Optimalisasi Tumbuh Kembang Balita denga

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG BALITA DENGAN PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI POSYANDU MUGI LESTARI
THE OPTIMIZATION OF TODDLERS’ GROWTH AND DEVELOPMENT THROUGH
EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN POSYANDU MUGI LESTARI

Sri Kustiyati, Lely Firrahmawati
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Surakarta

ABSTRACT
The toddler years are golden period in the range of individuals development. There are
several factors that influence it, one of which is nutrition. The disrupted fulfillment of
nutrition the brain system will also cause the disrupted brain system and indirectly it might
disrupt the motor development. The data in Miri Public Health Centre showed prevalence of
toddlers’ malnutrition (1.2%) of 348 toddlers. The purpose of this study is to identify and
analyze the correlation of exclusive breastfeeding with gross motor development in toddlers
aged 7-36 months at Mugi Lestari Public Health Centre. The design of this study is
observational analytic. The research draft used is cross sectional. The sampling technique
used is total sampling. Data analysis used Chi square test. The results of the data analysed
gained P value 0.509 (> 0.05), which means that Ho accepted and Ha rejected. There was
no correlation between exclusive breastfeeding with gross motor development in toddlers
aged 7-36 months in Mugi Lestari Public Health Centre.


Keywords: exclusive breastfeeding, gross motor skills, growth and development.

A. Pendahuluan
Menyusui sangat penting untuk tumbuh kembang bayi dan anak, baik untuk kesehatan
ibu dan ekonomis bagi keluarga. ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi
umur 0-6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi.
ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsure kebutuhan bayi baik
fisik, psikologi social maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur
zat makanan. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan
air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. ASI juga sangat kaya
akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan
system saraf.
Masa balita adalah masa emas dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada
masa ini, pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, keterampilan motorik dan sosial
emosi berjalan demikian pesatnya. Masa balita juga merupakan masa kritis yang akan
menentukan hasil proses tumbuh kembang anak selanjutnya. Dalam masa perkembangan
balita, anak mengalami perubahan yang terjadi dalam hal perubahan struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan

bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Marimbi, 2010, hal. 92).
Pertumbuhan adalah aspek kuantitas anak, meliputi sedikitnya berat badan, panjang atau
tinggi badan dan lingkar kepala. Sedangkan perkembangan adalah aspek kualitatif anak, yaitu
intelegensia, social emosi, kemampuan komunikasi serta kemampuan motorik halus dan
kasarnya. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan ketrampilan
otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh. Perkembangan motorik ditandai
dengan adanya perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri lama dan mendapatkan

ciri baru. Walaupun pola perkembangan sama, setiap anak akan mengikuti pola-pola
perkembangan yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri-sendiri.
Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh data dari Posyandu Mugi Lestari di kecamatan
Miri, Jumlah balita bulan Februari tahun 2013 adalah 348

anak, hasil pemantauan

pertumbuhan tahun 2012 presentase balita ditimbang (22,12%), yang berat badan naik
kategori umur 0-1 tahun (19,25%), umur 1-2 tahun (17,81%), umur 2-5 tahun (39,94%),
dibawah garis merah (1,2%). Data cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang balita pada
semester pertama adalah (50,97%) lebih tinggi dari angka cakupan keseluruhan yaitu
(37,98%) dan pada semester kedua adalah (96,88%), angka ini lebih tinggi dari angka ratarata keseluruhan yaitu (77,06%).

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui dan menganalisa hubungan
pemberian ASI eksklusif terhadap optimalisasi tumbuh kembang balita di Posyandu Mugi
Lestari Kecamatan Miri Kabupaten Sragen. Sedangkan tujuan secara khusus, untuk
mengetahui pemberian ASI eksklusif, tumbuh kembang balita dan hubungan pemberian ASI
eksklusif terhadap tumbuh kembang balita di Posyandu Mugi Lestari Kecamatan Miri
Kabupaten Sragen.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional. Rancangan penilitian yang
digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Mugi Lestari
Kecamatan Miri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013. Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai balita usia 7-36 bulan di Posyandu
Mugi Lestari sejumlah 53 balita. Teknik sampling yang digunakan adalah tehnik total
sampling. Kuesioner pengukuran pemberian ASI eksklusif menggunakan skala Guttman

yang terdiri dari 2 pilihan jawaban yaitu benar-salah.

C. HASIL
1. Distribusi Karakteristik Responden
Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan umur ibu, pendidikan terakhir ibu,

pekerjaan ibu, umur balita dan BB balita.
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden
Karakteristik Responden

n=53

%

< 20 tahun

1

1,9

20-30 tahun

35

66


31-40 tahun

16

30,2

>40 tahun
Pendidikan terakhir

1

1,9

Dasar

25

47,2


Menengah

22

41,5

Tinggi

6

11,3

IRT

33

62,3

Petani


1

1,9

Buruh

2

3,8

Swasta

15

28,3

PNS

2


3,8

7-12 bulan

27

50,9

13-24 bulan

20

37,7

25-36 bulan

6

11,3


10 kg

19

35,8

Umur ibu (Tahun)

Pekerjaan ibu

Umur Balita

BB Balita

2. Deskripsi Variabel Penelitian
Berikut adalah gambaran pemberian ASI eksklusif dan status perkembangan motorik
kasar balita umur 7-36 bulan di posyandu Mugi Lestari.

Tabel 2
Deskripsi Variabel Penelitian

Varabel Penelitian

n=53

%

Tidak eksklusif

12

22,6

Eksklusif

41

77,4

Lambat


1

1,9

Normal

52

98,1

Pemberian ASI eksklusif

Perkembangan motorik kasar

3. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan Motorik Kasar
Analisis Chi-square pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen.
Tabel 3
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan Motorik Kasar
ASI eksklusif

Lambat

Total

Normal

Nilai p

N

%

n

%

n

%

Tidak Eksklusif

1

7,7%

11

92,3%

13

100%

Eksklusif

0

0

41

100%

41

100%

0,509

Diuji dengan Uji Chi Square

Berdasar tabel 4.3 di atas hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif didapatkan 7,7% dari 13 balita mengalami keterlambatan
motorik kasar, sedangkan balita yang mendapat asupan ASI eksklusif sejumlah 41
balita perkembangan motorik kasarnya 100% normal.
Data diatas merupakan hasil analisis data yang telah dilakukan dengan
menggunakan uji chi-square dan diperoleh P value 0,509 (>0,05) yang berarti Ho
diterima dan Ha ditolak.
Interpretasi: Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
perkembangan motorik kasar pada balita usia 7-36 bulan di Posyandu Mugi Lestari.

D. PEMBAHASAN
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa masih ada 22,6% dari 53 orang ibu di posyandu Mugi
Lestari yang tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Dan dari tabel 3dapat
dilihat bahwa 7,7% dari 13 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif, anaknya mengalami
keterlambatan pada perkembangan motorik kasarnya. Motorik kasar adalah bagian dari
aktivitas motorik yang melibatkan ketrampilan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh. Perkembangan motorik ditandai dengan adanya perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri lama dan mendapatkan ciri baru. Walaupun pola perkembangan
sama, setiap anak akan mengikuti pola-pola perkembangan yang dapat diramalkan dengan
cara dan kecepatannya sendiri-sendiri.
Hasil analisis data yang menghubungkan antara pemberian ASI eksklusif dengan
perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian
ASI eksklusif dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 7-36 bulan. ASI sebagai
sumber nutrisi bayi sangat baik untuk mengoptimalkan baik pertumbuhan maupun
perkembangan anak, tetapi banyak faktor yang menyebabkan ibu tidak dapat memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya. Namun ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita di daerah
tersebut meskipun tidak memberikan ASI eksklusif, mereka tetap memberikan ASI kepada
bayinya. Mereka memberikan asupan makanan/minuman lain selain ASI sebelum anak usia 6
bulan, tetapi anak juga menyusu pada ibunya. Jadi bukan sama sekali bayi tidak mendapatkan
ASI, karena pengertian ASI eksklusif adalah bayi hanya mendapat ASI saja tanpa ada
tambahan makanan atau minuman lain meskipun hanya air putih, kecuali obat atau vitamin.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah kesehatan fisik,
kapasitas mental dan kondisi psikologis serta faktor-faktor lingkungan hidup dan faktor
sosialisasi. Perkembangan motorik akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh
kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa

menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot. Jika kegiatan
anak di dalam ruangan, pemaksimalan tuangan bisa bisa dijadikan strategi untuk
menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakkan
seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas.
Penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk memanjat,
koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasistimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik,
koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan
sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk membangun semua
ketrampilan tersebut.
Perkembangan motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak tertentu
mungkin akan bisa melompat dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya
mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Dalam hal ini orang
tua dan orang dewasa di sekitar anak harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan
merencanakan berbagai kegiatan yang bisa menstimulasinya. Stimulasi dapat dengan
mengikutkan anak pada kelompok olah raga, karena hal ini akan meningkatkan kesehatan
fisik, psikologis serta psikososial anak. Anak menjadi senang mendapat stimulasi kreativitas
yang baik untuk perkembangannya (Wijaya, 2008).
Penelitian ini dilakukan di daerah pedesaan, yaitu desa Jeruk, Kec. Miri Gemolong
dimana keadaan lingkungannya masih segar dan tidak penuh dengan bangunan seperti daerah
perkotaan. Anak-anak yang tumbuh di daerah tersebut akan lebih banyak mendapatkan
kesempatan untuk bergerak bebas di luar rumah, mereka bisa berlari, melompat, main
panjatan maupun kejar-kejaran yang semua itu merupakan suatu stimulus untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang anak-anak, terutama pertumbuhan motorik kasarnya.

Perkembangan anak tidak hanya meliputi perkembangan motorik kasar saja, ada
perkembangan bahasa, adaptif-motorik halus serta personal sosial. Namun yang dapat diamati
secara langsung adalah perkembangan motorik kasar anak. Meskipun hasil penelitian ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan
motorik kasar pada balita usia 7-36 bulan, belum tentu demikian adanya apabila dilihat dari
perkembangan bahasa, adaptif-motorik halus serta personal sosialnya.
Para ilmuwan dari Brown University Amerika Serikat yang menyelidiki 133 bayi untuk
membandingkan myelin pada bayi antara yang memperoleh ASI dengan yang tidak
memperoleh ASI. Perbedaan yang signifikan tampak pada struktur otak saat bayi masuk usia
2 tahun. Terdapat perbedaan pertumbuhan 20-30 persen pada area putih otak (white matter).
Area ini lebih kecil pada bayi yang tidak memperoleh ASI. Area putih terdiri atas serabut
myelin. Myelin terdiri atas serabut saraf putih panjang yang menghubungkan berbagai area di
otak. Area ini digunakan bayi untuk belajar. Hasil riset menunjukkan bayi yang hanya
memperoleh ASI memiliki proses myelinasi tercepat. Sedangkan bayi dengan asupan susu
formula memiliki myelinasi yang paling sedikit.
Peneliti dari Universitas Amerika tersebut juga melengkapi hasil penelitiannya dengan
pemeriksaan scan MRI yang dihubungkan dengan hasil tes kemampuan kognitif. Hasil tes
mencakup kemampuan berbahasa, visual dan kontrol motorik. Dari semua hasil test, bayi
yang mendapat ASI memperoleh hasil lebih baik. Peneliti juga menemukan, semakin lama
bayi diberi ASI otaknya akan semakin berkembang. Terutama pada area otak yang
berhubungan dengan gerakan dan koordinasi.
Peneliti dari Oxford University dan Institut for Social and Economic Research
menyatakan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh menjadi anak yang lebih
pintar dalam membaca, menulis dan matematika. IQ bayi ASI lebih tinggi 3-5 poin dibanding
yang tidak mendapat asupan ASI. Peneliti melakukan penelitian terhadap lebih dari 10.000

anak. Peneliti melihat skor tes murid-murid yang dulu mendapatkan ASI eksklusif smpai usia
4 minggu dibandingkan murid-murid yang diberi susu formula sejak baru lahir.
E. SIMPULAN
Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik
kasar pada balita usia 7-36 bulan di Posyandu Mugi Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.

F. UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti menyadari bahwa terwujudnya penelitian ini tidak terlepas dari adanya kesempatan,
dorongan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu perkenankan peneliti menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian
ini:
1. Mulyaningsih, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku ketua STIKES ‘Aisyiyah Surakarta.
2. Indarwati, SKM, M.Kes selaku ketua P3M STIKES ‘Aisyiyah Surakarta yang telah
memberikan motivasi dan bimbingan.
3. Bidan Subiyati, Amd. Keb. beserta para kader posyandu Mugi Lestari Kecamatan Miri
Kabupaten Sragen yang telah banyak membantu jalannya penelitian ini.
4. Ibu-ibu Balita di Posyandu Mugi Lestari atas kejasamanya.
5. Teman-teman dosen di STIKES ‘Aisyiyah Surakarta yang telah banyak memberikan
inspirasi dan motivasi.
6. Mahasiswa STIKES ‘Aisyiyah Surakarta yang telah membantu jalannya penelitian ini.

G. DAFTAR PUSTAKA
Chamidah, A. Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. (2009, vol 1. 3
Diperoleh http://garuda.ac.id. 4 Maret 2013 jam 22.00).
Kodrat, L. (2010). Dahsyatnya ASI&Laktasi. Yogyakarta: Media Baca.
Kristiyanasari, W. (2009). ASI, Menyusui & SADARI. Yogyakarta: Nuha Medika.
Marimbi, H. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi Dan Imunisasi Dasar Pada Balita .
Yogyakarta: Nuha Medika.
Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam kebidanan. Jakarta: CV Trans Infomedia.

Nurdiyarayah, N. (2011). Buku Pintar Ibu Dan Bayi. Jakarta: Bukune.
Proverawati & Rahmawati. (2010). ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prasetyono, D S. (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press.
Rosmha Widiyani | Rabu, 12 Juni 2013, ASI Bikin Otak Bayi Tumbuh Lebih Cepat.
Kompas.com
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wijaya, Putra. 2008. Perkembangan Motorik Anak [document on the Internet]. Oktober 2008
(diunduh 20 November 2013). Tersedia di: http://www.putrajaya.co.cc

Dokumen yang terkait

Hubungan Promosi Kesehatan Dengan Pengetahuan Ibu Dalam Menyediakan Makanan Bergizi Bagi Balita Di Desa Sukoanyar Kecamatan Wajak Kabupaten Malang 2013

5 56 23

Pola Mikroba Penyebab Diare pada Balita (1 bulan - 5 tahun) dan Perbedaan Tingkat Kesembuhan Di RSU.Dr.Saiful Anwar Malang (Periode Januari - Desember 2007)

0 76 21

HUBUNGAN ANTARA INOVASI PRODUK D AN M UTU PELAYANAN DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN ( VISIT RATE ) (Studi pada Poli Akupuntur, Tumbuh Kembang, Fisioterapi, dan Pelayanan Pijat Bayi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jember Klinik tahun 2013)

0 20 20

Hubungan Pola Asuh Ibu dan Riwayat Imunisasi Dasar dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember (The Relationship of Mother Parenting and Basic Immunization History with Pneumonia Incidence Among Under Five Years Old Chil

2 30 8

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di 5 Posyandu Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013

9 81 153

Hubungan antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Bulan Agustus 2010

2 21 84

Prevalensi Diare Pada Pasien Balita Rawat Inap Di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan Periode April Sampai Juni 2010

0 22 55

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 16 128

Tumbuh kembang motorik kasar pada anak down syndrome usia golden aage dalam bentuk buku ilustrasi

3 34 33

Penerapan Logika Fuzzy Untuk Optimalisasi Perilaku Tower Pada Game Tower Defense

0 18 1