Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Kepuasan Komunikasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, bila manusia berada dalam keadaan sendiri atau hidup
sendiri, yang akan terjadi adalah perasaan tidak berarti yang membuat hidup
terasa sulit, terutama untuk dapat bertahan hidup dalam atmosfer dunia yang
penuh dengan saling keterkaitan. Oleh karena itu, komunikasi menjadi satu hal
yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan aktivitas interaksi dan
kerjasama yang dinamis dengan suatu kelompok atau masyarakat. Melalui
komunikasi antara yang satu dengan yang lain, manusia dapat memenuhi
kebutuhan biologinya seperti makan dan minum, serta memenuhi kebutuhan
psikologi seperti kesuksesan dan kebahagiaan.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Menurut Shannon dan
Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada
bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan
teknologi. (Dalam Wiryanto, 2004 : 7). Dengan berkomunikasi, manusia dapat
saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari–hari di rumah
tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia
berada. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam berkomunikasi.
Hubungan yang berlangsung antara manusia yang satu dengan yang lain

terjalin melalui proses komunikasi. Komunikasi jenis ini sering dikenal dengan
istilah komunikasi antarpribadi. Menurut Dean C. Barnlund (1968) komunikasi
antarpribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga
orang atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak
berstruktur. (Dalam Liliweri, 1991 : 12). Kehidupan manusia ditandai dengan
pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah,
tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja
pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksiinteraksi di antara mereka satu dengan yang lainnya, saling mempengaruhi.

Universitas Sumatera Utara

Dalam kehidupan manusia, sering ditemukan adanya kumpulan individuindividu yang menghabiskan seperempat atau sepertiga dari waktu kerja mereka
sehari-hari untuk berkomunikasi. Komunikasi berkelompok ini dilakukan untuk
berhubungan satu sama lain, bertukar informasi, dan membina hubungan diantara
angota-anggota kelompok tersebut. Kelompok tersebut mempunyai alasan yang
sama untuk berinteraksi. Menurut Michael Burgoon (1978), komunikasi
kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan
tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan
masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat. (Dalam Wiryanto, 2004 : 46).

Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi antarpribadi,
komunikasi kelompok tetapi juga dalam tatanan komunikasi organisasi.
Komunikasi juga merupakan proses yang tidak dapat dihindari oleh setiap anggota
organisasi. Komunikasi penting bagi suatu organisasi karena komunikasi
merupakan alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam
melakukan aktivitas manajemen, yaitu untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan atau organisasi dikenal
sebagai komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi membahas tentang
struktur, hubungan antar manusia, budaya organisasi dan fungsi organisasi
melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Dalam setiap aktivitasnya, setiap
anggota organisasi membangun sebuah relasi untuk menyampaikan informasi
khususnya mengenai pekerjaan masing-masing. Organisasi juga dipandang
sebagai suatu sistem proses informasi, dimana didalamnya setiap individu
memerlukan lebih banyak berinteraksi dengan individu lain agar tingkat
pemahaman yang diterima dalam berinteraksi memungkinkan setiap individu
melaksanakan dengan baik pekerjaannya.
Berbicara tentang komunikasi, peran penting komunikasi sangat diperlukan
pada sebuah organisasi. Dengan adanya komunikasi, sebuah organisasi dapat
berjalan dengan baik sesuai aturan-aturan yang berlaku dalam sebuah organisasi

itu sendiri yang pada akhirnya dapat membangun solidaritas serta keutuhan

Universitas Sumatera Utara

anggota-anggota yang ada dalam naungan sebuah organisasi tersebut agar terus
bertahan dan memperkokoh organisasinya. Keberhasilan, keutuhan serta jalinan
erat antara sesama anggota organisasi didukung penuh oleh sebuah komunikasi,
artinya komunikasi sangat berperan penting

dalam kemajuan organisasi itu

sendiri.
Sebuah organisasi akan berantakan karena ketiadaan komunikasi. Kalau
berbicara tentang komunikasi organisasi maka yang terbayang adalah peranan dan
status dari setiap orang dalam organisasi, karena peranan dan status itu juga
menentukan cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain. Dalam organisasi,
peranan dan status dari setiap orang dalam organisasi dilihat melalui pembagian
kerja berdasarkan bakat dan kemampuan masing-masing orang dalam organisasi
tersebut. Secara umum, komunikasi memiliki fungsi dalam kehidupan manusia,
antara lain menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Dalam

organisasi, komunikasi juga memiliki fungsi yang dapat membantu organisasi
dalam mencapai tujuannya. Selain itu menurut Scott dan T.R. Michell (1976)
dalam jurnal Jani Lay Yantara “Analisis Faktor Kepuasan Komunikasi
Organisasi di Apartemen MetropolisnSurabaya” komunikasi mempunyai empat
fungsi dalam organisasi, yakni : 1) kendali (kontrol/pengawasan), 2) motivasi, 3)
pengungkapan emosional, dan 4) informasi. Keberlangsungan hidup suatu
organisasi

tidak

menggambarkan

dapat

terlepas

dari

adanya


suasana

yang

iklim

dalam

komunikasi,

ada

dalam

organisasi.

yang
Dalam

menggambarkan suasana dalam organisasi dapat dilihat dari iklim organisasi dan

iklim komunikasi yang ada dalam organisasi. Tiaguri (1968) menyatakan iklim
organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal organisasi
yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta
dapat diuraikan dengan istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari
lingkungan. (Dalam Muhammad, 2009 : 82). Pada dasarnya manusia atau
seseorang yang berada dalam kehidupan organisasi berusaha untuk menentukan
dan membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak,
agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan
perilaku dari masing-masing individu. Sesuatu yang dimaksud tidak lain adalah
budaya dimana individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan

Universitas Sumatera Utara

sebagainya.

Robbins

(1998

:


248)

mendefenisikan

budaya

organisasi

(organizational culture) sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang
lain. Kebudayaan dapat dianggap sebagai sebuah faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku karyawan, perilaku hubungan antarpersonal, perilaku hubungan
antarkelompok yang dapat mempengaruhi organisasi secara keseluruhan.
Komunikasi organisasi

adalah

komunikasi


antar

manusia

(human

communication) yang terjadi dalam konteks organisasi dimana terjadi jaringanjaringan pesan satu sama lain yang saling bergantung satu sama lain. (Bungin,
2006 : 272). Berdasarkan pengertian komunikasi organisasi tersebut, dapat
diketahui bahwa komunikasi memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi.
Komunikasi dapat memelihara keutuhan organisasi, mengembangkan organisasi,
serta memberikan aturan-aturan yang harus ditaati dalam sebuah organisasi.
Adapun tujuan utama dari komunikasi organisasi yaitu : 1) sebagai tindakan
koordinasi, komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasikan
sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi-bagi dalam
bagian atau sub bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah
pimpinan seorang pemimpin atau manajer serta para bawahan mereka. 2)
Membagi informasi (information sharing), salah satu tujuan komunikasi yang
penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan
organisasi. 3) Komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi,
manusia dalam organisasi mempunyai keinginan bahkan kebutuhan untuk

menyatakan kegembiraan atas pekerjaan dan prestasi yang mereka telah lakukan,
mungkin mereka ingin mengatakan perasaan marah karena mereka telah gagal
bertugas sebagai seorang pemimpin, mereka juga dapat mengungkapkan
kekhawatiran dan kecemasan yang akan dihadapi baik oleh diri sendiri, kelompok
dan unit kerja bahkan oleh organisasi. (Dalam Liliweri, 2004 : 64-65).
Munculnya era pasar bebas, tentunya membawa dampak perubahan
terhadap dunia bisnis. Dampaknya dapat dilihat pada organisasi-organisasi yang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara pesat baik yang bersifat sosial
maupun formal. Pada dasarnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu
organisasi bukanlah perkara yang mudah. Organisasi tersebut haruslah memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas. Selain sistem yang mengatur, sarana dan
prasarana yang mendukung kelangsungan hidup suatu organisasi untuk mencapai
tujuannya terletak pada sumber daya manusianya.

Universitas Sumatera Utara

Dalam organisasi, komunikasi yang terjadi tidak akan terlepas oleh
jaringan-jaringan komunikasi dimana jaringan komunikasi adalah saluran-saluran
yang merupakan tempat informasi mengalir baik jaringan komunikasi formal
maupun jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal biasanya

berkaitan dengan tugas, proses komunikasi mengikuti rantai wewenang atau
disebut jaringan komunikasi vertikal. Sedangkan jaringan komunikasi informal
biasanya meliputi bisikan atau bebas untuk bergerak kesegala arah, melewati
tingkat-tingkat wewenang dan kemungkinan memenuhi kebutuhan sosial anggota
organisasi karena lebih mempermudah dalam penyelesaian suatu tugas.
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi
atau peranan tertentu. Di antara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan.
Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi.
(Muhammad, 2009 : 102). Pengemasan pesan yang efektif dalam cakupan arus
komunikasi yang disampaikan dengan jaringan komunikasi yang diterapkan,
maka komunikasi di dalam organisasi

tersebut pun dapat dilakukan secara

menyeluruh. Secara umum, jaringan komunikasi ini dapat dibedakan atas dua
bagian yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal.
Menurut Thoha, jaringan komunikasi formal merupakan proses komunikasi yang
mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur
organisasi. (Dalam Masmuh, 2010 : 48).
Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal

yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur
organisasi yaitu :
1) Downward communication (komunikasi ke bawah), yakni arus pesan yang
mengalir dari para atasan atau pimpinan kepada bawahannya. Komunikasi ke
bawah ini dapat diberikan secara lisan, tertulis, dengan gambar atau simbolsimbol, dalam bentuk surat edaran, pengumuman atau buku-buku pedoman
karyawan/anggota.
2) Upward communication (komunikasi ke atas), yakni pesan yang mengalir dari
bawahan kepada atasan atau dari tigkat yang lebih rendah kepada tingkat yang
lebih tinggi. Komunikasi ini sangat dipengaruhi oleh sikap keterbukaan
perusahaan atau sikap keterbukaan atasan atau kemauan atasan untuk
mendengarkan bawahan. Komunikasi ke atas ini dapat dilakukan melalui
kegiatan: pemberian laporan, pemberian saran atau pendapat, baik secara lisan,
tertulis atau dengan menggunakan simbol dan gambar.

Universitas Sumatera Utara

3) horizontal communication (komunikasi sederajat), yakni pertukaran pesan
diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi.
Komunikasi secara horizontal ini dapat dilakukan dengan cara rapat-rapat
komite, interaksi informal, memo dan nota, dan lain-lain. (Muhammad, 2009 :
108).
Komunikasi kebawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari atasan kepada bawahan. Adapun contoh komunikasi ke bawah
(downward

communication)

ialah

penyampaian

instruksi,

pengarahan,

pengontrolan kepada anak buah. Menurut Katz & Kahn 1966 ada lima jenis
informasi yang bisa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan; (1) informasi
bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk
melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik
organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk
mengembangkan rasa memiliki tugas. (Dalam Pace, 2005 : 185).
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari bawahan kepada atasan. Contoh dari komunikasi ke atas (upward
communication) ialah penyampaian usulan, ide, keluhan, pengaduan dan laporan.
Jackson (1959) menyatakan bahwa, secara keseluruhan, kekuatan yang
mengarahkan komunikasi dalam sebuah organisasi adalah motivasi. Pegawai
cenderung berkomunikasi untuk mencapai beberapa tujuan, untuk memuaskan
kebutuhan pribadinya, atau untuk mencoba memperbaiki lingkungan barunya. Ia
mengemukakan bahwa setiap program komunikasi organisasi harus didasarkan
pada iklim kepercayaan. Bila ada kepercayaan, pegawai mungkin lebih berani
mengemukakan gagasan dan perasaannya lebih bebas, dan penyelia dapat
menafsirkan apa yang dimaksud oleh pegawai dengan lebih cermat. (Dalam Pace,
2005 : 192).
Komunikasi horizontal dalam sebuah organisasi ialah informasi yang
mengalir diantara rekan-rekan sederajat dalam unit kerja yang sama. Contoh dari
komunikasi sederajat (horizontal communication) ialah diskusi antar staff, dan
diskusi antar manajer. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat
komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo, dan
catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kualitas (pekerja sukerela). Hambatan-

Universitas Sumatera Utara

hambatan pada komunikasi horizontal banyak persamaannya dengan hambatan
yang mempengaruhi komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah. Ketiadaan
kepercayaan di antara rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi pada mobilitas ke
atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu komunikasi pegawai
yang sama tingkatnya dalam organisasi dengan sesamanya. (Pace, 2005 : 197).
Apabila dalam jaringan komunikasi formal berlangsung dengan baik
diantara pihak-pihak yang berkepentingan, maka akan berpengaruh besar dalam
menjembatani terciptanya peningkatan produktivitas kerja karyawan di dalam
organisasi tersebut. Akan tetapi, sering kali di dalam komunikasi formal, baik
secara downward communication, upward communication, dan horizontal sering
menyebabkan ketidakpuasan anggota terhadap informasi yang diperlukan. Dan
hal ini akan menyebabkan komunikasi dua arah (two way communication)
menjadi terhambat dan dirasakan tidak harmonis.
Sedangkan jaringan komunikasi informal terbentuk tanpa memperhatikan
struktur organisasi atas-bawah, bawah-atas, dan horizontal. (Liliweri, 2004 : 87).
Komunikasi informal biasanya komunikasi antara orang yang ada dalam suatu
organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur
organisasi. Informasi dalam komunikasi informal biasanya timbul melalui rantai
kerumunan dimana seseorang menerima informasi dan diteruskan kepada
seseorang atau lebih dan seterusnya sehingga informasi tersebut tersebar ke
berbagai kalangan. Dampaknya ialah kebenaran informasi tersebut menjadi tidak
jelas atau kabur. Namun komunikasi informal mampu memenuhi kebutuhan
sosial, mempengaruhi orang lain, dan mengatasi kelambatan komunikasi formal
yang cenderung lebih kaku dan harus melalui berbagai jalur terlebih dahulu.
Jaringan komunikasi informal adalah bila karyawan berkomunikasi dengan
yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, sehingga
pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi ini mengalir ke atas, ke
bawah atau horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada
mungkin sedikit. Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan desas-desus
(grapevine) atau kabar angina. Komunikasi informal cenderung berisi laporan
rahasia mengenai orang-orang dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara
resmi. Informasi yang diperoleh dari desas adalah yang berkenaan dengan apa

Universitas Sumatera Utara

yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan
oleh yang berkuasa (Muhammad, 2009 : 124).
Walaupun grapevine itu membawa informasi yang informal tetapi ada
manfaatnya bagi organisasi. Grapevine memberikan balikan kepada pimpinan
mengenai sentiment karyawan. Dengan adanya jaringan komunikasi informal,
karyawan dapat menyalurkan ekspresi emosional dari pesan-pesan yang dapat
mempercepat permusuhan dan rasa marah bila ditekan. Grapevine dapat
membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam bahasa yang lebih
mudah dipahami oleh karyawan. Efek dari grapevine yang negative dapat
dikontrol oleh pimpinan, dengan menjaga jaringan komunikasi formal yang
bersifat terbuka, jujur, teliti dan sensitive terhadap komunikasi ke atas, ke bawah
dan mendatar. Hubungan yang efektif antara atasan dan bawahan kelihatannya
sangat krusial untuk mengontrol informasi informal. (Muhammad, 2009 : 126).
Adanya iklim dalam organisasi merupakan hal yang perlu diperhatikan
seorang pimpinan organisasi karena ikut mempengaruhi kepada tingkah laku
karyawan. Menurut Tagiuri (1968) yang mengatakan iklim organisasi adalah
kualitas yang relative abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh
anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan
dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan. (Dalam
Muhammad, 2009 : 82). Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena
merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan
dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Litwin dan
Stingers (1968) memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut: (1) Rasa
tanggung jawab. (2) Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan. (3) Ganjaran
atau reward. (4) Rasa persaudaraan. (5) Semangat tim.
Selain itu, iklim komunikasi merupakan salah satu hal yang memegang
peranan penting di dalam kehidupan suatu organisasi. Iklim komunikasi terdiri
dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur
tersebut terhadap komunikasi. Suatu iklim komunikasi berkembang dalam
konteks organisasi. Menurut Denis (1975) iklim komunikasi sebagai kualitas
pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang
mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan
dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. (Dalam Muhammad. 2009 : 86).
Iklim negatif akan tercipta apabila setiap anggota organisasi di dalam perusahaan
jarang berinteraksi maka akan menciptakan suasana yang kaku, tetapi sebaliknya

Universitas Sumatera Utara

iklim yang positif akan terbentuk apabila anggota organisasi di dalam perusahaan
mampu berkomunikasi dan membina hubungan agar tercipta suatu tujuan bersama
dalam peningkatan perusahaan dan mengahsilkan suatu kepuasan.
Pada dasarnya kepuasan komunikasi merupakan sesuatu hal yang bersifat
individu, karena setiap individu dalam organisasi memiliki tingkat kepuasan
komunikasi yang berbeda-beda. Kepuasan dalam hal ini menunjukkan kepada
bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan
anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara
disebarluaskannya, bagaimana diterima, diproses dan apa respon orang yang
menerima. Agar mendapatkan kepuasan komunikasi, dibuatlah struktur organisasi
dengan tujuan agar penyampaian pesan yang dilakukan baik dari atasan kepada
bawahan ataupun sebaliknya dapat disampaikan dan diterima secara menyeluruh.
Peran serta anggota dalam proses penyampaian berupa arus pesan tersebut sangat
diperlukan dalam sebuah jaringan komunikasi organisasi agar dapat tercapai
tujuan organisasi yaitu menjalin hubungan komunikasi dan mendapatkan
kepuasan komunikasi sesama anggota organisasi. “Yang dimaksud dengan istilah
kepuasan komunikasi organisasi menurut Redding (Pace, 2005) adalah semua
tingkatan kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi
secara keseluruhan”.
Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan kepada bagaimana baiknya
informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi
akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskannya,
bagaimana diterima, diproses dan apa respon orang yang menerima. Sebuah
organisasi berusaha untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai dalam
mencapai suatu keberhasilan dan memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk
itu organisasi tersebut harus memperhatikan jaringan komunikasi untuk
meningkatkan kepuasan komunikasi yang dapat memenuhi kepuasan komunikasi
setiap pegawai. Bermacam-macam hubungan komunikasi terdapat dalam
organisasi. Para pegawai berkomunikasi teratur dengan penyelia, bawahan,
sejawat, dan yang lainnya. Istilah kepuasan komunikasi digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

menyatakan keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan pegawai dalam
lingkungan total komunikasinya.
Analisis paling komprehensif mengenai kepuasan komunikasi organisasi
dilakukan oleh Downs dan Hazen (1977) sebagai bagian dari usaha mereka untuk
mengembangkan suatu instrumen untuk mengukur kepuasan komunikasi. Mereka
mengidentifikasikan delapan dimensi kepuasan komunikasi yang stabil : (1)
sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para
pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi;
(2) sejauh mana para penyelia terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan
menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan pekerjaan ; (3) sejauh mana para individu menerima informasi tentang
lingkungan kerja saat itu ; (4) sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan
baik, pengarahan tertulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam
organisasi cukup ; (5) sejauh mana terjadinya desas-desus dan komunikasi
horizontal yang cermat dan mengalir bebas ; (6) sejauh mana informasi tentang
organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai ; (7) sejauh mana para bawahan
responsif terhadap komunikasi ke bawah dan memperkirakan kebutuhan penyelia
; dan (8) sejauh mana pegawai merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana
mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai. (Dalam Pace , 2005 : 164).
Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai
tujuan yakni memengaruhi khalayak dan penerima. Pengaruh atau efek ialah
perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima
sebelum dan sesudah menerima pesan (Stuart, 1998). Pengaruh adalah salah satu
elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil
tidaknya komunikasi yang kita inginkan. Pengaruh dapat dikatakan mengena jika
perubahan (P) yang terjadi pada penerima pesan dengan tujuan (T) yang
diinginkan oleh komunikator (P=T), atau seperti rumus yang dibuat oleh Jamias
(1989), yakni pengaruh (P) sangat ditentukan oleh sumber, pesan, media, dan
pengaruh (P=S/P/M/P). Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan
pengetahuan (knowledge, sikap (attitude) dan perilaku (behavior).
Pimpinan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam organisasi dapat
memberikan kontribusi dalam membangkitkan iklim komunikasi yang baik dalam
organisasinya. Dengan melakukan hal-hal yang merupakan tanggung jawab
pimpinan seperti di bawah ini berarti pimpinan secara tidak langsung ikut
membantu karyawan dalam mencapai kepuasan kerjanya: (1) Semua pimpinan
haruslah menetapkan tujuan bagi karyawan-karyawannya. (2) Semua pimpinan

Universitas Sumatera Utara

haruslah melatih karyawannya dan membantu mereka menjadi lebih efektif dalam
pekerjaannya. (3) Semua pimpinan haruslah meninjau kemajuan karyawannya
dalam bentuk hasil dan tujuan yang telah dicapainya dan tidak menghargai
aktivitas atau kegagalan mereka tetapi hasil nyata dari tujuan mereka. (4) Semua
pimpinan hendaklah memberikan bimbingan. Jika tidak kelompok terombangambing, suasana kerja sama akan berkurang dan karyawan akan bekerja menurut
arahnya masing-masing. (5) Semua pimpinan hendaklah menggunakan metode
baru dalam kelompok dan bidang mereka untuk membuat anggota kelompok
terus-menerus menjadi lebih efektif. (6) Semua pimpinan hendaklah membuat
perencanaan

untuk

masa

mendatang.

Pimpinan

harus

memproyeksikan

kesempatan-kesempatan dan kesulitan-kesulitan dan merencanakan tindakan
pengembangan untuk menyelesaikan pokok persoalan yang penting. Pimpinan
berhasil hanya bila orang-orang dalam kelompoknya berhasil. (7) Semua
pimpinan

harus

mengembangkan kemampuan orang-orangnya.

(8)

Bila

menghargai prestasi karyawan pimpinan hendaklah menggunakan standar sosial
dan finansial yang mereka tetapkan untuk karyawan. (Muhammad, 2009 :91).
Ketidakpuasan komunikasi yang terjadi dapat menimbulkan dampak yang
kurang baik. Padahal dalam mencapai tujuan sebuah organisasi yang sudah
direncanakan sangat ditentukan oleh kepuasan komunikasi diantara pegawainya.
Dalam situasi yang demikian, biasanya akan timbul komunikasi informal yaitu
komunikasi yang terjadi diantara para anggota organisasi atas dasar kehendak
pribadi, tanpa memperhatikan posisi/kedudukan mereka dalam organisasi.
Walaupun informasinya bersifat informal, namun informasi ini bermanfaat bagi
organisasi. Bagi pimpinan dapat menjadi masukan tentang perasaan karyawan,
sedangkan bagi sesama karyawan komunikasi informal ini bisa menjadi saluran
emosi mereka. Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada jaringan
komunikasi formal. Dikarenakan jaringan komunikasi formal lebih dapat
dikendalikan oleh manajemen dan jaringan kerjanya relatif lebih dapat
diidentifikasi tanpa mengabaikan peranan penting jaringan komunikasi informal.

Universitas Sumatera Utara

Perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan yang merupakan salah satu unit PLN Corporate University
yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan kompetensi sumber
daya manusia (SDM) dan kinerja Unit Operasional di lingkungan PT PLN
(Persero) Sumatera Utara dan Aceh melalui penyelenggaraan pembelajaran serta
Assessmen. Corporate University salah satu alat strategi perusahaan yang
berfungsi mengintegrasikan semua sumber daya pembelajaran, proses dan orangorang di perusahaan yang memungkinkan terwujudnya kinerja terbaik dengan
terus-menerus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku orang dalam
lingkungan ekosistem bisnis.
Hingga saat ini PT. PLN (Persero)Udiklat Tuntungan memiliki Kantor
Induk di Jakarta dan memiliki 10 Akademi, 3 Unit Learning Center serta 1 Unit
Assesment Center dan 1 unit Sertifikasi yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, unit tersebut adalah : Udiklat Bogor (Project Academy), Udiklat
Jakarta (Leadership Academy & Corporate Culture Academy), Udiklat Semarang
(Transmission & Live Maintenance Academy), Udiklat Pandaan (Distribution &
Commerce Academy), Udiklat Makassar (Renewable Energy Academy), Udiklat
Surabaya (Primary Energi & Generation Academy), Udiklat Palembang
(Corporate Enabler Academy), Udiklat Tuntungan, Udiklat Padang, Udiklat
Banjarbaru sebagai Unit Learning Center.
Berdasarkan operasionalnya PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan dibagi
dalam beberapa bidang yang dikepalai oleh masing-masing kepala bagian yaitu
Bidang Pembelajaran, Bidang Pelaksanaan, Bidang Mutu, Bidang Laboratorium,
Bidang Keuangan, dan Bidang Pelayanan Peserta Pembelajaran. Bidang-bidang
yang ada tersebut saling berhubungan satu sama lain. Setiap bagiannya memiliki
tugas dan fungsi masing-masing yang tentunya antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya dihubungkan oleh sebuah jaringan komunikasi formal.
Adapun bentuk kegiatan komunikasi formal yang terjadi di PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan adalah pertama bentuk kegiatan komunikasi ke bawah yang
dilakukan oleh pimpinan melalui kegiatan rapat, seminar, briefing lewat lisan,
penyampaian informasi secara tertulis seperti surat, nota, dan memo. Kedua

Universitas Sumatera Utara

adalah bentuk kegiatan komunikasi ke atas yang dilakukan oleh karyawan kepada
atasan adalah pemberian laporan, pemberian ide, saran, keluhan yang menyangkut
masalah pekerjaan dan sesame rekan sekerja, apakah itu menyangkut
kebijaksanaan perusahaan, dan masalah-masalah sejenis yang melibatkan mereka.
Ketiga adalah bentuk kegiatan komunikasi horizontal biasanya dilakukan melalui
aktivitas komunikasi di tempat kerja maupun di luar jam kerja, dan percakapan
telepon.
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan sebagai sebuah wadah untuk
membangun, meningkatkan, mengembangkan, serta memelihara kemampuan dan
keterampilan pegawai di lingkungan PT PLN (Persero). PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan memiliki tugas yang beragam yaitu tugas merencanakan, mengatur,
memberikan pendidikan dan pelatihan di bidang teknik dan non teknik. Adapun
program pembelajaran di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan ialah Program
Pembelajaran Calon Pegawai Baru, Program Pembelajaran Kepemimpinan,
Program Pembelajaran Profesi dan Sertifikasi, Program Pembelajaran Penunjang,
Program Pembelajaran Inisiatif Stratejik Korporat, dan Program Pembekalan
Masa Purna Bakti.
Dari banyaknya tugas dan besarnya tanggung jawab setiap anggota PT
PLN (Persero) Udiklat Tuntungan, tentu permasalahan mengenai jaringan
komunikasi formal cenderung terjadi ketika berkomunikasi dari atas ke bawah,
dari bawah ke atas, atau sederajat. Jaringan komunikasi setiap individu tentu
berbeda dengan individu lainnya. Jaringan komunikasi yang terjalin tentu
menimbulkan permasalahan di dalam organisasi. Hal inilah yang menjadi alasan
peneliti dalam memilih lokasi penelitian di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.
Menurut pengamatan penulis, PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan
memiliki komunikasi organisasi yang cukup kondusif bagi kehidupan organisasi
yang

sehat. Suasana yang

mementingkan komunikasi terbuka, dengan

kepercayaan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan antara atasan dan
bawahan atau sederajat memperlancar arus komunikasi terutama berkenaan
dengan tugas-tugas kantor. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam

Universitas Sumatera Utara

penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan, bawahan kepada atasan, dan
sederajat tidak selalu berjalan dengan lancar. Contohnya, pertama ketika atasan
memberikan instruksi tugas kepada bawahan untuk dilaksanakan tetapi bawahan
tidak melaksanakan sesuai dengan yang diinginkan oleh atasan. Kedua ketika
bawahan menyembunyikan perasaan dan pikirannya serta menganggap bahwa
atasan tidak tertarik kepada permasalahannya. Ketiga ketika teman sekerja tidak
saling berbagi informasi serta tidak ada niat untuk menyelesaikan konflik diantara
anggota lainnya.
Pada kenyataannya untuk mendapatkan segala informasi dari berbagai
pihak tentu tidak selalu memenuhi kepuasan komunikasi setiap individu.
Ketidakpuasan komunikasi dapat terjadi melalui instruksi tugas, informasi yang
berlebihan, kecenderungan karyawan dalam menyembunyikan perasaan dan
pikirannya, berpikiran negatif terhadap sesama, kurangnya reward atau
penghargaan, serta adanya pembicaraan yang tidak relevan dengan tugas-tugas.
Berdasarkan dari pengamatan keadaan lingkungan di PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
pengaruh jaringan komunikasi formal yang ada di PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan terhadap kepuasan komunikasi yang diterima pegawai.
1.2 Pembatasan Masalah
Untuk mengurangi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
menghasilkan uraian yang sistematis, maka penulis membatasi masalah yang akan
diteliti. Pembatasan masalah ditujukan agar lingkup penelitian dapat lebih jelas,
terarah, sehingga tidak mengaburkan penelitian.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini fokus untuk meneliti jaringan komunikasi formal yaitu dari
atas ke bawah, bawah ke atas, dan komunikasi horizontal.
b. Objek penelitian ini adalah publik internal perusahaan yaitu pegawai PT
PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.

Universitas Sumatera Utara

c. Waktu penelitian Maret-April 2017.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah
“Bagaimana Pengaruh Jaringan Komunikasi Formal terhadap Kepuasan
Komunikasi Pegawai di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan”.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui proses komunikasi dari atas ke bawah di lingkungan PT
PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.
b. Untuk mengetahui proses komunikasi dari bawah ke atas di lingkungan PT
PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.
c. Untuk mengetahui proses komunikasi horizontal di lingkungan PT PLN
(Persero) Udiklat Tuntungan.
d. Untuk mengetahui kepuasan komunikasi di lingkungan pegawai di PT
PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.
e. Untuk melihat bagaimana pengaruh jaringan komunikasi formal dengan
kepuasan komunikasi yang dirasakan pegawai di PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas atau
menambah khasanah penelitian di departemen Ilmu Komunikasi serta
dapat memberikan kontribusi agar penelitian ini agar dapat menjadi
referensi dan sumbangan pemikiran bagi pembacanya.
b. Secara

Teoritis,

penelitian

ini

diharapkan

mampu

memperluas

pengetahuan, memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti.

Universitas Sumatera Utara

c. Secara Praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan kepada siapa saja yang berkenan membaca penelitian ini
terutama Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara