Respons Fisiologi 2 Genotip Kedelai Terhadap Pemberian α-Tokoferol Pada Lahan Salin Chapter III V
13
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paluh Merbau Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ±1.5 meter diatas
permukaan laut, Laboratorium PT. Socfin-Indonesia (SOCFINDO) Medan dan
Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan dengan ketinggian tempat ± 32m dpl pada bulan Mei 2017 sampai dengan
Juni 2017.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah benih kedelai F5 tahan salin hasil dari
persilangan antara varietas Grobogan dan Anjasmoro (G x A), adalah benih
kedelai F5 tahan salin hasil dari persilangan antara varietas Grobogan dan
Grobogan (G x G), antioksidan α- tokoferol, label, aluminium foil, akuades, tube
ukuran 1,5 ml, nitrogen cair, PVP (Polyvinylpyrrolidone), EDTA (Asam
etilenadiaminatetraasetat), Monokalium fosfat (KH2PO4), Dikalium fosfat
(K2HPO4), Methionin, NBT (Nitro Blue Tetrazolium), Riboflavin, Kalsium
Klorida (CaCl2), fenol,4-Dimethylaminoantipyrine, MES (M-2-(N-Morpholino)
ethanesulfonic Acid),piperazine-N’-(2-ethanesulfonic Acid), Natrium Hidroksida
(NaOH), Hidrogen Peroksida (H2O2) 30%, BSA (Bovine Serum Albumin), CBB
G-250 (Coomasie Brillian Blue G-250), etanol 95%, asam fosfor, Hidrogen
Klordia (HCl), aseton 80%, TCA (Asam Trikloroasetat), KI (Kalium Iodida) dan
bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Adapun alat yang digunakan adalah alat pengukur kadar garam
(Electro Conductivity Meter), handsprayer, gelas ukur, timbangan analitik, oven,
Universitas Sumatera Utara
14
mortal
dan
alu,
sentrifuse,
tabung
reaksi,
erlen
meyer,
mikropipet,
spektrofotometer UV/VIS, pH meteralat tulis dan alat-alat lain yang mendukung
penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis yang berbeda terdiri
dari :
Enzim Superoksida Dismutase
Analisis enzim superoksida dismutase dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4
dari pucuk tanaman yang telah berkembang sempurna pada akhir masa vegetatif
(Lampiran 1). Analisis SOD diamati berdasarkan metode yang dilakukan oleh
Giannopolitis dan Ries (1977). Aktivitas SOD dinyatakan dengan satuan
unit/protein.
Selanjutnya dihitung dengan rumus:
Tangen kontrol – Tangen sampel
0.5 x Tangen kontrol
Aktivitas SOD =
Unit protein
Enzim Peroksidase Dismutase
Analisis enzim peroksida dismutase dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4
dari pucuk tanaman yang telah berkembang sempurnapada akhir masa vegetatif
(Lampiran 2). Analisis POD diamati berdasarkan metode yang dilakukan oleh
Pinto et al., (2015). Aktivitas POD dinyatakan dengan satuan unit/protein.
Universitas Sumatera Utara
15
Selanjutnya dihitung dengan rumus:
Af – Ai
Aktivitas POD =
Unit protein
Keterangan:
Af
= pembacaan peroksidase akhir
Ai
= pembacaan peroksidase awal
Hidrogen Peroksida
Analisis hidrogen peroksidase dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan
Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4 dari pucuk
tanaman yang telah berkembang sempurna pada akhir masa vegetatif. Analisis
diamati berdasarkan metode yang dilakukan olehSergiev et al., (1997). Analisis
dilakukan dengan mencampurkan ekstrak enzim daun sebanyak 0,1 g dengan 1 ml
TCA (Asam Trikloroasetat), lalu disentrifuse dengan kecepatan 12.000 rpm
selama 15 menit. Supernatan yang diperoleh sebanyak 200 μL lalu ditambahkan
dengan 0,5 ml buffer potasium fosfat 10 mM pH 7 dan 1 mlKI. Larutan blanko
yang digunakan adalah H2O2. Pengukuran aktivitas hidrogen peroksida dihitung
dengan spektrofotometer UV/VIS pada panjang gelombang 390 nm.
Jumlah Klorofil Daun
Analisis klorofil dilakukan di Laboratorium di Laboratorium Kultur
Jaringan Fakultas Pertanian. Bahan yang digunakan adalah daun ke 3-4 dari titik
tumbuh yang sudah membuka sempurna pada minggu ke-6 setelah tanam
sebanyak1 gram. Metode yang digunakan dalam menghitung jumlah klorofil a, b
dan total adalah metode Arnon (1949). Klorofil diekstraksi dengan cara daun
digerus menggunakan aseton 80% sebanyak 25 ml. Setelah itu disaring
menggunakan kertas saring, kemudian larutan dipindahkan kedalam tabung reaksi
Universitas Sumatera Utara
16
ukuran 25 ml. Disiapkan larutan aquades kedalam tabung reaksi dengan ukuran
yang sama. Disiapkan alat spektrofotometer dan diatur panjang gelombangnya,
dimasukkan larutan aseton 80% (blanko) sebagai penetral, dikeluarkan larutan
blanko tersebut kemudian secara bergantian dimasukkan larutan ekstrak tersebut
kedalam alat spektrofotometer UV/VIS. Larutan tersebut
diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 645 nm dan panjang gelombang 663
nm. Total klorofildihitung dengan menggunakan rumus:
Total klorofil = {(8.02 x A663) + (20.2 x A645)} / 10
A663 = absorbansi ekstrak klorofil pada 663 nm
A645 = absorbansi ekstrak klorofil pada 645 nm
Kandungan Air Relatif Daun
Kandungan
air
relatif
daun
dianalisis
menggunakan
metode
Prochazkova et al., (2001) pada minggu ke-7 setelah tanam. Kadar air relatif
ditentukan
dengan
cara
mengambil 10 potongan daun berdiameter 1 cm.
Potongan daun tersebut ditimbang menggunakan neraca analitik untuk
mengetahui bobot segar (BS). Kemudian dilakukan hidrasi selama 24 jam.
Setelah 24 jam dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot jenuh (BJ).
Untuk mengetahui bobot kering (BK)maka potongan daun tersebut dikeringkan
dioven pada suhu 800C selama 48 jam. Kandungan air relatif dihitung dengan
rumus:
Bobot segar – Bobot kering
KAR =
Bobot jenuh – Bobot kering
x 100%
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2
faktor yaitu :
Universitas Sumatera Utara
17
Faktor I
: Genotipe kedelai (G) terdiri dari 2 jenis yaitu :
G1
: Grobogan X Anjasmoro
G2
: Grobogan X Grobogan
Faktor II
: Konsentrasi Alfa Tokoferol (A) dengan 4 taraf yaitu :
A0
: Kontrol (Tanpa Antioksidan)
A1
: Alfa Tokoferol (250 ppm)
A2
: Alfa Tokoferol (500 ppm)
A3
: Alfa Tokoferol (750 ppm)
Jumlah Ulangan
:3
Jumlah plot
: 24 plot
Panjang plot
: 250 cm
Lebar plot
: 150 cm
Jarak antar plot
: 50 cm
Jarak antar blok
: 50 cm
Jarak tanam
: 30 cm x 30 cm
Jumlah tanaman/plot
: 35 tanaman
Jumlah sampel/plot
: 1 tanaman
Jumlah sampelseluruhnya
: 24 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 840 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut:
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1, 2, 3, (r)
Yijk
j = 1, 2 (t)
k = 1, 2, 3, 4 (t)
: Hasil pengamatan pada blok ke-iGenotip kedelai (G) pada
Universitas Sumatera Utara
18
taraf ke-j dan dosis alfa tokoferol(A) pada taraf ke-k
μ
: Nilai tengah
ρi
: Efek dari blok ke-i.
αj
: Efek dari Genotip kedelai (G) pada taraf ke-j
βk
: Efek dari dosis alfa tokoferol (A) pada taraf ke-k
(αβ)jk
: Efek interaksi Genotip kedelai (G) pada taraf ke-j dan
dosis alfa tokoferol(A) pada taraf ke-k
εijk: Efek galat pada blok ke-i akibat Genotip kedelai (G) pada taraf ke-j dan dosis
alfa tokoferol(A) pada taraf ke-k
Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh perlakuan nyata, maka
analisis dilanjutkan dengan uji beda rataan menggunakan Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Seleksi Benih
Benih kedelai yang digunakan adalah benih kedelai F5 tahan salin hasil
dari persilangan antara varietas Grobogan dan Anjasmoro (G x A) dan benih
kedelai F5tahan salin hasil dari persilangan antara varietas Grobogan dan
Grobogan (G x G)yang telah terseleksi. Benih yang digunakan memiliki bentuk
dan ukuran yang sama serta bebas dari bibit penyakit.
Penyiapan Lahan
Areal lahan yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh
dan sisa-sisa akar tanaman pada areal tersebut. Lalu dibuat plot percobaan dengan
jarak antar plot 50 cm dan jarak antar blok 50 cm.
Universitas Sumatera Utara
19
Analisis Tanah
Analisis tanahdilakukan di Laboratorium PT. Socfindo Indonesia. Analisis
tanah meliputi daya hantar listrik, pH tanah, kandungan N, P total,
P
tersedia, K, C organik, Ca, Mg, Na, Cl, Al dam KTK pada tanah yang telah
dikompositkan.
Pengukuran Daya Hantar Listrik
Pengukuran daya hantar listrik dilakukan sekali seminggu dengan
menggunakan alat Electro Conductivity Meter. Tujuannya ialah untuk mengetahui
daya hantar listrik yang ada pada tanah salin tersebut. Pada penelitian ini, daya
hantar listrik yang ditentukan adalah 6-7 dS/m. Pengukuran daya hantar listrik
dilakukan dengan mengambil sampel tanah dari 24 plot.
Penanaman
Penanaman benih dilakukan dengan membuat lubang tanam yang telah
dibuat dengan kedalaman ± 2cm, kemudian dimasukkan 1 benih per lubang tanam
dan ditutup dengan tanah.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014) yaitu 50 kg Urea/ha ,
78,26 kg TSP/ha dan 50 kg KCl/ha. Pupuk TSP dan KCl diaplikasikan pada 1
minggu sebelum tanam sedangkan pupuk urea 1 hari sebelum penanaman.
Aplikasi α – tokoferol
α – tokoferol diaplikasikan saat tanaman berumur 2 MST sampai periode
pengisian polong (8 MST), dengan interval waktu aplikasi 1 minggu. Untuk
menentukan volume penyemprotan, sebeumnya setiap minggu dilakukan kalibrasi
Universitas Sumatera Utara
20
volume semprot pada daun tanaman dengan menggunakan hand sprayer. Waktu
aplikasi yaitu pukul 07.00 WIB. α – tokoferol diberikan dalam bentuk larutan
dengan akuades sebagai pelarut. Konsentrasi α – tokoferolyang dipakai adalah 0,
250, 500 dan 750 ppm.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada sore hari pada jam 5 sampai dengan pengisian
polong atau stadia R5.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual dan menggunakan cangkul sesuai
dengan kondisi gulma di lapangan. Penyiangan bertujuan untuk mengendalikan
tumbuhan penggangguagar tidak menjadi saingan bagi kedelai dalam menyerap
unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit sekaligus
menggemburkan tanah.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan
insektisida berbahan aktif Profenofos (2 g/liter air). Pengendalian dilakukan
tergantung pada tingkat serangan hama dan penyakit di lapangan.
Peubah Amatan
Enzim Superoksida Dismutase
Analisis enzim superoksida dismutase dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4
dari pucuk tanaman yang telah berkembang sempurna pada akhir masa vegetatif
(Lampiran 1).
Universitas Sumatera Utara
21
Peroksidase Dismutase
Analisis enzim peroksida dismutase dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4
dari pucuk tanaman yang telah berkembang sempurnapada akhir masa vegetatif
(Lampiran 2).
Hidrogen Peroksida
Analisis hidrogen peroksidase dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan
Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4 dari pucuk
tanaman yang telah berkembang sempurna pada akhir masa vegetatif.
Jumlah Klorofil Daun
Analisis klorofil dilakukanLaboratorium Kultur Jaringan Fakultas
Pertanian. Bahan yang digunakan adalah daun ke 3-4 dari titik tumbuh yang
sudah membuka sempurna pada minggu ke-6 setelah tanam sebanyak1 gram.
Kandungan Air Relatif Daun
Kandungan air relatif daun dengan menggunakan daun yang berumur
minggu ke-7 setelah tanam.
Universitas Sumatera Utara
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil pengamatan dan analisis data yang dilakukan, diperoleh bahwa
perlakuan genotipe kedelai berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Pada perlakuan konsentrasi α – tokoferol berpengaruh tidak nyata terhadap semua
parameter. Interaksi antara genotipe kedelai dan konsentrasi α – tokoferol
berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Enzim Superoksida Dismutase
Data pengamatan analisis enzim superoksida dismutase (SOD)dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada lampiran yang menunjukkan bahwa genotipe kedelai
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim SOD, konsentrasi α – tokoferol
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim SOD serta interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim SOD.
Analisis enzim SOD pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis enzim SOD pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol
Konsentrasi α – tokoferol (ppm)
Genotipe Kedelai
Rataan
A0
A1
A2
A3
......................................unit/protein...................................
G1
1325,36
1002,07
519,68
650,34
330,62
G2
453,23
456,28
775,76
529,68
553,74
Rataan
889,30
729,18
647,72
590,01
Perlakuan G2 meningkatkan enzim SODsebesar 553,74 unit/protein
dibandingkan dengan G1. Konsentrasi α – tokoferol A0 menghasilkan analisis
enzim SOD tanaman kedelai tertinggi sebesar889,30 unit/protein yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
23
Analisis enzim SOD tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada kombinasi
perlakuan G1A0 sebesar 1325,36 unit/protein yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Analisis Enzim Peroksidase Dismutase
Pengamatan analisis enzim peroksidase dismutase (POD)dan sidik
ragamnya disajikan pada lampiran yang menunjukkan bahwa genotipe kedelai
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim POD, konsentrasi α – tokoferol
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim POD serta interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim POD.
Analisis enzim POD pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis enzim POD pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol
Konsentrasi α – tokoferol (ppm)
Genotipe Kedelai
Rataan
A0
A1
A2
A3
........................................unit/protein....................................
G1
0,04
0,02
0,04
0,02
0,03
G2
0,01
0,04
0,02
0,08
0,04
Rataan
0,03
0,03
0,03
0,05
Perlakuan G2 meningkatkan enzim PODsebesar 0,04 unit/protein
dibandingkan dengan G1. Konsentrasi α – tokoferol A3menghasilkan analisis
enzim POD tanaman kedelai tertinggi sebesar 0,05 unit/protein yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Analisis enzim POD tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada kombinasi
perlakuan G2A3 sebesar 1325,36 unit/protein yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
24
Analisis Hidrogen Peroksida
Tabel 3 menunjukkan bahwa genotipe kedelai berpengaruh tidak nyata
terhadap analisis H2O2konsentrasiα – tokoferol berpengaruh tidak nyata terhadap
analisis H2O2serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap analisis
H2O2.
Analisis H2O2pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis H2O2pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol
Konsentrasi α – tokoferol (ppm)
Genotipe Kedelai
Rataan
A0
A1
A2
A3
...................................mg/l.........................................
G1
1,07
0,13
0,13
0,15
0,37
G2
0,27
0,19
0,10
0,18
0,18
Rataan
0,67
0,16
0,12
0,16
Perlakuan G1 meningkatkan H2O2sebesar 0,37 mg/l dibandingkan dengan
G2. Konsentrasi α – tokoferol A0 menghasilkan analisis H2O2tanaman kedelai
tertinggi sebesar 0,67 mg/l yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Hasil analisis H2O2tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada kombinasi
perlakuan G1A0 sebesar 1,07mg/l yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
lainnya.
Analisis Jumlah Klorofil Daun
Pengamatan analisis jumlah klorofil daun(g/ml) dan sidik ragamnya
disajikan pada Lampiran yang menunjukkan bahwa genotipe kedelai berpengaruh
tidak
nyata
terhadap
analisis
jumlah
klorofil
daun
konsentrasiα
–
tokoferolberpengaruh tidak nyata terhadap analisis jumlah klorofil daunserta
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap analisis jumlah klorofil daun
(g/ml).
Universitas Sumatera Utara
25
Analisis jumlah klorofil daun pada perlakuan genotipe kedelai dan
konsentrasi α – tokoferol disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis jumlah klorofil daun pada perlakuan genotipe kedelai dan
konsentrasi α – tokoferol
Konsentrasi α – tokoferol (ppm)
Genotipe Kedelai
Rataan
A0
A1
A2
A3
................................... g/ml.................................
G1
1,61
2,48
1,27
1,57
1,73
G2
1,46
1,56
1,79
1,26
1,52
Rataan
1,53
2,02
1,53
1,42
Perlakuan G1 meningkatkan jumlah klorofil daun sebesar 1,73 g/ml
dibandingkan dengan G2. Konsentrasi α – tokoferol A1 menghasilkan analisis
jumlah klorofil daun tanaman kedelai tertinggi sebesar 2,02 g/ml yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Analisis jumlah klorofil daun tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada
kombinasi perlakuan G1A1 sebesar 2,48 g/ml yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Analisis Kandungan Air Relatif Daun
Data pengamatan analisis kandungan air relatif (KAR) daundan sidik
ragamnya dapat dilihat pada lampiran yang menunjukkan bahwa genotipe kedelai
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis KAR daunkonsentrasiα – tokoferol
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis jumlah klorofil daun serta interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap KARdaun.
Universitas Sumatera Utara
26
Analisis KARdaunpada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis KAR daunpada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol
Konsentrasi α – tokoferol (ppm)
Genotipe Kedelai
Rataan
A0
A1
A2
A3
....................................%........................................
G1
316,56
544,79
475,55
419,64
439,14
G2
341,49
216,10
451,85
298,77
327,05
Rataan
329,03
380,45
463,70
359,20
Perlakuan G1 meningkatkan KAR daunsebesar 439,14 dibandingkan
dengan G2. Konsentrasi α – tokoferol A2 menghasilkan analisis jumlah klorofil
daun tanaman kedelai tertinggi sebesar 463,70 yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Analisis KARdaun tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada kombinasi
perlakuan G1A1 sebesar 544,79 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
lainnya.
Pembahasan
Pengaruh perlakuan genotipe kedelai terhadap fisiologi tanaman kedelai
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa
perlakuan genotipe kedelai berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip dari G2
meningkatkan enzimSOD sebesar 553,74 unit/protein dibandingkan dengan G1
sebesar 330,62 unit/protein. Hal ini menunjukkan bahwa genotip G2 mampu
meningkatkan fisiologi tanaman terhadap cekaman salinitas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Pinto et al., (2015) yang menyatakan bahwa tanaman yang
menunjukkan ketahanan tinggi terhadap cekaman salinitas telah terbukti memiliki
tingkat antioksidan enzimatik yang relatif tinggi seperti superoksida dismutase,
Universitas Sumatera Utara
27
katalase, askorbat peroksidase.
Pada pengamatan enzim PODdidapatkan hasil dari perlakuan genotip G2
sebesar 0,04 unit/protein dibandingkan dengan G1 sebesar 0,03 unit/protein. Hal
ini menunjukkan bahwa genotip G1 mengalami nekrosis dengan klorida sangat
tinggi yang dapat dilihat dari keluar masukknya klorida pada daun dan batang
kedelai. Hal ini sesuai literatur Xiong (2002) yang menyatakan bahwa ion Na+
pada kadar garam yang tinggi yang bersifat toksik terhadap enzim PODdan dapat
memacu stres oksidatif dan kematian sel.
Pada pengamatan H2O2 didapatkan hasil dari perlakuan genotip G1 sebesar
0,37 mg/l dibandingkan dengan G2 sebesar0,18 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa
G2 memiliki mekanisme peretahanan terhadap peningkatan senyawa-senyawa
oksidatif akibat cekaman salinitas. Hal ini sesuai literaturMunné-Bosch et
al.,(1999) yang menyatakan bahwa akibat cekaman salinitas terjadi pembentukan
senyawa antioksidan, seperti askorbat(ASA), Alfa tokoferol dan glutation,
merupakan salah satu sistem pertahanan tanaman tersebut. Selainitu,peningkatan
karotenoid juga bisa terjadijika senyawa-senyawa oksidatif terbentuk.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip dari G1dapat
meningkatkan klorofil sebesar 1,73 mg/l dibandingkan dengan G2 sebesar 1,52
mg/l. Tanaman sudah menunjukkan penurunan pada klorofil daun terhadap
genotip yang peka, didukung oleh penelitian Wei et al.,(2007) yang menyatakan
bahwa
pada
levelsalinitas10dS/m
nilaiindeksklorofildaun
pada
genotipe
pekamengalami penurunanlebihdari70%,sedangkanpada genotiptoleranhanya
sekitar 10%. Namun pada penelitian ini tidak menunjukkan pengaruh yang nyata
disebabkan oleh kandungan klorofil pada tanaman mulai menunjukkan gejala
Universitas Sumatera Utara
28
keracun. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Ainietal.,(2012)
kandungan klorofil tidak selalu dipengaruhi oleh level salinitas tetapi oleh
genetik tanaman.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip dari
G1meningkatkanKAR daun sebesar 439,14 mg/l dibandingkan dengan G2 sebesar
327,05 mg/l. Hal ini menunjukkan kandungan air relatif daun yang tinggi salah
satu mekanisme tanaman dengan kemampuan mengelak dari salinitas (Na+Cl-)
kandungan air relatif daun salah satu pengukuran status air tanaman sebagai
konsekuensi fisiologi kekurangan air. Hal ini sesuai dengan literatur Turner et
al.,(2001) yang menyatakan bahwa pengukuran kandungan relatif air sekaligus
pengukuran terhadap penyesuaian osmotik. Penyesuain osmotik ditujukkan
dengan mempertahankan penghantar stomata dan fotosintesis pada potensial air
yang rendah.
Pengaruh perlakuan α – tokoferolterhadap fisiologi tanaman kedelai
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa
perlakuan α – tokoferol berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan α – tokoferol
A0meningkatkan enzim SODtertinggi sebesar 889,30 unit/protein dibandingkan
dengan A3 sebesar 590,01 unit/protein. Rendahnya akrifitas enzim SOD dan
antioksidan pada penelitian ini diduga juga berkaitan dengan rendahnya
kandungan CO2 di dalam jaringan tanaman akibat menutupnya stomata. Hal ini
sesuai dengan literatur Lin dan Wang (2002) yang menyatakan bahwa CO2 yang
tinggi dapat mengatur aktifitas SOD tetap tinggi dan menunda penurunan aktifitas
enzim setelah cekaman salinitas.
Universitas Sumatera Utara
29
Pada pengamatan POD hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
antioksidan tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas enzim POD. Penelitian ini
didukung oleh Sajid et al., (2016) yang menunjukkan bahwa aplikasi antioksidan
pada tanaman P. sativum L. di tanah salin tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap aktivitas enzim POD. Hal ini disebabkan oleh H2O2 yang dihasilkan oleh
tanaman bukan hanya dipecah oleh enzim PODtetapi juga enzim katalase (CAT)
dan askorbat peroksidase (APX). Kerja enzim POD juga dipengaruhi oleh adanya
substrat yang akan dioksidasi dengan H2O2 dan POD hanya diproduksi di
mitokondria dan sitosol (Scandalios, 1993).
Perlakuan α – tokoferol 750 ppm sebesar 0,05 unit/protein mampu
meningkatkan aktivitas POD dan meningkatkan fisiologi tanaman terhadap
salinitas. Tanaman yang tercekam salinitas akan memproduksi molekul reaktif
seperti singlet oksigen (O2), hidrogen peroksida (H2O2), superoksida (O2-) dan
radikal hidroksil (OH) yang dapat merusak sel dan kerja enzim. Salah satu cara
tanaman untuk melindungi sel dari efek cekaman ini adalah dengan memproduksi
enzim antioksidan yaitu enzim SOD dan POD. Semakin tinggi nilai enzim SOD
dan POD maka tanaman akan semakin tahan pada cekaman salintas. Hal ini
didukung oleh penelitian Jalali-Emam etal.,(2011) pada tanaman Colza
menunjukkan bahwa aktivitas SOD tanaman yang toleran salinitas lebih tinggi
daripada tanaman yang sensitif salinitas. Penelitian Salama et al., (2014)
menunjukkan bahwa aktivitas enzim POD tanaman yang toleran salinitas lebih
tinggi daripada yang sensitif pada tanaman kacang hijau.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan α – tokoferol A0
menghasilkananalisis H2O2 tertinggi sebesar 0,67 mg/l dibandingkan dengan A3
Universitas Sumatera Utara
30
sebesar 0,12 mg/l. Tanaman yang diaplikasikan α – tokoferol akan menurunkan
aktivitas H2O2 didukungoleh penelitian Kumalaningsih (2006) yang menyatakan
bahwa α – tokoferol merupakan peranan penting dalam proses melumpuhkan
radikal bebas dan sebagai senyawa yang ikut mengubah H2O2 menjadi H2O.
Dimana diketahui bahwa tingginya nilai jumlah klorofil yang dihasilkan akan
menurunkan nilai H2O2. Pada pengamatan jumlah klorofil yang tertinggi sebesar
2,02 mg/l A1 dan yang terendah sebesar 1,42 mg/l A3. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 4 yang menunjukkan bahwa cekaman salinitas berpengaruh terhadap
kandungan klorofil dalam tanaman sehingga menurunkan laju fotosintesis, hal ini
diduga dikarenakan cekaman salinitas akan menyebabkan penurunan enzim
rubisco tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Taiz dan Zeiger (2002) yang
menyatakan bahwa rubisco merupakan representasi dari 25% proteind daun.
Penghambat fotosintesis menyebabkan berkurangnya suplai karbon menuju sel,
sehingga dalam jangka panjang akan menyebabkan berkurangnya sintesis
klorofil.
Pada pengamatan KAR menunjukkan bahwa perlakuan α – tokoferol 500
ppm sebesar 463,70 mampu meningkatkan kandungan air relatif pada kedelai.
Peningkatan kandungan air relatif merupakan indikator peningkatan fisiologi
tanaman terhadap cekaman salinitas. Fisiologi tanaman terhadap salinitas
merupakan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan menyelesaikan daur hidupnya
serta mampu memberikan hasil pada cekaman garam. Hal ini sesuai dengan
pendapat Abel (2000) yang menyatakan bahwa mekanisme fisiologi tanaman
terhadap salinitas terdiri atas dua macam yaitu osmotik dan ionik. Pengaruh
osmotik merupakan respon cepat dari tanaman yang membatasi penyerapan air
Universitas Sumatera Utara
31
akibat salinitas di daerah perakaran. Pengaruh ionik adalah kemampuan tanaman
dalam mengatasi keracunan interseluler dari kelebihan ion.
Pengaruh interaksi antara genotipe kedelai dan α – tokoferol pada tanaman
kedelai (Glycine max L.)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa
perlakuan genotid dengan α – tokoferol berpengaruh tidak nyata terhadap semua
parameter.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip G2 dengan
α – tokoferol A0 meningkatkan enzim SODtertinggi sebesar 1325,36 unit/protein.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa varietas genotip G2 tidak tahan
terhadap kondisi yang tergenang dikarenakan nilai dari aktivitas SOD menurun.
Menurut Bosch danAlegre (2002) sistem antioksidan di dalam sel tumbuhan
menyediakan perlindungan melawan pengaruh racun dari oksigen spesies yang
aktif. Komponen penting dari sistem pelindung itu adalah pertahanan secara
enzimatis, seperti SOD yang dapat menghindari O2- dan H2O2 selain metabolit
seperti askorbat, glutation dan tokoperol yang berfungsi untuk mengatur tingkat
keaktifan oksigen pada jaringan tanaman. Tanaman dapat bertahan apabila ensum
SOD dapat melindungi jaringan tanaman dalam kondisi cekaman.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip G2 dengan
α – tokoferol A3 meningkatkan enzim POD tertinggi sebesar unit/protein.
Semakin tinggi konsentrasi antioksidan α – tokoferol
yang diberikan maka
semakin tinggi nilai dari enzim POD yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan
literatur Weisany et al., (2012) yang menyatakan bahwa enzim POD meningkat
setelah diaplikasikan dan radikal antioksidan pada tanaman kacang kedelai. Selain
dari pemberian konsentrasi α – tokoferol yang tinggi, penggunaan genotip kedelai
Universitas Sumatera Utara
32
G2 mampu meningkatkan nilai dari enzim POD. Hal ini disebabkan karna genotip
kedelai G2 memiliki tingkat antioksidan enzimatik yang relatif tinggi yang
mampu meningkatkan fisiologi tanaman terhadap cekaman salinitas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Pinto et al., (2015) yang menyatakan bahwa tanaman
yang menunjukkan ketahanan tinggi terhadap cekaman salinitas telah terbukti
memiliki tingkat antioksidan enzimatik yang relatif tinggi seperti superoksida
dismutase, katalase, askorbat peroksidase. Namun pada penelitian ini diduga
bahwa nilai KARdaun yang dihasilkan pada penggunaan genotip kedelai G2 yang
mampu meningkatkan fisiologi tanaman terhadap cekaman salinitas akibat
memiliki tingkat antioksidan enzimatik yang relatif tinggi menurun sebesar
298,77 ml/g. Dimana diketahui bahwa tingginya nilai KAR yang dihasilkan akan
meningkatkan jumlah klorofil pada daun pada pemberian konsentrasi antioksidan
α – tokoferol yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Namun, pada penelitian ini
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata disebabkan oleh antioksidan yang
diaplikasikan tidak diserap baik oleh tanaman. Penyebabnya adalah stomata dan
pengaruh lingkungan pada saat aplikasi. Namun pada penelitian ini diduga bahwa
selain nilai KARmenurun akibat pemberian konsentrasi antioksidan α – tokoferol
nilai jumlah klorofil yang dihasilkan juga menurun. Hal ini dapat dilihat dari hasil
analisis jumlah klorofil daun pada perlakuan genotipe kedelai dan dosis α –
tokoferol (Tabel 4) pada penggunaan genotip G2 yang diberikan perlakuan
antioksidan α – tokoferol dengan konsentrasi 750 ppm menurun sebesar 1,26
mg/l dibandingkan dengan perlakuan antioksida α – tokoferol lainnya (A1 dan
A2). Hal ini sesuai dengan literatur Pessarakli (2011) yang menyatakan bahwa
stomata pada tanaman yang tercekam salinitas akan tertutup sedangkan cuaca
Universitas Sumatera Utara
33
pada saat penelitian menunjukkan cuaca yang panas dan menyebabkan banyak
antioksidan yang diaplikasikan menguap.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip G2 dengan
α – tokoferol A0 menghasilkan H2O2tertinggi sebesar 0,27 mg/l. Dapat dilihat
dari hasil bahwa genotip G2 peka terhadap cekaman salinitas yang tinggi dan
tidak mampunya tanaman bertahan hidup dikarenakan tidak diaplikasikan α –
tokoferol yang mengakibatkan H2O2 menjadimeningkat. Hal ini sesuai dengan
literatur Greenway dan Munns (1980) yang menyatakan bahwa tanaman yang
tumbuh di tanah bergaram akan mengalami dua tekanan fisiologis yang berbeda.
Pertama, pengaruh racun dari beberapa ion tertentu seperti natrium dan klorida,
yang lazim terdapat pada tanah bergaram, yang akan menghancurkan struktur
enzim dan makromolekul lainnya, merusak organel sel, mengganggu fotosintesis
dan respirasi, serta akan menghambat sintesis protein dan mendorong kekurangan
ion.
Universitas Sumatera Utara
34
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Genotip varietas grobogan x grobogan lebih baik untuk dilahan salin pada
parameter SOD yaitu 553,74 dan POD yaitu 0,04 diikuti oleh varietas
grobogan x anjasmoro yaitu 330,62unit/protein dan 0,03 unit/protein.
2. Perlakuan konsentrasi α – tokoferol 500 ppm dapat menurunkan H2O2 yaitu
0,12 mg/l.
3. Interaksi G2A2 dapat meningkatkan SOD yaitu 775,76 unit/protein dan
menurunkan H2O2yaitu 0,10 mg/l.
Saran
Dalam penanaman kedelai di lahan salin sebaiknya menggunakan varietas
grobogan x grobogan dengan penambahan aplikasi α – tokoferol 500 ppm.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paluh Merbau Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ±1.5 meter diatas
permukaan laut, Laboratorium PT. Socfin-Indonesia (SOCFINDO) Medan dan
Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan dengan ketinggian tempat ± 32m dpl pada bulan Mei 2017 sampai dengan
Juni 2017.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah benih kedelai F5 tahan salin hasil dari
persilangan antara varietas Grobogan dan Anjasmoro (G x A), adalah benih
kedelai F5 tahan salin hasil dari persilangan antara varietas Grobogan dan
Grobogan (G x G), antioksidan α- tokoferol, label, aluminium foil, akuades, tube
ukuran 1,5 ml, nitrogen cair, PVP (Polyvinylpyrrolidone), EDTA (Asam
etilenadiaminatetraasetat), Monokalium fosfat (KH2PO4), Dikalium fosfat
(K2HPO4), Methionin, NBT (Nitro Blue Tetrazolium), Riboflavin, Kalsium
Klorida (CaCl2), fenol,4-Dimethylaminoantipyrine, MES (M-2-(N-Morpholino)
ethanesulfonic Acid),piperazine-N’-(2-ethanesulfonic Acid), Natrium Hidroksida
(NaOH), Hidrogen Peroksida (H2O2) 30%, BSA (Bovine Serum Albumin), CBB
G-250 (Coomasie Brillian Blue G-250), etanol 95%, asam fosfor, Hidrogen
Klordia (HCl), aseton 80%, TCA (Asam Trikloroasetat), KI (Kalium Iodida) dan
bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Adapun alat yang digunakan adalah alat pengukur kadar garam
(Electro Conductivity Meter), handsprayer, gelas ukur, timbangan analitik, oven,
Universitas Sumatera Utara
14
mortal
dan
alu,
sentrifuse,
tabung
reaksi,
erlen
meyer,
mikropipet,
spektrofotometer UV/VIS, pH meteralat tulis dan alat-alat lain yang mendukung
penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis yang berbeda terdiri
dari :
Enzim Superoksida Dismutase
Analisis enzim superoksida dismutase dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4
dari pucuk tanaman yang telah berkembang sempurna pada akhir masa vegetatif
(Lampiran 1). Analisis SOD diamati berdasarkan metode yang dilakukan oleh
Giannopolitis dan Ries (1977). Aktivitas SOD dinyatakan dengan satuan
unit/protein.
Selanjutnya dihitung dengan rumus:
Tangen kontrol – Tangen sampel
0.5 x Tangen kontrol
Aktivitas SOD =
Unit protein
Enzim Peroksidase Dismutase
Analisis enzim peroksida dismutase dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4
dari pucuk tanaman yang telah berkembang sempurnapada akhir masa vegetatif
(Lampiran 2). Analisis POD diamati berdasarkan metode yang dilakukan oleh
Pinto et al., (2015). Aktivitas POD dinyatakan dengan satuan unit/protein.
Universitas Sumatera Utara
15
Selanjutnya dihitung dengan rumus:
Af – Ai
Aktivitas POD =
Unit protein
Keterangan:
Af
= pembacaan peroksidase akhir
Ai
= pembacaan peroksidase awal
Hidrogen Peroksida
Analisis hidrogen peroksidase dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan
Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4 dari pucuk
tanaman yang telah berkembang sempurna pada akhir masa vegetatif. Analisis
diamati berdasarkan metode yang dilakukan olehSergiev et al., (1997). Analisis
dilakukan dengan mencampurkan ekstrak enzim daun sebanyak 0,1 g dengan 1 ml
TCA (Asam Trikloroasetat), lalu disentrifuse dengan kecepatan 12.000 rpm
selama 15 menit. Supernatan yang diperoleh sebanyak 200 μL lalu ditambahkan
dengan 0,5 ml buffer potasium fosfat 10 mM pH 7 dan 1 mlKI. Larutan blanko
yang digunakan adalah H2O2. Pengukuran aktivitas hidrogen peroksida dihitung
dengan spektrofotometer UV/VIS pada panjang gelombang 390 nm.
Jumlah Klorofil Daun
Analisis klorofil dilakukan di Laboratorium di Laboratorium Kultur
Jaringan Fakultas Pertanian. Bahan yang digunakan adalah daun ke 3-4 dari titik
tumbuh yang sudah membuka sempurna pada minggu ke-6 setelah tanam
sebanyak1 gram. Metode yang digunakan dalam menghitung jumlah klorofil a, b
dan total adalah metode Arnon (1949). Klorofil diekstraksi dengan cara daun
digerus menggunakan aseton 80% sebanyak 25 ml. Setelah itu disaring
menggunakan kertas saring, kemudian larutan dipindahkan kedalam tabung reaksi
Universitas Sumatera Utara
16
ukuran 25 ml. Disiapkan larutan aquades kedalam tabung reaksi dengan ukuran
yang sama. Disiapkan alat spektrofotometer dan diatur panjang gelombangnya,
dimasukkan larutan aseton 80% (blanko) sebagai penetral, dikeluarkan larutan
blanko tersebut kemudian secara bergantian dimasukkan larutan ekstrak tersebut
kedalam alat spektrofotometer UV/VIS. Larutan tersebut
diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 645 nm dan panjang gelombang 663
nm. Total klorofildihitung dengan menggunakan rumus:
Total klorofil = {(8.02 x A663) + (20.2 x A645)} / 10
A663 = absorbansi ekstrak klorofil pada 663 nm
A645 = absorbansi ekstrak klorofil pada 645 nm
Kandungan Air Relatif Daun
Kandungan
air
relatif
daun
dianalisis
menggunakan
metode
Prochazkova et al., (2001) pada minggu ke-7 setelah tanam. Kadar air relatif
ditentukan
dengan
cara
mengambil 10 potongan daun berdiameter 1 cm.
Potongan daun tersebut ditimbang menggunakan neraca analitik untuk
mengetahui bobot segar (BS). Kemudian dilakukan hidrasi selama 24 jam.
Setelah 24 jam dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot jenuh (BJ).
Untuk mengetahui bobot kering (BK)maka potongan daun tersebut dikeringkan
dioven pada suhu 800C selama 48 jam. Kandungan air relatif dihitung dengan
rumus:
Bobot segar – Bobot kering
KAR =
Bobot jenuh – Bobot kering
x 100%
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2
faktor yaitu :
Universitas Sumatera Utara
17
Faktor I
: Genotipe kedelai (G) terdiri dari 2 jenis yaitu :
G1
: Grobogan X Anjasmoro
G2
: Grobogan X Grobogan
Faktor II
: Konsentrasi Alfa Tokoferol (A) dengan 4 taraf yaitu :
A0
: Kontrol (Tanpa Antioksidan)
A1
: Alfa Tokoferol (250 ppm)
A2
: Alfa Tokoferol (500 ppm)
A3
: Alfa Tokoferol (750 ppm)
Jumlah Ulangan
:3
Jumlah plot
: 24 plot
Panjang plot
: 250 cm
Lebar plot
: 150 cm
Jarak antar plot
: 50 cm
Jarak antar blok
: 50 cm
Jarak tanam
: 30 cm x 30 cm
Jumlah tanaman/plot
: 35 tanaman
Jumlah sampel/plot
: 1 tanaman
Jumlah sampelseluruhnya
: 24 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 840 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut:
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1, 2, 3, (r)
Yijk
j = 1, 2 (t)
k = 1, 2, 3, 4 (t)
: Hasil pengamatan pada blok ke-iGenotip kedelai (G) pada
Universitas Sumatera Utara
18
taraf ke-j dan dosis alfa tokoferol(A) pada taraf ke-k
μ
: Nilai tengah
ρi
: Efek dari blok ke-i.
αj
: Efek dari Genotip kedelai (G) pada taraf ke-j
βk
: Efek dari dosis alfa tokoferol (A) pada taraf ke-k
(αβ)jk
: Efek interaksi Genotip kedelai (G) pada taraf ke-j dan
dosis alfa tokoferol(A) pada taraf ke-k
εijk: Efek galat pada blok ke-i akibat Genotip kedelai (G) pada taraf ke-j dan dosis
alfa tokoferol(A) pada taraf ke-k
Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh perlakuan nyata, maka
analisis dilanjutkan dengan uji beda rataan menggunakan Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Seleksi Benih
Benih kedelai yang digunakan adalah benih kedelai F5 tahan salin hasil
dari persilangan antara varietas Grobogan dan Anjasmoro (G x A) dan benih
kedelai F5tahan salin hasil dari persilangan antara varietas Grobogan dan
Grobogan (G x G)yang telah terseleksi. Benih yang digunakan memiliki bentuk
dan ukuran yang sama serta bebas dari bibit penyakit.
Penyiapan Lahan
Areal lahan yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh
dan sisa-sisa akar tanaman pada areal tersebut. Lalu dibuat plot percobaan dengan
jarak antar plot 50 cm dan jarak antar blok 50 cm.
Universitas Sumatera Utara
19
Analisis Tanah
Analisis tanahdilakukan di Laboratorium PT. Socfindo Indonesia. Analisis
tanah meliputi daya hantar listrik, pH tanah, kandungan N, P total,
P
tersedia, K, C organik, Ca, Mg, Na, Cl, Al dam KTK pada tanah yang telah
dikompositkan.
Pengukuran Daya Hantar Listrik
Pengukuran daya hantar listrik dilakukan sekali seminggu dengan
menggunakan alat Electro Conductivity Meter. Tujuannya ialah untuk mengetahui
daya hantar listrik yang ada pada tanah salin tersebut. Pada penelitian ini, daya
hantar listrik yang ditentukan adalah 6-7 dS/m. Pengukuran daya hantar listrik
dilakukan dengan mengambil sampel tanah dari 24 plot.
Penanaman
Penanaman benih dilakukan dengan membuat lubang tanam yang telah
dibuat dengan kedalaman ± 2cm, kemudian dimasukkan 1 benih per lubang tanam
dan ditutup dengan tanah.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014) yaitu 50 kg Urea/ha ,
78,26 kg TSP/ha dan 50 kg KCl/ha. Pupuk TSP dan KCl diaplikasikan pada 1
minggu sebelum tanam sedangkan pupuk urea 1 hari sebelum penanaman.
Aplikasi α – tokoferol
α – tokoferol diaplikasikan saat tanaman berumur 2 MST sampai periode
pengisian polong (8 MST), dengan interval waktu aplikasi 1 minggu. Untuk
menentukan volume penyemprotan, sebeumnya setiap minggu dilakukan kalibrasi
Universitas Sumatera Utara
20
volume semprot pada daun tanaman dengan menggunakan hand sprayer. Waktu
aplikasi yaitu pukul 07.00 WIB. α – tokoferol diberikan dalam bentuk larutan
dengan akuades sebagai pelarut. Konsentrasi α – tokoferolyang dipakai adalah 0,
250, 500 dan 750 ppm.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada sore hari pada jam 5 sampai dengan pengisian
polong atau stadia R5.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual dan menggunakan cangkul sesuai
dengan kondisi gulma di lapangan. Penyiangan bertujuan untuk mengendalikan
tumbuhan penggangguagar tidak menjadi saingan bagi kedelai dalam menyerap
unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit sekaligus
menggemburkan tanah.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan
insektisida berbahan aktif Profenofos (2 g/liter air). Pengendalian dilakukan
tergantung pada tingkat serangan hama dan penyakit di lapangan.
Peubah Amatan
Enzim Superoksida Dismutase
Analisis enzim superoksida dismutase dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4
dari pucuk tanaman yang telah berkembang sempurna pada akhir masa vegetatif
(Lampiran 1).
Universitas Sumatera Utara
21
Peroksidase Dismutase
Analisis enzim peroksida dismutase dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4
dari pucuk tanaman yang telah berkembang sempurnapada akhir masa vegetatif
(Lampiran 2).
Hidrogen Peroksida
Analisis hidrogen peroksidase dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan
Fakultas Pertanian. Sampel daun yang digunakan adalah daun ke 3-4 dari pucuk
tanaman yang telah berkembang sempurna pada akhir masa vegetatif.
Jumlah Klorofil Daun
Analisis klorofil dilakukanLaboratorium Kultur Jaringan Fakultas
Pertanian. Bahan yang digunakan adalah daun ke 3-4 dari titik tumbuh yang
sudah membuka sempurna pada minggu ke-6 setelah tanam sebanyak1 gram.
Kandungan Air Relatif Daun
Kandungan air relatif daun dengan menggunakan daun yang berumur
minggu ke-7 setelah tanam.
Universitas Sumatera Utara
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil pengamatan dan analisis data yang dilakukan, diperoleh bahwa
perlakuan genotipe kedelai berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Pada perlakuan konsentrasi α – tokoferol berpengaruh tidak nyata terhadap semua
parameter. Interaksi antara genotipe kedelai dan konsentrasi α – tokoferol
berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Enzim Superoksida Dismutase
Data pengamatan analisis enzim superoksida dismutase (SOD)dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada lampiran yang menunjukkan bahwa genotipe kedelai
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim SOD, konsentrasi α – tokoferol
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim SOD serta interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim SOD.
Analisis enzim SOD pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis enzim SOD pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol
Konsentrasi α – tokoferol (ppm)
Genotipe Kedelai
Rataan
A0
A1
A2
A3
......................................unit/protein...................................
G1
1325,36
1002,07
519,68
650,34
330,62
G2
453,23
456,28
775,76
529,68
553,74
Rataan
889,30
729,18
647,72
590,01
Perlakuan G2 meningkatkan enzim SODsebesar 553,74 unit/protein
dibandingkan dengan G1. Konsentrasi α – tokoferol A0 menghasilkan analisis
enzim SOD tanaman kedelai tertinggi sebesar889,30 unit/protein yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
23
Analisis enzim SOD tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada kombinasi
perlakuan G1A0 sebesar 1325,36 unit/protein yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Analisis Enzim Peroksidase Dismutase
Pengamatan analisis enzim peroksidase dismutase (POD)dan sidik
ragamnya disajikan pada lampiran yang menunjukkan bahwa genotipe kedelai
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim POD, konsentrasi α – tokoferol
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim POD serta interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis enzim POD.
Analisis enzim POD pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis enzim POD pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol
Konsentrasi α – tokoferol (ppm)
Genotipe Kedelai
Rataan
A0
A1
A2
A3
........................................unit/protein....................................
G1
0,04
0,02
0,04
0,02
0,03
G2
0,01
0,04
0,02
0,08
0,04
Rataan
0,03
0,03
0,03
0,05
Perlakuan G2 meningkatkan enzim PODsebesar 0,04 unit/protein
dibandingkan dengan G1. Konsentrasi α – tokoferol A3menghasilkan analisis
enzim POD tanaman kedelai tertinggi sebesar 0,05 unit/protein yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Analisis enzim POD tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada kombinasi
perlakuan G2A3 sebesar 1325,36 unit/protein yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
24
Analisis Hidrogen Peroksida
Tabel 3 menunjukkan bahwa genotipe kedelai berpengaruh tidak nyata
terhadap analisis H2O2konsentrasiα – tokoferol berpengaruh tidak nyata terhadap
analisis H2O2serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap analisis
H2O2.
Analisis H2O2pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis H2O2pada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol
Konsentrasi α – tokoferol (ppm)
Genotipe Kedelai
Rataan
A0
A1
A2
A3
...................................mg/l.........................................
G1
1,07
0,13
0,13
0,15
0,37
G2
0,27
0,19
0,10
0,18
0,18
Rataan
0,67
0,16
0,12
0,16
Perlakuan G1 meningkatkan H2O2sebesar 0,37 mg/l dibandingkan dengan
G2. Konsentrasi α – tokoferol A0 menghasilkan analisis H2O2tanaman kedelai
tertinggi sebesar 0,67 mg/l yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Hasil analisis H2O2tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada kombinasi
perlakuan G1A0 sebesar 1,07mg/l yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
lainnya.
Analisis Jumlah Klorofil Daun
Pengamatan analisis jumlah klorofil daun(g/ml) dan sidik ragamnya
disajikan pada Lampiran yang menunjukkan bahwa genotipe kedelai berpengaruh
tidak
nyata
terhadap
analisis
jumlah
klorofil
daun
konsentrasiα
–
tokoferolberpengaruh tidak nyata terhadap analisis jumlah klorofil daunserta
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap analisis jumlah klorofil daun
(g/ml).
Universitas Sumatera Utara
25
Analisis jumlah klorofil daun pada perlakuan genotipe kedelai dan
konsentrasi α – tokoferol disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis jumlah klorofil daun pada perlakuan genotipe kedelai dan
konsentrasi α – tokoferol
Konsentrasi α – tokoferol (ppm)
Genotipe Kedelai
Rataan
A0
A1
A2
A3
................................... g/ml.................................
G1
1,61
2,48
1,27
1,57
1,73
G2
1,46
1,56
1,79
1,26
1,52
Rataan
1,53
2,02
1,53
1,42
Perlakuan G1 meningkatkan jumlah klorofil daun sebesar 1,73 g/ml
dibandingkan dengan G2. Konsentrasi α – tokoferol A1 menghasilkan analisis
jumlah klorofil daun tanaman kedelai tertinggi sebesar 2,02 g/ml yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Analisis jumlah klorofil daun tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada
kombinasi perlakuan G1A1 sebesar 2,48 g/ml yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Analisis Kandungan Air Relatif Daun
Data pengamatan analisis kandungan air relatif (KAR) daundan sidik
ragamnya dapat dilihat pada lampiran yang menunjukkan bahwa genotipe kedelai
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis KAR daunkonsentrasiα – tokoferol
berpengaruh tidak nyata terhadap analisis jumlah klorofil daun serta interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap KARdaun.
Universitas Sumatera Utara
26
Analisis KARdaunpada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis KAR daunpada perlakuan genotipe kedelai dan konsentrasi α –
tokoferol
Konsentrasi α – tokoferol (ppm)
Genotipe Kedelai
Rataan
A0
A1
A2
A3
....................................%........................................
G1
316,56
544,79
475,55
419,64
439,14
G2
341,49
216,10
451,85
298,77
327,05
Rataan
329,03
380,45
463,70
359,20
Perlakuan G1 meningkatkan KAR daunsebesar 439,14 dibandingkan
dengan G2. Konsentrasi α – tokoferol A2 menghasilkan analisis jumlah klorofil
daun tanaman kedelai tertinggi sebesar 463,70 yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Analisis KARdaun tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada kombinasi
perlakuan G1A1 sebesar 544,79 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
lainnya.
Pembahasan
Pengaruh perlakuan genotipe kedelai terhadap fisiologi tanaman kedelai
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa
perlakuan genotipe kedelai berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip dari G2
meningkatkan enzimSOD sebesar 553,74 unit/protein dibandingkan dengan G1
sebesar 330,62 unit/protein. Hal ini menunjukkan bahwa genotip G2 mampu
meningkatkan fisiologi tanaman terhadap cekaman salinitas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Pinto et al., (2015) yang menyatakan bahwa tanaman yang
menunjukkan ketahanan tinggi terhadap cekaman salinitas telah terbukti memiliki
tingkat antioksidan enzimatik yang relatif tinggi seperti superoksida dismutase,
Universitas Sumatera Utara
27
katalase, askorbat peroksidase.
Pada pengamatan enzim PODdidapatkan hasil dari perlakuan genotip G2
sebesar 0,04 unit/protein dibandingkan dengan G1 sebesar 0,03 unit/protein. Hal
ini menunjukkan bahwa genotip G1 mengalami nekrosis dengan klorida sangat
tinggi yang dapat dilihat dari keluar masukknya klorida pada daun dan batang
kedelai. Hal ini sesuai literatur Xiong (2002) yang menyatakan bahwa ion Na+
pada kadar garam yang tinggi yang bersifat toksik terhadap enzim PODdan dapat
memacu stres oksidatif dan kematian sel.
Pada pengamatan H2O2 didapatkan hasil dari perlakuan genotip G1 sebesar
0,37 mg/l dibandingkan dengan G2 sebesar0,18 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa
G2 memiliki mekanisme peretahanan terhadap peningkatan senyawa-senyawa
oksidatif akibat cekaman salinitas. Hal ini sesuai literaturMunné-Bosch et
al.,(1999) yang menyatakan bahwa akibat cekaman salinitas terjadi pembentukan
senyawa antioksidan, seperti askorbat(ASA), Alfa tokoferol dan glutation,
merupakan salah satu sistem pertahanan tanaman tersebut. Selainitu,peningkatan
karotenoid juga bisa terjadijika senyawa-senyawa oksidatif terbentuk.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip dari G1dapat
meningkatkan klorofil sebesar 1,73 mg/l dibandingkan dengan G2 sebesar 1,52
mg/l. Tanaman sudah menunjukkan penurunan pada klorofil daun terhadap
genotip yang peka, didukung oleh penelitian Wei et al.,(2007) yang menyatakan
bahwa
pada
levelsalinitas10dS/m
nilaiindeksklorofildaun
pada
genotipe
pekamengalami penurunanlebihdari70%,sedangkanpada genotiptoleranhanya
sekitar 10%. Namun pada penelitian ini tidak menunjukkan pengaruh yang nyata
disebabkan oleh kandungan klorofil pada tanaman mulai menunjukkan gejala
Universitas Sumatera Utara
28
keracun. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Ainietal.,(2012)
kandungan klorofil tidak selalu dipengaruhi oleh level salinitas tetapi oleh
genetik tanaman.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip dari
G1meningkatkanKAR daun sebesar 439,14 mg/l dibandingkan dengan G2 sebesar
327,05 mg/l. Hal ini menunjukkan kandungan air relatif daun yang tinggi salah
satu mekanisme tanaman dengan kemampuan mengelak dari salinitas (Na+Cl-)
kandungan air relatif daun salah satu pengukuran status air tanaman sebagai
konsekuensi fisiologi kekurangan air. Hal ini sesuai dengan literatur Turner et
al.,(2001) yang menyatakan bahwa pengukuran kandungan relatif air sekaligus
pengukuran terhadap penyesuaian osmotik. Penyesuain osmotik ditujukkan
dengan mempertahankan penghantar stomata dan fotosintesis pada potensial air
yang rendah.
Pengaruh perlakuan α – tokoferolterhadap fisiologi tanaman kedelai
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa
perlakuan α – tokoferol berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan α – tokoferol
A0meningkatkan enzim SODtertinggi sebesar 889,30 unit/protein dibandingkan
dengan A3 sebesar 590,01 unit/protein. Rendahnya akrifitas enzim SOD dan
antioksidan pada penelitian ini diduga juga berkaitan dengan rendahnya
kandungan CO2 di dalam jaringan tanaman akibat menutupnya stomata. Hal ini
sesuai dengan literatur Lin dan Wang (2002) yang menyatakan bahwa CO2 yang
tinggi dapat mengatur aktifitas SOD tetap tinggi dan menunda penurunan aktifitas
enzim setelah cekaman salinitas.
Universitas Sumatera Utara
29
Pada pengamatan POD hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
antioksidan tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas enzim POD. Penelitian ini
didukung oleh Sajid et al., (2016) yang menunjukkan bahwa aplikasi antioksidan
pada tanaman P. sativum L. di tanah salin tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap aktivitas enzim POD. Hal ini disebabkan oleh H2O2 yang dihasilkan oleh
tanaman bukan hanya dipecah oleh enzim PODtetapi juga enzim katalase (CAT)
dan askorbat peroksidase (APX). Kerja enzim POD juga dipengaruhi oleh adanya
substrat yang akan dioksidasi dengan H2O2 dan POD hanya diproduksi di
mitokondria dan sitosol (Scandalios, 1993).
Perlakuan α – tokoferol 750 ppm sebesar 0,05 unit/protein mampu
meningkatkan aktivitas POD dan meningkatkan fisiologi tanaman terhadap
salinitas. Tanaman yang tercekam salinitas akan memproduksi molekul reaktif
seperti singlet oksigen (O2), hidrogen peroksida (H2O2), superoksida (O2-) dan
radikal hidroksil (OH) yang dapat merusak sel dan kerja enzim. Salah satu cara
tanaman untuk melindungi sel dari efek cekaman ini adalah dengan memproduksi
enzim antioksidan yaitu enzim SOD dan POD. Semakin tinggi nilai enzim SOD
dan POD maka tanaman akan semakin tahan pada cekaman salintas. Hal ini
didukung oleh penelitian Jalali-Emam etal.,(2011) pada tanaman Colza
menunjukkan bahwa aktivitas SOD tanaman yang toleran salinitas lebih tinggi
daripada tanaman yang sensitif salinitas. Penelitian Salama et al., (2014)
menunjukkan bahwa aktivitas enzim POD tanaman yang toleran salinitas lebih
tinggi daripada yang sensitif pada tanaman kacang hijau.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan α – tokoferol A0
menghasilkananalisis H2O2 tertinggi sebesar 0,67 mg/l dibandingkan dengan A3
Universitas Sumatera Utara
30
sebesar 0,12 mg/l. Tanaman yang diaplikasikan α – tokoferol akan menurunkan
aktivitas H2O2 didukungoleh penelitian Kumalaningsih (2006) yang menyatakan
bahwa α – tokoferol merupakan peranan penting dalam proses melumpuhkan
radikal bebas dan sebagai senyawa yang ikut mengubah H2O2 menjadi H2O.
Dimana diketahui bahwa tingginya nilai jumlah klorofil yang dihasilkan akan
menurunkan nilai H2O2. Pada pengamatan jumlah klorofil yang tertinggi sebesar
2,02 mg/l A1 dan yang terendah sebesar 1,42 mg/l A3. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 4 yang menunjukkan bahwa cekaman salinitas berpengaruh terhadap
kandungan klorofil dalam tanaman sehingga menurunkan laju fotosintesis, hal ini
diduga dikarenakan cekaman salinitas akan menyebabkan penurunan enzim
rubisco tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Taiz dan Zeiger (2002) yang
menyatakan bahwa rubisco merupakan representasi dari 25% proteind daun.
Penghambat fotosintesis menyebabkan berkurangnya suplai karbon menuju sel,
sehingga dalam jangka panjang akan menyebabkan berkurangnya sintesis
klorofil.
Pada pengamatan KAR menunjukkan bahwa perlakuan α – tokoferol 500
ppm sebesar 463,70 mampu meningkatkan kandungan air relatif pada kedelai.
Peningkatan kandungan air relatif merupakan indikator peningkatan fisiologi
tanaman terhadap cekaman salinitas. Fisiologi tanaman terhadap salinitas
merupakan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan menyelesaikan daur hidupnya
serta mampu memberikan hasil pada cekaman garam. Hal ini sesuai dengan
pendapat Abel (2000) yang menyatakan bahwa mekanisme fisiologi tanaman
terhadap salinitas terdiri atas dua macam yaitu osmotik dan ionik. Pengaruh
osmotik merupakan respon cepat dari tanaman yang membatasi penyerapan air
Universitas Sumatera Utara
31
akibat salinitas di daerah perakaran. Pengaruh ionik adalah kemampuan tanaman
dalam mengatasi keracunan interseluler dari kelebihan ion.
Pengaruh interaksi antara genotipe kedelai dan α – tokoferol pada tanaman
kedelai (Glycine max L.)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa
perlakuan genotid dengan α – tokoferol berpengaruh tidak nyata terhadap semua
parameter.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip G2 dengan
α – tokoferol A0 meningkatkan enzim SODtertinggi sebesar 1325,36 unit/protein.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa varietas genotip G2 tidak tahan
terhadap kondisi yang tergenang dikarenakan nilai dari aktivitas SOD menurun.
Menurut Bosch danAlegre (2002) sistem antioksidan di dalam sel tumbuhan
menyediakan perlindungan melawan pengaruh racun dari oksigen spesies yang
aktif. Komponen penting dari sistem pelindung itu adalah pertahanan secara
enzimatis, seperti SOD yang dapat menghindari O2- dan H2O2 selain metabolit
seperti askorbat, glutation dan tokoperol yang berfungsi untuk mengatur tingkat
keaktifan oksigen pada jaringan tanaman. Tanaman dapat bertahan apabila ensum
SOD dapat melindungi jaringan tanaman dalam kondisi cekaman.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip G2 dengan
α – tokoferol A3 meningkatkan enzim POD tertinggi sebesar unit/protein.
Semakin tinggi konsentrasi antioksidan α – tokoferol
yang diberikan maka
semakin tinggi nilai dari enzim POD yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan
literatur Weisany et al., (2012) yang menyatakan bahwa enzim POD meningkat
setelah diaplikasikan dan radikal antioksidan pada tanaman kacang kedelai. Selain
dari pemberian konsentrasi α – tokoferol yang tinggi, penggunaan genotip kedelai
Universitas Sumatera Utara
32
G2 mampu meningkatkan nilai dari enzim POD. Hal ini disebabkan karna genotip
kedelai G2 memiliki tingkat antioksidan enzimatik yang relatif tinggi yang
mampu meningkatkan fisiologi tanaman terhadap cekaman salinitas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Pinto et al., (2015) yang menyatakan bahwa tanaman
yang menunjukkan ketahanan tinggi terhadap cekaman salinitas telah terbukti
memiliki tingkat antioksidan enzimatik yang relatif tinggi seperti superoksida
dismutase, katalase, askorbat peroksidase. Namun pada penelitian ini diduga
bahwa nilai KARdaun yang dihasilkan pada penggunaan genotip kedelai G2 yang
mampu meningkatkan fisiologi tanaman terhadap cekaman salinitas akibat
memiliki tingkat antioksidan enzimatik yang relatif tinggi menurun sebesar
298,77 ml/g. Dimana diketahui bahwa tingginya nilai KAR yang dihasilkan akan
meningkatkan jumlah klorofil pada daun pada pemberian konsentrasi antioksidan
α – tokoferol yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Namun, pada penelitian ini
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata disebabkan oleh antioksidan yang
diaplikasikan tidak diserap baik oleh tanaman. Penyebabnya adalah stomata dan
pengaruh lingkungan pada saat aplikasi. Namun pada penelitian ini diduga bahwa
selain nilai KARmenurun akibat pemberian konsentrasi antioksidan α – tokoferol
nilai jumlah klorofil yang dihasilkan juga menurun. Hal ini dapat dilihat dari hasil
analisis jumlah klorofil daun pada perlakuan genotipe kedelai dan dosis α –
tokoferol (Tabel 4) pada penggunaan genotip G2 yang diberikan perlakuan
antioksidan α – tokoferol dengan konsentrasi 750 ppm menurun sebesar 1,26
mg/l dibandingkan dengan perlakuan antioksida α – tokoferol lainnya (A1 dan
A2). Hal ini sesuai dengan literatur Pessarakli (2011) yang menyatakan bahwa
stomata pada tanaman yang tercekam salinitas akan tertutup sedangkan cuaca
Universitas Sumatera Utara
33
pada saat penelitian menunjukkan cuaca yang panas dan menyebabkan banyak
antioksidan yang diaplikasikan menguap.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan genotip G2 dengan
α – tokoferol A0 menghasilkan H2O2tertinggi sebesar 0,27 mg/l. Dapat dilihat
dari hasil bahwa genotip G2 peka terhadap cekaman salinitas yang tinggi dan
tidak mampunya tanaman bertahan hidup dikarenakan tidak diaplikasikan α –
tokoferol yang mengakibatkan H2O2 menjadimeningkat. Hal ini sesuai dengan
literatur Greenway dan Munns (1980) yang menyatakan bahwa tanaman yang
tumbuh di tanah bergaram akan mengalami dua tekanan fisiologis yang berbeda.
Pertama, pengaruh racun dari beberapa ion tertentu seperti natrium dan klorida,
yang lazim terdapat pada tanah bergaram, yang akan menghancurkan struktur
enzim dan makromolekul lainnya, merusak organel sel, mengganggu fotosintesis
dan respirasi, serta akan menghambat sintesis protein dan mendorong kekurangan
ion.
Universitas Sumatera Utara
34
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Genotip varietas grobogan x grobogan lebih baik untuk dilahan salin pada
parameter SOD yaitu 553,74 dan POD yaitu 0,04 diikuti oleh varietas
grobogan x anjasmoro yaitu 330,62unit/protein dan 0,03 unit/protein.
2. Perlakuan konsentrasi α – tokoferol 500 ppm dapat menurunkan H2O2 yaitu
0,12 mg/l.
3. Interaksi G2A2 dapat meningkatkan SOD yaitu 775,76 unit/protein dan
menurunkan H2O2yaitu 0,10 mg/l.
Saran
Dalam penanaman kedelai di lahan salin sebaiknya menggunakan varietas
grobogan x grobogan dengan penambahan aplikasi α – tokoferol 500 ppm.
Universitas Sumatera Utara