Pelaksanaan Hibah Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 2 Tahun 2012 (Studi di Provinsi Sumatera Utara)
BAB II
PENGATURAN TENTANG HIBAH DAERAH DI INDONESIA
A. Pengaturan Tentang Hibah Daerah di Indonesia
1. Pengaturan Hibah dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Pelaksanaan otonomi di daerah bertujuan untuk menunjang proses
pembangunan nasional dan
upaya untuk memaksimalkan hasil yang akan
dicapai 59 dari penyelenggaraan pemerintahan di daerah di mana pelaksanaannya
berprinsip pada pada keserasian antara pembinaan politik dan kesatuan bangsa,
dapat menjamin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah atas
dasar keutuhan negara kesatuan, dan harus dapat menjamin perkembangan dan
pembangunan di daerah. 60 Perihal pelaksanaan kegiatan otonomi daerah tersebut,
UUD 1945 telah mengatur hal tersebut sebagai dasar hukum keberadaan
pemerintah daerah sebagai pelaksana percepatan pembangunan di daerah, yang
terdapat di UUD 1945 Perubahan kedua, BAB VI Pemerintah Daerah Pasal 18A,
yaitu:
a. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan
Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
b. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur
dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
UUD 1945 memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk
mengurus rumah tangganya sendiri, untuk itu, pemerintah daerah melakukan
59
HAW. Wijaya, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Rawali Pers, Jakarta, 2014. Hlm 2
Agussalim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah, Kajian Politik dan Hukum, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2007. Hlm 110
60
Universitas Sumatera Utara
banyak kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintahan, salah satunya adalah di
bidang keuangan. Di mana pemerintah pusat dan daerah berkoordinasi di bidang
perimbangan keuangan dari sekian banyak hubungan antara pemerintah pusat dan
daerah. 61
Hal-hal yang terjadi dalam perimbangan keuangan menjadi salah satu
tuntutan reformasi, dan sebagai jawabannya diteapkanlah Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah yang telah dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah, di mana aturan keuangan pusat dan daerah mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional yang menyentuh kepada dimensi pembiayaan dalam
proses pembangunan daerah. 62 Memang dalam UUD 1945 tidak disebutkan secara
eksplisit mengenai kegiatan dalam hubungan keuangan daerah, walaupun banyak
proses sumber-sumber pembiayaan proses pelaksanaan pemerintahan daerah, di
mana salah satunya adalah pelaksanaan hibah daerah.
2. Pengaturan Hibah dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintahan Daerah 63
Secara historis, sejumlah Undang-undang
yang
berkenaan dengan
Pemerintahan Daerah berotonomi telah diterbitkan, menyusul dan berorientasi
61
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,
Jakarta, 2002. Hlm 1.
62
Ibid. Hlm 3.
63
Penulisan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah untuk
seterusnya dalam skripsi ini menjadi UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
kepada perkembangan sosial politik yang terjadi di wilayah dan daerah-daerah di
Indonesia.
Pada era pemerintahan Presiden Soekarno (1945 – 1965), sejumlah undangundang terkait otonomi daerah diberlakukan. Diantaranya Undang-undang
Nomor. 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional Daerah, Undang-undang Nomor
22 Tahun 1948 Undang-Undang Pokok tentang Pemerintahan Daerah, Undangundang No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah.
Sementara di era Presiden Soeharto (1966 – 1998), penguatan terhadap
otonomi daerah diatur dalam Tap MPRS No. XXI Tahun 1966 tentang pemberian
otonomi seluas-luasnya Kepada Daerah. Namun pada kenyataannya, menurut
Prof. 64 DR. Solly Lubis, SH, hal itu tidak pernah ditindak lanjuti oleh rezim Orde
Baru. Baru pada tahun 1974, dibuatlah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Menurut Undang-undang Nomor 5
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, otonomi daerah
sendiri adalah hak, wewenang, dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan
64
http://jambilawclub.blogspot.co.id/2011/03/landasan-historis-berlakunya-undang.html
(diakses tanggal 2Juli 2014 pukul 20:50) Seminar oleh Prof. DR. Solly Lubis, SH, Masalah-masalah
Hukum Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Seminar diselenggarakan oleh Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusi RI, Denpasar, 2003.
Universitas Sumatera Utara
yang berlaku. 65 Di dalam undang-undang ini terdapat tiga
prinsip dalam
hubungan antara pusat dengan daerah yaitu : 66
1. Desentralisasi yaitu penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau daerah
tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya ;
2. Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari Pemerintah atau Kepala
Wilayah atau Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada Pejabat-pejabat
di daerah ;
3. Tugas Pembantuan (medebewind) yaitu tugas untuk turut serta dalam
melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada Pemerintah
Daerah oleh Pemerintah oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah Daerah
tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang
menugaskannya.
Menurut Prof. DR. I Gde Pantja Astawa, SH, MH, penyelenggaraan
pemerintahaan periode ini selalu mengalami pergeseran bandul antara sentralisasi
pemerintahan atau desentralisasi pemerintahan. Ada kalanya, penyelenggaran
pemerintahan daerah lebih berat ke arah bandul sentralisasi. Dan masa bandul ini,
desentralisasi pemerintahan lebih menonjol. Paling tidak hal itu dapat dilihat dari
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 yang dinilai berwatak sentralistik. 67
Mengutip pernyataan Jhon Glissen dan Frits Gorle dalam bukunya berjudul
“Sejarah Hukum Suatu Pengantar,” oleh karena hukum adalah suatu produk
hubungan-hubungan dan
perimbangan-perimbangan
kemasyarakatan maka
didalam proses penciptaan dan perkembangannya, ditentukan oleh sejumlah aspek
hubungan-hubungan dan perimbangan-perimbangan tersebut. Dan ada beberapa
65
Pasal 1 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037).
66
https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia diakses tanggal 26 Juni
2016
67
I Gde Pantja Astawa, Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, Alumni,
Bandung, hal 52 – 53.
Universitas Sumatera Utara
faktor yang menentukan terjadinya perkembangan hukum yakni faktor – faktor
politik, faktor – faktor ekonomi, faktor agama dan ideologi serta faktor kultur.68
Gambaran perubahan baru akan terjadi saat memasuki era reformasi, Pada
tahun
1998.
Gerakan
reformasi
mendorong
diwujudkannya
enam
tuntutan diantaranya amandemen UUD 1945, Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,
penegakan hukum, HAM dan pemberantgasan KKN, Otonomi daerah, kebebasan
pers dan mwewujudkan kehidupan demokrasi.
Majelis Permusyawaratan Rakyat kala itu menilai pentingnya pelaksanaan
otonomi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka
melalui Tap MPR No. XV Tahun 1998 perihal itu ditegaskan kembali.
Tindaklanjutnya, diikuti dengan lahirnya Undang-undang Nomor UU 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Sebagaimana diketahui, UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
cukup banyak didalamnya meletakan paradigma baru dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, khususnya yang berkenaan dengan otonomi daerah.
Diantaranya, pertama, pemerintahan daerah disusun dan dijalankan berdasarkan
otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dalam paradigma ini, pemerintahan
dekonsentrasi, sebagaimana yang dalam sarat mewarnai Undang-undang Nomor 5
Tahun 1974 dan pelaksanaannya pada masa pemerintahan Orde Baru, meskipun
68
http://jambilawclub.blogspot.co.id/2011/03/landasan-historis-berlakunya-undang.html
diakses tanggal 2 Juli 2016 mengutip dari Prof. DR. Emeritus Jhon Glissen dan Prof. DR. Emeritus
First Gorle, Sejarah Hukum Suatu Pengantar, Rafika Aditama, Jakarta, 2009, Hal 91 - 131.
Universitas Sumatera Utara
secara limitatif masih diakui keberadaannya pada level provinsi, pada level
kabupaten dan kota yang diakui keberadaannya.
Kedua, pemerintahan daerah disusun dan dijalankan atas pembagian
wewenang dasar otonomi seluas-luasnya. Paradigma ini menggariskan pembagian
wewenang antara pusat dan daerah. Semua fungsi pemerintahan dibidang
administrasi negara dijalankan oleh pemerintahan daerah, kecuali yang ditentukan
sebagai urusan pusat.69
UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah mulai berlaku sejak
tanggal 7 Mei 1999 dan dengan diundangkannya undang-undang ini, maka
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Perubahan Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1974, disamping karena adanya perubahan UUD 1945, juga
memperhatikan beberapa Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat 70 dan
Keputusan MPR, seperti Ketetapan MPR Nomor : XV/MPR/1998 tentang
Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah. 71
Menurut UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah
adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
69
70
I Gde Pantja Astawa, Op. Cit. Hal 4-5
Penulisan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk seterusnya dalam skripsi ini menjadi
MPR.
71
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839)
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 72 Di antara banyaknya wewenang
yang diberikan kepada pemerintahan daerah, salah satunya adalah kewenangan
mengenai keuangan. Hubungan keuangan dan daerah dalam rangka otonomi
daerah untuk melaksanakan fungsinya secara efektif. Untuk itu harus ada sumber
pendapatan daerah dan hal-hal lain yang menyangkut penunjangan pelaksanaan
fungsi pemerintah. Dalam UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah pasal
79 dijelaskan mengenai sumber-sumber pendapatan daerah.
Sumber Pendapatan Daerah terdiri atas:
a. Pendapatan asli Daerah, yaitu :
1) Hasil pajak Daerah;
2) Hasil retribusi Daerah
3) Hasil perusahaan milik Daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah
yang dipisahkan;
4) Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah;
b. Dana perimbangan;
c. Pinjaman Daerah;
d. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah;
Pendapatan Asli Daerah sendiri adalah penerimaan yang diperoleh daerah
dari sumber-sumber dalam wilayahya sendiri yang dipugut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 73 Dalam
72
Pasal 1 huruf h Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) dalam
menunjang pengaturan mengenai urusan kepentingan masyarakat setempat, ditambahkan dalam
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah poin ke8 perihal Keuangan Daerah, di mana dijelaskan: (1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali
sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah serta antara Propinsi dan Kabupaten/Kota yang merupakan prasyarat dalam sistem
Pemerintahan Daerah. (2) Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah kewenangan
keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan Daerah.
73
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,
Jakarta, 2002. Hlm 39.
Universitas Sumatera Utara
penjelasannya, dalam UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah di pasal
79 huruf d di tuliskan bahwa “Lain-lain pendapatan Daerah yang sah adalah
antara lain hibah atau penerimaan dari Daerah Propinsi atau Daerah
Kabupaten/Kota lainnya, dan penerimaan lain sesuai dengan peraturan perundangundangan, ”penjelasan ini menandakan adanya hibah yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dari Daerah Propinsi atau Daerah Kabupaten/Kota kepada
Daerah Propinsi atau Daerah Kabupaten/Kota lainnya sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
3. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah 74
Dalam perkembangannya I Gde Pantja Astawa melihat perlu adanya revisi
ataupun pergantian terhadap UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah di
Pasal 7 ayat (1) 75, yakni adanya ketetuan undang-undang tersebut yang
mengurangi kewenangan pusat secara drastis sehingga dianggap tidak sesuai
dengan semangat NKRI. 76 Kemudian, adanya beberapa ketentuan yang
menimbulkan penafsiran ganda yang berkenaan dengan hubungan hierarki jabatan
74
Penulisan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah untuk
seterusnya dalam skripsi ini menjadi UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
75
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) pasal 7 ayat (1)
menyatakan bahwa Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain. Pasal ini di rasa terlalu luas
memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan sehingga
dirasa patut untuk dilakukan revisi.
76
I Gde Pantja Astawa, Op. Cit
Universitas Sumatera Utara
dalam pasal 4 ayat 2 77 di UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
campur aduk antara asas dekonsentrasi dengan desentralisasi di pasal 63 78. Lalu
perubahan UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, disamping karena
adanya perubahan UUD 1945, juga memperhatikan beberapa Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat 79 dan Keputusan MPR, seperti Ketetapan MPR Nomor :
IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi
Daerah. 80 Maka Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah mulai berlaku sejak tanggal 15 Oktober 2004 dan dengan diundangkannya
undang-undang ini, dan UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Menurut undang-undang ini otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. 81 Tidak ada perbedaan prinsipal antara Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU 22 Tahun 1999
77
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) Pasal 4 ayat (2)
menyatakan: Daerah-daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing berdiri sendiri
dan tidak mempunyai hubungan hierarki satu sama lain.
78
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) pasal 63
menyatakan: Penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Gubernur
selaku wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(3), dilaksanakan oleh Dinas Propinsi. Padahal sesungguhnya penyelenggaraan asas
dekonsentrasi dilakukan oleh wakil pemerintahan pusat yang ditempatkan di daerah.
79
Penulisan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk seterusnya dalam skripsi ini menjadi
MPR.
80
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437)
81
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
tentang Pemerintahan Daerah karena keduanya sama-sama menganut asas
desentralisasi.
Pada Bab yang membahas keuangan daerah, UU 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah memuat ketentuan yang lebih spesifik perihal administrasi
pendanaan penyelenggaran pemerintahan dibanding dengan UU 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang tidak membahas bagian tersebut. 82 Sedangkan
di bagian pendapatan asli daerah, UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Paragraf Kedua Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan di Pasal 157
membagi Sumber pendapatan daerah dalam beberapa bagian, yaitu:
a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu:
1) hasil pajak daerah;
2) hasil retribusi daerah;
3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4) lain-lain PAD yang sah;
b. dana perimbangan; dan
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pada perubahannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sudah tak memuat pinjaman daerah sebagai bagian dari
82
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) pasal 155
menyatakan : (1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah. (2) Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dari dan atas
beban anggaran pendapatan dan belanja negara. (3) Administrasi pendanaan penyelenggaraan
urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah dari
administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), sedangkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) Pasal
78 menyatakan : (1) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Penyelenggaraan tugas Pemerintah di
Daerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Universitas Sumatera Utara
pendapatan asli daerah dibangdingkan dengan yang dimuat di dalam UU 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Perihal belanja daerah UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
pasal Pasal 167 menjelaskan sebagai berikut:
1. Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22. 83
2. Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan
dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan
fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
3. Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan
analisis standar belanja, standar harga, tolok ukur kinerja, dan standar
pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Berbeda dengan UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak mejelaskan secara detil hibah
sebagai bagian dalam pendapatan asli daerah, apakah berasal dari pemerintah atau
hibah yang berasal dari pemerintah daerah 84, dibandigkan dengan UU 22 Tahun
83
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Pasal 22 Dalam
menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban: a. melindungi masyarakat, menjaga
persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; c. mengembangkan kehidupan
demokrasi; d. mewujudkan keadilan dan pemerataan; e. meningkatkan pelayanan dasar
pendidikan; f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan; g. menyediakan fasilitas sosial dan
fasilitas umum yang layak; h. mengembangkan sistem jaminan sosial; i. menyusun perencanaan
dan tata ruang daerah; j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah; k. melestarikan
lingkungan hidup; l. mengelola administrasi kependudukan; m. melestarikan nilai sosial budaya;
n. membentuk dan menetapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya;
dan o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
84
Penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Pasal
157 Huruf c Yang dimaksud dengan lain-lain pendapatan Daerah yang sah antara lain hibah atau
dana darurat dari Pemerintah, dibandingkan dengan Penjelasan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) pasal 79 Huruf d yaitu : Lain-lain pendapatan Daerah
Universitas Sumatera Utara
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang memuat hibah dari pemerintah daerah
dalam penjelasan UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tersebut.
Walaupun UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak
menyebutkan hibah oleh pemerintah daerah di bagian keuangan daerah, ternyata
undang-undang ini telah menyebutkan lebih dulu perihal hibah dalam Bab III
tentang pembagian urusan pemerintahan, undang-undang ini menyebutkan tentang
hubungan keuangan antar pemerintahan daerah pada pasal 15 ayat (2), di mana
Hubungan dalam bidang keuangan antarpemerintahan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) 85 dan ayat (5) 86 meliputi bagi hasil pajak dan
nonpajak antara pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah,
kabupaten/kota; pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab
bersama; pembiayaan bersama atas kerja sama antardaerah; dan pinjaman
dan/atau hibah antar pemerintahan daerah. Dari huruf d di pasal 15 ayat (2) ini
dapat disimpulkan bahwasanya dikehendaki adanya hibah yang dilakukan
pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lain demi menunjang terjadinya
percepatan pembangunan di daerah itu sendiri.
yang sah adalah antara lain hibah atau penerimaan dari Daerah Propinsi atau Daerah
Kabupaten/Kota lainnya, dan penerimaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
85
Ketentuan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Pasal
2 ayat (4) Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan dengan Pemerintah dan dengan pemerintahan daerah lainnya;
86
Ketentuan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Pasal
2 ayat (5) Hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi hubungan wewenang,
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya;
Universitas Sumatera Utara
4. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah 87
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mulai berlaku
sejak tanggal 30 September 2014 dan dengan diundangkannya undang-undang ini,
maka UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku. Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
ditujukan untuk mendorong lebih terciptanya daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam menyejahterakanmasyarakat, baik
melalui peningkatan pelayanan publik maupun melalui peningkatan daya saing
daerah. 88 Menurut undang-undang ini otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. 89
Perihal keuangan daerah, pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
sudah lebih rinci mengenai pengaturan tentang hubungan keuangan antar
Pemerintah dam Pemerintah Daerah, juga perihal hubungan keuangan antar
Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah Bagian Kedua tentang Hubungan Keuangan Antar-Daerah
Pasal 281 dijelaskan bahwasanya Daerah dalam penyelenggaraan Urusan
87
Penulisan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah untuk
seterusnya dalam skripsi ini menjadi UU 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah
88
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
89
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
Pemerintahan yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat memiliki hubungan
keuangan dengan Daerah yang lain. Hubungan keuangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi Bagi hasil pajak dan nonpajak antar-Daerah; Pendanaan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah yang menjadi tanggung
jawab bersama sebagai konsekuensi dari kerja sama antar-Daerah; Pinjaman
dan/atau hibah antar-Daerah; Bantuan keuangan antar-Daerah; dan Pelaksanaan
dana otonomi khusus yang ditetapkan dalam Undang-Undang.
Sedangkan perihal Pendapatan Asli Daerah, di Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bagian Kelima Pendapatan, Belanja,
dan Pembiayaan Paragraf 1 Pendapatan Pasal 285 ayat (1), dijelaskan bahwa:
Sumber pendapatan Daerah terdiri atas:
a. Pendapatan asli Daerah meliputi:
1. Pajak daerah;
2. Retribusi daerah;
3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
4. Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah;
b. Pendapatan transfer; dan
c. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah.
Setelah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 285 ayat (1) perihal Pendapatan Asli Daerah,
dijelaskan kembali tiap-tiap sumber Pendapatan Asli Daerah di pasal-pasal
berikutnya termasuk huruf c pasal 285 ayat (1) perihal Lain-lain pendapatan
Daerah yang sah, di mana di Pasal 295 dijelaskan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
a. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 285
ayat (1) huruf c merupakan seluruh pendapatan Daerah selain pendapatan asli
Daerah dan pendapatan transfer, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lainlain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bantuan berupa uang,
barang, dan/atau jasa yang berasal dari Pemerintah Pusat, Daerah yang lain,
masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang bertujuan
untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah.
Berbeda dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga menempatkan
belanja daerah dengan judul tertentu sebagai bagian dari bab keuangan daerah,
dan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga secara
jelas merinci bagaimana belanja daerah dilaksanakan dalam pasal 298 di UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu:
1) Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai Urusan Pemerintahan Wajib
yang terkait Pelayanan Dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan
minimal.
2) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada standar
teknis dan standar harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
3) Belanja Daerah untuk pendanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman
pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Belanja hibah dan bantuan sosial dianggarkan dalam APBD sesuai dengan
kemampuan keuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja
Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali
ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Belanja hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diberikan kepada:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah lain;
c. badan usaha milik negara atau BUMD; dan/atau
d. badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia.
6) Belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja untuk Desa dianggarkan
dalam APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
7) Belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik dan dapat
digunakan untuk kegiatan nonfisik.
Dari pasal-pasal yang terdapat pada UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah tentang belanja daerah ini, dapat dilihat bahwasanya perihal
hibah daerah diatur lebih rinci dibandingkan dengan Undang-Undang tentang
pemerintahan daerah sebelumnya, bahkan lebih lanjut pada Bab tentang BUMD di
pasal 332 di UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, hibah
termasuk ke dalam sumber modal BUMD tersebut. 90
5. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 91
Pembentukan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah didasarkan petimbangan bahwasanya
Kementrian Dalam Negeri berhak melakukan pembinaan terhadap pengelolaan
keuangan daerah sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005. Di samping itu juga, pembentukan Peraturan Menteri yang ditetapkan pada
tanggal 27 Juli 2011 dan diundangkan pada tanggal 28 Juli 2011 ini juga sebagai
pedoman kepada pemerintah daerah dalam mengelolaan hibah dan bantuan sosial
90
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Pasal 332 (1)
Sumber Modal BUMD terdiri atas: a. penyertaan modal Daerah; b. pinjaman; c. hibah; dan d.
sumber modal lainnya.
91
Penulisan Pembentukan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah selanjutnya menjadi Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
agar tercipta tertib administrasi, akuntabilitas dan transparansi pengelolaan hibah
dan bantuan sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Dalam Peraturan Menteri di bagian pertama Pasal 1 angka 14, dijelaskan
bahwa “Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah
kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus
menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah.” Lebih lanjut pada Pasal 3 ayat (1) ditegaskan bentuk Hibah oleh
pemerintah daerah, yaitu “Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 92 dapat
berupa uang, barang, atau jasa.”
Belanja
hibah,
dalam rangka menunjang penyelenggaraan urusan
pemerintah daerah, dan menunjang pencapaian sasaran program, dapat memberikan hibah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan
daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya sesuai dengan kemampuan daerah dan hal-hal yang
telah ditetapkan oleh pihak terkait. Lebih lanjut, di dalam Peraturan Menteri
dijelaskan perihal bagaimana pemerintah daerah dikatakan dapat melakukan
92
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 450) Pasal 2: Ruang lingkup Peraturan
Menteri ini meliputi penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial yang
bersumber dari APBD.
Universitas Sumatera Utara
belanja hibah dan sasaran pemberian hibah tersebut, yang diatur dalam Bab III
tentang Hibah Pasal 4 dan 5, yaitu:
1) Pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai kemampuan keuangan
daerah.
2) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib.
3) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat
untuk masyarakat.
4) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi kriteria
paling sedikit:
a. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan
c. memenuhi persyaratan penerima hibah.
Lalu dalam pasal 5 dikatakan Hibah dapat diberikan kepada pemerintah;
pemerintah daerah lainnya; perusahaan daerah; masyarakat; dan/atau organisasi
kemasyarakatan.
6. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 93
Pada tanggal 21 Mei 2012, Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan
Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
yang merevisi beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Jika kita melihat
93
Penulisan Pembentukan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah selanjutnya menjadi Permendagri Nomor 39 Tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan” dalam permendagri baru tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka
mengatasi permasalahan pelaksanaan dalam pemberian hibah dan bantuan sosial
yang bersumber dari APBD, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap
permendagri yang lama.
Setelah setahun pelaksanaan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011,
pemerintah daerah menemukan beberapa permasalahan terkait pelaksanaannya.
Sepertinya pemerintah daerah mengalami kesulitan untuk menolak ketika ada
beberapa warganya yang mengajukan permintaan Hibah dan bantuan sosial
setelah APBD Pokok ditetapkan dan dirasa masih terlalu lama jika harus
menunggu hingga APBD Perubahan disahkan. Alasannya jika tidak cepat
diberikan akan menimbulkan risiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau
keluarga yang bersangkutan. Sebagai contoh, pemerintah daerah kesulitan dalam
memberikan bantuan sosial ketika tiba-tiba terjadi bencana yang menimpa
sebagian individu dan/atau keluarga yang tidak tercakup dalam penganggaran
APBD Pokok. 94
Perubahan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 terhadap Peraturan
sebelumnya terkait perihal hibah ada di pasal 11, yaitu:
1) Hibah berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah,
obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada PPKD.
2) Objek belanja hibah dan rincian objek belanja hibah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah lainnya;
94
http://www.warungkopipemda.com/kabar-baru-perubahan-permendagri-32-tahun2011/ diakses tanggal 14 Juli 2016 pukul 22:15
Universitas Sumatera Utara
c. Perusahaan daerah;
d. Masyarakat; dan
e. Organisasi kemasyarakatan.
7. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 95
Seiring dengan perkembangannya, pemberian hibah dan bantuan sosial yang
bersumber dari APBD terus menuntut perubahan, untuk itu ditetapkanlah
Permendagri Nomor 14 Tahun 2016 pada tanggal 23 Maret 2016 dan
diundangkan pada tanggal 5 April 2016. Revisi terhadap peraturan menteri ini
mengacu pada pertimbangan bahwa dalam rangka tertib administrasi, dan
terciptanya harmonisasi, stabilisasi, efektifitas, serta menjamin partisipasi
masyarakat guna memperkuat dukungan terhadap penyelenggaraan pemerintahan
daerah, yang berhubungan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Menurut Permendagri Nomor 14 Tahun 2016, menjelaskan pengertian pada
pasal 1 angka 14, di mana “Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah lain, Badan
Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Badan, Lembaga dan organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak
secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan
95
Penulisan Pembentukan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah selanjutnya menjadi Permendagri Nomor 14 Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan daerah.” Sedikit berbeda dengan Peraturan Menteri sebelumnya, di
mana masyarakat di dalam subjek penerima hibah dihilangkan dalam peraturan
yang baru, sebagaimana yang diamanatkan pasal 408 96 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mengacu pada pasal 298 ayat
(5)97 di undang-undang yang sama di mana masyarakat tidak masuk lagi sebagai
subjek penerima hibah oleh pemerintah daerah. 98 Pertimbangan tidak adanya
masyarakat sebagai penerima subjek dapat merujuk pada pasal 4 ayat (4) huruf c 99
di mana masyarakat dirasa tidak terlalu berdampak dalam memberikan nilai
manfaat dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam Permendagri Nomor 14 Tahun 2016 juga merevisi bagian tentang
hibah di peraturan menteri sebelumnya, dijelaskan pada pasal 4 dan 5 yang adalah
sebagai berikut:
1) Pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai kemampuan keuangan
daerah.
2) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.
3) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah sesuai
urgensi dan kepentingan daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi
96
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) Pasal 407: Pada saat Undang-Undang ini
mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan
Daerah wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.
97
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) Pasal 298 ayat (5) Belanja hibah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diberikan kepada: a. Pemerintah Pusat; b.
Pemerintah Daerah lain; c. badan usaha milik negara atau BUMD; dan/atau d. badan, lembaga,
dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia.
98
http://www.gultomlawconsultants.com/belanja-hibah-daerah-untuk-masyarakat/
diakses pada tanggal 6 Juli 2016
99
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 20l6 Nomor 541 Tahun 2016) Pasal 4 ayat (4) huruf c
:memberikan nilai manfaat bagi pemerintah daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan memperhatikan asas
keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.
4) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi kriteria
paling sedikit:
a. Peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. Bersifat tidak wajib, tidak mengikat atau tidak secara terus menerus setiap
tahun anggaran sesuai dengan kemampuan keuangan daerah kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan.
c. Memberikan nilai manfaat bagi pemerintah daerah dalam mendukung
terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
d. Memenuhi persyaratan penerima hibah.
Lalu dalam pasal 5 Hibah dapat diberikan kepada Pemerintah Pusat;
Pemerintah Daerah lain; Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah; dan/atau Badan, Lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan
hukum Indonesia.
8. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah
Daerah 100
Bahwa sebagai pertimbangan, pembentukan PP Nomor 2 Tahun 2012
ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan hibah daerah
serta menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan pelaksanaan kewenangan
daerah dalam rangka hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, di mana dirasa perlu mengatur kembali mengenai hibah
daerah sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
Pengertian tentang hibah dalam peraturan pemerintah ini ada dalam pasal
1 angka 10, yaitu “Hibah Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas
sesuatu dari Pemerintah atau pihak lain kepada Pemerintah Daerah atau
sebaliknya yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan dilakukan
100
Penulisan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daerah selanjutnya
menjadi PP Nomor 2 Tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
melalui perjanjian.” Pada pasal 2 101 dalam PP Nomor 2 Tahun 2012 ini membagi
jenis hibah daerah menjadi dua, di mana hibah yang diberikan kepada pemerintah
daerah sebagai sumber penerimaan daerah dan hibah yang diberikan oleh
pemerintah daerah sebagai kegiatan belanja tidak wajib suatu daerah. Sedangkan
pada bab 2 di pasal 3 dalam peraturan pemerintah ini di jelaskan perihal bentuk
dan sumber hibah daerah, yaitu “Hibah Daerah dapat berbentuk uang, barang,
dan/atau jasa. “ sedangkan Pasal 4 Hibah kepada Pemerintah Daerah sebagaimana
dapat berasal dari Pemerintah; badan, lembaga, atau organisasi dalam negeri;
dan/atau kelompok masyarakat atau perorangan dalam negeri.
101
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012) Pasal 2 Hibah Daerah meliputi: a. Hibah kepada
Pemerintah Daerah; b. Hibah dari Pemerintah Daerah.
Universitas Sumatera Utara
PENGATURAN TENTANG HIBAH DAERAH DI INDONESIA
A. Pengaturan Tentang Hibah Daerah di Indonesia
1. Pengaturan Hibah dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Pelaksanaan otonomi di daerah bertujuan untuk menunjang proses
pembangunan nasional dan
upaya untuk memaksimalkan hasil yang akan
dicapai 59 dari penyelenggaraan pemerintahan di daerah di mana pelaksanaannya
berprinsip pada pada keserasian antara pembinaan politik dan kesatuan bangsa,
dapat menjamin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah atas
dasar keutuhan negara kesatuan, dan harus dapat menjamin perkembangan dan
pembangunan di daerah. 60 Perihal pelaksanaan kegiatan otonomi daerah tersebut,
UUD 1945 telah mengatur hal tersebut sebagai dasar hukum keberadaan
pemerintah daerah sebagai pelaksana percepatan pembangunan di daerah, yang
terdapat di UUD 1945 Perubahan kedua, BAB VI Pemerintah Daerah Pasal 18A,
yaitu:
a. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan
Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
b. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur
dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
UUD 1945 memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk
mengurus rumah tangganya sendiri, untuk itu, pemerintah daerah melakukan
59
HAW. Wijaya, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Rawali Pers, Jakarta, 2014. Hlm 2
Agussalim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah, Kajian Politik dan Hukum, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2007. Hlm 110
60
Universitas Sumatera Utara
banyak kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintahan, salah satunya adalah di
bidang keuangan. Di mana pemerintah pusat dan daerah berkoordinasi di bidang
perimbangan keuangan dari sekian banyak hubungan antara pemerintah pusat dan
daerah. 61
Hal-hal yang terjadi dalam perimbangan keuangan menjadi salah satu
tuntutan reformasi, dan sebagai jawabannya diteapkanlah Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah yang telah dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah, di mana aturan keuangan pusat dan daerah mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional yang menyentuh kepada dimensi pembiayaan dalam
proses pembangunan daerah. 62 Memang dalam UUD 1945 tidak disebutkan secara
eksplisit mengenai kegiatan dalam hubungan keuangan daerah, walaupun banyak
proses sumber-sumber pembiayaan proses pelaksanaan pemerintahan daerah, di
mana salah satunya adalah pelaksanaan hibah daerah.
2. Pengaturan Hibah dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintahan Daerah 63
Secara historis, sejumlah Undang-undang
yang
berkenaan dengan
Pemerintahan Daerah berotonomi telah diterbitkan, menyusul dan berorientasi
61
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,
Jakarta, 2002. Hlm 1.
62
Ibid. Hlm 3.
63
Penulisan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah untuk
seterusnya dalam skripsi ini menjadi UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
kepada perkembangan sosial politik yang terjadi di wilayah dan daerah-daerah di
Indonesia.
Pada era pemerintahan Presiden Soekarno (1945 – 1965), sejumlah undangundang terkait otonomi daerah diberlakukan. Diantaranya Undang-undang
Nomor. 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional Daerah, Undang-undang Nomor
22 Tahun 1948 Undang-Undang Pokok tentang Pemerintahan Daerah, Undangundang No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah.
Sementara di era Presiden Soeharto (1966 – 1998), penguatan terhadap
otonomi daerah diatur dalam Tap MPRS No. XXI Tahun 1966 tentang pemberian
otonomi seluas-luasnya Kepada Daerah. Namun pada kenyataannya, menurut
Prof. 64 DR. Solly Lubis, SH, hal itu tidak pernah ditindak lanjuti oleh rezim Orde
Baru. Baru pada tahun 1974, dibuatlah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Menurut Undang-undang Nomor 5
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, otonomi daerah
sendiri adalah hak, wewenang, dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan
64
http://jambilawclub.blogspot.co.id/2011/03/landasan-historis-berlakunya-undang.html
(diakses tanggal 2Juli 2014 pukul 20:50) Seminar oleh Prof. DR. Solly Lubis, SH, Masalah-masalah
Hukum Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Seminar diselenggarakan oleh Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusi RI, Denpasar, 2003.
Universitas Sumatera Utara
yang berlaku. 65 Di dalam undang-undang ini terdapat tiga
prinsip dalam
hubungan antara pusat dengan daerah yaitu : 66
1. Desentralisasi yaitu penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau daerah
tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya ;
2. Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari Pemerintah atau Kepala
Wilayah atau Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada Pejabat-pejabat
di daerah ;
3. Tugas Pembantuan (medebewind) yaitu tugas untuk turut serta dalam
melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada Pemerintah
Daerah oleh Pemerintah oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah Daerah
tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang
menugaskannya.
Menurut Prof. DR. I Gde Pantja Astawa, SH, MH, penyelenggaraan
pemerintahaan periode ini selalu mengalami pergeseran bandul antara sentralisasi
pemerintahan atau desentralisasi pemerintahan. Ada kalanya, penyelenggaran
pemerintahan daerah lebih berat ke arah bandul sentralisasi. Dan masa bandul ini,
desentralisasi pemerintahan lebih menonjol. Paling tidak hal itu dapat dilihat dari
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 yang dinilai berwatak sentralistik. 67
Mengutip pernyataan Jhon Glissen dan Frits Gorle dalam bukunya berjudul
“Sejarah Hukum Suatu Pengantar,” oleh karena hukum adalah suatu produk
hubungan-hubungan dan
perimbangan-perimbangan
kemasyarakatan maka
didalam proses penciptaan dan perkembangannya, ditentukan oleh sejumlah aspek
hubungan-hubungan dan perimbangan-perimbangan tersebut. Dan ada beberapa
65
Pasal 1 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037).
66
https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia diakses tanggal 26 Juni
2016
67
I Gde Pantja Astawa, Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, Alumni,
Bandung, hal 52 – 53.
Universitas Sumatera Utara
faktor yang menentukan terjadinya perkembangan hukum yakni faktor – faktor
politik, faktor – faktor ekonomi, faktor agama dan ideologi serta faktor kultur.68
Gambaran perubahan baru akan terjadi saat memasuki era reformasi, Pada
tahun
1998.
Gerakan
reformasi
mendorong
diwujudkannya
enam
tuntutan diantaranya amandemen UUD 1945, Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,
penegakan hukum, HAM dan pemberantgasan KKN, Otonomi daerah, kebebasan
pers dan mwewujudkan kehidupan demokrasi.
Majelis Permusyawaratan Rakyat kala itu menilai pentingnya pelaksanaan
otonomi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka
melalui Tap MPR No. XV Tahun 1998 perihal itu ditegaskan kembali.
Tindaklanjutnya, diikuti dengan lahirnya Undang-undang Nomor UU 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Sebagaimana diketahui, UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
cukup banyak didalamnya meletakan paradigma baru dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, khususnya yang berkenaan dengan otonomi daerah.
Diantaranya, pertama, pemerintahan daerah disusun dan dijalankan berdasarkan
otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dalam paradigma ini, pemerintahan
dekonsentrasi, sebagaimana yang dalam sarat mewarnai Undang-undang Nomor 5
Tahun 1974 dan pelaksanaannya pada masa pemerintahan Orde Baru, meskipun
68
http://jambilawclub.blogspot.co.id/2011/03/landasan-historis-berlakunya-undang.html
diakses tanggal 2 Juli 2016 mengutip dari Prof. DR. Emeritus Jhon Glissen dan Prof. DR. Emeritus
First Gorle, Sejarah Hukum Suatu Pengantar, Rafika Aditama, Jakarta, 2009, Hal 91 - 131.
Universitas Sumatera Utara
secara limitatif masih diakui keberadaannya pada level provinsi, pada level
kabupaten dan kota yang diakui keberadaannya.
Kedua, pemerintahan daerah disusun dan dijalankan atas pembagian
wewenang dasar otonomi seluas-luasnya. Paradigma ini menggariskan pembagian
wewenang antara pusat dan daerah. Semua fungsi pemerintahan dibidang
administrasi negara dijalankan oleh pemerintahan daerah, kecuali yang ditentukan
sebagai urusan pusat.69
UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah mulai berlaku sejak
tanggal 7 Mei 1999 dan dengan diundangkannya undang-undang ini, maka
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Perubahan Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1974, disamping karena adanya perubahan UUD 1945, juga
memperhatikan beberapa Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat 70 dan
Keputusan MPR, seperti Ketetapan MPR Nomor : XV/MPR/1998 tentang
Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah. 71
Menurut UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah
adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
69
70
I Gde Pantja Astawa, Op. Cit. Hal 4-5
Penulisan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk seterusnya dalam skripsi ini menjadi
MPR.
71
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839)
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 72 Di antara banyaknya wewenang
yang diberikan kepada pemerintahan daerah, salah satunya adalah kewenangan
mengenai keuangan. Hubungan keuangan dan daerah dalam rangka otonomi
daerah untuk melaksanakan fungsinya secara efektif. Untuk itu harus ada sumber
pendapatan daerah dan hal-hal lain yang menyangkut penunjangan pelaksanaan
fungsi pemerintah. Dalam UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah pasal
79 dijelaskan mengenai sumber-sumber pendapatan daerah.
Sumber Pendapatan Daerah terdiri atas:
a. Pendapatan asli Daerah, yaitu :
1) Hasil pajak Daerah;
2) Hasil retribusi Daerah
3) Hasil perusahaan milik Daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah
yang dipisahkan;
4) Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah;
b. Dana perimbangan;
c. Pinjaman Daerah;
d. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah;
Pendapatan Asli Daerah sendiri adalah penerimaan yang diperoleh daerah
dari sumber-sumber dalam wilayahya sendiri yang dipugut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 73 Dalam
72
Pasal 1 huruf h Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) dalam
menunjang pengaturan mengenai urusan kepentingan masyarakat setempat, ditambahkan dalam
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah poin ke8 perihal Keuangan Daerah, di mana dijelaskan: (1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali
sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah serta antara Propinsi dan Kabupaten/Kota yang merupakan prasyarat dalam sistem
Pemerintahan Daerah. (2) Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah kewenangan
keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan Daerah.
73
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,
Jakarta, 2002. Hlm 39.
Universitas Sumatera Utara
penjelasannya, dalam UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah di pasal
79 huruf d di tuliskan bahwa “Lain-lain pendapatan Daerah yang sah adalah
antara lain hibah atau penerimaan dari Daerah Propinsi atau Daerah
Kabupaten/Kota lainnya, dan penerimaan lain sesuai dengan peraturan perundangundangan, ”penjelasan ini menandakan adanya hibah yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dari Daerah Propinsi atau Daerah Kabupaten/Kota kepada
Daerah Propinsi atau Daerah Kabupaten/Kota lainnya sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
3. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah 74
Dalam perkembangannya I Gde Pantja Astawa melihat perlu adanya revisi
ataupun pergantian terhadap UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah di
Pasal 7 ayat (1) 75, yakni adanya ketetuan undang-undang tersebut yang
mengurangi kewenangan pusat secara drastis sehingga dianggap tidak sesuai
dengan semangat NKRI. 76 Kemudian, adanya beberapa ketentuan yang
menimbulkan penafsiran ganda yang berkenaan dengan hubungan hierarki jabatan
74
Penulisan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah untuk
seterusnya dalam skripsi ini menjadi UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
75
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) pasal 7 ayat (1)
menyatakan bahwa Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain. Pasal ini di rasa terlalu luas
memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan sehingga
dirasa patut untuk dilakukan revisi.
76
I Gde Pantja Astawa, Op. Cit
Universitas Sumatera Utara
dalam pasal 4 ayat 2 77 di UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
campur aduk antara asas dekonsentrasi dengan desentralisasi di pasal 63 78. Lalu
perubahan UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, disamping karena
adanya perubahan UUD 1945, juga memperhatikan beberapa Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat 79 dan Keputusan MPR, seperti Ketetapan MPR Nomor :
IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi
Daerah. 80 Maka Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah mulai berlaku sejak tanggal 15 Oktober 2004 dan dengan diundangkannya
undang-undang ini, dan UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Menurut undang-undang ini otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. 81 Tidak ada perbedaan prinsipal antara Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU 22 Tahun 1999
77
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) Pasal 4 ayat (2)
menyatakan: Daerah-daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing berdiri sendiri
dan tidak mempunyai hubungan hierarki satu sama lain.
78
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) pasal 63
menyatakan: Penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Gubernur
selaku wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(3), dilaksanakan oleh Dinas Propinsi. Padahal sesungguhnya penyelenggaraan asas
dekonsentrasi dilakukan oleh wakil pemerintahan pusat yang ditempatkan di daerah.
79
Penulisan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk seterusnya dalam skripsi ini menjadi
MPR.
80
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437)
81
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
tentang Pemerintahan Daerah karena keduanya sama-sama menganut asas
desentralisasi.
Pada Bab yang membahas keuangan daerah, UU 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah memuat ketentuan yang lebih spesifik perihal administrasi
pendanaan penyelenggaran pemerintahan dibanding dengan UU 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang tidak membahas bagian tersebut. 82 Sedangkan
di bagian pendapatan asli daerah, UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Paragraf Kedua Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan di Pasal 157
membagi Sumber pendapatan daerah dalam beberapa bagian, yaitu:
a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu:
1) hasil pajak daerah;
2) hasil retribusi daerah;
3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4) lain-lain PAD yang sah;
b. dana perimbangan; dan
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pada perubahannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sudah tak memuat pinjaman daerah sebagai bagian dari
82
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) pasal 155
menyatakan : (1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah. (2) Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dari dan atas
beban anggaran pendapatan dan belanja negara. (3) Administrasi pendanaan penyelenggaraan
urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah dari
administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), sedangkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) Pasal
78 menyatakan : (1) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Penyelenggaraan tugas Pemerintah di
Daerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Universitas Sumatera Utara
pendapatan asli daerah dibangdingkan dengan yang dimuat di dalam UU 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Perihal belanja daerah UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
pasal Pasal 167 menjelaskan sebagai berikut:
1. Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22. 83
2. Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan
dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan
fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
3. Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan
analisis standar belanja, standar harga, tolok ukur kinerja, dan standar
pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Berbeda dengan UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak mejelaskan secara detil hibah
sebagai bagian dalam pendapatan asli daerah, apakah berasal dari pemerintah atau
hibah yang berasal dari pemerintah daerah 84, dibandigkan dengan UU 22 Tahun
83
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Pasal 22 Dalam
menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban: a. melindungi masyarakat, menjaga
persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; c. mengembangkan kehidupan
demokrasi; d. mewujudkan keadilan dan pemerataan; e. meningkatkan pelayanan dasar
pendidikan; f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan; g. menyediakan fasilitas sosial dan
fasilitas umum yang layak; h. mengembangkan sistem jaminan sosial; i. menyusun perencanaan
dan tata ruang daerah; j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah; k. melestarikan
lingkungan hidup; l. mengelola administrasi kependudukan; m. melestarikan nilai sosial budaya;
n. membentuk dan menetapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya;
dan o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
84
Penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Pasal
157 Huruf c Yang dimaksud dengan lain-lain pendapatan Daerah yang sah antara lain hibah atau
dana darurat dari Pemerintah, dibandingkan dengan Penjelasan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999 dan
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) pasal 79 Huruf d yaitu : Lain-lain pendapatan Daerah
Universitas Sumatera Utara
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang memuat hibah dari pemerintah daerah
dalam penjelasan UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tersebut.
Walaupun UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak
menyebutkan hibah oleh pemerintah daerah di bagian keuangan daerah, ternyata
undang-undang ini telah menyebutkan lebih dulu perihal hibah dalam Bab III
tentang pembagian urusan pemerintahan, undang-undang ini menyebutkan tentang
hubungan keuangan antar pemerintahan daerah pada pasal 15 ayat (2), di mana
Hubungan dalam bidang keuangan antarpemerintahan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) 85 dan ayat (5) 86 meliputi bagi hasil pajak dan
nonpajak antara pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah,
kabupaten/kota; pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab
bersama; pembiayaan bersama atas kerja sama antardaerah; dan pinjaman
dan/atau hibah antar pemerintahan daerah. Dari huruf d di pasal 15 ayat (2) ini
dapat disimpulkan bahwasanya dikehendaki adanya hibah yang dilakukan
pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lain demi menunjang terjadinya
percepatan pembangunan di daerah itu sendiri.
yang sah adalah antara lain hibah atau penerimaan dari Daerah Propinsi atau Daerah
Kabupaten/Kota lainnya, dan penerimaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
85
Ketentuan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Pasal
2 ayat (4) Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan dengan Pemerintah dan dengan pemerintahan daerah lainnya;
86
Ketentuan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Pasal
2 ayat (5) Hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi hubungan wewenang,
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya;
Universitas Sumatera Utara
4. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah 87
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mulai berlaku
sejak tanggal 30 September 2014 dan dengan diundangkannya undang-undang ini,
maka UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku. Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
ditujukan untuk mendorong lebih terciptanya daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam menyejahterakanmasyarakat, baik
melalui peningkatan pelayanan publik maupun melalui peningkatan daya saing
daerah. 88 Menurut undang-undang ini otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. 89
Perihal keuangan daerah, pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
sudah lebih rinci mengenai pengaturan tentang hubungan keuangan antar
Pemerintah dam Pemerintah Daerah, juga perihal hubungan keuangan antar
Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah Bagian Kedua tentang Hubungan Keuangan Antar-Daerah
Pasal 281 dijelaskan bahwasanya Daerah dalam penyelenggaraan Urusan
87
Penulisan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah untuk
seterusnya dalam skripsi ini menjadi UU 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah
88
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
89
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
Pemerintahan yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat memiliki hubungan
keuangan dengan Daerah yang lain. Hubungan keuangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi Bagi hasil pajak dan nonpajak antar-Daerah; Pendanaan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah yang menjadi tanggung
jawab bersama sebagai konsekuensi dari kerja sama antar-Daerah; Pinjaman
dan/atau hibah antar-Daerah; Bantuan keuangan antar-Daerah; dan Pelaksanaan
dana otonomi khusus yang ditetapkan dalam Undang-Undang.
Sedangkan perihal Pendapatan Asli Daerah, di Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bagian Kelima Pendapatan, Belanja,
dan Pembiayaan Paragraf 1 Pendapatan Pasal 285 ayat (1), dijelaskan bahwa:
Sumber pendapatan Daerah terdiri atas:
a. Pendapatan asli Daerah meliputi:
1. Pajak daerah;
2. Retribusi daerah;
3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
4. Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah;
b. Pendapatan transfer; dan
c. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah.
Setelah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 285 ayat (1) perihal Pendapatan Asli Daerah,
dijelaskan kembali tiap-tiap sumber Pendapatan Asli Daerah di pasal-pasal
berikutnya termasuk huruf c pasal 285 ayat (1) perihal Lain-lain pendapatan
Daerah yang sah, di mana di Pasal 295 dijelaskan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
a. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 285
ayat (1) huruf c merupakan seluruh pendapatan Daerah selain pendapatan asli
Daerah dan pendapatan transfer, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lainlain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bantuan berupa uang,
barang, dan/atau jasa yang berasal dari Pemerintah Pusat, Daerah yang lain,
masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang bertujuan
untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah.
Berbeda dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga menempatkan
belanja daerah dengan judul tertentu sebagai bagian dari bab keuangan daerah,
dan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga secara
jelas merinci bagaimana belanja daerah dilaksanakan dalam pasal 298 di UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu:
1) Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai Urusan Pemerintahan Wajib
yang terkait Pelayanan Dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan
minimal.
2) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada standar
teknis dan standar harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
3) Belanja Daerah untuk pendanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman
pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Belanja hibah dan bantuan sosial dianggarkan dalam APBD sesuai dengan
kemampuan keuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja
Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali
ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Belanja hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diberikan kepada:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah lain;
c. badan usaha milik negara atau BUMD; dan/atau
d. badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia.
6) Belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja untuk Desa dianggarkan
dalam APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
7) Belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik dan dapat
digunakan untuk kegiatan nonfisik.
Dari pasal-pasal yang terdapat pada UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah tentang belanja daerah ini, dapat dilihat bahwasanya perihal
hibah daerah diatur lebih rinci dibandingkan dengan Undang-Undang tentang
pemerintahan daerah sebelumnya, bahkan lebih lanjut pada Bab tentang BUMD di
pasal 332 di UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, hibah
termasuk ke dalam sumber modal BUMD tersebut. 90
5. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 91
Pembentukan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah didasarkan petimbangan bahwasanya
Kementrian Dalam Negeri berhak melakukan pembinaan terhadap pengelolaan
keuangan daerah sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005. Di samping itu juga, pembentukan Peraturan Menteri yang ditetapkan pada
tanggal 27 Juli 2011 dan diundangkan pada tanggal 28 Juli 2011 ini juga sebagai
pedoman kepada pemerintah daerah dalam mengelolaan hibah dan bantuan sosial
90
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 125 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Pasal 332 (1)
Sumber Modal BUMD terdiri atas: a. penyertaan modal Daerah; b. pinjaman; c. hibah; dan d.
sumber modal lainnya.
91
Penulisan Pembentukan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah selanjutnya menjadi Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
agar tercipta tertib administrasi, akuntabilitas dan transparansi pengelolaan hibah
dan bantuan sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Dalam Peraturan Menteri di bagian pertama Pasal 1 angka 14, dijelaskan
bahwa “Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah
kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus
menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah.” Lebih lanjut pada Pasal 3 ayat (1) ditegaskan bentuk Hibah oleh
pemerintah daerah, yaitu “Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 92 dapat
berupa uang, barang, atau jasa.”
Belanja
hibah,
dalam rangka menunjang penyelenggaraan urusan
pemerintah daerah, dan menunjang pencapaian sasaran program, dapat memberikan hibah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan
daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya sesuai dengan kemampuan daerah dan hal-hal yang
telah ditetapkan oleh pihak terkait. Lebih lanjut, di dalam Peraturan Menteri
dijelaskan perihal bagaimana pemerintah daerah dikatakan dapat melakukan
92
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 450) Pasal 2: Ruang lingkup Peraturan
Menteri ini meliputi penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial yang
bersumber dari APBD.
Universitas Sumatera Utara
belanja hibah dan sasaran pemberian hibah tersebut, yang diatur dalam Bab III
tentang Hibah Pasal 4 dan 5, yaitu:
1) Pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai kemampuan keuangan
daerah.
2) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib.
3) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat
untuk masyarakat.
4) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi kriteria
paling sedikit:
a. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan
c. memenuhi persyaratan penerima hibah.
Lalu dalam pasal 5 dikatakan Hibah dapat diberikan kepada pemerintah;
pemerintah daerah lainnya; perusahaan daerah; masyarakat; dan/atau organisasi
kemasyarakatan.
6. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 93
Pada tanggal 21 Mei 2012, Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan
Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
yang merevisi beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Jika kita melihat
93
Penulisan Pembentukan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah selanjutnya menjadi Permendagri Nomor 39 Tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan” dalam permendagri baru tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka
mengatasi permasalahan pelaksanaan dalam pemberian hibah dan bantuan sosial
yang bersumber dari APBD, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap
permendagri yang lama.
Setelah setahun pelaksanaan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011,
pemerintah daerah menemukan beberapa permasalahan terkait pelaksanaannya.
Sepertinya pemerintah daerah mengalami kesulitan untuk menolak ketika ada
beberapa warganya yang mengajukan permintaan Hibah dan bantuan sosial
setelah APBD Pokok ditetapkan dan dirasa masih terlalu lama jika harus
menunggu hingga APBD Perubahan disahkan. Alasannya jika tidak cepat
diberikan akan menimbulkan risiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau
keluarga yang bersangkutan. Sebagai contoh, pemerintah daerah kesulitan dalam
memberikan bantuan sosial ketika tiba-tiba terjadi bencana yang menimpa
sebagian individu dan/atau keluarga yang tidak tercakup dalam penganggaran
APBD Pokok. 94
Perubahan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 terhadap Peraturan
sebelumnya terkait perihal hibah ada di pasal 11, yaitu:
1) Hibah berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah,
obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada PPKD.
2) Objek belanja hibah dan rincian objek belanja hibah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah lainnya;
94
http://www.warungkopipemda.com/kabar-baru-perubahan-permendagri-32-tahun2011/ diakses tanggal 14 Juli 2016 pukul 22:15
Universitas Sumatera Utara
c. Perusahaan daerah;
d. Masyarakat; dan
e. Organisasi kemasyarakatan.
7. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 95
Seiring dengan perkembangannya, pemberian hibah dan bantuan sosial yang
bersumber dari APBD terus menuntut perubahan, untuk itu ditetapkanlah
Permendagri Nomor 14 Tahun 2016 pada tanggal 23 Maret 2016 dan
diundangkan pada tanggal 5 April 2016. Revisi terhadap peraturan menteri ini
mengacu pada pertimbangan bahwa dalam rangka tertib administrasi, dan
terciptanya harmonisasi, stabilisasi, efektifitas, serta menjamin partisipasi
masyarakat guna memperkuat dukungan terhadap penyelenggaraan pemerintahan
daerah, yang berhubungan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Menurut Permendagri Nomor 14 Tahun 2016, menjelaskan pengertian pada
pasal 1 angka 14, di mana “Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah lain, Badan
Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Badan, Lembaga dan organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak
secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan
95
Penulisan Pembentukan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah selanjutnya menjadi Permendagri Nomor 14 Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan daerah.” Sedikit berbeda dengan Peraturan Menteri sebelumnya, di
mana masyarakat di dalam subjek penerima hibah dihilangkan dalam peraturan
yang baru, sebagaimana yang diamanatkan pasal 408 96 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mengacu pada pasal 298 ayat
(5)97 di undang-undang yang sama di mana masyarakat tidak masuk lagi sebagai
subjek penerima hibah oleh pemerintah daerah. 98 Pertimbangan tidak adanya
masyarakat sebagai penerima subjek dapat merujuk pada pasal 4 ayat (4) huruf c 99
di mana masyarakat dirasa tidak terlalu berdampak dalam memberikan nilai
manfaat dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam Permendagri Nomor 14 Tahun 2016 juga merevisi bagian tentang
hibah di peraturan menteri sebelumnya, dijelaskan pada pasal 4 dan 5 yang adalah
sebagai berikut:
1) Pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai kemampuan keuangan
daerah.
2) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.
3) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah sesuai
urgensi dan kepentingan daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi
96
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) Pasal 407: Pada saat Undang-Undang ini
mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan
Daerah wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.
97
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) Pasal 298 ayat (5) Belanja hibah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diberikan kepada: a. Pemerintah Pusat; b.
Pemerintah Daerah lain; c. badan usaha milik negara atau BUMD; dan/atau d. badan, lembaga,
dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia.
98
http://www.gultomlawconsultants.com/belanja-hibah-daerah-untuk-masyarakat/
diakses pada tanggal 6 Juli 2016
99
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 20l6 Nomor 541 Tahun 2016) Pasal 4 ayat (4) huruf c
:memberikan nilai manfaat bagi pemerintah daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan memperhatikan asas
keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.
4) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi kriteria
paling sedikit:
a. Peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. Bersifat tidak wajib, tidak mengikat atau tidak secara terus menerus setiap
tahun anggaran sesuai dengan kemampuan keuangan daerah kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan.
c. Memberikan nilai manfaat bagi pemerintah daerah dalam mendukung
terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
d. Memenuhi persyaratan penerima hibah.
Lalu dalam pasal 5 Hibah dapat diberikan kepada Pemerintah Pusat;
Pemerintah Daerah lain; Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah; dan/atau Badan, Lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan
hukum Indonesia.
8. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah
Daerah 100
Bahwa sebagai pertimbangan, pembentukan PP Nomor 2 Tahun 2012
ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan hibah daerah
serta menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan pelaksanaan kewenangan
daerah dalam rangka hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, di mana dirasa perlu mengatur kembali mengenai hibah
daerah sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
Pengertian tentang hibah dalam peraturan pemerintah ini ada dalam pasal
1 angka 10, yaitu “Hibah Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas
sesuatu dari Pemerintah atau pihak lain kepada Pemerintah Daerah atau
sebaliknya yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan dilakukan
100
Penulisan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daerah selanjutnya
menjadi PP Nomor 2 Tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
melalui perjanjian.” Pada pasal 2 101 dalam PP Nomor 2 Tahun 2012 ini membagi
jenis hibah daerah menjadi dua, di mana hibah yang diberikan kepada pemerintah
daerah sebagai sumber penerimaan daerah dan hibah yang diberikan oleh
pemerintah daerah sebagai kegiatan belanja tidak wajib suatu daerah. Sedangkan
pada bab 2 di pasal 3 dalam peraturan pemerintah ini di jelaskan perihal bentuk
dan sumber hibah daerah, yaitu “Hibah Daerah dapat berbentuk uang, barang,
dan/atau jasa. “ sedangkan Pasal 4 Hibah kepada Pemerintah Daerah sebagaimana
dapat berasal dari Pemerintah; badan, lembaga, atau organisasi dalam negeri;
dan/atau kelompok masyarakat atau perorangan dalam negeri.
101
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012) Pasal 2 Hibah Daerah meliputi: a. Hibah kepada
Pemerintah Daerah; b. Hibah dari Pemerintah Daerah.
Universitas Sumatera Utara