Laporan Sistem Penyediaan Air Minum

LAPORAN

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Dibuat untuk memenuhi syarat untuk mengikuti ujian akhir mata kuliah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Oleh: Anissa Rizky Faradilla 082.11.005

Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan

Universitas Trisakti Jakarta

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem penyediaan air minum untuk masyarakat Indonesia masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang cukup kompleks dan masih belum dapat diatasi sepenuhnya. Masalah yang masih dihadapi pada saat ini adalah rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat. Sehingga sering dijumpai bahwa kualitas air minum yang berasal dari tanah maupun air sungai yang digunakan kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat bahkan di berbagai tempat tidak layak untuk diminum.

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Dan seiring dengan pertambahan penduduk, air bersih semakin sulit untuk didapatkan. Untuk itu diperlukan suatu sistem penyediaan air meliputi sumber-sumber penyediaan, sarana- sarana penampungan, sarana-sarana pengolahan air baku, sarana penyaluran penampungan, sarana distribusi, transmisi ait bersih, sarana pelayanan, dan transmisi air baku.diperlukan pengolahan agar air dapat dikonsumsi oleh manusia.

Dengan adanya analisis kebutuhan air bersih ini ditargetkan kebutuhan air bersih masyarakat dapat dipenuhi dengan tingkat pelayanan hingga 100 % dari jumlah penduduk sehingga Target ke sepuluh Millenium Development

Goals (MDG) yang telah ditetapkan yaitu mengurangi separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi pada tahun 2015 dapat terwujud.

Untuk memenuhi itu semua perlu dilakukan perencanaan harus melihat proyeksi laju pertumbuhan penduduk di tahun perencanaan, peruntukan kota, prasarana kota dan kondisi sosial ekonomi kota perencanaan. Faktor –faktor tersebut sangat mempengaruhi pelayanan air minum yang nantinya akan direncanakan. Sehingga sistem penyediaan air minum pada kota perencanaan sesuai dengan target yang memenuhi standar.

1.2 Maksud dan Tujuan

 Merencanakan sistem penyediaan air minum secara berkelanjutan,  Menghitung prediksi jumlah penduduk pada tahun perencanaan  Menghitung kebutuhan air pada tahun perencanaan  Merancang sistem perpipaan distribusi, pipa transmisi, water intake

dan reservoir sesuai dengan kebutuhan kota perencanaan

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyelesaian perencanaan air minum ini, dibatasi oleh:  Daerah perencanaan adalah suatu kota yang telah ditunjuk pada peta

dengan tahun perencanaan adalah tahun 2020 dan tahun 2030

 Daerah perencanaan merupakan kota yang terbagi menjadi 3 wilayah berdasarkan tingkat sosial ekonominya. Perhitungan, penampilan gambar kebutuhan air kota didasarkan melalui sistem perpipaan yang meliputi:  Proyeksi jumlah penduduk  Proyeksi kebutuhan air  Mendisain bantuan penangkap air dari sumber mata air  Merencanakan jaringan pipa transmisi  Merencanakan jaringan pipa distribusi  Mendesain reservoir

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

2.1 Deskripsi Kota

Kota perencanaan adalah Kota Dewata yang merupakan kota industri dan pariwisata. Seiring dengan berjalannya waktu, kota yang mempunyai luas wilayah 421 Ha ini, memiliki penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya. Kota ini dibagi menjadi 3 wilayah sesuai dengan peruntukkan wilayahnya masing-masing. Adapun pembagian wilayah tersebut adalah :

a. Wilayah utara : merupakan daerah industri yang dikelilingi oleh pemukiman warga kelas bawah

b. Wilayah tengah : merupakan pusat kota yang terdiri dari perkatoran, pusat perbelanjaan, sarana hiburan, fasilitas umum seperti; hotel, sarana ibadah, rumah sakit dan sekolah. Di kawasan ini didirikan juga beberap hunian mewah.

c. Wilayah Barat, Wilayah Selatan, dan sebagian Wilayah Timur : merupakan kawasan hunian kelas menengah dan menengah ke atas yang banyak dihuni penduduk, terdapat fasilitas bagi penduduk yang terdiri dari beberapa sekolah, pasar, rumah sakit dan tempat ibadah.

2.2 Jumlah Penduduk

Dari tahun ke tahun pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Jumlah penduduk disuatu wilayah sangat berpengaruh pada jumlah kebutuhan air di wilayah tersebut sehingga perlu dilakukan pengambilan data jumlah penduduk yang akan digunakan untuk proyeksi jumlah penduduk sampai tahun perencanaan. Data jumlah penduduk Kota Dewata 10 tahun terakhir adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Data Jumlah Penduduk Tahun

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Dari data tersebut, nantinya akan dapat memprediksi jumlah penduduk untuk tahun perencanaan yang diinginkan. Sistem penyediaan air minum di Kota Dewata dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan pada tahun perencanaan:

- Tahap I, sampai dengan tahun 2020 - Tahap II, sampai dengan tahun 2030

2.3 Domestik dan Non Domestik

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, untuk menghitung kebutuhan air minum pada tahun perencanaan, tidak terlepas dari prediksi jumlah penduduk kedepannya. Jika jumlah penduduk diketahui maka kebutuhan air pada tahun perencanaan dapat dihitung. Dalam perhitungan kota Dewata di bedakan menjadi

2 yaitu :

a. Domestik Domestik merupakan daerah kependudukan yang kebutuhan airnya digunakan untuk melakukan kegiatan rumah tangga, seperti; mencuci, memasak, mandi, kakus, dll. Data yang digunakan untuk mengetahui jumlah kebutuhan airnya adalah data penduduk. Pada Kota Dewata daerah domestik dibagi menjadi 2 blok yaitu :

1,3 : 1,05 Kedua blok tersebut tersebar di 3 wilayah yang persentase

pelayanannya berbeda. Persentase ini dibedakan berdasarkan tingkat sosial ekonomi tiap-tiap wilayah. Daerah low income mendapat persentase pelayanan yang tinggi karena penduduk di daerah low income harus mendapatkan akses air bersih yang memadai untuk menunjang kebutuhan sehingga taraf hidup mereka meningkat. Sedangkan tingkat persen pelayanan berikutnya adalah untuk wilayah medium dan high income .

Wilayah high income, yaitu wilayah yang termasuk ke dalam distrik Zeus. Blok A pada distrik ini merupakan pemukiman mewah, sementara blok B merupakan apartemen mewah yang berada di pusat kota.

Wilayah medium income, yaitu wilayah yang termasuk ke dalam distrik Apollo. Blok A pada distrik ini merupakan pemukiman warga bergaya residence atau kompleks perumahan yang sebagian besar berada di dekat pusat kota. Blok B pada distrik ini merupakan rumah susun yang terlatak di tengah kota.

Wilayah low income, yaitu wilayah yang termasuk ke dalam distrik Jupiter. Pada wilayah utara di distrik ini merupakan pemukiman blok A yang diperuntukkan untuk buruh yang tinggal di sekitar industri. Sebagian besar wilayah barat dan sebagian kecil wilayah selatan adalah blok A yang merupakan pemukian kumuh yang berada di daerah aliran sungai, sementara itu, blok B pada distrik ini merupakan rumah susun bersubsidi yang terletak di dekat pusat kota.

b. Non Domestik

Non domestik merupakan daerah yang digunakan untuk keperluan publik seperti; kantor, sekolah, tempat ibadah dan rumah sakit. Daerah ini juga berfungsi sebagai sarana komersial seperti; pusat perbelanjaan, hotel, pasar, dan pertokoan. Daerah industri juga termasuk dalam daerah non domestik karena industri tidak mempunyai kaitan dengan jumlah penduduk.

Pada kota Dewata daerah domestik seperti hotel, pusat pertokoaan, kantor dan rumah sakit banyak terdapat di wilayah pusat, sedangkan untuk daerah industri terdapat pada wilayah Utara. Berikut ini adalah tabel sarana Kota Dewata :

Tabel 2.2 Data Sarana Kota Sarana

130 Pegawai Sekolah

350 murid Rumah Sakit

S3

RS 1

70 tempat tidur

Hotel H1 40 tempat tidur H2 115 tempat tidur

Mesjid

M1 M2 M3

Pertokoan/Plaza T1

90 toko

Tradisional Kawasan

2.4 Peta Kota

Peta Kota Dewata (terlampir) yang dibagi berdasarkan wilayah dan tingkat sosial ekonomi adalah sebagai berikut :  Warna merah : merupakan distrik Jupiter yang menunjukkan daerah low income  Warna Biru : merupakan distrik Apollo yang menunjukkan daerah medium income  Warna hijau : merupakan distrik Zeus yang menunjukkan daerah high income

BAB III PREDIKSI PENDUDUK

Jumlah penduduk pada tahun perencanaan dapat diprediksi berdasarkan angka pertumbuhan pada masa yang lalu. Dalam studi ini, prediksi jumlah penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk dari tahun 2001-2010. Untuk memprediksi jumlah penduduk tahun perencanaan, dilakukan dengan 3 metode ,dari ketiga metoda tersebut dipilih metoda yang memiliki nilai standar deviasi (nilai penyimpangan) terkecil. Berikut adalah prediksi jumlah penduduk Kota Dewata dengan 3 metoda berbeda :

3.1 Metode Aritmatika

Pada metoda ini, laju pertumbuhan penduduk diasumsikan konstan dan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: 𝜹𝑷

= Ka

Dimana : Pf

: Jumlah penduduk pada tahun perencanaan Pi

: Jumlah penduduk pada saat ini Tf

: Tahun perencanaan Ti

: Tahun saat ini Ka

: Konstanta aritmatik Dengan mengaplikasikan rumus dari metoda aritmatik, laju pertumbuhan Kota Dewata dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 3.1 Prediksi Penduduk dengan Metode Aritmatika Tahun

Rata - rata

Standart Deviasi

Standar Deviasi = √

3.2 Metode Geometrik

Metoda Geometrik digunakan jika pertumbuhan penduduk bertambah secara eksponensial, dengan Kg adalah konstanta geometrik.Nilai Kg mudah didapatkan jika kurva yang ekponensial dijadikan kurva garis lurus dengan mengubahnya ke persamaan log, sehingga Kg dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan garis lurus. Rumus secara sistematis adalah sebagai berikut :

= Kg

Ln Pf = ln Pi + Kg (tf – ti) Kg = (ln Pf – ln Pi) / (tf – ti)

Keterangan :

Kg

: Konstanta geometrik

Dengan mengaplikasikan rumus dari metoda geometrik, laju pertumbuhan Kota Dewata dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 3.2 Prediksi Penduduk dengan Metode Geometrik Tahun

Penduduk

ln(P)

Kg

ln(pf)

Pf

Pi-Pf (Pi-Pf)^2

Jumlah 624922,1 Rata-rata

Standart Deviasi

Standar Deviasi = √

3.3 Metode Geometrik ( rumus bunga-berbunga)

Metoda Geometrik dapat juga diekspresikan menggunakan rumus yang dikenal sebagai rumus bunga berbunga, seperti :

Pf = Pi. (1+r) n

Keterangan : r = angka pertumbuhan Keterangan : r = angka pertumbuhan

Tabel 3.3 Prediksi Jumlah Penduduk dengan Metode Geometrik (Bunga berbunga) Tahun

Pi-Pf (Pi-Pf)^2

Standart Deviasi

Standar Deviasi = √

3.4 Metoda Terpilih

Setelah melakukan perhitungan terhadap ketiga metode, maka didapatkan nilai standar deviasi dri masung – masing perhitungan sebagai berikut :

1. Metode aritmatika : 128,379126

2. Metode geometrik : 249,9844

3. Metode geometrik (rumus bunga berbunga) : 249,359126

Sehingga dapat diketahui bahwa metoda yang terpilih adalah Metoda aritmatika karena memiliki nilai standar deviasi paling kecil diantara kedua metoda lainnya. Nilai perbedaan standar deviasi ini juga dapat di lihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Data 48000

Aritmatika Geometrik

47000 Bunga - berbunga 46000

Grafik 3.1 Grafik Perbandingan Metode

Pada grafik terlihat nilai perbedaan antara ketiga metoda hampir berhimpit satu sama lain, hal ini disebabkan karena perbedaan nilai standar deviasi antara metoda satu dengan yang lain tidak terlalu besar.

3.5 Prediksi Penduduk Tahun 2020 dan 2030 dengan Metoda Geometrik (Metoda Terpilih)

Metoda terpilih adalah Metoda aritmatika sehingga perhitungan prediksi jumlah penduduk tahun perencanaan dapat dihitung sebagai berikut :

Pf = P 2010 + Ka (tf – ti) Dimana Ka adalah Ka rata-rata = 7020/9 = 780

P 2020 = 51540 + 780 (2020-2010) P 2020 = 59340 Jiwa

Pf = P 2010 + Ka (tf – ti) Dimana Ka adalah Ka rata-rata = 7020/9 = 780

P 2020 = 51540 + 780 (2030-2010) P 2020 = 67140 Jiwa

Tabel 3.4 Proyeksi jumlah penduduk tahun 2020 dan 2030 Tahun

Penduduk

Proyeksi Jumlah Penduduk

Tahun 2011-2030

66000 64000 62000 60000

Proyeksi Jumlah 58000

Penduduk Tahun 2011- 56000

2020 54000

52000

Grafik 3.2 Proyeksi jumlah penduduk tahun 2011-2030

BAB IV KEBUTUHAN AIR

Air merupakan sumberdaya yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup baik untuk memenui kebutuhannya maupun menopang hidupnya secara alami. Kebutuhan air di Kota Dewata dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

 Taraf hidup (kondisi sosial ekonomi)  Aktivitas kota  Sistem distribusi air  Iklim  Harga air  Ketersediaan sumber air pribadi  Kualitas air  Tekanan pada sistem distribusi  Lengkapnya jumlah air  Sistem management

4.1 Kebutuhan Domestik

Di Kota Dewata kebutuhan domestik dibedakan menjadi kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik. Wilayah untuk melayani kebutuhan domestik dibagi menjadi dua blok A dan blok B dengan perbandingan 1,05 : 1,3. Dari perbandingan tersebut maka, dapat diketahui penduduk setiap blok, yaitu :

 Blok A Tahun 2020 = 1,05 / 2,35 * jumlah penduduk thn 2020 = 1,05 / 2.35 * 59340 = 26514 jiwa

Tahun 2030 = 1,05 / 2,35 * jumlah penduduk thn 2030 = 1,05 / 2.35 * 67140 = 29999 jiwa

Blok B Tahun 2020

= 1,3 / 2,35 * jumlah penduduk thn 2020

= 1,3 / 2,35 * 59340 = 32826 jiwa Tahun 2030

= 1,3 / 2,35 * jumlah penduduk thn 2030 = 1,3 / 2,35 * 67140 = 37141 jiwa

Tiap-tiap blok memiliki persentase pelayanan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat sosial ekonomi pada blok tersebut. Persentase pelayan wilayah low income mendapatkan pelayanan yang besar karena diharapkan dengan persentase yang lebih tinggi , wilayah tersebut mendapatkan sanitasi yang lebih baik sehingga meningkatkan taraf hidup penduduk di wilayah tersebut. Jadi di setiap blok, baik Blok A maupun Blok B, terdapat tiga jenis persen pelayanan sesuai dengan tingkat sosial ekonominya Tingkat sosial ekonomi di masing- masing blok juga mempengaruhi perbedaan konsumsi L/org/hari.

4.1.1 Perhitungan kebutuhan air domestik tahap I (tahun 2020)

Kebutuhan air domestik pada tiap – tiap blok berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Berikut datanya :

 Presentase pelayanan dan konsumsi air pada wilayah high

income : Presentase pelayanan

Konsumsi ( l/org/hari )

 Presentase pelayanan dan konsumsi air pada wilayah

medium income : Presentase pelayanan

Konsumsi ( l/org/hari )

 Presentase pelayanan dan konsumsi air pada wilayah low

income : Presentase pelayanan

Konsumsi ( l/org/hari )

Berikut ini merupakan data dan perhitungan dari kebutuhan air tahap I pada tahun 2020 yang dibagi berdasarkan tingkat sosial ekonominya.

Tabel 4.1 Kebutuhan Air (L/dtk) (Blok A dan B) Tahun 2020

Jumlah

Penduduk Konsumsi Kebutuhan Distrik Blok

%pelayanan Terlayani (l/dtk/org) (l/dtk)

130 1,6 Apollo A14 18,25

110 1,54 Jupiter A16 40,75

A15 23,5

A17 1,5

77 110 0,1mn A18

110 16,2 Total Penduduk

4.1.2 Kebutuhan Air Domestik Tahap II (Tahun 2030)

Kebutuhan air domestik (L/org/hari ) dan persen pelayanan pada tahap II, disesuaikan oleh keadaan sosial ekonomi tiap-tiap wilayah, kebutuhan air penduduk pada tahun ini meningkat karena adanya peningkatan taraf hidup masyarakat dan juga terjadi peningkatan persentase pelayanan untuk mencapai target MDG’s. Kebutuhan air dan persentase pelayanan dapat dilihat pada data berikut :

a. Presentase pelayanan dan konsumsi air pada Wilayah High Income Persentase pelayanan = 60 % Konsumsi (L/org/hari) = 160

b. Kebutuhan air wilayah dan Persentase Pelayanan Wilayah Medium Income Persentase pelayanan = 80 % Konsumsi (L/org/hari) = 140 b. Kebutuhan air wilayah dan Persentase Pelayanan Wilayah Medium Income Persentase pelayanan = 80 % Konsumsi (L/org/hari) = 140

Berikut ini merupakan data dan perhitungan dari kebutuhan air tahap I pada tahun 2030 yang dibagi berdasarkan tingkat sosial ekonominya.

Tabel 4.2 Kebutuhan Air (L/dtk) (Blok A dan B) Tahun 2030

Jumlah

Penduduk Konsumsi Kebutuhan Distrik Blok

pelayanan Terlayani (l/dtk/org) (l/dtk)

140 1,75 Apollo A13

140 3,12 A14

140 1,97 B2 3,75

140 3,01 B3 4,75

120 1,18 Jupiter A21

120 27,11 Total Penduduk tahun 2030

4.1.3 Rekapitulasi Kebutuhan Domestik

Berdasarkan data kebutuhan air domestik tiap-tiap wilayah beserta persentase pelayanannya. Maka kebututuhan Domestik Kota Dewata pada tahap I tahun 2022 dan tahap II tahun 2030 dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Rekapitulasi kebutuhan air domestik

Tahun 2030 Jumlah

Tahun 2020

Penduduk Konsumsi LUAS Penduduk Pelayanan Terlayani

Penduduk Konsumsi

Jumlah

(L/dtk)

Penduduk Pelayanan Terlayani (L/dtk)

4.2 Kebutuhan Non Domestik

Kebutuhan air non-domestik pada Kota Dewata pada tahap I dan II dipengaruhi oleh banyak nya sarana domestik yang tersedia dan peruntukannya sehingga kebutuhan air nya lebih beragam. Data yang diperoleh melalui survei di tempat-tempat non-domestik seperti :

 Institusi, misalnya pemakaian air di gedung milik publik, seperti kantor pemerintahan, kantor sarana kota, sekolah, serta untuk sarana sosial lainnya seperti rumah sakit.

 Perkotaan, yaitu air yang dipakai untuk pemeliharaan kota, misalnya pembersihan jalan, penyiraman tanaman, penggelontoran saluran kota, air mancur, serta pemadam kebakaran

 Tempat komersil, seperti gedung perkantoran, restaurant, pertokoan, hotel, pasar tradisioanal.

 Industri, industri mengkonsumsi air dalam jumlah besar tergantung pada tipe industri dan juga wilayah industri tersebut.

4.2.1 Kebutuhan Perkantoran

Kota Dewata memiliki 4 kawasan perkantoran yang semuanya tersebar di tengah kota. Jumlah pegawai di perkantoran ini mengalami pertambahan dari tahun 2010 sampai tahun perencanaan 2020 dan tahun 2030 hal ini seiring dengan pertambahan penduduk yang tejadi di Kota Dewata. Perhitungan pegawai di Kota Dewata dilakukan dengan cara mengalikan jumlah pegawai pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk total pada tahun perencanaan tahap I yaitu tahun 2020 lalu dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun 2010. Contoh perhitungan pegawai K1 tahap I tahun 2022 : Jumlah pegawai K1 = ( 345 pegawai x 59340 jiwa )/ 51540 jiwa

= 397 pegawai Konsumsi air (L/org/Hari) bertambah tiap tahunnya, dikarenakan

adanya renovassi di tiap kantor yang menggunakan furnitue kaca. Berikut merupakan tabulasi kebutuhan air perkantoran tahun 2020 dan 2030 :

Tabel 4.4 Kebutuhan air perkantoran

2030 Jumlah Sarana Lokasi

Pemakaian konsumsi (2010)

Pemakaian

konsumsi

Jumlah (l/org/hari)

(l/dtk)

Jumlah (l/org/hari) (l/dtk)

50 0,14 Kantor K3

4.2.2 Kebutuhan sekolah

Kota Dewata memiliki 3 sekolah yang jumlah muridnya mengalami pertambahan dari tahuun 2010 sampai tahun perencanaan yakni tahun 2020 dan tahun 2030, hal ini seiring dengan pertambahan penduduk yang tejadi. Perhitungan murid dilakukan dengan cara mengalikan jumlah murid pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk total pada tahun perencanaan tahap I yaitu tahun 2020 lalu dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun 2010.

Contoh perhitungan murid S1 tahap I tahun 2020 : Jumlah murid S1 = ( 90 murid x 59340 jiwa )/ 51540 jiwa

= 104 murid Konsumsi air (L/murid/Hari) bertambah karena semakin meningkatnya fasilitas dan aktivitas sehingga air yang dibutuhkan juga bertambah. Berikut merupakan tabulasi kebutuhan air sekolah tahun 2020 dan 2030 :

Tabel 4.5 Kebutuhan air sekolah

2030 Jumlah Sarana Lokasi

Pemakaian konsumsi (2010)

Pemakaian konsumsi

Jumlah (l/org/hari)

(l/dtk)

Jumlah (l/org/hari) (l/dtk)

4.2.3 Kebutuhan Rumah Sakit

Kota Dewata memiliki 1 rumah sakit. Perhitungan kebutuhan air berdasarkan jumlah tempat tidur yang diasumsikan 1 tempat tidur (bed) diisi 1 orang. Jumlah bed mengalami pertambahan dari tahap perencanaan I yaitu tahun 2020 dengan tahap II yaitu tahun 2030 hal ini dikarenakan pertambahan penduduk yang tejadi. Perhitungan bed dilakukan dengan cara mengalikan jumlah bed pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk total pada tahun perencanaan tahap I yaitu tahun 2020 lalu dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun 2010. Contoh perhitungan bed S1 tahap I tahun 2020 : Jumlah bed S1 = (70 bed x 59340 jiwa )/ 51540 jiwa

= 81 bed

Kebutuhan air di rumah sakit terus bertambah dari tahun perencanaan tahap I sapai tahun perencanaan tahap II seiring dengan pertambahan bed dan fasilitas di rumash sakit tersebut. Berikut tabulasi kebutuhan air di rumah sakit :

Tabel 4.6 Kebutuhan air rumah sakit

2030 Sarana Lokasi Jumlah Jumlah Pemakaian konsumsi Jumlah Pemakaian konsumsi (2010)

(2020) (l/org/hari)

(l/dtk)

(2030) (l/bed/hari) (l/dtk)

Rumah sakit

4.2.4 Kebutuhan Hotel

Kota Dewata memiliki 2 hotel yang terletak di pusat kota. Perhitungan kebutuhan air berdasarkan jumlah tempat tidur yang diasumsikan 1 tempat tidur (bed) diisi 2 orang. Jumlah bed mengalami pertambahan dari tahap perencanaan I yaitu tahun 2020 dengan tahap II yaitu tahun 2030 hal ini seiring dengan ikon kota Dewata sebagai kota pariwisata. Perhitungan bed dilakukan dengan cara mengalikan jumlah bed pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk total pada tahun perencanaan tahap I yaitu tahun 2020 lalu dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun 2010. Contoh perhitungan bed S1 tahap I tahun 2020 : Jumlah bed S1 = (40 bed x 59340 jiwa )/ 51540 jiwa

= 46 bed Konsumsi air (L/bed/Hari) bertambah karena semakin meningkatnya fasilitas yang dibangun oleh hotel, seperti swimming pool, fitness center, spa, dll. Berikut merupakan tabulasi kebutuhan air hotel tahun 2020 dan tahun 2030 :

Tabel 4.7 Kebutuhan air hotel

Sarana Lokasi Jumlah Jumlah Pemakaian konsumsi Jumlah Pemakaian konsumsi

(2010) (2020) (l/bed/hari)

(l/dtk)

(2030) (l/bed/hari) (l/dtk)

52 400 0,24 Hotel H2 115

H1 40 46 350

4.2.5 Kebutuhan Masjid

Kota Dewata memiliki 3 mesjid. Perhitngan kebutuhan air didasarkan oleh konsumsi rata-rata per liter/ hari tiap- tiap mesjid. Konsumsi air mesjid diketahui dari survey yang telah dilakukan. Satu mesjid mengisi reservoir 500 liter sebanyak

2 kali pengisian sehingga pemakaian air 1 mesjid dapat diasumsikan sebanyak 1000 liter. Hal ini juga diasumsikan untuk mesjid lainnya. Kebutuhan air masjid terus bertambah dari tahun perencanaan tahap I yaitu tahun 2020 sampai tahun perencanaan tahap II yaitu tahun 2030. Pertambahan ini dikarenakan semakin banyaknya pengunjung yang menggunakan fasilitas masjid, mengingat kota Dewata adalah kota pariwisata. Berikut merukapan tabulasi kebutuhan air tiap masjid :

Tabel 4.8 Kebutuhan air masjid

2030 Jumlah Sarana Lokasi

Pemakaian konsumsi (2010)

Jumlah

Pemakaian

konsumsi Jumlah

(2020) (l/masjid/hari)

(l/dtk)

(2030) (l/masjid/hari) (l/dtk)

Mesjid M1

4.2.6 Kebutuhan Pertokoan / Plaza

Pertokoaan di Kota Dewata terletak di pusat kota. Kebutuhan air berdasarkan pemakaian air rata-rata tiap-tiap toko dan bergantung pada jenis toko. Restaurant membutuhkan rata-rata 1500 L/hari, salon dan laundry membutuhkan rata-rata 2500 L/hari dan toko kering/kelontong/pernak-pernik 500 L/hari. Kawasan pertokoan (T1) dan (T2) mengalami pertambahan seiring dengan pertambahan penduduk di Kota Dewata begitu juga dengan kebutuhan airnya. Berikut merupakan tabulasi kebutuhan air pertokoan tahun 2020 dan 2030 :

Tabel 4.9 Kebutuhan air pertokoan

2030 Jumlah Sarana

Lokasi

Pemakaian konsumsi Jumlah Pemakaian konsumsi (2010)

Jumlah

(2020) (l/toko/hari)

(l/dtk)

(2030) (l/toko/hari) (l/dtk)

5000 6,78 Pertokoan T2

4.2.7 Kebutuhan Pasar Tradisonal

Kota Dewata memiliki 2 pasar tradisional. Perhitungan kebutuhan air didasarkan oleh konsumsi rata-rata per liter/ hari. Konsumsi air pasar tradisional dapat diketahui dari survey yang telah dilakukan. Pasar tradisional mengisi reservoir 1000 liter sebanyak 3 kali pengisian sehingga pemakaian air pasar tradisional dapat diasumsikan sebanyak 3000 liter. Berikut merupakan tabulasi kebutuhan air pasar tradisional tahun 2020 dan 2030 :

Tabel 4.10 Kebutuhan air pasar tradisional

2030 Jumlah Sarana Lokasi

Jumlah Pemakaian konsumsi Jumlah Pemakaian konsumsi (2010)

(2020) (l/org/hari)

(l/dtk)

(2030) (l/org/hari) (l/dtk)

1 3500 0,041 Pasar P2

4.2.8 Kebutuhan Industri

Kota Dewata memiliki 2 kawasan industri yang terletak di wilayah Utara. Perhitungan kebutuhan air didasarkan oleh konsumsi rata-rata per liter/ hari tiap-tiap industri. Konsumsi air industri ini dapat diketahui dari jenis industrinya yaitu industri hilir pengepakan buku (I1) dan industri hilir pengepakan makanan dan miuman (I2). Sehingga kebutuhan air per harinya tidak terlalu besar untuk kedua industri ini diasumsikan penggunaan air Kota Dewata memiliki 2 kawasan industri yang terletak di wilayah Utara. Perhitungan kebutuhan air didasarkan oleh konsumsi rata-rata per liter/ hari tiap-tiap industri. Konsumsi air industri ini dapat diketahui dari jenis industrinya yaitu industri hilir pengepakan buku (I1) dan industri hilir pengepakan makanan dan miuman (I2). Sehingga kebutuhan air per harinya tidak terlalu besar untuk kedua industri ini diasumsikan penggunaan air

Tabel 4.11 Kebutuhan air industri

2030 Jumlah Luas

Sarana Lokasi (2010)

(Ha)

konsumsi konsumsi

Luas

Pemakaian konsumsi

(2020) (l/Ha/dtk)

(l/dtk)

(Ha)(2030) (l/Ha/dtk) (l/dtk)

4.2.9 Rekapitulasi Non-Domestik

Rekapitulasi Non-Domestik adalah jumlah dari semua kebutuhan non domestik seperti perkantoran, sekolah, rumah sakit, hotel, mesjid dan pertokoan, pasar, dan industri. Rekapitulasi ini ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Rekapitulasi kebutuhan non domestik

Kebutuhan Air

Non Domestik

Rumah Sakit

Pasar tradisional

4.3 Rekapitulasi Kebutuhan Air Kota

Total kebutuhan air di Kota Dewata adalah total kebutuhan air domestik dan non domestik pada tiap- tiap tahun perencanaan. Nilai kebutuhan domestik dan non-domestik belum cukup untuk mengetahui besaran sarana air bersih yang disediakan , sehingga harus diperhitungkan pertimbangan lain seperti faktor kehilangan air pada jaringan distribusi akibat adanya kebocoran pipa. Pada tahun perencanaan 2020 adalah 30% dan pada tahun perencanaan 2030 adalah 25%. Berikut adalah cara perhitungan untuk mencari kehilangan air :

 Kehilangan air (L/det) tahun 2020 = ( )

X 88,65 = 37,99

liter/detik

 Kehilangan air (L/det) tahun 2030 = ( )

X 126,124 = 42,04

liter/detik Terdapat variasi kebutuhan air pada kota Dewata karena konsumsi air tidak selalu tetap, namun bervariasi sesuai dengan musim, variasi harian dalam 1 minggunya dan variasi per jam pada tiap harinya. Kota Dewata merupakan kota sedang sehingga aktivitasnya heterogen, oleh karena itu perbedaan penggunaan air per-harinya tidak begitu terasa. Sehingga didapat faktor hari maksimum sebesar 1, 3. Nilai ini didapat dari perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

Q max day =f md xQ rata-rata Fluktuasi pemakaian air di Kota Dewata terjadi setiap jamnya dalam waktu 1 hari karena adanya pemakaian air serentak dalam satu waktu. Kota Dewata

merupakan kota sedang sehingga didapat faktor jam puncak sebesar 1,5. Nilai ini didapat dari perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

Q jam puncak =f jp xQ md.

Berikut ini tabel rekapitulasi kebutuhan air yang merupakan kebutuhan air yang harus dipenuhi pada tahun perencanaan tahap I tahun 2020 dan tahap II tahun 2030 baik pada pipa distribusi maupun pipa transmisi.

Tabel 4.13 Rekapitulasi kebutuhan air Deskripsi

Kebutuhan Domestik

Kebutuhan Non- Domestik

Konsumsi Total (l/detik)

Kehilangan Air

Kehilangan Air (l/detik)

Q rata-rata (l/detik)

Qhm (l/detik)

Qjp (l/detik)

Grafik Pentahapan IPA

Grafik 4.1 Pentahapan IPA

BAB V JARINGAN PIPA DISTRIBUSI

5.1 Kebutuhan Titik Tapping

Kebutuhan titik tapping merupakan titik daerah yang akan dilayani kebutuhan airnya. Debit dalam titik tapping, merupakan konsumsi air rata – rata dari penjumlahan tiap – tiap daerah yang dikalikan dengan faktor hari maksimum dan faktor jam puncak yang sudah dikalikan juga dengan persen kehilangan air, sehingga debit yang didistribusikan merupakan debit jam puncak. Kebutuhan titik tapping dilakukan dua tahap perencanaan, yaitu tahap perencanaan I tahun 2020 dan tahap perencanaan II pada tahun 2030.

5.1.1 Tahun perencanaan tahap I ( Tahun 2020 )

Kehilangan air pada titik tapping tahun perencanaan I diasumsikan sebanyak 30 %. Kehilangan air ini dapat terjadi karena kebocoran pada pipa jaringan distribusi maupun karena adanya sambungan liar. Qmd (kebutuhan hari maksimum) adalah pemakaian air terbesar dalam satu hari dalam rentang satu tahun. Faktor hari maksimum yang diasumsikan pada perencanaan ini adalah 1.3. Pemakaian air dalam satu hari bervariasi setiap jamnya, namun dalam satu hari terdapat 1 jam dimana pemakaian air paling besar (maksimum), yaitu saat pemakaian air secara bersamaan. Pemakaian air yang paling besar dalam satu hari tersebut dinamakan kebutuhan jam puncak atau Qjp. Faktor jam puncak yang diasumsikan pada pada perencanaan ini adalah sebesar 1,5. Berikut merupakan distribusi titik tapping tahap I. Tabel 5.1.1 Titik tapping tahap 1

5.1.2 Tahun perencanaan tahap II ( Tahun 2030 )

Kehilangan air pada tahap kedua diasumsikan sebesar 25%. Kehilangan air pada tahap ini lebih kecil, karena diasumsikan tingkat kebocoran pipa lebih kecil dengan adanya perbaikan-perbaikan pada pipa tersebut dan penegasan terhadap sambungan – sambungan liar. Faktor hari maksimum dan faktor jam Kehilangan air pada tahap kedua diasumsikan sebesar 25%. Kehilangan air pada tahap ini lebih kecil, karena diasumsikan tingkat kebocoran pipa lebih kecil dengan adanya perbaikan-perbaikan pada pipa tersebut dan penegasan terhadap sambungan – sambungan liar. Faktor hari maksimum dan faktor jam

Tabel 5.1 Titik Tapping Tahap 2 Q RATA-

KONSUMSI KEHILANGAN

Qhm Qph

RATA

(L/dtk) (L/dtk) NODE

(L/dtk)

AIR 25%

PELAYANAN

(L/dtk)

A10, S3, A1150%,

14,794 22,19 A8, B150%, A9,

27,94 41,91 A2, A3, A4, A5,

4 A6, A7, B150%

14,01 21,01 Rs, K3, T150%,

5 A1, T150%

12,27 18,41 A1150%, B450%, A12, A1350%, P2,

19,00 28,50 A15, A1350%,

8 M3, A1450%

8,88 13,33 S2, B5, A1640%,

25,39 38,09 A1630%, B7, H2,

7,87 11,80 I2, A17, A18,

12 A1950%,A1630%

13 A1950%, I1, A20

14 B9, A21, P1, B10

Total Keseluruhan

5.2 Perencanaan Dimensi Pipa Distribusi

Jaringan pipa distribusi adalah jaringan pipa yang mengalirkan air hasil olahan mulai dari reservoir distribusi hingga sampai kepada pelanggan air. Dalam perencanaan sistem perpipaan distribusi, rancangannya harus mampu mengalirkan air hingga akhir periode perencanaan pada saat debit jam puncak. Dalam pendistribusian air, terdapat dua macam pola jaringan distribusi yaitu sistem bercabang dan sistem loop. Konfigurasi dari kedua sistem dipertimbangkan dari :

1. pola jalan

2. Topografi

3. Perkembangan wilayah daerah perencanaan

4. Lokasi instalasi dan reservoir

Gambar 5.1 Sistem jaringan distribusi

Dalam perencanaan air minum ini, sistem jaringan distribusi yang digunakan adalah sistem loop, yang terdiri dari 3 loop. Pada pola ini semua pipa saling berhubungan sehingga suplai air tidak hanya berasal dari satu arah Dalam perencanaan air minum ini, sistem jaringan distribusi yang digunakan adalah sistem loop, yang terdiri dari 3 loop. Pada pola ini semua pipa saling berhubungan sehingga suplai air tidak hanya berasal dari satu arah

1. Jika terjadi kerusakan seperti kebocoran pada satu titik, daerah lain tetap mendapatkan distribusi air.

2. Diameter relatif kecil

3. Air terbagi pada semua titik dan kehilangan tekanannya kecil Kerugian system pendistribusian dengan menggunakan loop antara lain :

1. Perlatan yang dibutuhkan lebih banyak (pada junction diperlukan katup yang banyak)

2. Perhitungan lebih rumit

3. Biaya pemasangan relatif mahal Pipa yang digunakan pada jaringan pipa distribusi ada 3 macam, yaitu :

1. Pipa induk Pipa induk merupakan pipa utama yang mengalirkan air dari reservoir ke daerah pelayanan, tidak dapat dihubungkan langsung dengan pipa sambungan rumah, dan diameter yang digunakan adalah diameter terbesar dalam sistem. Pada pipa ini sisa tekananan yang tersedia harus dapat menjangkau titik kritis.

2. Pipa cabang Pipa cabang merupakan cabang dari pipa induk dan biasanya berbentuk loop-loop yang lebih kecil dari pipa induk. Pipa cabang akan membagi air dari pipa induk ke beberapa area.

3. Pipa Pelayanan Pipa pelayanan merupakan pipa pembawa air yang langsung melayani konsumen.

Pada perencanaan ini digunakan pengaliran sistem gravitasi, karena letak reservoir lebih tinggi dari pada daerah yang akan dilayani, sehingga tidak membutuhkan pompa untuk mengalirkan air.

5.2.1 Hardy cross

Perhitungan aliran air di dalam jaringan distribusi dengan sistem pengaliran terbuka atau pola jaringan tertutup (loop), dilakukan dengan metode Hardy Cross. Prinsip dari metode ini adalah untuk mencapai suatu keadaan dimana tekanan di dalam pipa berada dalam keadaan seimbang antara satu loop dengan loop lainnya. Tahap pertama dalam perhitungan hardy cross yaitu pembagian debit tiap-tiap jalur dengan menggunakan kebutuhan jam puncak beserta dengan arah alirannya. Jika arah aliran searah dengan jarum jam, maka debitnya positif (+), jika bertolak belakang dengan jarum jam, maka debitnya bertanda negatif (-). Selanjutnya mengasumsikan kecepatan dengan syarat kecepatan harus diantara 0.6 - 3 m/dtk. Pada perencanaan ini, asumsi kecepatan yang digunakan adalah 1 agar pada saat check v, kecepatan dapat memenuhi syarat. Tahap selanjutnya yaitu menghitung S, kehilangan tekanan, dan faktor koreksi sehingga dapat diketahui diameter pipa yang sebenarnya. Setelah didapat diameter pipa yang sebenarnya, perlu dilakukan pengecekan terhadap kecepatan. Jika kecepatan sudah memenuhi syarat, diameter yang telah didapat dari hasil perhitungan dapat digunakan. Perhitungan Hardy Cross terlampir pada lampiran I.

Tabel 5.2 Pembagian aliran tahun 2030

D D Cek V = Q 2032

Q 2032

V Asumsi

Diameter

Diameter

Jalur dipakai dipakai 0,6-3 (l/dtk)

(m3/dtk)

(m/dtk)

(m)

(mm)

(mm) (m) (m/dtk)

300 0,3 1,3 8--9

2--8 90,12 0,09012

300 0,3 0,9 9--10

200 0,2 1,5 10--6

200 0,2 1,0 6--7

7--2a 112,9

0,3 1,0 3--2a

Tabel 5.3 Perhitungan Hardy Cross ( Iterasi 8 )

Loop 1

Kontrol Diameter Panjang

Qsebenarnya Jalur

HL/Q (m)

(m)

(m3/dtk) (m/1000mm)

(m)

(m 3 /detik) (m/dtk)

-0,03964 -1,26180 6--7

-0,09134 -1,86070 7--2a

-0,10975 -1,55260 2a--2

Kontrol Diameter Panjang

Qsebenarnya Jalur

HL/Q (m)

(m)

(m3/dtk) (m/1000mm)

(m)

(m 3 /detik) (m/dtk)

-0,03830 -1,21924 4--3

-0,07817 -1,10593 3--2a

-0,12008 -0,95559

Kontrol Diameter Panjang

Qsebenarnya Jalur

HL/Q (m)

(m)

(m3/dtk) (m/1000mm)

(m)

(m 3 /detik) (m/dtk)

-0,04125 -0,84027 5--14

-0,05854 -0,82817 14--13

-0,04190 -1,33372 13--12

-0,00396 -0,60419 12--11

5.2.2 Kehilangan Tekanan

Kehilangan tekanan disebabkan oleh adanya gesekan antara fluida dengan dinding pipa dan perlengkapan perpipaan seperti belokan. Kehilangan tekanandibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Major loses, yaitu kehilangan tekanan yang disebabkan oleh gesekan antara fluida dengan dinding pipa. Rumus dari major loses adalah :

 Darcy-Weisbach : Hl = 𝑓

 Hazen Williams : Q = 0.2785 × C × 2.63 𝑑 0.54 × 𝑆

2. Minor loses, yaitu kehilangan tekanan yang terjadi akibat perlengkapan perpipaan. Minor loses dapa dihitung dengan

rumus : Hl = K ×

Kehilangan tekanan pada tiap jalur perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4 Headloss setiap jalur JALUR 1 HL

JALUR 2 HL

2--2a

JALUR 3 HL

2--2a

JALUR 4 HL

2--2a

2a —3

5.2.3 Hasil Perhitungan (Gambar)

(Terlampir)

5.3 Lokasi Reservoir Distribusi

Reservoir dalam sistem penyediaan air bersih merupakan tempat menampung air yang didistribusikan ke konsumen. Reservoir menampung air pada saat pemakaian air konsumen (demand) lebih kecil dari air yang dialirkan ke reservoir (suplai). Air ini kemudian dialirkan kembali pada saat pemakaian konsumen lebih besar dari yang mengalir ke reservoir.

Berdasarkan peletakkannya, reservoir dapat dibedakan menjadi :

1. Reservoir Bawah Tanah yaitu reservior yang dibangun di bawah atau pada permukaan tanah dan diletakkan di daerah yang cukup tinggi dan menghasilkan tekanan yang memadai tetapi jarang diperoleh lokasi yang cocok

2. Menara Reservoir yaitu reservoir yang dibangun dengan bentuk menara menggunakan kaki/tiang penyangga Berikut ini adalah perhitungan letak reservoir, headloss dan

kecepatan pada reservoir: Diketahui : Ketinggian reservoir : 139,00 m Elevasi titik 2

: 89 m

Sisa tekan 1

: 49,438 m

Panjang Pipa

: 190 m

f -3 : 24 x 10

Q jam puncak (2032) : 0.33712 m 3 /detik

V asumsi

: 1,5 m/detik

D asumsi = √

= 0.535 m = 535 mm

D pasaran = 600 mm

= 1.19 m/dtk

5.4 Sisa tekan

Syarat yang digunakan untuk sisa tekan adalah berkisar 20 m agar tekanan yang mengalir di pipa tidak terlalu besar sehingga menghindari adanya kebocoran pipa. Namun pada perhitungan sisa tekan, jika sisa tekan

20 m, ternyata sisa tekan pada titik ada yang tidak memenuhi persyaratan kurang dari 20 m. Karena itu pada perhitungan sisa tekan, sisa tekan dinaikka menjadi 25 m, sehingga semua titik memeniuhi persyaratan lebih dari 20 m. Jika dalam perhitungan sisa tekan yang ada juga tidak baik, karena akan memungkinankan terjadinya kebocoran pada pipa, karena itu dapat dilakukan pemansangan bak peletekanyang mempunya fungsi menghilangkan tekanan yang terdapat pada aliran air. Berikut adala sisa tekan di setiap titik :

Tabel 5.5 Sisa Tekan

SISA TEKAN KESELURUHAN TITIK ELEVASI ELEVASI HGL SISA TEKAN

2a 90 137,42

5.5 Rencana pemasangan pipa

Pada tahap 1, yaitu tahun 2020 direncanakan hanya ada beberapa pipa yang terpasang. Dengan kata lain, terdapat jalur yang belum terpasang pada tahap 1, namun telah dipasang pada tahap 2. Berikut adalah hasil perhitungan cek v tahap 1 dan pemasangan pipa pada tahap 1 dan 2.

Tabel 5.6.Pembagian aliran tahun2020

Diameter Cek V = 0,6-3 Jalur

Q 2020

Q 2020

(l/dtk)

(m3/dtk)

(m)

(m/dtk)

2--2a

Tabel 5.7 Rencana Pemasangan pipa tahap 1 dan 2

Diameter

Panjang pipa (m)

Jalur

(mm)

2 – 2a 400

2a – 7 300

5.6 Node detail

Node detail merupakan gambaran detail di tiap node dari pipa distribusi yang terdiri dari accessoris atau fitting. Accessoris merupakan perlengkapan tambahan yang digunakan dalam pemasangan pipa, seperti ditmating joint, all flanged valve, wall pipe, dan lain sebagainya. Sedangkan fitting adalah perlengkapan pipa yang berfungsi untuk memfitkan ukuran pipa dengan pipa yang lain dengan kata lain menyesuaikan pipa satu dengan pipa yang lain, contohnya adalah reducer, tee, flanged spigot, dan lain sebagainya. Gambar detail dari tiap node dari pipa distribusi dapat dilihat pada lampiran 2.

BAB VI RESERVOIR DISTRIBUSI

Reservoir merupakan bagian penting dalam sistem penyediaan air bersih ataupun air minum. Fungsi dari reservoir adalah:

1. Sebagai tempat penyimpanan (storage),

2. Untuk pemerataan tekanan,

3. Untuk meredam terjadinya fluktuasi,

4. Sebagai distributor. Perencanaan kapasitas reservoir didasarkan pada debit hari maksimum yang berdasarkan analisa dari suplai dan fluktuasi pemakaian air. Analisa ini didasarkan pada pemakaian air perjam dan data suplai air. Metode penentuan kapasitas reservoir efektif yang dapat digunakan adalah :

1. Secara analitis

2. Secara grafis

6.1 Metode Analitis

Metode analitis menghitung pemakaian air tiap jam dengan mengalikan persentase pemakaian air per jam dengan kebutuhan air hari maksimum, sehingga dapat dihitung kumulatif pemakaian air selama 24 jam. Kemudian hitung selisih antara kumulatif suplai air dan kumulatif pemakaian air tiap jam. Maka kapasitas reservoir yang dibutuhkan didapat dari jumlah nilai mutlak selisih kumulatif suplai dan kumulatif pemakaian selama 1 hari paling maksimum atau terbesar.

Persentase suplai air dianggap 100% dalam sehari. Suplai pada reservoir ini dilakukan selama 24 jam maka dihitung 100% / 24 jam yaitu 4,17% / jam. Persentase pemakaian didapatkan dari tugas akhir “Perencanaan Pengembangan Pola Induk Distribusi Air Bersih di Bukit Sentul” ( Dika Sintowati Nugroho, 2004).

Tabel 6.1 Perhitungan Distribusi Reservoir Metode Analitis

kumulatif selisih Waktu

Pemakaian Kumulatif

suplai kumulatif

Suplai (m3) (%) (%)

9709,24 -217,49 12-13

10518,34 -340,47 13-14

11327,45 -537,24 14-15

12136,55 -539,83 15-16

12945,65 -373,48 16-17

13754,76 -570,26 17-18

14563,86 -749,55 18-19

15372,96 -583,20 19-20

16182,07 -416,85 20-21

16991,17 -176,71 21-22

(sumber : tugas akhir “Perencanaan Pengembangan Pola Induk Distribusi Air Bersih di Bukit Sentul” ( Dika Sintowati Nugroho, 2004) ).

Volume reservoir

= [Volume surplus] + [Volume defisit] = [1425,32 + 749,55]

3 = 2174,87 m

Dimensi Reservoir : T asumsi = 5 m Vol ume Reservoir =PxLxT

2174,87 m³ = P x L x 5 P x L = 434,974 m² P = L = 20,85 m.

Pemb ulatan : P = L = 21 m.

2174,87

T asli =

21 ×21

= 4.93 Diasumsikan batas permukaan air tidak boleh melebihi 0.5 m dibawah permukaan tinggi reservoir. Maka T sebenarnya = 4.93 + 0.5 = 5.43 m

6.2 Metode grafis

Metode grafis didapatkan dengan cara menarik garis singgung yang sejajar dengan garis suplai pada titik puncak kurva kumulatif pemakaian air surplus terbesar dan titik puncak kurva kumulatif defisit terbesar. Kapasitas reservoir merupakan jarak vertikal antara kedua garis singgung tersebut.

Sumbu X Y

WAKTU SUPLAI PEMAKAIAN

1 809,10

502,94

2 1618,21

1005,88

3 2427,31

1520,47

4 3236,41

2071,95

5 4045,52

2611,79

6 4854,62

3429,30

7 5663,72

4532,27

8 6472,83

5441,06

9 7281,93

6586,75

10 8091,03

7883,90

11 8900,14

8883,95

12 9709,24

9926,73

13 10518,34

10858,81

14 11327,45

11864,69

GRAFIK KUMULATIF SUPLAI DAN FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR

SUPLAI Ku 8000 PEMAKAIAN

Grafik 6.2 Kumulatif suplai dan fluktuasi pemakaian air

BAB VII PIPA TRANSMISI

Sistem transmisi adalah sistem perpipaan untuk membawa air dari sumber air ke instalasi pengolahan air atau bila air diambil dari mata air dapat langsung dihubungkan dengan reservoir. Dalam penyusunan pipa transmisi diperlukan peninjauan dari diameter, jumlah jaringan pelayanan, dan jumlah lokasi sumber. Pada dasarnya terdapat dua jenis pipa transmisi, yaitu pipa transmisi air baku dan pipa transmisi air bersih. Pipa transmisi air baku merupakan pipa dari sumber air ke instalasi pengolahan air, sedangkan pipa transmisi air bersih adalah pipa yang membawa air dari sumber/reservoir kepada konsumen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pipa trasmisi adalah :

1. Teknik Pengaliran - Terbuka (open channel), digunakan jika letak elevasi sumber lebih tinggi dari tempat yang dituju, prinsipnya membawa air dengan memanfaatkan tekanan atmosfir.

- Tertutup (closed condult) digunakan jika elevasi sumber lebih rendah dari tempat yang dituju, dengan gravitasi dan pemompaan.

2. Hidrolik: - Elevasi (jarak dari mata air ke reservoir) - Kecepatan aliran yang ekonomis sebesar 0.6m/dtk - 3 m/dtk - Kehilangan tekanan - Sisa tekan

Selain itu, pipa transmisi membutuhkan peralatan seperti:

1. Gate Valve, yang berfungsi untuk mengisolasi bila terjadi kerusakan lalu di kuras.

2. Chek Valve, digunakan untuk mencegah aliran balik dan mengatur aliran menjadi searah.

3. Air valve, digunakan untuk mencegah udara.

4. Blow off, digunakan untuk menguras endapan.

5. Air Release Valve, digunakan untuk mengeluarkan udara yang terjebak.

6. Bak Pelepas Tekan, digunakan untuk mengurangi tekanan yang tersedia.

Perhitungan diameter pipa transmisi : Rumus Hazzen Williams : Q = 0.2785

2.63 cd 0.54 S Keterangan :

Q : Debit (m 3 /dtk), debit yang digunakan adalah kebutuhan jam puncak

c : Koefisien kekasaran relatif Hazen Williams

d : Diameter (garis tengah pipa) dalam satuan meter S : Kemiringan gradien hidraulik Diketahui : Panjang pipa transmisi = 190 m Hl asumsi = 2 m

Qmd = 0,22475 m 3 /dtk

Perhitungan :

2.63 Q = 0.2785 0.54 cd S

d = 0,380 m = 380 mm

d pasaran = 400 mm Cek V :

V = 1.78 m/dtk Maka, kecepatan sudah memenuhi syarat

BAB VIII SUMBER DAN INTAKE

Intake adalah sarana yang digunakan untuk menangkap air permukaan, baik air sungai, danau, maupun waduk. Sesuai peta yang diberikan, sumber air yang diambil berasal dari sungai terdekat pada kota perencanaan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi intake jika sumber berasal dari sungai. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut adalah :

1. Intake ditempatkan pada arus yang tenang, sehingga tidak menyebabkan terjadinya kerusakan pada bangunan

2. Tanah di sekitar intake stabil untuk mengurangi resiko longsor

3. Tidak dipengaruhi oleh pasang surut air

4. Intake diletakkan pada tempat yang rata untuk menghindari sedimentasi

8.1 Perhitungan Intake

 Diketahui : td = 20 menit = 1200 detik

Qhm = 224,75 m 3 / detik Freeboard ( t ) = 3 m

Asumsi kecepatan (v) = 1,5 m / detik

 V intake = Qhm x td = 0,22475 x 1200 = 269,700 m 3

 V intake =pxlxt 269,700 = p x l x 3

P x l = 89,9 m 2

Maka, p = l = 9,48 ᵙ 9,5

 A= 0,22475 𝑣 = 1,5 = 0,1498 Jika setiap lubang panjangnya = 0,2

Maka banyaknya lubang = 0,2 = 0,749 ᵙ 1 lubang

0,1498