HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIA

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh:
BAIQ DIAN USWANDARI
F100120055

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

HUBUNGAII ANTARA KECEMASAN DENGAN
KE.IADIAN
HIPERTENSI PADA I"AIISIA DI PANTI SOSIAL
TRESNA
WARDHA PUSPAKARMA MATARAM


PUBLIKASIILMIAH

Yang diajukrn oleh :
Baio Dian Uswandari

Ft0012mss

Telah disetujui oleh,
Pembimbing Staipsi

Setia Asyanti S.Psi

:

M.Si

Surakarta, 24 Februari 2017

HUBI,]NGAI\ ANTARA KX,CEMASAI\ DENGAN KEIADIAN
HIPERTENSI PADA LATISIA DIPANTI SOSIAL TRESNA


WERDIIA PUSPAKARMA MATARAM

Yang diajukan oleh :
Baio Disn Uswandari
1100120055

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 24

Febuati2}l7

Dan dinyatakan telah merneouhi syarat

Perguji Utama
Setia Asyanti S.Psi IlrLSi
Penguji Pendamping

I


Seliyo Purwanto, S.Psi.IVtSi, Psi
Penguji Peeidamping

II

Dr. Sri Lcstari. M.Si. Psi

Surakart4 24 Februari 2017

i{

*ffi
.--Nu,(r, u

,.

Z, 1d\9

"(


11

PERNYATAAN

Dengan

ini

saya meayatakao bahwr dalam naskah

publikasi itri tidak

terdapat karya yang pemah dinjnkan 6n1uk memperoleh gelar kesadanaan di suatu

p€rguruan

tingg datr sepanjarg pengetahuan saya juga tidak terdapat kmya

pendapat yatrg pernah ditulis atau diterbitkan o,rang


atau

laiq kecuali secra terfirlis

diacu dalarn naskah dan disebutkat dalam daftar pustaka.

Apabila kelak tubukti ada ketidakbqaran dalam pemyataan saya di atss,
mhka

1ft6

say6 pertanggungiawabkan sepenuhnya.

llt

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma

Mataram. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan
positif antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 76 lansia. Data dikumpulkan dengan skala kecemasan
HARS dan tensi. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product
Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada hubungan positif
yang signifikan antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia, dan
sumbangan efektif kecemasan terhadap hipertensi sebesar 7,07%. Peneliti
memberikan saran bagi subjek agar dapat mengontrol kecemasannya, sehingga
dapat membuat tekanan darah menjadi normal.
Kata kunci : Kecemasan, Hipertensi, Lansia
ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between anxiety with hypertension
in the elderly in Social Institutions Tresna Werdha Puspakarma Mataram. The
hypothesis of this study is that there is a positive relationship between anxiety
with hypertension in the elderly. Subjects in this study amounted to 76 elderly.
Data collected by the anxiety scale Hars and tension. Data analysis technique used
is the correlation of Pearson Product Moment. Based on the results obtained there
is a significant positive relationship between anxiety with hypertension in the
elderly, and the effective contribution of anxiety to hypertension of 7.07%.

Researchers give suggestions for subjects to be able to control his anxiety, which
can make blood pressure became normal.
Keywords: Anxiety, Hypertension, Elderly
1. PENDAHULUAN
Dewasa ini penduduk lansia di seluruh dunia mengalami peningkatan
khususnya di Indonesia seperti yang di kemukakan oleh Ponorogo (2010)
bahwasanya kelompok lanjut usia (lansia) yang berumur 60 tahun keatas
mengalami pertumbuhan dengan cepat dibandingkan dengan kelompok usia
lainnya. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara
yang memasuki era penduduk berstruktur lansia (aging structured
population) karena jumlah penduduk yang berusia di atas 60 tahun sekitar

1

7,18 persen. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan antara lain
karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di
bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang
meningkat.
Menurut data BPS (2015) pada tahun 2012 Provinsi NTB memiliki
jumlah penduduk mencapai 4.6 juta jiwa dan memiliki jumlah lansia sekitar

330 ribu jiwa. Kemudian terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada
tahun 2013 yaitu 340 ribu jiwa dan tahun 2014 sebanyak 360 ribu jiwa.
Daerah Lombok sendiri memiliki jumlah lansia sebanyak 125 ribu jiwa pada
tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015 jumlah lansia mengalami
peningkatan sebanyak 137 ribu jiwa.
Secara

alamiah,

proses

penuaan

mengakibatkan

kemunduran

kemampuan fisik dan mental. Hipertensi pada lansia di seluruh dunia pada
tahun 2010 berkisar satu miliar. Di bagian Asia tercatat 38,4 juta penderita
hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada

tahun 2025. Menurut data Kemenkes RI (2013) prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 26,5%, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan
dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa
sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan
terjangkau pelayanan kesehatan. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011
menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan
kasus riwayat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan
proporsi kasus 42,38% pria dan 57,64% wanita, serta 4,8% pasien meninggal
dunia (Muhammadun, 2010).
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Akhyar (2009) bahwa di
Indonesia, prevalensi hipertensi di kalangan lansia cukup tinggi, yaitu sekitar
40% dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Kemudian menurut
Sudjaswandi (2008) hipertensi menjadi pembunuh nomor tiga setelah diare
dan saluran nafas, angka kematian akibat penyakit jantung pada lansia dengan
hipertensi adalah tiga kali lebih sering dibandingkan lansia tanpa hipertensi
pada usia yang sama.

2

Menurut Girsang (2013) hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

suatu keadaan peningkatan tekanan darah di atas normal. Penyakit ini
dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui
dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Berdasarkan kriteria Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-VII) yang

diterapkan di Indonesia, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika
tekanan darahnya sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg. Pendapat lain
dari Lingga (2012) menyebutkan bahwa Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah kondisi kronis di mana tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh
darah bersih) meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam”
karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara mengetahui
apakah Anda memiliki hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah.
Menurut pendapat para ahli, hipertensi merupakan salah satu penyakit
mematikan yang tidak memiliki gejala pasti pada penderitanya. Setiawan
(2008) menyatakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi,
namun secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor
yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang tidak
dapat di kontrol, diantaranya adalah genetik, usia, jenis kelamin, dan etnis.
Kemudian faktor yang dapat dikontrol meliputi obesitas, aktivitas fisik,

kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, asupan garam, kafein, tinggi kolestrol,
dan kecemasan.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, kecemasan merupakan satusatunya faktor psikologis yang mempengaruhi hipertensi. Hal tersebut
didukung pendapat Anwar (2009) pada banyak orang kecemasan atau stres
psikososial dapat meningkatkan tekanan darah. Beberapa penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Dwinawati, Okatiranti dan Amrina membandingkan
antara tekanan darah dari orang-orang yang menderita kecemasan dengan
orang-orang yang tidak menderita kecemasan, didapatkan hasil tekanan darah
yang lebih tinggi pada kelompok penderita kecemasan dari pada kelompok
yang tidak cemas.

3

Pada dasarnya kecemasan berupa keluhan dan gejala yang bersifat
psikis dan fisik. Gangguan ini sering dialami oleh individu yang berusia di
atas 60 tahun dan lebih banyak menyerang wanita daripada pria. Gangguan
kecemasan yang banyak dialami lansia adalah kecemasan menyeluruh. Hal
tersebut kemungkinan timbul dari persepsi bahwa mereka akan kehilangan
kendali atas kehidupannya, yang mungkin berkembang saat mereka harus
melawan penyakitnya, kehilangan orang-orang yang dicintainya, dan
mengalami penurunan dalam hal ekonomi.
Thbihari, Andreecia dan Senilo (2015) kecemasan dapat diekspresikan
melalui

respons

fisiologis,

yaitu

tubuh

memberi

respons

dengan

mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem
saraf simpatis akan mengaktifasi respons tubuh, sedangkan sistem saraf
parasimpatis akan meminimalkan respons tubuh. Reaksi tubuh terhadap
kecemasan adalah “fight or flight” (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari
luar), bila korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf
simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan hormon epinefrin
(adrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah sehingga efeknya
adalah nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah
meningkat atau hipertensi.
Penelitian ini penting dilakukan karena mengingat lansia merupakan
tahap akhir dari suatu kehidupan manusia. Jadi lansia harus hidup dengan
bahagia dan sehat, dengan adanya penelitian ini kita bisa mengetahui bahwa
lansia sering mengalami kecemasan yang dapat mempengaruhi kesehatannya,
sehingga kita bisa meminimalkan kecemasan agar tekanan darah dapat
terkontrol dengan baik.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Puspakarma Mataram.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Puspakarma Mataram.

4

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu kecemasan dan variabel
tergantung yaitu hipertensi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
lansia yang tinggal di panti sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 76 lansia dengan menggunakan teknik
Total Sampling (Sugiyono, 2007). Pengambilan sampel memiliki beberapa

kriteria, yaitu lansia yang ada di panti sosial Tresna Werdha Puspakarma
Mataram, berusia 60 tahun keatas, dapat berkomunikasi dengan baik, dan
bersedia berpartisipasi dalam penelitian (dibuktikan dengan Informed
Consent).

Pengumpulan data menggunakan skala dan tensimeter. Kecemasan
dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur
kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala
kecemasan ini diungkap berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh
Hamilton (1959) yaitu aspek psikologis yaitu (a) perasaan cemas, firasat
buruk, cemas, mudah tersinggung. (b) ketegangan: merasa cemas, letih, lebih
mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah, tidak dapat istirahat (c)
kecemasan: pandangan gelap, cemas ditinggal sendiri, cemas pada orang
asing, cemas pada binatang besar, cemas pada kerumunan orang banyak,
cemas keramaian lalu lintas (d) gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi,
daya ingat buruk (e) perasaan depresi: hilang minat, sedih, perasaan berubah
setiap hari. Aspek fisiologis sebagai berikut : (a) gangguan tidur: terbangun
pada malam hari, mimpi buruk, mimpi menakutkan, tidur pulas, bila
terbangun badan lemas, sering mimpi, (b) gejala somatik atau otot-otot: nyeri
otot, kaku, kedutan, gigi gemerutuk, suara tidak stabil, (c) gejala sensorik:
penglihatan kabur, gelisah, muka merah, merasa lemas, (d) gejala
kardiovaskuler: nyeri dada, denyut nadi meningkat, merasa lemah, denyut
jantung berhenti sejenak, (e) pernafasan merasa tertekan di dada, perasaan
tercekik, sering menarik nafas pendek, (f) gangguan gastrointestinal: sulit
menelan, gangguan pencernaan, nyeri lambung, mual muntah, pernafasan
perut, (g) gangguan urogenital: tidak dapat menahan kencing, frigiditas

5

amenorhoe, (h) perilaku sesaat: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka
tegang, tonus otot meningkat, mengerutkan dahi, nafas pendek dan cepat.
Perhitungan skor pada penelitian ini menggunakan skala HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale) dengan lima alternatif jawaban. Skala
tersebut pernah diujicobakan pada 30 subjek di klinik Margo Husodo
Gondang Sragen, dengan hasil perhitungan dari 14 gejala didalam skala
tersebut, 14 gejala tersebut dinyatakan valid dan reliabel. Peneliti tidak
melakukan uji validitas karena skala kecemasan HARS sudah terstandar
secara internasional dengan nilai sebesar 0,93 dan uji reliabilitas sebesar 0,97
(Norman M, 2005).
Tekanan darah dapat diukur menggunakan tensimeter dan stetoskop,
untuk memperkuat hasil pengukuran maka peneliti melibatkan ahli di bidang
pengukuran tekanan darah yaitu bidan/perawat. Berdasarkan klasifikasi
tekanan darah menurut The Seventh Report of The Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

(JNC 7) (dalam Yogiantoro, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik subjek
penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel I Karakteristik subjek
Karakteristik subjek
Usia
60-70 tahun
70-80 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Riwayat penyakit
Maag
Sakit kepala
Sakit tulang/sendi
Asam urat
Lama tinggal di panti
1-5 tahun
6-10 tahun
Pengobatan yang sedang dijalani Minum obat
Perlakuan
Perawatan biasa

Jumlah
32
34
50
26
20
20
10
12
51
14
62
62

Prosentase
42
45
65,79
34,21
26,31
26,31
13,15
15,79
67,10
18,42
81,58
81,58

Dari penelitian ini didapatkan data karakteristik subjek yang menempati
panti sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram selama 1-5 tahun yang

6

berusia 70-80 tahun. Sebagian besar subjek berjenis kelamin perempuan,
memiliki riwayat penyakit maag dan sakit kepala yang sedang menjalani
perawatan biasa.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel II Hasil Analisis Data
Uji Asumsi

Uji Normalitas

Z = 1,031, sig. p= 0,238 (p>0,05)

Uji Linearitas

deviation from linearity = 1,864
dengan signifikansi (p) 0,00 =
(p