Pelaksanaan Hibah Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 2 Tahun 2012 (Studi di Provinsi Sumatera Utara) Chapter III V
BAB III
MEKANISME PELAKSANAAN HIBAH DAERAH DI INDONESIA
1.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Secara etimologi, kata mekanisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu
mechane yang berarti instrumen, mesin pengangkat beban, perangkat, peralatan
untu membuat sesuatu dan dari kata mechos yang memiliki arti sarana dan cara
menjalankan sesuatu. Mekanisme dapat diartikan dalam banyak pengertian yang
dapat dijelaskan menjadi 4 pengertian. Yang pertama, mekanisme adalah
pandangan bahwa interaksi bagian-bagian dengan bagian-bagian lainnya dalam
suatu keseluruhan atau sistem secara tanpa disengaja menghasilkan kegiatan atau
fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan. Kedua, mekanisme adalah teori bahwa
semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan
untuk menjelaskan mesin-mesin tanpa bantuan inteligensi sebagai suatu sebab
atau prinsip kerja. Ketiga, mekanisme adalah teori bahwa semua gejala alam
bersifat fisik dan dapat dijelaskan dalam kaitan dengan perubahan material atau
materi yang bergerak, dan yang terakhir, mekanisme adalah upaya memberikan
penjelasan mekanis yakni dengan gerak setempat dari bagian yang secara
Universitas Sumatera Utara
intrinsik tidak dapat berubah bagi struktur internal benda alam dan bagi seluruh
alam. 102
Dalam Kamus Besar Bahasia Indonesia, dijelaskan, mekanisme dibagi
dalam 3 arti, yaitu teknik penggunaan mesin; alat-alat dari mesin; hal kerja
mesin; lalu kedua adalah cara kerja suatu organisasi, bisa sebagai perkumpulan
dan sebagainya, dan yang terakhir hal saling bekerja seperti mesin, yang di mana
jika satu bergerak, yang lain turut bergerak.103 Begitu juga dengan pelaksanaan
hibah oleh pemerintah daerah, tentu saja ada mekanisme dalam pelaksanaannya,
mulai dari perencanaan, pemberian, sampai kepada pertanggungjawaban oleh
penerima hibah daerah.
Secara etimologis, perencanaan berasal dari kata rencana yang berarti
rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian itu dapat
dibagi dalam beberapa komponen penting, yakni tujuan, yaitu apa yang hendak
dicapai , lalu kegiatan, mengenai tindakan-tindakan yang merealisasikan tujuan,
dan yang terkahir adalah waktu, yaitu kapan kegiatan tersebut akan dilakukan.
Sedangkan secara empiris perencanaan dapat diartikan sebagai salah satu fungsi
manajemen yang digunakan oleh orang, unit, atau lembaga untuk mengkaji dan
memecahkan suatu persoalan. Bisa juga perencanaan itu diartikan sebagai suatu
cara untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan segala sumber daya yang
tersedia secara efisien dan efektif. Dengan demikian, suatu perencanaan bisa
102
https://id.wikipedia.org/wiki/Mekanism. Halaman ini terakhir diubah pada 27 Juni 2014, pukul
12.35. Diakses tanggal 22 Oktober pukul 22.15
103
http://kbbi.web.id/mekanism. KBBI Online ini dikembangkan oleh Ebta Setiawan © 2012-2016
versi 1.9 Database utama merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kemdikbud (Pusat Bahasa)
Universitas Sumatera Utara
difahami sebagai respon atau reaksi terhadap masa depan. 104 Dengan begitu,
perencanaan merupakan suatu proses penyusunan rencana tindakan yang
didasarkan pada fakta-fakta dan asumsi-asumsi dengan memanfaatkan segala
sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara
efisien dan efektif. Bila dikaitkan dengan manajemen, perencaan itu merupakan
suatu tindakan yang berada diawal suatu proses pengambilan keputusan dengan
melakukan pengkajian yang mendalam terhadap konsep ataupun fakta secara
komprehensif dan dapat dirumuskan dalam bentuk kebijakan atau program yang
kemudian dilaksanakan sesuai tujuan yang yang ditetapkan pada waktu yang
akan datang. 105
Dalam Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 Pasal 4
dirincikan proses pelaksanaan hibah daerah dimulai dari bagaimana pemerintahan
daerah dapat memberikan hibah, dan tujuan pemberian hibah, yaitu sebagai
berikut:
1. Pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai kemampuan keuangan
daerah.
2. Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib.
3. Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat
untuk masyarakat.
4. Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi kriteria
paling sedikit:
a. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan
c. memenuhi persyaratan penerima hibah.
104
105
Moh. Solekhan,... Op. Cit. Hlm. 57
Ibid. Hal. 58
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan subjek penerima hibah dan klasifikasi yang telah ditentukan
diatur dalam pasal 5, di mana hibah dapat diberikan kepada pemerintah;
pemerintah daerah lainnya; perusahaan daerah; masyarakat; dan/atau organisasi
kemasyarakatan. Selanjutnya dalam pasal 6 dituliskan bahwa:
1. Hibah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian yang wilayah kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan.
2. Hibah kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf b diberikan kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah
sebagaimana diamanatkan peraturan perundang-undangan.
3. Hibah kepada perusahaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
c diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka penerusan hibah
yang diterima pemerintah daerah dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
4. Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d
diberikan kepada kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam
bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat
istiadat, dan keolahragaan non-profesional.
5. Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf e diberikan kepada organisasi kemasyarakatan yang dibentuk
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Hibah kepada masyarakat diberikan dengan persyaratan paling sedikit
memiliki kepengurusan yang jelas; dan berkedudukan dalam wilayah administrasi
pemerintah
daerah
yang
bersangkutan.
Lalu
Hibah
kepada
organisasi
kemasyarakatan sebagaimana diberikan dengan persyaratan telah terdaftar pada
pemerintah daerah setempat sekurang-kurangnya 3 tahun, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan, berkedudukan dalam wilayah administrasi
pemerintah daerah yang bersangkutan memiliki sekretariat tetap. 106
106
Pasal 7 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses pengusulannya, para subjek calon penerima hibah dapat
mengajukan usulan atas permintaan hibah yang diatur dalam pasal 8 yaitu :
1. Pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan dapat menyampaikan usulan hibah secara tertulis
kepada kepala daerah.
2. Kepala daerah menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan
hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada kepala daerah melalui TAPD.
4. TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan , menerangkan bahwa anggaran merupakan
pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan
rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk suatu
periode. 107 Dalam penganggarannya, Hibah berupa uang dianggarkan dalam
kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah, obyek, dan rincian obyek
belanja berkenaan pada PPKD. Sedangkan hibah berupa barang atau jasa
dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam
program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang dan jasa,
obyek belanja hibah barang dan jasa berkenaan kepada pihak ketiga/masyarakat,
dan rincian obyek belanja hibah barang atau jasa kepada pihak ketiga/masyarakat
berkenaan pada SKPD.
108
Rincian obyek belanja tersebut mencantumkan nama
penerima dan besaran hibah.
Pelaksanaan anggaran hibah berupa uang
107
Sumpeno, Wahjudin. 2011. Perencanaan Desa Terpadu. Banda Aceh: Read. Hal.
108
Pasal 11 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
113
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan atas DPA-PPKD sedangkan Pelaksanaan anggaran hibah berupa
barang atau jasa berdasarkan atas DPA-SKPD. 109
Setiap pemberian hibah dituangkan dalam NPHD yang ditandatangani
bersama oleh kepala daerah dan penerima hibah. NPHD paling sedikit memuat
ketentuan mengenai pemberi dan penerima hibah, tujuan pemberian hibah,
besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima, hak dan kewajiban, tata
cara penyaluran/penyerahan hibah, dan
tata cara pelaporan hibah.
Kepala
daerah dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani
NPHD. 110 Selanjutnya Kepala daerah menetapkan daftar penerima hibah beserta
besaran uang atau jenis barang atau jasa yang akan dihibahkan dengan keputusan
kepala daerah berdasarkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD, daftar penerima hibah ini menjadi dasar
penyaluran/penyerahan hibah. Penyaluran/penyerahan hibah dari pemerintah
daerah kepada penerima hibah dilakukan setelah penandatanganan NPHD. 111
Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS).112
Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntunan
masyarakat yang harus dipenuhi. Salah satu pilar tata kelola tersebut adalah
akuntabilitas. Sabeni dan Ghozali menyatakan
109
110
111
112
“Akuntabilitas
atau
Pasal 12 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Pasal 13 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Pasal 14 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Pasal 15 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban (accounttability) merupakan suatu bentuk keharusan
seseorang (pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan
kewajiban yang diembannya sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang
berlaku. 113 Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan tertulis yang informatif
dan transparan. Mardiasmo mengatakan akuntabilitas publik adalah kewajiban
pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan
dan
mengungkapkan
segala aktivitasnya
dan
kegiatan
yang
menjadi
tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (Principal) yang memiliki
hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.114
Akuntabilitas
merupakan
kewajiban
untuk
menyampaikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan
tindakan seseorang atau badan hukum atau pimpinan kolektif suatu organisasi
kepada pihak yang
memiliki hak
atau
berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban. 115 Maka dalam Peraturan Kementerian
Dalam Negeri Pasal 16 diatur mengenai pelaporan serta pertanggungjawaan oleh
penerima hibah, di mana Penerima hibah berupa uang menyampaikan laporan
penggunaan hibah kepada kepala daerah melalui PPKD dengan tembusan SKPD
terkait, lalu Penerima hibah berupa barang atau jasa menyampaikan laporan
penggunaan hibah kepada kepala daerah melalui kepala SKPD terkait. Kemudian
dalam pasal 18 disebutkan pertanggungjawaban pemerintah daerah atas
113
Misbahul Anwar, Bambang Jatmiko. Kontribusi Dan Peran Pengelolaan Keuangan
Desa Untuk Mewujudkan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Yang Transparan
Dan Akuntabel. Yogyakarta. UNY, hal. 7
114
Ibid.
115
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol. 3, No. 7, Hal. 2
Universitas Sumatera Utara
pemberian hibah meliputi usulan dari calon penerima hibah kepada kepala
daerah, keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima hibah,
NPHD, pakta integritas dari penerima hibah yang menyatakan bahwa hibah yang
diterima akan digunakan sesuai dengan NPHD dan bukti transfer uang atas
pemberian hibah berupa uang atau bukti serah terima barang/jasa atas pemberian
hibah
berupa
barang/jasa.
Sedangkan
dalam
pasal
19
disebutkan
pertanggungjawaban oleh penerima hibah, yaitu:
1. Penerima hibah bertanggungjawab secara formal dan material atas
penggunaan hibah yang diterimanya.
2. Pertanggungjawaban penerima hibah meliputi:
a. laporan penggunaan hibah;
b. surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa hibah
yang diterima telah digunakan sesuai NPHD; dan
c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan
perundang-undangan bagi penerima hibah berupa uang atau
salinan bukti serah terima barang/jasa bagi penerima hibah
berupa barang/jasa.
3. Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b disampaikan kepada kepala daerah paling lambat
tanggal 10 bulan Januari tahun anggaran berikutnya, kecuali
ditentukan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
4. Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
disimpan dan dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek
pemeriksaan.
Dijelaskan dalam KBBI, kata pengawasan berasal dari kata awas 116, yang
berarti dapat melihat baik-baik; tajam penglihatan, lalu juga berarti tajam
tiliknya; dapat mengetahui segala yang gaib, baik itu rahasia dan sebagainya.
Kata awas juga dapat berarti memperhatikan dengan baik, dan yang terkahir,
116
http://kbbi.web.id/awas KBBI Online ini dikembangkan oleh Ebta Setiawan © 2012-2016 versi
1.9 Database utama merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kemdikbud (Pusat Bahasa)
Universitas Sumatera Utara
menurut KBBI, kata awas berarti hati-hati. Untuk kata Pengawasan 117, KBBI
menjelaskan imbuhan dalam kata awas ini lebih dalam, antara lain, penilikan dan
penjagaan, kedua, ada administrasi penilikan dan pengarahan kebijakan jalannya
perusahaan yang dibagi dalam 4 bagian. Yang pertama adalah pengawasan yang
melekat, yaitu pengawasan yang langsung dilakukan oleh pejabat terhadap
bawahannya atas setiap tugas yang menjadi tanggung jawab bawahannya itu.
Pada bagian kedua ada pengawasan yang preventif, yaitu administrasi
pengawasan terhadap peraturan daerah dan keputusan kepala daerah mengenai
pokok tertentu yang baru akan berlaku sesudah ada pengarahan pejabat yang
berwenang.
Yang
ketiga ada pengawasan
represif,
yaitu
administrasi
penangguhan atau pembatalan peraturan daerah atau keputusan kepala daerah
oleh pejabat yang berwenang, dan yang terakhir adalah pengawasan umum, yaitu
pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap segala kegiatan
pemerintah daerah. Jika diturunkan kepada hibah daerah, bahwasanya ada
lembaga yang akan me-monitor pelaksanaan pemberian hibah oleh pemerintah
daerah, berikut juga dengan evaluasi atas pelaksanaan pemberian hibah tersebut.
Perihal pengawasan diatur dalam pasal 40, yang menyebutkan bahwa SKPD
terkait melakukan monitoring dan evaluasi atas pemberian hibah dan bantuan
social,hasil monitoring dan evaluasi disampaikan kepada kepala daerah dengan
tembusan kepada SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi pengawasan. Jika
dalam hal hasil monitoring dan evaluasi terdapat penggunaan hibah atau bantuan
sosial yang tidak sesuai dengan usulan yang telah disetujui, penerima hibah atau
117
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
bantuan sosial yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. 118
2. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri yang di tetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri Gamawan Fauzi pada saat itu sebagai perubahan atas Peraturan
sebelumnya mengalami perubahan sedikit pada bagian penganggaran, di mana
objek belanja hibah lebih dirinci dalam beberapa poin. Pasal yang memuat
tentang perubahan tersebut, yaitu:
Pasal 11
1. Hibah berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah,
obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada PPKD.
2. Objek belanja hibah dan rincian objek belanja hibah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah lainnya;
c. Perusahaan daerah;
d. Masyarakat; dan
e. Organisasi kemasyarakatan.
3. Hibah berupa barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang
diformulasikan kedalam program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam
jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah barang atau jasa dan
rincian obyek belanja hibah barang atau jasa yang diserahkan kepada
pihak ketiga/masyarakat pada SKPD.
118
Pasal 41 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
4. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri yang paling baru, yang membahas tentang
pemberia hibah oleh pemerintah daerah ditetapkan pada tanggal 23 Maret 2016
oleh Tjahjo Kumolo sebagai Menteri Dalam Negeri pada saat itu mengalami
beberapa perubahan perihal mekanisme pemberiannya, dari subjek penerima,
penganggaran, sampai pelaksanaan pemberian hibah tersebut, berikut merupakan
pasal-pasal yang memuat tentang mekanisme dalam pelaksanaan hibah oleh
pemerintah daerah, yaitu:
Pasal 5
Hibah dapat diberikan kepada:
a.
b.
c.
d.
Pemerintah Pusat;
Pemerintah Daerah lain;
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau
Badan, Lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia.
Pasal 6
1. Hibah kepada pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian yang wilayah kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan.
2. Hibah kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf b diberikan kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah
sebagaimana diamanatkan peraturan perundangundangan.
3. Hibah kepada Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf c diberikan dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Hibah kepada Badan Usaha Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf c diberikan dalam rangka untuk meneruskan hibah yang diterima
pemerintah daerah dari pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
5. Hibah kepada badan dan lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
d diberikan kepada Badan dan Lembaga:
a. yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang dibentuk berdasarkan
peraturan perundangundangan;
b. yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang telah memiliki Surat
Keterangan Terdaftar yang diterbitkan oleh Menteri Dalam Negeri,
Gubernur atau Bupati/Walikota; atau
c. yang bersifat nirlaba, sukarela bersifat sosial kemasvarakatan berupa
kelompok masyarakat/ kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat, dan
keberadaannya diakui oleh pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah
melalui pengesahan atau penetapan dari pimpinan instansi vertikal atau
kepala satuan kerja perangkat daerah terkait sesuai dengan
kewenangannya.
6. Hibah kepada organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d diberikan kepada organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum yayasan atau organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum perkumpulan yang telah mendapatkan
pengesahan badan hukum dari kementerian yang membidangi urusan hukum
dan hak asasi manusia sesuai peraturan perundang-undangan.
Persyaratan pemberian hibah oleh pemerintah daerah kepada badan dan
lembaga yang diatur dalam peraturan menteri ini, antara lain:
Pasal 7
1. Hibah kepada badan dan lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(5) diberikan dengan persyaratan paling sedikit:
a. memiliki kepengurusan yang jelas didaerah yang bersangkutan;
b. memiliki surat keterangan domisili dari lurah/kepala desa setempat atau
sebutan lainnya; dan
c. berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah daerah yang
bersangkutan.
2. Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (6) diberikan dengan persyaratan paling sedikit:
a. telah terdaftar pada kementerian yang membidangi urusan hukum dan hak
asasi manusia paling singkat 3 tahun, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan;
b. berkeduduka n dalam wilayah administrasi pemerintah daerah yang
bersangkutan; dan
c. memiliki sekretariat tetap didaerah yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Proses pengusulan hibah oleh calon penerima hibah oleh pemerintah
daerah, sampai penunjukan SKPD terkait diatur pada:
Pasal 8
1. Pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah, badan dan lembaga, serta organisasi
kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat menyampaikan
usulan hibah secara tertulis kepada kepala daerah.
2. Kepala daerah menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan
hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada kepala daerah melalui TAPD.
4. TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.
Klasifikasi penempatan rekening belanja hibah, dan objek belanja hibah
diatur dalam pasal 11, yaitu :
1. Hibah berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah,
obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada PPKD.
2. Obyek belanja hibah dan rincian obyek belanja hibah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah lain;
c. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; dan/ atau
d. dan, Lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia.
3. Hibah berupa barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam
program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang dan jasa,
obyek belanja hibah barang atau jasa dan rincian obyek belanja hibah barang
atau jasa yang diserahkan kepada pihak ketiga/ masyarakat pada SKPD.
Kepala daerah, dalam hal ini Gubernur, menentukan daftar penerima hibah setelah
direkomendasi oleh SKPD terkait, berikut diatur mengenai penetapan daftar
Universitas Sumatera Utara
penerima hibah oleh pemerintah daerah, sampai pencairan dana hibah tersebut.
Hal itu diatur dalam pasal 14, yaitu:
1. Kepala daerah menetapkan daftar penerima hibah beserta besaran uang atau
jenis barang atau jasa yang akan dihibahkan dengan keputusan kepala daerah
berdasarkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.
2. Daftar penerima hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar
penyaluran/penyerahan hibah.
3. Penyaluran/ penyerahan hibah dari pemerintah daerah kepada penerima hibah
dilakukan setelah penandatanganan NPHD.
4. Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daerah
Dalam pelaksanaan, di Peraturah Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 ini, hibah
daerah dibagi kedalam dua jenis 119, hibah yang diberikan pada Pemerintah Daerah
oleh Pemerintah Pusat baik dari APBN, maupun hibah yang berasal dari luar
negeri, dan hibah yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Pemerintah
Pusat, dan calon penerima hibah yang telah diatur dalam Peraraturan Pemerintah
ini. Sebagai acuan dari pembahasan mengenai pemberian hibah oleh pemerintah
daerah selain dari pada Peraturan Menteri, pelaksanaan hibah daerah diatur dalam
Pasal 7, di mana hibah dari Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai dengan asas
pengelolaan keuangan daerah.
Dalam pasal 8 disebutkan hibah dari Pemerintah Daerah sebagaimana dapat
diberikan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, badan usaha milik negara
119
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012) Pasal 2 Hibah Daerah meliputi: a. Hibah kepada
Pemerintah Daerah; b. Hibah dari Pemerintah Daerah.
Universitas Sumatera Utara
atau badan usaha milik daerah; dan/atau badan, lembaga, dan organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia.
1.
2.
Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan ketentuan:
a.
Hibah dimaksud sebagai penerimaan negara. dan/atau
b.
hanya untuk mendanai kegiatan dan/atau penyediaan barang dan
jasa yang tidak dibiayai dari APBN
Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lain, badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dan huruf c, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya Pasal 9 menegaskan bahwa :
1.
Hibah dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya
dilaksanakan melalui mekanisme APBN dan APBD.Hibah Daerah
dilakukan melalui perjanjian
Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah lain,
badan usaha milik daerah, badan usaha milik negara, masyarakat, dan/atau
organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia dikelola sesuai
dengan mekanisme APBD. Hibah dari Pemerintah Daerah dapat dianggarkan
apabila Pemerintah Daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan
wajib guna memenuhi standar pelayanan minimum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. 120
Dalam proses pemberian hibah oleh Pemerintah Daerah, aka nada
perjanjian dari berbagai pihak terkait hibah daerah, sebagaimana diatur dalam
pasal 16 :
120
Pasal 21 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
1.
2.
3.
Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf a ditandatangani antara Kepala Daerah atau Pejabat yang diberi
kuasa dan Menteri atau Pejabat yang diberi kuasa.
Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf b ditandatangani oleh masing-masing Kepala Daerah atau Pejabat
yang diberi kuasa.
Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf c ditandatangani oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang diberi kuasa
dan pimpinan badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah.Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf d ditandatangani oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang
diberi kuasa dan pimpinan badan, lembaga atau organisasi
kemasyarakatan.
Mengenai perjanjian hibah daerah selanjutnya diatur dalam
Pasal 17 yang menguraikan bahwa :
1. Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1),
Pasal 16, dan Perjanjian Penerusan Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat (2) paling sedikit memuat:
a. tujuan;
b. jumlah;
c. sumber;
d. penerima;
e. persyaratan;
f. tatacara penyaluran;
g. tatacara pelaporan dan pemantauan;
h. hak dan kewajiban pemberi dan penerima; dan
i. sanksi.
2. Salinan Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disampaikan oleh:
a. Menteri kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan kementerian
negara/lembaga pemerintah non kementerian terkait, dalam hal hibah
diberikan oleh Pemerintah.
b. Kepala Daerah kepada Menteri, Badan Pemeriksa Keuangan, dan pimpinan
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian terkait, dalam hal
hibah diberikan oleh Pemerintah Daerah.
3. Salinan Perjanjian Penerusan Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib disampaikan oleh Menteri kepada Badan Pemeriksa Keuangan,
kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian terkait dan Pemberi
Pinjaman Luar Negeri atau Pemberi Hibah Luar Negeri.
Universitas Sumatera Utara
4.
5.
Dalam hal Perjanjian Pinjaman Luar Negeri, atau Perjanjian Hibah Luar
Negeri mengalami perubahan, maka Perjanjian Hibah Daerah atau
Perjanjian Penerusan Hibah harus disesuaikan.
Salinan Perjanjian Hibah Daerah dan/atau Perjanjian Penerusan Hibah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diumumkan dalam Berita
Daerah.
Setelah dilakukannya pengeluaran putusan oleh kepala daerah tentang
daftar penerima beserta besarnya jumlah uang, atau banyaknya jenis barang yang
akan dihibahkan, lalu ditandatanganinya NHPD, maka dilakukanlah penyaluran
hibah kepada penerima hibah 121. Penyaluran hibah dalam bentuk barang dan/atau
jasa dilaksanakan berdasarkan perjanjian dan kelayakan barang dan/atau jasa.
Penyaluran barang dan/atau jasa yang bersumber dari hibah luar negeri kepada
Pemerintah Daerah dapat dilaksanakan oleh Pemberi Hibah Luar Negeri setelah
penandatanganan Perjanjian Penerusan Hibah. Penyaluran barang dan/atau jasa
yang bersumber dari hibah luarnegeri kepada badan usaha milik daerah dapat
dilaksanakan oleh Pemberi Hibah Luar Negeri melalui Pemerintah Daerah
setelah penandatanganan Perjanjian Penerusan Hibah. 122
Mengenai penyaluran dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat diatur
secara khusus pada pasal 27 yang menyebutkan bahwa :
1. Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah berupa uang disalurkan
melalui Menteri atau kuasanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
121
122
Yusnan Lapananda, Op. Cit. Hal38
Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daeraha
Universitas Sumatera Utara
2. Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah berupa barang atau jasa
diterima oleh Menteri atau kuasanya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Setelah dilakukan penyaluran, maka peberima hibah akan memberikan
laporan yang akan dipertanggungjawabkan kepada kepala daerah atas hibah yang
diterimanya. Demikian pula dengan dengan pemerintah sebagai pemberi hibah
akan mempertanggungjawabkan serta melaporkan pemberian hibah ke dalam
laporan keuangan daerah 123. Perihal pelaporan, pemantauan dan evaluasi tertera
pada pasal 29, yaitu :
1. Gubernur, bupati, atau walikota menyampaikan laporan triwulan pelaksanaan
kegiatan yang dibiayai dari hibah kepada Menteri dan menteri/pimpinan
lembaga terkait.
2. Menteri dan menteri/pimpinan lembaga terkait berdasarkan laporan triwulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pemantauan dan evaluasi.
123
Ibid. Hal 43
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PELAKSANAAN HIBAH DAERAH DI SUMATERA UTARA
Dalam pelaksanaannya, pemberian hibah oleh Pemerintah Daerah, baik
Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten atau Kota yang bersumber
dari APBD harus berdasarkan pada peraturan kepala daerah 124 atau Perkada
tentang cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah, 125 sebagaimana diamanatkan
dalam pasal 42 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah dapat menganggarkan hibah dan
bantuan social apabila telah mentapkan peraturan kepala daerah.
Pembentukan Perkada tersebut merupakan sesuatu yang harus dilakukan, di
mana dalam penetapannya disepakati antara Pemerintah Daerah dengan DPRD.
Pengaturan tentang Peraturan Kepala Daerah ini mengalami perubahan, didalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011ditegaskan bahwa Tata
cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban dan
pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah dan bantuan sosial diatur lebih
lanjut dengan peraturan kepala daerah. Pemerintah daerah yang telah menetapkan
peraturan kepala daerah yang mengatur pengelolaan pemberian hibah dan bantuan
sosial sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini harus menyesuaikan dengan
124
125
Peraturan kepala daerah selanjutnya disebut Perkada
Yusnan Lapananda, Op.Cit. Hlm. 9
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Menteri ini paling lambat 31 Desember 2011, selanjutnya Pemerintah
daerah dapat menganggarkan hibah dan bantuan sosial setelah menetapkan
peraturan kepala daerah. 126
Pengaturan tersebut berbeda dengan apa yang ditegaskan pada Pasal 42
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 sebagai perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 menyebutkan bahwa:
1.
2.
3.
4.
5.
Tata
cara
penganggaran,
pelaksanaan
dan
penatausahaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah dan
bantuan sosial diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah.
Dihapus
Pemerintah daerah dapat menganggarkan hibah dan bantuan sosial apabila
telah menetapkan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini, paling lambat sebelum
ditetapkan persetujuan bersama antara Pemerintah Daerah dengan DPRD
terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
Dalam hal pengelolaan hibah dan/atau bantuan sosial tertentu diatur lain
dengan peraturan perundang-undangan, maka pengaturan pengelolaan
dimaksud dikecualikan dari Peraturan Menteri ini.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
memiliki Perkada perihal peraturan pemberian hibah oleh Pemerintah Daerah,
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2013
Tentang Pedoman Keuangan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah Sumatera
Utara. Peraturan Gubernur ini ditetapkan pada tanggal 15 April 2013 oleh
Gubernur pada saat itu, Gatot Pujo Nugroho, dan diundangkan 4 hari kemudia, 19
April 2013, oleh Sekretaris Daerah Provinsi pada saat itu, Nurdin Lubis.
126
Pasal 42 Peraturan Kementrian Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
Pada Peraturan Gubernur ini, Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
127
dibahas terlebih dahulu setelah ketentuan umum sebagai lembaga yang mengurus
perihal keuangan daerah. Dalam ketentuan umum Peraturan Gubernur, pada pasal
(1) angka 10, disebutkan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang
selanjutnya disebut SKPKD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah
yang melaksanakan pengelolaan APBD. Selanjutnya Pasal 2 menyebutkan bahwa
Pengelolaan Keuangan SKPKD meliputi:
1.
2.
3.
Pendapatan SKPKD.
Belanja Tidak Langsung yang terdiri dari :
a. Belanja Bunga;
b. Belanja Subsidi;
c. Belanja Hibah;
d. Belanja Bantuan Sosial;
e. Belanja Bagi Hasil;
f. Belanja Bantuan Keuangan; dan
g. Belanja Tidak Terduga.
Pembiayaan yang meliputi Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran
Pembiayaan daerah.
Pendapatan yang dikelola oleh SKPKD meliputi pendapatan yang berasal
dari Dana Perimbangan, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan,
Pendapatan Hibah, dan lain-lain Pendapatan yang ditransfer langsung ke rekening
Kas Umum Daerah yang dianggarkan dalam RKA PPKD yang kemudian dirinci
menjadi dirinci menjadi rincian DPA PPKD yang dikelola oleh KPPKD sesuai
dengan kewenangan yang dilimpahkan. DPA PPKD selanjutnya menyusun
laporan realisasi pendapatan sesuai dengan kewenangannya. Berdasarkan laporan
realisasi tersebut PPKD menyusun laporan realisasi pendapatan pada Tahun
127
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selanjutnya disebut SKPKD
Universitas Sumatera Utara
Anggaran berkenaan. Format RKA PPKD, rincian RKA PPKD, DPA PPKD dan
rincian DPA PPKD sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf A,B,C dan D
yang merupakan bagian tidak terpisahkan daiam Peraturan Gubernur ini. 128
Selanjutnya pasal 6 juga menjelaskan perihal belanja hibah yang dilakukan
Pemerintah Daerah yang meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b angka 3 dapat
berupa uang, barang dan/atau jasa.
Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dan ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat
untuk masyarakat.
Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi kriteria
paling sedikit:
a. secara spesifik telah ditetapkan;
b. tidak wajib,tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun
anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang - undangan;
c. dan memenuhi persyaratan penenma hibah.
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b termasuk
organisasi kemasyarakatan yang pembentukannya difasilitasi Pemerintah
Provinsi dan kegia tan / kepanitiaan tingkat Provinsi.
Organisasi kemasyarakatan dan kegiatan/kepanitiaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) ditentukan dengan Keputusan Gubernur.
Selanjutnya Pasal 7 mengatur lebih lanjut mengenai bagaimana
mekanisme pemberian hibah, yakni :
1.
Hibah sebagaimana dimaksud pada Pasal {6) dapat diberikan
kepada:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah lainnya;
c. perusahaan daerah;
d. masyarakat; dan/atau
e. organisasi kemasyarakatan.
128
Pasal 3 Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2013 tentang Pedoman Keuangan
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Hibah kepada pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga Pemerintah non
kementerian yang wilayah kerjanya berada dalam Provinsi Sumatera Utara.
Hibah kepada pemerintah daerah lainrqra sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b diberikan kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah
sebagaimana diamanatkan ketentuan peraturan perundang - undangan.
Hibah kepada perusahaan daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf c diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka
penerusan hibah yang diterima pemerintah daerah dari Pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1} huruf d
diberikan kepada kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam
bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat
istiadat, dan keolahragaan nonprofesional.
Hibah kepada kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) adalah sebagai berikut:
a. bidang perekonomian, meliputi Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
dan kelompok petani dan nelayan, kelompok pedagang kaki lima,
kelompok pengrajin, kelompok perbengkelan, industri rumah tangga;
b. bidang pendidikan, meliputi sekolah dan perguruan tinggi swasta
pendidikan formal, yayasan dan balai yang mengelola pelatihan
keterampilan;
c. bidang kesehatan, meliputi posyandu dan kelompok masyarakat yang
melayani bidang kesehatan;
d. bidang keagamaan, meliputi Majelis Ulama Indonesia, Pembangunan
Rumah Ibadah, Panitia kegiatan MTQ/STQ Tingkat Provinsi, Panitia
Safari Ramadhan, Panitia Perayaan Pesparawi Tingkat Provinsi, Panitia
Perayaan Natal;
e. bidang kesenian meliputi kelompok masyarakat yang bergerak di bidang
seni tari dan musik tradisional Sumatera Utara;
f. bidang adat istiadat meliputi kelompok yang mengelola pelestarian dan
pengembangan adat istiadat,
g. bidang Keolahragaan Non Profesional meliputi Panitia Lomba Olahraga
Tradisional Tingkat Provinsi.
Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf e diberikan kepada organisasi kemasyarakatan yang dibentuk
berdasarkan keten tuan peraturan perundang- undangan.
Pasal 7 angka (1) Peraturan Gubernur ini masih memasukkan masyarakat
sebagai bagian dari subjek penerima hibah, hal ini sudah bertentangan dengan
amanat Undang-Undang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah, dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur perihal pemberian hibah yang
Universitas Sumatera Utara
terbaru, yang sudah tidak memasukkan masyarakat dalam subjek penerima hibah.
Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2013 memisahkan masyarakat dalam
penjabaran perihal siapa yang berhak disebut sebagai masyarakat secara tersendiri
sebagaimana diatur pada pasal 8 yang menyebutkan bahwa :
1.
2.
Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5)
diberikan dengan persyaratan:
a. memiliki kepengurusan yang jelas;
b. berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara;
c. kepengurusan minimal 2 tahun kecuali kelompok masyarakat berbentuk
kepanitiaan.
Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (7) diberikan dengan persyaratan:
a. telah terdaftar pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
sekurangkurangnya 3 tahun, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara;
c. memiliki Sekretariat tetap;
Dalam proses pelaksanaan pemberian hibah, tentu saja diawali dengan
penganggaran, mengenai mekanisme penganggaran diatur didalam Peraturan
Gubernur yang dimulai dari permohonan dari calon penerima yang diberikan
kepada SKPD terkait, hingga kepada kepala daerah. Pasal 9 Peraturan Gubernur
menegaskan bahwa :
1.
2.
Pernerintah, Pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan menyampaikan usulan/proposal hibah secara
tertulis kepada Gubernur.
Usulan/proposal hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang kurangnya memuat :
a. pengusul hibah;
b. besaran/rincian penggunaan hibah;
c. waktu dan pelaksanaan hibah;
d. usulan/proposal hibah memenuhi ketentuan :
Universitas Sumatera Utara
1)
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Usulan/proposal hibah dari Pemerintah harus ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja dari KementerianlLembaga Pemerintah Non
Kementerian.
2) Usulan/proposal hibah dari Pemerintah KabupatenlKota harus
ditandatangani oleh Bupati/Walikota.
3) Usulan/proposal hibah dari Perusahaan Daerah harus
ditandatangani oleh Direktur Utama.
4) Usulan/proposal hibah dari masyarakat termasuk Lembaga Badan
Hukum dan Yayasan harus diketahui oleh Kepala Desa/Lurah
setempat.
5) Usulan/proposal hibah dari Universitas/Sekolah Tinggi, Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) harus diketahui
oleh Rektor/Ketua LPPM yang bersangkutan.
6) Usulan/proposal hibah dari Panitia Pembangunan Panitia
Penyelenggara
kegiatan
Kelompok
masyarakat
harus
mencantumkan susunan panitia diketahui oleh Kepala Desa/lurah,
kecuali untuk kegiatan seminar/lokakarya yang diselenggarakan
oleh Perguruan tinggi diketahui oleh pejabat yang berwenang dari
Perguruan Tinggi tersebut.
e. fotokopi akte pendirian Yayasan/Lembaga/Wakaf, sedangkan untuk
kepanitiaan harus melampirkan keputusan pembentukan kepanitiaan
yang disahkan oleh Kepala Desa/Lurah.
f. fotokopi
KTP
Ketua,
Sekretaris
dan
Bendahara
Lembaga/Yayasan/Panitia yang dilegalisir oleh instansi yang berwenang.
Gubernur menunjuk SKPD/unit kerja terkait untuk melakukan evaluasi
usulan/proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
SKPD/unit kerja terkait dalam melakukan evaluasi atas usulanfproposal
dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat
(2) dan ayat {3} dan pasal I serta pertimbangan objektif lainnya.
SKPD lwnit kerja terkait sebagaimana dimaksud pada ayat {4)
menyarnpaikan hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada Gubernur melalui
TAPD.
TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.
Rekomendasi SKPDlunit kerja terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)
dan pertimbangan TAPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) menjadi
dasar persetujuan Gubernur.
Persetujuan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (71 menjadi dasar
pencantuman alokasi anggaran belanja hibah dalam rancangan KUA dan
PPAS.
Pencantuman alokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) meliputi
anggaran belanja hibah berupa uang, barang dan/atau jasa.
Contoh format usulan/proposal hibah dan hasil evaluasi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran E,huruf F, G dan H yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
Universitas Sumatera Utara
Hibah berupa uang dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung,
jenis belanja hibah,obyek belanja hibah, dan rincian objek beianja hibah pada
PPKD yang meliputi Pemerintah, Pemerintah daerah lainnya, Perusahaan Daerah,
Masyarakat danOrganisasi Kemasyarakatan. Sedangkan Hibah berupa barang/jasa
dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam
program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang dan jasa,
obyek belanja hibah barang dan jasa, dan rincian obyek belanja hibah barang/jasa
yang diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada SKPD. Selanjutnya
gubernur mencantumkan daftar nama penerima, alamat penerima dan besaran
hibah dalam lampiran III Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD yang
tercantum dalam Lampiran huruf I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Gubernur tersebut.129
SKPD yang menjadi sumber data penelitian adalah SKPD Kesatuan Bangsa,
Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara130. Badan Kesatuan
Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
yang bersifat sepesifik dibidang Administrasi Umum, Pembinaan Ideologi dan
Kewaspadaan Bangsa, Kewaspadan Nasional, Pembinaan Politik dalam Negeri
dan Perlindungan Masyarakat serta Tugas Pembantuan. Untuk melaksanakan
129
Pasal 11 Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 14 Tahun 2013
Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara
selanjutnya disebut Kesbangpollinmas Provinsi Sumatera Utara
130
Universitas Sumatera Utara
tugas tersebut, Badan Kesatuan Bangsa, Politk dan Perlindungan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi : 131
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
131
Perumusan Kebijakan Teknis Pembinaan Ideologi dan Kewaspadaan
Bangsa, Kewaspadaan Nasional, Politik Dalam Negeri dan Perlindungan
Masyarakat;
Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang
Pembinaan Ideologi dan Kewaspadaan Bangsa, Kewaspadaan Nasional,
Politik Dalam Negeri dan Perlindungan Masyarakat;
Pembinaan dan Pelaksanaan Tugas dibidang Pembinaan Ideologi dan
Kewaspadaan Bangsa, Kewaspadaan Nasional, Politik Dalam Negeri dan
Perlindungan Masyarakat;
Pelaksanaan tugas pembantuan dibidang Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat;
Pelaksanaan pelayanan administrasi Internal dan Eksternal;
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas
dan fungsinya;
Disamping tugas dan fungsi secara Struktural tersebut diatas posisi Kepala
Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Sumatera Utara juga bertugas
secara fungsional sesuai tugas dan tanggung jawab karena jabatannya yakni
sebagai :
a. Kepala Sekretariat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Sumatera
Utara.
b. Seketaris Komunitas Intelijen Daerah Provinsi Sumatera Utara.
c. Sekretaris Dewan Penasehat FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama)
Provinsi Sumatera Utara.
d. Sekrtaris Dewan Penasehat FKDM (Forum Kewaspadaan Dini
Masyarakat) Provinsi Sumatera Utara.
e. Sekretaris Dewan Pembinaan Forum Pembauran Kebangsaan.
f. Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi
Sumatera Utara.
g. Koordinator Pengawasan dan Pemantauan Kegiatan Orang Asing,
Lembaga
Asing,
dan
NGO
Provinsi
Sumatera
Utara.
Tim Verivikasi Pergantian Antar Waktu Anggota DPRD Kab/Kota.
h. Tim Pencegahan Narkotika Provinsi Sumatera Utara.
i. Tim Verifikasi Bantuan Hibah dan Ormas Provinsi Sumatera utara.
j. Seketariat Tim Terpadu Penanganan Gangguan Keamanan Provinsi
Sumatera Utara yang diketuai Gubernur Sumatera Utara.
k. Seketariat Tim Pemantau Perkembangan Politik Provinsi Sumatera
Utara.
http://bakesbangpollinmas.sumutprov.go.id/profile/ diakses pada tanggal 2 Agustus 2016
Universitas Sumatera Utara
Penelitian merujuk kepada APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.
APBD Provinsi Sumatera Utara132 sendiri memiliki pendapatan sebesar Rp.
8.645.503.818.055,00 (Delapan Triliun Enam Ratus Empat Puluh Lima Milyar
Lima Ratus Tiga Juta Delapan Ratus Delapan Belas Ribu Lima Puluh Lima
Rupiah)
sedangkan
belanja
Provinsi
Sumatera
Utara
Sebesar
Rp.
8.696.929.884.247, 00 (Delapan Triliun Enam Ratus Sembilan Puluh Enam
Milyar Sembilan Ratus Dua Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Delapan Puluh
Empat Ribu Dua Ratus Empat Puluh Tujuh Rupiah) berikutnya belanja tidak
langsung Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar Rp.5.755.568.533.254,00 (Lima
Triliun Tujuh Ratus Lima Puluh Lima Milyar Lima Ratus Enam Puluh Delapan
Juta Lima Ratus Tiga Puluh Tiga Ribu Dua Ratus Lima Puluh Empat Rupiah) dan
yang menjadi bahasan dari tulisan ini adalah belanja hibah, di mana belanja hibah
oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 adalah sebesar Rp.
1.651.261.631.830,00 ( Satu Triliun Enam Ratus Lima Puluh Satu Milyar Dua
Ratus Enam Puluh Satu Juta Enam Ratus Tiga Puluh Satu Ribu Delapan Ratus
Tiga Puluh Rupiah )
Setelah penganggaran dilakukan selanjutkan akan dilaksanaan pemberian
hibah, beserta proses administrasi juga dengan pemeriksaan terhadap syarat-syarat
dalam pemberian hibah oleh SKPD dalam pemberian hibah ini.
Pasal 13
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 14 Tahun 2013 menegaskan bahwa :
132
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2014 (Noreg Peraturan
Daetrah Provinsi Sumatiira Utara:10/2014)
Universitas Sumatera Utara
1.
2.
3.
Setiap pemberian hibah dituangkan dalam NPHD yang ditandatangani
bersama oleh Gubernur dan penerima hibah.
Dalam penandatanganan NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Gubernur menunjuk Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani
NPHD:
a. Wakil Gubernur untuk nilai hibah berupa uang diatas Rp.150.000.000,00.
(seratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.200.000.000,00 (dua
ratus juta
MEKANISME PELAKSANAAN HIBAH DAERAH DI INDONESIA
1.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Secara etimologi, kata mekanisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu
mechane yang berarti instrumen, mesin pengangkat beban, perangkat, peralatan
untu membuat sesuatu dan dari kata mechos yang memiliki arti sarana dan cara
menjalankan sesuatu. Mekanisme dapat diartikan dalam banyak pengertian yang
dapat dijelaskan menjadi 4 pengertian. Yang pertama, mekanisme adalah
pandangan bahwa interaksi bagian-bagian dengan bagian-bagian lainnya dalam
suatu keseluruhan atau sistem secara tanpa disengaja menghasilkan kegiatan atau
fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan. Kedua, mekanisme adalah teori bahwa
semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan
untuk menjelaskan mesin-mesin tanpa bantuan inteligensi sebagai suatu sebab
atau prinsip kerja. Ketiga, mekanisme adalah teori bahwa semua gejala alam
bersifat fisik dan dapat dijelaskan dalam kaitan dengan perubahan material atau
materi yang bergerak, dan yang terakhir, mekanisme adalah upaya memberikan
penjelasan mekanis yakni dengan gerak setempat dari bagian yang secara
Universitas Sumatera Utara
intrinsik tidak dapat berubah bagi struktur internal benda alam dan bagi seluruh
alam. 102
Dalam Kamus Besar Bahasia Indonesia, dijelaskan, mekanisme dibagi
dalam 3 arti, yaitu teknik penggunaan mesin; alat-alat dari mesin; hal kerja
mesin; lalu kedua adalah cara kerja suatu organisasi, bisa sebagai perkumpulan
dan sebagainya, dan yang terakhir hal saling bekerja seperti mesin, yang di mana
jika satu bergerak, yang lain turut bergerak.103 Begitu juga dengan pelaksanaan
hibah oleh pemerintah daerah, tentu saja ada mekanisme dalam pelaksanaannya,
mulai dari perencanaan, pemberian, sampai kepada pertanggungjawaban oleh
penerima hibah daerah.
Secara etimologis, perencanaan berasal dari kata rencana yang berarti
rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian itu dapat
dibagi dalam beberapa komponen penting, yakni tujuan, yaitu apa yang hendak
dicapai , lalu kegiatan, mengenai tindakan-tindakan yang merealisasikan tujuan,
dan yang terkahir adalah waktu, yaitu kapan kegiatan tersebut akan dilakukan.
Sedangkan secara empiris perencanaan dapat diartikan sebagai salah satu fungsi
manajemen yang digunakan oleh orang, unit, atau lembaga untuk mengkaji dan
memecahkan suatu persoalan. Bisa juga perencanaan itu diartikan sebagai suatu
cara untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan segala sumber daya yang
tersedia secara efisien dan efektif. Dengan demikian, suatu perencanaan bisa
102
https://id.wikipedia.org/wiki/Mekanism. Halaman ini terakhir diubah pada 27 Juni 2014, pukul
12.35. Diakses tanggal 22 Oktober pukul 22.15
103
http://kbbi.web.id/mekanism. KBBI Online ini dikembangkan oleh Ebta Setiawan © 2012-2016
versi 1.9 Database utama merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kemdikbud (Pusat Bahasa)
Universitas Sumatera Utara
difahami sebagai respon atau reaksi terhadap masa depan. 104 Dengan begitu,
perencanaan merupakan suatu proses penyusunan rencana tindakan yang
didasarkan pada fakta-fakta dan asumsi-asumsi dengan memanfaatkan segala
sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara
efisien dan efektif. Bila dikaitkan dengan manajemen, perencaan itu merupakan
suatu tindakan yang berada diawal suatu proses pengambilan keputusan dengan
melakukan pengkajian yang mendalam terhadap konsep ataupun fakta secara
komprehensif dan dapat dirumuskan dalam bentuk kebijakan atau program yang
kemudian dilaksanakan sesuai tujuan yang yang ditetapkan pada waktu yang
akan datang. 105
Dalam Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 Pasal 4
dirincikan proses pelaksanaan hibah daerah dimulai dari bagaimana pemerintahan
daerah dapat memberikan hibah, dan tujuan pemberian hibah, yaitu sebagai
berikut:
1. Pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai kemampuan keuangan
daerah.
2. Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib.
3. Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat
untuk masyarakat.
4. Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi kriteria
paling sedikit:
a. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan
c. memenuhi persyaratan penerima hibah.
104
105
Moh. Solekhan,... Op. Cit. Hlm. 57
Ibid. Hal. 58
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan subjek penerima hibah dan klasifikasi yang telah ditentukan
diatur dalam pasal 5, di mana hibah dapat diberikan kepada pemerintah;
pemerintah daerah lainnya; perusahaan daerah; masyarakat; dan/atau organisasi
kemasyarakatan. Selanjutnya dalam pasal 6 dituliskan bahwa:
1. Hibah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian yang wilayah kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan.
2. Hibah kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf b diberikan kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah
sebagaimana diamanatkan peraturan perundang-undangan.
3. Hibah kepada perusahaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
c diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka penerusan hibah
yang diterima pemerintah daerah dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
4. Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d
diberikan kepada kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam
bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat
istiadat, dan keolahragaan non-profesional.
5. Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf e diberikan kepada organisasi kemasyarakatan yang dibentuk
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Hibah kepada masyarakat diberikan dengan persyaratan paling sedikit
memiliki kepengurusan yang jelas; dan berkedudukan dalam wilayah administrasi
pemerintah
daerah
yang
bersangkutan.
Lalu
Hibah
kepada
organisasi
kemasyarakatan sebagaimana diberikan dengan persyaratan telah terdaftar pada
pemerintah daerah setempat sekurang-kurangnya 3 tahun, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan, berkedudukan dalam wilayah administrasi
pemerintah daerah yang bersangkutan memiliki sekretariat tetap. 106
106
Pasal 7 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses pengusulannya, para subjek calon penerima hibah dapat
mengajukan usulan atas permintaan hibah yang diatur dalam pasal 8 yaitu :
1. Pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan dapat menyampaikan usulan hibah secara tertulis
kepada kepala daerah.
2. Kepala daerah menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan
hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada kepala daerah melalui TAPD.
4. TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan , menerangkan bahwa anggaran merupakan
pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan
rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk suatu
periode. 107 Dalam penganggarannya, Hibah berupa uang dianggarkan dalam
kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah, obyek, dan rincian obyek
belanja berkenaan pada PPKD. Sedangkan hibah berupa barang atau jasa
dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam
program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang dan jasa,
obyek belanja hibah barang dan jasa berkenaan kepada pihak ketiga/masyarakat,
dan rincian obyek belanja hibah barang atau jasa kepada pihak ketiga/masyarakat
berkenaan pada SKPD.
108
Rincian obyek belanja tersebut mencantumkan nama
penerima dan besaran hibah.
Pelaksanaan anggaran hibah berupa uang
107
Sumpeno, Wahjudin. 2011. Perencanaan Desa Terpadu. Banda Aceh: Read. Hal.
108
Pasal 11 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
113
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan atas DPA-PPKD sedangkan Pelaksanaan anggaran hibah berupa
barang atau jasa berdasarkan atas DPA-SKPD. 109
Setiap pemberian hibah dituangkan dalam NPHD yang ditandatangani
bersama oleh kepala daerah dan penerima hibah. NPHD paling sedikit memuat
ketentuan mengenai pemberi dan penerima hibah, tujuan pemberian hibah,
besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima, hak dan kewajiban, tata
cara penyaluran/penyerahan hibah, dan
tata cara pelaporan hibah.
Kepala
daerah dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani
NPHD. 110 Selanjutnya Kepala daerah menetapkan daftar penerima hibah beserta
besaran uang atau jenis barang atau jasa yang akan dihibahkan dengan keputusan
kepala daerah berdasarkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD, daftar penerima hibah ini menjadi dasar
penyaluran/penyerahan hibah. Penyaluran/penyerahan hibah dari pemerintah
daerah kepada penerima hibah dilakukan setelah penandatanganan NPHD. 111
Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS).112
Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntunan
masyarakat yang harus dipenuhi. Salah satu pilar tata kelola tersebut adalah
akuntabilitas. Sabeni dan Ghozali menyatakan
109
110
111
112
“Akuntabilitas
atau
Pasal 12 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Pasal 13 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Pasal 14 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Pasal 15 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban (accounttability) merupakan suatu bentuk keharusan
seseorang (pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan
kewajiban yang diembannya sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang
berlaku. 113 Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan tertulis yang informatif
dan transparan. Mardiasmo mengatakan akuntabilitas publik adalah kewajiban
pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan
dan
mengungkapkan
segala aktivitasnya
dan
kegiatan
yang
menjadi
tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (Principal) yang memiliki
hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.114
Akuntabilitas
merupakan
kewajiban
untuk
menyampaikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan
tindakan seseorang atau badan hukum atau pimpinan kolektif suatu organisasi
kepada pihak yang
memiliki hak
atau
berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban. 115 Maka dalam Peraturan Kementerian
Dalam Negeri Pasal 16 diatur mengenai pelaporan serta pertanggungjawaan oleh
penerima hibah, di mana Penerima hibah berupa uang menyampaikan laporan
penggunaan hibah kepada kepala daerah melalui PPKD dengan tembusan SKPD
terkait, lalu Penerima hibah berupa barang atau jasa menyampaikan laporan
penggunaan hibah kepada kepala daerah melalui kepala SKPD terkait. Kemudian
dalam pasal 18 disebutkan pertanggungjawaban pemerintah daerah atas
113
Misbahul Anwar, Bambang Jatmiko. Kontribusi Dan Peran Pengelolaan Keuangan
Desa Untuk Mewujudkan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Yang Transparan
Dan Akuntabel. Yogyakarta. UNY, hal. 7
114
Ibid.
115
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol. 3, No. 7, Hal. 2
Universitas Sumatera Utara
pemberian hibah meliputi usulan dari calon penerima hibah kepada kepala
daerah, keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima hibah,
NPHD, pakta integritas dari penerima hibah yang menyatakan bahwa hibah yang
diterima akan digunakan sesuai dengan NPHD dan bukti transfer uang atas
pemberian hibah berupa uang atau bukti serah terima barang/jasa atas pemberian
hibah
berupa
barang/jasa.
Sedangkan
dalam
pasal
19
disebutkan
pertanggungjawaban oleh penerima hibah, yaitu:
1. Penerima hibah bertanggungjawab secara formal dan material atas
penggunaan hibah yang diterimanya.
2. Pertanggungjawaban penerima hibah meliputi:
a. laporan penggunaan hibah;
b. surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa hibah
yang diterima telah digunakan sesuai NPHD; dan
c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan
perundang-undangan bagi penerima hibah berupa uang atau
salinan bukti serah terima barang/jasa bagi penerima hibah
berupa barang/jasa.
3. Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b disampaikan kepada kepala daerah paling lambat
tanggal 10 bulan Januari tahun anggaran berikutnya, kecuali
ditentukan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
4. Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
disimpan dan dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek
pemeriksaan.
Dijelaskan dalam KBBI, kata pengawasan berasal dari kata awas 116, yang
berarti dapat melihat baik-baik; tajam penglihatan, lalu juga berarti tajam
tiliknya; dapat mengetahui segala yang gaib, baik itu rahasia dan sebagainya.
Kata awas juga dapat berarti memperhatikan dengan baik, dan yang terkahir,
116
http://kbbi.web.id/awas KBBI Online ini dikembangkan oleh Ebta Setiawan © 2012-2016 versi
1.9 Database utama merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kemdikbud (Pusat Bahasa)
Universitas Sumatera Utara
menurut KBBI, kata awas berarti hati-hati. Untuk kata Pengawasan 117, KBBI
menjelaskan imbuhan dalam kata awas ini lebih dalam, antara lain, penilikan dan
penjagaan, kedua, ada administrasi penilikan dan pengarahan kebijakan jalannya
perusahaan yang dibagi dalam 4 bagian. Yang pertama adalah pengawasan yang
melekat, yaitu pengawasan yang langsung dilakukan oleh pejabat terhadap
bawahannya atas setiap tugas yang menjadi tanggung jawab bawahannya itu.
Pada bagian kedua ada pengawasan yang preventif, yaitu administrasi
pengawasan terhadap peraturan daerah dan keputusan kepala daerah mengenai
pokok tertentu yang baru akan berlaku sesudah ada pengarahan pejabat yang
berwenang.
Yang
ketiga ada pengawasan
represif,
yaitu
administrasi
penangguhan atau pembatalan peraturan daerah atau keputusan kepala daerah
oleh pejabat yang berwenang, dan yang terakhir adalah pengawasan umum, yaitu
pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap segala kegiatan
pemerintah daerah. Jika diturunkan kepada hibah daerah, bahwasanya ada
lembaga yang akan me-monitor pelaksanaan pemberian hibah oleh pemerintah
daerah, berikut juga dengan evaluasi atas pelaksanaan pemberian hibah tersebut.
Perihal pengawasan diatur dalam pasal 40, yang menyebutkan bahwa SKPD
terkait melakukan monitoring dan evaluasi atas pemberian hibah dan bantuan
social,hasil monitoring dan evaluasi disampaikan kepada kepala daerah dengan
tembusan kepada SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi pengawasan. Jika
dalam hal hasil monitoring dan evaluasi terdapat penggunaan hibah atau bantuan
sosial yang tidak sesuai dengan usulan yang telah disetujui, penerima hibah atau
117
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
bantuan sosial yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. 118
2. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri yang di tetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri Gamawan Fauzi pada saat itu sebagai perubahan atas Peraturan
sebelumnya mengalami perubahan sedikit pada bagian penganggaran, di mana
objek belanja hibah lebih dirinci dalam beberapa poin. Pasal yang memuat
tentang perubahan tersebut, yaitu:
Pasal 11
1. Hibah berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah,
obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada PPKD.
2. Objek belanja hibah dan rincian objek belanja hibah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah lainnya;
c. Perusahaan daerah;
d. Masyarakat; dan
e. Organisasi kemasyarakatan.
3. Hibah berupa barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang
diformulasikan kedalam program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam
jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah barang atau jasa dan
rincian obyek belanja hibah barang atau jasa yang diserahkan kepada
pihak ketiga/masyarakat pada SKPD.
118
Pasal 41 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
4. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri yang paling baru, yang membahas tentang
pemberia hibah oleh pemerintah daerah ditetapkan pada tanggal 23 Maret 2016
oleh Tjahjo Kumolo sebagai Menteri Dalam Negeri pada saat itu mengalami
beberapa perubahan perihal mekanisme pemberiannya, dari subjek penerima,
penganggaran, sampai pelaksanaan pemberian hibah tersebut, berikut merupakan
pasal-pasal yang memuat tentang mekanisme dalam pelaksanaan hibah oleh
pemerintah daerah, yaitu:
Pasal 5
Hibah dapat diberikan kepada:
a.
b.
c.
d.
Pemerintah Pusat;
Pemerintah Daerah lain;
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau
Badan, Lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia.
Pasal 6
1. Hibah kepada pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian yang wilayah kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan.
2. Hibah kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf b diberikan kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah
sebagaimana diamanatkan peraturan perundangundangan.
3. Hibah kepada Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf c diberikan dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Hibah kepada Badan Usaha Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf c diberikan dalam rangka untuk meneruskan hibah yang diterima
pemerintah daerah dari pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
5. Hibah kepada badan dan lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
d diberikan kepada Badan dan Lembaga:
a. yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang dibentuk berdasarkan
peraturan perundangundangan;
b. yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang telah memiliki Surat
Keterangan Terdaftar yang diterbitkan oleh Menteri Dalam Negeri,
Gubernur atau Bupati/Walikota; atau
c. yang bersifat nirlaba, sukarela bersifat sosial kemasvarakatan berupa
kelompok masyarakat/ kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat, dan
keberadaannya diakui oleh pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah
melalui pengesahan atau penetapan dari pimpinan instansi vertikal atau
kepala satuan kerja perangkat daerah terkait sesuai dengan
kewenangannya.
6. Hibah kepada organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d diberikan kepada organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum yayasan atau organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum perkumpulan yang telah mendapatkan
pengesahan badan hukum dari kementerian yang membidangi urusan hukum
dan hak asasi manusia sesuai peraturan perundang-undangan.
Persyaratan pemberian hibah oleh pemerintah daerah kepada badan dan
lembaga yang diatur dalam peraturan menteri ini, antara lain:
Pasal 7
1. Hibah kepada badan dan lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(5) diberikan dengan persyaratan paling sedikit:
a. memiliki kepengurusan yang jelas didaerah yang bersangkutan;
b. memiliki surat keterangan domisili dari lurah/kepala desa setempat atau
sebutan lainnya; dan
c. berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah daerah yang
bersangkutan.
2. Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (6) diberikan dengan persyaratan paling sedikit:
a. telah terdaftar pada kementerian yang membidangi urusan hukum dan hak
asasi manusia paling singkat 3 tahun, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan;
b. berkeduduka n dalam wilayah administrasi pemerintah daerah yang
bersangkutan; dan
c. memiliki sekretariat tetap didaerah yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Proses pengusulan hibah oleh calon penerima hibah oleh pemerintah
daerah, sampai penunjukan SKPD terkait diatur pada:
Pasal 8
1. Pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah, badan dan lembaga, serta organisasi
kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat menyampaikan
usulan hibah secara tertulis kepada kepala daerah.
2. Kepala daerah menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan
hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada kepala daerah melalui TAPD.
4. TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.
Klasifikasi penempatan rekening belanja hibah, dan objek belanja hibah
diatur dalam pasal 11, yaitu :
1. Hibah berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah,
obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada PPKD.
2. Obyek belanja hibah dan rincian obyek belanja hibah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah lain;
c. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; dan/ atau
d. dan, Lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia.
3. Hibah berupa barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam
program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang dan jasa,
obyek belanja hibah barang atau jasa dan rincian obyek belanja hibah barang
atau jasa yang diserahkan kepada pihak ketiga/ masyarakat pada SKPD.
Kepala daerah, dalam hal ini Gubernur, menentukan daftar penerima hibah setelah
direkomendasi oleh SKPD terkait, berikut diatur mengenai penetapan daftar
Universitas Sumatera Utara
penerima hibah oleh pemerintah daerah, sampai pencairan dana hibah tersebut.
Hal itu diatur dalam pasal 14, yaitu:
1. Kepala daerah menetapkan daftar penerima hibah beserta besaran uang atau
jenis barang atau jasa yang akan dihibahkan dengan keputusan kepala daerah
berdasarkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.
2. Daftar penerima hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar
penyaluran/penyerahan hibah.
3. Penyaluran/ penyerahan hibah dari pemerintah daerah kepada penerima hibah
dilakukan setelah penandatanganan NPHD.
4. Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daerah
Dalam pelaksanaan, di Peraturah Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 ini, hibah
daerah dibagi kedalam dua jenis 119, hibah yang diberikan pada Pemerintah Daerah
oleh Pemerintah Pusat baik dari APBN, maupun hibah yang berasal dari luar
negeri, dan hibah yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Pemerintah
Pusat, dan calon penerima hibah yang telah diatur dalam Peraraturan Pemerintah
ini. Sebagai acuan dari pembahasan mengenai pemberian hibah oleh pemerintah
daerah selain dari pada Peraturan Menteri, pelaksanaan hibah daerah diatur dalam
Pasal 7, di mana hibah dari Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai dengan asas
pengelolaan keuangan daerah.
Dalam pasal 8 disebutkan hibah dari Pemerintah Daerah sebagaimana dapat
diberikan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, badan usaha milik negara
119
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012) Pasal 2 Hibah Daerah meliputi: a. Hibah kepada
Pemerintah Daerah; b. Hibah dari Pemerintah Daerah.
Universitas Sumatera Utara
atau badan usaha milik daerah; dan/atau badan, lembaga, dan organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia.
1.
2.
Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan ketentuan:
a.
Hibah dimaksud sebagai penerimaan negara. dan/atau
b.
hanya untuk mendanai kegiatan dan/atau penyediaan barang dan
jasa yang tidak dibiayai dari APBN
Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lain, badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dan huruf c, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya Pasal 9 menegaskan bahwa :
1.
Hibah dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya
dilaksanakan melalui mekanisme APBN dan APBD.Hibah Daerah
dilakukan melalui perjanjian
Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah lain,
badan usaha milik daerah, badan usaha milik negara, masyarakat, dan/atau
organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia dikelola sesuai
dengan mekanisme APBD. Hibah dari Pemerintah Daerah dapat dianggarkan
apabila Pemerintah Daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan
wajib guna memenuhi standar pelayanan minimum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. 120
Dalam proses pemberian hibah oleh Pemerintah Daerah, aka nada
perjanjian dari berbagai pihak terkait hibah daerah, sebagaimana diatur dalam
pasal 16 :
120
Pasal 21 Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
1.
2.
3.
Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf a ditandatangani antara Kepala Daerah atau Pejabat yang diberi
kuasa dan Menteri atau Pejabat yang diberi kuasa.
Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf b ditandatangani oleh masing-masing Kepala Daerah atau Pejabat
yang diberi kuasa.
Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf c ditandatangani oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang diberi kuasa
dan pimpinan badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah.Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf d ditandatangani oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang
diberi kuasa dan pimpinan badan, lembaga atau organisasi
kemasyarakatan.
Mengenai perjanjian hibah daerah selanjutnya diatur dalam
Pasal 17 yang menguraikan bahwa :
1. Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1),
Pasal 16, dan Perjanjian Penerusan Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat (2) paling sedikit memuat:
a. tujuan;
b. jumlah;
c. sumber;
d. penerima;
e. persyaratan;
f. tatacara penyaluran;
g. tatacara pelaporan dan pemantauan;
h. hak dan kewajiban pemberi dan penerima; dan
i. sanksi.
2. Salinan Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disampaikan oleh:
a. Menteri kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan kementerian
negara/lembaga pemerintah non kementerian terkait, dalam hal hibah
diberikan oleh Pemerintah.
b. Kepala Daerah kepada Menteri, Badan Pemeriksa Keuangan, dan pimpinan
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian terkait, dalam hal
hibah diberikan oleh Pemerintah Daerah.
3. Salinan Perjanjian Penerusan Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib disampaikan oleh Menteri kepada Badan Pemeriksa Keuangan,
kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian terkait dan Pemberi
Pinjaman Luar Negeri atau Pemberi Hibah Luar Negeri.
Universitas Sumatera Utara
4.
5.
Dalam hal Perjanjian Pinjaman Luar Negeri, atau Perjanjian Hibah Luar
Negeri mengalami perubahan, maka Perjanjian Hibah Daerah atau
Perjanjian Penerusan Hibah harus disesuaikan.
Salinan Perjanjian Hibah Daerah dan/atau Perjanjian Penerusan Hibah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diumumkan dalam Berita
Daerah.
Setelah dilakukannya pengeluaran putusan oleh kepala daerah tentang
daftar penerima beserta besarnya jumlah uang, atau banyaknya jenis barang yang
akan dihibahkan, lalu ditandatanganinya NHPD, maka dilakukanlah penyaluran
hibah kepada penerima hibah 121. Penyaluran hibah dalam bentuk barang dan/atau
jasa dilaksanakan berdasarkan perjanjian dan kelayakan barang dan/atau jasa.
Penyaluran barang dan/atau jasa yang bersumber dari hibah luar negeri kepada
Pemerintah Daerah dapat dilaksanakan oleh Pemberi Hibah Luar Negeri setelah
penandatanganan Perjanjian Penerusan Hibah. Penyaluran barang dan/atau jasa
yang bersumber dari hibah luarnegeri kepada badan usaha milik daerah dapat
dilaksanakan oleh Pemberi Hibah Luar Negeri melalui Pemerintah Daerah
setelah penandatanganan Perjanjian Penerusan Hibah. 122
Mengenai penyaluran dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat diatur
secara khusus pada pasal 27 yang menyebutkan bahwa :
1. Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah berupa uang disalurkan
melalui Menteri atau kuasanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
121
122
Yusnan Lapananda, Op. Cit. Hal38
Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daeraha
Universitas Sumatera Utara
2. Hibah dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah berupa barang atau jasa
diterima oleh Menteri atau kuasanya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Setelah dilakukan penyaluran, maka peberima hibah akan memberikan
laporan yang akan dipertanggungjawabkan kepada kepala daerah atas hibah yang
diterimanya. Demikian pula dengan dengan pemerintah sebagai pemberi hibah
akan mempertanggungjawabkan serta melaporkan pemberian hibah ke dalam
laporan keuangan daerah 123. Perihal pelaporan, pemantauan dan evaluasi tertera
pada pasal 29, yaitu :
1. Gubernur, bupati, atau walikota menyampaikan laporan triwulan pelaksanaan
kegiatan yang dibiayai dari hibah kepada Menteri dan menteri/pimpinan
lembaga terkait.
2. Menteri dan menteri/pimpinan lembaga terkait berdasarkan laporan triwulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pemantauan dan evaluasi.
123
Ibid. Hal 43
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PELAKSANAAN HIBAH DAERAH DI SUMATERA UTARA
Dalam pelaksanaannya, pemberian hibah oleh Pemerintah Daerah, baik
Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten atau Kota yang bersumber
dari APBD harus berdasarkan pada peraturan kepala daerah 124 atau Perkada
tentang cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah, 125 sebagaimana diamanatkan
dalam pasal 42 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah dapat menganggarkan hibah dan
bantuan social apabila telah mentapkan peraturan kepala daerah.
Pembentukan Perkada tersebut merupakan sesuatu yang harus dilakukan, di
mana dalam penetapannya disepakati antara Pemerintah Daerah dengan DPRD.
Pengaturan tentang Peraturan Kepala Daerah ini mengalami perubahan, didalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011ditegaskan bahwa Tata
cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban dan
pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah dan bantuan sosial diatur lebih
lanjut dengan peraturan kepala daerah. Pemerintah daerah yang telah menetapkan
peraturan kepala daerah yang mengatur pengelolaan pemberian hibah dan bantuan
sosial sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini harus menyesuaikan dengan
124
125
Peraturan kepala daerah selanjutnya disebut Perkada
Yusnan Lapananda, Op.Cit. Hlm. 9
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Menteri ini paling lambat 31 Desember 2011, selanjutnya Pemerintah
daerah dapat menganggarkan hibah dan bantuan sosial setelah menetapkan
peraturan kepala daerah. 126
Pengaturan tersebut berbeda dengan apa yang ditegaskan pada Pasal 42
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 sebagai perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 menyebutkan bahwa:
1.
2.
3.
4.
5.
Tata
cara
penganggaran,
pelaksanaan
dan
penatausahaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah dan
bantuan sosial diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah.
Dihapus
Pemerintah daerah dapat menganggarkan hibah dan bantuan sosial apabila
telah menetapkan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini, paling lambat sebelum
ditetapkan persetujuan bersama antara Pemerintah Daerah dengan DPRD
terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
Dalam hal pengelolaan hibah dan/atau bantuan sosial tertentu diatur lain
dengan peraturan perundang-undangan, maka pengaturan pengelolaan
dimaksud dikecualikan dari Peraturan Menteri ini.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
memiliki Perkada perihal peraturan pemberian hibah oleh Pemerintah Daerah,
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2013
Tentang Pedoman Keuangan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah Sumatera
Utara. Peraturan Gubernur ini ditetapkan pada tanggal 15 April 2013 oleh
Gubernur pada saat itu, Gatot Pujo Nugroho, dan diundangkan 4 hari kemudia, 19
April 2013, oleh Sekretaris Daerah Provinsi pada saat itu, Nurdin Lubis.
126
Pasal 42 Peraturan Kementrian Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
Pada Peraturan Gubernur ini, Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
127
dibahas terlebih dahulu setelah ketentuan umum sebagai lembaga yang mengurus
perihal keuangan daerah. Dalam ketentuan umum Peraturan Gubernur, pada pasal
(1) angka 10, disebutkan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang
selanjutnya disebut SKPKD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah
yang melaksanakan pengelolaan APBD. Selanjutnya Pasal 2 menyebutkan bahwa
Pengelolaan Keuangan SKPKD meliputi:
1.
2.
3.
Pendapatan SKPKD.
Belanja Tidak Langsung yang terdiri dari :
a. Belanja Bunga;
b. Belanja Subsidi;
c. Belanja Hibah;
d. Belanja Bantuan Sosial;
e. Belanja Bagi Hasil;
f. Belanja Bantuan Keuangan; dan
g. Belanja Tidak Terduga.
Pembiayaan yang meliputi Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran
Pembiayaan daerah.
Pendapatan yang dikelola oleh SKPKD meliputi pendapatan yang berasal
dari Dana Perimbangan, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan,
Pendapatan Hibah, dan lain-lain Pendapatan yang ditransfer langsung ke rekening
Kas Umum Daerah yang dianggarkan dalam RKA PPKD yang kemudian dirinci
menjadi dirinci menjadi rincian DPA PPKD yang dikelola oleh KPPKD sesuai
dengan kewenangan yang dilimpahkan. DPA PPKD selanjutnya menyusun
laporan realisasi pendapatan sesuai dengan kewenangannya. Berdasarkan laporan
realisasi tersebut PPKD menyusun laporan realisasi pendapatan pada Tahun
127
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selanjutnya disebut SKPKD
Universitas Sumatera Utara
Anggaran berkenaan. Format RKA PPKD, rincian RKA PPKD, DPA PPKD dan
rincian DPA PPKD sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf A,B,C dan D
yang merupakan bagian tidak terpisahkan daiam Peraturan Gubernur ini. 128
Selanjutnya pasal 6 juga menjelaskan perihal belanja hibah yang dilakukan
Pemerintah Daerah yang meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b angka 3 dapat
berupa uang, barang dan/atau jasa.
Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dan ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat
untuk masyarakat.
Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi kriteria
paling sedikit:
a. secara spesifik telah ditetapkan;
b. tidak wajib,tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun
anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang - undangan;
c. dan memenuhi persyaratan penenma hibah.
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b termasuk
organisasi kemasyarakatan yang pembentukannya difasilitasi Pemerintah
Provinsi dan kegia tan / kepanitiaan tingkat Provinsi.
Organisasi kemasyarakatan dan kegiatan/kepanitiaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) ditentukan dengan Keputusan Gubernur.
Selanjutnya Pasal 7 mengatur lebih lanjut mengenai bagaimana
mekanisme pemberian hibah, yakni :
1.
Hibah sebagaimana dimaksud pada Pasal {6) dapat diberikan
kepada:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah lainnya;
c. perusahaan daerah;
d. masyarakat; dan/atau
e. organisasi kemasyarakatan.
128
Pasal 3 Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2013 tentang Pedoman Keuangan
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Hibah kepada pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga Pemerintah non
kementerian yang wilayah kerjanya berada dalam Provinsi Sumatera Utara.
Hibah kepada pemerintah daerah lainrqra sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b diberikan kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah
sebagaimana diamanatkan ketentuan peraturan perundang - undangan.
Hibah kepada perusahaan daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf c diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka
penerusan hibah yang diterima pemerintah daerah dari Pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1} huruf d
diberikan kepada kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam
bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat
istiadat, dan keolahragaan nonprofesional.
Hibah kepada kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) adalah sebagai berikut:
a. bidang perekonomian, meliputi Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
dan kelompok petani dan nelayan, kelompok pedagang kaki lima,
kelompok pengrajin, kelompok perbengkelan, industri rumah tangga;
b. bidang pendidikan, meliputi sekolah dan perguruan tinggi swasta
pendidikan formal, yayasan dan balai yang mengelola pelatihan
keterampilan;
c. bidang kesehatan, meliputi posyandu dan kelompok masyarakat yang
melayani bidang kesehatan;
d. bidang keagamaan, meliputi Majelis Ulama Indonesia, Pembangunan
Rumah Ibadah, Panitia kegiatan MTQ/STQ Tingkat Provinsi, Panitia
Safari Ramadhan, Panitia Perayaan Pesparawi Tingkat Provinsi, Panitia
Perayaan Natal;
e. bidang kesenian meliputi kelompok masyarakat yang bergerak di bidang
seni tari dan musik tradisional Sumatera Utara;
f. bidang adat istiadat meliputi kelompok yang mengelola pelestarian dan
pengembangan adat istiadat,
g. bidang Keolahragaan Non Profesional meliputi Panitia Lomba Olahraga
Tradisional Tingkat Provinsi.
Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf e diberikan kepada organisasi kemasyarakatan yang dibentuk
berdasarkan keten tuan peraturan perundang- undangan.
Pasal 7 angka (1) Peraturan Gubernur ini masih memasukkan masyarakat
sebagai bagian dari subjek penerima hibah, hal ini sudah bertentangan dengan
amanat Undang-Undang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah, dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur perihal pemberian hibah yang
Universitas Sumatera Utara
terbaru, yang sudah tidak memasukkan masyarakat dalam subjek penerima hibah.
Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2013 memisahkan masyarakat dalam
penjabaran perihal siapa yang berhak disebut sebagai masyarakat secara tersendiri
sebagaimana diatur pada pasal 8 yang menyebutkan bahwa :
1.
2.
Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5)
diberikan dengan persyaratan:
a. memiliki kepengurusan yang jelas;
b. berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara;
c. kepengurusan minimal 2 tahun kecuali kelompok masyarakat berbentuk
kepanitiaan.
Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (7) diberikan dengan persyaratan:
a. telah terdaftar pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
sekurangkurangnya 3 tahun, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara;
c. memiliki Sekretariat tetap;
Dalam proses pelaksanaan pemberian hibah, tentu saja diawali dengan
penganggaran, mengenai mekanisme penganggaran diatur didalam Peraturan
Gubernur yang dimulai dari permohonan dari calon penerima yang diberikan
kepada SKPD terkait, hingga kepada kepala daerah. Pasal 9 Peraturan Gubernur
menegaskan bahwa :
1.
2.
Pernerintah, Pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan menyampaikan usulan/proposal hibah secara
tertulis kepada Gubernur.
Usulan/proposal hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang kurangnya memuat :
a. pengusul hibah;
b. besaran/rincian penggunaan hibah;
c. waktu dan pelaksanaan hibah;
d. usulan/proposal hibah memenuhi ketentuan :
Universitas Sumatera Utara
1)
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Usulan/proposal hibah dari Pemerintah harus ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja dari KementerianlLembaga Pemerintah Non
Kementerian.
2) Usulan/proposal hibah dari Pemerintah KabupatenlKota harus
ditandatangani oleh Bupati/Walikota.
3) Usulan/proposal hibah dari Perusahaan Daerah harus
ditandatangani oleh Direktur Utama.
4) Usulan/proposal hibah dari masyarakat termasuk Lembaga Badan
Hukum dan Yayasan harus diketahui oleh Kepala Desa/Lurah
setempat.
5) Usulan/proposal hibah dari Universitas/Sekolah Tinggi, Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) harus diketahui
oleh Rektor/Ketua LPPM yang bersangkutan.
6) Usulan/proposal hibah dari Panitia Pembangunan Panitia
Penyelenggara
kegiatan
Kelompok
masyarakat
harus
mencantumkan susunan panitia diketahui oleh Kepala Desa/lurah,
kecuali untuk kegiatan seminar/lokakarya yang diselenggarakan
oleh Perguruan tinggi diketahui oleh pejabat yang berwenang dari
Perguruan Tinggi tersebut.
e. fotokopi akte pendirian Yayasan/Lembaga/Wakaf, sedangkan untuk
kepanitiaan harus melampirkan keputusan pembentukan kepanitiaan
yang disahkan oleh Kepala Desa/Lurah.
f. fotokopi
KTP
Ketua,
Sekretaris
dan
Bendahara
Lembaga/Yayasan/Panitia yang dilegalisir oleh instansi yang berwenang.
Gubernur menunjuk SKPD/unit kerja terkait untuk melakukan evaluasi
usulan/proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
SKPD/unit kerja terkait dalam melakukan evaluasi atas usulanfproposal
dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat
(2) dan ayat {3} dan pasal I serta pertimbangan objektif lainnya.
SKPD lwnit kerja terkait sebagaimana dimaksud pada ayat {4)
menyarnpaikan hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada Gubernur melalui
TAPD.
TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.
Rekomendasi SKPDlunit kerja terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)
dan pertimbangan TAPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) menjadi
dasar persetujuan Gubernur.
Persetujuan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (71 menjadi dasar
pencantuman alokasi anggaran belanja hibah dalam rancangan KUA dan
PPAS.
Pencantuman alokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) meliputi
anggaran belanja hibah berupa uang, barang dan/atau jasa.
Contoh format usulan/proposal hibah dan hasil evaluasi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran E,huruf F, G dan H yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
Universitas Sumatera Utara
Hibah berupa uang dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung,
jenis belanja hibah,obyek belanja hibah, dan rincian objek beianja hibah pada
PPKD yang meliputi Pemerintah, Pemerintah daerah lainnya, Perusahaan Daerah,
Masyarakat danOrganisasi Kemasyarakatan. Sedangkan Hibah berupa barang/jasa
dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam
program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang dan jasa,
obyek belanja hibah barang dan jasa, dan rincian obyek belanja hibah barang/jasa
yang diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada SKPD. Selanjutnya
gubernur mencantumkan daftar nama penerima, alamat penerima dan besaran
hibah dalam lampiran III Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD yang
tercantum dalam Lampiran huruf I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Gubernur tersebut.129
SKPD yang menjadi sumber data penelitian adalah SKPD Kesatuan Bangsa,
Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara130. Badan Kesatuan
Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
yang bersifat sepesifik dibidang Administrasi Umum, Pembinaan Ideologi dan
Kewaspadaan Bangsa, Kewaspadan Nasional, Pembinaan Politik dalam Negeri
dan Perlindungan Masyarakat serta Tugas Pembantuan. Untuk melaksanakan
129
Pasal 11 Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 14 Tahun 2013
Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara
selanjutnya disebut Kesbangpollinmas Provinsi Sumatera Utara
130
Universitas Sumatera Utara
tugas tersebut, Badan Kesatuan Bangsa, Politk dan Perlindungan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi : 131
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
131
Perumusan Kebijakan Teknis Pembinaan Ideologi dan Kewaspadaan
Bangsa, Kewaspadaan Nasional, Politik Dalam Negeri dan Perlindungan
Masyarakat;
Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang
Pembinaan Ideologi dan Kewaspadaan Bangsa, Kewaspadaan Nasional,
Politik Dalam Negeri dan Perlindungan Masyarakat;
Pembinaan dan Pelaksanaan Tugas dibidang Pembinaan Ideologi dan
Kewaspadaan Bangsa, Kewaspadaan Nasional, Politik Dalam Negeri dan
Perlindungan Masyarakat;
Pelaksanaan tugas pembantuan dibidang Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat;
Pelaksanaan pelayanan administrasi Internal dan Eksternal;
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas
dan fungsinya;
Disamping tugas dan fungsi secara Struktural tersebut diatas posisi Kepala
Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Sumatera Utara juga bertugas
secara fungsional sesuai tugas dan tanggung jawab karena jabatannya yakni
sebagai :
a. Kepala Sekretariat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Sumatera
Utara.
b. Seketaris Komunitas Intelijen Daerah Provinsi Sumatera Utara.
c. Sekretaris Dewan Penasehat FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama)
Provinsi Sumatera Utara.
d. Sekrtaris Dewan Penasehat FKDM (Forum Kewaspadaan Dini
Masyarakat) Provinsi Sumatera Utara.
e. Sekretaris Dewan Pembinaan Forum Pembauran Kebangsaan.
f. Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi
Sumatera Utara.
g. Koordinator Pengawasan dan Pemantauan Kegiatan Orang Asing,
Lembaga
Asing,
dan
NGO
Provinsi
Sumatera
Utara.
Tim Verivikasi Pergantian Antar Waktu Anggota DPRD Kab/Kota.
h. Tim Pencegahan Narkotika Provinsi Sumatera Utara.
i. Tim Verifikasi Bantuan Hibah dan Ormas Provinsi Sumatera utara.
j. Seketariat Tim Terpadu Penanganan Gangguan Keamanan Provinsi
Sumatera Utara yang diketuai Gubernur Sumatera Utara.
k. Seketariat Tim Pemantau Perkembangan Politik Provinsi Sumatera
Utara.
http://bakesbangpollinmas.sumutprov.go.id/profile/ diakses pada tanggal 2 Agustus 2016
Universitas Sumatera Utara
Penelitian merujuk kepada APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.
APBD Provinsi Sumatera Utara132 sendiri memiliki pendapatan sebesar Rp.
8.645.503.818.055,00 (Delapan Triliun Enam Ratus Empat Puluh Lima Milyar
Lima Ratus Tiga Juta Delapan Ratus Delapan Belas Ribu Lima Puluh Lima
Rupiah)
sedangkan
belanja
Provinsi
Sumatera
Utara
Sebesar
Rp.
8.696.929.884.247, 00 (Delapan Triliun Enam Ratus Sembilan Puluh Enam
Milyar Sembilan Ratus Dua Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Delapan Puluh
Empat Ribu Dua Ratus Empat Puluh Tujuh Rupiah) berikutnya belanja tidak
langsung Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar Rp.5.755.568.533.254,00 (Lima
Triliun Tujuh Ratus Lima Puluh Lima Milyar Lima Ratus Enam Puluh Delapan
Juta Lima Ratus Tiga Puluh Tiga Ribu Dua Ratus Lima Puluh Empat Rupiah) dan
yang menjadi bahasan dari tulisan ini adalah belanja hibah, di mana belanja hibah
oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 adalah sebesar Rp.
1.651.261.631.830,00 ( Satu Triliun Enam Ratus Lima Puluh Satu Milyar Dua
Ratus Enam Puluh Satu Juta Enam Ratus Tiga Puluh Satu Ribu Delapan Ratus
Tiga Puluh Rupiah )
Setelah penganggaran dilakukan selanjutkan akan dilaksanaan pemberian
hibah, beserta proses administrasi juga dengan pemeriksaan terhadap syarat-syarat
dalam pemberian hibah oleh SKPD dalam pemberian hibah ini.
Pasal 13
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 14 Tahun 2013 menegaskan bahwa :
132
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2014 (Noreg Peraturan
Daetrah Provinsi Sumatiira Utara:10/2014)
Universitas Sumatera Utara
1.
2.
3.
Setiap pemberian hibah dituangkan dalam NPHD yang ditandatangani
bersama oleh Gubernur dan penerima hibah.
Dalam penandatanganan NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Gubernur menunjuk Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani
NPHD:
a. Wakil Gubernur untuk nilai hibah berupa uang diatas Rp.150.000.000,00.
(seratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.200.000.000,00 (dua
ratus juta