Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Software Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Manfaat Sistem Sebagai Variabel Intervening di Pemerintah Kota Tebing Tinggi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi saat ini semakin pesat dan telah

menyentuh aspek organisasi kepemerintahan, baik untuk peningkatan kinerja
internal organisasi maupun terhadap peningkatan kualitas layanan publik.
Perkembangan teknologi informasi diikuti dengan perkembangan sistem informasi
yang berbasis komputer. Menurut Alter dalam Kadir (2003), sistem informasi
adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi
yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi.
Meningkatnya kegiatan, kebutuhan kecepatan, luasnya lingkup dan pengelolaan
organisasi yang kompleks semakin meningkatkan kebutuhan akan adanya suatu
sistem informasi yang dapat diandalkan.
Sistem teknologi informasi menjadi komponen yang sangat vital bagi
keberhasilan suatu organisasi. Setiap organsiasi menganggap bahwa sistem
informasi sangat penting dalam penyediaan informasi yang nantinya dipergunakan
dalam mencapai tujuan organisasi. Selain itu, sistem informasi juga dimaksudkan

untuk mempermudah tugas pengguna (user) sehingga dapat dicapai penghematan
waktu, biaya, dan sumber daya. Menurut Jogiyanto (2003), sistem teknologi
informasi memberikan lima peran utama di dalam organisasi, yaitu untuk
meningkatkan efesiensi, efektifitas, komunikasi, kolaborasi dan kompetitif.
Hall (2001) menyebutkan tiga tujuan disusunnya sebuah sistem informasi
yaitu untuk mendukung fungsi pertanggungjawaban (akuntabilitas, stewardship)

1

Universitas Sumatera Utara

2

kepengurusan (manajemen) suatu organisasi, untuk mendukung pengambilan
keputusan

manajemen,

dan


untuk

mendukung

kegiatan

operasional

organisasi sehari-hari dalam membantu personil operasional untuk bekerja
lebih efektif dan efesien.
Pemerintah Kota Tebing Tinggi sebagai entitas pemerintahan, dalam
aktivitas pengelolaan keuangan daerah juga menggunakan sebuah sistem informasi
berupa software pengelolaan keuangan daerah. Aktivitas pengelolaan keuangan
daerah menyangkut kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Perlunya dukungan software ini dalam
rangka

optimalisasi

manajemen


keuangan

daerah,

karena

keberhasilan

penyelenggaraan pemerintahan di daerah tidak terlepas dari aspek pengelolaan
keuangan yang dikelola dengan manajemen yang baik. Selain itu, faktor tuntutan
dari regulasi terkait pengelolaan keuangan daerah yang begitu kompleks, rumit dan
bersifat dinamis, sehingga melalui penggunaan software diharapkan pada akhirnya
dapat membantu aparatur dalam melaksanakan proses pengelolaan keuangan
daerah menjadi lebih mudah, cepat, akurat serta menjawab tuntutan peraturan
perundang-undangan secara efektif.
Penggunaan sebuah sistem informasi dalam pengelolaan keuangan bagi
pemerintah daerah juga telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah,
pada pasal 14 disebutkan bahwa agar pemerintah daerah menyelenggarakan

Universitas Sumatera Utara

3

Sistem

Informasi

Pengelolaan

Keuangan

Daerah

untuk


mendukung

Pemerintah Daerah dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan
pelaporan keuangan daerah.
Masa penggunaan software pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah
Kota Tebing Tinggi telah berlangsung selama 4 (empat) tahun sejak tahun 2013.
Banyak kelebihan atau keunggulan dari software pengelolaan keuangan daerah
tersebut, antara lain software didisain sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, software dapat dimplemetasikan untuk pengelolaan keuangan daerah
secara terintegrasi menggunakan teknologi multi user dan teknologi client/server
mulai dari penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pertanggungjawaban
keuangan, baik dilaksanakan di tingkat Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD) maupun di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Kelebihan lainnya
yaitu pengembangan dan perbaikan software terus dilakukan mengikuti praktik
pengelolaan keuangan terbaik, penyesuaian dengan peraturan yang terbit kemudian
dan pemeliharaan serta asistensi (pendampingan) yang dilakukan oleh penyedia
software yang memiliki sumber daya manusia yang kompeten dalam hal
penguasaan disiplin ilmu akuntansi dan audit, penguasaan business process
pengelolaan keuangan daerah, dan pengalaman praktis pengelolaan keuangan
daerah, sehingga memahami kondisi aktual yang terjadi di pemerintah daerah.

Disamping banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh software tersebut,
namun masih ditemukan beberapa kekurangan atau kelemahan. Kelemahan tersebut
antara lain koneksi server-client yang masih dengan mode offline melalui proses
ekspor-impor data, sehingga proses konsolidasi data menjadi kurang efesien karna
membutuhkan waktu yang relatif lama terutama bagi client yang lokasinya jauh dari

Universitas Sumatera Utara

4

server. Kelemahan lainnya yaitu software belum mendukung sistem informasi yang
terpadu (integrated informastions system), yaitu keterpaduan sistem pengelolaaan
keuangan daerah dengan sistem informasi lainnya seperti sistem pengelolaan aset
daerah, sistem penggajian pegawai maupun sistem pengelolaan persediaan.
Masing-masing menggunakan sistem informasi tersendiri atau tidak terintegrasi,
sehingga software pengelolaan keuangan daerah tidak dapat menyajikan informasi
non keuangan, seperti rincian aset daerah, rincian persediaan, rincian belanja gaji
pegawai dan informasi non keuangan lainnya.
Penggunaan software pengelolaan keuangan daerah yang bersifat wajib
(mandatory) bagi seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi

membuat keberadaan software sangat vital dalam aktivitas pengelolaan keuangan
daerah. Mengingat peran penting dari software pengelolaan keuangan daerah
tersebut, sudah selayaknya dilakukan suatu evaluasi terhadap kesuksesan
implementasinya, apakah keberadaan software sudah sesuai dengan yang
diharapkan. Mengukur keberhasilan sistem informasi mencakup evaluasi atas
kinerja sistem informasi itu sendiri dan manusia yang terlibat dalam
penggunaannya, karena sebuah sistem informasi diterapkan dalam organisasi
menjadi bagian dari organisasi bersama-sama dengan manusia sebagai pengguna,
keduanya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan karena merupakan
komponen-komponen organisasi yang saling berinteraksi.
Kegagalan-kegagalan dalam implementasi sebuah sistem informasi
menurut Jogiyanto (2007) disebabkan oleh dua aspek, pertama adalah aspek teknis
yakni menyangkut kualitas teknis sistem teknologi informasi yang buruk karena
banyak mengandung kesalahan-kesalahan sintak, kesalahan-kesalahan logik, dan

Universitas Sumatera Utara

5

bahkan kesalahan-kesalahan informasi. Aspek yang kedua adalah aspek yang

berkaitan dengan perilaku (behaviour) pengguna sistem informasi yang menolak
atau tidak mau menggunakan sistem informasi dengan berbagai alasan.
Salah satu ukuran keberhasilan implementasi suatu sistem informasi yang banyak
digunakan adalah tingkat kepuasan pengguna (user satisfaction). Baroudi (1983)
dan Pearson (1977) dalam Komara (2005) menyatakan bahwa evaluasi kepuasan
pengguna akhir informasi dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan sistem.
Loudon dan Loudon (1995) dalam Gondodiyoto (2007) menyebutkan bahwa salah
satu ukuran kesuksesan sistem informasi yang paling banyak digunakan adalah
kepuasan pengguna terhadap sistem informasi.
DeLone & McLean (1992) dalam riset yang dilakukannya merumuskan
sebuah model kesuksesan sistem informasi dengan menggunakan kepuasan
pemakai (user satisfaction) sebagai salah satu dimensi untuk mengukur efektivitas
sistem teknologi informasi. Kepuasan pengguna (user satisfaction) sistem
informasi dipengaruhi oleh banyak faktor. DeLone & McLean (1992)
menyimpulkan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi sebagai faktor utama
yang

mempengaruhi

tingkat


kepuasan

pengguna

sistem

informasi.

Seddon (1997) melakukan respesifikasi terhadap model kesuksesan sistem
informasi yang dirumuskan oleh DeLone dan McLean. Seddon (1997) tetap
menggunakan kualitas sistem dan kualitas informasi sebagai faktor yang
mempengaruhi kepuasan pengguna akhir suatu sistem informasi, namun Seddon
(1997) menempatkan kegunaan/kemanfaatan sebagai mediasi hubungan antara
kualitas sistem dan kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna. Seddon (1997)
berpendapat bahwa kepuasan pengguna sistem informasi akan semakin meningkat

Universitas Sumatera Utara

6


apabila sistem yang berkualitas dan output/informasi yang dihasilkan dapat
memberikan manfaat-manfaat bagi penggunanya.
Kurniati (2012) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
pengguna akhir program aplikasi komputer SIMDA dengan menggunakan sebagian
taksonomi dari model keberhasilan sistem informasi DeLone and McLean (1992)
yang telah dimodifikasi Seddon dan Kiew (1994) dan Seddon (1997).
Penelitian tersebut menguji pengaruh kualitas informasi, kualitas sistem dan
computer self-efficacy terhadap perceived usefulness dan kepuasan pengguna
sistem informasi. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan model keberhasilan
sistem informasi yang dibangun oleh DeLone dan McLean (1992) serta Seddon
(1997), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas sistem tidak
mempengaruhi kepuasan pengguna sistem informasi.
Sebelumnya, Darmawan (2010) melakukan pengujian secara parsial
model Delone dan McLean (1992) pada sistem informasi manajemen keuangan
daerah (SIMDA) Kabupaten Sragen. Penelitian tersebut menguji pengaruh
pentingnya sistem (importance of system), kualitas sistem (sytem quality) dan
kualitas informasi (information quality) terhadap persepsi tentang kegunaan
(usefulness) dan kepuasan pengguna (user satisfaction). Hasil penelitian tersebut
juga tidak sejalan dengan model keberhasilan sistem informasi yang dibangun oleh

DeLone dan McLean (1992) serta Seddon (1997), hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa kualitas informasi tidak mempengaruhi kepuasan pengguna
sistem informasi. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Seddon dan
Kiew (1996), Livari (2005), Istianingsih dan Wijanto (2008), Istianingsih dan
Utami (2009), Rukmiyatil dan Budiartha (2016), hasil penelitian mereka sejalan

Universitas Sumatera Utara

7

dengan

model

keberhasilan

sistem

informasi

yang

dibangun

oleh

DeLone dan McLean (1992) serta Seddon (1997), hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi mempengaruhi
kepuasan pengguna sistem informasi.
Selain faktor teknis dari sistem informasi itu sendiri, faktor organisasional
berupa pemberian pelatihan bagi pengguna juga berperan dalam mendukung
keberhasilan implementsasi sebuah sistem informasi. Krumweide (1998) dalam
Latifah dan Sabeni (2007) menyebutkan bahwa selain faktor teknis, beberapa
penelitian menunjukkan bukti empiris bahwa faktor organisasional seperti
pelatihan, kejelasan tujuan serta dukungan atasan berpengaruh positif terhadap
implementasi suatu inovasi sistem maupun perubahan model akuntansi manajemen.
Pelatihan bagi pengguna merupakan faktor penting dalam menghilangkan
ketakutan atau kecemasan pengguna terhadap ketidaktahuan mengenai sistem
informasi yang akan digunakan. Pengguna harus memahami dengan jelas
bagaimana sistem informasi tersebut bisa membantu mereka bekerja dan
mempertahankan pekerjaan mereka.
Demikian halnya dengan Pemerintah Kota Tebing Tinggi, dalam proses
implementasi software pengelolaan keuangan daerah, mengadakan program
pelatihan bagi para penggunanya. Pelatihan dilakukan untuk memberikan
pemahaman dan penguasaaan software. Pelatihan diberikan oleh pengajar yang ahli
dalam bidangnya dengan harapan agar pelatihan benar-benar dapat memberikan
manfaat bagi para pengguna. Puspitasari (2007) meneliti pengaruh partisipasi user,
program pelatihan dan dukungan manajemen puncak terhadap kepuasan user dan
pemakaian sistem. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa program pelatihan

Universitas Sumatera Utara

8

berpengaruh terhadap kepuasan pengguna (user). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Supada (2013), yang meneliti pengaruh keterlibatan pemakai, faktor
sosial, pelatihan dan dukungan manajemen terhadap kepuasan pemakai sistem
informasi akuntansi dan loyalitas pemakai sistem informasi akuntansi. Hasil
penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pelatihan mempengaruhi kepuasan
pengguna sistem informasi.
Berdasarkan latar belakang, fenomena, dan beberapa hasil penelitian
terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk
mengevaluasi kesuksesan implementasi software pengelolaan keuangan daerah di
Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Peneliti ingin menguji pengaruh kualitas sistem,
kualitas informasi dan pelatihan terhadap kepuasan pengguna software
pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah Kota Tebing Tinggi serta menguji
apakah manfaat sistem dapat memediasi pengaruh kualitas sistem, kualitas
informasi dan pelatihan terhadap kepuasan pengguna melalui penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Software
Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Manfaat Sistem Sebagai Variabel
Intervening di Pemerintah Kota Tebing Tinggi”.
1.2.

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasikan

masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1.

Apakah kualitas sistem, kualitas informasi, dan pelatihan berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan pengguna secara simultan maupun parsial?

2.

Apakah kualitas sistem, kualitas informasi dan pelatihan berpengaruh terhadap
kepuasan pengguna melalui manfaat sistem?

Universitas Sumatera Utara

9

1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

dilakukan untuk :
1.

Mengetahui pengaruh kualitas sistem, kualitas informasi, dan pelatihan secara
simultan maupun parsial terhadap kepuasan pengguna.

2.

Mengetahui pengaruh kualitas sistem, kualitas informasi dan pelatihan
terhadap kepuasan pengguna melalui manfaat sistem.

1.4.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1.

Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
dalam mengevaluasi kesuksesan sebuah sistem informasi melalui pengukuran
kepuasan pengguna.

2.

Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi dalam mengevaluasi kesuksesan sebuah sistem informasi.

3.

Bagi pemerintah Kota Tebing Tinggi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan

informasi

tentang

keberhasilan

implementasi

software

pengelolaan keuangan daerah yang digunakan.
1.5.

Originalitas Penelitian
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2012)

yang berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor Kesuksesan Sistem Informasi dan
Computer Self-Efficacy Terhadap Kepuasan Pengguna SIMDA di Sulawesi
Tengah”. Adapun yang membedakan penelitian sekarang dengan penelitian
sebelumnya yaitu variabel computer self-efficacy yang digunakan pada penelitian

Universitas Sumatera Utara

10

sebelumnya diganti dengan varibel pelatihan. Penggantian variabel tersebut
dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada penelitian sebelumnya variabel
computer self-efficacy tidak mempengaruhi kepuasan pengguna dan beberapa
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pelatihan bagi pengguna berpengaruh
positip terhadap kepuasan pengguna sistem informasi. Secara ringkas, perbedaan
penelitian ini dengan penelitian Kurniati (2012) dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Originalitas Penelitian
Keterangan

Penelitian Sebelumnya

Penelitian Sekarang

Variabel Independen

1. Kualitas Sistem
2. Kualitas Informasi
3. Computer Self-Efficacy

1. Kualitas Sistem
2. Kualitas Informasi
3. Pelatihan

Variabel Dependen

Kepuasan Pengguna

Kepuasan Pengguna

Variabel Intervening

Perceived Usefulness

Manfaat Sistem

Tahun Penelitian

2012

2016

Lokasi Penelitian

Kabupaten/Kota di
Provinsi Sulawesi Tengah

Pemerintah Kota Tebing
Tinggi

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 1 17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 0 11

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 0 21

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Software Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Manfaat Sistem Sebagai Variabel Intervening di Pemerintah Kota Tebing Tinggi

0 0 17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Software Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Manfaat Sistem Sebagai Variabel Intervening di Pemerintah Kota Tebing Tinggi

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Software Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Manfaat Sistem Sebagai Variabel Intervening di Pemerintah Kota Tebing Tinggi

1 1 22

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Software Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Manfaat Sistem Sebagai Variabel Intervening di Pemerintah Kota Tebing Tinggi Chapter III VI

0 0 50

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Software Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Manfaat Sistem Sebagai Variabel Intervening di Pemerintah Kota Tebing Tinggi

0 1 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Software Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Manfaat Sistem Sebagai Variabel Intervening di Pemerintah Kota Tebing Tinggi

0 0 30