Aspek Hubungan Panjang Berat Reproduksi

Abstrak

Salah satu danau yang cukup menarik untuk diamati secara ilmiah adalah Danau Batu yang terletak di Desa Sigi, Kecamatan Kahayan Tengah. Perairan Danau Batu yang memiliki luas sekitar 1,5 Ha terletak di pinggiran Sungai Kahayan mempunyai potensi perikanan yang cukup besar terutama dari sektor perikanan tangkap di perairan umum. Salah satu komoditas ikan perairan umum yang memiliki nilai ekonomis baik adalah ikan lais. Harga jual ikan lais yang relatif mahal juga merupakan salah satu faktor yang merangsang nelayan untuk meningkatkan eksploitasi sehingga memungkinkan terjadinya overfishing. Sebagai upaya awal untuk menangani hal ini, perlu dilakukan penelitian seputar aspek biologi ikan lais.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologis; seperti hubungan panjang-berat, tingkat kematangan gonad (TKG), nisbah kelamin (sex ratio), indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas, dan makanan; ikan lais baji (Kryptopterus palembangensis) yang tertangkap di Danau Batu, Desa Sigi, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulangpisau.

Hasil penelitian beberapa parameter kualitas air menunjukkan DO berkisar antara 3,47 – 4,99 mg/l. pH 3,88 - 4,67 satuan pH, suhu 28,1 – 28,9 0

C, kecerahan 0,3 – 0,4 m, nitrat (NO 3 ) 0,01 - 0,08 mg/l, fosfat 0,02 - 0,06 mg/l, dan amonium tidak terdeteksi. Ikan Lais Baji (Kryptoterus palembangensis), menempati urutan ketiga ikan yang dominan tertangkap. Sementara itu untuk aspek biologi, panjang standar berkisar antara 65 – 116 mm dan berat berkisar 5,9 – 12,6 g. Persamaan panjang-berat ikan lais baji keseluruhan (gabungan jantan dan betina) : W

= 0,030 L 1,279 (R = 0,757). Persamaam hubungan panjang-berat ikan jantan dan betina secara

terpisah menghasilkan : W = 0,003L 1,038 (R = 0,853) dan W = 0,090L (R = 0,706) untuk ikan betina. Pertumbuhan ikan lais baji adalah bertipe alometrik negatif, dan ikan jantan lebih

gemuk daripada ikan betina. Rasio perbandingannya betina dan jantan dalam persentase adalah 76,81% : 23,19%. Ukuran pertama kali matang gonad (length at first maturity/ Lm) ikan lais baji adalah pada panjang standar 85,31 mm, dengan kisaran antara 84,53 - 85,71 mm. Sedangkan perhitungan dugaan ukuran pertama kali tertangkap (length at first capture/ Lc) adalah 79,22 mm. Terdapat 50 ekor ikan (72,46%), baik jantan dan betina, yang termasuk belum matang gonad. Sementara itu 19 ekor ikan (27,54%), yang sudah matang gonad keseluruhannya berjenis kelamin betina. Fekunditas ikan lais baji berkisar antara 1.021 butir hingga 5.924 butir telur. Jumlah terbanyak diperoleh dari gonad 1,11 g (ikan dengan panjang- berat 100 mm-11,4 g; TKG VI), sedangkan fekunditas terendah diperoleh dari gonad 0,28 g (ikan dengan panjang-berat 72 mm-8,9 g; TKG IV).

* : Mahasiswa Prodi PSAL Unpar

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan umum tawar di Kalimantan Tengah tercatat seluas 2.290.000 Ha dengan luas perairan danau, sungai, dan rawa masing- masing 132.800 Ha, 323.500 Ha, dan 3,6 Juta Ha. (Anonim, 2006). Selain sungai dan rawa, potensi perikanan umum di Kalimantan Tengah terutama sektor penangkapan juga berasal dari dari danau.

Danau-danau di wilayah Kalimantan Tengah dapat digolongkan kedalam 3 tipe danau yang umumnya terjadi akibat dinamika hidrologi air sungai utama. Tipe danau yang pertama adalah danau yang diprakirakan terjadi akibat pen-Dam-an alamiah pada Sungai. Tipe danau kedua adalah danau oxbow (oxbow lake), termasuk danau sungai (fluviatile/ river lake), yaitu bagian dari tipe limpasan dataran sungai (flood-plain) yang mana terjadinya suatu pengisolasian putaran dari lekukan-lekukan sungai (meander) atau sungai tua (mature stream). Dan, tipe danau ketiga adalah backwater-lake yaitu danau yang terjadi akibat terisinya cekungan dibelakang sungai oleh air sungai utama. Danau ini juga termasuk danau limpasan banjir (flood-plain) (Cole 1983; Joo and Ward 1990 dalam Anonim, 2006).

Salah satu danau yang cukup menarik untuk diamati secara ilmiah adalah Danau Batu yang terletak di Desa Sigi, Kecamatan Kahayan Tengah. Perairan Danau Batu yang memiliki luas sekitar 1,5 Ha terletak di pinggiran Sungai Kahayan mempunyai potensi perikanan yang cukup besar terutama dari sektor perikanan tangkap di perairan umum. Buchar, et al. (2007) dalam penelitiannya dari Agustus 2003 sampai dengan Juli 2005, berhasil menangkap ikan sebanyak 4.943 ekor dan mengidentifikasinya kedalam 16 famili dan 101 jenis ikan di Danau Batu dengan 2 jenis diantaranya belum teridentifikasi baik famili maupun spesiesnya. Dari keenam belas famili tersebut, jumlah jenis yang terbanyak adalah Osteochilus triporos sebanyak 511 ekor, Thynnicthys polylepis sebanyak 412 ekor, Rasbora caudimaculata sebanyak 301

ekor dan Labiobarbus leptocheila sebanyak 253 ekor. Walaupun jumlahnya tidak dominan, namun famili Siluridae (jenis ikan lais) yang merupakan ikan ekonomis penting dan endemik lokal di Kalimantan Tengah tertangkap sebanyak 291 ekor.

Berdasarkan Laporan Statistik Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya untuk jenis hasil tangkapan Ikan Lais/ sheatfishes di wilayah perairan danau Kabupaten Pulangpisau, pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Produksi dimaksud pada Tahun 2009 adalah sebesar 370 Ton, mengalami penurunan drastis menjadi sebesar 0,5 Ton pada Tahun 2010, dan bahkan pada Tahun 2011 dan 2012 hanya 0,0 Ton (kemungkinan data tidak dapat terlihat dikarenakan hanya satu angka pembulatan di belakang koma). Penurunan angka produksi tersebut sangat signifikan dan memiliki alasan yang rasional dan logis apabila memperhatikan keadaan lingkungan dan pendapat masyarakat yang menyatakan semakin sulitnya

memperoleh hasil tangkapan ikan lais dari tahun ke tahun. Ikan lais segar 1 kg dijual dengan harga berkisar antara Rp 25.000, sampai Rp 30.000,- dan ikan lais kering asin harga 1 kg sekitar Rp 40.000,- sampai Rp 70.000,- (Komunikasi pribadi dengan nelayan dan penjual ikan asin di Desa Sigi). Harga jual ikan lais yang relatif mahal tersebut merangsang nelayan untuk meningkatkan eksploitasi yang berlebih.

Dengan memperhatikan hasil dimaksud, serta mempertimbangkan data populasi yang cenderung menurun, dan ancaman akan kepunahan di masa datang, serta di sisi lain ikan lais merupakan ikan ekonomis penting dan endemik lokal, maka perlu dilakukan penelitian dasar antara lain mengenai aspek biologi ikan lais baji (Kryptopterus palembangensis) yang ada di Danau Batu. Aspek biologi dipandang sangat berguna dalam menentukan arah kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan tersebut nantinya. Salah satunya mengenai bagaimana menerapkan suatu aturan yang akan mengatur ukuran alat tangkap selektif Dengan memperhatikan hasil dimaksud, serta mempertimbangkan data populasi yang cenderung menurun, dan ancaman akan kepunahan di masa datang, serta di sisi lain ikan lais merupakan ikan ekonomis penting dan endemik lokal, maka perlu dilakukan penelitian dasar antara lain mengenai aspek biologi ikan lais baji (Kryptopterus palembangensis) yang ada di Danau Batu. Aspek biologi dipandang sangat berguna dalam menentukan arah kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan tersebut nantinya. Salah satunya mengenai bagaimana menerapkan suatu aturan yang akan mengatur ukuran alat tangkap selektif

1.4 Manfaat

menangkap ikan,

Diperolehnya informasi mengenai aspek ekonomisnya

memperoleh nilai

biologis; seperti hubungan panjang-berat, mengesampingkan aspek kelestariannya.

namun

tidak

tingkat kematangan gonad (TKG), nisbah kelamin (sex ratio), indeks kematangan

1.2 Perumusan Masalah

gonad (IKG), fekunditas, dan makanan; ikan (sebagaimana dimaksud Gambar 1)

lais baji, dalam hubungannya sebagai salah

1.3 Tujuan Penelitian

satu bahan masukan dalam pembuatan Untuk mengetahui aspek biologis;

kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan seperti hubungan panjang-berat, tingkat

yang ada di Danau Batu, Desa Sigi, kematangan gonad (TKG), nisbah kelamin

Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten (sex ratio), indeks kematangan gonad (IKG),

Pulangpisau.

fekunditas, dan makanan; ikan lais baji yang tertangkap di Danau Batu, Desa Sigi, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulangpisau.

Danau Batu :

Keragaman dan Kelimpahan Ikan Tinggi

Pencemaran

Terjadi penurunan populasi (Data sekunder dan informasi overfishing

illegalfishing

Ekonomis penting Kelestariannya perlu

dipertahankan (melalui regulasi) Endemik Lokal

Pengelolaan secara lestari Diperlukan input :

1. (sustainable) Aspek Biologi

2. Kelimpahan

Gambar 1. Diagram Perumusan Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan lais baji disebut pula dengan lais kuning merupakan jenis ikan demersal yang

2.1 Kondisi Perairan Danau Batu

hidup di sungai dan danau di wilayah Kalimantan Tengah dengan sebaran di Kabupaten Seruyan, Kotawaringin Timur, Katingan, Gunung Mas, Pulangpisau, Murung Raya, dan Palangkaraya (Kottelat et al, 1993 dalam Anonim, 2008).

2.4 Beberapa Aspek Biologi Ikan

2.4.1. Pertumbuhan

Tabel 1. Kriteria pertumbuhan ikan

Gambar 2. Lokasi penelitian (Sumber berdasarkan nilai b (slope) Googlemap, 2014) Nilai b

Kriteria

(slope)

2.2 Keanekaragaman Hasil Tangkapan

b<3

Pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat (alometric negative).

2.3 Klasifikasi Ikan Lais Baji

b=3

Pertambahan panjang dan pertambahan

Menurut Kottelat, et al. (1993),

berat sama (isometric).

klasifikasi ikan lais baji adalah sebagai

b>3

Pertambahan berat lebih cepat daripada

berikut : pertambahan panjang (alometric positive). Sumber : Ricker (1975) dalam Effendie

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Siluriformes Famili

: Siluridae

2.4.2. Tingkat Kematangan Gonad

Genus : Kryptopterus

2.4.3. Indeks Kematangan Gonad

Spesies : Krytopterus palembangensis Ciri dari ikan ini adalah sirip

2.4.4. Rasio Jenis Kelamin

punggung tereduksi, lebar badan kira-kira

2.4.5 Fekunditas

3,5 kali lebih pendek dari panjang standar. Sungut-sungut rahang atas mencapai sirip

2.5 Komposisi Jenis Makanan

dubur, sementara sungut-sungut rahang

2.6 Alat Tangkap Jaring Insang

bawah lebih pendek daripada panjang

2.7 Parameter Fisika dan Kimia

kepala. Warna badan hampir tembus

Perairan

pandang, dengan garis warna gelap yang memanjang.

mempunyai kisaran panjang antara 48 - 156 mm dan berat antara 1,5 - 14,0 gram. Dilihat

2.7.3 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/

dari nilai koefisien regresi (b) pertumbuhan

DO)

ikan jantan dan betina bersifat alometrik

2.7.4 Amonia

negatif yang berarti pertumbuhan panjang lebih cepat dari pertumbuhan berat

2.7.5 Nitrat

(Handayani, et al., 2009).

2.7.6 Fosfat

2.8 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3. Ikan Lais Baji

III. METODOLOGI

penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring insang.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Selama melaksanakan penelitian, Penelitiaan ini dilaksanakan di Danau

bulan Maret sampai dengan Juni 2014, Batu (02º00’57,4”LS; 113º56’54.9”BT) di dilakukan 4 kali sampling penangkapan Desa Sigi, Kecamatan Kahayan Tengah,

menggunakan alat tangkap jaring insang Kabupaten

Pulangpisau,

Provinsi

(gillnet) penelitian dengan ukuran mata Kalimantan Tengah. Kawasan Danau Batu

jaring 1” – 1,5” sebanyak 12 set. merupakan wilayah

limpasan banjir

Pengoperasian jaring akan dipasang (floodplain lakes) yang disebut dengan pada posisi sepanjang litoral danau yang backwater lake. Danau Batu memiliki inlet

ditumbuhi tanaman (cenderung berawa) dan dan outlet yang berasal dari sungai Kahayan.

sebagian menghadang posisi saluran air Jarak Danau Batu dari kota Palangka Raya ±

masuk danau (inlet). Jaring akan dipasang

40 km bisa ditempuh dengan menggunakan mulai pukul 14.00 WIB, dan diangkat

transportasi darat. kembali pada pukul 18.00 WIB, untuk Penelitian ini berlangsung selama 4 selanjutnya dilakukan pengumpulan hasil (empat) bulan dimulai dari bulan Maret

tangkapan.

sampai dengan Juni 2014. Selain dengan alat tangkap di atas,

3.2 Bahan dan Alat

ikan contoh juga diambil dari nelayan Bahan dan alat yang digunakan dalam

penangkap yang ada di Danau Batu, dengan penelitian ini berupa :

tetap mencatat alat tangkap yang digunakan.

3.2.1 Bahan

Data dan informasi mengenai posisi

1. Ikan lais

pemasangan alat tangkap yang juga palembangensis) yang tertangkap di

baji

(Kryptopterus

merupakan keberadaan habitat ikan dicatat Danau Batu.

dengan bantuan Global Positioning System

2. Formalin 10% sebagai larutan pengawet

(GPS).

sampel

3.3.2 Metode Pengumpulan Data dan

3.2.2 Alat Penetapan Sampel

Alat dan

spesifikasinya

yang

3.3.2.1 Data Primer

digunakan dalam penelitian ini disajikan Data primer diperoleh secara langsung pada Tabel 4.

di lapangan, yaitu dengan melakukan

penangkapan terhadap ikan lais baji yang Metode yang akan digunakan selama

3.3 Metode

didapatkan alat tangkap gillnet maupun hasil penelitian ini adalah metode survey, yaitu

tangkapan masyarakat sekitar yang berasal dengan melakukan pengamatan atau

dari Danau Batu. Data primer juga diperoleh observasi di lapangan berupa pemasangan

melalui cara wawancara/ diskusi secara gillnet dalam rangka mendapatkan sampel

langsung dengan nelayan dan penduduk ikan, dan selanjutnya dilakukan pengamatan

yang ada di sekitar Danau Batu. lanjutan di laboratorium.

3.3.2.2 Data Sekunder

Dalam kaitannya dengan data dukung Pengumpulan data sekunder dilakukan kualitas air; parameter suhu, pH, dan DO

melalui pengumpulan data produksi hasil dilakukan pengukuran langsung (insitu),

tangkapan ikan lais pada perairan danau di sedangkan data mengenai amoniak, fosfat,

Kabupaten Pulangpisau yang ada di Dinas dan nitrat memerlukan analisa air sampel di

Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan laboratorium.

Tengah dalam kurun waktu tertentu (4 tahun

3.3.1 Prosedur Kerja

terakhir).

Pengumpulan data primer tentang

aspek reproduksi, makanan, dan habitat ikan

lais baji dilakukan dengan melakukan

Tabel 4. Daftar alat, spesifikasi, dan

3.3.3 Metode Pengolahan Data

kegunaannya Data yang dikumpulkan akan diolah

No Nama Alat Spesifikasi

Kegunaan

secara kuantitatif dan disajikan dalam

1 Mikroskop Microstar

Mengamati

bentuk tabel, diagram dan grafik. Persamaan

jumlah telur

yang terkait dengan grafik dan tabulasi data

(fekunditas)

diolah dengan menggunakan aplikasi

dan komposisi

berbasis komputer yaitu Microsoft Office

isi perut ikan

Excel.

2 Cover glass

18 x 18 cm

Penutup sampel yang akan

3.3.4 Metode Analisa Data

diamati di bawah

3.3.4.1 Hubungan Panjang dan Berat

mikroskop

Rumus umum hubungan panjang berat

3 Gelas ukur Vol. 50 ml

Untuk

menurut Hile (1936) dalam Effendie (1979)

W = aL

sampel

4 Sedgewick- Vol. 1 ml

= berat ikan (g)

counting

jenis makanan

= panjang ikan (cm)

cell

dan telur di bawah

a dan b = konstanta

mikroskop

3.3.4.2 Nisbah Kelamin (Sex Ratio)

5 Pipet Vol. 1 ml

Mengambil

Nisbah kelamin perbandingan antara

sampel

ikan jantan dan betina yang terdapat disetiap

pengamatan dari hasil

stasiun dengan menggunakan rumus :

pengenceran

R=J/B

6 Papan ukur Panjang 30 Mengukur

Keterangan :

cm,

panjang ikan

R = Nisbah kelamin;

ketelitian

J = Jumlah ikan jantan (ekor);

0,1 cm

B = Jumlah ikan betina (ekor).

7 Timbangan Merek

Menimbang

Untuk menguji keseimbangan rasio

elektrik Nayaka,

berat ikan

ketelitian

kelamin digunakan uji kebaikan antara

0,1 gr

frekuensi yang teramati dengan frekuensi

8 Dissecting

Membedah dan

harapan, yang sebaran penarikan contohnya

sebaran chi kuadrat

sampel isi perut

(Sugiyono, 2003), sebagai berikut :

ikan

2 ( 9 o Global Mencatat posisi i − e i )

Merek

Positioning Garmin

2 x 2 = Nilai perubah acak x yang

10 Water Merek

Mengukur

sebaran penarikan contohnya

Quality Horiba

kadar oksigen

checker

terlarut dan

menghampiri sebaran chi-kuadrat

suhu secara

o i = Frekuensi

teramati, yaitu

insitu

frekuensi ikan jantan dan betina

11 pH meter Merek

Mengukur nilai

yang diamati

Horiba

pH secara

e i = Frekuensi harapan bagi sel ke-i,

insitu

yaitu (frekuensi ikan jantan +

12 Jaring

Menangkap/

frekuensi ikan betina) / 2

Insang

mendapatkan sampel ikan

3.3.4.3 Panjang Pertama Kali Matang

Gonad (Lm)

Untuk menduga ukuran pertama kali

matang gonad ( length at first maturity / Lm)

Bg

digunakan metode Sperman-Karber seperti

IKG =

x 100 %

yang diusulkan Udupa (1986) dalam

Bt

Suhendrata dan Rusmadji (1991) sebagai

dimana :

berikut :

= indeks kematangan gonad (%);  X 

IKG

M = Xk +   − ( X ∑ qi )

Bg = bobot gonad (g);

= bobot tubuh ikan (g). Jika α = 0,05/ dengan batas

Bt

3.3.4.7 Fekunditas

kepercayaan 95%, maka kisaran nilai M Fekunditas ikan ditentukan dengan dihitung :

menggunakan Metode Gravimetrik dengan

M = M ± 1 , 96 X ∑

2 pixqi

rumus (Effendie, 1979) :

ni − 1 F G = xN

dimana :

M = logaritma panjang ikan pada

dimana :

kematangan gonad pertama F = fekunditas (butir) Xk = logaritma nilai tengah pada saat

G = bobot tubuh (g)

= bobot gonad contoh (g) X = selisih logaritma nilai tengah

ikan matang gonad 100%

= jumlah telur pada gonad contoh Xi = logaritma nilai tengah

(butir)

pi = ri/ni

3.3.4.8 Komposisi Makanan

ri = jumlah ikan matang gonad pada Penghitungan komposisi makanan kelas ke-i dalam isi perut ikan menggunakan Metode ni

= jumlah ikan pada kelas ke-i Indek Relatip Penting (IRP)/ Index of qi

= 1 - pi Relative Importance (IRI) dengan mengacu

kepada Pinkas, et al., (1971) dalam Effendie Tertangkap (Lc) (1979) yang merupakan gabungan metode

Pendugaan ukuran panjang pertama penghitungan adalah secara metode jumlah, kali tertangkap (length at first catch/ Lc)

volumetrik, dan frekuensi kejadian, untuk dilakukan dengan membuat grafik yang

mendapatkan suatu angka dari masing- merupakan hubungan antara distribusi kelas

masing organisme yang dimakan dalam panjang (sumbu X) dengan persentase

rumus sebagai berikut :

IRP = ( N + V ) xF

frekuensi kumulatif ikan (sumbu Y). Setelah

grafik terbentuk, maka nilai Lc diperoleh

dimana :

dengan menarik garis vertikal dari grafik IRP = Indek Relatif Penting pada nilai sumbu Y sebesar 50% ke arah

= Persentase jumlah satu macam sumbu X (Sparre and Venema, 1999).

makanan

Perhitungan nilai sebenarnya pada sumbu X V = Persentase volume satu macam dilakukan dengan memasukkan nilai 50 ke

makanan

persamaan grafik yang telah diperoleh F = Frekuensi kejadian satu macam dengan bantuan aplikasi Microsoft Office

makanan

Excel.

3.3.4.9 Analisa Data Dukung Kualitas

3.3.4.5 Tingkat Kematangan Gonad

Air

Data dukung kualitas air, selain Analisis tingkat kematangan gonad

(TKG)

berdasarkan hasil pengukuran di lapangan menggunakan

(in situ), juga menggunakan hasil analisa (Effendie, 2002).

metode

dari Kesteven

laboratorium terhadap contoh air.

3.3.4.6 Indeks Kematangan Gonad

Indeks kematangan gonad (IKG) akan dianalisis menggunakan rumus Effendi (1979) :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kualitas Air

Tabel 7. Nilai rata-rata parameter fisika dan kimia perairan pada stasiun pemasangan alat tangkap di Danau Batu pada bulan Maret – Juni 2014

Parameter

Lokasi/ Stasiun

Kimia Pengambilan

Fisika

NO 3 NH 3 P Sampel

(mg/l) 0 ( C)

pH

(m)

(mg/l)

(mg/l) (mg/l) I

0,00 0,06 113 0 56’34,9” T

02 0 01’16,3” S

II

0,00 0,03 113 0 56’36,8” T

02 0 01’17,2” S

III

0,00 0,03 113 0 56’40,3” T

02 0 01’19,0” S

IV

0,00 0,03 113 0 56’40,4” T

02 0 01’19,7” S

0,00 0,02 113 0 56’31,4” T

02 0 01’18,9” S

VI

0,00 0,03 113 0 56’31,0” T

02 0 01’20,6” S

VII

0,00 0,02 113 0 56’30,9” T

02 0 01’21,4” S

VIII

0,00 0,03 113 0 56’31,0” T

02 0 01’21,9” S

IX

0,00 0,04 113 0 56’29,2” T

02 0 01’27,8” S

0,00 0,03 113 0 56’27,9” T

02 0 01’28,2” S

XI

0,00 0,03 113 0 56’26,9” T

02 0 01’28,7” S

4.1.2 Komposisi Hasil Tangkapan

Tabel 8. Komposisi hasil tangkapan ikan pada setiap tanggal pemasangan alat tangkap selama periode penelitian (Maret – Juni 2014) di Danau Batu

Hasil Tangkapan per

Nama Ikan Jumlah

Sampling (ekor)

No (Komposisi Total %

Tangkapan) (ekor)

Maret April Juni Juni

4 Saluang Balu

6 Puhing Kahui

11 Lais Baji

12 Lais Tabiring

13 Lais Riu

apakah pertumbuhan ikan lais baji bersifat isometrik atau alometrik, dilakukan dengan uji t, dimana diperoleh nilai t hitung sebesar 12,836,

kemudian dilakukan pembandingan terhadap t tabel untuk 0,05 (db. 68) diperoleh nilai t tabel sebesar 1,980. Pembandingan nilai t hitung >t tabel menghasilkan kesimpulan bahwa nilai b yang diperoleh adalah berbeda nyata tidak sama dengan 3, atau pertumbuhan ikan lais baji bersifat alometrik. Berdasarkan nilai-nilai yang telah didapatkan

yang

maka diperoleh persamaan panjang-berat ikan lais baji

tersebut,

gabungan adalah W = 0,030 L 1,279 (Gambar 8-atas).

Gambar 6. Grafik persentase komposisi hasil tangkapan ikan selama periode penelitian (Maret – Juni 2014) di Danau Batu

Perhitungan hubungan panjang-berat ikan lais baji keseluruhan (gabungan jantan

dan betina) menghasilkan nilai konstanta a dan b masing-masing 0,030 dan 1,279, dan dengan R = 0,757. Sementara itu, untuk melakukan pengujian terhadap nilai b apakah sama dengan 3 atau dengan kata lain bahwa

Keterangan : o i = Frekuensi teramati, yaitu frekuensi

ikan jantan dan betina yang diamati

e i = Frekuensi harapan bagi sel ke-i, yaitu (frekuensi ikan jantan + frekuensi ikan betina) / 2

kuadrat berdasarkan perhitungan di atas adalah pada lajur paling kanan baris paling bawah yaitu sebesar 19,84.

Nilai

chi

Berdasarkan derajat kebebasan (dk = n-

1) = 1, dengan taraf kesalahan 5%, maka nilai chi kuadrat tabel sama dengan 3,841. Setelah dilakukan perbandingan, ternyata 19,84 >

3,841 atau nilai chi kuadrat hitung > chi Gambar 8. Grafik hubungan panjang-berat

kuadrat tabel , maka dapat dikatakan bahwa ikan lais baji gabungan (jantan

jumlah ikan lais baji betina tidak sama dengan dan betina) (atas). Grafik

ikan lais baji jantan, dan jumlah lais baji hubungan panjang-berat ikan lais

betina lebih banyak adalah diterima. baji jantan

(tengah) dan

4.1.5 Panjang Pertama Kali Matang

hubungan panjang-berat ikan lais

Gonad (Lm)

baji betina (bawah). Tabel 10. Pengelompokkan ikan lais baji Hasil yang hampir sama diperoleh

berdasarkan kelas panjang standar ketika mencari hubungan panjang dan berat

dari ikan lais baji jantan dan betina secara Tgh Panjang

Kelas

Jumlah ikan

Proporsi Ikan

Matang Gonad Ket.

terpisah. Hubungan panjang dan berat ikan

jantan menunjukkan nilai a = 0,003 dan b =

1,769, dengan R = 0,853, sehingga

1 4,00 TKG V (1)

menghasilkan persamaan W = 0,003L 1,769

9 100,00 TKG V (9)

(Gambar 8-tengah). Sedangkan hubungan TKG V (4);

panjang dan berat ikan betina menunjukkan

2 100,00 TKG V (2)

nilai a = 0,090 dan b = 1,038, dengan R = TKG V (1);

0,706; menghasilkan persamaan W =

0,090L 1,038 (Gambar 8-bawah). Berdasarkan perhitungan yang secara

4.1.4 Rasio Jenis Kelamin (Nisbah

rinci yang menggunakan metode Sperman-

Kelamin)

Karber seperti yang diusulkan Udupa (1986) Dari total 69 ekor ikan lais baji yang

dalam Suhendrata dan Rusmadji (1991) tertangkap, terdapat 53 ekor ikan jantan dan

diperoleh ukuran ikan lais baji pertama kali

16 ekor ikan betina atau dengan rasio matang gonad ( length at first maturity / Lm) perbandingannya dalam persentase adalah

adalah pada panjang standar 85,11 mm, 76,81% : 23,19%.

dengan kisaran panjang standar antara 84,53 - Tabel 9. Tabel penolong untuk menghitung

85,71 mm.

chi kuadrat (Sugiyono, 2003) dari

69 ekor ikan lais baji

2 ( o i − e Sampel i o

i e i o i- e i (o i- e )

Betina

Jantan

Jumlah 69 69,0

4.1.6 Panjang Pertama Kali Tertangkap (Lc)

Tabel 11. Frekuensi

kumulatif

dari

pengelompokkan ikan lais baji berdasarkan kelas panjang standar

Kelas Panjang Tengah

F. F.

Standar Kelas

relatif

kumulatif

(mm) (mm)

Gambar 10. Grafik komposisi jumlah ikan

lais baji berdasarkan jenis

Tabel 13. Nilai IKG ikan lais baji pada Selanjutnya data sebaran panjang

berbagai TKG menurut Kesteven berdasarkan kelas tengah dan frekuensi

(Effendie, 2002) kumulatif ikan lais baji sebagaimana Tabel 11

Kisaran Jumlah

Kelamin

TKG

dimasukkan ke dalam grafik untuk

(%) (ekor)

memperoleh komposisi dan persamaannya

5 sebagaimana disajikan Gambar 10.

Gambar 10. Grafik frekuensi kumulatif kelas

panjang standar ikan lais baji.

4.1.8 Fekunditas

Dengan memperhatikan asas bahwa Jumlah telur ikan lais baji yang didapat penetapan ukuran pertama kali tertangkap/

dari hasil pengamatan yang merupakan length at first capture (Lc) adalah nilai sumbu

potensi untuk dibuahi adalah berkisar antara x (panjang ikan) pada titik perpotongan antara

1.021 butir hingga 5.924 butir telur. Jumlah nilai frekuensi kumulatif 50% dengan kurva,

terbanyak tersebut diperoleh dari gonad dan setelah memasukkan nilai y = 50 ke

dengan berat 1,11 g yang terdapat pada ikan dalam persamaan kurva, maka diperoleh

dengan panjang-berat 100 mm-11,4 g dengan angka 79,22 mm sebagai ukuran pertama kali

TKG VI. Sedangkan fekunditas terendah tertangkap dari ikan lais baji.

diperoleh dari gonad dengan berat 0,28 g yang terdapat pada ikan dengan panjang-berat 72

4.1.7 Tingkat Kematangan Gonad dan

mm-8,9 g dengan TKG IV. Grafik hubungan

antara berat ikan dan panjang standar ikan Tabel 12. Komposisi jumlah ikan lais baji

Indeks Kematangan Gonad

terhadap fekunditas disajikan pada Gambar berdasarkan

11. Pada kedua grafik ini menunjukkan tidak Kesteven (Effendie, 2002)

TKG

menurut

adanya hubungan yang kuat antara berat ikan

Jenis Kelamin

dan panjang standar ikan terhadap

TKG Jantan

fekunditasnya pada kurva linier dimana

I 7 43,75

ditunjukkan dengan nilai korelasi (r) sebesar

II 5 31,25

0,25 pada hubungan berat ikan terhadap

fekunditas dan 0,18 pada hubungan panjang

ikan terhadap fekunditas.

VI -

VII -

VIII -

IX -

Jumlah

Gambar 12. Grafik hubungan antara berat gonad terhadap fekunditas.

4.1.9 Komposisi Makanan

Dari pengamatan terhadap isi lambung ikan lais baji menunjukkan bahwa ikan lais baji mempunyai jenis makanan dominan berupa insekta dewasa yaitu kumbang (Ordo Coleoptera), nyamuk (Ordo Lepidoptera), capung dan lalat (Ordo Odonata dan Diptera), belalang (Ordo Orthoptera), dan semut (Ordo Hymenoptera) (Anonim, 2007); walaupun hasil pengamatan juga menemukan adanya zooplankton jenis Copepoda namun persentase dan frekuensi ditemukannya kecil

dan sedikit. Beberapa jenis insekta terestrial Gambar 11 Grafik hubungan antara berat

dimaksud dapat ditabulasikan ke dalam ikan-fekunditas

beberapa ordo berdasarkan hasil identifikasi panjang standar ikan fekunditas

(atas)

dan

potongan tubuh yang (bawah).

bagian-bagian

ditemukan pada lambung ikan. Namun hasil yang cukup signifikan

Hasil pengamatan dan penghitungan berbeda ketika dilakukan penyajian hubungan

yang dilakukan berdasarkan indeks relatif antara berat gonad dan fekunditas ikan lais

penting (IRP) dari masing-masing jenis baji, sebagaimana Gambar 12 diperoleh 2 makanan ikan lais baji yang ditemukan,

F = 3 . 934 x − 1704 x + 1833 ,

diurutkan dari yang terbesar hingga yang dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,648;

persamaan

terkecil disajikan pada Tabel 14 yaitu menunjukkan bahwa adanya hubungan yang

kelompok insekta terestrial dari Ordo cukup kuat antara kedua parameter tersebut.

Coleoptera, Chironomidae, Hymenoptera, Arachnidae,

Lepidoptera (Arctiidae), Orthoptera, Odonata, dan

Dystiscidae (Dytiscus), serta zooplankton jenis Copepoda. Tabel 14 Analisa Indeks Relatif Penting (IRP) komposisi isi lambung

Ordo/ Famili

Volume

IRP Organisme

55,36 Arctiidae Dystisciidae

23,99 Dytiscus Copepoda

Jumlah

4.2 Pembahasan

masih mendukung proses biologi organisme perairan termasuk diantaranya ikan lais baji.

4.2.1 Kualitas Air Perairan

Secara umum semua parameter fisika

4.2.2 Hubungan Panjang dan Berat Ikan

dan kimia kualitas air yang diamati di Danau Dengan nilai b = 1,279, maka Batu menunjukkan kisaran nilai yang masih

pertumbuhan ikan lais baji dikategorikan memungkinkan dalam mendukung kehidupan

bertipe alometrik negatif, dikarenakan nilai b alami komunitas ikan rawa banjiran air tawar,

< 3, yang berarti pertambahan panjang lebih khususnya ikan lais baji. Kondisi ini

cepat daripada pertambahan berat atau

pertambahan panjang yang tidak diikuti tidak terdeteksi (nilai 0,00 mg/l) di semua

ditunjukkan dengan nilai amonia (NH 3 ) yang

dengan pertambahan beratnya. Sementara itu stasiun pengamatan di Danau Batu pada bulan

nilai r yang menggambarkan korelasi, yaitu Maret – Juni 2014. Kedaaan dimana kadar

sifat hubungan antar variabel (panjang dan amonia tidak terdeteksi merupakan salah satu

berat) yang diwarnai sifat sebab-akibat, indikator untuk menyatakan bahwa kondisi

menunjukkan angka 0,757. Menurut Irianto perairan bebas dari pencemaran limbah

(2003), hal ini berarti adanya hubungan saling domestik.

terikat yang cukup kuat positif dikarenakan Meskipun nilai beberapa parameter

nilai korelasi yang diperoleh mendekati +1 fisika dan kimia perairan yang diamati

atau sama dengan +1.

menunjukkan kondisi yang kurang sesuai bagi Terkait dengan pola pertumbuhan lais pertumbuhan organisme secara optimal,

baji yang termasuk kategori alometrik negatif namun keberadaan ikan yang berasal dari

juga tidak berbeda ketika dilakukan kelompok Siluridae masih mampu bertahan,

pemisahan antara jenis kelamin jantan dan ini dibuktikan dengan keberadaan ikan lais

betina. Yang membedakan adalah nilai slope baji yang tertangkap cukup banyak

(b) pada ikan jantan lebih besar daripada ikan (menempati urutan 3 jenis ikan yang dominan

betina. Hal ini menandakan bahwa ikan jantan tertangkap selama masa penelitian). Hal ini

lebih gemuk daripada ikan betina. Kondisi sesuai dengan yang dilaporkan Hartoto, et al.,

yang sama juga diterangkan oleh Simanjuntak (1998) bahwa sebagian besar waktu hidup

ikan selais (Ompok ikan Siluridae dihabiskan di perairan air hitam

(2007), bahwa

hypopthalmus) yang tertangkap di rawa rawa banjiran. Kondisi ini pernah diterangkan

banjiran Sungai Kampar Kiri pada periode oleh Kottelat et al. (1993) bahwa kebanyakan

penelitian Juni-Desember 2006 menunjukkan kelompok Siluridae terdiri atas spesies ikan

nilai b sebesar 2,899 untuk ikan jantan dan yang tahan terhadap kondisi oksigen yang

2,790 untuk ikan betina.

rendah atau disebut sebagai ikan blackfish, Menurut Turkmen et al (2002) dalam dimana telah terjadi modifikasi dalam hal

Simanjuntak (2007), variasi nilai eksponensial perkembangan organ pernafasan yang

(b) hubungan panjang dan bobot ikan antara berhubungan dengan respiratori tiga sistem

kelompok catfish di atas terkait erat dengan anatomi utama yaitu mulut dan perencanaan,

perkembangan otogenetik yaitu proses-proses insang, serta gelembung renang. Pernyataan

yang mendasari perubahan-perubahan yang lain oleh Hirata et al. (2003) dalam

terjadi di dalam diri, baik perubahan dalam Simanjuntak (2007) yang menyatakan bahwa

struktur tubuh, perilaku, maupun fungsi dalam keberadaan ikan selais yang hidup di perairan

tubuh mulai dari lahir hingga mati. Lebih rawa banjiran Sungai Kampar Kiri pada

lanjut dikatakan bahwa perbedaan umur, kondisi pH rendah telah memiliki adaptasi

kematangan gonad, jenis kelamin, letak khusus berupa mekanisme pengaturan ion

geografis dan kondisi lingkungan (waktu oleh sel klor yang ada pada insangnya.

penangkapan), kepenuhan lambung, penyakit Mengacu pada pernyataan yang ada,

dan tekanan parasit juga menentukan pola dengan didukung hasil pengamatan yang

pertumbuhan ikan.

dilakukan dapat dikatakan bahwa perairan

Danau Batu selama dilakukan penelitian

Ukuran pertama kali tertangkap apabila Dari hasil penghitungan yang telah

4.2.3 Rasio Jenis Kelamin

dibandingkan dengan komposisi hasil disampaikan, dapat dikatakan bahwa jumlah

tangkapan, diperoleh hasil bahwa terdapat 42 ikan lais baji (Kryptopterus palembangensis)

ekor ikan (60,87%) yang tertangkap pada betina lebih banyak daripada yang jantan.

kondisi masih berukuran kecil dan belum Sehingga dapat ditarik asumsi bahwa populasi

memasuki tahapan matang gonad. Saputra, et ikan lais baji di Danau Batu berada dalam

al. (2009) dalam penelitiannya tentang ikan keadaan seimbang dikarenakan keberadaan

kuniran di perairan Demak menyatakan ikan lais baji betina lebih banyak

bahwa keadaan dimana hasil tangkapan dibandingkan yang jantan. Hal ini sesuai

dominan merupakan ikan relatif kecil dan dengan pendapat Purwanto, dkk dalam

ukurannya di bawah ukuran dugaan pertama Effendie (2002), bahwa populasi yang ada

kali tertangkap, maka kondisi ini berpeluang adalah seimbang dan tidak terancam

mengakibatkan growth overfishing. mengalami tekanan ancaman kepunahan

Jadi, dapat dikatakan bahwa ikan lais apabila perbandingan antara ikan jantan dan

baji yang tertangkap dengan alat tangkap yang betina dalam suatu sediaan paling tidak 1 : 1.

digunakan dalam penelitian maupun nelayan Namun kondisi dianggap akan lebih baik

setempat sebagian besar berukuran kecil dan apabila keberadaan ikan berjenis kelamin

muda serta berada pada kondisi pertumbuhan betina jumlahnya lebih banyak daripada ikan

dan juga belum sempat melakukan pemijahan jantan sehingga menghasilkan asumsi

sehingga patut diduga berdampak pada tidak kemungkinan akan dapat lebih banyak

adanya penambahan stok baru terhadap menghasilkan rekrutmen baru ke dalam

komunitas ikan lais baji yang ada di Danau komunitasnya.

Batu. Apabila hal ini tetap berlangsung secara terus menerus akan menimbulkan tekanan

4.2.4 Panjang Pertama Kali Matang

terhadap keberlanjutan sumberdaya ikan lais

Gonad (Lm) dan Pertama Kali

baji dan bukan tidak mungkin akan berujung

Tertangkap (Lc)

pada kepunahannya.

Selanjutnya dilakukan pembandingan antara ukuran pertama kali matang gonad

4.2.5 Tingkat Kematangan Gonad dan

(Lm) dan ukuran pertama kali tertangkap

Indeks Kematangan Gonad

(Lc), sehingga diperoleh kesimpulan bahwa Dari hasil ini diperoleh bahwa terdapat ukuran pertama kali matang gonad lebih besar

kurang dari separuh jumlah (35,85%) ikan lais daripada ukuran pertama kali tertangkap

baji betina yang telah siap untuk melakukan (Lm>Lc); 85,11 (±0,6) mm > 79,22 mm.

pemijahan (TKG V dan VI). Berdasarkan Berdasarkan kondisi ini dapat dikatakan

hasil ini pengamatan dapat dikatakan bahwa indikasi

ikan lais baji mulai memasuki musim puncak keberlanjutan dan kelestarian sumberdaya

pemijahan, ini ditunjukkan dengan komposisi ikan lais baji di Danau Batu. Sebagaimana

tingkat kematangan gonad yang terdiri dari dikatakan Prihatiningsih, et al. (2013) dalam

berbagai/ banyak tingkat walaupun dengan penelitiannya terhadap ikan swanggi di

persentase yang tidak sama, namun TKG IV – perairan Tanggerang-Banten, bahwa ketika

VI sudah cukup banyak. Peningkatan TKG pendugaan ukuran pertama kali tertangkap

dan nilai IKG terlihat dari hasil tangkapan lebih besar dibandingkan lebih besar

bulan Maret dan April yang menandakan ikan dibandingkan dengan ukuran pertama kali

lais baji siap memijah dan kondisi agak matang gonad (Lc>Lm), keadaan ini baik

menurun ketika di bulan Juni, hal ini ditandai untuk ketersediaan ikan swanggi karena

dengan tidak dominannya TKG yang besar/ sebelum ikan tersebut tertangkap maka

siap memijah. Kondisi beralasan mengingat terlebih dahulu sudah melangsungkan proses

bulan Maret dan April sudah mulai musim rekruitmen. Hal ini pula dapat menjamin

hujan dengan kategori normal dan atas normal sumberdaya ikan swanggi berada dalam

Tjilik Riwut keadaan berkelanjutan dan lestari.

(Stasiun

Meteorologi

Palangkaraya, 2014), yang mana merupakan kondisi yang sesuai untuk masa pemijahan Palangkaraya, 2014), yang mana merupakan kondisi yang sesuai untuk masa pemijahan

bahwa seiring dengan berkembangnya gonad baji. Hal ini sama dengan Wall (2006) dalam

pada setiap tahapannya, ukuran dan berat Elvyra (2010), yang menyatakan bahwa pada

gonad juga mengalami peningkatan, maka saat permukaan perairan naik pada musim

secara otomatis nilai IKG juga bergerak penghujan, ketersediaan makanan di danau

meningkat hingga akhirnya mencapai batas dan rawa banjiran akan melimpah sehingga

maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. akan

Nilai IKG akan mengalami penurunan pasca mempercepat proses pematangan gonad.

pemijahan, yang berarti pada saat tersebut Proses pematangan gonad sangat erat

ikan lais baji akan mulai meninggalkan kaitannya dengan sinyal-sinyal lingkungan

kawasan rawa banjiran yang merupakan seperti ketersediaan makanan untuk anak-anak

daerah pemijahannya (spawning ground) ikan nantinya. Selain itu adanya substansi

menuju sungai seiring dengan menurunnya petrichor (bau/ aroma tanah kering yang

permukaan air, dan berdasarkan pengamatan kemudian terendam/ terkena air) ketika

terhadap ketinggian air di lapangan selama permukaan air naik (flood) yang membasahi

periode penelitian, hal ini terjadi pada daratan yang kering setelah musim kemarau

pertengahan bulan Juni.

merupakan trigger (perintah/ naluri alami

4.2.6 Fekunditas

untuk melaksanakan sesuatu akibat sebuah Hubungan antara berat ikan terhadap kondisi yang terjadi) pada proses pemijahan. fekunditas maupun panjang ikan terhadap

Nilai IKG yang besar diperoleh pada fekunditas menunjukkan korelasi yang lemah

bulan Maret dan April, dan nilai sebaliknya diantara kedua faktor ini. Kondisi ini

diperoleh berdasarkan hasil tangkapan pada dimungkinkan terjadi karena adanya batas

bulan Juni. Kondisi ini beralasan, mengingat kisaran yang ekstrim dari fekunditas ikan lais berdasarkan Laporan Badan Meteorologi baji pada ukuran berat dan panjang standar

Klimatologi dan

Geofisikan

Stasiun

yang hampir sama. Selain itu, pengamatan Palangkaraya, analisis hujan untuk bulan

juga menunjukkan bahwa berat gonad yang Maret sampai dengan Mei Tahun 2014

berada pada masa awal perkembangan (TKG termasuk kategori normal dan di atas normal.

II dan III) akan sangat berbeda dengan berat Dimana kondisi hujan menyebabkan naiknya gonad yang berada pada kondisi akhir muka air sungai sehingga menggenangi rawa perkembangan hingga siap untuk memijah (IV banjiran yang merupakan tujuan ikan

– VI).

bermigrasi untuk memijah. Kondisi ini selaras Keadaan ini serupa dengan hasil

dengan Elvyra (2010) yang menyatakan penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak bahwa adanya puncak kurva IKG ikan lais (2007), bahwa koefisien korelasi antara

ompok pada bulan

Oktober

yang

panjang total dengan fekunditas serta bobot menunjukkan bahwa ikan lais di Sungai

ikan dengan fekunditas menunjukkan angka Kampar mempunyai satu musim pemijahan

0,33 dan 0,26 atau dengan kata lain model dalam satu tahun yang bergantung kepada

hubungan fekunditas dengan panjang dan masuknya musim hujan. bobot tidak bisa digunakan sebagai suatu Nurdawati, et al. (1997) menyatakan model prediksi fekunditas yang baik. bahwa pada musim hujan banyak induk ikan Selanjutnya dikatakan bahwa nilai korelasi (termasuk ikan lais) akan bermigrasi secara yang kecil mengindikasikan fekunditas yang berkelompok menuju hutan rawa yang telah rendah terkait dengan sebagian kecil tingkah digenangi air untuk melakukan spawning

laku pemijahan.

(pemijahan/ kawin), kemudian pada waktu air Sementara itu, hubungan antara

mulai surut induk-induk ikan ini secara parameter berat gonad terhadap fekunditas

bergerombol kembali ke habitat semula di menunjukkan hasil yang cukup signifikan

sungai utama. berbeda apabila dibandingkan dengan kedua Dengan kondisi ini, secara otomatis parameter di atas. Nilai r sebesar 0,648, yang

TKG akan mengalami peningkatan diiringi menggambarkan hubungan yang cukup kuat,

dengan pertambahan nilai IKG. Kondisi ini dengan pertambahan nilai IKG. Kondisi ini

menyatakan bahwa indeks bagian terbesar melakukan prediksi fekunditas ikan lais baji

kemungkinan

makan ikan lais C. apogon adalah juvenil ikan melalui keberadaan data berat gonad. Kondisi

sebanyak 98%. Fatah, et al. (2011) kemudian ini terjadi dikarenakan setiap pertambahan

menambahkan bahwa berdasarkan analisa berat gonad, maka akan menyebabkan

terbesar (indeks of pertambahan berat ikan itu juga. Kondisi ini

indeks

bagian

preponderance) menunjukkan bahwa ikan lais sesuai dengan penyataan Effendie (2002)

janggut dalam mengkonsumsi makanan terdiri bahwa seiring dengan berkembangnya gonad

dari serangga 42,03%, ikan 21,56%, udang pada setiap tahapannya, maka ukuran dan

10,63%, tercerna 10,16%, cacing dan keong berat gonad juga mengalami peningkatan, dan

masing-masing 7,81%. Utomo, et al. (1990) secara otomatis nilai IKG juga bergerak

mencatatkan bahwa ikan lais C. limpok dan C. meningkat hingga akhirnya mencapai batas

micronema pada saat musim penghujan pada maksimum pada saat akan terjadi pemijahan.

alat pencernaannya lebih banyak jenis Apabila hubungan berat gonad dan

makanan berupa serangga air dibanding fekunditas dihubungkan kembali terhadap

musim kemarau, karena ikan lais saat air hubungan parameter lainnya seperti bobot

besar akan menyebar sampai ke daerah lebak ikan dan berat gonad ikan, maka dapat

yang banyak terdapat serangga. Selanjutnya dilakukan prediksi mengenai potensi telur

Elvyra (2004) juga menambahkan bahwa yang mampu dihasilkan oleh ikan, serta juga

ikan-ikan pada habitat floodplain mempunyai sebagai bahan melakukan pengkajian

kebiasaan makan yang sangat fleksibel dan kemampuan rekruitmen suatu spesies ke

menyesuaikan dengan variasi fase pada siklus dalam perairan.

genangan.

Berdasarkan laporan hasil penelitian

4.2.7 Komposisi Makanan

(Yulintine, et al., 2013), bahwa jenis insekta Pengamatan terhadap isi lambung ikan yang diperoleh dari isi lambung ikan lais baji lais baji yang tertangkap di Danau Batu

tersebut dapat digolongkan ke dalam jenis Danau Batu pada bulan Maret – Juni 2014

insekta teresterial, yaitu insekta yang daur menunjukkan bahwa ikan lais baji merupakan

hidupnya (mulai dari fase telur hingga ikan karnivora, dengan jenis makanan

dewasa) murni mendiami daratan dan insekta utamanya berupa insekta dewasa. Kejelasan semi akuatik yaitu insekta yang sebagian fase bahwa jenis makanan berupa insekta dewasa

hidupnya menjadi penghuni perairan, dibuktikan dengan ditemukannya beberapa

terutama fase larva atau nimfa. bagian tubuh insekta (baik kaki, badan,

hingga antena) yang dalam

proses

4.3 Pengelolaan

identifikasinya memerlukan kemampuan dan Pengelolaan sumberdaya perikanan di pengetahuan terhadap

suatu perairan dapat dilakukan sebagai upaya insekta dimaksud. Hal ini senada dengan

pengklasifikasian

untuk memperoleh produksi perikanan Handayani, et al. (2009), yang menyatakan

maksimum yang berkelanjuta, keuntungan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan

ekonomi maksimum yang berkesinambungan terhadap beberapa jenis ikan lais yang

bagi para pihak pengguna sumberdaya tertangkap di Danau Batu dan Danau Tehang

perikanan dan meningkatkan kesejahteraan menunjukkan

para pihak yang terkait dengan pemanfaatan palembangensis mempunyai makanan pilihan

bahwa

Kryptopterus

sumberdaya perikanan, terutama nelayan utama berupa serangga dewasa, kemudian

(King, 1997 dalam Elvyra, et al., 2010). disusul jenis yang tidak teridentifikasi

Strategi pengelolaan perikanan terkait erat (unidentified) dan selanjutnya yaitu larva

dengan pengaturan ukuran ikan yang boleh serangga merupakan makanan insidentil.

ditangkap, pengaturan jenis alat tangkap, Hal tidak berbeda juga menurut Utomo,

waktu, dan lokasi penangkapan. et al. (1990) dan Fatah, et al. (2011) yang

Pengelolaan berdasarkan ukuran ikan juga menyatakan bahwa ikan lais termasuk

yang boleh ditangkap, maka dapat dilakukan dalam kategori ikan karnivora. Selanjutnya

berdasarkan pertimbangan ikan yang Hartoto, et al. (1999) dalam Elvyra (2004)

tertangkap telah melakukan reproduksi bagi tertangkap telah melakukan reproduksi bagi

bermigrasi secara berkelompok menuju hutan (length at first maturity/ Lm) yang ditemukan

rawa yang telah digenangi air untuk di Danau Batu selama periode penelitian

melakukan spawning (pemijahan/ kawin), dapat digunakan sebagai rujukan, yaitu pada

kemudian pada waktu air mulai surut induk- panjang standar 85,11 (±0,6) mm. Penentuan

induk ikan ini secara bergerombol kembali ke ukuran panjang pertama kali matang gonad ini

habitat semula di sungai utama. Dengan secara tidak langsung akan menjadi acuan

memperhatikan ini, pengaturan mengenai dalam penentuan ukuran mata jaring maupun

lokasi dan waktu penangkapan sudah tentu mata pancing pada alat tangkap yang

harus memperhatikan pola migrasi dan pola digunakan nelayan.

pemijahan dari ikan itu sendiri. Pada saat Mengingat aktifitas penangkapan yang

curah hujan tinggi, dan menggenangi sebagian dilakukan di Danau Batu, khususnya terhadap

besar kawasan hutan rawa, maka pada saat ini komoditas ikan lais baji dilakukan dengan alat

dapat dianggap sebagai saat bagi sebagian tangkap jaring insang (gill net), maka

besar ikan melakukan pemijahan di kawasan pengaturan mengenai ukuran mata jaring yang

rawa banjiran tersebut sehingga sebuah ramah terhadap keberadaan ikan lais baji

kebijakan melakukan pembatasan bahkan merupakan hal pokok dalam mengelola ikan

larangan melakukan kegiatan penangkapan dimaksud. Hal ini cukup beralasan, mengingat

ikan di kawasan yang menjadi lokasi selama periode penelitian diperoleh data

pemijahan maupun daerah aliran sungai bahwa ukuran ikan lais baji yang pertama kali

menuju danau/ rawa banjiran pada musim tertangkap (length at first capture/ Lc) adalah

hujan dapat dianggap sebagai salah satu pada

alternatif solusi lagi mengenai pengelolaan (menggunakan gillnet dengan meshsize 1 –

perikanan di daerah rawa banjiran. Upaya 1,5”). Jika dibandingkan dengan ukuran ikan

penangkapan tetap dapat dilakukan, dengan lais baji saat pertama kali matang gonad,

mengambil lokasi fishing ground yang keberadaan alat tangkap dapat dikatakan

berbatasan dengan kawasan rawa banjiran sudah tidak sejalan dengan prinsip

pada saat kondisi muka air mulai surut, pengelolaan secara lestari dikarenakan asumsi

dimana pada kondisi ini diperkirakan ikan bahwa penangkapan ikan dengan jaring

telah melakukan pemijahan dan bersiap insang yang memiliki ukuran seperti tersebut

melakukan migrasi kembali ke habitat semula tidak memberikan kesempatan bagi ikan

di sungai utama.

untuk melakukan pemijahan sebelum

dari keberadaan ditangkap, sehingga asumsi tekanan terhadap

Selain ditinjau

sumberdaya ikan itu sendiri, aspek lingkungan keberadaan stok ikan di perairan dapat terjadi.

juga merupakan faktor penentu keberhasilan Sehubungan dengan keadaan ini, maka upaya

dalam pengelolaan. Lingkungan dimaksud pengelolaan yang dapat dilakukan adalah