Perbedaan Jumlah Streptococcus mutans pada Saliva Perempuan Menopause dengan Perempuan Usia Produktif

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Fisiologi menopause

Ovarium memiliki lebih kurang 700.000 sel telur saat lahir yang belum berkembang.Pada masa pubertas, usia 8-12 tahun, mulai timbul aktivitas ringan dari fungsi endokrin. Selanjutnya, pada usia 12-13 tahun seorang perempuan akan mendapatkan menarche (menstruasi untuk pertama kalinya).Sepanjang siklus menstruasi ada 400-500 sel telur yang dihasilkan setiap bulannya dan menurun setiap tahun.Masa pubertas adalah masa dimana organ reproduksi perempuan mulai berfungsi secara optimal.Pada masa ini hipotalamus menghasilkan gonadotropin releasing hormone (gnRH) yang mengakibatkan kelenjar pituitary yang berada pada basis otak mensekresikan LH (luteinizing hormone) dan follicle stimulating hormone (FSH). LH dan FSH berperan dalam maturasi folikel pada ovarium dan menghasilkan sel telur setiap bulannya.Masa ini juga disebut masa subur (fertil) yang dapat berlangsung sampai usia sekitar 45 tahun.Pada masa ini perempuan dapat mengalami kehamilan dan melahirkan. Setelah itu seorang perempuan memasuki fase klimakterium, yaitu masa peralihan memasuki periode non-produktif.4

Ovarium memproduksi tiga hormon yang sangat penting yaitu estrogen, progesteron, dan androgen.Estrogen secara endogen memproduksi estrone (E1), estradiol (E2), estriol (E3).Estradiol (E2) diproduksi oleh folikel ovarium dominan selama siklus menstruasi bulanan dan merupakan estrogen alami yang paling ampuh. Estrone (E1) adalah bentuk dominan estrogen selama menopause.7

Pada masa premenopause, hormon progesteron dan estrogen masih tinggi, namun semakin berkurang ketika memasuki masa perimenopause dan paskamenopause.Pada perimenopause, ovarium mulai menyusut dan folikel menghilang dalam waktu yang cepat.Level hormon mengalami fluktuasi seiring dengan upaya ovarium dalam mengatur produksinya.Selanjutnya ovarium menjadi


(2)

resisten terhadap FSH, dan kelenjar pituitary berusaha menjaga produksi hormon estrogen.Hal ini menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur dan tidak dapat diprediksi.Ketika menstruasi tidak datang selama satu tahun dan terjadi peningkatan level FSH (lebih dari 30-40 IU), seorang perempuan telah mencapai periode menopause. Pada saat menopause, estrogen masih tetap diproduksi oleh ovarium dan tidak langsung berhenti, namun ovarium berhenti menghasilkan sel telur.4 Rata-rata usia mulainya menopause adalah sekitar 52 tahun dan biasanya menstruasi mulai tidak teratur dan berhenti antara usia 45 sampai dengan 55 tahun (Ganong 2002).1

Gambar 1. Hubungan antara periode transisi menopause menurut WHO tahun 19962

2.1.2Tanda-tanda menopause

Tanda-tanda perempuan menopause adalah : a. Gejala vasomotor = hot flushes (gejolak panas)

Hot flushes dan berkeringat pada malam hari adalah karakteristik dari gejala menopause.Berkeringat pada malam hari karenahot flushes dirasakan pada waktu menjelang bangun tidur.2 Hal ini disebabkan karena penurunan konsentrasi E2 yang besar pada serum dan pusat regulasi dan temperatur di hipotalamus.7

b. Gangguan urogenital

Setelah menopause mukosa pada vagina akan menjadi lebih tipis. Hal ini menimbulkan berbagai jenis keluhan seperti kemunduran seksual yang juga disebabkan oleh kekeringan sehingga perdarahan mudah terjadi.2

Menopause/Periode menstruasi terakhir

---Transisi menopause Postmenopause --- Perimenopause


(3)

c. Menstruasi tidak teratur

Sebuah studi memperkirakan sebanyak 10% menopause mengalami penghentian menstruasi secara tiba-tiba, tetapi mayoritas mengalami perdarahan tidak teratur sebelum berhentinya menstruasi.2

d. Gejala dan simtom lainnya

Beberapa gejala lain dilaporkan sebagai gejala menopause seperti depresi, palpitasi, insomnia, sakit kepala, retensi cairan, nyeri punggung, sulitnya berkonsentrasi dan pusing kepala.2

2.1.3 Perubahan pada menopause

a. Perubahan fisik

Banyak jaringan pada tubuh manusia yang sensitif terhadap pengaruh hormon estrogen seperti payudara, tulang, jantung, arteri serta sistem gastrointestinal. Penurunan level estrogen pada menopause menyebabkan masalah pada jaringan tersebut.4

1. Osteoporosis

Osteoporosis dapat meningkat 5-10 tahun setelah menopause.5Studi menunjukkan adanya hubungan antara rendahnya level hormon estrogen dengan kehilangan tulang.Osteoblas dan osteoklas memperlihatkan keterlibatan reseptor estrogen yaitu ERα dan ERβ. Hormon estrogen mengurangi aktivitas osteoklas dan meningkatkan apoptosis sel osteoklas.7 Osteoporosis mendukung lebih dari 1,5 juta fraktur setiap tahunnya yang kebanyakan ditemukan pada perempuan.20

2. Penyakit kardiovaskular

Estrogen berperan penting dalam proteksi melawan penyakit kardiovaskular.Setelah menopause, terjadi perubahan kolesterol dalam darah. Level kolesterol, LDL (low-density lipoproteins) meningkat, dan HDL (high-density lipoproteins) yang dikenal sebagai “kolesterol baik” menurun. HDL berperan dalam menjaga arteri tetap bersih, sehingga aliran darah lancar.Penyakit kardiovaskular


(4)

dapat menyebabkan kematian 11 kali lebih besar dari kanker payudara.Gangguan kardiovaskular diantaranya adalah arterosklerosis, tekanan darah tinggi, angina, chest pain, serangan jantung dan stroke.4

b. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis pada perempuan menopause terjadi karena produksi hormon estrogen di ovarium yang tiba-tiba berhenti.Biasanya pertistiwa ini ditandai dengan terjadinya rasa panas dalam tubuh (hot flushes), perasaan mudah cemas dan mudah berkeringat.Dalam masa ini, perempuan menopause sering mengalami depresi yang ditandai dengan the emptiness syndrome (rasa kesendirian). Sindrom ini muncul dalam bentuk perilaku yang seringkali berada di luar kontrol dan susah dimengerti oleh lawan interaksinya. Secara psikis sindrom ini terjadi karena perempuan kehilangan peran reproduksinya, disamping itu dipengaruhi oleh terjadinya berbagai perubahan yang menimbulkan keluhan-keluhan fisik dan psikologis, seperti terjadi sakit pada punggung dan kepala, badan panas, keringat pada malam hari, pikiran kacau.21

2.1.4 Manifestasi menopause pada rongga mulut

1. Rasa terbakar/Burning mouth syndrome (BMS)

Gejala umum BMS berupa rasa sensasi terbakar yang spontan dan rasa sakit yang dalam mempengaruhi beberapa area di rongga mulut tanpa disertai penyebab yang jelas.Kondisi ini terjadi secara bilateral terutama pada lidah, bibir, palatum, gingival dan pada area pendukung gigi tiruan. Penelitian Wardropa menunjukkan sebanyak 33% perempuan menopause mengalami ketidaknyamanan ini pada rongga mulut, sedangkan prevalensi pada perempuan perimenopause/postmenopause lebih tinggi (43%) dibandingkan perempuan premenopause (6%).6,7

2. Xerostomia

Xerostomia merupakan keluhan yang sering dialami oleh lansia. Xerostomia merupakan gejala rongga mulut yang dapat didefinisikan sebagai suatu rasa subjektif


(5)

akan adanya kekeringan dalam rongga mulut.Beberapa studi menunjukkan bahwa penurunan aliran saliva adalah penyebab meningkatnya insiden karies akar, rasa tidak nyaman, perubahan pengecapan, kandidiasis, dan penyakit periodontal pada perempuan menopause.6,7

3. Perubahan mukosa

Perubahan mukosa berupa atrofi dan tampilan yang pucat.Gingiva pucat dan atrofi, mudah berdarah, dengan permukaan licin, bengkak dan jaringan eritematous. Pada penggunaan gigi tiruan dalam jangka waktu yang lama, perubahan mukosa ini menyebabkan mudah terjadinya kelainan mukosa seperti kandidiasis, pemphigus vulgaris, lichen planus dan ulkus traumatik. Terapi hormonal dengan menggunakan estradiol bermanfaat dan mengidentifikasi reseptor estrogen di epitel mukosa rongga mulut.6,20

4. Gangguan neurologis

Trigeminal neuralgia diketahui dapat terjadi pada perempuan menopause karena penekanan arteri cerebelar superior pada salah satu cabang dari nervus trigeminal.Gejala ini ditandai dengan nyeri pedih unilateral, adanya sok elektrik dan biasanya nyeri terjadi di bagian tengah dan bagian dua pertiga bawah wajah. Gangguan neurologis lainnya seperti penyakit Alzheimer dan atypical facial pain.6

5. Osteoporosis dan periodontitis

Pada perempuan menopause risiko terjadinya periodontis semakin tinggi.Hal ini dimulai dari akumulasi plak bakteri meningkat, kerusakan dan kehilangan perlekatan jaringan periodontal yang besar, hingga kepadatan tulang alveolar menurun yang juga disebabkan oleh osteoporosis.Osteoporosis sistemik berpengaruh pada kehilangan tulang alveolar yang disebabkan karena menurunnya densitas tulang alveolar/subkrista alveolar sehingga hal ini menyebabkan ligament periodontal kehilangan perlekatannya. Dengan demikian osteoporosis sistemik memperparah terjadinya periodontitis pada perempuan menopause.6,20


(6)

2.2 Saliva

Saliva adalah cairan rongga mulut yang bersifat kompleks serta berperan penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut.Secara fisiologis, salivadiproduksi0,5-1 liter per hari. Pada orang sehat, laju alir saliva yang tidak distimulasi biasanyadalamkisaran 0,3-0,5 ml/menit dan untuk yang terstimulasidalam kisaran1,0-1,5ml/menit. Aliran saliva akan meningkat sepanjang hari (pagi hingga petang) dan mencapai puncaknya sekitar pada waktu pertengahan hari dan menurun selama tidur (Pedersen).22

2.2.1 Fungsi saliva

Saliva terdiri dari hampir 99% air dan sisanya 1% adalah protein dangaram yang terdiri dari natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalsium, fosfatdanmagnesium.Komposisisaliva tersebutbergantungpada aliransaliva yangdisekresikandarisel-selasinarke sistemsaluran, oleh karenaitu konsentrasi garamyang meningkat berbanding lurus dengan meningkatnya laju alir saliva.22

Berikut merupakan fungsi dari saliva, antara lain: 1. Menjaga kebersihan rongga mulut

Saliva menyediakan aksi pembersihan mekanis terhadap sisa residu makanan,debris, maupun bakteri. Saliva mengeliminasikarbohidratdan asamyangdihasilkan oleh mikroorganisme dimana proses inibergantung padaaliran saliva danfrekuensimenelan. Dengan demikian jika aliransalivaberkurang, maka aksi pembersihan juga berkurang.22

2. Kapasitas buffer

Fungsi penting lainnya dari saliva ialah kemampuannya untuk menyangga (buffer) terhadap asamuntuk menjaga nilai pHdi lingkungan rongga mulut diatas pH kritis untuk mencegah larutnya hidroksiapatit enamel. Peranan saliva sebagai kapasitas buffer terdiri dariion bikarbonat, fosfatdan sistem protein. Konsentrasi bikarbonat dalam saliva sangat tergantung pada aliran saliva (flowrate). Derajat keasaman(pH) rongga mulut dalam kondisi normal bervariasi antara 6,0-7,5 pada setiap individu. Konsentrasi bikarbonat meningkat disebabkan aliran saliva yang baik


(7)

sehingga dapat menstabilkan pH rongga mulut.Bikarbonatmengambil peranan penting dalam fungsinya sebagai buffer sekitar 90% dari ion buffer lainnya. Derajat keasaman (pH) saliva dan konsentrasi ion kalsium dan posfat adalah faktor yang signifikan untuk menjaga keutuhan hidroksiapatit enamel gigi.22

3. Antimikroba

Komposisi saliva sebagian besar merupakan zat organik dengan efek antimikroba seperti lisozim, laktoferin,peroksidase, histatins, dan immunoglobulin khususnya sekretori immunoglobulin A (sIgA). Lisozim adalah enzimyang dapat memecahpeptidoglikanyang merupakan komponen penting dalam dinding sel bakteri gram positif dan menghambataglutinasi bakteri yang memiliki muatanpositif yang kuat.Laktoferin memiliki efek bakterisida, fungisida, dan sebagai antivirus. Laktoferin mengikat ion bebas pada saliva sehingga menyebabkan efek bakterisid dan bakteriostatik terhadap mikroorganisme, salah satu diantaranya adalah Streptococcus mutans.Peroksidase adalahenzim yang mengkatalisisoksigenasi tiosianat menjadi hipothiosianat.Selain itu saliva mengandung protein yang kaya yaitu histidin, sama halnya seperti histatins memiliki fungsi bakterisida danfungisida (terutama terhadapCandida albicans ), juga mencegah pengendapangaram kalsium fosfat padagigi dari saliva. Sekretori immunoglobulin A (sIgA) adalah komponen immunoglobulin terbesar dalam saliva.yang dapat menetralisir virus,bakteri, dan enzim toksin. Sekretori ini berperan sebagai antibodi terhadap antigen bakteri dapat menghambat bakteri melekat di permukaan mukosa. Komponen imnuglobulin lain yang juga berperan adalah IgG dan IgM yang berada pada cairan gingival.22,23

2.2.2 Pengaruh hormon estrogen terhadap saliva

Sekresi saliva dikontrol oleh saraf simpatis dan parasimpatis.Saraf simpatis menginervasi kelenjar saliva mayor (parotid, submandibular dan sublingual). Saraf parasimpatis menginervasi kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor yang berada di palatum.22,24

Efek dari hormon estrogen dimediasi oleh estrogen receptors (ERs) yang terdiri dari ERα dan ERβ.ERα paling banyak ditemukan pada kelenjar mamae dan


(8)

endometrium sedangkan ERβ ditemukan paling banyak di keratinosit, sel asinar pada kelenjar saliva dan sel duktus. Hormon dialirkan dari darah menuju saliva melalui kapiler endothelia dan melalui epitel glandular. Valimaa et al (2004) mengidentifikasi ERβ terdapat di serus dan mukous sel asinar dan sel duktus pada kelenjar saliva minor serta kelenjar parotid dan submandibular (Gambar 2).8

Gambar 2. Immunostaining untuk ERα dan ERβ pada kelenjar saliva. Sel asinar dan sel duktus imunoreaktif (cokelat) pada ER β (D-F), tetapi negatif untuk ERα (A-C). Atas : kelenjar saliva minor, tengah: kelenjar saliva parotid, bawah : kelenjar saliva submandibular. Mucous acini (ma), serous acini (sa), excretory duct (ed), striated duct (st).8


(9)

Hormon estrogen berpengaruh pada peningkatan kadar kortisol dalam saliva. Kortisol mempengaruhi beberapa sistem neurotransmitter catecholaminergic seperti adrenergic, domaninergic, serotonergic. Peningkatan kadar kortisol dalam saliva mempengaruhi aktivitas saraf simpatis melalui reseptor α dan β adrenergik untuk menghasilkan sekresi saliva yang kaya protein. Dengan demikian, perubahan hormonal mempengaruhi aliran saliva dan komposisi saliva terutama sekresi protein (laktoperoksidase, lisozim, dan laktoferin).8,24

2.3 Streptococcus mutans

Streptococcus mutans ditemukan pertama kali oleh J.K. Clarke tahun 1924, setelah mengisolasi bakteri dari lubang luka. Pada akhir 1950-an, Fitzgerald menemukan bahwa Streptococcus mutans merupakan bakteri penyebab karies.12,14 Taksonomi Streptococcus mutansmenurut Bergey dalam Capucino (1998): Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes Class : Bacilli

Orde : Lactobacilalles Family : Streptococcaeae Genus : Streptococcus Species : Streptococcus

mutans14

Gambar 3.Streptococcus mutans dilihat dari mikroskop elektron 14

Terdapat delapan serotip yang berbeda dari bakteri Streptococcus mutans yang telah diidentifikasi melalui tes biokimia dan serologi yaitu serotipe a (Streptococcus cricetus), serotipe b (Streptococcus rattus), serotipe c, e, dan f (Streptococcusmutans), serotipe d dan g (Streptococcus sobrinus) danserotip h (Streptococcus downei).25 Grup serotipe c merupakan grup yang paling sering menyebabkan penyakit pada manusia.12,13,14


(10)

Streptococcus mutans adalah golongan dari Streptococcus viridians selain Streptococcus mitis, Streptococcus sanguis, dan Streptococcus salivarius.Grup dari Streptococcus pada rongga mulut yang teridri dari Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus gordonii, Streptococus sobrinus, Streptococcus salivarius, dan Streptococcus anginosusmerupakan bakteri yang menyebabkan karies gigi.Ciri khas organisme ini adalah sifat α-hemolitik, tetapi dapat juga non hemolitik. Selain dapat menyebabkan karies gigi, bakteri ini dapat masuk ke peredaran darah karena trauma dan menjadi penyebab utama endokarditis pada katup jantung yang abnormal.12,14

2.3.1 Morfologi

Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak bergerak), fakultatif anaerob, berbentuk kokussusunannya seperti rantai.Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai.Anggota rantai tersebut sering membentuk gambaran diplokokus dan kadang-kadang terlihat bentuk seperti batang.Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18o-40oC.Energi yang diperoleh untuk pertumbuhan diperoleh dari bahan glukosa dan sukrosa.Pertumbuhan streptokokus cenderung kurang subur pada medium padat atau kaldu kecuali diperkaya dengan darah atau cairan jaringan. Pertumbuhan dan hemolisis dibantu dengan inkubasi dalam 10% CO2 dan paling baik inkubasi pada

suhu 37oC.12,13

2.3.2 PerananStreptococcus mutans pada proses terjadinya karies

Seperti yang diketahui etiologi karies terdiri dari host(gigi), agen(bakteri), substrat (sukrosa), dan durasi waktu.Setelah memakan sesuatu yang mengandung gula misalnya sukrosa, glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan karbohidrat) bertahan pada gigi untuk memulai pembentukan plak.Pada waktu yang bersamaan berjuta-juta jenis bakteri dan salah satunya yang dikenal sebagai Streptococcus mutans juga bertahan pada glycoprotein itu.Pada langkah selanjutnya, bakteri menggunakan fruktosa dalam suatu metabolisme glikolisis untuk memperoleh


(11)

energi.Hasil akhir dari glikolisis dibawah kondisi anaerob adalah asam laktat yang menciptakan kadar keasaman ekstra untuk menurunkan pH sampai batas tertentu sehingga dapatmenghancurkan zat kapur fosfat di dalam enamel gigi mendorong kearah pembentukan suatu lubang.14

Streptococcus mutans menghasilkan empat enzim ekstraseluler, yakni tiga enzim glocosyltransferase (Gtf) dan satu enzim fructosyltransferase (Ftf) yang berfungsi memecah glukosa (Gtf) atau fruktosa (Ftf). Enzim Gtf diatas permukaannya dapat memecah polimerisasi sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa, dan pada aksi yang sama membentuk polimer glukosa oleh Gtf (glukan) atau polimer fruktosa oleh Ftf (fruktan).12 Enzim ini dapat mensintesa molekul glukosa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket dan tidak larut dalam air sehingga dimanfaatkan oleh bakteriStreptococcus mutans untuk berkembang dan membentuk dextran dengan melekat erat pada enamel gigi dan menuju pembentukan plak gigi.Hal ini merupakan tahap dari pembentukan lubang pada gigi yang disebut dengan karies gigi.Enzim yang sama melanjutkan untuk penambahan molekul glukosa ke satu sama lain untuk membentuk dextran yang memiliki struktur sangat mirip dengan amylase dalam tajin.14

Karies merupakan larutnya enamel gigi yang disebabkan paparan bakteri golongan asam berkepanjangan. Enamel gigi dilindungi oleh saliva melalui pH fisiologis normal yang dapat menjaga kalsium dan posfat yang merupakan mineral utama pada enamel gigi. Ketika terdapat sukrosa dalam jumlah yang cukup, golongan bakteri Streptococcus lainnya akanmenghasilkan asam laktat sehingga menyebabkan pH saliva menurun. Pada saat saliva mencapai pH kritis yakni sekitar 5,5, terjadi ketidakseimbangan antara remineralisasi dan demineralisasi enamel. Hal ini merupakan tahap inisiasi karies dan berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan permanen pada gigi.12 Beberapa tes pengukuran risiko karies pada saliva telah dikembangkan dan salah satunya adalah penghitungan jumlah Streptococcus mutans, Lactobasillus dan kapasitas buffer saliva. Kadar Streptococcus mutans dan


(12)

Lactobasillus yang tinggi (>105 CFU/ml saliva) merupakan risiko tinggi terjadinya karies.26

2.3.4 Metode isolasi bakteri Streptococcus mutans

Metode yang sering digunakan untuk memperoleh biakan murni adalah metode cawan ulas (spread plate) dan metode cawan tuang (pour plate).27

a. Metode cawan ulas (spread plate)

Spread plate adalah metode menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri pada permukaan media agar untuk mendapatkan kultur murni. Cara kerjanya adalah suspensi cairan diambil sebanyak 0,1 ml dengan mikropipet kemudian diteteskan diatas permukaan agar yang telah memadat. Selanjutnya dibakar diatas bunsen dan didinginkan selama beberapa detik. Kemudian suspensi tersebut diratakan dengan menggosoknya pada permukaan media agar, penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar. Kelebihan metode ini adalah diperoleh koloni bakteri yang terpisah, lebih mudah dilakukan dan membutuhkan media agar yang sedikit . Kekurangannya adalah waktu yang digunakan lebih lama dan mudah terkontaminasi.27

b. Metode cawan tuang (pour plate)

Metode ini memerlukan media agar yang belum padat dan dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri dan dihomogenkan lalu dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebabkan sel-sel bakteri tidak hanya terdapat pada permukaan adar saja tetapi juga di dalam atau dasar agar sehingga dapat diketahui sel yang dapat tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan di dalam agar yang tidak begitu banyak

mengandung O2. Cara kerjanya adalah cawan petri, tabung pengenceran akan ditanam

dan media padat yang masih cair disiapkan. Kemudian 1 ml suspensi bakteri diteteskan secara asepsis bakteri diteteskan secara asepsis ke dalam cawan kosong.Lalu media yang masih cair dituangkan kedalam cawan petri lalu diputar membentuk angkan 8 untuk menghomogenkan suspense, kemudiandi inkubasi.Kelebihan metode ini adalah mudah diamati, tidak ada persaingan antara bakteri untuk mengambil O2karena letaknya tersebar dan koloninya


(13)

terpisah.Kekurangan metode ini adalah boros waktu dan bahan serta mudah terkontaminasi.27

2.4 Landasan Teori

Menopause adalah suatu perubahan fisiologis pada perempuan yang ditandai dengan berhentinya masa menstruasi secara permanen.1,2 Pada menopause terjadi penurunan hormon yang dihasilkan oleh ovarium (estrogen, progesteron, dan androgen).1,2,4 Penurunan produksi hormon khususnya estrogen mempengaruhi rongga mulut. Beberapa kondisi yang terjadi di rongga mulut pada menopause adalah xerostomia, perubahan pengecapan, perubahan mukosa, dan sebagainya.6 Pada saliva, hormon estrogen teridentifikasi melalui ER (estrogen receptor) yang terdapat di serus dan mukous sel asinar dan sel duktus pada kelenjar saliva minor, kelenjar parotid, dan submandibular.8 Hormon estrogen berperan dalam peningkatan kadar kortisol dalam saliva. Kortisol dapat mempengaruhi beberapa sistem neurotransmitter catecholaminergic seperti adrenergik, domaninergik, serotonergik melalui mekanisme rapid non-genomik.Kelenjar saliva diinervasi oleh saraf simpatis dan para simpatis.Saraf para simpatis dimetiatori oleh agen kolinergik dan sistem saraf simpatis dimediatori oleh agen adrenergik yaitu α dan β adrenergik. Pada menopause, penurunan hormon estrogen akan menurunkan kadar kortisol dalam saliva. Penurunan kortisol akan mempengaruhi aktivitas saraf simpatis melalui reseptor α dan β adrenergik sehingga sekresi saliva dan protein menurun.24

Saliva merupakan cairan rongga mulut yang bersifat kompleks dan berperan penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Dalam peranannya untuk menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans, saliva memiliki beberapa komponen antibakteri penting yaitu sIgA dan enzim (lisozim, laktoferin, histatin, peroksidase,dll). Sekretori immunoglobulin A (sIgA) adalah komponen imun terbesar pada saliva yang dapat menetralisir bakteri Streptococcus mutans. SIgA berperan sebagai antibodi yang berikatan spesifik dengan antigen dari Streptococcus mutans.Lisozim dapat memecah peptidoglikan yang merupakan komponen dinding sel Streptococcus mutans yang penting karena merupakan muatan yang kuat.Hal ini


(14)

menghambat aglutinasi bakteri sehingga terjadi autolisis.Laktoferin mengikat ion besi bebas pada saliva dan memiliki efek bakterisid dan bakteriostatik terutama pada grup Streptococcus mutans.Peroksidase adalahenzim yang mengkatalisisoksigenasi tiosianat menjadi hipothiosianat.Histatin juga memiliki efek bakterisid terhadap Streptococcus mutans. Selain komposisi saliva diatas yang berperan sebagai antibodi maupun antibakteri, aliran saliva yang baik akan memberikan self cleansing terhadap rongga mulut untuk membersihkan debris ataupun plak bakteri. Saliva juga memiliki aksi buffer pada saliva terutama ion bikarbonat dan posfat yang akan menjaga kestabilan pH diatas pH kritis untuk mencegah kolonisasi bakteri Streptococcus mutans.22,23

Pada menopause, fungsi saliva dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutansakan berkurang karena adanya perubahan aliran dan komposisi saliva terutama protein sebagai sistem pertahanan rongga mulut. Hal ini menyebabkan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada rongga mulut perempuan menopause dapat meningkat.


(15)

2.5 Kerangka teori

ERβ

Menopause

Kadar hormon estrogen di dalam

darah menurun

Penurunan kadar kortisol dalam saliva

Saliva

Komposisi :

1. 99% air, 1% protein dan garam 2. bikarbonat,

posfat, sistem protein

3. sIgA,

lisozim,peroksida

Aliran saliva menurun

Sekresi protein menurun Persarafan

saliva

Parasimpatis (agen kolinerik) Simpatis (α dan

β adrenergik)

Jumlah Streptococcus mutansmeningkat Fungsi saliva:

1. Self cleansing 2. Kapasitas buffer 3. Antimikroba


(16)

2.6Kerangkakonsep

Kelompokperempu an menopause ≥ 45

tahun

Kelompok perempuan usia

produktif(kontrol)18-25 tahun

Pengambilan saliva sebanyak 2ml terstimulasi (kunyah paraffin wax) dengan metode spitting

Dilakukan pengenceran saliva sebanyak 4 tahap dan penanaman Streptococcus mutanspada media TYC pada suhu 37oC 1x24 jam

Penghitungan koloni Streptococcus mutans pada larutan pengenceran terakhir ( CFU/ml)

Apakah terdapat perbedaaan jumlah koloni Streptococcus mutans pada saliva perempuan menopause dengan perempuan usia produktif ?


(1)

energi.Hasil akhir dari glikolisis dibawah kondisi anaerob adalah asam laktat yang menciptakan kadar keasaman ekstra untuk menurunkan pH sampai batas tertentu sehingga dapatmenghancurkan zat kapur fosfat di dalam enamel gigi mendorong kearah pembentukan suatu lubang.14

Streptococcus mutans menghasilkan empat enzim ekstraseluler, yakni tiga enzim glocosyltransferase (Gtf) dan satu enzim fructosyltransferase (Ftf) yang berfungsi memecah glukosa (Gtf) atau fruktosa (Ftf). Enzim Gtf diatas permukaannya dapat memecah polimerisasi sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa, dan pada aksi yang sama membentuk polimer glukosa oleh Gtf (glukan) atau polimer fruktosa oleh Ftf (fruktan).12 Enzim ini dapat mensintesa molekul glukosa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket dan tidak larut dalam air sehingga dimanfaatkan oleh bakteriStreptococcus mutans untuk berkembang dan membentuk dextran dengan melekat erat pada enamel gigi dan menuju pembentukan plak gigi.Hal ini merupakan tahap dari pembentukan lubang pada gigi yang disebut dengan karies gigi.Enzim yang sama melanjutkan untuk penambahan molekul glukosa ke satu sama lain untuk membentuk dextran yang memiliki struktur sangat mirip dengan amylase dalam tajin.14

Karies merupakan larutnya enamel gigi yang disebabkan paparan bakteri golongan asam berkepanjangan. Enamel gigi dilindungi oleh saliva melalui pH fisiologis normal yang dapat menjaga kalsium dan posfat yang merupakan mineral utama pada enamel gigi. Ketika terdapat sukrosa dalam jumlah yang cukup, golongan bakteri Streptococcus lainnya akanmenghasilkan asam laktat sehingga menyebabkan pH saliva menurun. Pada saat saliva mencapai pH kritis yakni sekitar 5,5, terjadi ketidakseimbangan antara remineralisasi dan demineralisasi enamel. Hal ini merupakan tahap inisiasi karies dan berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan permanen pada gigi.12 Beberapa tes pengukuran risiko karies pada saliva telah dikembangkan dan salah satunya adalah penghitungan jumlah Streptococcus mutans, Lactobasillus dan kapasitas buffer saliva. Kadar Streptococcus mutans dan


(2)

Lactobasillus yang tinggi (>105 CFU/ml saliva) merupakan risiko tinggi terjadinya karies.26

2.3.4 Metode isolasi bakteri Streptococcus mutans

Metode yang sering digunakan untuk memperoleh biakan murni adalah metode cawan ulas (spread plate) dan metode cawan tuang (pour plate).27

a. Metode cawan ulas (spread plate)

Spread plate adalah metode menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri pada permukaan media agar untuk mendapatkan kultur murni. Cara kerjanya adalah suspensi cairan diambil sebanyak 0,1 ml dengan mikropipet kemudian diteteskan diatas permukaan agar yang telah memadat. Selanjutnya dibakar diatas bunsen dan didinginkan selama beberapa detik. Kemudian suspensi tersebut diratakan dengan menggosoknya pada permukaan media agar, penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar. Kelebihan metode ini adalah diperoleh koloni bakteri yang terpisah, lebih mudah dilakukan dan membutuhkan media agar yang sedikit . Kekurangannya adalah waktu yang digunakan lebih lama dan mudah terkontaminasi.27

b. Metode cawan tuang (pour plate)

Metode ini memerlukan media agar yang belum padat dan dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri dan dihomogenkan lalu dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebabkan sel-sel bakteri tidak hanya terdapat pada permukaan adar saja tetapi juga di dalam atau dasar agar sehingga dapat diketahui sel yang dapat tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan di dalam agar yang tidak begitu banyak mengandung O2. Cara kerjanya adalah cawan petri, tabung pengenceran akan ditanam dan media padat yang masih cair disiapkan. Kemudian 1 ml suspensi bakteri diteteskan secara asepsis bakteri diteteskan secara asepsis ke dalam cawan kosong.Lalu media yang masih cair dituangkan kedalam cawan petri lalu diputar membentuk angkan 8 untuk menghomogenkan suspense, kemudiandi inkubasi.Kelebihan metode ini adalah mudah diamati, tidak ada persaingan antara bakteri untuk mengambil O2karena letaknya tersebar dan koloninya


(3)

terpisah.Kekurangan metode ini adalah boros waktu dan bahan serta mudah terkontaminasi.27

2.4 Landasan Teori

Menopause adalah suatu perubahan fisiologis pada perempuan yang ditandai dengan berhentinya masa menstruasi secara permanen.1,2 Pada menopause terjadi penurunan hormon yang dihasilkan oleh ovarium (estrogen, progesteron, dan androgen).1,2,4 Penurunan produksi hormon khususnya estrogen mempengaruhi rongga mulut. Beberapa kondisi yang terjadi di rongga mulut pada menopause adalah xerostomia, perubahan pengecapan, perubahan mukosa, dan sebagainya.6 Pada saliva, hormon estrogen teridentifikasi melalui ER (estrogen receptor) yang terdapat di serus dan mukous sel asinar dan sel duktus pada kelenjar saliva minor, kelenjar parotid, dan submandibular.8 Hormon estrogen berperan dalam peningkatan kadar kortisol dalam saliva. Kortisol dapat mempengaruhi beberapa sistem neurotransmitter catecholaminergic seperti adrenergik, domaninergik, serotonergik melalui mekanisme rapid non-genomik.Kelenjar saliva diinervasi oleh saraf simpatis dan para simpatis.Saraf para simpatis dimetiatori oleh agen kolinergik dan sistem saraf simpatis dimediatori oleh agen adrenergik yaitu α dan β adrenergik. Pada menopause, penurunan hormon estrogen akan menurunkan kadar kortisol dalam saliva. Penurunan kortisol akan mempengaruhi aktivitas saraf simpatis melalui reseptor α dan β adrenergik sehingga sekresi saliva dan protein menurun.24

Saliva merupakan cairan rongga mulut yang bersifat kompleks dan berperan penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Dalam peranannya untuk menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans, saliva memiliki beberapa komponen antibakteri penting yaitu sIgA dan enzim (lisozim, laktoferin, histatin, peroksidase,dll). Sekretori immunoglobulin A (sIgA) adalah komponen imun terbesar pada saliva yang dapat menetralisir bakteri Streptococcus mutans. SIgA berperan sebagai antibodi yang berikatan spesifik dengan antigen dari Streptococcus mutans.Lisozim dapat memecah peptidoglikan yang merupakan komponen dinding sel Streptococcus mutans yang penting karena merupakan muatan yang kuat.Hal ini


(4)

menghambat aglutinasi bakteri sehingga terjadi autolisis.Laktoferin mengikat ion besi bebas pada saliva dan memiliki efek bakterisid dan bakteriostatik terutama pada grup Streptococcus mutans.Peroksidase adalahenzim yang mengkatalisisoksigenasi tiosianat menjadi hipothiosianat.Histatin juga memiliki efek bakterisid terhadap Streptococcus mutans. Selain komposisi saliva diatas yang berperan sebagai antibodi maupun antibakteri, aliran saliva yang baik akan memberikan self cleansing terhadap rongga mulut untuk membersihkan debris ataupun plak bakteri. Saliva juga memiliki aksi buffer pada saliva terutama ion bikarbonat dan posfat yang akan menjaga kestabilan pH diatas pH kritis untuk mencegah kolonisasi bakteri Streptococcus mutans.22,23

Pada menopause, fungsi saliva dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutansakan berkurang karena adanya perubahan aliran dan komposisi saliva terutama protein sebagai sistem pertahanan rongga mulut. Hal ini menyebabkan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada rongga mulut perempuan menopause dapat meningkat.


(5)

2.5 Kerangka teori

ERβ Menopause

Kadar hormon estrogen di dalam

darah menurun

Penurunan kadar kortisol dalam saliva

Saliva

Komposisi :

1. 99% air, 1% protein dan garam 2. bikarbonat,

posfat, sistem protein

3. sIgA,

lisozim,peroksida

Aliran saliva menurun

Sekresi protein menurun Persarafan

saliva

Parasimpatis (agen kolinerik) Simpatis (α dan

β adrenergik)

Jumlah Streptococcus mutansmeningkat Fungsi saliva:

1. Self cleansing 2. Kapasitas buffer 3. Antimikroba


(6)

2.6Kerangkakonsep

Kelompokperempu

an menopause ≥ 45

tahun

Kelompok perempuan usia

produktif(kontrol)18-25 tahun

Pengambilan saliva sebanyak 2ml terstimulasi (kunyah paraffin wax) dengan metode spitting

Dilakukan pengenceran saliva sebanyak 4 tahap dan penanaman Streptococcus mutanspada media TYC pada suhu 37oC 1x24 jam

Penghitungan koloni Streptococcus mutans pada larutan pengenceran terakhir ( CFU/ml)

Apakah terdapat perbedaaan jumlah koloni Streptococcus mutans pada saliva perempuan menopause dengan perempuan usia produktif ?