. Para pejabat teras acuh tak acuh dan pejabat daerah dibuat
kebingungan menghadapi invasi halus, imperialisasi halus yang kini tengah terjadi. Dan terangterangan Ki Ageng Kutu memperingatkan agar Prabhu Brawijaya berhati-hati dengan orangorang Islam.
Kesenian sindiran ini kemudian hari dikenal dengan nama REOG PONOROGO.
Mendengar kelancangan Ki Ageng Kutu, Prabhu Brawijaya murka. Dan Ki Ageng Kutu,
bersama para pengikutnya segera meninggalkan Majapahit. Sesampainya di Wengker, beliau
memaklumatkan perang dengan Majapahit.
Prabhu Brawijaya mengutus putra selirnya, Raden Bathara Katong untuk memimpin
pasukan Majapahit, menggempur Kadipaten Wengker. Prabhu Brawijaya, menjanjikan daerah
‘perdikan’. Daerah perdikan adalah daerah otonom. Beliau menjanjikannya kepada Dewi
Anarawati. Kemudian Dewi Anarawati meminta daerah Ampeldhenta agar dijadikan daerah
otonom bagi orang-orang Islam. Dan disana, rencananya akan dibangun sebuah Ashrama besar,
pusat pendidikan bagi kaum muslim.
Begitu Prabhu Brawijaya menyetujui hal ini, maka Dewi Anarawati, atas nama Negara,
mengirim utusan ke Champa. Meminta kesediaan Syeh Ibrahim As-Samarqand untuk tinggal di
Majapahit dan menjadi Guru dari Padepokan yang hendak dibangun. Dan permintaan ini adalah
sebuah kabar keberhasilan luar biasa bagi Raja Champa. Misi peng-Islam-an Majapahit sudah
diambang mata. Maka berangkatlah Syeh Ibrahim As-Samarqand ke Jawa. Diiringi oleh kedua
putranya, Sayyid ‘Ali Murtadlo dan Sayyid ‘Ali Rahmad.
Sesampainya di Gresik, pelabuhan Internasional pada waktu itu, mereka disambut oleh
masyarakat muslim pesisir yang sudah ada disana sejak jaman Prabhu Hayam Wuruk berkuasa.
Masyarakat muslim ini mulai mendiami pesisir utara Jawa semenjak kedatangan Syeh Maulana
Malik Ibrahim, yang pada waktu itu memohon menghadap kehadapan Prabhu Hayam Wuruk
hanya untuk sekedar meminta beliau agar ‘pasrah’ memeluk Islam. Tentu saja, permintaan ini
ditolak oleh Sang Prabhu Hayam Wuruk pada waktu itu karena dianggap lancang. Namun, beliau
sama sekali tidak menjatuhkan hukuman. Beliau dengan hormat mempersilakan rombongan
Syeh Maulana Malik Ibrahim agar kembali pulang. Namun sayang, di Gresik, banyak para
pengikut Syeh Maulana Malik Ibrahim terkena wabah penyakit yang datang tiba-tiba. Banyak
yang meninggal. Salah satunya adalah santriwati Syeh Maulana Malik Ibrahim bernama Fatimah
binti Maimun. Syeh Maulana Malik Ibrahim sendiri akhirnya wafat juga di Gresik, dan lantas
dikenal oleh orang-orang Jawa muslim dengan nama Sunan Gresik. Syeh Maulana Malik
Ibrahim atau Sunan Gresik telah datang jauh-jauh hari sebelum ada yang dinamakan Dewan Wali
Sangha Sangha = Perkumpulan orang-orang suci. Sangha diambil dari bahasa Sansekerta.
Bandingkan dengan doktrin Buddhis mengenai Buddha, Dharma dan Sangha. Kata-kata Wali
Sangha lama-lama berubah menjadi Wali Songo yang artinya Wali Sembilan. (Damar
Shashangka).
Rombongan dari Champa ini sementara waktu beristirahat di Gresik sebelum meneruskan
perjalanan menuju ibukota Negara Majapahit. Sayang, setibanya di Gresik, Syeh Ibrahim AsSamarqand jatuh sakit dan meninggal dunia. Orang Jawa muslim mengenalnya dengan nama
Syeh Ibrahim Smorokondi. Makamnya masih ada di Gresik sekarang. Kabar meninggalnya Syeh
Ibrahim As-Samarqand sampai juga di istana. Dewi Anarawati bersedih. Lantas, kedua putra
Syeh Ibrahim As-Samarqand dipanggil menghadap. Atas usul Dewi Anarawati, Sayyid ‘Ali
Rahmad diangkat sebagai pengganti ayahnya sebagai Guru dari sebuah Padepokan Islam yang
hendak didirikan. Bahkan, Sayyid ‘Ali Rahmad dan Sayyid ‘Ali Murtadlo mendapat gelar
kebangsawanan Majapahit, yaitu Rahadyan atau Raden. Jadilah mereka dikenal dengan nama
Raden Rahmad dan Raden Murtolo Orang Jawa tidak bisa mengucapkan huruf ‘dlo’. Huruf ‘dlo’
berubah menjadi ‘lo’. Seperti Ridlo, jadi Rilo, Ramadlan jadi Ramelan, Riyadloh jadi Riyalat,
dan lain lain. Namun lama kelamaan, Raden Murtolo dikenal dengan nama Raden Santri,
makamnya juga ada di Gresik sekarang. Raden Rahmad, disokong pendanaan dari Majapahit,
membangun pusat pendidikan Islam pertama di Jawa. Para muslim pesisir datang membantu. Tak
berapa lama, berdirilah Padepokan Ampeldhenta. Istilah Padepokan lama-lama berubah menjadi
Pesantren untuk membedakannya dengan Ashrama pendidikan Agama Shiva dan Agama
Buddha. Lantas dikemudian hari, Raden Rahmad dikenal dengan nama Sunan Ampel.
Menurut Mulyana, orang yang mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah orang
Tiongkok, yakni Chen Jin wen atau yang lebih dikenal dengan RadenPatah alias Panembahan
Tan Jin Bun/Arya (Cu-Cu).Ia-lah pendiri kerajaan Demak di Jawa Tengah.
Walisangha dibentuk oleh Sunan Ampel pada tahun 1474. Mereka terdiri dari sembilan
orang wali;
Sunan Ampel alias Bong Swie Ho,
Sunan Drajat alias Bong Tak Keng,
Sunan Bonang alias Bong Tak Ang,
Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang,
Sunan Gunung Jati alias Du Anbo-Toh A Bo,
Sunan Kudus alias Zha Dexu-JaTik Su,
Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat, dan
Sunan Giri yang merupakan cucu dari Bong Swie Ho.
Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias Raden Rahmat lahir pada tahun 1401 di Champa
(Kamboja). Saat itu, banyak sekali orang Tiongkoka penganut agama Islam bermukim di sana. Ia
tiba di Jawa pada 1443.Tiga puluh enam tahun kemudian, yakni pada 1479, ia mendirikan Mesjid
Demak. Raden Santri, mengembara ke Bima, menyebarkan Islam disana, hingga ketika sudah
tua, ia kembali ke Jawa dan meninggal di Gresik.
Begitulah sedikit sejarah atau legenda tentang awal penyebaran Islam di pulau Jawa. Dari
situlah kita bisa mengambil satu analisa bahwa teori-teori yang empat itu ternyata saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Perkembangan Islam Modern Di Indonesia
Sejarah adalah tolak ukur manusia dalam melihat dan meramalkan bagaimana masa
depan yang akan dihadapi bangsa atau peradaban yang telah, sedang dan akan terus mewarnai
bumi ini. Begitu juga dengan Indonesia masa kini. Sebagai bangsa yang berlatar belakang
peradaban yang baik, Indonesia punya peluang mewarnai kembali sebagian yang telah direngkuh
pada zaman dahulu dengan peradaban yang baik dari Indonesia masa kini.
Banyak usaha dari orang-orang Indonesia muslim yang ingin mengembalikan kejayaan
Islam di Indonesia modern. Dari sebelum kemerdekaan yang terwakilkan dengan hadirnya
Syarikat Islam, yang diawali dengan berdirinya Syarikat Dagang Islam pada 11 November 1911
yang mengalami penyesuaian dengan wawasan dan kebutuhan akan makna perjuangan bangsa
Indonesia saat itu. Maupun di awal-awal kemerdekaan RI yaitu dengan adanya Piagam Jakarta
yang berisi mewajibkan bagi penganut Islam untuk melaksanakan syariat Islam. Sampai juga
kemudian kepada terbentuknya Negara Islam Indonesia pada waktu RI sedang dalam keadaan
vacuum setelah semua perangkat RI pindah ke Jogjakarta, karena menaati hasil perundingan
antara Belanda dan RI, dengan hasilnya antara lain wilayah RI hanya Jogjakarta.
Sejarah Islam Sebelum Kemerdekaan
Yang dimaksud sejarah Islam sebelum kemerdekaan disini adalah perkembangan Islam
yang akan saya bahas setelah tahun 1922. Karena saya meyakini, bahwa fase setelah Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928 adalah masa yang baru bagi perkembangan Islam di Indonesia.
Diakui atau tidak, semua kerajaan atau kesultanan di Indonesia dan seluruh dunia sejak
runtuhnya Kesultanan Rum berpusat kepada Kerajaan Utsmaniyah di Turki. Maka semenjak
Utsmaniyah runtuh, semua kerajaan atau kesultanan dibawahnya banyak yang bercerai berai.
Tanggal 16 Mei 1926 merupakan tanggal dimana Mehmed VI, khalifah ke-40 Turki Utsmani dan
khalifah Islam ke-100, meninggal dunia di pengasingannya di San Remo, Italia. Mehmed VI juga
merupakan Sultan Ottoman terakhir, kerajaan ini runtuh setelah 623 tahun berkuasa dari tahun
1299 hingga 1922 mencakup 3 benua dengan budaya, agama, dan bahasa yang berbeda.
Saya tidak akan membahas tentang penyebab keruntuhan Kerajaan Utsmaniyah, karena
sejarah adalah sejarah, setiap ada keruntuhan disisi lain, pasti akan didapati kebangkitan di lain
sisi. Begitu juga dalam hal ini, Utsmaniyah runtuh kebangkitan yang berbeda melanda sisi
Nusantara yang sekarang disebut dengan Indonesia.
Pada masa ini perkembangan Islam di Nusantara (Indonesia-red) dijalankan dengan cara
yang sangat hati-hati. Para ulama dan cendekiawan muslim mengetahui perkembangan yang ada
di dunia secara umum, bagaimana invasi negara-negara Eropa ke benua Amerika yang dikatakan
dunia baru, dengan cara yang tidak dibenarkan mengekplorasi penduduk asli dan pendatang yang
sudah menetap lebih dulu disana. Yang belakangan diketahui banyak muslim menetap sebelum
Cristopher
Columbus
datang
kesana.
(http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/15/05/14/nobhnu-ini-bukti-penemu-benua-amerika-bukan-columbus) dan juga di
(http://www.suara-islam.com/read/index/14244/Terungkap--Penemu-Benua-Amerika-adalahMuslim-bukan-Colombus), Yaitu dengan cara berorganisasi dalam skala kecil. Organisasi yang
pertama diketahui adalah Jamiat Khair (t.1905), puncaknya adalah ketika Muhammadiyah
(t.1912) dan Nahdhatul Ulama atau disingkat NU (t. 1926), membentuk badan yang dinamakan
Majlis Islam A’la Indonesia yang didirikan di Surabaya tahun 1937. Dimulailah pergumulan
sejarah Islam di Indonesia yang kemudian bersama-sama berjuang ingin mendirikan negara yang
berdaulat berdasarkan Islam dengan lahirnya Piagam Jakarta. Masa inilah yang disebut sebagai
masa sebelum Indonesia merdeka.
Masa Setelah Kemerdekaan Hingga Sekarang
Memasuki masa-masa sebelum proklamasi, Indonesia diwarnai berbagai kepentingan
bersejarah yang kemudian juga mewarnai perjalanan sejarah Indonesia secara umum. Muslim
yang mempunyai populasi 90% dari total penduduk Indonesia menginginkan berlakunya hukum
Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini ditandai dengan lahirnya Piagam Jakarta poin ke1 yang menyebutkan “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya” walaupun dikemudian hari dihapus dan diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
Tidak sampai disitu, muslim Indonesia masih berupaya untuk meneruskan perjuangannya
dalam menegakkan Islam dalam tataran negara dengan terbentuknya Darul Islam-Tentara Islam
Indonesia/DI-TII yang memproklamirkan diri pada tanggal 7 Agustus 1949 oleh Sekarmaji
Marijan Kartosuwiryo di Jawa Barat, dengan mendapatkan dukungan dari Amir Fatah di Jawa
Tengah, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, Ibnu Hajar di Kalimantan dan Teuku Daud Bereuh
di Aceh. Dengan dukungan ini dapat dikatakan bahwa ruh keislaman dari abad ke abad di
Nusantara ini tidak pernah lepas dari tujuan awalnya.
Ada satu poin penting yang perlu dicatat dalam perkembangan sejarah umat manusia
yang menamakan diri muslim yang ada di belahan Nusantara yang kemudian mengerucut
menjadi negara bernama Indonesia adalah budaya toleransi yang tidak didapati dibelahan dunia
manapun. Bahkan saat negeri asal agama samawi ini bertikai atas nama Islam dan non muslim,
Indonesia adalah negara pemeluk Islam terbesar yang mempunyai rasa toleransi paling tinggi
yang tidak pernah didapati peperangan yang mengatasnamakan agama. Kalaupun ada kabar
tentang bentrokan atas nama agama di Indonesia, penulis katakan dengan sepenuh hati bahwa
kabar itu adalah muslihat yang disebarkan oleh pihak-pihak tertentu yang mendapat keuntungan
dari kejadian yang tak bermoral itu.