Analisis Kesiapasiagaan Tenaga Gizi dalam Menghadapi Gizi Darurat pada Bencana di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

(1)

Lampiran 1

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM Informan : Tenaga Gizi 1

Tanggal : 7 Juli 2013

Tempat : Balai pertemuan Kecamatan

____________________________________________________________________

Deskripsi Pertemuan Dengan Informan 1

Saat pertama bertemu dengan informan di Puskesmas, informan terlihat hanya bisa berbicara sebentar, informan terlihat sedang sibuk mempersiapkan berbagai hal untuk turun ke desa, informan menyambut baik rencana penelitian akan tetapi hari tersebut tidak dapat melayani peneliti sehingga akhirnya peneliti hanya menanyakan jumlah tenaga gizi yang ada di puskesmas informan untuk dapat di wawancarai, setelah itu peneliti membuat janji dengan informan 1 untuk bertemu di dua hari lagi dengan pertimbangan hari tersebut tidak dilaksanakan posyandu.

Pertemua kedua dengan informan berjalan baik, peneliti dapat mewawancarai informan untuk kuesioner, yaitu karakteristik responden, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dan kemudian informan harus mengikuti rapat sehingga pertemuan antara peneliti dan informan berakhir sampai disitu. Tiga hari kemudian peneliti kembali mendatangi informan dan peneliti berhasil mewawancarai mendalam informan dan terlihat sekali informan sangat antusias dan bekerjas sama dengan baik dalam memberikan informasi kepada peneliti


(2)

Temuan Penelitian Untuk Informan 1

Informan pertama ini yang dijadikan subjek penelitian ini bernama MS, berusia 42 tahun bekerja sebagai tenaga gizi di puskesmas Darul Imarah dengan pendidikan terakhir Sarjana, pernah menjadi tenaga gizi teladan tingkat Provinsi.

MS menjawab pertanyaan peneliti mengenai peran tenaga gizi dalam penanggulanagn bencana sangat penting, ini juga berdasarkan pengalaman MS saat ikut serta memberikan pertolongan ketika bencana tsunami melanda Aceh. Ms mengaku tidak pernah mendapatkan pembekalanmengenai gizi darurat. Mengenai pedoman penenggulanagn gizi darurat MS mengaku belum pernah mendapatkannya dari Dinas Kesehatan akan tetapi MS pernah mendapatkannya dengan cara mencari sendiri di internet.

Ms pernah mengikuti kegiatan sosialisasi bencana yang di adakan oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) sekitar tahun 2006. Dalam sosialisasi itu di bahas secara umum bagaimanan penanggulangan bencana. Namun sekarang Ms tidak pernah lagi mengikuti kegiatan sejenis.

MS mengaku organisasi profesi belum bisa berbuat banyak untuk meningkatkan kapasitas anggotanya dan Ms juga sempat tersenyum kecil ketika menyampaikan ini dan ketika peneliti menanyakan mengapa Ms tertawa, ternyata Ms tertawa karena juga menjadi salah satu pengurusnya dan mengaku belum mampu berbuat banyak.

Penulis menanyakan apakah pernah dilakukan koordinasi, dan Ms menjawab pernah itu juga merupakan serangkaian kegiatan dengan sosialisasi tahun 2006


(3)

tersebut dan Ms menyatakan bahwa dalam penanggulangan masalag bencana tidak bisa dilakukan oleh satu sektor akan tetapi butuh kerjasama lintas sektor.

MS juga mengeluhkan bahwa selama ini tenaga gizi baru dilibatkan jika sudah ada gizi buruk, akan tetapi seandainya diberi kesemapatan untuk turut berpartisipasi lebih awal diharapkan kejadian tersebut jangan sampai terjadi dengan asumsi sudah memiliki data awal.

Peneliti sempat menanyakan apakah informan ingin dilibatkan berkaitang dengan pembiayaan atau bersifat proyek, Ms menyampaikan bahwa banyak yang berpikir semua berujung pada uang semata akan tetapi tidak semua orang demikian karena masih banyak juga yang ingin bekerja sungguh-sungguh dan tidak ada masalah gizi di wilayah kerjannya.

Harapan Ms kedepan, tenaga gizi dapat lebih dilibatkan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dan bisa bekerja dengan baik dengan cara dibekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar siap bekerja maksimal ketika bencana terjadi.


(4)

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM Informan : Tenaga Gizi

Tanggal : 12 Juli 2013

Tempat : Ruang Gizi Di Puskesmas

____________________________________________________________________

Deskripsi Pertemuan Dengan Informan 2

Peneliti menemui informan pada hari kerja di puskesmas tempat informan bekerja, saat peneliti datang informan sedang sibuk membersihkan ruangan karena di puskesmas tersebut sedang melaksanakan gotong royong dalam rangka menyikapi inspeksi mendadak kepala dinas kesehatan Aceh yang baru, sehingga semua Puskesmas berbenah secara administrasi dan pelayanan. Informan juga sempat meminta maaf jika tidak bisa diwawancarai karean sedang terlibat gotong royong, peneliti memaklumi kesibukan informan sehingga meminta untuk bertemu kembali di lain waktu akan tetapi informan meminta peneliti untuk menunggu sebentar sampai ia selesai membersihkan ruangannya dengan pertimbangan ruangan hamper selesai dibersihkan. Setelah menunggu sekitar empat puluh lima menit informan menyatkan siap untuk diwawancarai.

Wawancara berlangsung di ruangan gizi Puskesmas informan, suasana hangat dan santai, informan memberikan informasi dengan lancar walaupun beberapa kali terlihat terdiam sebelum menjawab pertanyaan dari peneliti.

Temuan Penelitian Untuk Informan 2

Informan kedua ini bernama EJ, berusia 28 tahun bekerja sebagai tenaga gizi di Puskesmas Kota Jantho dengan pendidikan terakhir Diploma III. EJ terlihat ragu


(5)

ragu menjawab peran tenaga gizi dalam penanggulangan bencana namun akhirnya menyatakan perlu dengan petimbangan korban bencana juga mengalami masalah gizi. Ej belum pernah terlibat dalam kegiatan penanggulangan bencana, tidak pernah mengikuti pelatihan meningkatkan kemampuan dalam penanggulangan bencana, walaupun menyatakan keinginannnya untuk ikut dengan alas an untuk menambah ilmu. Ej belum pernah mengikuti kegiatan sosialisasi bencana, dan belum pernah mendapatkan buku pedoman pelaksanan kegiatan gizi saat bencana. EJ juga menyatakan harapan yang besar pada organisasi profesi namun menyadari organisasi tersebut belum bisa berbuat banyak. Harapan EJ bisa bekerja dengan baik, dilibatkan dalam kegiatn penanggulangan krisis akibat bencana dan juga bisa ikut kegiatan Simulasi seperti yang diadakan oleh Kota Banda Aceh.


(6)

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM Informan : Tenaga Gizi 3

Tanggal : 15 Juli 2013

Tempat : Ruang Tunggu Puskesmas

____________________________________________________________________

Deskripsi Pertemuan Dengan Informan 3

Puskesmas temapat informan ke tiga ini berkerja merupakan Puskesmas dengan jarak terjauh kearah Barat dari ibukota Kabupaten Aceh Besar, karean merupakan kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya. Untuk itulah peneliti menghubungi terlebih dahulu informan melalui telepon selular untuk menanyakan kesediaan dan waktu luang informan untuk dapat diwawancarai, akan tetapi karena jaringan yang kurang baik untuk wilayah informan bekerja yang merupakan daerah pegunungan. Akhirnya peneliti memutuskan untuk langsung mengunjungi dengan harapan dapat bertemu dan jika pun tidak dapat diwawancarai pada hari tersebut maka dapat di sepakati pertemuan selanjutnya untuk dilaksanakan wawancara kepada informan.

Peneliti berangkat menuju Kecamatan Lhong dan menempuh perjalanan sekitar dua jam setengah, sesampai di Puskesmas, peneliti menjumpai informan 3, akan tetapi informan sedang mendampingi Tim dari dinas kesehatan yangsedang melakukan pembinaan di puskesmas tersebut. Peneliti menunggu sekitar satu jam,kemudian baru dapat berjumpa dengan informan. Informan terlihat cukup hangat menyambut peneliti dan mengajak untuk dapat berbincang bincang di ruang tunggu, informan meminta maaf karena telah membuat peneliti menunggu. Peneliti


(7)

menyatakan tidak menjadi masalah, justru peneliti sangat senang karena informan bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai. Wawancara relatif berlangsung lama, informan terlihat agak memikirkan apa yang akan disampaikan dan beberapa kali terlihat terdiam sehingga penelitini harus mengulang pertanyaan.

Temuan Penelitian Untuk Informan 3

Informan ketiga ini bernama MJ, berusia 46 tahun bekerja sebagai tenaga gizi di Puskesmas Lhong dengan pendidikan terakhir Sarjana. MJ memandang perlu keterlibatan tenaga gizi dalam penanggulangan bencan ini berdasarkan pengalaman Mj saat terjadi tsunami, kecamatan tempat Mj bertugas terisolir dan terpaksa dibantu melalui laut dan udara sementara sebelum bantuan datang Mj bersama Beberapa petugas yang selamat berusaha memberikan bantuan, dan ia juga mengaku panik namun tetap berusaha memberikan bantuan termasuk masalah gizi dan makanan.

MJ pernah mengikuti pelatihan gizi buruk yang difasilitasi oleh NGO sampai ke Surabaya namun sekarang tidak ada lagi kegiatan sejenis yang diikutinya MJ juga menyadari Kabupaten Aceh Besar memiliki risiko yang tinggi untuk bencana seperti Gunung Seulawah, banjir dan masih seringnya terjadi gempa. Mengaku tidak pernah ikut sosialisasi bencana dan tidak pernah mendapatkan buku pedoman pelaksanaan kegiatan gizi pada saat bencana. MJ berpendapat kurangnya dukungan dari berbagai pihak terhadap profesi gizi sehingga ia menangkap pesan seolah tidak diperlukan. Harapan MJ tenaga gizi bisa turut andil dan berperan sesuai tupoksi.


(8)

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM Informan : Tenaga Gizi 4

Tanggal : 17 Juli 2013

Tempat : Balai pertemuan Kecamatan

____________________________________________________________________

Deskripsi Pertemuan Dengan Informan 4

Pertemuan deng informan ke empat ini berlangsung di sslah satu gedung pertemuan Kecamatan Darul Imarah karean semua tenaga gizi di undang oleh Dinas Kesehatan untuk bertemu dengan Kepala Dinas Kesehatan untuk membahas berbagai masalah cakupan program gizi yang telah dilaksanakan. Pertemua itu berlangsung sampai jam dua belas siang dan setelah itu barulah peneliti berkesempatan untuk menjumpai informan ke empat untuk diwawancarai.

Wawancara dengan informan keempat berlangsung lancar. Informan terlihat sangat cepat menangapi peretanyaan yang diajukan oleh peneliti dan memberikan respon yang cukup positif terhadap masalah yang diajukan padanya.

Temuan Penelitian Untuk Informan 4

Informan keempat ini bernama DR, berusia 33 tahun bekerja sebagai tenaga gizi di Puskesmas Mesjid Raya dengan pendidikan terakhir Diploma III. DR mengaku peran tenaga gizi dalam penanggulangan masih terasa kabur atau kurang jelas walaupun menyatakan peran tenaga gizi penting. Pengalaman selama ini dalam kejadian bencana yang dilibatkan atau diterjunkan ke lokasi adalah hanya tenaga medis karean pertimbangan untuk memberikan pertolongan pada korban luka. Dr belum pernah terlibat dalam kegiatan kebencanaan, belum pernah mengikuti kegiatan


(9)

sosialisasi bencana dan juga belum pernah mendapatkan buku pedoman pelaksanaan kegiatan gizi pada saat bencana. DR juga belum pernah mengikuti pelatihan gizi darurat, merasa pelatihan tersebut perlu namun mengaku masih berkutat dengan tugas rutin seperti posyandu, bulan vitamin A dan pemantauan pertumbuhan anak.

DR berharap bisa dilatih agar dapat bertindak tepat jika terjadi bencana (Beberapa bulan yang lalu daerah DR tekena bencana banjir bandang). Dan semua pihak mau bekerja sama serta saling melengkapi agar lebih siap jika bencana datang.


(10)

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM Informan : Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Aceh Besar Tanggal : 25 Juli 2013

Tempat : Ruang seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar ____________________________________________________________________

Deskripsi Pertemuan Dengan Informan 5

Pertemuan peneliti dengan informan kelima ini berlangsung beberapa kali sebelum wawancara mendalam dilakukan, peretemua pertama berkaitan dengan rencana penelitian yang menggunakan sampel tenaga gizi di wilayah kerja informan dan informan juga berupaya menyediakan berbagai informasi yang sekiranya dibutuhkan oleh peneliti, termasuk nama, alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi dari seluruh tenaga gizi yang bertugas di Kabupaten Aceh Besar.

Pertemuan selanjutnya, peneliti berhasil mewawancarai informan tentang kuisioner yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berlangsung di sebuah balai peretmuan di kecamatan darul imarah.

Pada saat pertemua ketiga, peneliti menenui informan 5 di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar dan berlangsung di ruang seksi Gizi. Wawancara dilakukan dengan suasana yang cukup hangat karena komunikasi sudah terjalin antara peneliti dan informan setelah beberapa kali bertemu. Wawancara berlangsung dengan beberapa kali jeda karena ada staf dari bagian lain yang masuk keruangan tersebut dan bertanya beberapa hal kepada informan sehingga wawancara agak berlangsung lama dan beberapa pertanyaan terpaksa diulang. Saat menjawab pertanyaan,


(11)

beberapa kali informan terlihat terdiam dan berusaha untuk mengingat kejadian yang sudah lalu.

Temuan Penelitian Untuk Informan 5

Informan kelima ini bernama ES, berusia 43 tahun bekerja sebagai kepala Seksi Gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar. Pendidikan terakhir dari informan adalah sarjana.. ES menyatakan bahwa Dinas Kesehatan tidak punya rencana kontijensi. Belum meiliki tenaga gizi terlatih di bidang kebencanaan, tidak memiliki sarana dan prasarana khusus untuk kebutuhan saat bencana.

Koordinasi selama ini belum melibatkan seksi gizi namun lebih dilakukan oleh seksi bencana. Tenaga gizi dalam penempatannya tidak diatur dengan pertimbangan daerah rawan benca dengan alasan tidak ada tenaga gizi yang terlatih maka semua tenaga gizi sama saja.

ES merasa pemerintah daerah sudah memiliki komitmen dalam bidang kebencanaan namun belum maksimal dan belum terarah karena menurutnya manajemen bencana baru digembar gemborkan setelah tsunami terjadi. Penyebarluasan informasi belum berkesinambungan.

ES menyatakan peran tenag gizi penting dalam kebencanaan mengingat terdapat golongan rentan seperti bayi, ibu hamil dan orang lanjut usia. Belum berkesempatan mengikuti pelatihan gizi darurat namun sudah memiliki buku pedoman pelaksanaan kegiatan gizi saat bencana. Buku pedoman tersebut belum disebarkan ke puskesmas dengan alas an hanya ada satu dan tidak tersediannya dana untuk memperbanyaknya.


(12)

Dinas Kesehatan sudah pernah mengadakan pelatihan konseling ASI dan Konseling MP ASI beberapa gelombang atas bantuan UNICEF. ES juga berharap kedepan dapat dilaksanakan dengan baik lagi dan dilibatkan tidak hanya jika ada kasus gizi saja.


(13)

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM

Informan : Kepala Seksi Kesiapsigaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Besar

Tanggal : 29 Juli 2013

Tempat : Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Besar __________________________________________________________________

Deskripsi Pertemuan Dengan Informan 6

Pertemuan dengan informan pertama kali adalah pada saat peneliti mengurus masalah perizinan penenlitian di kantor badan penanggulangan bencana daerah. Pada saat peneliti mengantarkan surat staf yang berada di kantor tersebut langsung membaca isi surat, dan setelah melihat topik penelitiannya berkaitan dengan kesiapsigaan maka peneliti langsung diarahkan kepada seksi kesiapsiagaan.

Pertemua pertam informan banyak menanyakan seputar topik yang ingin peneliti dalami, dan beliau meminta agar dapat menyiapkan beberapa hal yang kiranya mendukung penelitian. Maka di sepakati bahwa pertemua kedua akan dilangsungkan dua hari kedepan.

Sesuai dengan janji yang telah disepakati maka peneliti kembali datang ke kantor badan penanggulangan bencana daerah kabupaten aceh besar, sesampai di sana ternyata informan tidak berada di tempat, dan setelah dihubungi memlalui telepon selularnya ternyata informan membatalkan pertemuan dan meminta maaf. Informan juga menjelaskan bahwa pertemuan terpaksa dibatalkan karena informan pada hari tersebut harus mengantarkan bantuan logistik kepada korban kebakaran yang terjadi pada hari yang sama dengan dua lokasi yang berbeda dan berjauhan.


(14)

Empat hari kemudian barulah pertemua bisa berlangsung di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), informan dalam keadaan yang santai dan siap untuk diwawancarai, informan juga terlihat beberapa kali menanyakan beberapa hal kepada peneliti. Informan juga berusah memberikan beberapa data yang dimiliki badan tersebut yang dianggap dapat mendukung penelitian.

Temuan Penelitian Untuk Informan 6

Informan keenam ini bernama BZ, berusia 51 tahun bekerja sebagai Kepala Seksi Kesiapsigaan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Aceh Besar. Pendidikan terakhir dari informan adalah sarjana.. BZ menyatakan bahwa selama ini dalam penanggulanagan bencana belum pernah terlibat tenaga gizi, namun menurutnya tenaga gizi diperlukan pada saat terjadi bencana dengan alasan pada saat bencana masalah makanan dan kesehatan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian.

Selama ini menurut pengalaman Bz dari kesehatan yang sering terlibat adalah dokter dan perawat karena pasca bencana banyak yang luka atau sakit padahal disisi lain juga ada korban selamat yang memerlukan perhatian dan yang sakit tidak hanya butuh perawatan tapi juga butuh makanan bergizi.

Bz mengatkan bahwa selama ini peran BPBD hanya mengkoordinasikan saja, untuk anggota yang dikirim itu terserah dari dinas. BZ juga menyadari pentingnya kesiapsiagaan untuk menurunkan kerentanan tapi ia mengaku banyak kendala yang dihadapi antara lain kesulitan dana karena biasanya dana lebih banyak diperuntukkan untuk kegiatan tanggap darurat. Kegiatan kesiapsiagaan yang dilakukan selama ini


(15)

adalah sebatas mengidentifikasi daerah rawan bencana, mengadakan sosialisasi dan mencanangkan desa siaga di dua desa yaitu Desa Lamteuba dan Desa Neuheun.

BZ mengakui saat ini koordinasi masih sulit dilakukan karena masing masing sektor masih berusaha mempertahankan egonya, walaupun BPBD tetap berupaya melakukan koordinasi dan kerjasama baik dengan lintas sektor maupun dengan masyarakat namun karena kerja sama belum maksimal maka hasilnya juga kurang maksimal. Walaupun ia juga mengetahui perubahan paradigma penanggulanggan bencana namun ia menyatakan masih sulit jika yang berkecimpung masih orang lama dengan konsep yang lama..

Pernah mengikuti pelatihan di Medan dan sekilas mendapatkan informasi mengenai gizi darurat namun tidak terlalu fokus karena juga banyak materi lain. Sosialisasi juga pernah di buat di Hotel Oasis dengan di fasilitasi Oleh World Vision. Terakhir Bz menyatakan masih terus dilakukan pembenahan di sana sini walaupun kendala dana dan koordinasi dirasakan menjadi hambatannya dan berencana juga untuk melibatkan tenaga gizi kedepannya.


(16)

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM

Informan : Ketua Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Ahli Gizi Kabupaten Aceh Besar

Tanggal : 23 Juli 2013 Tempat : Puskesmas Jantho

____________________________________________________________________

Deskripsi Pertemuan Dengan Informan 7

Pertemuan dengan informan berlangsung dikantor informan, informan langsung bersedia di wawancarai dengan alasan saat ini sedang ada waktu luang, wawancara berlangsung cukup hangat dan informan juga sempat mengeluhkan ketidakmampuan organisasi dalam meningkatkan kapasitas anggota mengingat organisasi baru kembali diaktifkan walaupun dengan kegiatan yang sifatnya sosial dalam kesejahteraan anggota dan beberapa kali even dalam rangka memperingati hari gizi.

Temuan Penelitian Untuk Informan 7

Informan keenam ini bernama MT, berusia 53 tahun menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Ahli Gizi Kabupaten Aceh Besar. Pendidikan terakhir informan adalah Diploma II dan mengatakn tidak berkeinginan untuk melanjukan pendidikan lagi mengingat usia dan masa pensiun yang sudah dekat.

MT menyatakan tenaga gizi perlu terlibat dalam penanggulangan bencana karena pada sat bencana terjadi korban yang paling beresiko adalah bayi, anak balita, ibu hamil, yang semuanya merupakan sasaran program gizi. Namun Mt mengakui


(17)

tenag gizi selama ini memang belum terlibat dalam kegiatan penanggulangan bencana.

Peneliti menanyakan mengapa menurut MT tenaga gizi belum dilibatkan, menurutnya karena belum munculnya kesadaran bahwa pada saat bencana anak dan ibu hamil merupakan kelompok yang harus mendapatkan perlindungan lebih karena kondisinya, sehingga perlu diperhatikan gizinya karena pasca bencana masalah makanan yang tidak sehat dan kondisi lingkungan yang rusak membutuhkan daya tahiun tubuh yang baik.

Organisasi profesi belum bisa berbuat banyak karena saat ini juga DPC masih sedang berbenah mulai dari pendataan jumlah anggota, termasuk mengurusi masalah Surat Tanda Registrasi anggota, dan beberapa kegiatan sosial. PERSAGI juga belum pernah diundang dalam kegiatan sosialisasi kebencanaan, keika peneliti menanyakan apakah mungkin dicari peluang tersebut, MT menyatakan mungkin bisa dicoba untuk melakukan advokasi yang selama ini juga belum pernah kita lakukan.

Kendala yang dihadapi organisasi adalah karena juga belum tahu apa yang harus dilakukan dalam keadaan bencana padahal sebaiknya semua dipersiapkan dari sebelum bencana terjadi sehingga pada saat bencana tinggal bertindak karena tidak mungkin saat bencana baru akan dipelajari. Masalah lain yang dikemukan adalah Organisasi belum mampu untuk mengadakan pelatihan gizi darurat untuk anggotanya. Untuk anggota yang sudah mendapatkan Surat Tanda Registrasi belum diketahui jumlah pastinya karena masih dalam proses pengurusan di DPD dan sebagain diambil sendiri langsung oleh anggota.


(18)

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Informan : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar (Seksi Gizi) 1. Apakah Dinas Kesehatan memiliki rencana Kontijensi?

2. Bagaimana jumlah tenaga gizi terlatih (dalam hal kebencanaan) di Kabupaten Aceh Besar?

3. Bagaimanakah dengan sarana dan prasarana di bidang gizi yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana?

4. Bagaimana dengan ketersediaan sarana pendukung seperti alat telekomunikasi dan transportasi?

5. Bagaimana selama ini koordinasi lintas sektor?

6. Bagaiamana komitmen pemerintah daerah mengenai penanggulangan bencana?

7. Apakah ada pengaturan mobilisasi dan penempatan sumberdaya manusia (tenaga gizi) terkait dengan daerah rawan bencana?

8. Apakah ada penyebarluasan informasi upaya penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana yang berkesinambungan?

9. Apakah pernah mendapatkan pedoman penyelenggaraan /penanggulangan gizi darurat?

10. Apakah sudah mengembangkan sistim peringatan dini bidang gizi sebagai antisipasi dalam rangka menyediakan informasi untuk kesiapsiagaan?

11. Apakah pernah mengikuti rapat koordinasi berkenaan dengan penanggulangan bencana.


(19)

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Informan : Ketua Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Ahli Gizi Indonesia DPC Kabupaten Aceh Besar

1. Apakah selama ini organiasai ini dilibatkan dalam penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Besar?

2. Bagaimanakan upaya yang dilakukan organisasi dalam peningkatan kemampuan anggota dibidang penanggulangan bencana?

3. Apa yang selama ini telah dilakukan organisasi dalam rangka berperan andil dalam kegiatan penangulangan bencana?

4. Apakah seluruh anggota yang berada di Aceh Besar telah mendapatkan surat tanda registrasi?

5. Apa kendala yang dihadapi organisasi dalam mengembangkan kapasitas anggota selama ini?

6. Apa harapan organisasi dimasa yang akan datang terkait dengan peran ahli gizi dalam penanggulangan bencana?

7. Apakah selama ini ada pelatihan/ pertemuan yang diikuti berkenaan dengan penanggulangan bencana?


(20)

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Informan : Tenaga Gizi

1. Bagaimanakah menurut anda peran tenaga gizi dalam penanggulangan bencana ?

2. Selama ini apakah anda pernah terlibat dalam kegiatan gizi darurat? 3. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan yang bersifat meningkatkan

kapasitas anda dalam penanganan gizi darurat?

4. Menurut anda, apa yang dibutuhkan agar kesiapsiagaan tenaga gizi meningkat dalam penanggulangan bencana?

5. Menurut anda, bagaimanakah peran organisasi profesi dalam hal ini?

6. Bagaimanakah koordinasi yang selama ini dilakukan dalam penanggulangan bencana dengan pihak lain yang terlibat dalam penanggulangan bencana? 7. Apa harapan anda kedepan agar tenaga gizi dapat berperan aktif dalam

penanggulangan bencana didaerah saudara?

8. Apakah anda pernah mendapatkan pedoman penyelenggaran gizi darurat? 9. Apakah anda pernah mengikuti sosialisasi pedoman tersebut?

10.Apakah selama ini ada pelatihan/ pertemuan yang diikuti berkenaan dengan penanggulangan bencana?


(21)

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Informan : Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Aceh Besar.

1. Selama ini apakah dalam penanggulangan bencana di daerah saudara pernah melibatkan tenaga gizi?

2. Apakah pernah dilakukan kegiatan yang bersifat meningkatkan kapasitas tenaga gizi dalam penanganan gizi darurat pada saat bencana?

3. Menurut anda, apa yang dibutuhkan agar kesiapsiagaan tenaga gizi meningkat dalam penanggulangan bencana?

4. Bagaimanakah koordinasi yang selama ini dilakukan dalam penanggulangan bencana dengan lintas sektor terutama bidang kesehatan khususnya bidang gizi berkenaan dengan terjadinya pengungsian dan masalah kesehatan pada saat bencana bencana?

5. Apa harapan anda kedepan agar tenaga gizi dapat berperan aktif dalam penanggulangan bencana didaerah saudara?

6. Bagaimana sebenarnya menurut anda peranan tenaga gizi dalam penanggulangan bencana

7. Apakah menurut anda penyelenggaran gizi darurat dibutuhkan dalam penanggulangan bencana ?

8. Apakah selama ini ada pelatihan/ pertemuan yang diikuti berkenaan dengan penanggulangan bencana yang melibatkan tenaga gizi?


(22)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS KESIAPSIAGAAN TENAGA GIZI DALAM MENGHADAPI GIZI DARURAT PADA BENCANA DI KABUPATEN ACEH BESAR

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nomor Responden :____________________________ 2. Nama Responden :____________________________ 3. Umur Responden :____________________________ 4. Puskesmas :____________________________ 5. Surat Tanda Registrasi : 1. YA 2. Tidak

6. Pendidikan gizi :

1) Sekolah pembantu ahli gizi ( D1) 2) Akademi gizi (DIII)

3) Sarjana Gizi (SI) 4) Magister Gizi

7. Pelatihan peningkatan kemampuan dalam pelayanan gizi darurat:

No Pelatihan Keikutsertaan

Ya Tidak 1. Penanggulangan masalah gizi dalam keadaan

darurat

2 Surveilance gizi

3 Konselor gizi (menyusui dan Makanan pendamping ASI)

4 Tata laksana Gizi Buruk Kesiapsiagaan Ahli Gizi A. Pengetahuan

Kategori pilihan jawaban

- Jawaban a = skore 3 - Jawaban b = skore 2 - Jawaban c = skore 1


(23)

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan tanda (X)

1. Korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian, dimana bantuan makanan mulai berdatangan adalah:

a. Fase pertama

b. Tahap penyelamatan c. Fase Kedua

2. Kegiatan yang termasuk dalam kegiatan merencanakan kebutuhan makanan: a. Melakukan pemeriksaan cepat, pengawasan makanan bantuan, dan

mengeluarkan bahan makanan yang tidak memenuhi syarat dar daftar logistik

b. Melihat nomor registrasi, bahasa, tanggal kadaluarsa, saran penyajian c. Membuat laporan keadaan bahan bantuan kepada koordinator pelaksana

3. Siapakah yang dimaksud sebagai kelompok rawan: a. Bayi, Baduta, Balita, Bumil,Busui, Lansia b. Bayi, Balita,Ibu dan manula

c. Anak, Kaum ibu dan Manula

4. Pemberian makanan tambahan terbatas adalah:

a. Pemberian makanan tambahan bagi kelompok rawan yang menderita kurang gizi

b. Pemberian makanan terbatas pada kelompok rawan

c. Pemberian makanan tambahan bagi pengungsi agar tidak terkena masalah gizi.

5. Pemberian kapsul vitamin A pada saat bencana: a. Sesuai siklus distribusi

b. Semua anak yang berada pada pengungsian c. Tergantung kasus dilapangan


(24)

6. Standart ransum untuk pengungsi adalah a. 2.100 Kkal dan 50 gr protein

b. 2.000 Kkal dan 50 gr protein c. 2. 000 Kkal dan 60 gr protein

7. Bila prevelensi balita kurus dipengungsian ≥ 15% dengan factor pemburuk maka perlu dilakukan:

a. Pemberian PMT darurat b. Pemberian PMT terbatas c. Pelayanan kesehatan rutin

8. Penambahan energi sebanyak 300 Kkal dan protein 17gr diperuntukan bagi: a. Ibu hamil

b. Ibu menyusui c. Ibu lansia

9. Besar porsi makan selingan bagi anak yang kekurangan gizi diberikan sebesar a. 350 kkal dan 15 gr protein

b. 300 kkal dan 15 gr protein c. 300 kkal dan 17 gr protein

10.Prinsip dari pemberian makanan bayi dan anak pada saat darurat adalah: a. Tetap susui anak 0-24 bulan sesering mungkin, dan tersedianya kebutuhan

makanan yang sesuai kecukupan

b. Tetap susui anak usia 0-24 bulan dan berikan susu formula bagi anak piatu c. Susu formula dan produk susu lainnya termasuk dalam pengadaan ransum


(25)

11.Hal hal yang mendukung keberhasilan pemberian makanan pada anak disaat darurat adalah:

a. Ketersediaan tenaga konselor yang melakukan pendampingan pada keluarga yang memiliki bayi dan anak

b. Relawan kesehatan memberikan perlindungan dan dukungan bagi ibu menyusui

c. Penanganan bantuan dan persediaan bantuan penganti air susu Ibu

12.Kriteria bayi yang boleh mendapatkan susu formula adalah:

a. Bayi yang ibunya meninggal atau sakit keras, atau sedang relaktasi. b. Bayi yang sudah menggunakan susu formula dari sebelum bencana c. Ibu sang bayi yang tidak mau menyusui.


(26)

B. Sikap

Kategori pilihan jawaban

- Sangat setuju ( SS) = 5

- Setuju (S) = 4

- Kurang Setuju (KS) = 3 - Tidak Setuju (TS) = 2 - Sangat Tidak Setuju (SS) = 1

No Pertanyaan Jawaban

SS S KS TS STS 1 Tenaga gizi terlibat penyusunan menu dan

mengawasi penyelenggaraan dapur umum 2 Tenaga gizi menentukan kebutuhan bahan

makanan bagi pengungsi

3 Tenaga gizi melakukan pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban bencana

4 Pemberian makanan yang tidak tepat pada kelompok rawan bisa meningkatkan risiko kesakitan

5 Bayi dan Baduta merupakan kelompok yang paling rawan

6 Bagi anak usia 2-5 tahun hindari penggunaan susu dan makanan lain yang dalam

penyiapannya menggunakan air.

7 Pemberian ASI pada bayi dan Baduta sangat penting tetap diberikan pada situasi darurat. 8 Bila bayi piatu upayakan untuk mendapatkan

bantuan ibu susu/ ASI donor

9 Dapur umum wajib menyediakan makanan untuk anak usia 6-24 bulan

10 Adanya tenaga konselor di tempat pengungsian 11 Melakukan pendampingan kepada keluarga

yang memiliki bayi dan anak yang mempunyai masalah gizi

12 Tenaga gizi memberikan perlindungan, promosi dan dukungan kepada ibu untuk keberhasilan menyusui


(27)

13 Memberikan informasi kepada donor dan media massa bahwa bantuan berupa susu formula, dot dan botol tidak diperlukan

14 Bantuan susu formula harus mendapatkan izin dari kepala dinas kesehatan setempat

15 Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan. 16 Susu formula boleh diberikan jika ibu

mengalami masalah kesehatan yang membahayakan

17 Sediakan bahan bakar untuk memasak air untuk menyiapakan susu formula

18 Lanjutkan promosi dan konseling menyusui untuk menghindari penggunaan susu formula


(28)

C. Keterampilan

Kategori pilihan jawaban

- Baik ( B) = 3

- Cukup (C) = 2

- Kurang (K) = 1

No Pertanyaan Jawaban

B C K

1 Fase pertama pada kondisi penyelamatan 2 Perencanaan kebutuhan makanan

3 Pengelolaan makanan missal 4 Pengawasan bantuan makanan 5 Klasifikasi kedaruratan gizi

6 Tahapan/ langkah pemberian makanan pada bayi/anak (0-24 bulan)

7 Intervensi gizi pada Baduta

8 Penyiapan pemberian susu formula

9 Penyusunan menu untuk penyelenggaraan makanan missal

10 Pengawasan penyelenggaraan dapur umum 11 Penentuan kebutuhan pengungsi

12 Konseling menyusui

13 Pendampingan pada keluarga yang memiliki anak dengan masalah gizi

14 Konseling MPASI 15 Surveilance Gizi


(29)

Lampiran 4

HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN

Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 informan yang terbagi menjadi empat orang tenaga gizi yang terpilih dan tiga orang dari instansi atau lembaga yang terkait dengan fungsi tenaga gizi, yaitu Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Aceh Besar, dan Ketua Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Ahli Gizi Kabupaten Aceh Besar, seperti terlihat berikut ini:

Informan Inisial Umur Pekerjaan Pendidikan

1. MS 42 tahun Tenaga Gizi Sarjana

2. EJ 28 tahun Tenaga Gizi Diploma

III

3. MJ 46 tahun Tenaga Gizi Sarjana

4. DR 33 tahun Tenaga Gizi Diploma

III

5. ES 43 tahun Ka, Sie Gizi Sarjana

6. BZ 51 tahun Ka,Sie

kesiapsiagaan

Sarjana

7. MT 53 tahun Ketua-DPC

PERSAGI

Diploma III Hasil wawancara dengan ketujuh informan dalam kajian penelitian kesiapsiagaan tenaga gizi dalam menghadapi gizi darurat adalah sebagai berikut:

Informan 1

Pn : Bagaimana menurut anda peran tenaga gizi dalam penanggulangan bencana?

Inf 1 : sejauh ini ya, ehm memang tergantung petugas, kalau pengalaman pribadi saya, kita memang terbukti keberadaan kita dibutuhkan ini terjadi saat bencana tsunamii, hari hari awal bencana terjadi semua masih dalam situasi panik dan kebetulan puskesmas saya tidak terkena tsunami.


(30)

Saya mengalami sendiri saya memang langsung turun sendiri untuk memberi bantuan

Pn : setelah itu…?

Inf 1 : ya saya ikut bantu terutama mengenai makanan untuk balita apa yang bisa saya buat yang saya bantu

Pn : Setelah tsunami ada tidak keterlibatan kita

Inf 1 : Setelah itu diambil alih, baik oleh LSM, kita hanya bisa bantu sekesar saja Pn : Apakah pernah mendapatkan pembekalan tentang kesiapsiagaan bencana? Inf 1 : Klo yang dimaksud dengan pelatihan khusus tentang bencana saya pribadi

belum pernah tapi saya gak tahu klo teman teman yang lain tapi klo saya pribadi sama sekali belum pernah mengikuti, kepingin sih.

Pn : Kalau pedoman penanggulangan bencana berkaitan dengan gizi darurat bagaimana?

Inf 1 : Kalau dari dinas saya belum pernah dapat tapi saya pernah cari sendiri dari internet

Pn : Apakah pernah mengikuti sosialisasi kebencanaan ?

Inf 1 : Pernah saya ikuti…kira kira awal tahun 2006 saya saat itu mewakili tenaga gizi.

Pn : Siapa saja yang mengikutinya?

Inf 1 : Oh rame.., macam macam tapi dari gizi saya yang ikut…. Pn : yang mengadakannya siapa?

Inf 1 : NGO waktu itu

Pn : Apa hasil pertemuan itu ?

Inf1 : ya sifatnya masih umum gitu, tentang penanggulangan bencana secara umum.

Pn : kalau akhir akhir ini, apa masih pernah mengikutinya? Inf 1 : gak pernah lagi sekarang


(31)

Inf 1 : Sementara peran organisasi profesi belum sampai kesana ya, jadi ya bisa dibilang belum terasa (informan tertawa kecil)

Pn : mengapa anda tertawa?

Inf 1 : ya saya juga masuk dalam pengurus tapi kita belum bisa berbuat banyak sampai saat ini, ya kita berharap saja ke depan lebih baik.

Pn : Apakah ada koordinasi yang dilakukan dengan pihak lain yang terlibat dalam penanggulangan bencana

Inf 1 : ya seperti saya bilang tadi, dulu ada pertemuan dengan berbagai sector yang diadakan NGO, kalau kita dengar pemaparannya penanggulangan bencana itu bukan kegiatan satu pihak dan lembaga saja tapi ya bisa dibilang itu kegiatan semua sektor jadi semua sektor sebenarnya perlu terlibat karena bencana kan tidak memilih milih korban, klo semua pihak siap tentu kita lebih siap menghadapi bencana.

Pn : jadi menurut anda untuk profesi gizi bagaimana

Inf 1 : ya kita lebih banyak terlibat kalau sudah ada korban yang mengalami gizi buruk. Ya baru mana orang gizi .. ni kasus gizi buruk

Pn : jadi seharusnya menurut anda?

Inf 1 : ya kalau kita sudah siap dan tahu apa tugas kita dan diberi kesempatan juga untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran termasuk data awal kan jadi lebih mudah, ya kira kira begini… anak yang kurang gizi jangan sampai karena kena bencana jadi gizi buruk, jadi bisa ditangani dengan cepat

Pn : maaf, apa ini tidak berkaitan dengan dana atau kegiatan proyek begitu? Inf 1 : ya semua kegiatan sekarang memang orang pikir ujung ujungnya uang,

namun gak semua juga seperti itu banyak diantara kita juga sebenarnya gak mau ada balita yang bermasalah, karena itu kan menunjukkan kita gak becus bekerja, padahal itu bukan soal gampang..

Pn : jadi, apa harapan anda kedepan untuk tenaga gizi dalam kaitannya dengan penanggulangan bencana


(32)

Inf 1 : kita mau terlibat lebih aktif jadi kita jangan hanya dilibatkan kalau sudah ada masalah gizi buruk saja, kalau di pedoman teknis penanggulangan bencana kita disertakan sebagai anggota tim pasti karena di tinjau kita diperlukan, jadi kita bekerjalah dengan baik,

Pn : jadi anda berharap demikian?

Inf 1 : ya, karena bencana kan gak bisa diduga kapan dan dimana mau terjadi. Lebih baik kita siap kan?

Pn : ya, anda benar. Jadi menurut anda apa yang dibutuhkan agar kesiapsiagaan tenaga gizi meningkat?

Inf 1 : ya kalau menurut saya kita perlu disadarkan akan peran dan fungsi kita dulu, biar tenaga gizi tahu posisisnya dimana, terus ya di bekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai biar kita tahu harus berbuat apa sebelum bencana, mau pun waktu bencana terjadi, mungkin hal hal kecil bisa jadi awal biar kita terlibat lebih aktif dan maksimal

Pn : bagaimana dengan simulasi?

Inf 1 : kalau saya rasa itu penting dan perlu, supaya pada saat terjadi bencana kita tidak kagok, dan dengan ada latihan kan kita bisa evaluasi apa kekurangan kita dan bisa diperbaiki.

Informan 2

Pn : Bagaimana menurut anda peran tenaga gizi dalam penanggulangan bencana?

Inf 2 : bagaimana ya…menurut saya perlu sih, kan korban juga mengalami masalah gizi

Pn : pernahkah anda terlibat dalam penanggulangan bencana,

Inf 2 : sampai saat ini saya belum pernah, ya benar…. Seingat saya belum pernah


(33)

Pn : kalau pada saat belum terjadi bencana, apakah pernah anda mengikuti kegiatan yang berkenaan dengan penanggulangan bencana?

Inf 2 : oh klo itu gak ada juga, saya malahan ini baru dengar saat kamu menanyakan kepada saya

Pn : bisa tolong diceritakan apakah pernah mengikuti kegiatan yang meningkatkan kemampuan dalam penangulangan bencana terutama masalah gizi darurat?

Inf 2 : Belum pernah saya, kalau ada mau juga ikut untuk menambah ilmu, Pn : bagiamana dengan sosialisasi penanggulangan bencana?

Inf 2 : oh saya belum pernah ikut itu, memangnya sekarang kegiatan sudah ada ya?

Pn : ya ada, klo buku pedoman gizi darurat bagaimana?

Inf 2 : saya gak punya itu, dari dinas juga saya gak pernah dikasih. Pn : menurut anda bagaimanakah peran organisasi profesi dalam hal ini,

Inf 2 : sebenarnya kita berharap banyak juga pada organisasi profesi tapi ya seperti kita tahu hambatan juga banyak, gak mudah buat organisasi membuat banyak gebrakan kita juga masih baru mulai bangkit.

Pn : apa harapan anda kedepan terkait tenaga gizi dengan penanggulangan bencana?

Inf 2 : saya sebenarnya harapannya sederhana, kita bekerja dan dilibatkan sehubungan dengan tugas kita dalam menangani anak, bayi, ibu ibu hamil ya pokoknya yang ada kaitanya dengan kita, itu misalnya susu formula kadang dikasih untuk anak yang masih ada ibunya kan, susah juga buat program ASI ekslusif

Pn : menurut anda apa yang dibutuhkan supaya tenaga gizi lebih siap saat terjadi bencana?

Inf 2 : saya rasa pengetahuan ya kalau perlu kayak yang di buat Iliza itu ( Wakil Walikota Banda Aceh) apa ya namanya, yang uji coba itu, trus kita jadi


(34)

terasa seperti sedang bencana, setelah itu kita kan jadi tahu apa yang masih kurang dan perlu kita tingkatkan

Pn : simulasi maksud anda?

Inf 2 : ya benar, kalau banda aceh ada ya kan buat seperti itu tapi saya tidak tahu tenaga gizi terlibat atau tidak, saya baca diSserambi (Koran Daerah)

Informan 3

Pn : maaf ini pak saya mengganggu, Bagaimana menurut anda peran tenaga gizi dalam penanggulangan bencana?

Inf 3 : ehmm perlu ya, apalagi kita lihat seperti waktu tsunami itu, kita benar benar terkejut karena gak punya pengalaman dan juga gak tahu mau ngapain pokoknya kita panik, perlu sangat perlu saya rasa.kita kan gak pernah simulasi waktu dulu, sekarang juga belumpernah jadi kalau bencana lagi mungkin masih meraba raba mau melakukan apa.

Pn : pernahkah bapak terlibat dalam penanggulangan bencana,

Inf 3 : pernah waktu tsunami itu daerah kami kan putus kontak, jalan dan jembatan putus waktu itu bantuan terpaksa dibawa dari laut dan udara ya kami petugas yang masih selamat berusaha memberikan bantuan apa yang bisa kami lakukan, termasuk dalam masalah gizi dan makanan

Pn : sekarang kan tsunami sudah lama berlalu adakah kegiatan yang bapak lakukan pada saat belum terjadi bencana atau kegiatan yang berkenaan dengan penanggulangan bencana

Inf 3 : sekarang gak pernah lagi klo sekitar tahun 2006 -2007 ada, kegiatan itu dibuat oleh NGO bahkan klo untuk penaggulangan gizi buruk kami juga sampai dibawa ke Surabaya

Pn : Kalau akhir akhir ini, pernah mengikuti kegiatan pelatihan yang meningkatkan kemampuan dalam penangulangan bencana terutama masalah gizi darurat?


(35)

Inf 3 : ehmmm…… bentar ya ya……, kayaknya gak ada lagi sekarang malah ini saya baru dengar lagi , padahal kita banyak kali ancaman bencana ya….. Pn : bencana apa saja?

Inf 3 : ya kayak kemarin itu kita dengar gunung selawah aktivitasnya meningkatkan, gempa juga, terus juga kayak banjir di Krueng Raya.

Pn : bagiamana dengan sosialisasi penanggulangan bencana? Inf 3 : gak ada, saya gak pernah ikut

Pn : kalau pedoman gizi darurat bagaimana? Inf 3 : gak pernah saya dapat pedoman itu

Pn : bagaimana peran organisasi profesi dalam hal ini?

Inf 3 : ya setahu saya belum ada, kalau ada kita pasti dilibatkan, mungkin juga dari atasnya lagi belum ada dukungan

Pn : maksudnya pak?

Inf 3 : ya dari instansi terkait mungkin pfofesi gizi belum dilibatkan jadi ya kesannya seperti tidak diperlukan.

Pn : instansi yang bapak maksud siapa?

Inf 3 : ya dinkes yang badan bencana, mungkin ada lagi dukungannya untuk kita belum ada.

Pn : apa harapan bapak kedepan tentang peran aktif tenaga gizi dalam penangulangan bencana?

Inf 3 : saya berharap kita bisa ikut andil dan berperan sesuai tupoksi kita, itu saja jadi jangan kalau sudah ada masalah gizi baru kita dilibatkan.

Informan 4

Pn : Bagaimana menurut anda peran tenaga gizi dalam penanggulangan bencana?

Inf 4 : aduh gimana ya….klo dipikir pikir ya perlu sih bahkan sangat perlu, tapi sekarang kayaknya tenaga gizi kurang terlihat perannya. Ya masih kabur dimana sebenarnya kita bisa berperan.


(36)

Pn : jadi..?

Inf 4 : ya.. maksudnya klo bencana terjadi biasanya yang terjun lebih sering yang pihak medis karena dipikirkan itu perlu untuk menangani korban luka dan lain sebagainya.

Pn : pernahkah anda terlibat dalam penanggulangan bencana,

Inf 4 : ya kayak saya bilang tadi yang lebih di libatkan ya yang bisa melakukan kegiatan medis, saya sih belum pernah dilibatkan termasuk kemarin waktu banjir bandang terjadi dari kami tidak terlibat.

Pn : bagaimana dengan kegiatan yang dilakukan pada saat belum terajdi bencana atau kegiatan yang berkenaan dengan penanggulangan bencana Inf 4 : klo itu belum.. sama sekali saya belum pernah terlibat,

Pn : kegiatan yang sifatnya meningkatkan kemampuan dalam penangulangan bencana terutama masalah gizi darurat?

Inf 4 : itu juga belum tapi saya sekilas juga ada pemikiran kesana tapi saya pikir barangkali gizi sifatnya masih kegiatan rutin?

Pn : Maksudnya?

Inf 4 : ya kayak posyandu, bulan vitamin A atau kegiatan pemantauan pertumbuhan gitu

Pn : oh.. begitu ya

Inf 4 : iya.. klo yang lain belum ada sih

Pn : bagiamana dengan sosialisasi penanggulangan bencana? Inf 4 : saya belum pernah ikut klo sosialisasi bencana itu

Pn : klo pedoman gizi darurat bagaimana? Apa pernah mendapatkannya? Inf 4 : oh sama sekali belum dari dinas juga belum pernah itu.

Pn : jadi sebenarnya apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan tenaga gizi menurut anda

Inf 4 : ya tenaga gizinya dilatih harus bagaimana, supaya kalau ada bencana tidak bingung mau melakukan apa, karena suasana bencaan sama tidak


(37)

bencana kan beda, apalagi kalau keluarga kita juga ikut jadi korban maka kita pasti panik dan kadang tugas jadi gak keurus.

Pn : apa harapan anda kedepan terkait dengan penanggulangan bencana di daerah anda

Inf 4 : semua pihak harus saling menghargai dan mau bekerjasama, karena semua pasti punya kelebihan dan kekurangan dan dengan kerjasama kita bisa saling melengkapi dan menghadapi resiko bencana dengan lebih siap. Informan 5

Pn : apakah dinas kesehatan punya rencana kontijensi? Inf 5 : gak ada, kita gak punya itu.

Pn : bagaimana jumlah tenaga gizi yang terlatih dalam keadaan gizi darurat yang ada di kabupaten Aceh Besar?

Inf 5 : belum, kita belum punya tenaga terlatih

Pn : sarana prasarana di bidang gizi untuk kebutuhan penanggulangan bencana?

Inf 5 : kita gak punya yang khusus yang kalau pun ada yang sifatnya untuk kegiatan rutin, apakah itu yang ada di puskesmas, atau di posyandu. Pn : kalau alat telekomunikasi dan transportasi bagaimana?

Inf 5 : belum, kita belum sampai pada taraf itu, masih sederhana saja yang kita punya, untuk hal hal rutin saja kita banyak menggunakan telepon genggam sendiri begitu.


(38)

Inf 5 : kalau itu saya pribadi kurang tahu, soalnya untuk masalah kebencanaan kita dari gizi belum pernah dilibatkan karena itu ada seksi khusus kebencanaan yang adanya dibawah bagian pelayanan medis jadi kalau ada apa apa yang urusan mereka. Kita belum pernah dilibatkan

Pn : bagaimana dengan penempatan tenaga gizi dikaitkan dengan daerah rawan bencana di Kabupaten Aceh Besar?

Inf 5 : penempatan selama ini biasa saja, mutasi memang ada akan tetapi daerah resiko bencana tidak jadi pertimbangan karena memang kita belum punya tewnaga terlatih jadi semua tenaga gizi sama saja.

Pn : komitmen pemerintah daerah bagaimana tentang bencana?

Inf 5 : ya saya rasa komitmen ada, Cuma kegiatannya belum maksimal karena kita kan masih meraba raba, ini akan dilakukan oleh siapa saja dan bagaimana, kita kan kenal penanggulan bencana ini karena tsunami, sebelumnya biasa saja

Pn : apakah ada penyebarluasan informasi upaya penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana yang berkesimambungan

Inf 5 : itu belum ada kita tapi saya tidak terlibat langsung juga masalahnya jadi tidak tahu pasti, tapi kalau kami belum pernah dapat.

Pn : Bagaimana menurut anda peran tenaga gizi dalam penanggulangan bencana?


(39)

Inf 5 : oh kalau menurut saya sangat perlu karena pada saat bencana terjadi yang sering mengalami keadaan yang lebih sulit adalah golongan anak balita, ehmmm bayi dan juga ibu hamil,, eh satu lagi orang lanjut usia Pn : pernahkah tenaga gizi terlibat dalam penanggulangan bencana,

Inf 5 : ehm… kalau sampai saat ini belum ya, kayaknya yang banyak terlibat dari bagian pelayanan medis .

Pn : bagaimana dengan simulasi bu?

Inf 5 : wah belum ada kesempatan kita ikut, tapi kayaknya di Aceh Besar memang belum pernah.

Pn : bagaimana dengan kegiatan yang dilakukan pada saat belum terjadi bencana atau kegiatan yang berkenaan dengan penanggulangan bencana Inf 5 : gak ada sih kita belum yang ikut biasanya ada Ka Sie Bencana yang ikut

kita untuk gizi belum dilibatkan

Pn : kegiatan yang sifatnya meningkatkan kemampuan dalam penangulangan bencana terutama masalah gizi darurat?

Inf 5 : gak ada, kami belum ada yang berkesempatan untuk ikut kegiatan tersebut, ehm maksudnya pelatihan kan?

Pn : ya, pelatihan seperti pelatihan gizi darurat, konseling dan surveillance, begitu

Inf 5 : oh kalau konseling ada kita adakan itu atas bantuan UNICEF. Itu diadakan sekitar beberapa gelombang untuk ASI banyak tapi kalau untuk MP_ASI sekitar 4 gelombang


(40)

Pn : satu gelombang berapa orang bu?

Inf 5 : sekittar dua puluh orang setiap gelombang

Pn : bagiamana dengan sosialisasi penanggulangan bencana?

Inf 5 : belum ada sosialisasi yang kami ikuti sampai saat ini, kalau kedepan belum tahu”

Pn : klo pedoman gizi darurat bagaimana? Apa pernah mendapatkannya? Inf 5 : oh kalau bukunya ada warnanya pink klo tidak salah

Pn : apa pernah diteruskan kepada tenaga gizi di Puskesmas Inf 5 : belum

Pn : mengapa bu?

Inf 5 : bukunya yang kami dapat cuma satu jadi untuk dikirim ke puskesmas belum bisa, mau diperbanyak juga terkendala dana begitu.

Pn, : jadi

Inf 5 : ya untuk sementara kami belum bisa berbuat banyak kami sendiri juga masih butuh waktu untuk mempelajari isi pedoman tersebut.

Pn : kalau untuk wilayah Aceh Besar menurut ibu bagaimana potensi bencananya

Inf 5 : ya kalau potensi bencana cukup banyak sih tapi ya begitu kita masih fokus pada kegiatan rutin karena kita juga terbatas secara sumberdaya..


(41)

Informan 6

Pn : selama ini apakah dalam kegiatan penanggulangan bencana di daerah Aceh Besar pernah melibatkan tenaga gizi?

Inf 6 : kalau yang sudah sudah belum,

Pn : Bagaimana menurut anda peran tenaga gizi dalam penanggulangan bencana?

Inf 6 : oh penting karena saat bencana terjadi, makanan dan kesehatan yang paling perlu mendapat perhatian

Pn : maksudnya pak?

Inf 6 : ya kalau bencana terjadi korbankan perlu kita tangani, misalnya yang luka kan perlu diobati demikian juga yang menjadi korban meninggal akan ditangani termasuk korban hilang, tapi disisi lain kan masih ada korban yang selamat .. ya itu juga harus mendapatkan penanganan yang tepat

Pn : selama ini pernahkah tenaga gizi terlibat dalam penanggulangan bencana, Inf 6 : ehm… kalau sampai saat ini belum ya, atau mungkin ada tapi saya tidak

tahu pasti namun yang lebih banyak terlibat dari dokter, perawat gitu…ya bagian dari pengobatan kan biasanya habis bencana juga banyak korban yang sakit

Pn : jadi menurut bapak bagaimana dengan tenaga gizi

Inf 6 : ya sebenarnya perlu ya, kan yang gak sakit juga perlu makanan yang baik dan bergizi, ya kan?


(42)

Pn : ya pak, lalu menurut bapak mengapa tidak dilibatkan? . Inf 6 : mungkin belum ya, kedepan bisa juga akan dilibatkan Pn : maksud bapak?

Inf 6 : ya kami ini sebenarnya kan…….. kami mengkoordinasikan saja tapi tim kesehatan yang dikirim itu terserah dari dinas kesehatan seperti beberapa hari kedepan kami akan mengadakan rapat koordinasi, kami sudah kirim surat ke DinKes tapi kami gak tahu siapa yang akan dikirim

Pn : bagaimana dengan kegiatan yang dilakukan pada saat belum terjadi bencana atau kegiatan yang berkenaan dengan penanggulangan bencana terutama kesiapsigaan

Inf 6 : ya kami sadar kesiapsiagaan sangat penting tapi selama ini belum banyak kegiatan yang sifatnya kesiapsiagaan bisa dilakukan…termasuk simulasi Pn : terus pak……

Inf 6 : kita juga kesulitan dana karena kegiatan yang dilakukan selama ini banyak yang lebih diutamakan untuk kegiatan yang sifatnya tanggap darurat.

Pn : maksudnya pak

Inf6 : saya juga berpikir sebenarnya kesiapsiagaan itu penting , kami sadar bahwa harusnya untuk menurunkan kerentanan perlu kesiapsiagaan. Pn : ya, jadiselama ini bagaimana pak?


(43)

Inf 6 : kami memang sudah menidentifikasikan daerah yang memiliki potensi bahaya yang ada di Kabupaten Aceh Besar, nanti saya kasih buat anda ya, siapa tahu perlu.

Pn : terima kasih pak, terus pak?

Inf 6 : ya…….sementara memang baru itu yang bisa kami lakukan tapi dari BPBD pernah diundang ke medan untuk pelatihan tentang gizi saat bencana tapi sekilas gitu karena ada materi materi lain juga yang disampaikan.

Pn : bagiamana dengan sosialisasi penanggulangan bencana?

Inf 6 : kami selama ini ada membuat sosialisai misalnya kemarin tu kami pernah buat di hotel Oasis dan mengundang pihak pihak yang penting dalam penanggulangan bencana

Pn : kalau pedoman mengenai penanggulangan bencana terutama mengenai gizi darurat bagaimana?

Inf 6 : oh… klo itu…kami belum tahu apa ada ya?

Pn : ada pak, jadi kegiatan kesiapsiagaan yang sudah dilakukan apa saja pak? Inf 6 : ya masih sebatas pertemuan, kegiatannya kesiapsiagaan masih sebatas

diketahui akan tetapi belum dilaksanakan Pn : mengapa pak?

Inf 6 : untuk koordinasinya masih sulit, masih dirasakan mempertahankan ego masing masing sektor, sehingga belum maksimal


(44)

Inf 6 : peran tenaga gizi sangat diperlukan saya rasa, mengingat pada saat pengungsian banyak sekali terdapat kelompok rawan, sepertianak, bayi, ibu hamil dan orang tua

Pn : menurut anda apa yang dibutuhkan agar kesiapsiagaan tenaga gizi meningkat?

Inf 6 : mungkin perlu kita libatkan bersama untuk saling kerjasama Pn : jadi pak kegiatan pra bencana yang sudah dilakukan apa saja pak?

Inf 6 : kegiatan kesiapsiagaannya ya, masih sebatas desa siaga ehm.. ada beberapa desa, seperti desa lam teuba di seulimum dan desa neuhen di mesjid raya

Pn : bukannya sudah ada perubahan paradigma penanggulangan bencana pak? Inf 6 : kegiatan kesiapsiagaan belum maksimal bisa dilakukan, ya kalau

perubahan paradiogma itu memang benar akan tetapi masalahnya orang yang terlibat masih orang yang lama yang pakai konsep lama, sehingga gak ada perubahan yang berarti.

Pn : jadi pak?

Inf 6 : ya sementara ini salah satu kebijakan BPPD Aceh Besar adalah koordinasi dan kerjasama antar berbagai sektor dan masyarakat

Pn : kalau itu sudah dilakukan pak? Inf 6 : sudah, difasilitasi oleh world Vision.

Pn : apakah selama ini ada pelatihan kebencanaan yang melibatkan tenaga gizi pak


(45)

Inf 6 : oh belum, belum sampai kesana kita

Pn : menurut bapak bagaimanan dengan penyelenggaraan gizi darurat?

Inf 6 : semua perlu disiapkan akan tetapi saya sudah sampaikan tadi untuk melaksanakan kita punya banyak kendala, ya dana, ya juga koordinasi, macam macamlah kita kan masih terus berbenah.

Informan 7

Pn : Bagaimana pendapat bapak mengenai peran tenaga gizi dalam penanggulangan bencana

Inf 7 : ehmmm…. Penting , tenaga gizi sebenarnya juga perlu terlibat dalam penanggulangan bencana Karena pada saat bencana terjadi kan korban yang paling beresiko itu bayi, anak balita, bumil, yang semuanya juga sasaran dari program gizi

Pn : jadi selama ini bagaimana keterlibatan dari tenaga gizi Inf 7 : sepertinya kita masih belum banyak terlibat

Pn : Menurut bapak mengapa?

Inf 7 : sepertinya masih belum munculnya kesadaran bahwa pada saat bencana anak dan bumil merupakan kelompok yang harus mendapatkan perlindungan lebih karena kondisinya.

Pn : terus pak

Inf 7 : ya… begini ….penanganan bayi … balita ibu hamil itu kan perlu diperhatikan gizinya,masalah makanan yang tidak sehat dan kondisi


(46)

lingkungan yang rusak pasca bencana membutuhkan daya tahan yang baik.

Pn : lalu menurut bapak apa yang sudah dilakukan oleh organisasi profesi Inf 7 : maksudnya dalam hal kebencanaan?

Pn : ya pak..

Inf 7 : kalau itu belum ada hal yang bisa kita lakukan, karena terus terang kita masih sedang membenahi organisasi mulai dari pendataan anggota membantu dalam masalah STR dan juga kegiatan sosial

Pn : bagaimana dengan keterlibatan organisasi dalam kegiatan sosialisasi masalah krisis kesehatan akibat bencana

Inf 7 : kami belum pernah diundang, untuk acara sosialisasi masalah kesehatan pada bencana apalagi yang khusus gizi

Pn : bagaimana dengan koordinasi pak?

Inf 7 : “kita belum pernah berkoordinasi dengan pihak mana pun untuk urusan kebencanaan, termasuk dinas, selama ini yang kita masih terbatas pada kegiatan organisasi “

Pn : apakah ada kemungkinan organisasi profesi mencari peluang tersebut? Inf 7 : mungkin bisa kita coba, barangkali sifatnya advokasi ya…

Pn : ya pak

Inf 7 : ya selama ini memang belum pernah kita lakukan

Pn : jadi menurut bapak sebenarnya apa kendala yang dihadapi organisasi dalam meningkatkan kapasitas anggota dalam hal gizi darurat


(47)

Inf 7 : saya rasa karena kita belum tahu apa apa saja yang harus kita lakukan dalam keadaan bencana padahal itu harusnya kita ketahui sebelum terjadi bencana lha klo sudah bencana mana mungkin pelajari lagi tentu tinggal action he he(tertawa kecil)

Pn : terus yang menjadi kendala organisasi pak?

Inf 7 : organisasi belum mampu untuk mengadakan kegiatan pelatihan gizi darurat begitu.. jadi masih sangat terbatas kemampuan organisasi.

Pn : apakah seluruh tenaga gizi di Kabupaten Aceh Besar sudah mendapatkan STR?

Inf 7 : itu kita belum tahu karena STR masih di DPD dan diambil oleh masing masing anggota jadi belum ada datanya di kita.

Pn : bagaimana dengan simulasi pak?


(48)

(49)

(50)

(51)

(1)

lingkungan yang rusak pasca bencana membutuhkan daya tahan yang baik.

Pn : lalu menurut bapak apa yang sudah dilakukan oleh organisasi profesi Inf 7 : maksudnya dalam hal kebencanaan?

Pn : ya pak..

Inf 7 : kalau itu belum ada hal yang bisa kita lakukan, karena terus terang kita masih sedang membenahi organisasi mulai dari pendataan anggota membantu dalam masalah STR dan juga kegiatan sosial

Pn : bagaimana dengan keterlibatan organisasi dalam kegiatan sosialisasi masalah krisis kesehatan akibat bencana

Inf 7 : kami belum pernah diundang, untuk acara sosialisasi masalah kesehatan pada bencana apalagi yang khusus gizi

Pn : bagaimana dengan koordinasi pak?

Inf 7 : “kita belum pernah berkoordinasi dengan pihak mana pun untuk urusan kebencanaan, termasuk dinas, selama ini yang kita masih terbatas pada kegiatan organisasi “

Pn : apakah ada kemungkinan organisasi profesi mencari peluang tersebut? Inf 7 : mungkin bisa kita coba, barangkali sifatnya advokasi ya…

Pn : ya pak


(2)

Inf 7 : saya rasa karena kita belum tahu apa apa saja yang harus kita lakukan dalam keadaan bencana padahal itu harusnya kita ketahui sebelum terjadi bencana lha klo sudah bencana mana mungkin pelajari lagi tentu tinggal action he he(tertawa kecil)

Pn : terus yang menjadi kendala organisasi pak?

Inf 7 : organisasi belum mampu untuk mengadakan kegiatan pelatihan gizi darurat begitu.. jadi masih sangat terbatas kemampuan organisasi.

Pn : apakah seluruh tenaga gizi di Kabupaten Aceh Besar sudah mendapatkan STR?

Inf 7 : itu kita belum tahu karena STR masih di DPD dan diambil oleh masing masing anggota jadi belum ada datanya di kita.

Pn : bagaimana dengan simulasi pak?

Inf 7 : belum juga kita berkesempatan untuk ikut


(3)

(4)

(5)

(6)