PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN PENERA
PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN PENERAPANNYA
DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Oleh:
Rahmathias Jusuf
Email: [email protected]
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
2017
BAB I
PRAWACANA
A.
Latar Belakang
Hampir setiap orang berbicara tentang pendidikan1, yang terlintas dibenak
adalah pendidik yang sedang memberikan pelajaran kepada peserta didik dalam
sebuah ruangan yang penuh tumpukan kursi-meja, papan tulis dan seperangkat
peralatan mengajar lainnya seperti alat tulis menulis, buku teks beserta beberapa
alat peraga. Demikian gambaran supremasi pendidikan yang secara umum dapat
dicermati dalam dunia pendidikan. Jika diuraikan secara kompleks, masih banyak
kekurangan yang harus dibenahi bersama tentang pendidikan baik pada persoalan
sarana dan prasarana penunjang maupun peningkatan mutu pendidikan.
Diskursus peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan
pendidik dalam menguasai strategi pembelajaran sebagai hal utama dalam
menentukan kualitas belajar. Berbagai macam strategi pembelajaran yang
dikembangkan diharapkan mampu menunjang proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.2 Pengembangan strategi pembelajaran
1
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional: UU RI No. 20 Th. 2003, (Yogyakarta:
Bening, 2010), h. 12 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Lihat Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995) h. 3 Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara maksimal
dalam kehidupan masyarakat.
2
Slamet Alfabet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h. 9 disebutkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang mampu meningkatkan
kualitas seseorang. Pada penjelasan lainnya, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lihat Tim Prima Pena, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (t,t : Gita Media Press, t.th), h. 456. Hal tersebut juga merupakan
perwujudan dari UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan yang layak”, dengan tujuan pendidikan nasional “mencerdaskan
kehidupan bangsa” sebagaimana yang disebutkan pada alinea ke-4 UUD 1945, sebagaimana
pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT, berakhlak mulia, cakap, kreatif, serta bertanggungjawab, telaah Bafadal Ibrahim,
Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), h. 19
sangat penting dilakukan oleh pendidik untuk memudahkan pendidik dalam
proses pembelajaran. Penguasaan strategi pembelajaranpun sangat dibutuhkan,
bahkan menjadi syarat untuk terciptanya pembelajaran aktif. Pendidik sebagai
subjek3 yang mempunyai peran utama dalam mentransfer pengetahuan dan ilmu
serta eksistensi nilai personal peserta didik, esensialnya harus memiliki kualitas
intelektual yang memadai.4
Strategi pembelajaran kontemporer membutuhkan jaringan pengoperasian
pembelajaran yang maksimal agar pencapaian kualitas belajar dapat terlaksana
secara optimal disetiap satuan pendidikan baik dalam pendidikan formal, informal
maupun non-formal.5 Pendidikan akan selalu dihadapkan dengan beberapa
tantangan globalisasi yang harus disikapi oleh pendidik dengan mengedepankan
profesionalisme. Paradigma yang harus diperhatikan oleh pendidik dewasa ini
diantaranya, Pertama, pendidik tidak terjebak pada rutinitas belaka tetapi selalu
mengembangkan dan memberdayakan diri secara terus menerus untuk
meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya. Kedua, pendidik mampu menyusun
dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran yang aktif, kreatif, inofatif,
efektif dan menyenangkan yang dapat memotivasi peserta didik. Ketiga, dominasi
pendidik dalam pembelajaran dikurangi, sehingga memberikan kesempatan
3
Sebagai tenaga professional, pendidik melaksanakan sistem dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, serta
menjadi warga negara yang demokratis. Cermati Departemen Agama RI, Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
4
Pengetahuan adalah segala informasi yang diperoleh melalui pengalaman indrawi dan ilmu
yang dimaksud adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan memenuhi standar atau
sesuai dengan kaidah ilmiah. Cermati UU Nomor 20 Tahun 2003 Pendidik berkewajiban:
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna menyenangkan, kreatif, dinamis dan logis,
pendidik mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
memberi teladan, menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercyaan
yang diberikan kepadanya. Lihat Departemen Agama RI, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendis, 2006), h. 49
“Kualitas belajar” yang disebutkan menunjuk pada kualitas hasil bukan pada proses
belajar. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI). Lihat Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI,
Tahun 2006 BAB VI Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan.
5
kepada peserta didik untuk lebih berani, mandiri dan kreatif dalam proses belajar
mengajar. Keempat, pendidik mampu memodifikasi dan memperkaya bahan
pembelajaran sehingga peserta didik mendapatkan sumber belajar yang lebih
bervariasi.6
Strategi merupakan pendekatan yang dipakai oleh pendidik dalam
memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber dan menentukan peranan
peserta didik dalam proses pembelajaran.7 Pembelajaran merupakan cabang dari
didaktik atau ilmu mengajar, oleh karena itu sering disebut didaktik khusus. Kata
metodologi dibentuk dari dua kata yaitu “methodos” yang berarti jalan ke
sedangkan “logos” berarti ilmu. Metodologi pembelajaran dapat diartikan suatu
ilmu yang memberikan jalan menuju ke terjadinya proses belajar-mengajar.
Secara umum didaktik khusus atau metodologi pembelajaran adalah bagian ilmu
mengajar yang membicarakan berbagai strategi pembelajaran dan sistem
penyampaian bahan pembelajaran untuk semua bidang pembelajaran serta cara
menyampaikan bidang pembelajaran tertentu.8 Secara kualitatif pendidik perlu
meningkatkan seluruh potensi dan keterampilannya. Salah satu segi yang harus
dikuasai, dan dihayati oleh seorang pendidik adalah masalah-masalah belajarmengajar.
Pendidik menyesuaikan strategi pembelajaran dengan bahan pelajaran.
Biasanya segala macam pelajaran diberikan dengan metode ceramah atau metode
kuliah, artinya pendidik berbicara dan peserta didik mendengarkan. Kemudian
pendidik memberika ulangan atau tes untuk menyelidiki hingga manakah bahan
6
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Sertifikasi Guru, (Jakarta:
Rajawali Press, 2007), h. 42-43
7
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994), h. 73 mendukung definisi di atas, Lihat Ad Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses,
(Jakarta: Grasindo, 1991), h. 1 dalam proses pembelajaran, pendidik harus memiliki strategi agar
peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.
Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan atau pandangan.
8
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 51
pelajaran itu ditangkap oleh peserta didik.9 Pendidik yang hanya memberikan
pelajaran dengan satu cara, sering dirasa membosankan atau melelahkan dan tidak
heran apabila ada peserta didik yang mengantuk atau menyibukan diri sendiri,
sedangkan pendidik terus berbicara di depan kelas. Pendidik yang selalu
memperhatikan cara menyusun dan menyajikan bahan pelajaran, maka
pembelajaran yang dilakukan pasti akan membuahkan hasil yang berguna bagi
peserta didik. Macam-macam penyajian bahan pelajaran, seperti teknik diskusi,
kerja kelompok, penemuan/discovery, simulasi, unit teaching, microteaching,
brain storming, inquiry, eksperimen, demonstrasi, karya wisata, penyajian kerja
lapangan, rool-playing, Tanya jawab/dialog, pemberian tugas dan resitasi,
ceramah, metode mengajar non-directive, teknik penyajian interaksi massa, dan
metode mengajar berdasarkan prinsip-prinsip interdisiplinaritas.10
Strategi pembelajaran juga dipengaruhi oleh gaya mengajar. Mengajar
berarti membimbing aktivitas anak. Anak hanya dapat berenang dengan berenang
sendiri, jadi melakukan kegiatan itu sendiri, setiap orang dapat menerima dan
memahaminya. Tugas pendidik adalah mengatur lingkungan serta membimbing
aktivitas anak. Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman
adalah interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi itulah anak belajar. Mengajar
berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Terdapat pendidik yang mengajar baik pada taman kanak-kanak tetapi menemui
kegagalan mengajar pada peserta didik tingkat Sekolah Dasar.11
Seorang pendidik dapat mengajar berhitung menurut cara yang sama dari
tahun ketahun yakni dengan melatih hitungan-hitungan dalam buku. Pada
kesempatan yang lain, pendidik menghubungkan pelajaran berhitung dengan
pengalaman peserta didik dalam kehidupannya, hasilmya autentik dan tahan lama.
Banyak pendidik memberikan pelajaran untuk keperluan ujian yang segera akan
9
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 15
10
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 5
11
T. Hartono, Meningkatkan Rancangan Instruksional untuk Memperbaiki Kualitas Belajar
Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 1995), h. 10
dilupakan oleh peserta didik. Dalam suatu penyelidikan ternyata bahwa, pelajaran
menghitung menimbulkan frustasi pada peserta didik, pelajaran itu justru merusak
pribadi peserta didik.
12
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang
harus dimiliki pendidik dalam pengelolaan peserta didik, diantaranya pendidik
memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain
strategi pembelajaran yang sesuai dengan keunikan masing-masing peserta
didik.13 Dalam hal ini, menelaah fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada
bahasan sebelumnya, peningkatan mutu pendidikan melalui kualifikasi pendidik
dengan mengedepankan profesionalitas diantaranya untuk mengatasi hambatanhambatan dalam pembelajaran yang seringkali dirasakan oleh peserta didik, maka
penulis mengkonstruksikan pembelajaran quantum learning sabagai pendekatan
dalam mencapai tujuan pembelajaran, kemudian merelevansikannya pada
pendidikan multikultural sebagai bentuk integrasi dalam pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep pembelajaran quantum learning dan penerapannya dalam
pendidikan multikultural?
12
J. Mursel, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 5
13
Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
ALFABETA, 2009) h. 31
BAB II
WACANA
Prawacana sebelumnya telah mendeskripsikan beberapa konsep pendidikan,
dan strategi pembelajaran serta konstruksi teori yang mendasar terkait
pembahasan makalah ini dari beberapa ahli melalui penelurusan historis maupun
ahistoris pada kajian ilmiah terdahulu. Hal ini tentunya telah memberikan dasar
pemahaman untuk memperjelas wacana sebagai bahan kajian yang relevan.
Esensialnya paradigma nilai-nilai pendidikan yang dikembangkan melalui
integrasi konsep-konsep pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidik dan
peserta didik harus ditelaah sebagai suatu konsep dinamis prokualifikasi mutu
yang berperan penting dalam membentuk peserta didik mencapai tujuan
pendidikan nasional. Memperkuat konsep sebagai refleksi atas data aktual tentang
pendidikan dan usaha peningkatan mutu pendidikan, penulis mengumpulkan,
menelaah dan memaparkan kajian teoritik prapembahasan. Oleh karena itu konsep
pendidikan multikultural, dan perkembangannya sebagai pembaharuan dalam
pendidikan penting untuk diketahui sebagai pijakan awal kerangka teoritik
sebelum mengintegrasikannya dalam pembelajaran quantum learning.
A.
Pembelajaran quantum learning dan penerapannya pada pendidikan
multikultural
Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumber daya manusia agar
memiliki kemampuan sosial dengan perkembangan individu yang optimal,
memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan
budaya sekitarnya. Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia,
sehingga manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain, alam dan
lingkungan budayanya. Atas dasar inilah, pendidikan tidak boleh dilepaskan dari
budaya yang melingkupinya sebagai kuensekuensi dari tujuan pendidikan yaitu,
mengasah rasa, karsa dan karya.14 Pendidikan demokratis dan pendidikan pluralismultikultural merupakan sebuah rangkaian. Masing-masing saling bergantung dan
14
Zainal Abidin, Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikulturalisme, (Jakarta:
Balai Litbang Agama, 2009), h. 139
saling
mempengaruhi.
Oleh
karena
itu,
membangun
pendidikan
yang
berparadigma pluralais-multikultural merupakan kebutuhan yang tidak bisa
ditunda lagi. Dengan paradigma semacam ini, pendidikan diharapkan membentuk
anak didik yang memiliki cakrawala pandang yang luas, menghargai perbedaan,
penuh toleransi, dan penghargaan terhadap segala sesuatu bentuk perbedaan.15
Dalam konteks kompetensi metodologis, pendidik harus memahami dan
memiliki kemampuan dalam menerapkan pendekatan, metode dan strategi
pembelajaran yang relevan dengan objek (peserta didik), efektif dan
menyenangkan atau sesuai dengan prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM). PAIKEM adalah sebuah pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam
dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan
penekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara pendidik menggunakan
berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan),
supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.16 PAIKEM
merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling
sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama; proses
Interaksi (peserta didik berinteraksi secara aktif dengan pendidik, rekan peserta
didik, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua; proses Komunikasi
(peserta didik mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan pendidik
dan rekan peserta didik lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play).
Ketiga;
proses
Refleksi,
(peserta
didik
memikirkan
kembali
tentang
kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah
lakukan). Keempat; proses Eksplorasi (peserta didik mengalami langsung dengan
15
Ngainun Naim, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruz,
2008), h. 73
16
Dewi Laksmi dan Masitoh., Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia., Jakarta Pusat 2009), h. 56.
melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan
dan/atau wawancara).17
Pelaksanaan PAIKEM harus memperhatikan bakat, minat dan modalitas
belajar peserta didik, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pendekatan
pembelajaran Quantum (Quantum Learning) ada tiga macam modalitas peserta
didik, yaitu modalitas visual, auditorial dan kinestetik. Dengan modalitas visual
dimaksudkan bahwa kekuatan belajar peserta didik terletak pada indera „mata‟
(membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial
terletak pada indera „pendengaran‟ (mendengar dan menyimak penjelasan atau
cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada „perabaan‟ (seperti menunjuk,
menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi
modalitas peserta didik tersebut, maka seorang pendidik harus mampu merancang
media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan
kecenderungan potensi atau modalitas belajar peserta didik. Secara garis besar,
PAIKEM dapat dideskripsikan sebagai berikut: Peserta didik terlibat dalam
berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka
dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Pendidik menggunakan berbagai
alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik. Pendidik mengatur kelas
dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan
menyediakan „pojok baca‟. Pendidik menerapkan cara mengajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Pendidik mendorong
peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah,
untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam peserta didik dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.
17
Bafadal, Ibrahim, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi Menuju
Desentralisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 21
Quantum Learning merupakan terobosan baru berdasarkan prinsip
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).
Strategi menurut Kemp merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.18 Senada dengan pendapat Kemp, Dick dan Cary juga
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada peserta didik. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran
yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan dapat tercapai, maka
diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan hal tersebut.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa strategi adalah a plan of operation
achievement something, sedangkan metode adalah a way in achievement
something.19
Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis analisis sistem dan teori ilmiah
yang mendukung. Model pembelajaran berdasarkan teori belajar dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran, model tersebut merupakan model umum
perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pendidik sering mengelompokan quantum learning sebagai salah satu strategi atau
juga metode pembelajaran, namun berdasarkan pengertian dan beberapa istilah
yang telah penulis jelaskan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa quantum
learning merupakan satu konsep pembelajaran yang disusun dari berbagai
teori pendidikan, psikologi, sosial, dan beberapan teori lainnya. Penekanan
teori lebih pada konsep psikologi. Teori ini berakar dari upaya Georgi Lozanov,
pendidik berkebangsaan Bulgaria, yang bereksperimen dengan apa yang disebut
sebagai Sugestopedia, peinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi
18
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2012), h. 18
19
Suparlan, pembelajaran aktif kreatif,efektif dan menyenangkan (PAKEM) (Bandung: PT
Genesindo, 2009), h.5 pada penjelasan lainnya terkait pembahasan, model-model pembelajaran
biasa disusun berdasarkan prinsip-prinsip teori pengetahuan.
hasil dan kondisi belajar dan setiap detail prosesnya memberikan sugesti positif
dan negative. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti yang
positif adalah memberikan posisi nyaman kepada peserta didik di kelas,
memasang musik latar dalam pembelajaran, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan agar informasi mudah
disampaikan dan diterima oleh peserta didik dan menggunakan pendidik yang
terlatih dalam bidang seni dan pengajaran sugestif. 20
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program
neurolinguistik, yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur
informasi.21 Para pendidik mendefinisikan quantum learning sebagai interaksiinteraksi yang mengubah energy menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah
energy.22 Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pecerpatan
belajar dan neurolinguistik dengan teori keyakianan, serta model pendidik sendiri,
termasuk diantaranya konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar lainnya,
seperti teori otak kiri dan kanan, pilihan modalitas visual, audio dan kinestetik,
teori kecerdasan ganda, pendidikan holistic, belajar berdasarkan pengalaman,
belajar dengan symbol, dan simulasi dalam pembelajaran. .23
20
Bobbi Deporter, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan,
(Bandung: Mizan, 2011), h. 14 Cetak miring dan tebal ditambahkan penulis. Pembelajaran
quantum learning menekankan konsep psikologis untuk memetakan kondisi peserta didik. Hal ini
untuk mengetahui hal-hal yang disukai dan tidak disukai oleh peserta didik, sehingga pendidik
dapat dengan mudah memilih pendekatan atau strategi pembelajaran yang baik untuk digunakan
dalam pembelajaran. Istilah lain yang hamper sama dengan sugestology adalah percepatan belajar.
(accelerated Learning). Cara ini menyatukan hal-hal sekilas nampak akan tetapi tidak mempunyai
persamaan misalnya, hiburan, permainan, warna, cara berfikir, kebugaran fisik, dan kesehatan
emosional, namun semua unsur ini ternyata dapat bekerjasama dan menghasilkan pengalaman
belajar yang efektif.
21
Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku yang dapat digunakan untuk
menciptakan jalinan pengertian antara pendidik dan peserta didik. Pendidik mengetahui bagaimana
menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif yang merupakan
factor penting untuk merangsang otak.
22
Sebagai contoh rumus yang terkenal seperti fisika quantum masa kali kecepatan cahaya
khuadrat sama dengan energy. Segala aktivitas peserta didik jika dimanfaatkan sesuai dengan
kemampuan peserta didik tersebut maka akan memberika dampak positif pada proses
pembelajaran.
23
Penggunaan bahasa yang tepat dalam memberikan informasi kepada peserta didik dapat
membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Keragaman bahasa sebagai
symbol budaya juga mempengaruhi pemetaan karakter, cara fikir dan tingkah laku peserta didik di
dalam kelas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Quantum learning merupakan model yang komprehensif mencakup teori
pendidikan dan implementasinya di kelas secara nyata. Model ini menyatukan
praktik-praktik berbasis penelitian dibidang pendidikan. Jika pendidik mampu
mengenali tipe belajar dan melakukan pembelajaran yang sesuai, maka belajar
akan memberikan hasil yang optimal. Dalam penerapan pendidikan multikultural
berdasarkan konsep dan teori yang dikonstruksi, bahwa pembelajaran quantum
learning memberikan kemudahan pada pendidik untuk melakukan pemetaan
budaya berdasarkan pendekatan psikologis melalui penekanan pada konsep
neurolinguistik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal, Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikulturalisme, Jakarta:
Balai Litbang Agama, 2009
Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tahun 2006 BAB VI Jalur,
Jenjang dan Jenis Pendidikan.
Alfabet, Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 2008
Departemen Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen.
Departemen Agama RI, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendis, 2006
Deporter, Bobbi, Quantum Learning Membiasakan
Menyenangkan, Bandung: Mizan, 2011
Belajar
Nyaman
Dan
Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Hartono, T. Meningkatkan Rancangan Instruksional untuk Memperbaiki Kualitas
Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo, 1995
Ibrahim, Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi
Menuju Desentralisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Sertifikasi Guru, Jakarta:
Rajawali Press, 2007
Laksmi, Dewi, Strategi Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pendidikan
Departemen Agama Republik Indonesia., Jakarta Pusat, 2009
Islam
Mursel, J. Mengajar dengan Sukses, Jakarta: Bumi Aksara, 2002
Naim, Ngainun, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, Jogjakarta: Ar-Ruz,
2008
Nasution, S, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1998
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta:
Raja Grafindo, 2012
Sagala, Saiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung:
ALFABETA, 2009
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, Jakarta:
Bumi Aksara, 1994
Suparlan, pembelajaran aktif kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), Bandung:
PT Genesindo, 2009.
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, t,t : Gita Media Press, t.th, 2009
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional: UU RI No. 20 Th. 2003, Yogyakarta:
Bening, 2010.
DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Oleh:
Rahmathias Jusuf
Email: [email protected]
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
2017
BAB I
PRAWACANA
A.
Latar Belakang
Hampir setiap orang berbicara tentang pendidikan1, yang terlintas dibenak
adalah pendidik yang sedang memberikan pelajaran kepada peserta didik dalam
sebuah ruangan yang penuh tumpukan kursi-meja, papan tulis dan seperangkat
peralatan mengajar lainnya seperti alat tulis menulis, buku teks beserta beberapa
alat peraga. Demikian gambaran supremasi pendidikan yang secara umum dapat
dicermati dalam dunia pendidikan. Jika diuraikan secara kompleks, masih banyak
kekurangan yang harus dibenahi bersama tentang pendidikan baik pada persoalan
sarana dan prasarana penunjang maupun peningkatan mutu pendidikan.
Diskursus peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan
pendidik dalam menguasai strategi pembelajaran sebagai hal utama dalam
menentukan kualitas belajar. Berbagai macam strategi pembelajaran yang
dikembangkan diharapkan mampu menunjang proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.2 Pengembangan strategi pembelajaran
1
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional: UU RI No. 20 Th. 2003, (Yogyakarta:
Bening, 2010), h. 12 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Lihat Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995) h. 3 Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara maksimal
dalam kehidupan masyarakat.
2
Slamet Alfabet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h. 9 disebutkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang mampu meningkatkan
kualitas seseorang. Pada penjelasan lainnya, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lihat Tim Prima Pena, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (t,t : Gita Media Press, t.th), h. 456. Hal tersebut juga merupakan
perwujudan dari UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan yang layak”, dengan tujuan pendidikan nasional “mencerdaskan
kehidupan bangsa” sebagaimana yang disebutkan pada alinea ke-4 UUD 1945, sebagaimana
pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT, berakhlak mulia, cakap, kreatif, serta bertanggungjawab, telaah Bafadal Ibrahim,
Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), h. 19
sangat penting dilakukan oleh pendidik untuk memudahkan pendidik dalam
proses pembelajaran. Penguasaan strategi pembelajaranpun sangat dibutuhkan,
bahkan menjadi syarat untuk terciptanya pembelajaran aktif. Pendidik sebagai
subjek3 yang mempunyai peran utama dalam mentransfer pengetahuan dan ilmu
serta eksistensi nilai personal peserta didik, esensialnya harus memiliki kualitas
intelektual yang memadai.4
Strategi pembelajaran kontemporer membutuhkan jaringan pengoperasian
pembelajaran yang maksimal agar pencapaian kualitas belajar dapat terlaksana
secara optimal disetiap satuan pendidikan baik dalam pendidikan formal, informal
maupun non-formal.5 Pendidikan akan selalu dihadapkan dengan beberapa
tantangan globalisasi yang harus disikapi oleh pendidik dengan mengedepankan
profesionalisme. Paradigma yang harus diperhatikan oleh pendidik dewasa ini
diantaranya, Pertama, pendidik tidak terjebak pada rutinitas belaka tetapi selalu
mengembangkan dan memberdayakan diri secara terus menerus untuk
meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya. Kedua, pendidik mampu menyusun
dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran yang aktif, kreatif, inofatif,
efektif dan menyenangkan yang dapat memotivasi peserta didik. Ketiga, dominasi
pendidik dalam pembelajaran dikurangi, sehingga memberikan kesempatan
3
Sebagai tenaga professional, pendidik melaksanakan sistem dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, serta
menjadi warga negara yang demokratis. Cermati Departemen Agama RI, Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
4
Pengetahuan adalah segala informasi yang diperoleh melalui pengalaman indrawi dan ilmu
yang dimaksud adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan memenuhi standar atau
sesuai dengan kaidah ilmiah. Cermati UU Nomor 20 Tahun 2003 Pendidik berkewajiban:
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna menyenangkan, kreatif, dinamis dan logis,
pendidik mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
memberi teladan, menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercyaan
yang diberikan kepadanya. Lihat Departemen Agama RI, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendis, 2006), h. 49
“Kualitas belajar” yang disebutkan menunjuk pada kualitas hasil bukan pada proses
belajar. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI). Lihat Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI,
Tahun 2006 BAB VI Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan.
5
kepada peserta didik untuk lebih berani, mandiri dan kreatif dalam proses belajar
mengajar. Keempat, pendidik mampu memodifikasi dan memperkaya bahan
pembelajaran sehingga peserta didik mendapatkan sumber belajar yang lebih
bervariasi.6
Strategi merupakan pendekatan yang dipakai oleh pendidik dalam
memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber dan menentukan peranan
peserta didik dalam proses pembelajaran.7 Pembelajaran merupakan cabang dari
didaktik atau ilmu mengajar, oleh karena itu sering disebut didaktik khusus. Kata
metodologi dibentuk dari dua kata yaitu “methodos” yang berarti jalan ke
sedangkan “logos” berarti ilmu. Metodologi pembelajaran dapat diartikan suatu
ilmu yang memberikan jalan menuju ke terjadinya proses belajar-mengajar.
Secara umum didaktik khusus atau metodologi pembelajaran adalah bagian ilmu
mengajar yang membicarakan berbagai strategi pembelajaran dan sistem
penyampaian bahan pembelajaran untuk semua bidang pembelajaran serta cara
menyampaikan bidang pembelajaran tertentu.8 Secara kualitatif pendidik perlu
meningkatkan seluruh potensi dan keterampilannya. Salah satu segi yang harus
dikuasai, dan dihayati oleh seorang pendidik adalah masalah-masalah belajarmengajar.
Pendidik menyesuaikan strategi pembelajaran dengan bahan pelajaran.
Biasanya segala macam pelajaran diberikan dengan metode ceramah atau metode
kuliah, artinya pendidik berbicara dan peserta didik mendengarkan. Kemudian
pendidik memberika ulangan atau tes untuk menyelidiki hingga manakah bahan
6
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Sertifikasi Guru, (Jakarta:
Rajawali Press, 2007), h. 42-43
7
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994), h. 73 mendukung definisi di atas, Lihat Ad Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses,
(Jakarta: Grasindo, 1991), h. 1 dalam proses pembelajaran, pendidik harus memiliki strategi agar
peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.
Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan atau pandangan.
8
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 51
pelajaran itu ditangkap oleh peserta didik.9 Pendidik yang hanya memberikan
pelajaran dengan satu cara, sering dirasa membosankan atau melelahkan dan tidak
heran apabila ada peserta didik yang mengantuk atau menyibukan diri sendiri,
sedangkan pendidik terus berbicara di depan kelas. Pendidik yang selalu
memperhatikan cara menyusun dan menyajikan bahan pelajaran, maka
pembelajaran yang dilakukan pasti akan membuahkan hasil yang berguna bagi
peserta didik. Macam-macam penyajian bahan pelajaran, seperti teknik diskusi,
kerja kelompok, penemuan/discovery, simulasi, unit teaching, microteaching,
brain storming, inquiry, eksperimen, demonstrasi, karya wisata, penyajian kerja
lapangan, rool-playing, Tanya jawab/dialog, pemberian tugas dan resitasi,
ceramah, metode mengajar non-directive, teknik penyajian interaksi massa, dan
metode mengajar berdasarkan prinsip-prinsip interdisiplinaritas.10
Strategi pembelajaran juga dipengaruhi oleh gaya mengajar. Mengajar
berarti membimbing aktivitas anak. Anak hanya dapat berenang dengan berenang
sendiri, jadi melakukan kegiatan itu sendiri, setiap orang dapat menerima dan
memahaminya. Tugas pendidik adalah mengatur lingkungan serta membimbing
aktivitas anak. Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman
adalah interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi itulah anak belajar. Mengajar
berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Terdapat pendidik yang mengajar baik pada taman kanak-kanak tetapi menemui
kegagalan mengajar pada peserta didik tingkat Sekolah Dasar.11
Seorang pendidik dapat mengajar berhitung menurut cara yang sama dari
tahun ketahun yakni dengan melatih hitungan-hitungan dalam buku. Pada
kesempatan yang lain, pendidik menghubungkan pelajaran berhitung dengan
pengalaman peserta didik dalam kehidupannya, hasilmya autentik dan tahan lama.
Banyak pendidik memberikan pelajaran untuk keperluan ujian yang segera akan
9
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 15
10
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 5
11
T. Hartono, Meningkatkan Rancangan Instruksional untuk Memperbaiki Kualitas Belajar
Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 1995), h. 10
dilupakan oleh peserta didik. Dalam suatu penyelidikan ternyata bahwa, pelajaran
menghitung menimbulkan frustasi pada peserta didik, pelajaran itu justru merusak
pribadi peserta didik.
12
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang
harus dimiliki pendidik dalam pengelolaan peserta didik, diantaranya pendidik
memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain
strategi pembelajaran yang sesuai dengan keunikan masing-masing peserta
didik.13 Dalam hal ini, menelaah fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada
bahasan sebelumnya, peningkatan mutu pendidikan melalui kualifikasi pendidik
dengan mengedepankan profesionalitas diantaranya untuk mengatasi hambatanhambatan dalam pembelajaran yang seringkali dirasakan oleh peserta didik, maka
penulis mengkonstruksikan pembelajaran quantum learning sabagai pendekatan
dalam mencapai tujuan pembelajaran, kemudian merelevansikannya pada
pendidikan multikultural sebagai bentuk integrasi dalam pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep pembelajaran quantum learning dan penerapannya dalam
pendidikan multikultural?
12
J. Mursel, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 5
13
Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
ALFABETA, 2009) h. 31
BAB II
WACANA
Prawacana sebelumnya telah mendeskripsikan beberapa konsep pendidikan,
dan strategi pembelajaran serta konstruksi teori yang mendasar terkait
pembahasan makalah ini dari beberapa ahli melalui penelurusan historis maupun
ahistoris pada kajian ilmiah terdahulu. Hal ini tentunya telah memberikan dasar
pemahaman untuk memperjelas wacana sebagai bahan kajian yang relevan.
Esensialnya paradigma nilai-nilai pendidikan yang dikembangkan melalui
integrasi konsep-konsep pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidik dan
peserta didik harus ditelaah sebagai suatu konsep dinamis prokualifikasi mutu
yang berperan penting dalam membentuk peserta didik mencapai tujuan
pendidikan nasional. Memperkuat konsep sebagai refleksi atas data aktual tentang
pendidikan dan usaha peningkatan mutu pendidikan, penulis mengumpulkan,
menelaah dan memaparkan kajian teoritik prapembahasan. Oleh karena itu konsep
pendidikan multikultural, dan perkembangannya sebagai pembaharuan dalam
pendidikan penting untuk diketahui sebagai pijakan awal kerangka teoritik
sebelum mengintegrasikannya dalam pembelajaran quantum learning.
A.
Pembelajaran quantum learning dan penerapannya pada pendidikan
multikultural
Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumber daya manusia agar
memiliki kemampuan sosial dengan perkembangan individu yang optimal,
memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan
budaya sekitarnya. Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia,
sehingga manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain, alam dan
lingkungan budayanya. Atas dasar inilah, pendidikan tidak boleh dilepaskan dari
budaya yang melingkupinya sebagai kuensekuensi dari tujuan pendidikan yaitu,
mengasah rasa, karsa dan karya.14 Pendidikan demokratis dan pendidikan pluralismultikultural merupakan sebuah rangkaian. Masing-masing saling bergantung dan
14
Zainal Abidin, Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikulturalisme, (Jakarta:
Balai Litbang Agama, 2009), h. 139
saling
mempengaruhi.
Oleh
karena
itu,
membangun
pendidikan
yang
berparadigma pluralais-multikultural merupakan kebutuhan yang tidak bisa
ditunda lagi. Dengan paradigma semacam ini, pendidikan diharapkan membentuk
anak didik yang memiliki cakrawala pandang yang luas, menghargai perbedaan,
penuh toleransi, dan penghargaan terhadap segala sesuatu bentuk perbedaan.15
Dalam konteks kompetensi metodologis, pendidik harus memahami dan
memiliki kemampuan dalam menerapkan pendekatan, metode dan strategi
pembelajaran yang relevan dengan objek (peserta didik), efektif dan
menyenangkan atau sesuai dengan prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM). PAIKEM adalah sebuah pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam
dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan
penekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara pendidik menggunakan
berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan),
supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.16 PAIKEM
merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling
sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama; proses
Interaksi (peserta didik berinteraksi secara aktif dengan pendidik, rekan peserta
didik, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua; proses Komunikasi
(peserta didik mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan pendidik
dan rekan peserta didik lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play).
Ketiga;
proses
Refleksi,
(peserta
didik
memikirkan
kembali
tentang
kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah
lakukan). Keempat; proses Eksplorasi (peserta didik mengalami langsung dengan
15
Ngainun Naim, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruz,
2008), h. 73
16
Dewi Laksmi dan Masitoh., Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia., Jakarta Pusat 2009), h. 56.
melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan
dan/atau wawancara).17
Pelaksanaan PAIKEM harus memperhatikan bakat, minat dan modalitas
belajar peserta didik, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pendekatan
pembelajaran Quantum (Quantum Learning) ada tiga macam modalitas peserta
didik, yaitu modalitas visual, auditorial dan kinestetik. Dengan modalitas visual
dimaksudkan bahwa kekuatan belajar peserta didik terletak pada indera „mata‟
(membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial
terletak pada indera „pendengaran‟ (mendengar dan menyimak penjelasan atau
cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada „perabaan‟ (seperti menunjuk,
menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi
modalitas peserta didik tersebut, maka seorang pendidik harus mampu merancang
media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan
kecenderungan potensi atau modalitas belajar peserta didik. Secara garis besar,
PAIKEM dapat dideskripsikan sebagai berikut: Peserta didik terlibat dalam
berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka
dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Pendidik menggunakan berbagai
alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik. Pendidik mengatur kelas
dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan
menyediakan „pojok baca‟. Pendidik menerapkan cara mengajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Pendidik mendorong
peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah,
untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam peserta didik dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.
17
Bafadal, Ibrahim, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi Menuju
Desentralisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 21
Quantum Learning merupakan terobosan baru berdasarkan prinsip
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).
Strategi menurut Kemp merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.18 Senada dengan pendapat Kemp, Dick dan Cary juga
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada peserta didik. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran
yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan dapat tercapai, maka
diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan hal tersebut.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa strategi adalah a plan of operation
achievement something, sedangkan metode adalah a way in achievement
something.19
Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis analisis sistem dan teori ilmiah
yang mendukung. Model pembelajaran berdasarkan teori belajar dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran, model tersebut merupakan model umum
perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pendidik sering mengelompokan quantum learning sebagai salah satu strategi atau
juga metode pembelajaran, namun berdasarkan pengertian dan beberapa istilah
yang telah penulis jelaskan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa quantum
learning merupakan satu konsep pembelajaran yang disusun dari berbagai
teori pendidikan, psikologi, sosial, dan beberapan teori lainnya. Penekanan
teori lebih pada konsep psikologi. Teori ini berakar dari upaya Georgi Lozanov,
pendidik berkebangsaan Bulgaria, yang bereksperimen dengan apa yang disebut
sebagai Sugestopedia, peinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi
18
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2012), h. 18
19
Suparlan, pembelajaran aktif kreatif,efektif dan menyenangkan (PAKEM) (Bandung: PT
Genesindo, 2009), h.5 pada penjelasan lainnya terkait pembahasan, model-model pembelajaran
biasa disusun berdasarkan prinsip-prinsip teori pengetahuan.
hasil dan kondisi belajar dan setiap detail prosesnya memberikan sugesti positif
dan negative. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti yang
positif adalah memberikan posisi nyaman kepada peserta didik di kelas,
memasang musik latar dalam pembelajaran, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan agar informasi mudah
disampaikan dan diterima oleh peserta didik dan menggunakan pendidik yang
terlatih dalam bidang seni dan pengajaran sugestif. 20
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program
neurolinguistik, yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur
informasi.21 Para pendidik mendefinisikan quantum learning sebagai interaksiinteraksi yang mengubah energy menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah
energy.22 Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pecerpatan
belajar dan neurolinguistik dengan teori keyakianan, serta model pendidik sendiri,
termasuk diantaranya konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar lainnya,
seperti teori otak kiri dan kanan, pilihan modalitas visual, audio dan kinestetik,
teori kecerdasan ganda, pendidikan holistic, belajar berdasarkan pengalaman,
belajar dengan symbol, dan simulasi dalam pembelajaran. .23
20
Bobbi Deporter, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan,
(Bandung: Mizan, 2011), h. 14 Cetak miring dan tebal ditambahkan penulis. Pembelajaran
quantum learning menekankan konsep psikologis untuk memetakan kondisi peserta didik. Hal ini
untuk mengetahui hal-hal yang disukai dan tidak disukai oleh peserta didik, sehingga pendidik
dapat dengan mudah memilih pendekatan atau strategi pembelajaran yang baik untuk digunakan
dalam pembelajaran. Istilah lain yang hamper sama dengan sugestology adalah percepatan belajar.
(accelerated Learning). Cara ini menyatukan hal-hal sekilas nampak akan tetapi tidak mempunyai
persamaan misalnya, hiburan, permainan, warna, cara berfikir, kebugaran fisik, dan kesehatan
emosional, namun semua unsur ini ternyata dapat bekerjasama dan menghasilkan pengalaman
belajar yang efektif.
21
Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku yang dapat digunakan untuk
menciptakan jalinan pengertian antara pendidik dan peserta didik. Pendidik mengetahui bagaimana
menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif yang merupakan
factor penting untuk merangsang otak.
22
Sebagai contoh rumus yang terkenal seperti fisika quantum masa kali kecepatan cahaya
khuadrat sama dengan energy. Segala aktivitas peserta didik jika dimanfaatkan sesuai dengan
kemampuan peserta didik tersebut maka akan memberika dampak positif pada proses
pembelajaran.
23
Penggunaan bahasa yang tepat dalam memberikan informasi kepada peserta didik dapat
membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Keragaman bahasa sebagai
symbol budaya juga mempengaruhi pemetaan karakter, cara fikir dan tingkah laku peserta didik di
dalam kelas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Quantum learning merupakan model yang komprehensif mencakup teori
pendidikan dan implementasinya di kelas secara nyata. Model ini menyatukan
praktik-praktik berbasis penelitian dibidang pendidikan. Jika pendidik mampu
mengenali tipe belajar dan melakukan pembelajaran yang sesuai, maka belajar
akan memberikan hasil yang optimal. Dalam penerapan pendidikan multikultural
berdasarkan konsep dan teori yang dikonstruksi, bahwa pembelajaran quantum
learning memberikan kemudahan pada pendidik untuk melakukan pemetaan
budaya berdasarkan pendekatan psikologis melalui penekanan pada konsep
neurolinguistik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal, Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikulturalisme, Jakarta:
Balai Litbang Agama, 2009
Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tahun 2006 BAB VI Jalur,
Jenjang dan Jenis Pendidikan.
Alfabet, Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 2008
Departemen Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen.
Departemen Agama RI, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendis, 2006
Deporter, Bobbi, Quantum Learning Membiasakan
Menyenangkan, Bandung: Mizan, 2011
Belajar
Nyaman
Dan
Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Hartono, T. Meningkatkan Rancangan Instruksional untuk Memperbaiki Kualitas
Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo, 1995
Ibrahim, Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi
Menuju Desentralisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Sertifikasi Guru, Jakarta:
Rajawali Press, 2007
Laksmi, Dewi, Strategi Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pendidikan
Departemen Agama Republik Indonesia., Jakarta Pusat, 2009
Islam
Mursel, J. Mengajar dengan Sukses, Jakarta: Bumi Aksara, 2002
Naim, Ngainun, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, Jogjakarta: Ar-Ruz,
2008
Nasution, S, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1998
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta:
Raja Grafindo, 2012
Sagala, Saiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung:
ALFABETA, 2009
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, Jakarta:
Bumi Aksara, 1994
Suparlan, pembelajaran aktif kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), Bandung:
PT Genesindo, 2009.
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, t,t : Gita Media Press, t.th, 2009
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional: UU RI No. 20 Th. 2003, Yogyakarta:
Bening, 2010.