Strategi Pola Pengembangan Usaha Kecil Menengah pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis/ Desain Penelitian
Metodologi merupakan pedoman yang harus digunakan dalam
memecahkan berbagai permasalahan dan mengungkapkan dalam perumusan
masalah yang ada dalam penelitian. Pedoman ini yang nantinya akan memandu
seorang peneliti dalam menulis dan berpikir secara tepat dan objektif dalam
mencari kebenaran.
Penelitian

ini

bersifat

kuantitatif,

dimana

sebahagian


besar

menggunakan prinsip – prinsip kerja dan memiliki desain pendekatan kuantitatif
dengan memaparkan atau menggambarkan melalui tabel tunggal yang kemudian
dianalisa dengan menggunakan analisa strategi SWOT.
Penelitian

kuantitatif

dikarenakan

dalam

menganalisa

data

menggunakan teknik – teknik yang baku digunakan dalam penelitian kuantitatif,
seperti adanya konsep instrumen pengukuran, variabel, survey, dan lain – lain.
Penelitian sosial yang tergolong pendekatan kuantitatif, misalnya terdapat istilah

kunci selama ini (dipandang) sedemikian melekat sebagai atribut penelitian
kuantitatif itu sendiri, misalnya istilah, variabel, instrumen pengukuran, validitas,
realibilitas, objektivitas, dan sebagainya (Sanapiah Faisal, 2003:31).

47
Universitas Sumatera Utara

48

3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1.

Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek dari penelitian yang dapat terdiri

dari benda – benda, gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber daya yang
memiliki karakteristik dalam sebuah penelitian.
Populasi dari penelitian ini yang menjadi objek adalah persepsi dari
usaha kecil menengah (UKM), khususnya usaha kecil yang melaksanakan
aktivitasnya di kawasan Pusat Industri Kecil Medan. Rumah Toko yang

diperuntukkan dan dimaksudkan untuk usaha kecil yang menjalankan usahanya di
PIK sebanyak 99 unit, jadi seharusnya ada 99 unit usaha yang ada di PIK yang
bergerak di bidang Konveksi dan kerajinan kulit. Dari data yang diperoleh di
lapangan, usaha kecil yang beroperasi di PIK hingga tahun 2006 sebanyak 34 unit
dengan kondisi 4 usaha yang telah tutup. Penelitian ini mengambil objek
penelitian secara keseluruhan objek sebanyak 30 unit usaha.
3.2.2.

Sampel
Dari uraian di atas, penelitian ini menggunakan metode “Total

Sampling”, dalam penelitiannya, atau dalam kata lain keseluruhan objek yang
akan diteliti sebanyak 30 usaha kecil PIK.

3.3.

Teknik Pengumpulan Data
Dalam setiap penelitian dibutuhkan objek atau sasaran penelitian yang

obyek atau sasaran tersebut umumnya eksis dalam jumlah yang besar dan banyak.

Setelah populasi dan sampel ditentukan selanjutnya dengan cara apa informasi

Universitas Sumatera Utara

49

dapat digali sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data sesuai dengan
kebutuhan. Umumnya pada penelitian kuantitatif, pengumpulan data penelitian
dari populasi dan sampel sekaligus juga informan (Key Informan) dilakukan
dengan menggunakan alat berupa “kuesioner”.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
:
1. Penelitian Kepustakaan (Library research), yaitu penelitian yang mempelajari
dan mengumpulkan data – data dari literatur serta sumber bacaan yang relevan
dan mendukung penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Filed research), yaitu penelitian yang mengumpulkan
data – data di lapangan yang meliputi kegiatan survey dilokasi penelitian
melalui :
-


Wawancara,

yaitu

proses

percakapan

dengan

maksud

untuk

mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, motivasi,
perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewancara yang
mengajukan pertanyaan dengan diwawancarai (Heru Irianto dan Burban
Bungin, 2003:109).
-


Kuesioner/angket, yaitu data yang berisikan suatu rangkaian mengenai
sesuatu hal atau data suatu bidang. Kuesioner yang dimaksud sebagai
suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan/jawaban – jawaban
dari responden.

Universitas Sumatera Utara

50

3.4.

Lokasi Penelitian
Penelitian ini menitikberatkan penelitian dilokasi Pemukiman Industri

Kecil (PIK) Medan di Kawasan Medan Tenggara, Kota Medan, Provinsi Sumatera
Utara.

3.5.

Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan melalui hasil penelitian selanjutnya dianalisis

dalam bentuk penyajian analisa univariat, yaitu merupakan suatu analisa yang
dilakukan dengan mengkategorikan variabel penelitian, dalam bentuk kategori –
kategori atas dasar frekuensi.
Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang
terdiri dari kolom yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.

3.6.

Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif – kuantitatif

yang berlokasi di Pusat Industri Kecil Medan untuk mengungkap isu – isu
strategis. Analisa ini berfokus pada analisa SWOT, dimana penelitian ini akan
menganalisa tabel - tabel tunggal dan keterkaitan antara unsur yang ada pada
lingkungan internal maupun eksternal. Teknik analisa SWOT merupakan upaya
menganalisa strategi yang nantinya berkaitan dengan pengembangan usaha kecil
di PIK Kota Medan Freddy Rangkuti (2005:18) mengemukakan analisis SWOT
adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi.


Universitas Sumatera Utara

51

Dimana diagram mastriks SWOT yang digunakan dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 2
Matriks SWOT
INTERNAL

KEKUATAN (S)

KELEMAHAN (W)

Identifikasi Kekuatan

Identifikasi Kelemahan


PELUANG (O)

STRATEGI (SO)

STRATEGI (WO)

Identifikasi Peluang

Menggunakan Kekuatan
Untuk Menangkap
Kesempatan

Mengatasi Kelemahan
Dengan Mengambil
Kesempatan

ANCAMAN (T)

STRATEGI (ST)


STRATEGI (WT)

Identifikasi Ancaman

Menggunakan Kekuatan
Untuk Menghindari
Ancaman

Menggunakan Kelemahan
Dengan Menghindari
Ancaman

EKSTERNAL

Sumber : Wahyudi, Agustinus (1996:105)
Beberapa strategi yang diperoleh dari teknik analisa SWOT ini
sebagai berikut :
1. Strategi SO (Strenght Opportunity) : memperoleh keuntungan dari peluang
yang tersedia di lingkungan eksternal
2. Strategi WO (Weakness Oppurtunity) : memperbaiki kelemahan internal

dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar
3. Strategi ST (Strenght Treath) : menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar

Universitas Sumatera Utara

52

4. Strategi WT (Weakness Treat) : memperkecil kelemahan internal dan
menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar
Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami
seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk
mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus
segera dilakukan untuk memecahkan masalah. Menurut Bolton (1984:9), proses
untuk menganalisa suatu kasus dapat dilihat pada diagram Proses Analisa Kasus.
Kasus harus dijelaskan, sehingga pembaca dapat mengetahui permasalahan yang
sedang terjadi, caranya adalah dengan memahami secara keseluruhan informasi
yang ada, yaitu : Memahami secara detail semua informasi dan melakukan analisa
secara numerik.

3.7. Jadwal Penelitian

NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

KEGIATAN

WAKTU PENELITIAN
BULAN 1
BULAN 2
1 2 3 4 1 2 3 4

BULAN 3
1 2 3 4

Persiapan Penelitian
Perizinan
Pengumpulan Data
Analisa Data
Penyusunan Penelitian
Perbaikan
Seminar
Revisi
Laporan
Penelitian
Penyelesaian Akhir

Universitas Sumatera Utara

53

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pusat Industri Kecil (PIK)
Dalam suasana Krisis Moneter yang melanda Indonesia yang diawali
pada pertengahan tahun 1997 sampai saat ini masih dirasakan, Kota Medan
sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif pada tahun 1998 (- 20,11%),
angka tersebut jauh lebih besar dari pertumbuhan negatif yang dialami Provinsi
Sumatera Utara hanya minus 11,7% dam Nasional minus 13,68%.
Pertumbuhan ekonomi Kota Medan secara bertahap tumbuh kembali,
terlihat pada tahun 2001 terjadi pertumbuhan yang signifikan mencapai 5,22%
tahun 2002 menjadi 5,40% hal telah mendekati pertumbuhan ekonomi sebelum
Krisis Moneter yakni rata – rata 6,50%.
Sektor Industri dan Perdagangan adalah merupakan sektor yang
sangat besar peranannya di dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi Kota
Medan yang selama ini terpuruk sebagai akibat krisis yang berkepanjangan
tersebut. Era Globalisasi menuntut para pelaku ekonomi terutama sektor Industri
Kecil untuk lebih meningkatkan kemampuan dan daya saing yang lebih baik,
terutama adanya pembinaan yang berkesinambungan dalam rangka peningkatan
kualitas, desain produksi, management pemasaran, pemanfaatan teknologi tepat
guna dan informasi.
Sebagai wujud kepedulian Pemerintah Kota Medan di dalam
pembinaan terhadap sektor Usaha Kecil di Kota Medan, Pemerintah Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

54

telah membangun Perkampungan Industri Kecil (PIK) Menteng Medan sebagai
sentra Usaha Kecil Kerajinan Sepatu dan Konveksi dengan jumlah 99 unit ruko
sebagai sarana produksi dan sekaligus pemasaran.
Sesuai dengan Program Pembangunan Perkampungan Industri Kecil
Kerajinan di Kota Medan adalah sebagai Pusat Kegiatan Produksi, Promosi dan
Pemasaran hasil Usaha Kecil Kerajinan khususnya Sepatu dan Konveksi.
Untuk memperjelas gambaran umum tentang PIK, dalam penelitian
ini, peneliti akan menyajikan beberapa data – data umum tentang PIK dengan
menggunakan tabel tunggal.
Tabel 1. Jenis Kelamin Responden
No.
1.
2.

JENIS KELAMIN
Laki – laki
Perempuan

Total
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

RESPONDEN

PERSENTASE

25
5
30

83.33%
16.67%
100%

Data yang didapat dari PIK, menggambarkan jumlah responden atau
usaha yang aktif sebanyak 30 usaha (tahun 2006), dimana responden berjenis
kelamin pria sebanyak 83,33%, dan responden wanita sebanyak 16,67%.
Dari 30 usaha kecil di PIK yang menjadi responden, sebanyak 70%
usaha yang memproduksi kerajinan kulit, dimana kerajinan kulit ini dibuat
menjadi produk sepatu kulit, tas kulit, talipinggang kulit, dompet kulit, dll. Bidang
usaha Konveksi sebesar 30% yang dijadikan berbagai produk, seperti pakaian,
gorden, sprei, sarung bantal, dll.

Universitas Sumatera Utara

55

Tabel 2. Bidang Usaha
No.

BIDANG USAHA

1.
2.

Konveksi
Kerajinan Kulit (Sepatu, Tas, dll)
Total
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

RESPONDEN

PERSENTASE

9
21
30

30%
70%
100%

Usaha kecil PIK memasarkan hasil produknya di sekitar Medan dan
Luar Medan sebesar 33,33% dimana usaha kecil tersebut sebahagian besar
memasarkannya di pajak tradisional, seperti pasar Petisah, pasar sentral dan
sebahagian kecil yang di pasarkan di pasar modern (Supermarket dan Plaza).
Usaha kecil yang memasarkan produknya di luar Kota Medan sebanyak 6,67%.
Kota – kota faporit yang menjadi andalan usaha kecil tersebut adalah Kota Siantar
dan Tebing Tinggi, Kota P. Sidempuan. Sedangkan untuk luar Provinsi, usaha
kecil PIK sebahagian besar memasarkan ke Kota Pekan Baru. Untuk lebih
jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Area Pemasaran
No.
1.
2.
3.

AREA PEMASARAN

Medan
Luar Medan
Medan dan Luar Medan
Total
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

RESPONDEN

PERSENTASE

18
2
10
30

60%
6.67%
33.33%
100%

Mengenai ketersediaan bahan baku, usaha kecil yang langsung
membeli bahan baku dari luar Kota Medan sebanyak 26,67%. Daerah yang paling
banyak menjadi tujuan pembelian bahan baku produk, khususnya kulit adalah
Jakarta dan Bandung. Usaha kecil yang membeli bahan baku di dalam Kota

Universitas Sumatera Utara

56

Medan sebanyak 56,67% dan sebesar 16,67% membeli bahan baku dari Luar Kota
Medan dan Lokal di Kota Medan. Wawancara lebih jauh, di dapat usaha kecil
yang langsung membeli bahan baku dari Jakarta dan Bandung adalah usaha kecil
yang memiliki kemampuan membeli bahan baku dalam jumlah besar, serta
memiliki “contact persons” di daerah tersebut, untuk lebih jelasnya lagi dapat
dilihat pada data – data di bawah ini.
Tabel 4. Asal Bahan Baku
No.

ASAL BAHAN BAKU

1.
2.
3.

Medan
Luar Medan
Medan dan Luar Medan
Total
Sumber : Hasil Penelitian Tahun

RESPONDEN

PERSENTASE

17
8
5
30

56,67%
26.67%
16.67%
100%

Mengenai ketersediaan karyawan atau pekerja, sebesar 86,67% usaha
kecil menggunakan karyawan kurang dari 5 orang, sedangkan 13,33%
menggunakan 6 – 10 pekerja di tempat usahanya. Hal yang menarik dari
Ketenagakerjaan yang bekerja pada usaha kecil PIK adalah, para pekerja tersebut
sebahagian besar adalah masih digolongkan kerabat keluarga dan berstatus
karyawan lepas. Rata – rata upah yang diterima oleh pekerja di usaha kecil ± Rp.
200.000 – Rp. 250.000 setiap bulan. Upah kerja ini masih di bawah garis standart
upah minimum regional (sebesar Rp. 700.000/bulan). Para pekerja ini tidak
mempersoalkan upah

yang kurang layak ini, dikarenakan susah mencari

pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan mereka di Medan. Dilihat dari sudut
keterampilan yang mereka miliki, para pekerja pembuat kerajinan kulit dan

Universitas Sumatera Utara

57

Konveksi di PIK dapat digolongkan terampil dikarenakan mereka rata – rata telah
bekerja selama 2 tahun di usaha tersebut.
Tabel 5. Jumlah Karyawan
No.

JUMLAH KARYAWAN

1.
2.
3.

< 5 orang
6 – 10 orang
> 11 orang
Total
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

RESPONDEN

PERSENTASE

26
4
0
30

86.67%
13.33%
100%

Dari data – data yang dikumpulkan pada tabel 6 di bawah ini, di dapat
gambaran, bahwa omzet dari usaha kecil di PIK sangat bervariari, dimana 56,67%
beromzet antara Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 per bulan. Usaha kecil PIK yang
beromzet Rp. 2.000.000 – Rp. 4.000.000 per bulan sebanyak 26,67%, sedangkan
usaha kecil yang beromzet lebih besar dari Rp. 4.000.000 per bulan sebesar
16,67%.
Tabel 6. Omzet Per Bulan
No.
1.
2.
3.
4.

GAJI KARYAWAN

< Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000
Rp. 2.000.001 – Rp. 4.000.000
> Rp. 4.000.001
Total
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

RESPONDEN

PERSENTASE

0
17
8
5
30

56.67%
26.67%
16.67%
100%

Hal mirip juga diperlihatkan oleh rata – rata yang ada pada tabel 7
(Biaya Operasional) di bawah ini, dimana usaha kecil yang setiap bulannya
mengeluarkan biaya operasional sebesar kurang dari Rp. 1.000.000 sebanyak
56,67% usaha kecil. Usaha kecil yang mengeluarkan biaya operasionalnya sebesar
Rp. 1.000.001 – Rp 2.000.000 setiap bulannya sebanyak 26%, sedangkan usaha

Universitas Sumatera Utara

58

kecil yang mengeluarkan biaya tiap bulannya Rp. 2.000.001 – Rp. 4.000.000
sebesar 13,33% dan usaha yang mengeluarkan biaya operasional lebih dari Rp.
4.000.001 sebesar 3,33%. Biaya operasional yang paling banyak dikeluarkan
dalam satu usaha adalah biaya gaji karyawan atau pekerja, kemudian disusul
Usaha Kecil yang mengeluarkan biaya pendidikan SDM dan promosi, pemilik
usaha secara keseluruhan mengakui tidak ada mengalokasikan biaya kepada kedua
item tersebut.
Tabel 7. Biaya Per bulan
No.

BIAYA OPERASIONAL

1.
2.
3.

< Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000
Rp. 2.000.001 – Rp. 4.000.000
> Rp. 4.000.001
Total
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

RESPONDEN

PERSENTASE

17
8
4
1
30

56.67%
26.67%
13.33%
3.33%
100%

Bila ditelusuri lebih jauh lagi, hal yang menarik dari usaha kecil yang
ada di PIK adalah mengenai status kepemilikan dari tempat usaha. Usaha kecil
yang membeli tempat usaha tersebut sebanyak 26,6%, sedangkan yang berstatus
menyewa sebesar 73,33%. Hal ini bila dilihat dari sudut pandang kebijakan
Pemerintah Kota Medan terhadap tujuan dari didirikannya PIK, dimana ruko di
PIK diperuntukkan kepada usaha kecil untuk dimiliki dengan cara membayar
dengan cicilan murah, ternyata tidak diterapkan. Hal ini dapat dari data – data di
bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

59

Tabel 8. Status Tempat Usaha
No.
1.
2.

GAJI KARYAWAN
Sewa
Beli

Total
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

RESPONDEN

PERSENTASE

22
8
30

73.33%
26.67%
100%

4.2. Sarana dan Prasarana yang Tersedia
Luas Areal Pusat Industri Kecil Menteng (PIK) Menteng Medan.
Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan terletak di jalan Menteng VII
Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, dengan luas areal ± 17.745
M2, di daerah tersebut sangat strategis sebagai lokasi Industri Kecil Kerajinan
Sepatu dan Konveksi.
Status tanah lokasi Pusat Industri Kecil Menteng (PIK) Menteng
Medan. Bangunan Rumah Toko (RUKO) Pusat Industri Kecil Menteng Medan
berdiri di atas tanah hak pengelolaan No. 1/Medan Tenggara atas nama
Pemerintah Kota Medan, sehingga status tanah adalah milik Negara yang dikuasai
oleh Pemerintah Kota Medan dan kepada Para Pengusaha Industri Kecil Kerajinan
Penghuni Pusat Industri Kecil diberikan Hak Guna Bangunan (HGB) atas nama
yang bersangkutan.
Jumlah Saranan Bangunan Pusat Industri Kecil Menteng Medan.
Bangunan Rumah Toko (RUKO) yang ada dilokasi Pusat Industri Menteng
Medan berjumlah 99 unit Rumah Toko (RUKO) berlantai 2 (dua), bangunan
permanen dengan ukuran tanah masing-masing 4 x 12 M2 dan 1 unit bangunan
Toko/Supermarket dengan bangunan dan lokasi tanah yang cukup luas.

Universitas Sumatera Utara

60

Sarana pendukung lainnya. Dalam rangka pengembangan Pusat
Industri Kecil Menteng Medan sebagai Pusat Kegiatan Produksi Sepatu dan
Konveksi sekaligus Pemasaran, maka lokasi Pusat Industri Kecil Menteng Medan
dilengkapi dengan berbagai sarana yang dapat mendukung kelancaran proses
Produksi dan Pemasaran hasil Produksi dan Para Pengusaha Industri Kecil dan
Kerajinan yang ada di PIK tersebut antara lain :
1. Jaringan yang sangat baik terbuat dari aspal hotmix dengan lebar jalan 8 m
dengan parit beton.
2. Jaringan air bersih dan listrik cukup mendukung proses produksi Para Usaha
Kecil Kerajinan
3. Tersedianya 1 (satu) unit bangunan permanen berlantai 2 (dua) yang dapat
dimanfaatkan sebagai sarana pertokoan penyediaan bahan baku para
Pengusaha Kecil Kerajinan yang ada di Pusat Industri Kecil Kerajinan
Menteng

Medan

sekaligus

dapat

dimanfaatkan

sebagai

sarana

promosi/pameran tetap produksi dalam upaya memperkenalkan produksi PIK
kepada dunia usaha dan masyarakat konsumen.
4. Tersedianya Kantor Kelurahan di lokasi PIK sehingga akan lebih terwujudnya
keamanan dan kenyamanan yang kondusif kawasan penghuni PIK.

4.3.

Maksud dan Tujuan Pembangunan PIK Menteng Medan
Sebagai upaya meningkatkan taraf hidup para usaha kecil kerajinan di

Kota Medan dengan melakukan pembinaan yang terus – menerus, bukan hanya

Universitas Sumatera Utara

61

peningkatan kualitas Sumber daya Manusianya saja akan tetapi juga penyediaan
sarana dan prasarana produksi.
Pentingnya pembinaan SDM usaha kecil di PIK secara baik dan
berkesinambungan, dikarenakan SDM pengusaha kecil yang ada di PIK
sebahagian besar memiliki pendidikan formal S1 (sarjana) ke bawah. Pentingnya
pendidikan bagi SDM pengusaha kecil, merupakan salah satu faktor utama yang
dapat menunjang keberhasilan dalam pengembangan stratejik yang akan
diimplementasikan dalam pembinaan usaha kecil di Kota Medan, khususnya pada
PIK. Pada grafik berikut ini dapat dilihat bahwa pengusaha kecil PIK yang
berpendidikan SD sebesar 3% SLTP sebesar 7%, SMEA sebesar 7%, STM
sebesar 3%, SMK sebesar 10%, SMU/SMA sebesar 60%, SPG sebesar 3%, D3
sebesar 7%, sedangkan pengusaha kecil PIK yang berpendidikan Sarjana tidak
ada.

Universitas Sumatera Utara

62

Data yang digambarkan di atas, menunjukkan upaya menjadikan
Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan sebagai Pusat Kecil Kerajinan Sepatu
dan konveksi di Sumatera Utara dan sekaligus dalam upaya pengembangan
produk unggulan Kota Medan ataupun sebagai salah satu sarana/objek wisata
domestik maupun manca negara memerlukan strategi dan perencanaan yang
komprehensif.

Upaya Pemerintah Kota Medan untuk menumbuhkembangkan Pusat
Industri Kecil (PIK) Menteng Medan dan meningkatkan kemampuan para
pengusaha kecil kerajinan sehingga dapat meningkatkan kualitas produk dalam
suasana Era Globalisasi dan Perdagangan Dunia ini, akan lebih baik bila usaha
kecil kerajinan tersebut berada pada lokalisasi yang terencana dengan baik di
Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan.

4.4.

Kondisi PIK Menteng Medan
Dilihat dari pengembangannya bahwa pembangunan Perkampungan

Industri Kecil Kerajinan yang lebih dikenal dengan Pusat Industri Kecil (PIK)
Menteng Medan tersebut belum dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Para Pengusaha Industri Kerajinan
dimaksud, hal tersebut disebabkan karena :
1. Pengelolaan Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng tersebut belum secara
intensif/profesional.
2. Terbatasnya sarana dan prasarana produksi yang tersedia, sehingga proses
produksi masih menggunakan teknologi sederhana, maka hasil Produksi Pusat

Universitas Sumatera Utara

63

Industri Kecil (PIK) Menteng Medan masih tetap mengalami hambatan dalam
meningkatkan persaingan pasar.
3. Kurangnya minat dan motivasi dari Sumber Daya Manusia (SDM) Para
Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Sepatu dan Konveksi untuk meningkatkan
pengetahuan berbagai aspek tentang teknologi dan bisnis sehingga masih sulit
untuk menerapkan teknologi tepat guna di dalam upaya peningkatan kuantitas
dan kualitas produksi.
Berkenan dengan kondisi tersebut diatas, maka dalam rangka
peningkatan pengembangan Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan perlu
adanya dukungan semua pihak baik dari Pemerintah Kota maupun pihak swasta,
dan perlu adanya perhatian yang serius di dalam pelaksanaan pembinaan secara
kesinambungan. Kondisi PIK yang tidak maksimal pemanfaatannya dapat dilihat
dari hasil penelitian di lapangan, dimana dari 99 ruko yang diperuntukkan kepada
usaha kecil Medan, ternyata hanya (34%) ruko saja yang berfungsi sebagai tempat
usaha Konveksi dan kerajinan (Hadicraft), sedangkan (68%) diperuntukkan rumah
tinggal, tempat kost, kedai sampah, dll. Pada grafik berikut ini dapat dilihat
seberapa besar pemanfaatan PIK sebagai kawasan usaha yang dimaksudkan oleh
Pemerintah Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

64

Dari kajian lebih jauh lagi, usaha kecil yang beroperasi di PIK Medan,
maka di dapat, dari 34 usaha yang ruko yang digunakan sebagai tempat usaha,
terdapat 4 usaha (12%) dinyatakan tidak lagi menjalankan usahanya, sedangkan
yang masih beroperasi sebanyak 30 usaha kecil (88%). Hal ini dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.

Penurunan potensi PIK ini sangat disayangkan oleh berbagai
kalangan, baik LSM, pemerintah sendiri, maupun swasta. Pemerintah Kota
Medan, dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan,
diharapkan dapat menganalisa dan mengambil langkah – langkah strategis melihat
tidak optimalnya potensi PIK. Kesinambungan pembinaan dapat menjadi strategi
pengembangan di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan nantinya, sehingga
benar – benar PIK dapat berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Industri Kecil
Kerajinan Sepatu dan Konveksi di Kota Medan khususnya dalam peningkatan
kelompok masyarakat dan peningkatan perekonomian Kota Medan.
4.5.

Tampilan Isu Strategis

4.5.1. Kewenangan Sektor Perindustrian dan Perdagangan

Universitas Sumatera Utara

65

Dalam perumusan tugas pokok dan fungsi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Pemko Medan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan nomor
4 Tahun 2001 sebagai berikut :
1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang perindustrian
dan perdagangan.
2. Melaksanakan pemberian Bimbingan, Pembinaan dalam pelaksanaan
kegiatan industri dan perdagangan.
3. Menyelenggarakan Perlindungan Konsumen
4. Menetapkan tera dan tera ulang alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya (UTTP).
5. Menyelenggarakan pemberian perizinan di bidang perindustrian dan
perdagangan.
6. Menyelenggarakan kerjasama di bidang industri dan perdagangan.
7. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang
tugasnya.
8. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
Selanjutnya disebutkan bahwa prioritas pembangunan sektor industri dan
perdagangan diarahkan kepada program dan target yang ingin dicapai adalah :
a. Meningkatkan peranan pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) yang
diupayakan melalui :
-

Mendorong kemitraan antara UKM dengan BUMN/S & Usaha Besar

-

Peningkatan SDM melalui penelitian, magang dan studi banding.

Universitas Sumatera Utara

66

-

Peningkatan pasar melalui pameran/promosi baik tingkat regional nasional
maupun internasional.

-

Relokasi industri yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) kota Medan.

-

Peningkatan mutu dan desain produksi UKM terutama komoditi andalan.

b. Peningkatan eksport non migas, diupayakan melalui kegiatan :
-

Peningkatan daya saing terhadap komoditi sejenis berasal dari luar negeri.

-

Peningkatan SDM para pelaku bisnis.

-

Peningkatan mutu dan kualitas produk/barang

-

Pengembangan Pasar luar negeri yang menguasai informasi dan peluang
pasar

-

Kelancaran sarana dan prasarana transpormasi/angkutan barang.

-

Menghapus biaya/pungutan liar di dalam proses arus keluar/masuk barang
yang mengakibatkan biaya tinggi.

c. Meningkatkan mobilisasi industri, diupayakan melalui kegiatan:
-

Pelaksanaan Achievement Motivation Training (AMT).

-

Dukungan dari lembaga perbankan dalam pengembangan IKM

-

Meningkatkan aktifitas koperasi, asosiasi dan lembaga yang menjadi
wadah IKM dalam memenuhi kebutuhan.

-

Menjadikan sektor industri IKM sebagai skala prioritas, karena sangat
mendukung perekonomian pemerintah kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

67

4.5.2. Visi yang Ingin Diwujudkan
Untuk mengetahui visi terhadap pengembangan sektor usaha kecil
menengah di Kota Medan, maka diketahui dari rencana strategis dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan sebagai berikut : Terwujudnya Kota
Medan sebagai Pusat Industri, Perdagangan dan Jasa yang berdaya saing
dan berwawasan lingkungan.
Pengimplementasian visi tersebut untuk menjadi sebuah program yang
strategis dan berkesinambungan tentunya sangat tergantung pada sebesar jauh visi
tersebut dapat dipahami oleh seluruh stake holder yang ada di PIK. Dari data yang
di dapat sehubungan dengan pengimplementasian visi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Medan kepada usaha kecil yang ada di Pusat Industri Kecil, di
dapat bahwa dari seluruh usaha kecil yang ada, maka usaha kecil yang mengetahui
visi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan adalah 0% (tidak ada),
sedangkan yang tidak mengetahui visi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Medan sebesar 100%. Hal yang sama juga dialami oleh implementasi visi
dari Kota Medan yang tertuang di dalam Peraturan Daerah Kota Medan, dimana
usaha kecil yang mengetahui visi Pemerintah Kota Medan sebesar 0% (tidak ada),
sedangkan yang tidak mengetahui sebesar 100% pemahaman visi ini sangat
penting dalam menentukan pengembangan stratejik yang akan dibuat, terencana
dan diimplementasikan.
Dengan pembinaan usaha kecil yang berkesinambungan terutama
peningkatan SDM para pengusaha menjadi sangat penting dimana pada era
globalisasi dengan sistem teknologi informasi yang mau tidak mau harus dihadapi

Universitas Sumatera Utara

68

dan daya saing akan semakin tajam dimana AFTA 2003 merupakan tantangan
bagi perekonomian global yang telah diambang pintu dalam pengembangan
perdagangan internasional terutama IMT-GT sangat mendukung perekonomian
Kota Medan sebagai pusat perindustrian dan perdagangan Indonesia Wilayah
Barat.
Kerjasama antara Sister City Medan-Penang, Ichikawa, Medan-Kwangju
dan Medan-Chingdu telah menunjukkan adanya bentuk bisnis dan adanya investor
yang menanamkan modal di Medan.
Dampak dari semua kegiatan bisnis ini akan dapat merangsang dan
memotivasi serta mobilisasi para pengusaha kecil di kota Medan dalam
meningkatkan mutu, daya saing, desain dan produktifitas industri kecil dan
menengah sebagai penggerak pembangunan serta pemberdayaan ekonomi rakyat
yang menjadikan sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi kota Medan
menuju Kota Metropolitan.
Pembentukan Pusat Industri Kecil (PIK) merupakan salah satu solusi
melalui sentra – sentra industri ini nantinya akan dapat dimobilisasi dan
diberdayakan dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing industri kecil
menuju terwujudnya Kota Medan sebagai Pusat Industri, Perdagangan dan Jasa
yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan.
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut perlu dilakukan tindakan terhadap
Pusat Industri Kecil (PIK) Medan yaitu :
a. Pengembangan usaha kecil yang tanggap, tangguh dan terpercaya

Universitas Sumatera Utara

69

b. Pendayagunaan potensi industri di PIK sebagai penarik konsumen maupun
investor.
c. Pemanfaatan potensi ekonomi regional untuk memperkuat kapasitas kota
Medan.
4.5.3. Misi yang Ingin Dicapai
Dari latar belakang masalah analisis ini telah dijabarkan berbagai
persoalan, potensi dan kendala yang memiliki oleh Kota Medan dalam
pengembangan usaha kecil menengah yang dimilikinya, dan melalui kolaborasi
dokumen dan program yang ingin dikembangkan terhadap Pusat Industri Kecil
(PIK) Menteng, maka dapat ditemukan misi yang ingin dicapai khususnya dalam
pengembangan sektor industri kecil dan menengah ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas SDM pengusaha kecil menengah sebagai upaya
untuk mempercepat proses pertumbuhan di sektor industri dan
perdagangan.
2. Menjadikan sektor usaha kecil dan menengah sebagai salah satu andalan
dalam roda perekonomian daerah yang pada muaranya adalah tersedianya
lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan masyarakat.
3. Sektor usaha kecil dan mencegah dapat dijadikan salah satu komponen
penerimaan daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
4. Meningkatkan mutu produk usaha kecil dan menengah di Kota Medan
melalui promosi yang berkesinambungan pada kegiatan pameran, brosur,
penyuluhan kepada para pelaku bisnis atau usaha kecil.

Universitas Sumatera Utara

70

5. Peningkatan sarana dan prasarana yang menjadi tulang punggung dan
penunjang pengembangan sektor usaha kecil dan menengah secara
keseluruhan.

4.5.4. Analisis Lingkungan Eksternal
Untuk memperoleh hasil yang optimal dari analisis SWOT, maka
fenomena lingkungan eksternal perlu dikemukakan untuk memperoleh detail dan
dimensi yang nantinya berguna untuk mengetahui faktor ancaman yang datangnya
dari lingkungan eksternal maupun peluang yang diberikan oleh lingkungan
eksternal itu. Sebagaimana kita ketahui bahwa faktor – faktor eksternal yang perlu
dan strategis diperhitungkan adalah faktor politik yang terjadi, perkembangan
faktor ekonomi, perkembangan dan kondisi sosial yang terjadi di masyarakat, dan
yang terakhir adalah perkembangan dan kemajuan teknologi yang terjadi pada
lingkungan eksternal itu.
Pada analisis lingkungan eksternal ini akan diidentifikasi berbagai peluang
(oppurtunities) yang perlu dikembangkan pada sektor Usaha Kecil dan Menengah
di Kota Medan, serta bermacam ancaman (threats) yang perlu diantisipasi dan
dicari jalan keluarnya pada masa yang akan datang.
Aspek politik mencakup perkembangan lingkungan politik yang terjadi
dalam hal ini menyangkut kebijakan – kebijakan politik yang terkait langsung
dengan proses pembangunan yang terjadi di daerah, baik berupa produk undang –
undang, komitmen politik, maupun kemampuan politik elit – elit di pusat dan di
daerah. Demikian juga perkembangan interaksi politik yang terjadi dengan segala
akibat dan dampak yang terjadi di permukaan. Dimensi politik ini akan

Universitas Sumatera Utara

71

berdampak atau menghasilkan suatu Konsekuensi sebagai peluang ataupun
sebaliknya sebagai ancaman.
Melihat perkembangan akhir – akhir ini, setelah arus reformasi yang
melanda bangsa dan negara Indonesia, maka implementasi yang terjadi adalah
masa penyesuaian atau transisi dari suatu kondisi masyarakat yang sebelumnya
terkekang menjadi masyarakat yang memiliki kebebasan. Kebebasan politik yang
terjadi saat ini banyak melahirkan situasi yang menjurus pada kebebasan yang
tidak berlandaskan hukum, sehingga kekacauan atau kerusuhan hampir melanda
semua bagian di wilayah Indonesia.
Secara nasional kerusuhan telah terjadi, mulai dari kerusuhan di Ambon
(Maluku), di Sambas (Kalimantan Barat), di Mataram (Nusa Tenggara Barat), di
Sampang (Kalimantan Tengah), maupun maraknya aksi demonstrasi yang terjadi
secara luas baik di Indonesia, maupun di beberapa kota besar dan strategis seperti
Bandung, Medan, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta dan Solo.
Dengan adanya titik – titik kerusuhan yang berpangkal dari masalah
politik, maka akan terjadi penurunan investasi dan perdagangan karena faktor
keamanan ternyata sangat berpengaruh terhadap dunia usaha, karena ancaman
ketertiban dan keamanan yang menjurus pada ancaman hilangnya nyawa dan
harta benda privat yang dimiliki perorangan maupun sekelompok masyarakat
mengabibatkan kehancuran sarana dan prasarana sosial ekonomi yang ada.
Khusus untuk Kota Medan, masalah yang dihadapi oleh masyarakat,
birokrat maupun aparat keamanan adalah dampak krisis ekonomi yang
mempengaruhi daya beli dan diperparah oleh tingkat pengangguran yang terus

Universitas Sumatera Utara

72

meningkat, yang jika tidak diantisipasi secara dini oleh Pemerintah Kota Medan,
maka akan menjadi batu sandungan bagi proses pembangunan, khususnya juga
bagi pengembangan sektor Usaha Kecil dan Menengah di masa yang akan datang.
Hasil wawancara dengan salah satu pengusaha di sektor Usaha Kecil dan
Menengah, di Kota Medan, mengemukakan perkembangan politik yang
berhubungan dengan faktor keterlibatan dan keamanan sebagai berikut :
“Sesungguhnya perkembangan Kota Medan saat ini telah diperkirakan
sebelumnya, sebagai akibat dari euphoria reformasi dan demokrasi yang
diterima secara dadakan. Namun yang dibutuhkan dunia usaha saat ini
adalah jaminan keamanan dan ketertiban di tengah – tengah masyarakat,
sehingga ketenangan berusaha dapat berjalan dengan semestinya. Apalagi
dunia Usaha Kecil dan Menengah yang merupakan aktivitas mobilisasi
manusia dari suatu tempat lain, mutlak membutuhkan rasa aman dan
ketertiban yang berkesinambungan”.
Aspek ekonomi berhubungan dengan keterkaitan sektor Usaha Kecil dan
Menengah di Kota Medan pada mekanisme pasar dengan daerah sekitar atau
wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Medan. Dalam hal ini
perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Kota Medan dianggap bersaing
melalui mekanisme pasar dengan wilayah lainnya dalam merebut pangsa pasar
melalui tarik – menarik proses nilai jual produk, model dan trend yang ada.
Pada aspek ekonomi secara keseluruhan di Indonesia, memang terlihat
bahwa kinerja perekonomian nasional belumlah memadai akibat krisis ekonomi
moneter yang berkepanjangan itu sejak tahun 1997. Namun bagaimanapun juga
sektor Usaha Kecil masih tetap menunjukkan kinerja yang cukup baik, baik dari
indikator jumlah pemasukan maupun perkembangan para pelaku ekonomi yang
beradu nasib di sektor usaha kecil ini.

Universitas Sumatera Utara

73

Sementara itu sektor usaha kecil yang juga dikelola oleh daerah atau kota
lain di sekitar atau yang berbatasan dengan Kota Medan, berpotensi menjadi
tantangan bagi sektor Usaha Kecil di Medan, seperti Daerah Binjai dan Deli
Serdang

dengan

produk

konveksinya,

namun

hal

itu

belum

begitu

mengkhawatirkan karena industri sepatu dan Konveksi di Sumatera Utara masih
dikuasai industri oleh Medan.
Pada aspek sosial terlihat adanya keinginan dari masyarakat setempat di
daerah PIK untuk terlibat dan mengembangkan kehidupannya di sektor Usaha
Kecil ini secara total. Hal ini didasarkan atas pengalaman yang dialami bahwa
sektor ini mampu memberikan kehidupan yang lebih baik dan terjadi peningkatan
pendapatan yang positif dan berarti.
Ada beberapa sentra industri sepatu dan Konveksi yang tersebar di
kecamatan Medan Denai dan Medan Area dimana volume produksi dan
pemasaran mereka ternyata justru lebih besar dan memiliki daya tarik tersendiri
dibanding berhubungan dengan pengusaha di lokasi PIK itu sendiri.
Selain sepatu dan Konveksi, masyarakat Kota Medan juga memiliki
keahlian dalam seni sumpit bambu, anyaman tikar, perhiasan emas. Kelambu,
sulam/border, dan gerabah keramik yang telah berkembang menjadi industri
rumah tangga (home industry).
Namun adanya kendala dari beberapa komponen masyarakat yang masih
tradisional, yang masih kuat menerapkan pola produksi sederhana yang hanya
ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari – hari, sehingga
pengembangan usaha ke arah yang lebih maju dan besar tidak ada. Kondisi ini

Universitas Sumatera Utara

74

tentunya akan berlawanan atau berbenturan dengan aktivitas yang terjadi di sektor
Usaha Kecil. Misalnya adanya kebutuhan produk dalam jumlah besar serta
ketidakmampuan pengusaha untuk mengikuti selera pasar.
Untuk itu perlu adanya pendekatan atau penyuluhan secara khusus untuk
menjembatani persoalan ini sehingga tidak merugikan konsumen maupun Usaha
Kecil itu sendiri. Pendekatan pelembagaan atau memperkenalkan nilai – nilai
manajemen usaha kecil kepada masyarakat menjadi penting melalui tokoh
masyarakat atau institusi yang memiliki legitimasi di masyarakat. Juga koridor
hukum juga harus diperhatikan, karena untuk menjembatani pasar regional
ataupun global dengan Industri Kecil dan Menengah menjadi sangat strategis
mengingat transaksi dengan pasar nasional dan internasional harus dilengkapi
dengan dokumen – dokumen perundangan yang berlaku di Republik Indonesia
ini.
Untuk aspek teknologi yang merupakan tuntutan dan perkembangan dunia
modern juga telah merasuki dunia Industri Kecil dan Menengah secara global dan
mendunia. Karena itu aspek ini perlu diperhatikan agar mampu memberikan
kontribusi yang positif kepada dunia Usaha Kecil. Keterlibatan institusi negara
menjadi penting untuk mensukseskan hal ini, seperti misalnya jaringan atau
fasilitas listrik, telepon, internet dan lainnya.
Kecanggihan atau pemakaian teknologi di sektor Usaha Kecil merupakan
hal yang tak terhindari lagi (inevitable). Kemajuan teknologi ini mempermudah,
mempercepat transaksi. Transaksi yang terjadi di dunia Usaha Kecil, seperti
adanya pelayanan perbankan, money charger dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

75

Teknologi tentunya berkaitan dengan sumber daya manusia yang ada juga
(brain-ware), sebagai operator atau pemakai (end user) dari perangkat teknologi
itu. Dengan tingkat perkembangan Medan ini, maka dibutuhkan peningkatan
sumber daya manusia yang memadai untuk menunjang kegiatan atau aktivitas
Industri Kecil dan Menengah yang ada. Kendala sumber daya manusia harus cepat
diatasi agar tidak terjadi stragnasi dari perkembangan sektor Usaha Kecil ini
sendiri.
4.5.5. Analisis Lingkungan Internal
Dalam analisis lingkungan internal yang akan menjadi titik perhatian
adalah tiga aspek utama yaitu sumber daya apakah yang dimiliki oleh Kota Medan
dalam sektor atau Usaha Kecil, khususnya pada Pusat Industri Kecil (PIK)
Menteng Medan, strategi apa sajakah yang telah dilakukan oleh institusi yang
berkompeten, dalam hal ini pemerintah daerah Kota Medan yang diwakili oleh
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, serta terakhir adalah kinerja
apa sajakah yang telah dicapai selama ini.
Berbicara mengenai sumber daya yang dimiliki dalam rangka analisis
stratejik manajemen, maka akan dianalisis adalah sumber daya yang menentukan
dalam rantai nilai (value chain) dan dianggap berpengaruh secara positif terhadap
perkembangan Usaha Kecil di Kota Medan.
Sumber daya

yang ada dan dimiliki oleh Pusat Industri Kecil (PIK)

Medan, dapat diringkas pada tabel berikut ini :
1. Luas Areal Pusat Industri Kecil Menteng (PIK) Medan terletak di jalan
Menteng-VII Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, dengan

Universitas Sumatera Utara

76

luas Areal ± 17.745 M2, di daerah tersebut sangat strategis sebagai lokasi
Industri Kecil Kerajinan Sepatu dan Konveksi. Status tanah lokasi Pusat
Industri Kecil Menteng (PIK) Menteng Medan. Bangunan Rumah Toko
(RUKO) Pusat Industri Kecil Menteng Medan berdiri di atas tanah hak
pengelolaan No. 1/Medan Tenggara atas nama Pemerintah Kota Medan,
sehingga status tanah adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah
Kota Medan dan kepada Para Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Penghuni
Pusat Industri Kecil diberikan Hak Guna Bangunan (HGB) atas nama yang
bersangkutan.
2. Jumlah Sarana Bangunan Pusat Industri Kecil Menteng Medan. Bangunan
Rumah Toko (RUKO) yang ada dilokasi Pusat Industri Kecil Menteng Medan
berjumlah 99 unit Rumah Toko (RUKO) berlantai 2 (dua), bangunan
permanen dengan ukuran tanah masing-masing 4 x 12 M2 dan 1 unit bangunan
Toko/Supermarket dengan bangunan dan lokasi tanah yang cukup luas.
3. Sarana pendukung lainnya. Dalam rangka mendukung pengembangan Pusat
Industri Kecil Menteng Medan sebagai Pusat Kegiatan Produksi Sepatu dan
Konveksi sekaligus Pemasaran, maka lokasi Pusat Industri Kecil Menteng
Medan dilengkapi dengan berbagai sasaran yang dapat mendukung kelancaran
proses Produksi dan Pemasaran hasil Produksi dan Para Pengusaha Industri
Kecil dan Kerajinan yang ada di PIK tersebut antara lain :
-

Jaringan jalan yang sangat baik terbuat dari aspal hotmix dengan lebar
jalan 8 m dengan parit beton.

Universitas Sumatera Utara

77

-

Jaringan air bersih dan listrik cukup mendukung proses produksi para
industri kecil kerajinan.

-

Tersedianya 1 (satu) unit bangunan permanen berlantai 2 (dua) yang dapat
dimanfaatkan sebagai sarana pertokoan penyediaan bahan baku ara
Pengusaha Industri Kecil Kerajinan yang ada di Pusat Industri Kecil
Kerajinan Menteng Medan sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai sarana
promosi/pameran tetap produksi dalam upaya memperkenalkan produksi
PIK kepada dunia usaha dan masyarakat konsumen.

-

Tersedianya Kantor Kelurahan dilokasi PIK sehingga akan lebih
terwujudnya keamanan dan kenyamanan yang kondusif kawasan penghuni
PIK.
Sarana angkutan untuk menunjang kegiatan Usaha Kecil di Kota Medan

cukup memadai dengan jumlah trayek sebagai berikut :
Tabel 9.
Jalur Trayek Dan Kebutuhan Angkutan
Penumpang Umum Serta Realitasnya
NO.

JALUR TRAYEK

1.
Kota Medan – Amplas
2.
Belawan – Amplas
Sumber : Dari berbagai sumber

KEBUTUHAN

REALISASI

6
4

6
2

Sedangkan strategi apa sajakah yang telah dikerjakan atau dilakukan
selama ini oleh institusi berkompeten dalam hal ini Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Medan, maka akan diteliti atau dianalisis program kerja selama
beberapa tahun terakhir ini dalam rangka pengembangan sektor industri kecil dan
menengah di wilayah kerjanya.

Universitas Sumatera Utara

78

Strategi yang telah dilakukan pada waktu yang lalu oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan sebagai lembaga yang secara juridis
berkompeten dalam mengelola perkembangan sektor Industri Kecil dan
Menengah ini sebagai berikut :
Tabel 10.
Strategi Yang Telah Dilakukan Oleh Dinas Perindustrian Dan
Perdagangan Kota Medan
NO.

BIDANG
Kebijakan dibidang
Publik

KEBIJAKAN


Melaksanakan penelitian dan penyuluhan
kepada produsen dan masyarakat dunia usaha.
• Membuat program yang lebih tajam yang
dapat menyentuh pemberdayaan UKM
Kebijakan dibidang
• Meningkatkan fasilitas yang mendukung
Teknis
operasional perkembangan teknologi dan
informasi
• Meningkatkan komunikasi dan informasi dan
perdagangan dalam perekonomian di kota
Medan.
Kebijakan dibidang
• Mengembangkan kontribusi sektor industri dan
kemasyarakatan
perdagangan dalam perekonomian di Kota
Medan.
Kebijakan dibidang
• Mengembangkan industri yang ramah
Industri
lingkungan
• Pengembangan produk unggulan
• Menerapkan standar kualitas produksi
• Pembentukan kawasan PIK Menteng Medan
Kebijakan dibidang
• Menciptakan iklim usaha yang kondusif
perdagangan
• Menarik investor ke Kota Medan
• Mencari peluang eksport
• Pameran dan promosi komoditi yang orientasi
eksport
Sumber : Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan 2002 –
2006
Dan mengenai hasil atau kinerja yang telah diperoleh selama ini
sebagai proses agregasi program dan mekanisme pasar di sektor Usaha Kecil,
maka dapat diketahui melalui banyaknya jenis komoditi andalan, serta

Universitas Sumatera Utara

79

perkembangan dari adanya sarana dan prasarana, serta kinerja promosi yang telah
dilakukan selama ini.
Perkembangan sektor Usaha Kecil dilihat dari sudut pendapatan yang
diperoleh pemerintah daerah Kota Medan terlihat mengalami peningkatan. Pada
tabel 3 di bawah ini menggambarkan perbandingan perolehan penerimaan eksport
non migas Kota Medan, seperti berikut ini :
Tabel 11.
Data Eksport Non Migas Medan
TAHUN

SEKTOR NO-MIGAS

NILAI (US $)

PERSENTASE

Hasil Pertanian dan
1.245.303
62,95
Perikanan
2000
Hasil Industri
725.421
36,67
Hasil Kerajinan
1.583
0,08
Hasil Pertanian dan
1.105.522.850
56,22
Perikanan
2001
Hasil Industri
647.543.000
32,93
Hasil Kerajinan
213.356.865
10,85
Hasil Pertanian dan
1.116.790.666
44,75
Perikanan
2002
Hasil Industri
690.415.000
27,66
Hasil Kerajinan
688.542.000
27,59
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, 2005 (Data Diolah)
Menyimak

angka presentase kontribusi

sektor

Usaha

Kecil,

khususnya hasil kerajinan terhadap PAD menunjukkan bahwa pengelolaan Usaha
Kecil, yang merupakan aktivitas terpadu dengan dunia industri besar telah
dikelola secara optimal. Pengembangan Usaha Kecil perlu dilakukan karena
sektor ini memiliki rantai nilai yang mampu menggerakkan ekonomi daerah
secara efektif. Usaha Kecil yang terkait dengan peningkatan produk usaha kecil
andalan, pemasukan retribusi dan peningkatan aksesibilitas yang secara tidak
langsung meningkatkan kegiatan perekonomian kota Medan dan sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

80

4.6.

Analisis SWOT
Berdasarkan analisis dan temuan isu strategis di atas, maka dapatlah

diidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang dimiliki Kota Medan dalam
upaya pengembangan sektor Industri Kecil dan Menengah yang dilihat dari sisi
peluang (opportunity) dan ancaman (threat) bagi lingkungan eksternal, maupun
kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki dari sisi lingkungan
internalnya. Dimensi - dimensi inilah yang akan dipadukan dalam teknik analisis
matriks SWOT untuk memperoleh isu strategis sektor Usaha Kecil bagi penemuan
strategi yang tepat dan handal di masa yang akan datang.
4.6.1. Faktor Eksternal
Pada bagian sebelumnya telah dilakukan pendalaman serta elaborasi
terhadap faktor – faktor eksternal yang dianggap relevan dan secara positif
mempengaruhi perkembangan sektor Usaha Kecil di Kota Medan secara
menyeluruh (comprehensive). Kemudian pada bagian berikut ini akan dipaparkan
secara ringkas faktor – faktor eksternal yang diidentifikasi sebagai peluang
(opportunity) yang dapat memberikan kontribusi bagi arah kemajuan sektor
Industri Kecil dan Menengah ini, dan juga beberapa ancaman (threat) yang dapat
direkam untuk diantisipasi secara dini dalam upaya mencari strategi yang jitu
untuk mengatasi dan memenangkan tingkat persaingan yang terjadi pada
lingkungan eksternal yang kadang sulit untuk diduga sebelumnya.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian landasan teori dan metode
penelitian, bahwa yang menjadi titik perhatian untuk proses analisis dengan
menggunakan teknik matriks SWOT pada faktor eksternal yaitu aspek politik,

Universitas Sumatera Utara

81

aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek teknologi yang telah dimiliki oleh Kota
Medan, maka analisis berikut ini akan diletakkan pada sisi peluang maupun
ancaman yang ada.
4.6.2. Peluang
Aspek politik yang muncul sebagian peluang adalah arus reformasi yang
menghasilkan UU No. 22 tahun 1999 dan diperbaharui dengan UU No. 32 tahun
2004, sebagai landasan gerak kemandirian daerah dalam pengelolaan program
pembangunan secara keseluruhan, dan secara khusus dalam sektor Industri Kecil
dan Menengah bagi kesejahteraan masyarakat, yang dalam hal ini adalah
masyarakat yang berdomisili di Kota Medan.
Peluang dalam aspek politik ini menghasilkan kewenangan dari
pemerintah daerah untuk membuat kawasan PIK yang terintegrasi dengan
pengembangan Industri dan perdagangan, sehingga potensi Industri Kecil dan
menengah dapat dikembangkan secara optimal.
Aspek ekonomi, dari elaborasi dan analisis yang dilakukan seperti di atas
diketahui bahwa terdapat peluang yang besar dari sektor usaha kecil untuk
dikembangkan secara maksimal. Potensi dan sumber daya yang ada amat
memadai untuk dikembangkan, mengingat hampir semua usaha kecil yang ada
belum digarap secara penuh. Investasi sektor swasta dalam pembangunan
kawasan industri dalam bentuk sentra industri dan perdagangan secara signifikan
belum menggerakkan sektor Industri Kecil dan Menengah secara positif.
Aspek sosial yang hidup ditengah – tengah masyarakat Kota Medan,
dimana terdapat tipe dan karakteristik yang dinamis dan produktif.

Universitas Sumatera Utara

82

1. Sementara letak geografis yang merupakan ibu kota menciptakan gaya hidup
masyarakat yang mudah untuk bergaul secara majemuk dengan etnik – etnik
pendatang lainnya. Disamping itu, wilayah Kota Medan adalah wilayah yang
memiliki jumlah penduduk yang besar.
2. Aspek teknologi yang telah dimiliki oleh Kota Medan sesungguhnya cukup
memadai dengan tersedianya sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan
oleh dunia Industri Kecil dan Menengah. Sarana perhubungan dan
telekomunikasi dimiliki secara memadai.
3. Pasar lokal, regional dan nasional yang masih luas dan besar serta potensi
daya serap masyarakat akan produk sepatu dan Konveksi yang masih besar.
4. Pengusaha kecil yang bernaung di bawah PIK merupakan usaha kecil yang
diprioritaskan oleh Pemerintah Kota Medan untuk menerima berbagai
pembinaan dan bantuan dari berbagai institusi/lembaga.
5. Besarnya potensi dana bantuan pembinaan yang berasal dari instansi
pemerintah/BUMN, dll yang dapat disalurkan menjadi modal tambahan.
6. Potensi jumlah tenaga kerja yang banyak dan upah tenaga kerja yang relatif
masih kecil.
Data yang di dapat dari lapangan menggambarkan persepsi usaha
kecil yang menganggap kelengkapan sarana dan prasarana telekomunikasi
merupakan peluang sebesar 3,33% Pasar lokal, regional dan nasional masih luas
sebesar 23,33%. Banyaknya Pemerintah Kota Medan menjalin kerja sama dengan
negara luar 6,67%, sebagai usaha yang selalu diprioritaskan dalam menerima
bantuan dan pembinaan sebesar 16,67%, besarnya potensi dana yang dapat

Universitas Sumatera Utara

83

disalurkan ke usaha kecil sebesar 43,33%, dan usaha kecil menganggap murahnya
upah tenaga kerja sebagai peluang sebanyak 6,67%, untuk melihat lebih jauh
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 12.
Faktor – faktor Peluang Dalam Pengembangan PIK
NO.

URAIAN

1.

Tersedianya sarana dan prasaran