Respons Fisiologi 2 Genotip Kedelai Terhadap Pemberian α-Tokoferol Pada Lahan Salin

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai salah satu bahan makanan yang mempunyai nilai gizi cukup
tinggi di antara jenis kacang-kacangan lainnya.Selain memiliki nilai gizi cukup
tinggi, kedelai juga sebagai sumber protein, lemak, vitamin, mineral dan serat
yang paling baik. Buah, sayuran dan biji-bijian merupakan sumber dari senyawa
flavonoid. Salah satunya kedelai, kedelai menempati urutan pertama yang
mengandung senyawa isoflavon dan derivat yang berfungsi sebagai antioksidan,
antitumor serta antiosteroklrerosis (Dixon dan Steele, 1999).
Kebutuhan kedelai di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Permintaan kedelai meningkat pesat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran pentingnya nilai gizi bagi
kesehatan. Berdasarkan data BAPPENAS (2015), total kebutuhan kedelai
nasional2,54 juta ton dengan luasan panen 614.095 ha mengasilkan produksi
sebesar 998.870 ton biji kering yang mengalami peningkatan dibandingkan pada
tahun 2014 hanya 953.950 ton biji kering. Namun peningkatan tersebut belum
dapat memenuhi seluruh kebutuhan kedelai nasional yang mencapai 4 juta
tonsehingga diperlukan impor kedelai mencapai 1,46 juta ton.
Salahsatulahanmarginaladalahlahansalin.DiIndonesia,totalluaslahan

sebesar

440.300hayangterbagimenjadilahanagaksalin304.000hadan

salin

lahansalin

140.300 ha (Rachman et al., 2007). Besarnya kebutuhan akan kedelai,
memaksakan petani mengusahakan lahan salin sebagai tempat budidaya kedelai
guna memenuhi kebutuhan kedelai nasional. Kedelai termasuk tanaman yang
cukup toleran terhadap garam dan produksi kedelai akan berkurang apabila

Universitas Sumatera Utara

2

tingkat salinitas tanah melebihi 5 dS/m.Pada tanah dengan salinitas 14 - 15 dS/m
produksi rata-rata 47,5% dibandingkan pada tanah non salin dan pada salinitas
18-20 dS/m produksi rata-rata hanya 28,9% dibandingkan produksi kedelai pada

tanah non salin (Phang et al., 2008).
Tingginya konsentrasi garam menyebabkan gangguan pada seluruh siklus
hidup kedelai. Tingkat toleransi kedelai pada berbagai varietas kedelai bervariasi
menurut tingkat pertumbuhan. Menurut Phang et al.,(2008), perkecambahan biji
kedelai akan terhambat pada konsentrasi garam rendah. Konsentrasi garam yang
lebih tinggi secara nyata akan menurunkan persentase perkecambahan. Pengaruh
garam pada tahap awal dan penurunan persentase perkecambahan lebih menonjol
pada

varietas

yang

sensitif

dibandingkan

varietas

toleran.Sampaisaatinibelumadainformasivarietas

unggulkedelaiyangtoleranterhadap cekamansalinitas hal ini dikarenakan kedelai
tergolong dalam tumbuhan glikofit yang sebenaranya tidak memiliki mekanisme
adaptasi terhadap salinitas, namun penelitian yang telah banyak dilakukan ada
beberapa genotip BB52, Lee 68 PI483463, serta Co Soy-2, DS-40, PalamSoy dan
Pusa-16 (Kondetti et al., 2102).
Selain penggunaan varietas unggul kedelai yang toleran terhadap cekaman
salinitas, pemanfaatan senyawa tokoferol dipercaya mampu mentoleransi tingkat
stres yang dialami oleh tanaman kedelai pada saat pertumbuhan berlangsung.
Dapat diketahui bahwa senyawa tokoferol dikenal sebagai vitamin E yang
mempunyai peranan penting terutama dikaitkan dengan sifatnya sebagai
antioksidan (Winarno, 1992). Menurut Sadak dan Mona (2014), alfa tokoferol
adalah antioksidan lipofilik yang disintesis oleh semua tanaman dalam tingkat

Universitas Sumatera Utara

3

konsentrasi yang berbeda-beda dalam jaringan yang berbeda. Salah satunya
adalah membran sel dibagian kloroplas dan proplastids. Struktur dan lokasi dari
alpha-tokoferol menentukan fungsinya sebagai stabilisasi membrane (Hess, 1993;

Smirnoff dan Pallanca, 1996).Beberapa fungsi dari tokoferol adalah penangkal
oksigen reaktif spesies (ROS). Pada tanaman kedelai, tingkat tokoferol berbeda
pada setiap jaringan, dan berfluktuasi selama perkembangan dan pada respon
abiotik stres (Hussein et al., 2007). Hasil penelitian Harahap (2016),
menunjukkan bahwa pemberian alfa tokoferol 500 ppm berpengaruh nyata
terhadap parameter total luas daun dan bobot kering biji per tanaman.
Upayaperakitan

kedelaitolerancekaman

salinitas

berpeluang

mendapatkanvarietastoleransalinitas,untukitudiperlukanpenelitian

agar

mendapatkan dukungan data dan informasi karakter morfologi dan fisiologi
kedelai


yang

toleran

terhadapcekaman

salinitas.Genotipkedelai

yang

toleranterhadapcekamansalinitasmerupakanharapanbagipengembangankedelaidi
lahan–lahan dengan cekaman salinitas (Ainiet al., 2014).
Pada penelitian ini digunakan benih kedelai F5 tanah salin yang
merupakan hasil keturunan keempat dari silang balik (backcross) varietas
Grobogan x Anjasmoro dan Grobogan x Grobogan kedelai yang telah diuji
ketahanan salinnya di media tanam salin hingga keturunan ke 4. Akan tetapi
pertumbuhan dan produksinya masih belum optimal baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

guna mengetahui respons fisiologi dua genotip kedelai akibat pemberian alfa
tokoferol pada lahan salin.

Universitas Sumatera Utara

4

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons fisiologi 2 (dua)
genotip kedelai terhadap pemberian α – tokoferol pada lahan salin.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh nyata terhadap 2 (dua) genotip danα – tokoferolpada lahan
salin terhadap karakter fisiologi kedelai serta interaksi keduanya.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mengetahui respon fisiologi kedelai akibat
pemberian α – tokoferol pada lahan salindan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara