Perbedaan Jumlah Koloni Streptococcus Mutans Dalam Saliva Pada Anak Severe Early Childhood Caries (S-ECC) Dengan Non S-ECC Usia 36-71 Bulan di Kecamatan Medan Baru

(1)

PERBEDAAN JUMLAH KOLONI

STREPTOCOCCUS MUTANS

DALAM SALIVA PADA ANAK

SEVERE-EARLY CHILDHOOD

CARIES

(S-ECC) DENGAN NON S-ECC USIA 36-71 BULAN DI

KECAMATAN MEDAN BARU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ASMA ULHUSNA MELDEGO NIM: 100600016

PEMBIMBING I: Siti Salmiah, drg,. Sp. KGA

PEMBIMBING II: Luthfiani,drg

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2014

Asma Ulhusna Meldego

Perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dengan non S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Baru.

x + 34 halaman

Severe Early Childhood Caries (S-ECC) merupakan bentuk parah dari karies yang terjadi pada anak usia dibawah tiga tahun sampai lima tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak Severe Early Childhood caries (S-ECC) dengan non S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Baru. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain Case-control. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 orang yaitu 30 anak kelompok S-ECC dan 30 anak kelompok non S-ECC. Indeks pengukuran karies pada anak menggunakan penilaian The AmericanAcademy of Pediatric Dentistry (AAPD) yaitu penilaian berdasarkan permukaan halus yang terkena karies. Uji analisa dilakukan dengan menggunakan Mann-Whiteney dan Kruskal-Wallis.

Rerata deft seluruh sampel adalah 4,70 ± 4,515 dan rerata jumlah koloni

Streptococcus mutans adalah 107,45 ± 33,720. Ada perbedaan jumlah koloni

Streptococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC dengan non S-ECC (p=0,0001), tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan rerata jumlah koloni

Streptococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC (p=0,130) dan anak non S-ECC (p=0,576) serta tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan rerata jumlah


(3)

koloni Stertococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC (p=0,708) dan anak non S-ECC (p=0,657) di Kecamatan Medan Baru.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni

Streptococcus mutans akan bertambah dengan bertambahnya nilai pengalaman karies pada anak untuk itu diperlukan penyuluhan untuk menjaga kebersihan rongga mulut anak agar pertumbuhan Streptococcus mutans dapat dikontrol.


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji serta syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan juga kelapangan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Tidak lupa pula Salawat dan Salam kita ucapkan kepada baginda Rasulullah SAW suri tauladan kita di dunia.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ayahanda Abdullah Husni dan Ibunda Dyasimah yang telah memberikan banyak pengorbanan untuk membesarkan, mendidik dan memberikan kasih sayang serta semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada kakak tercinta Ulfa Sartika Meldego dan adinda tersayang Umar Said Meldego atas dukungan yang diberikan. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Nazaruddin, drg., C. Ort., Ph.D, Sp.Ort selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi, drg selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak.

3. Siti Salmiah, drg., Sp.KGA dan Luthfiani, drg selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan fikiran untuk membimbing sampai skripsi ini selesai.

4. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) selaku pembimbing akademik yang telah membantu dan memberi arahan selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi.

5. Teman-teman seperjuangan di Departemen IKGA, Vita, Robin, Emal, Fina, Pija, Kiky, Mala, Ridho dan yang lainnya.

6. Sahabat-sahabat terbaik angkatan 2010, khususnya Venty, Lia, Nana, Dewi, Chintya, Irma dan Dara, teman-teman kos Tri Darma 42 dan sahabat-sahabat putih abu-abu Ola, Vira dan Rika terima kasih atas semangat yang diberikan.


(5)

7. Keluarga besar KOHATI dan HMI Komisariat FKG USU, khususnya teman-teman basic 2010 Reny, Titin, Nesya, Manda, Ary, Dendy, Fajri, Incan, Aidil, Ridho, Koir, Ojan, Ibal dan Eka, terima kasih atas persaudaraan yang diberikan selama ini.

8. Semua pihak yang banyak membantu dan terlibat yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari banyak kekurangan yang ada, oleh sebab itu penulis mohon maaf kepada semua pihak dan mohon ampun kepada Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk fakultas, untuk pembaca dan kita semua.

Medan, 14 Februari 2014

Penulis,

(Asma Ulhusna Meldego)


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Hipotesis ... 4

1.5.Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Severe- Early Childhood Caries (S-ECC) ... 5

2.2.Etiologi ... 6

2.2.1. Host... 6

2.2.2. Waktu ... 8

2.2.3. Substrat ... 8

2.2.4. Mikroorganisme ... 8

2.3.Streptococcus mutans ... 9

2.3.1. Morfologi ... 10

2.3.2. Peranan Streptococcus mutans Dalam Saliva Terhadap Terjadinya Karies ... 11

2.4.Kerangka Teori ... 13

2.5.Kerangka Konsep ... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 15


(7)

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

3.3.Populasi dan Sampel ... 15

3.4.Variabel-Variabel Penelitian ... 16

3.5.Definisi Operational ... 17

3.6.Cara Pengambilan Data ... 19

3.7.Pengolahan dan Analisa Data ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1.Karakteristik Responden Anak ... 23

4.2.Analisis Statistik Perbedaan Jumlah Koloni S.mutans pada Anak S-ECC dan Non S-ECC ... 24

4.3.Analisis Statistik Hubungan Jenis Kelamin dengan Jumlah Koloni S.mutans pada Anak ... 25

4.4.Analisis Statistik Hubungan Usia dengan Jumlah Koloni S.mutans pada Anak ... 27

BAB 5 PEMBAHASAN ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan ... 33

6.2.Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional ... 17

2. Karakteristik Responden Anak S-ECC dan Non S-ECC ... 23

3. Hasil Analisis Statistik Perbedaan Jumlah Koloni S.mutans pada Anak

S-ECC dengan Non S-ECC ... 24

4. Hasil Analisis Statistik Hubungan Jenis Kelamin dengan Jumlah Koloni

S.mutans pada Anak ... 25

5. Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Jumlah Koloni S.mutans


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Etiologi Karies ... 6

2. Streptococcus mutans ... 11

3. Pengambilan Saliva ... 20


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat persetujuan Komisi Etik

2. Surat keterangan melakukan penelitian di TK Dharma Wanita Persatuan USU

3. Surat keterangan melakukan penelitian di TK Efrata

4. Surat keterangan Laboratorium Mikrobiologi FK USU

5. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian

6. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

7. Lembar pemeriksaan gigi anak

8. Tabel pencatatan jumlah koloni Streptococcus mutans


(11)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2014

Asma Ulhusna Meldego

Perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dengan non S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Baru.

x + 34 halaman

Severe Early Childhood Caries (S-ECC) merupakan bentuk parah dari karies yang terjadi pada anak usia dibawah tiga tahun sampai lima tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak Severe Early Childhood caries (S-ECC) dengan non S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Baru. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain Case-control. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 orang yaitu 30 anak kelompok S-ECC dan 30 anak kelompok non S-ECC. Indeks pengukuran karies pada anak menggunakan penilaian The AmericanAcademy of Pediatric Dentistry (AAPD) yaitu penilaian berdasarkan permukaan halus yang terkena karies. Uji analisa dilakukan dengan menggunakan Mann-Whiteney dan Kruskal-Wallis.

Rerata deft seluruh sampel adalah 4,70 ± 4,515 dan rerata jumlah koloni

Streptococcus mutans adalah 107,45 ± 33,720. Ada perbedaan jumlah koloni

Streptococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC dengan non S-ECC (p=0,0001), tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan rerata jumlah koloni

Streptococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC (p=0,130) dan anak non S-ECC (p=0,576) serta tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan rerata jumlah


(12)

koloni Stertococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC (p=0,708) dan anak non S-ECC (p=0,657) di Kecamatan Medan Baru.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni

Streptococcus mutans akan bertambah dengan bertambahnya nilai pengalaman karies pada anak untuk itu diperlukan penyuluhan untuk menjaga kebersihan rongga mulut anak agar pertumbuhan Streptococcus mutans dapat dikontrol.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi anak harus mendapatkan perhatian khusus, karena gigi desidui yang rusak akan berpengaruh terhadap kesehatan anak secara umum dan gigi permanen yang akan tumbuh. Gigi anak yang mengalami kerusakan akan berpengaruh pada pola makan dan frekuensi makan anak. Gigi yang rusak juga akan mempengaruhi pembentukan gigi permanen, berubahnya bentuk rahang dan berubahnya susunan gigi ketika anak dewasa nanti.1

Early Chilhood Caries (ECC) adalah penyakit multifaktorial pada jaringan keras gigi. ECC disebabkan karena penggunaan susu botol dalam waktu yang lama. Menurut The American Academy of Pediatric Dentistry (AADP) ECC adanya satu atau lebih kerusakan (kavitas atau nonkavitas), hilang karena karies, atau adanya permukaan gigi yang ditambal karena karies pada gigi desidui pada anak berusia dibawah 6 tahun, sedangkan Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) adalah anak yang berusia dibawah 3 tahun dan menunjukkan adanya lesi karies pada setiap permukaan halus gigi atau anak usia 3,4,5 tahun dan menunjukkan adanya lesi karies pada permukaan halus gigi insisivus atau jumlah permukaan yang terkena karies adalah sama dengan atau lebih besar dari empat permukaan pada anak usia 3 tahun, lima permukaan pada anak usia 4 tahun atau enam permukaan pada anak usia 5 tahun.2,3,4

ECC merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada bayi dan anak prasekolah di dunia.5 Menurut State Of Alaska Epidemiology pada tahun 2005, pada seratus anak di Alaska ECC terjadi 39,3% pada anak Alaska asli, 20,3% anak kulit putih dan 36,7% anak lainnya.6 Pada tahun 2007, didapati angka yang berbeda yaitu 72,4% pada anak Alaska asli, 39,6% anak kulit putih dan 41,3% anak lainnya.6

Penelitian yang dilakukan di Seoul, prevalensi ECC dan S-ECC masing-masing 56,5% dan 47%.7 Menurut Community Data Oral Epidemiology di Indonesia anak


(14)

pedesaan usia 4 hingga 5 tahun terkena karies sebanyak 95,9% dan perkotaan 90,5%. Menurut Setiawati pada tahun 2001, prevalensi karies anak usia 3-5 tahun di DKI Jakarta adalah 81,2%.8

The Canadian Dental Association (CDA) mengatakan bahwa ECC merupakan penyakit kronis yang kompleks dan multifaktorial yang dipengaruhi oleh faktor-faktor biomedis seperti diet, bakteri dan host. Faktor host terdiri dari gigi dan saliva. Salah satu bakteri normal di saliva yang berperan dalam terjadinya karies adalah

Streptococcus mutans (S.mutans).9 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Almusyat mengatakan anak yang memiliki jumlah koloni S.mutans yang tinggi beresiko 2,82 kali untuk terjadinya karies dibandingkan dengan jumlah koloni S.mutans yang sedikit.10 Menurut Wan pada tahun 2001, S.mutans di jumpai pada anak tiga bulan sebelum gigi desidui erupsi.11 S.mutans mempunyai kemampuan memetabolisme sukrosa menjadi asam, yang mengakibatkan demineralisasi email gigi sehingga dapat menyebabkan terjadinya karies, apabila terjadi penurunan dari aliran saliva, maka proses terjadinya karies akan lebih cepat. Demineralisasi yang terjadi mengakibatkan pH rongga mulut rendah, saliva menaikkan pH tersebut agar rongga mulut tetap berada dalam pH yang netral yaitu 6,8-7,0. Penghitungan koloni S.mutans dilakukan pada saliva karena dianggap dapat mewakili S.mutans di rongga mulut secara keseluruhan.12

Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan salah satu etiologi karies yaitu substrat (perilaku diet) dengan ECC. Penulis kali ini tertarik untuk melihat etiologi karies lainnya yaitu host (saliva) dengan pengalaman karies pada anak. Penelitian ini dilakukan pada anak usia 36-71 bulan karena S-ECC terdeteksi di usia tersebut, dimana akan dilihat perbedaan jumlah koloni S.mutans dalam saliva pada anak Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) dengan non S-ECC.


(15)

1.2 Rumusan Masalah Rumusan Masalah Umum:

Apakah ada perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) dengan non S-ECC usia 36-71 bulan di kecamatan Medan Baru.

Rumusan Masalah Khusus:

1. Berapa rerata jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak

Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Baru.

2. Apakah ada hubungan jenis kelamin dengan rerata jumlah koloni

Streptococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

3. Apakah ada hubungan usia dengan rerata jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian Umum:

Mengetahui perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) dengan non S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Baru.

Tujuan Penelitian Khusus:

1. Untuk mengetahui rerata jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Baru.

2. Untutk menganalisis hubungan jenis kelamin dengan rerata jumlah koloni

Streptococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

3. Untuk menganalisis hubungan usia dengan rerata jumlah koloni

Streptococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.


(16)

1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis Umum:

Ada perbedaan rerata jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) dengan non S-ECC usia 36-71 bulan di kecamatan Medan Baru.

Hipotesis khusus:

1. Ada hubungan jenis kelamin dengan rerata jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva pada anak S-ECC dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

2. Ada hubungan usia dengan rerata jumlah koloni Streptococcus mutans

dalam saliva pada anak S-ECC dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis:

1 . Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.

2 . Menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.

Manfaat Praktis:

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk melakukan penyuluhan untuk menjaga kebersihan rongga mulut anak.

2. Memberikan bahan penyuluhan kepada orang tua mengenai etiologi karies yang salah satunya adalah bakteri Streptococcus mutans serta memberitahu hubungan jumlah koloni Streptococcus mutans dengan pengalaman karies pada anak agar memotivasi ibu dan anak untuk menjaga kebersihan rongga mulut.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Severe-Early Childhood Caries (S-ECC)

Early Chilhood Caries (ECC) merupakan penyakit multifaktorial dan paling umum terjadi pada anak-anak.3 Menurut The American Academy of Pediatric Dentistry (AADP) ECC merupakan nama lain dari nursing bottle caries atau baby bottle tooth decay.12 ECC adalah adanya satu atau lebih gigi yang mengalami karies (tanpa atau dengan karies), gigi yang hilang karena karies, atau adanya permukaan gigi yang ditambal karena karies pada gigi desidui pada anak berusia kurang dari 6 tahun. Bentuk parah dari ECC disebut S-ECC. Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) adalah:

1. Anak yang berusia dibawah 3 tahun dan menunjukkan adanya lesi karies pada permukaan halus gigi.

2. Anak usia 3,4,5 tahun dan menunjukkan adanya lesi karies pada permukaan halus gigi insisivus.

3. Jumlah permukaan yang terkena karies adalah sama dengan atau lebih besar dari empat permukaan pada anak usia 3 tahun, lima permukaan pada anak usia 4 tahun atau enam permukaan pada anak usia 5 tahun.3,13

Menurut State of Alaska Epidemiology, prevalensi ECC pada tahun 2005 di Alaska 67% dari 133 anak Alaska asli, 31% dari 415 dari anak berkulit putih dan 44% dari 249 pada suku lainnya.4 Penelitian yang dilakukan oleh Mazhari di Quchan menunjukkan anak yang mengalami ECC dan S-ECC masing masing adalah sebanyak 59% dan 25%. Penelitian mengenai ECC dan S-ECC juga telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia, untuk DKI Jakarta menurut Setiawati, prevalensi ECC tertinggi di Jakarta Pusat yaitu 54,4% dibandingkan tempat lainnya.7 Penelitian yang dilakukan di Medan oleh Octiara dan Ance prevalensi ECC dan S-ECC pada 163 anak di Medan Denai 57,7% anak menderita ECC, untuk anak yang menderita S-ECC sebanyak 16%.14


(18)

2.2 Pen yaitu terdi sebagai pen 2.2 Fak sistem buf gigi desidu tipis diban makanan permukaan Sal komponen dijelaskan. tersebut te dikenal de pada perm Etiologi nyebab S-E iri dari hos

nentu dari k

2.1 Host ktor host ya ffer yaitu sa ui yang mem ndingkan gig manis yan n gigi.16

liva juga n saliva terh . Sistem buf

etap dalam engan gliko mukaan gigi

CC pada da st, waktu, s kesehatan (G

Gamb

ang mempe aliva. Karie miliki susun gi permane ng akan d

sangat ber hadap terjad

ffer pada sa keadaan n oprotein pad

i sehingga

asarnya sam substrat dan Gambar 1).8

bar 1. Etiolo

engaruhi ter es pada anak nan kristal y

en ditambah dimetabolism

rperan dala dinya karies aliva akan m ormal yaitu da enamel g

karies tidak

ma dengan p n mikroorg

ogi karies15

rjadinya kar k lebih rent yang lebih lo h dengan an me menjad

am proses telah diaku mengkontrol

u sekitar 6, gigi akan m k terjadi.9

penyebab ka ganisme ser

ries adalah tan terjadi onggar dan nak yang su di asam da

terjadinya ui sejak kar l pH di rong ,8-7,0.12 Pro mencegah m Sebaliknya

aries secara rta tingkat

keadaan g karena perm

enamel yan uka mengko an akan m

a karies. P ries pertama gga mulut a oterin saliv melekatnya jika aliran a umum t sosial gigi dan mukaan ng lebih onsumsi merusak Peranan a sekali agar pH va yang bakteri n saliva


(19)

berkurang maka sistem buffer dan protein pada saliva akan berkurang, hal ini akan menyebabkan karies lebih rentan terjadi.12

Seseorang dengan aliran saliva yang rendah karena kondisi patologis, kemoterapi di daerah leher dan kepala serta karena farmakologis dengan efek samping xerostomia akan meningkatkan resiko terkena karies. Kecepatan aliran aliran saliva pada setiap orang berubah-ubah sesuai dengan fungsinya. Saliva juga tidak diproduksi dengan tetap dalam waktu tertentu saja sekresi saliva diproduksi dalam jumlah banyak. Rata-rata aliran saliva 20ml/jam pada saat istirahat, 150 ml/jam pada saat makan dan 20-50 ml selama tidur.17,18 Pada saat aliran rendah, saliva tidak dapat melakukan fungsinya sebagai self cleansing system.

Komposisi saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik dan anorganik. Komponen anorganik saliva antara lain Na+,K+, Ca2+, Mg2+, Cl, SO4, H2, PO4, dan

HPO4 sedangkan komponen organik utama adalah protein, selain itu ditemukan

lipida, glukosa, asam amino, ureum, amoniak dan vitamin. Kelenjar saliva yang normal akan mensekresikan saliva dengan komposisi yang baik, dengan itu saliva juga akan menjalankan fungsinya dengan baik, apabila saliva mengalami perubahan pada ion-ionnya maka fungsi dan peran saliva dalam rongga mulut juga akan terganggu, sehingga menimbulkan efek yag merugikan di rongga mulut.18

Saliva juga berfungsi sebagai antibakterial. Saliva mensekresikan IgA yang dapat mencegah terjadinya koloni bakteri dengan mengikat antigen spesifik yang bertanggung jawab dalam perlekatan, selain itu peroksidase pada saliva berfungsi untuk mencegah terbentuknya asam dan berkembangnya mikroorganisme seperti

Lactobacilli, Streptococcus dan jamur. Lysozym pada saliva juga berperan penting terhadap terjadinya karies. Lysozym dapat melisiskan bakteri yang akhirnya akan mengurangi koloni dari bakteri.19

Saliva menyebabkan karies melalui tingkat sekresi dan komposisi. Saliva mempengaruhi integritas gigi dengan komposisi berupa sistem buffer, serta kandungan kalsium dan fosfat. Melalui sistem pembersih saliva dapat mempengaruhi jumlah mikroorganisme dan sisa-sisa makanan di rongga mulut. Seseorang dengan gangguan aliran saliva akan lebih rentan mengalami karies. Perlu ditekankan bahwa


(20)

ada hubungan linear antara tingkat sekresi saliva, aktifitas karies dan nilai DMFS/DMFT.20,21

2.2.2Waktu

Waktu adalah lama proses terjadinya karies, yang dimulai dari terbentuknya asam oleh bakteri yang ada di rongga mulut sampai terlihatnya lesi karies pada gigi. Menurut Suwelo, waktu terjadinya karies cukup bervariasi, diperkirakan sekitar 6-36 bulan. Hal ini tergantung dari cepatnya demineralisasi terjadi, ketika makanan manis dikonsumsi pH rongga mulut akan mengalami penurunan, ketika asam terbentuk kristal enamel akan rusak sehingga terjadilah karies.16

2.2.3Substrat

Substrat menjadi salah satu faktor penyebab karies karena membantu mikroorganisme dalam pembentukan asam. Substrat atau diet yang menjadi makanan mikroorganisme adalah makanan yang mengandung karbohidrat. Sisa makanan yang mengandung karbohidrat akan digunakan oleh bakteri sebagai bahan makanan dan memperbanyak koloni sehingga karies akan terus terjadi. Mengkonsumsi makanan manis terutama antar waktu makan dapat menyebabkan penurunan pH secara terus menerus dan tidak memberikan waktu yang cukup untuk pH kembali normal, sehingga terjadi demineralisasi gigi.20

2.2.4Mikroorganisme

Terjadinya karies tidak terlepas dari bakteri penyebab karies. Hasil penelitian mengatakan, Streptococcus mutans dan Lactobacillus adalah bakteri utama yang menyebabkan terjadinya karies. Menurut Almushayt, anak dengan koloni

Streptococcus dan Lactobacillus yang tinggi mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya karies yaitu sekitar 68,3% koloni Streptococcus ditemukan pada anak yang mengalami karies dan 43,3% ditemukan pada anak yang bebas karies.10 Jumlah koloni Lactobacillus juga lebih banyak ditemukan pada anak yang karies


(21)

yaitu 63,3% pada anak dengan karies yang tinggi dan hanya 6,7% pada anak bebas karies.10

S.mutans merupakan bakteri yang paling infeksius terhadap terjadinya karies. Terbentuknya koloni S.mutans pada usia dini merupakan faktor resiko yang besar terhadap terjadinya karies pada anak.22 Proses terjadinya karies diawali dengan

S.mutans memetabolisme sukrosa menjadi asam, asam yang dihasilkan akan membantu bakteri asam lainnya berkembang di rongga mulut. Polisakarida akan membantu perlekatan bakteri-bakteri tersebut menjadi lebih mudah. S.mutans

menghasilkan glucan yang larut terhadap air. Cairan yang ada pada rongga mulut akan melarutkan glucan yang menempel pada permukaan gigi sehingga terjadilah karies selain itu ketika produk yang mengandung karbohidrat difermentasi oleh

S.mutans, proses metabolisme akan terjadi, S.mutans menghasilkan produk akhir berupa asam, yang pada akhirnya mengarah pada demineralisasi enamel, sehingga karies terjadi.23

2.3 Streptococcus mutans

S.mutans merupakan salah satu bakteri penyebab terjadinya karies, karena asam yang dihasilkannya namun S.mutans juga merupakan bakteri fisiologis yang berada di rongga mulut manusia. Anak banyak memperoleh bakteri ini dari ibunya.22 Hal ini terbukti dari suatu penelitian, S.mutans yang diambil dari ibu dan anaknya mirip dan memiliki profil bacteriocin yang identik. Menurut Wan pada tahun 2001,

S.mutans di jumpai pada anak tiga bulan sebelum gigi desidui erupsi dan pada usia enam bulan hampir 50% dari anak yang lahir prematur serta 60% anak yang lahir normal.11

S.mutans merupakan flora normal yang didapat dan akan berkembang sesuai perkembangan usia. Ketika makanan yang mengandung karbohirat masuk ke rongga mulut, maka S.mutans akan berinteraksi dengan karbohidrat tersebut sehingga bakteri ini tumbuh dan berkembang. Makanan yang mengandung karbohidrat akan dimakan oleh manusia setiap harinya, oleh karena itu S.mutans juga akan terus berkembang sesuai dengan banyaknya karbohidrat yang dimakan setiap harinya. Orang dewasa


(22)

mungkin memiliki koloni S.mutans yang lebih tinggi. Sebaliknya, pada anak-anak koloni S.mutans akan lebih rendah, namun anak-anak lebih rentan terjadi karies karena srtuktur gigi, kebiasaan anak yang lebih sering makan makanan yang manis serta cara menyikat gigi yang belum efektif. Usia pada awal ditemukannya koloni

S.mutans di rongga mulut berkaitan dengan resiko terjadinya karies. S.mutans juga memiliki beberapa manfaat sebagai flora normal. Asam yang dihasilkan oleh

S.mutans dapat mencegah mikroorganisme yang tidak tahan asam untuk tumbuh di rongga mulut dan merangsang aktivitas imun SIgA yang banyak ditemui pada penderita karies, tetapi S.mutans juga dapat membahayakan host misalnya pada saat berkompetisi dengan bakteri lain, sebagai bentuk pertahanannya S.mutans

memproduksi toxin, menyebabkan infeksi endogenus yang salah satunya adalah karies gigi.25

S.mutans adalah bakteri yang paling penting dalam terjadinya karies.25,26 Karies gigi lebih banyak ditemukan pada perempuan, karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. S.mutans memiliki peranan yang kuat terhadap terjadinya karies. Menurut penelitian Anindita, koloni S.mutans pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Sebagai flora normal

S.mutans ditemukan di dalam saliva oleh karena itu jumlah koloni S.mutans dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menentukan resiko karies pada seseorang. Bakteri S.mutans yang terdapat dalam saliva dalam jumlah yang banyak mengindikasikan bahwa bakteri tersebut juga banyak pada plak dan permukaan gigi. Pemeriksaan bakteri S.mutans pada saliva dianggap mewakili jumlah koloni S.mutans

yang ada di rongga mulut.27

2.3.1Morfologi

S.mutans adalah bakteri gram positif (+), berdiameter 1-2 m, dan tidak bergerak (non motil). S.mutans termasuk dalam kelompok Streptococcus viridians

yang memiliki sifat alfa-hemolitik dan komensal oportunistik. S.mutans tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob.Memiliki bentuk bulat atau bulat telur, tersusun seperti rantai dan tidak membentuk spora (Gambar 2). Bakteri ini tumbuh pada suhu


(23)

sekitar 18oC-40oC. Pada media TYC (Trypticase Yeast Extract Cystine) S.mutans

memiliki karakteristik, yaitu ukuran koloni 0,5-1 mm, berwarna putih, permukaan koloni kasar dan disekitar koloni dibasahi polimer glukan. S.mutans biasanya ditemukan pada gigi yang mengalami karies dan merupakan bakteri paling kondusif merusak enamel gigi.26

Gambar 2. Streptococcus mutans28

2.3.2Perananan Streptococcus mutansdalam Saliva Terhadap Terjadinya Karies

Anak-anak yang memiliki kolonisasi S.mutans yang lebih banyak beresiko lebih besar terkena karies17,29 S.mutans merupakan bakteri kariogenik. Peranan

S.mutans dalam saliva terhadap karies sangat terkait dengan karakteristik saliva itu sendiri. Sistem buffer pada saliva mempengaruhi keadaan S.mutans untuk hidup. Penurunan pH saliva yang bertahap menguntungkan untuk S.mutans. Bakteri ini tumbuh subur pada suasana asam yaitu dibawah 6,8 dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini yang terutama terdiri dari polimer glukosa menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin, akibatnya bakteri-bakteri yang ada di rongga mulut terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Plak yang makin tebal akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak.29

Aliran saliva juga berpengaruh terhadap tumbuhnya S.mutans di rongga mulut. Kecepatan aliran saliva tergantung pada kelenjar saliva. Aliran saliva yang


(24)

menurun akan mengakibatkan protektif dari saliva akan menurun. Keadaan ini dimanfaatkan oleh S.mutans untuk memperbanyak koloni ditambah dengan sisa-sisa makanan di rongga mulut yang menyebabkan S.mutans terus berkembang.18

Beberapa penelitian mengatakan adanya hubungan antara peningkatan insiden karies dengan peningkatan jumlah S.mutans dalam saliva. S.mutans plak ditemukan 30% lebih banyak pada anak dengan S-ECC dan biasanya 0,1% ditemukan pada anak dengan karies minimal dan bebas karies sedangkan apabila didapati jumlah

S.mutans dalam saliva lebih besar dari satu juta per millimeter, maka individu tersebut diduga memiliki resiko tinggi terkena karies namun, anak yang bebas karies namun memiliki S.mutans yang tinggi pada saliva akan lebih berisiko untuk terjadi karies dibandingkan dengan anak bebas karies yang memiliki S.mutans yang rendah pada saliva. 30

Menurut Javeria pada tahun 2005, pada aktifitas karies yang tinggi ditemukan jumlah koloni S.mutans > 106 CFU /ml, tingkat medium > 105 CFU/ml dan tinggkat rendah < 105 CFU/ml. Hasil penelitian Pradopo, mengatakan nilai rerata koloni

S.mutans pada saliva lebih tinggi pada kelompok anak dengan nilai dmft/DMFT 3-5 dibandingkan dengan anak bebas karies yaitu masing-masing 575,8 CFU/ml dan 246 CFU/ml. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa anak-anak dengan koloni

S.mutans dan Lactobacillus sp yang tinngi juga memiliki karies yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, anak dengan jumlah bakteri yang rendah, didapati nilai karies yang rendah pula.31,32


(25)

2.4 Kerangka Teori

Etiologi 

Host

Mikroorganisme

Waktu

Substrat

Jumlah Koloni

Streptococcus mutans

pada Saliva

Keadaan Gigi Anak

Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) 

Non S-ECC  Bebas karies

Faktor Resiko

Jenis Kelamin

Umur


(26)

2.5 Kerangka Konsep

Non S-ECC

Jumlah Koloni Streptococcus mutans pada Saliva

Severe Early Childhood Caries (S-ECC)


(27)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian Cross-sectional.

3.2 Tempat dan waktu penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Dharma Wanita Persatuan (DWP) USU dan TK Efrata di Kecamatan Medan Baru dan di Laboratorium Mikrobiologi FK USU.

b. Waktu

Waktu penelitian berlangsung selama 9 bulan, dimulai dari bulan Juni hingga Februari 2013.

3.3 Populasi dan sampel a. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah anak berusia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Baru.

b. Sampel

Jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis dua kelompok data.

n= {Z PQ + Z P P P }2

(P1-P2)2

n= {1,96 x , x ,8 + 1,282 , , , , }2

(0,3)2 n= (0,989 + 0,647)2 0,09


(28)

n= 29,7

n= 30

Keterangan: n = jumlah sampel Z 5% = 1,96 Z 10% = 1,282

P1 (proporsi S-ECC, prevalensi S-ECC di kota Medan) = 16% (0,16) P1-P2 = 30% (0,3)

P2 (proporsi yang diharapka peneliti) = 14% (0,14) P = P1+P2

2 Q = 1 - P

Minimal jumlah sampel yang diperoleh adalah 30 orang. Penambahan 20% dari besar sampel dilakukan untuk mengantisipasi apabila sampel tidak mau diperiksa atau Drop Out sehingga jumlah keseluruhan sampel pada masing-masing kelompok S-ECC dan non S-ECC menjadi 36 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling yaitu sampel diambil dengan pertimbangan tertentu yaitu berdasarkan ciri atau sifat yang telah diketahui peneliti sebelumnya.

Kriteria Inklusi

a. Anak berusia 36-71 bulan b. Dalam periode gigi desidui c. Keadaan umum anak baik d. Mendapat persetujuan orang tua

Kriteria Eksklusi

Anak yang menolak untuk diperiksa/tidak koperatif

3.4 Variable-variabel penlitian


(29)

b. Variabel Terikat : Pengalaman S-ECC dan non S-ECC.

3.5 Definisi operasional Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Cara pengukuran Hasil pengukuran Skala Severe-Early Childhood Caries (S-ECC)

1.Anak yang berusia

dibawah 3 tahun dan menunjukkan adanya lesi karies pada permukaan halus gigi.

2. Anak usia 3,4,5 tahun dan menunjukkan adanya lesi karies pada permukaan halus gigi insisivus.

3. Jumlah permukaan yang terkena karies adalah sama dengan atau lebih besar dari empat permukaan pada anak usia 3 tahun, lima permukaan pada anak usia 4 tahun atau enam permukaan pada anak usia 5 tahun berdasarkan pengertian AAPD. Semua gigi anak diperiksa satu persatu, dengan satu permukaan halus gigi memiliki satu kriteria.

0 : Tidak ada kelainan/ sehat

1 : Ada

permukaan

halus gigi yang terkena karies.


(30)

Variabel

Non ECC

Definisi operasional

Adanya lesi karies pada permukaan gigi apa saja yang bukan termasuk kriteria S-ECC dan termasuk anak bebas karies. Cara pengukuran Semua gigi anak diperiksa satu persatu, dengan satu permukaan halus gigi memiliki satu kriteria Hasil pengukuran

0 : Tidak ada kelainan/ sehat

1 : Ada

permukaan halus gigi yang terkena karies. Skala Numerik Pengala-man karies Diukur dengan menggunakan indeks kriteria Klein, yaitu :

d (decay) : Gigi yang mengalami kerusakan (karies) dan indikasi penambalan

e (extracted) : Gigi yang dicabut karena karies

f (filling) : Gigi yang ditambal karena karies

Semua gigi anak diperiksa satu persatu, dengan satu gigi hanya memiliki satu kriteria

0 : Tidak ada kelainan atau sehat

1 : ada d atau e atau f


(31)

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Hasil

Pengukuran

Skala

Jumlah koloni

S. mutans

Jumlah kelompok bakteri

S.mutans yang didapat dari saliva.

Dihitung dengan cara manualpada media TYC

CFU/mL Numerik

Usia 36-71 bulan

Usia penanggalan kelahiran yang berusia di antara 36-71 bulan

Dihitung dari tanggal lahir sampai waktu dilakukan penelitian

36-71 bulan Katego-rik

3.6 Cara Pengambilan Data

1. Sebelum penelitian di mulai, peneliti meminta surat izin penelitian dari Pembantu Dekan 1.

2. Selanjutnya peneliti meminta izin penelitian dari Komisi Etik dan pihak sekolah tempat dilakukan penelitian.

3. Setelah mendapat persetujuan peneliti menginformasikan kepada pihak sekolah bahwa penelitian memerlukan izin orang tua dan meminta pihak sekolah mengumpulkan orang tua pada keesokan harinya.


(32)

4. Keesokan harinya peneliti datang ke sekolah dan memberikan pejelasan kepada orang tua murid tentang penelitian yang akan dilakukan serta membagikan

informed consent untuk diisi oleh orang tua.

5. Setelah mendapat data anak yang menjadi subjek penelitian, peneliti mulai melakukan prosedur penelitian pada keesokan harinya.

6. Pengambilan data anak dilakukan di masing-masing TK pada ruang yang telah di sediakan pihak sekolah dengan penerangan yang cukup.

7. Setiap anak sesuai dengan absensi dipanggil dan dikumpulkan di ruang pemeriksaan kemudian anak dipersilahkan duduk di bangku yang telah disediakan.

8. Peneliti menanyakan identitas anak dan memeriksa rongga mulut anak. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde tajam setengah lingkaran untuk mengetahui skor deft anak. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia.

9. Selanjutnya dilakukan pengambilan saliva.

10.Pengambilan saliva dilakukan pada pagi hari yaitu pada jam 09.00-10.00 di sekolah, waktu yang diperlukan adalah 60 sampai 120 detik.

11.Selama pengambilan saliva, kepala harus sedikit condong ke depan dan mulut harus terbuka dan saliva dibiarkan mengalir ke dalam wadah yang telah disediakan hingga terkumpul saliva sebanyak 2 ml seperti terlihat pada gambar 3.

   


(33)

12. Labolatoriu

13. tabung ke

S.mutans y tabung ber 14. 15. 16. campurkan yang sama 17. 18. 19. suhu 37oC 20. cawan di b spidol hita bagiannya kesalahan h

Tabung y um Mikrob Selanjutny eempat (10 yang sangat risi 0,9 % sa Ambil 1 m Sampel sal

Selanjutny n dengan sa a sampai tab Ambil 1 m Tuang me Media ya selama 48 j Setelah 48 bagi menja am pada b

dijumlahk hitung.

yang berisi biologi FK U ya dilakuka 04) karena banyak seh aline. ml saliva cam

liva di vorte

Gamb

ya ambil 1 m aline di tabu bung keempa ml dari tabun edia TYC pa ang sudah d

jam.

8 jam, dilak adi empat b

bagian baw kan. Pengh saliva di USU kurang an pengenc pengencera hingga mem mpurkan den ex selama 5

ar 4. Saliva

ml saliva ya ung ke dua at.

ng terakhir ada cawan y ditanami ba

kukan pengh agian. Kolo wah petri s hitungan di

iletakkan r g dari 2 jam ceran. Pen an kurang mpersulit dal

ngan saline d menit (Gam

yang divor

ang telah die kemudian

dan tuang p yang berisi s akteri disimp

hitungan se oni pada se selanjutnya ilakukan du

rak tabung .

ngenceran d dari 104 d lam penghit

di tabung pe mbar 4). rtex encerkan da vortex kem pada cawan saliva.

pan di dala

cara manua etiap bagian seluruh ko ua kali un

dan diba

dilakukan didapatkan tungan. Sed

ertama.

ari tabung p mbali. Lakuk

petri yang a

am inkubato

al yaitu perm n di tandai

oloni pada ntuk meng awa ke sampai koloni diakan 4 ertama, kan hal ada. or pada mukaan dengan setiap ghindari


(34)

3.7 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh di analisis dengan sistem komputerisasi. Data yang diperoleh tidak terdistribusi dengan normal sehingga dilakukan uji statistik Mann-Whiteney untuk menganalisis perbedaan rerata jumlah koloni S.mutans antara kelompok S-ECC dengan non S-ECC dan menganalisis hubungan jenis kelamin dengan rerata jumlah koloni S.mutans serta uji Kruskal-Wallis digunakan untuk menganalisis hubungan usia dengan rerata jumlah koloni S.mutans pada anak usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Baru.


(35)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di TK Dharma Wanita Persatuan (DWP) USU dan TK Efrata di Kecamatan Medan Baru dengan jumlah sampel adalah 60 anak. Pada penelitian ini diperoleh rerata deft dari seluruh sampel adalah 4,70 ± 4,51 serta rerata jumlah koloni S.mutans secara keseluruhan adalah 107,45 ± 33,72 CFU/ml.

4.1 Karakteristik Responden Anak

Karakteristik responden anak S-ECC dan non S-ECC menunjukkan anak dengan jenis kelamin laki-laki pada kategori S-ECC sebanyak 11 orang (36,7%) dan pada kategori non S-ECC sebanyak 15 orang (50%) untuk anak perempuan pada kategori S-ECC sebanyak 19 orang (63,3%) dan pada kategori non S-ECC sebanyak 15 orang (15%). Berdasarkan usia, anak kelompok usia 36-48 bulan pada kategori S-ECC sebanyak 1 orang (3,3%) dan pada kategori non S-S-ECC sebanyak 2 orang (6,7%), anak kelompok usia 49-59 bulan pada kategori S-ECC sebanyak 11 orang (36,3%) dan pada kategori non S-ECC sebanyak 6 orang (20%) serta anak kelompok 60-71 bulan pada kategori ECC sebanyak 18 orang (60%) dan pada kategori non S-ECC sebanyak 22 orang (73,3%) (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik Responden Anak S-ECC dan non S-ECC

Karakteristik

S-ECC Non S-ECC Total

n % n % n % Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

11 19

36,7 63,3

15 15

50 50

26 34

43,3 56,7


(36)

Usia

36 - 48 bulan 49 - 59 bulan 60 - 71 bulan

1 11 18 3,3 36,7 60 2 6 22 6,7 20 73,3 3 17 40 5 28,3 66,7

Total 30 30 60 100

4.2 Analisis Statistik Perbedaan Jumlah Koloni S.mutans pada Anak S-ECC dengan Non S-S-ECC

Hasil analisis diperoleh secara keseluruhan rerata koloni S.mutans pada anak S-ECC adalah 133.07 ± 29,01 dan rerata deft pada anak kategori S-ECC 8,2 ± 3,71 untuk kategori non S-ECC rerata jumlah koloni S.mutans secara keseluruhan adalah 81.83 ± 10.674 dan rerata deft pada kelompok non S-ECC adalah 1,2 ± 1,51 (Tabel 3).

Perbedaan jumlah koloni antar kelompok S-ECC dan non S-ECC dilihat dengan menggunkan Mann-Whiteney Test. Hasil Mann-Whiteney Test diperoleh hasil analisis statistik p=0,0001 hal menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rerata jumlah koloni antara anak S-ECC dan non S-ECC (p=0,0001 < 0,05) (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Analisis Statistik Perbedaan Jumlah Koloni pada Anak S-ECC dengan Non S-ECC

Kategori Koloni S.mutans

Rerata ± SD (CFU/ml)

Deft Rerata ± SD

Hasil Analisis Statistik

S-ECC 133,07 ± 29,01 8,20 ± 3,71

p=0,0001

Non S-ECC 81,83 ± 106,67 1,2 ± 1,51

 

4.3 Analisis Statistik hubungan jenis kelamin dengan jumlah koloni

S.mutans pada anak

Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh rerata koloni S.mutans pada anak perempuan dan laki-laki kategori S-ECC masing-masing adalah 122,47 ± 17,40


(37)

dan 151,36 ± 36,25. Kategori non S-ECC untuk laki-laki dan perempuan masing-masing 80,60 ± 12,82 dan 83,07 ± 8,26. Berdasarkan uji Mann-Whiteney diperoleh hasil statistik p=0,13 untuk kategori S-ECC dan p=0,75 untuk kategori non S-ECC dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan jumlah koloni S.mutans pada anak (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil Analisis Statistik Hubungan Jenis Kelamin dengan Jumlah Koloni

S.mutans pada Anak

Status Karies

Jenis Kelamin

Koloni S.mutans

Rerata ± SD (CFU/ml)

Hasil Analisis Statistik S-ECC Laki-laki

Perempuan

122,47 ± 17,40

151,36 ± 36,25 p=0,13

Non S-ECC Laki-laki

Perempuan

80,60 ± 12,82

83,07 ± 8,26 p=0,75

4.4 Analisis Statistik hubungan usia dengan jumlah koloni S.mutans

pada anak

Berdasarkan analisis yang dilakukan, untuk kategori S-ECC rerata jumlah koloni S.mutans pada anak usia 36-48 bulan adalah 135 ± 0, usia 49-59 bulan adalah 130 ± 32,32 dan usia 60-71 bulan adalah 134,83 ± 28,49 untuk kategori non S-ECC rerata jumlah koloni S.mutans pada anak usia 36-48 bulan adalah 73,00 ± 29,69, usia 49-59 bulan adalah 80,17 ± 7,67 dan usia 60-71 adalah 83,09 ± 9,56. Hasil analisis

Kruskal-Wallis menunjukkan p=0,708 untuk kategori S-ECC dan p=0,657 untuk kategori non S-ECC dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan jumlah koloni S.mutans pada anak baik kategori S-ECC maupun non S-ECC (Tabel 5).


(38)

Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Jumlah Koloni S.mutans pada Anak

Status Karies Usia Koloni S.mutans

Rerata ± SD

Hasil Analisis Statistik

S-ECC 36 - 48 bulan

49 - 59 bulan 60 - 71 bulan

135 ± 0 130 ± 32,32 134,83 ± 28,49

p=0,708

Non S-ECC 36 - 48 bulan

49 - 59 bulan 60 - 71 bulan

73,00 ± 29,69 80,17 ± 7,67 83,09 ± 9,56


(39)

BAB 5 PEMBAHASAN

Severe Early childhood Caries (S-ECC) karies yang terjadi pada anak usia dibawah tiga tahun sampai lima tahun. Etiologi S-ECC sama seperti etiologi karies pada umumnya yaitu host, waktu, substrat dan mikroorganisme. Salah satu bakteri yang berperan dalam terjadinya karies adalah S. mutans. S.mutans merupakan bakteri kariogenik yang juga merupakan bakteri fisiologis di rongga mulut. Faktor resiko terjadinya S-ECC juga sama dengan karies pada umumnya seperti jenis kelamin, usia dan sosial ekonomi.3,8

Pada penelitian ini diperoleh deft dari seluruh sampel adalah 4,70 ± 4,51 serta rerata jumlah koloni S.mutans secara keseluruhan adalah 107,45 ± 33,72 CFU/ml. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rerata koloni S.mutans dalam saliva kelompok S-ECC lebih tinggi yaitu 133.07 ± 29.011 dibandingkan dengan dengan anak non S-ECC 81.83 ± 106.67 (Tabel 3). Pada test perbedaan jumlah koloni anak S-ECC dan non S-ECC juga diperoleh hasil bahwa ada perbedaan rerata jumlah koloni anak S-ECC dan non S-ECC (p=0.004). Hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil penelitian Ayilliath pada tahun 2013 yang mengatakan ada hubungan yang signifikan antara koloni S.mutans dengan S-ECC (p=0,004).33 Pada penelitian lainnya, Abdullah S. Almushayt dkk juga mengatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara koloni S.mutans dengan S-ECC (p=0,022).10 Hal ini menunjukkan bahwa anak dengan jumlah koloni S.mutans yang tinggi beresiko lebih tinggi untuk mengalami karies. Pada penelitian ini terbukti bahwa S.mutans memiliki hubungan terhadap terjadinya karies seperti yang dikatakan oleh Nomura et al dan Tweman et al bahwa koloni S.mutans merupakan faktor paling kuat terhadap terjadinya karies (cit. Abdullah S. Almushayt dkk).10,31

Pada analisis hubungan jenis kelamin dengan rerata jumlah koloni S.mutans


(40)

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan rerata jumlah koloni S.mutans (p=0,75) (Tabel 4).Kemungkinan hal ini terjadi karena sampel yang diperoleh tidak sama antara anak perempuan yaitu 34 orang dan laki-laki yaitu 26 orang (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Feldens dkk pada tahun 2010 yang mengatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan S-ECC (p=0,86).34 Hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa jumlah koloni S.mutans lebih dipengaruhi oleh pengalaman karies, sebagai penyakit multifaktorial ada faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi karies terjadi. 35

Hubungan usia dengan jumlah koloni S.mutans juga menunjukkah hasil yang sama bahwa tidak hubungan antara usia dengan jumlah koloni S.mutans dalam saliva baik pada kelompok S-ECC (p=0,708) maupun anak kelompok non S-ECC (p=0,657) (Tabel 5). Menurut Sharma pada tahun 2012 yang mengatakan jumlah koloni

S.mutans akan bertambah sesuai dengan pertambahan usia.36 Pada penelitian ini terlihat tidak ada peningkatan jumlah koloni S.mutans pada anak usia 36-48 bulan, 49-59 bulan sampai usia 60-71 bulan, hal ini disebabkan karena sampel pada masing-masing kelompok usia tidak sama dimana anak usia 60-71 bulan lebih banyak yaitu 40 orang dibandingkan kelompok usia 49-59 bulan yaitu 17 orang dan usia 36-48 bulan yaitu 3 orang (Tabel 2). Anak memiliki karies dini dan memiliki resiko karies tinggi bisa saja memiliki jumlah koloni S.mutans yang tinggi. Anak usia dini masih bergantung kepada orang tuanya, termasuk dalam hal kesehatan gigi. Kebiasaan orang tua juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak contohnya dalam hal menyikat gigi. Disimpulkan usia tidak mempengaruhi jumlah koloni S.mutans dalam saliva pada anak.36

Javeria pada tahun 2005 membagi aktifitas karies menjadi tiga tingkatan yaitu aktifitas karies tinggi jika ditemukan jumlah koloni S.mutans >106 CFU/ml, tingkat medium >105 CFU/ml dan tingkat rendah <105 CFU/ml. Pada penelitian ini, termasuk kategori aktifitas tinggi sebanyak 29 anak, kategori aktifitas karies medium 15 anak serta termasuk aktifitas karies yang rendah 16 anak. Menurut Sakeenabi pada tahun 2011, ada hubungan yang signifikan antara jumlah koloni S.mutans dengan aktifitas karies pada anak selain itu Also, Ohlund et al mengatakan karies pada anak memiliki


(41)

hubungan yang kuat dengan jumlah koloni S.mutans dalam saliva dan jumlah

S.mutans di rongga mulut merupakan indikator yang baik terhadap resiko terjadinya karies (cit. Abdullah S. Almushayt dkk).10 Secara umum pencegahan dapat dilakukan dengan mengajarkan anak menyikat gigi dengan baik dari usia dini dan memberikan penyuluhan kepada orang tua untuk terus menjaga kesehatan gigi anak.37 Meskipun terlihat adanya hubungan yang kuat antara jumlah koloni S.mutans dengan terjadinya karies tidak dapat dikatakan bakteri S.mutans sebagai satu-satunya etiologi utama terjadinya karies. Pencegahan harus dilakukan dari seluruh etiologi yang ada.


(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Severe Early Childhood Caries (S-ECC) merupakan karies pada permukaan halus gigi yang terjadi pada anak berusia di bawah 3 atau pada anak 3,4,5 tahun menunjukkan adanya lesi karies pada permukaan halus gigi insisivus atau jumlah permukaan yang terkena karies adalah sama dengan atau lebih besar dari empat permukaan pada anak usia 3 tahun, lima permukaan pada anak usia 4 tahun atau enam permukaan pada anak usia 5 tahun. Non S-ECC adalah anak yang memiliki lesi karies pada permukaan gigi apa saja yang bukan termasuk kriteria S-ECC dan termasuk anak bebas karies. Pada penelitian ini diperoleh bahwa :

1. Ada perbedaan rerata jumlah koloni S.mutans dalam saliva pada anak S-ECC dengan non S-S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Baru (p=0,0001).

2. Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan rerata jumlah koloni S.mutans

dalam saliva pada pada anak S-ECC (p=0,13) dan anak non S-ECC (p=0,75) di Kecamatan Medan Baru.

3. Tidak ada hubungan usia dengan rerata jumlah koloni S.mutans dalam saliva pada anak S-ECC (p=0,708) dan non S-ECC (p=0,657) di Kecamatan Medan Baru.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penyuluhan dan pencegahan khususnya kepada anak TK untuk lebih memahami pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut sejak dini.

2. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut tentang faktor risiko yang dapat mempengaruhi proses terjadinya karies.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

1. Perenting. Pentingnya menjaga kesehatan gigi anak sejak dini. http:// pentingnya-menjaga-kesehatan-gigi-anak-sejak-dini.htm ( 3 Juli 2013).

2. The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD). Policy on early childhood caries (ECC): classification consequences, and preventive strategis. 2011; 4(2): 50.

3. Hallet KG, O’Rourke PK. Social and behaviour determinans of early childhood caries. Aus Dent J 2003; 36(1): 27.

4. State of Alaska Epidemiology. High prevalence of early childhood caries, Alaska, 2005 and 2007. 2010.

5. Poureslami HR, Amerogen Van WE. Early childhood caries (ECC) an infectious transmissible oral disease. J Pediatr 2009; 76: 191-2.

6. Mazhari F, Talebi M, Zoghi. Prevalence of early childhood caries and it risk factors in 6-60 months old children in Quchan. J Dent Res 2007; 4(2): 96-101. 7. Sugito FS et al. Breastfeeding and early childhood caries (ECC) severity of

children under three years old in DKI Jakarta, Makara Kesehatan 2008; 12(2): 86. 8. Canadian Dental Association (CDA). Early childhood caries. April 2010.

9. Dewo AT et al. Koloni Streptococcus mutans dalam saliva anak yang menggunakan pasta gigi daun sirih dan pasta gigi siwak. Jurnal PDGI 2007; Edisi Khusus: 179.

10.Almushayt A, Sharaf A, Meligy O, Tallab H. Salivary characteristic in a sampel preschool children with severy early childhood caries (S-ECC). JKAU 2010:; 4(17): 49-50.

11.Wan AKL, Seow WK, Purdie DM et al. A longitudinal study of S.mutans colonization in infans after tooth eruption. J Dent Res 2003; 82(7): 504-8 Abstrack.


(44)

12.Ismi’anifatun D, Kristiyawati SP, Solechan A. Perbedaan saliva sebelum dan sesudah menggosok gigi dengan pasta yang mengandung sorbitol dan xilitol pada pasien diabetes mellitus di RSUJ Tugurejo Semarang. E-Jurnal Stikes Tologorejo Semarang 2012.

13.Edelstein BL, Chinn CH, Laughlin RJ. Early childhood caries; definition and epidemiology. In:Berg JH, Slayton RL. Eds Early Childhood Oral Health. Singapore: Wiley-Blackwell, 2009: 20.

14.Octiara E, Tamba AE. Hubungan ekonomi keluarga dan pendidikan ibu dengan ECC anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Denai. Dentika Dent J 2012; 17: 78-82.

15.Castro P, Tovar JA, Jaramillo L. Adhesion of Streptococcus mutans to salivary proteins in caries-free and caries-susceptoble individuals. Acta Odontol 2006; 19(20): 59.

16.Gambar Etiologi karies. http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal /stomat _ter/classes_stud/en/stomat/Dentistry/ptn/Therapeutic%20Dentistry/5%20year/X/ 3.%20Dental%20caries.%20Classification.htm ( 3 juli 2013)

17.Almeida dkk, Saliva composition and functions. The J Contemporary Dent Pratice 2008; 9(3): 1-11.

18.Indriana T. Perbedaan laju aliran saliva dan pH karena pengaruh stimulus kimiawi dan mekanis. J Kedokt Meditek 2011; 17(44): 2-5.

19.B.G. Jansen van Rensburg. Oral biologi.Germany:Quintessence Publishing, 1995: 471-7.

20.University of Bagdad. Etiology of dental caries. Bagdad 2012; 1-3.

21.Lumikari Ml, Loimaranta V. Saliva and dental caries. Adv Dent Rest 2000; 14: 40-47.

22.Berkowitz Robert J. Cause, treatment and prevention of early childhood caries: a microbial prespective. J of Canadian Dent Ass 2003; 69(5): 304-7.

23.Simon Lisa. The Role of Sterptococcus mutans and oral ecology in the formation of dental caries. Lethbridge Undergraduate Research J 2007; 2(2): 1-5.


(45)

24.Indrawati R. Pertahanan alami pada Streptococcus mutans. PDGI Jurnal 2004; ed khusus: 1-4.

25.Napimoga MH dkk. Transmission, diversity and virulence factors of

Streptococcus mutans genotypes. J of Oral Science 2005; 47(2): 59-62.

26.Fajriani. Efek antimikroba ekstrak keju terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans pada karies gigi anak. PDGI Jurnal 2007; ed khusus: 73-7. 27.Inna MJ. Perbedaan jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus pada saliva

sebelum dan setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ek. 09 Februari 2009. http://hidup.blogspot .com /2009/02/ perbedaan -jumlah-koloni-bakteri.html. (25 Juli 2013).

28.http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans. 16 Juli 2013.

29.Prasko MH. Bakteri Streptococcus mutans. 8 Agustus 2011. http://www. Pendidik an-news.com/2011/08/bakteri-streptococcus-mutans.html. 25 Agustus 2013. 30.Nicolae Alexandra. Is severe early childhood caries associated with dental caries

in adulthood. Thesis. University of Toronto, 2012: 2.

31.Pradopo S. The colony number of Streptococcus mutans and Lactobacillus in saliva of dental caries and free caries children. Dent J 2008; 41(2): 53-55.

32.Agarwal D, Sunita S, Reddy, Machael P. Early childhood caries prevalenve, severity and pattern in 3-6 year old preschool children of Mysore City, Karnataka. Pesq Bras Odontoped Clin Integr 2012; 12(4): 562-65.

33.Ayilliath dkk. Relationship of severe early childhood caries to maternal microbial flora and salivary bufferinf capacity. Health Sci E-J 2013; 2(2): 4-11.

34. Feldens CA, Giugliani ERJ, Vigo A, Vitolo MR. Early feeding practice and severe early childhood caries in four-year-old children from Southern Brazil a birth cohort study. Caries Res 2010; 44: 445-452.

35.Dharsono VA, Mooduto L, Prasetyo EP. Salivary Streptococcus mutans count difference in men and women patients with high caries risk. Conservative Dentistry J 2013; 3(1) Abstrak.


(46)

36.Sharma R, Prabhakar AR, Gaur A. Mutans streptococci colonization in relation to feeding practice, age and the number of teeth in 6 to 30-month-old children: an in vivo study. International J of Clinical Pediatric Dentistry 2012; 5(2) 126-30. 37.Sakeebi B, Hiremath SS. Dental caries experience and salivary Streptococcus

mutans, lactobacillus score, salivary flow rate and salivary buffering capacity among 6 year old Indian school children. J Cin Exp Dent 2011; 3(5) 414-16.


(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth Ibu… Di Tempat

Perkenalkan saya Asma Ulhusna Meldego, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan Ibu untuk mengizinkan anak Ibu berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul: “Perbedaan Jumlah Koloni S.mutans

dalam Saliva pada anak Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) dengan Non S-ECC pada Anak Usia 36-71 Bulan di Kecamatan Medan Baru”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah koloni S.mutans pada S-ECC dan non S-ECC. Perlu Ibu ketahui S-ECC karies (gigi berlubang) yang parah yang terjadi pada anak usia dibawah tiga tahun sampai lima tahun. Kondisi di atas terkait dengan S.mutan syang merupakan salah satu bakteri penyebab terjadinya karies.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan gigi dengan menggunakan kaca mulut untuk melihat anak yang mengalami gigi berlubang dan tidak selanjutnya, dilakukan pengambilan air liur anak untuk melihat jumlah koloni bakteri

Streptococcus mutans. Saya akan menginstruksikan anak untuk membuka mulut kemudian dilakukan pemeriksaan dan pengambil air liur anak dilakukan dengan cara membiarkan air liur anak mengalir pada tabung yang disediakan sebanyak 2 ml. Penelitian ini akan dilakukan selama 10 menit.

Keuntungan menjadi subjek penelitian ini adalah Ibu memperoleh informasi mengenai kondisi rongga mulut anak dan mengetahui jumlah koloni bakteri S.mutans

yang merupakan bakteri penyebab gigi berlubang sehingga diharapkan Ibu dapat mengkontrol kebersihan rongga mulut dan melakukan pencegahan terjadinya gigi berlubang pada anak. Adapun ketidaknyamanan yang akan dialami dalam prosedur


(52)

penelitian ini adalah anak membuka mulut sedikit lebih lama dibandingkan pemeriksaan rongga mulut biasa karena perlu pengambilan air liur anak yang akan diperiksa di labolatorium. Kemungkinan yang dapat terjadi anak merasa bosan dan tidak mau diambil air liurnya jika hal ini terjadi maka anak tersebut tidak jadi dimasukkan sebagai subjek penelitian.

Jika ibu bersedia, Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan anak Ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini selama penelitian berlangsung. Demikian, mudah-mudahan keterangan saya diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan anak Ibu berpartisipasi dalam penelitian kami ucapkan terima kasih.

Medan, November 2013

Asma Ulhusna Meldego

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp: 085260669800


(53)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Alamat : No. Telpon/Hp :

Orang Tua dari :

Sekolah :

Sudah mendapat penjelasan mengenai penelitian, risiko, keuntungan, dan hak-hak saya/anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul “Perbedaan Jumlah Koloni

S.mutansdalam Saliva pada anak Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) dengan non S-ECC Usia 36-71 Bulan di Kecamatan Medan Baru”, secara jelas, dengan sadar, dan tanpa paksaan, mengizinkan anak saya berpartisipasi dalam penelitian ini yang dilakukan oleh Asma Ulhusna Meldego sebagai mahasiswa Fakultas kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila saya suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan, November 2013 Yang menyetujui,

Orang Tua Subjek Penelitian


(54)

NO.

LEMBAR PEMERIKSAAN GIGI ANAK

PERBEDAAN JUMLAH KOLONI STREPTOCOCCUS MUTANS DALAM

SALIVA PADA SEVERE-EARLY CHILDHOOD CARIES (S-ECC) DENGAN NON S-ECC PADA USIA 36-71 BULAN

DI KECAMATAN MEDAN BARU

Tanggal Pemeriksaan :

Nama anak :

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan (A) A.

Tanggal Lahir : (B) B.

Usia : (C) C.

Nama orang tua :

Alamat Rumah :

No. Telpon/Hp :

Bebas Karies : 1. Ya (D) D.

2. Tidak

81  71  72  73 

85  84  83  82  74  75 

55  54  53  52  51  61  62  63  64  65 

   

 


(55)

Penilaian Pengalaman Karies:

1. d : (E) E.

2. e : (F) F.

3. f: (G) G.

4. ∑def : (H) H.

Pengalaman Karies:

Diukur dengan indeks kriteria Klein, yaitu:

d (decay) : Gigi yang mengalami karies dan indikasi penambalan e (extracted) : Gigi yang dicabut karena karena karies

f (filling) : Gigi yang ditambal karena karies Kriteria:

0 : Tidak ada kelainan/sehat 1 : ada d atau e atau f 


(56)

Tabel 1. Jumlah Koloni Streptococcus mutans dalam Saliva pada Severe- Early Childhood Caries (S-ECC) dan Non S-ECC pada Usia 36-71 Bulan di Kecamatan Medan Baru

No Katagori

Koloni

s.mutans ∑ deft Usia JK (P/L)

1 NON S-ECC 52 2 37 bulan P

2 NON S-ECC 63 3 60 bulan P

3 NON S-ECC 67 4 62 bulan P

4 NON S-ECC 70 0 57 bulan L

5 NON S-ECC 70 0 62 bulan L

6 NON S-ECC 71 1 60 bulan P

7 NON S-ECC 74 2 58 bulan P

8 NON S-ECC 75 0 62 bulan L

9 NON S-ECC 76 0 62 bulan L

10 NON S-ECC 78 0 67 bulan L

11 NON S-ECC 79 0 55 bulan P

12 NON S-ECC 80 0 64 bulan L

13 NON S-ECC 81 0 49 bulan P

14 NON S-ECC 81 4 61 bulan L

15 NON S-ECC 82 2 61 bulan L

16 NON S-ECC 86 0 50 bulan P

17 NON S-ECC 86 4 62 bulan P

18 NON S-ECC 87 3 66 bulan L

19 NON S-ECC 87 4 61 bulan P

20 NON S-ECC 88 0 62 bulan L

21 NON S-ECC 88 2 61 bulan P

22 NON S-ECC 89 0 61 bulan L

23 NON S-ECC 90 1 70 bulan L

24 NON S-ECC 91 0 57 bulan L

25 NON S-ECC 92 0 60 bulan L

26 NON S-ECC 92 1 61 bulan P

27 NON S-ECC 94 0 65 bulan P

28 NON S-ECC 94 3 48 bulan P

29 NON S-ECC 95 0 63 bulan P

30 NON S-ECC 97 0 66 bulan L

31 S-ECC 99 9 69 bulan P


(57)

33 S-ECC 103 5 56 bulan L

34 S-ECC 103 7 59 bulan P

35 S-ECC 108 8 68 bulan P

36 S-ECC 109 6 64 bulan P

37 S-ECC 112 5 54 bulan P

38 S-ECC 112 7 63 bulan P

39 S-ECC 115 6 58 bulan L

40 S-ECC 116 13 69 bulan L

41 S-ECC 117 7 66 bulan P

42 S-ECC 117 7 66 bulan P

43 S-ECC 117 19 51 bulan P

44 S-ECC 118 10 69 bulan P

45 S-ECC 119 15 62 bulan L

46 S-ECC 120 4 68 bulan P

47 S-ECC 130 8 55 bulan P

48 S-ECC 132 4 51 bulan P

49 S-ECC 135 8 41 bulan P

50 S-ECC 140 6 60 bulan P

51 S-ECC 149 6 60 bulan P

52 S-ECC 149 13 63 bulan L

53 S-ECC 150 6 67 bulan L

54 S-ECC 150 8 70 bulan P

55 S-ECC 150 15 59 bulan L

56 S-ECC 158 4 69 bulan P

57 S-ECC 170 13 65 bulan L

58 S-ECC 182 6 61 bulan L

59 S-ECC 202 5 62 bulan L


(58)

Lampiran Uji Statistik

Tests of Normalityb,c,d

Deft

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Koloni 0 .147 17 .200* .947 17 .409

1 .354 3 . .821 3 .165

2 .285 3 . .932 3 .497

3 .303 3 . .909 3 .414

4 .274 7 .122 .916 7 .438

5 .356 3 . .818 3 .157

6 .198 6 .200* .939 6 .653

7 .264 4 . .836 4 .183

8 .220 6 .200* .887 6 .301 13 .225 3 . .984 3 .756

15 .260 2 .

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

b. koloni is constant when dmfs = 9. It has been omitted. c. koloni is constant when dmfs = 10. It has been omitted. d. koloni is constant when dmfs = 19. It has been omitted.

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 26 43.3 43.3 43.3

Perempuan 34 56.7 56.7 100.0 Total 60 100.0 100.0


(59)

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Koloni 60 52 209 107.45 33.720

Deft 60 0 19 4.70 4.515

Umur 60 37 70 60.53 6.609

Valid N (listwise) 60

SECC

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 11 36.7 36.7 36.7

Perempuan 19 63.3 63.3 100.0 Total 30 100.0 100.0

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Koloni 30 99 209 133.07 29.011

Deft 30 4 19 8.20 3.718

Umur 30 41 70 61.40 6.678

Valid N (listwise) 30

NON SECC

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 15 50.0 50.0 50.0

Perempuan 15 50.0 50.0 100.0 Total 30 100.0 100.0


(60)

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Koloni 30 52 97 81.83 10.674

Deft 30 0 4 1.20 1.518

Umur 30 37 70 59.67 6.535

Valid N (listwise) 30

LAKI-LAKI

Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid SECC 11 42.3 42.3 42.3

NON SECC 15 57.7 57.7 100.0 Total 26 100.0 100.0

DESCRIPTIVES VARIABLES=kolonidmfsumur /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Koloni 26 70 209 111.96 41.809

Deft 26 0 15 4.42 5.293

Umur 26 56 70 62.27 3.661


(61)

PEREMPUAN

Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid SECC 19 55.9 55.9 55.9

NON SECC 15 44.1 44.1 100.0 Total 34 100.0 100.0

DESCRIPTIVES VARIABLES=kolonidmfsumur /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Koloni 34 52 158 104.00 26.084

Deft 34 0 19 4.91 3.888

Umur 34 37 70 59.21 7.984

Valid N (listwise) 34  

Deskriptif usia

S-ECC

Frequencies

Statistics Usia

N Valid 30 Missing 0


(62)

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 36 – 48 1 3.3 3.3 3.3 49 – 59 11 36.7 36.7 40.0 60 – 71 18 60.0 60.0 100.0 Total 30 100.0 100.0

Non S-ECC

Frequencies

Statistics Usia

N Valid 30 Missing 0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 36 - 48 2 6.7 6.7 6.7 49 - 59 6 20.0 20.0 26.7 60 - 71 22 73.3 73.3 100.0 Total 30 100.0 100.0

   


(63)

Usia Katagori 1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Koloni 3 52 135 93.67 41.501

Deft 3 2 8 4.33 3.215

Valid N (listwise) 3

Usia Kategori 2

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Koloni 17 70 209 112.41 35.691

Deft 17 0 19 5.35 5.373

Valid N (listwise) 17

Usia Kategori 3

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Koloni 40 63 202 106.38 32.904

Deft 40 0 15 4.40 4.307

Valid N (listwise) 40

Jenis Kelamin Kategori 1

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Koloni 34 52 158 104.00 26.084

Deft 34 0 19 4.85 3.948


(64)

Jenis Kelamin Kategori 2

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Koloni 26 70 209 111.96 41.809

Deft 26 0 15 4.42 5.293

Valid N (listwise) 26

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. koloni Laki-laki .207 30 .002 .881 30 .003

Perempuan .152 30 .075 .943 30 .108 deft Laki-laki .255 30 .000 .854 30 .001 Perempuan .319 30 .000 .757 30 .000 a. Lilliefors Significance Correction

NPAR TESTS /M-W= koloni BY kat(1 2) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks koloni Laki-laki 30 45.50 1365.00

Perempuan 30 15.50 465.00


(65)

Test Statisticsa

koloni Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 465.000

Z -6.655

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Grouping Variable: Kelompok

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Deft Secc 30 45.30 1359.00

Non secc 30 15.70 471.00

Total 60

Test Statisticsa deft Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 471.000

Z -6.643

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Grouping Variable: Kelompok


(66)

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean koloni SECC 30 133.07 29.011 5.297

NON SECC 30 81.83 10.674 1.949 Deft SECC 30 8.20 3.718 .679 NON SECC 30 1.20 1.518 .277

Jenis Kelamnin

Mann-Whitney Test

Ranks jenis

kelamin N Mean Rank koloni p 34 30.56

L 26 30.42

Total 60

Deft p 34 32.71

L 26 27.62

Total 60

Test Statisticsa,b

Koloni Deft Chi-Square .001 1.287

Df 1 1


(67)

Usia

Tests of Normality

usia

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. koloni 36 - 48 .176 3 . 1.000 3 .987

49 - 59 .155 17 .200* .903 17 .075 60 - 71 .164 40 .009 .896 40 .001 Deft 36 - 48 .328 3 . .871 3 .298 49 - 59 .193 17 .091 .860 17 .015 60 - 71 .160 40 .011 .880 40 .001 a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kruskal-Wallis Test

Test Statisticsa,b

Koloni Deft Chi-Square .588 .301

Df 2 2

Asymp. Sig. .745 .860 a. Kruskal Wallis Test


(1)

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 36 – 48 1 3.3 3.3 3.3

49 – 59 11 36.7 36.7 40.0

60 – 71 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Non S-ECC

Frequencies

Statistics Usia

N Valid 30

Missing 0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 36 - 48 2 6.7 6.7 6.7

49 - 59 6 20.0 20.0 26.7

60 - 71 22 73.3 73.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

 

 


(2)

Usia Katagori 1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Koloni 3 52 135 93.67 41.501

Deft 3 2 8 4.33 3.215

Valid N (listwise) 3

Usia Kategori 2

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Koloni 17 70 209 112.41 35.691

Deft 17 0 19 5.35 5.373

Valid N (listwise) 17

Usia Kategori 3

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Koloni 40 63 202 106.38 32.904

Deft 40 0 15 4.40 4.307

Valid N (listwise) 40

Jenis Kelamin Kategori 1

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Koloni 34 52 158 104.00 26.084

Deft 34 0 19 4.85 3.948


(3)

Jenis Kelamin Kategori 2

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Koloni 26 70 209 111.96 41.809

Deft 26 0 15 4.42 5.293

Valid N (listwise) 26

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

koloni Laki-laki .207 30 .002 .881 30 .003

Perempuan .152 30 .075 .943 30 .108

deft Laki-laki .255 30 .000 .854 30 .001

Perempuan .319 30 .000 .757 30 .000

a. Lilliefors Significance Correction

NPAR TESTS /M-W= koloni BY kat(1 2) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

koloni Laki-laki 30 45.50 1365.00

Perempuan 30 15.50 465.00


(4)

Test Statisticsa

koloni Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 465.000

Z -6.655

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Grouping Variable: Kelompok

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Deft Secc 30 45.30 1359.00

Non secc 30 15.70 471.00

Total 60

Test Statisticsa deft Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 471.000

Z -6.643

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Grouping Variable: Kelompok


(5)

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

koloni SECC 30 133.07 29.011 5.297

NON SECC 30 81.83 10.674 1.949

Deft SECC 30 8.20 3.718 .679

NON SECC 30 1.20 1.518 .277

Jenis Kelamnin

Mann-Whitney Test

Ranks jenis

kelamin N Mean Rank

koloni p 34 30.56

L 26 30.42

Total 60

Deft p 34 32.71

L 26 27.62

Total 60

Test Statisticsa,b

Koloni Deft Chi-Square .001 1.287

Df 1 1


(6)

Usia

Tests of Normality

usia

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

koloni 36 - 48 .176 3 . 1.000 3 .987

49 - 59 .155 17 .200* .903 17 .075

60 - 71 .164 40 .009 .896 40 .001

Deft 36 - 48 .328 3 . .871 3 .298

49 - 59 .193 17 .091 .860 17 .015

60 - 71 .160 40 .011 .880 40 .001

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kruskal-Wallis Test

Test Statisticsa,b

Koloni Deft

Chi-Square .588 .301

Df 2 2

Asymp. Sig. .745 .860

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: usia


Dokumen yang terkait

Hubungan perilaku diet anak dengan Early Childhood Caries (ECC) pada anak usia 37-71 bulan di Kecamatan Medan barat

2 44 111

Hubungan perilaku diet anak dengan Early Childhood Caries (ECC) pada anak usia 37-71 bulan di Kecamatan Medan Petisah

10 111 74

Perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans dalam plak pada anak severe early childhood caries (S-ECC) dan non S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Petisah

3 57 65

Perbedaan Jumlah Koloni Streptococcus Mutans Dalam Saliva Pada Anak Severe – Early Childhood Caries (S-ECC) Dengan Non S-ECC Usia 37-71 Bulan di Kecamatan Medan Selayang

23 130 61

Hubungan Perilaku Diet Anak Dengan Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 62 109

Hubungan Perilaku Diet Dengan Early Childhood Caries (Ecc) Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Selayang

2 63 94

Perbedaan Jumlah Koloni Streptococcus Mutans Dalam Saliva Pada Anak Severe Early Childhood Caries (S-ECC) Dengan Non S-ECC Usia 36-71 Bulan di Kecamatan Medan Baru

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Severe-Early Childhood Caries (S-ECC) - Perbedaan Jumlah Koloni Streptococcus Mutans Dalam Saliva Pada Anak Severe Early Childhood Caries (S-ECC) Dengan Non S-ECC Usia 36-71 Bulan di Kecamatan Medan Baru

0 2 10

Perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans dalam plak pada anak severe early childhood caries (S-ECC) dan non S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Petisah

1 1 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans dalam plak pada anak severe early childhood caries (S-ECC) dan non S-ECC usia 36-71 bulan di Kecamatan Medan Petisah

0 0 14