PERBEDAAN EARNINGS MANAGEMENT BERDASARKAN UKURAN PERUSAHAAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN
Vol. 6 No.2, Agustus 2010
Hal. 139-151

PERBEDAAN EARNINGS MANAGEMENT BERDASARKAN
UKURAN PERUSAHAAN: STUDI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
Fensy Oktavia Komala
PT BIAS Promosindo Jaya
Jl. Affandi Soropadan, Yogyakarta

ABSTRACT
The purpose of this reseacrh is to investigate Earnings management differences accross
companies according to its size. Previous researches show company size tend to affect
earnings management behavior. Sample are collected from companies listed on
Indonesian Stock Exchange year over 2003-2009. Using Chi-Square Test, the result
shows that statistically there is no differences of Earnings management magnitude
between small, medium and large companies.
Keywords: Earnings Management, Discretionary Accruals, Non Discretionary
Acruals, Total Accruals.
 

PENDAHULUAN
 
Perkembangan jaman menuntut perusahaan yang ingin tetap bertahan dan
memenangkan persaingan bisnis harus selalu melakukan inovasi. Inovasi menyebabkan
perusahaan tumbuh dan berkembang. Perkembangan usaha tersebut memaksa
manajemen perusahaan melakukan perluasan usaha, baik dengan melakukan
diversifikasi maupun intensifikasi. Perluasan usaha berdampak pada kebutuhan dana
yang semakin meningkat. Kebutuhan dana yang terus meningkat seiring dengan
peningkatan aktivitas perusahaan akan menyulitkan perusahaan tersebut untuk
memenuhinya. Oleh sebab itu, dibutuhkan pihak lain yang memberikan bantuan kepada
perusahaan seperti investor dan kreditor.
Pasar modal merupakan media yang dapat mempertemukan pihak yang akan
memberikan dana dengan perusahaan yang membutuhkan dana. Agar dapat
memperoleh dana dari pihak penyedia dana, perusahaan dapat menerbitkan saham atau
obligasi yang akan diperjualbelikan di pasar modal. Untuk melakukan investasi maupun
memberikan kredit pada sebuah perusahaan, maka dibutuhkan informasi mengenai
perusahaan tersebut sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Salah
satu bentuk informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan, terutama bagi

140


JRAK, Agustus 2010

investor dan kreditor adalah laporan keuangan. Agar informasi keuangan bisa membuat
para investor dan kreditor tertarik untuk melakukan investasi di perusahaan itu, maka
kadangkala manajer perusahaan melakukan beberapa tindakan agar laporan
keuangan perusahaan tampak bagus. Informasi yang tidak valid dapat menyebabkan
investor salah mengambil keputusan dalam menanamkan dana.
Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) no. 1 pada
umumnya informasi laba merupakan perhatian utama dari laporan keuangan dalma
mengetahui kinerja manajemen. Oleh karena itu, salah satu tolak ukur yang digunakan
pengguna laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan adalah laba. Karena
dianggap sebagai tolak ukur, maka akan mendorong pihak manajemen untuk melakukan
tindakan yang tidak semestinya untuk mempengaruhi angka laba pada laporan keuangan
adalah dengan melakukan Earnings management. Earnings Management merupakan
intervensi manajemen dalam proses menyusun pelaporan keuangan eksternal sehingga
dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kepentingan
pelaksanaan manajemen laba tersebut (Schipper, 1989, dalam Yuanes, 2008).
Burgstahler dan Dichev (1997) dalam Yuanes (2008) mendeteksi bahwa
perusahaan mengelola laba untuk menghindari pelaporan laba menurun dan rugi laba.

Selain itu mereka menemukan bahwa praktik-praktik ini lebih umum di kalangan
perusahaan berukuran menengah dan besar. Kim et al. (2003) menemukan bahwa
perusahaan-perusahaan kecil terlibat dalam manajemen laba lebih dari pada perusahaan
besar atau perusahaan menengah untuk menghindari pelaporan kerugian. Di sisi lain,
perusahaan besar dan perusahaan menengah menunjukkan manajemen yang lebih
agresif untuk menghindari pelaporan laba menurun daripada perusahaan-perusahaan
yang berukuran kecil. Hal ini menimbulkan beberapa indikasi bahwa ukuran perusahaan
akan mempengaruhi praktek manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Pertama,
ukuran perusahaan berkaitan dengan sistem pengendalian internal. Perusahaan besar
memiliki internal kontrol yang canggih dan memiliki auditor internal yang lebih
kompeten di bandingkan perusahaan-perusahaan kecil. Faktor lain yang penting dalam
mengurangi manajemen laba dan meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah tata
kelola perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan besar cenderung untuk merancang dan
memelihara sistem pengendalian internal yang lebih canggih dan efektif dibandingkan
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil untuk mengurangi manipulasi laba oleh
manajemen.
Kedua, perusahaan besar biasanya diaudit dari 5 besar Kantor Akuntan Publik.
Kantor Akuntan Publik besar cenderung memiliki auditor yang lebih berpengalaman
yang pada gilirannya dapat membantu mencegah keliru laba. Gore et al (2001) dalam
Kim et al (2003) melaporkan bahwa auditor yang bukan 5 besar lebih memungkinkan

manajemen laba daripada auditor yang termasuk dalam KAP 5 besar.
Ketiga, perusahaan besar memperhitungkan biaya reputasi ketika terlibat
dalam manajemen laba. Perusahaan besar biasanya tumbuh dengan sejarah yang
panjang, mereka mungkin lebih menghargai lingkungan pasar,kontrol yang lebih baik
atas operasi mereka dan pemahaman yang lebih baik terhadap bisnis mereka
dibandingkan perusahaan kecil. Mereka telah mendirikan kredibilitas mereka dalam
komunitas bisnis dan tanggung jawab sosial yang baik, termasuk kredibilitas informasi
keuangan yang diungkapkan oleh perusahaan karena perusahaan besar lebih mampu
menggunakan keahlian terbaik dan terknologi informasi modern untuk menghasilkan

PERBEDAAN EARNINGS MANAGEMENT BERDASARKAN…., Fensy Oktavia Komala

141

informasi yang tepat waktu dan dapat dipercaya dibandingkan perusahaan kecil. Oleh
karena itu, keprihatinan mereka tentang reputasi dapat mencegah perusahaan besar dari
manipulasi laba.
Sebaliknya ada indikasi bahwa perusahaan besar lebih mampu untuk
mengelola pendapatan dari pada perusahaan kecil. Pertama, perusahaan besar
menghadapi tekanan lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Barton dan Simko

(2002) dalam Kim et al. (2003) menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih banyak
menghadapi tekanan untuk memenuhi dan mengalahkan espekstasi para analis. Kedua,
perusahaan besar memiliki kekuatan tawar yang lebih besar dengan auditor. Ketiga,
perusahaan besar memiliki lebih banyak ruang untuk berbagai perawatan akuntansi
yang tersedia. Perusahaan besar mungkin memiliki aset yang lebih kuat. Meskipun
sistem pengendalian internal yang kuat memang ada, manajemen dapat mengganti
sistem pengendalian internal untuk memanajemen laba. Dari semua itu, insentif dan
kemampuan untuk mengelola laba dapat berbeda-beda antara perusahaan-perusahaan
dari berbagai ukuran.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Earnings Management
Beberapa pendapat mengenai definisi Earnings management diungkapkan
sebagai berikut ini. Menurut Setiawati dan Na’im (2000) Earnings management adalah
campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan
untuk menguntungkan dirinya sendiri. Earnings management merupakan salah satu
faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.
Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999) dalam Yuanes (2008)
menyatakan bahwa manajemen laba timbul ketika manajer menggunakan judgment
dalam pelaporan finansial dan dalam strukturisasi transaksi untuk mempengaruhi

laporan keuangan dan juga mengelabui stakeholder terkait dengan kinerja ekonomik
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang bergantung pada angka
akuntansi. Pada dasarnya Earnings management merupakan proses dengan sengaja,
dalam batasan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk melaporkan tingkat laba
periodik sesuai dengan yang diinginkan.
Pola Earnings Management
Menurut Scott (2000) berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam Earnings
management adalah:
a. Taking a bath
Terjadinya taking a bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk
pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi,
manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan
menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk
ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan datang sebagai kerugian pada
periode berjalan, ketika kondisi buruk yang tidak menguntungkan tidak dapat

142

b.


c.

d.

JRAK, Agustus 2010

dihindari pada periode tersebut. Untuk itu manajemen harus menghapus beberapa
aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada saat ini serta
melakukan ”clear the desk”, sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan
datang meningkat.
Income minimization
Bentuk ini mirip dengan ”taking a bath”, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni
dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan
mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui
pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat
tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang
diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud,
biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi
untuk biaya eksplorasi.
Income maximization

Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan
bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi
mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan
laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan
pada saat laba menurun. Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian
hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan.
Income smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan
laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor
karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

Motivasi Earnings Management
Ada beberapa motivasi perusahaaan, dalam hal ini manajer melakukan Earnings
management:
a. Rencana bonus (Bonus Scheme).
Manajer yang bekerja di perusahaan dengan rencana bonus akan berusaha
mengatur laba yang dilaporkannya agar dapat memaksimalkan bonus yang akan
diterimanya. Penelitian yang dilakukan Healy (1985) memberikan bukti empiris
bahwa manajer mempunyai informasi atas laba bersih sebelum melakukan
Earnings management serta memprediksi bahwa manajemen secara opportunistik

akan mengelola laba bersih untuk memaksimalkan bonus. Motivasi bonus tersebut
mendorong manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba
dari periode yang akan datang ke periode saat ini (Scott, 2000).
b. Kontrak hutang jangka panjang
Motivasi perjanjian hutang menimbulkan adanya indikasi Earnings management
karena data akuntansi yang dipergunakan untuk tujuan pemonitoran dan mengatur
kontrak antara perusahaan dengan stakeholder. Motivasi ini sejalan dengan dept
convenant dalam teori akuntansi positif yaitu semakin dekat suatu perusahaan ke
pelanggaran perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih metode
akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan

PERBEDAAN EARNINGS MANAGEMENT BERDASARKAN…., Fensy Oktavia Komala

c.

d.

e.

143


sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran
kontrak.
Motivasi politik
Motivasi politik timbul karena manajemen memanfaatkan kelemahan akuntansi
yang menggunakan estimasi akrual serta pemilihan metode akuntansi dalam
rangka menghadapi berbagi regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Perusahaanperusahaan besar dan industri strategis cenderung menurunkan laba untuk
mengurangi visibilitasnya, khususnya selama periode kemakmuran tinggi.
Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari
permerintah, misalnya subsidi. Motivasi politik berkaitan dengan ukuran
perusahaan. Perusahaan dengan industri strategis, seperti perusahaan minyak dan
gas yang bersifat monopoli atau semi-monopoli melakukan Earnings management
untuk mengurangi biaya politiknya.
Motivasi perpajakan
Dalam motivasi ini, perusahaan cenderung akan menurunkan laba yang akan
dilaporkannya. Dengan menurunkan laba yang akan dilaporkan maka perusahaan
dapat meminimalkan besarnya pajak yang harus dibayar. Selain itu keinginan
perusahaan untuk tetap melaporkan tingkat laba yang tinggi dan pemilihan metode
akuntansi persediaan FIFO yang dianggap memberikan nilai tunai pembayaran
pajak yang terkecil.

Pergantian CEO
CEO yang akan habis masa tugasnya akan cenderung untuk melakukan strategi
memaksimalkan laba perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan bonus yang
akan didapat. Demikian juga dengan CEO yang kurang baik kinerjanya. Mereka
akan cenderung untuk melakukan strategi memaksimalkan laba perusahaan dengan
tujuan untuk menghindari pemecatan.

Hubungan Earnings Management dengan Ukuran Perusahaan
Ada indikasi bahwa ukuran perusahaan memiliki dampak positif pada
manajemen laba. Pertama, ukuran perusahaan berkaitan dengan sistem pengendalian
internal. Perusahaan besar memiliki internal kontrol yang canggih dan memiliki auditor
internal yang lebih kompeten di bandingkan perusahaan-perusahaan kecil. Faktor lain
yang penting dalam mengurangi manajemen laba dan meningkatkan kualitas laporan
keuangan adalah tata kelola perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan besar cenderung
untuk merancang dan memelihara sistem pengendalian internal yang lebih canggih dan
efektif dibandingkan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil untuk mengurangi
manipulasi laba oleh manajemen (Kim et al., 2003)
Kedua, perusahaan besar biasanya diaudit dari 5 besar Kantor Akuntan Publik.
Kantor Akuntan Publik besar cenderung memiliki auditor yang lebih berpengalaman
yang pada gilirannya dapat membantu mencegah keliru laba. Gore et al. (2001) dalam
Kim et al. (2003) melaporkan bahwa auditor yang bukan n5 besar lebih memungkinkan
manajemen laba daripada auditor yang termasusk dalam KAP 5 besar.
Ketiga, perusahaan besar memperhitungkan biaya reputasi ketika terlibat
dalam manajemen laba. Perusahaan besar biasanya tumbuh dengan sejarah yang
panjang, mereka mungkin lebih menghargai lingkungan pasar, kontrol yang lebih baik

144

JRAK, Agustus 2010

atas operasi mereka dan pemahaman yang lebih baik terhadap bisnis mereka
dibandingkan perusahaan kecil. Mereka telah mendirikan kredibilitas mereka dalam
komunitas bisnis dan tanggung jawab sosial yang baik, termasuk kredibilitas informasi
keuangan yang diungkapkan oleh perusahaan karena perusahaan besar lebih mampu
menggunakan keahlian terbaik dan terknologi informasi modern untuk menghasilkan
informasi yang tepat waktu dan dapat dipercaya dibandingkan perusahaan kecil. Oleh
karena itu, keprihatinan mereka tentang reputasi dapat mencegah perusahaan besar dari
manipulasi laba.
Penelitian Healy (1985) mengenai Earnings management menggunakan
pendekatan program bonus manajemen, yaitu dengan cara memaksimalkan bonus untuk
mengatur laba bersih. Ketika laba bersih rendah atau dengan kata lain dibawah laba
yang ditentukan untuk mendapat bonus, maka manajer akan terdorong untuk
menurunkan laba serendah mungkin dengan memilih kebijakan akuntansi yang dapat
mengurangi jumlah laba bersih, dengan maksud pada tahun berikutnya laba bersih
dapat meningkat sehingga mencapai laba bersih yang mendatangkan bonus. Hal ini
sama juga dilakukan apabila laba bersih terlalu tinggi atau dengan kata lain di atas laba
bersih yang telah ditentukan untuk mendapatkan bonus, manajer terdorong untuk
memilih kebijakan dan prosedur akuntansi dimana laba mengurangi laba bersih.
Di Indonesia penelitian mengenai Earnings management juga pernah dilakukan
oleh Gumanti (2001). Penelitian ini menguji mengenai Earnings management di Bursa
Efek Jakarta dengan sampel 39 IPO yang go public antara tahun 1995 dan 1997. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya tingkat keuntungan ditemukan pada tahun
sebelum go public (antara periode T-1 dan T-2) tidak ditemukan bukti yang kuat bahwa
issuers telah menerapkan income increasing discretionery accruals yang diindikasikan
oleh lebih banyak perusahaan yang memiliki nilai discretinary accruals positif.
Perubahan total accruals adalah positif dan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa
Earnings management tetap ada hanya tidak seagresif periode sebelumnya.
Kim et al. (2003) melakukan penelitian mengenai The Effect of Firm Size on
Earnings Management dengan sampel seluruh perusahaan yang laporan data keuangan
yang tersedia dari database Compustat untuk periode 18 tahun 1983-2000, menemukan
bahwa perusahaan-perusahaan kecil terlibat dalam manajemen laba lebih dari pada
perusahaan besar atau perusahaan menengah untuk menghindari pelaporan kerugian. Di
sisi lain, perusahaan besar dan perusahaan menengah menunjukkan manajemen yang
lebih agresif untuk menghindari pelaporan laba menurun daripada perusahaanperusahaan berukuran kecil.
Kusidratno dan Nurhadi (2004) menguji adanya pengaturan laba pada laporan
keuangan perusahaan yang memperoleh keutungan dan perusahaan yang mengalami
kerugian. Total accruals diproksi sebagai discretionary accruals dari laporan keuangan.
Penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian.
Titiana (2004) dalam (Kusumawati dan Sasongko, 2005) menguji adanya
indikasi Earnings management pada laporan keuangan bank dan mengetahui ada
tidaknya perbedaan total accruals antara bank sehat, bank likuidasi dan bank take over
pada laporan keuangan tahunan periode 1995-1997. Total accruals digunakan sebagai
proksi discretionary accruals dari laporan keuangan bank untuk masing-masing
perusahaan sampel. Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya indikasi Earnings

PERBEDAAN EARNINGS MANAGEMENT BERDASARKAN…., Fensy Oktavia Komala

145

management pada laporan keuangan tahunan pada bank sehat, bank likuidasi dan bank
take over di Indonesia baik dengan cara menaikan maupun menurunkan angka laba.
Laba merefleksikan kemampuan perusahaan dalam meraih keuntungan selama
periode tertentu, maka laba harus memenuhi dua hal, yaitu memiliki nilai sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi penggunaanya dan memiliki informasi tentang perilaku
manajemen tersebut (Gjesdal, 1981 dalam Kusumawati dan Sasongko, 2005). Apabila
faktor tersebut dapat memberikan sinyal atas prospek masa depan, maka tidak menutup
kemungkinan manajemen menggunakannya sebagai objek manipulasi.
Hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terindikasi melakukan Earnings management
dan perusahaan-perusahaan yang berukuran kecil yang lebih besar melakukan Earnings
management dibandingkan perusahaan yang berukuran besar dan menengah untuk
menghindari pelaporan kerugian. Disisi lain perusahaan besar dan perusahaan
menengah menunjukkan manajemen laba yang lebih agresif untuk menghindari
pelaporan laba menurun dibandingkan perusahaan berukuran kecil. Berdasarkan
kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
H1 : Terdapat perbedaaan Earnings management antara perusahaan kecil, menengah
dan besar.  

METODA PENELITIAN
Data
Semua data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh melalui studi kepustakaan di Pojok BEI UKDW yang di ambil dari JSX 2009.
Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik pemilihan sampel secara random
dengan kriteria perusahaan sebagai berikut:
1. Perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah semua perusahaan
yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2009.
2. Mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap dan berturut-turut pada
periode 2003-2009.
3. Klasifikasi ukuran perusahaan yaitu, untuk ukuran perusahaan kecil memiliki
market value kurang dari 1 triltun rupiah, untuk ukuran perusahaan menengah
market value memiliki market value antara 1 trilyun rupiah sampai 5 trilyun
rupiah, dan untuk perusahaan yang berukuran besar memiliki market value diatas 5
trilyun rupiah (Ang,1997) dalam (Yunita dan Haryanto, 2009).
Definisi Variabel dan Pengukuran
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Earnings management adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan
keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan
dirinya sendiri
(Setiawati dan Na’im, 2010).
2. Total accrual adalah selisih antara laba perusahaan i pada tahun t dengan kas dari
operasi perusahaan i pada tahun t. Total accruals merupakan pendekatan yang

146

JRAK, Agustus 2010

digunakan untuk menguji ada tidaknya earnings management. Total accruals
terdiri dari discretionary accruals dan nondiscretionary accruals.
TA = NI – CFO
Keterangan:
TA
= total accruals perusahaan i pada tahun t
NI
= net income
CFO
= cash flow operation (arus kas dari kegiatan operasi)
Nilai dari Total Accruals (TA) di atas digunakan untuk meregresikan persamaan
berikut:
TAit = α1 + α2 (Δrevit) + α3 (PPEit) +ε
Keterangan:
TAit
Δrevit
PPEit
α1, α2, dan α3
i
3.

=
=
=
=
=

.................................(1)

total accruals perusahaan i pada tahun t
pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan t-1
aktiva tetap perusahaan i tahun t
koefisien regresi
1,..., N indeks perusahaan

Nondiscretionary accruals adalah tingkat laba yang wajar dan tidak direkayasa
oleh pihak manajemen yang diukur dengan menggunakan metode Modified Jones.
Alasan pemilihan model Modified Jones karena model Jones memiliki kelemahan
yaitu asumsi implisitnya adalah pendapatan besifat nondiscretinary, dalam model
Jones, tidak “boleh” dalam keadaan dimanipulasi oleh manajemen. Bila ternyata
manajemen juga memanipulasi pendapatan, misalnya melalui pengakuan
pendapatan yang dipercepat atau memperlambat, maka akrual diskresioner
eror/residual dari persamaan akan cenderung bias ke nilai nol (Jones, 1992) dalam
(Yuanes, 2008). Maka Dechow et al. (1995) kemudian memperbaiki kelemahan
tersebut dengan mengunakan variabel perubahan piutang dari variabel perubahan
pendapatan untuk pengestimasi akrual nondiskresioner di saat periode kejadian.
Persamaan akrual nondiskresioner Model Jones Modifikasian dihitung secara
matematis, dengan persamaan sebagai berikut:
NDAit = α1 + α2 (Δrevit-Δrecit) + α3 (PPEit) ..............................(2)
Keterangan:
NDAt
Δrevt

=
=

ΔRect
PPEt
Ait-1
α1, α2, dan α3

=
=
=
=

nondiscretionary accruals perusahaan i pada tahun t
pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi
pendapatan t-1
Piutang pada tahun t dikurangi pendapatan pada tahun t-1
aktiva tetap perusahaan i tahun t
Aset total untuk tahun t pada perusahaan i
koefisien regresi (nilai koefisien berasal dari hasil regresi

PERBEDAAN EARNINGS MANAGEMENT BERDASARKAN…., Fensy Oktavia Komala

i

=

Keterangan:
NDAt
=
Δrevt
=
ΔRect
PPEt
Ait-1
α1, α2, dan
α3
i
4.

=
=
=
=
=

147

persamaan Total Accruals Idi atas)
1,..., N indeks perusahaan

nondiscretionary accruals perusahaan i pada tahun t
pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan t1
Piutang pada tahun t dikurangi pendapatan pada tahun t-1
aktiva tetap perusahaan i tahun t
Aset total untuk tahun t pada perusahaan i
koefisien regresi (nilai koefisien berasal dari hasil regresi
persamaan Total Accruals Idi atas)
1,..., N indeks perusahaan

Discretionary accruals adalah tingkat laba yang tidak normal yang merupakan
laba rekayasa dari pihak manajemen yang diukur dengan mengunakan model
Modified Jones.
DAt = TAt – NDAt
Keterangan:
DAt
= discretionary accruals perusahaan i pada tahun t
TAt
= total accruals perusahaan i pada tahun t
NDAt = nondiscretionary accruals perusahaan i pada tahun t

Uji Analisis Data
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan earning management yang signifikan antara
perusahaan kecil, menengah, besar maka harus dilakukan uji analisis data yang
menggunakan Uji Chi-Square (Santoso, 2005). Kriteria pengujian ditetapkan dengan
cara membandingkan harga-harga yang sebenarnya didapat dalam sampel yang diambil,
dengan harga yang diharapkan. Chi Square dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:


Keterangan :
n
= frekuensi pengamatan
e
= frekuensi diharapkan
i
= 1, 2, ....k

HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 90 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2003-2009. Jumlah observasi dalam

148

JRAK, Agustus 2010

penelitian ini sebanyak 210 untuk masing-masing variabel pada perusahaan kecil,
menengah dan besar.
Tabel 1
Statistik deskriptif untuk perusahaan kecil
DA
Mean

TA

NDA

-201.799.187.602,39

-26.218.998.937,43

175.580.188.664,96

-1.560.485.632,14

-7.054.543.922,50

-13.898.757.122,73

Maximum

4.496.988.150.716,20

162.651.463.535

15.645.807.806.919,00

Minimum

-16.272.672.555.449

-626.864.748.530

-4.640.570.234.434,20

Std. Dev

3.298.105.776.563,91

128.899.118.780,57

3.193.248.428.064,21

Median

Sumber: data diolah

Tabel 2
Statistik deskriptif untuk perusahaan menengah
DA

TA

NDA

Mean

120.744.735.178,94

11.301.206.256,07

-109.443.528.922,87

Median

118.147.093.501,69

-85.909.968.188,00

-181.800.453.501,85

Maximum

2.549.444.799.995,44

1.676.985.000.000,00

3.368.373.088.455,90

Minimum

-2.870.439.228.110,90

-1.044.615.364.690,00

-2.751.418.237.802,63

Std. Dev

1.086.350.702.266,62

548.087.791.952,07

1.058.479.886.344,66

Sumber: data diolah
Tabel 3
Statistik deskriptif untuk perusahaan besar
DA
Mean

TA

NDA

1.390.489.828.011,34

124.019.835.282,57

-1.266.469.992.728,78

-503.094.784.998,06

-281.445.500.000,00

173.949.009.031,56

Maximum

73.358.337.064.896,10

1.676.985.000.000,00

15.645.807.806.919,00

Minimum

-2.093.639.233.851,93

-18.383.434.000.000

-77.978.469.868.896,1

Std. Dev

19.503.993.063.183,80

6.525.602.077.315,90

20.878.368.096.162,60

Median

Uji Hipotesis
Berikut merupakan hasil dari uji beda yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi
Square:

149

PERBEDAAN EARNINGS MANAGEMENT BERDASARKAN…., Fensy Oktavia Komala

Tabel 4
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

180.000a
197.750
.296
90

Asymp. Sig. (2sided)

Df
178
178
1

.444
.148
.586

a. 270 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,33.

Sumber : data diolah
Hasil pengujian pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa hasil observasi 30
perusahaan kecil, 30 perusahaan menengah dan 30 perusahaan besar yang listing di
bursa efek indonesia (BEI) memiliki nilai Asymp.Sig>(2-sided) dari Chi-Square Test
untuk variabel discretionary accruals sebesar 0,444 lebih besar dari nilai alpha sebesar
0,05. Dengan demikian h0 diterima dan menolak H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa
untuk hasil dengan uji beda dengan menggunakan statistik tidak ada perbedaan earning
management secara signifikan antara perusahaan kecil, menengah dan besar. Namun
dari penelitian yang dilakukan oleh Kim et al., (2003) dan juga teori menyatakan bahwa
ukuran perusahaan memiliki dampak positif pada earning management. Yang artinya
bahwa seharusnya ada perbedaan earning management yang dilakukan perusahaan yang
berukuran kecil, menengah maupun besar.
Ada beberapa kemungkinan mengapa hasil penelitian ini tidak mendukung
hipotesis. Yang pertama, dikarenakan range perusahaan terlalu dekat karena
menggunakan tiga klasifikasi perusahaan yaitu perusahaan berukuran besar, kecil dan
menengah. Sehingga secara fundamental, ukuran perusahaan tidak menyebabkan
adanya perbedaaan earning management. Kemudian yang kedua, dalam teori variabel
piutang digunakan untuk memperbaiki kelemahan model Jones dengan
mengurangkannya dari perubahan pendapatan. Karena pendapatan bersifat
Nondiscretionary accruals, yang berarti pendapatan, dalam Model Jones, tidak “boleh”
dalam keadaan dimanipulasi oleh manajemen.
Bila ternyata manajemen juga memanipulasi pendapatan, misalnya melalui
pengakuan pendapatan yang dipercepat atau diperlambat, maka akrual diskresioner
(error/residual dari persamaan) akan cenderung bias ke nilai nol. Hal ini berarti bahwa
ada kemungkinan baik perusahaan berukuran kecil, menengah maupun besar melakukan
earning management dengan memanipulasi piutang mereka. Sehingga hasil perhitungan
earning management perusahaan kecil, menengah dan besar tidak berbeda signifikan
secara statistik.
Lalu yang ketiga, market value belum cukup efektif untuk digunakan sebagai
pengklasifikasi ukuran perusahaan kecil, menengah dan besar, dengan demikian
besarnya market value suatu perusahaan tidak menjamin bahwa suatu perusahaan
dikatakan besar, menengah ataupun kecil.

150

JRAK, Agustus 2010

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Penelitian bertujuan untuk menguji perbedaan earning management pada
perusahaan yang berukuran kecil, besar dan menengah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Pengujian terhadap earning management diproksi dengan
discretionary accruals. Berdasarkan hasil Chi-Square Test didapat dari Asymp. Siq. (2tailed) sebesar 0,444 dan lebih besar dari level of significance (0.05). Dengan demikian
hipotesis yang berbunyi “Terdapat perbedaaan earning management antara perusahaan
kecil, menengah dan besar” dapat ditolak.
Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi keterbatasan
yang ada dalam penelitian ini, yaitu:
1. Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan satu model penelitian, yaitu
Modified Jones model. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan
beberapa model, misalnya model Jones, model Healy, model De Angelo. Dengan
demikian dapat membandingkan apakah perbedaaan model juga dapat
mempengaruhi hasil penelitian atau tidak.
2. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga klasifikasi ukuran perusahaan,
yaitu besar, menengah dan kecil. Untuk penelitian selanjutnya disarankan
menggunakan dua klasifikasi ukuran perusahaan, yaitu besar dan kecil agar range
antar klasifikasi lebih besar. Dengan demikian jika dilakukan uji beda akan dapat
memperlihatkan perbedaaan yang signifikan.
3. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan market value sebagai alat untuk
mengklasifikasian ukuran perusahaan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan
untuk menggunakan alat lain dalam mengklasifikasian perusahaan, misalnya
menggunakan total aset.

DAFTAR PUSTAKA
Dechow, P. M., Sloan, R.G. and Amy, P. S. 1995. “Detecting Earnings Management”.
The Accounting Review, 7(2).
Djarwanto, (2000), Statistik Induktif. Edisi 4. Yogyakarta. PT BPFE .
Gumanti, T. A. 2001. “Earnings Management dalam Penawaran Saham Perdana di
Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 4 (2):165-183.
Healy, P. M. 1985. “The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision”. Journal of
Accounting and Economics 7:85-107.
Indonesian Capital Market Directory 2005. Bursa Efek Jakarta
Indonesian Capital Market Directory 2006. Bursa Efek Jakarta
Indonesian Capital Market Directory 2008. Bursa Efek Indonesia

PERBEDAAN EARNINGS MANAGEMENT BERDASARKAN…., Fensy Oktavia Komala

151

Jakarta Stock Exchange Statistic 2009. Bursa Efek Indonesia
Kim, Y., dan Liu, C. 2003. The Effect of Firm Size on Earnings Management. Working
Papers. http://papers.ssrn.com
Kusidratno, R. dan Hurnadi. 2004. “Studi Mengenai Indikasi Manajemen Laba dalam
Laporan Keuangan Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal
Ekonomi, 9 (1)
Kusumawati, Astri A. N. K. dan Noer S. 2005. “Analisis Perbedaan Pengaturan Laba
pada Kondisi Laba dan Rugi Perusahaan Manufaktur di Indonesia.” Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 4 (1):1-20.
Santoso, S. 2005 Menggunakan Statistik untuk Analisis Parametik. Jakarta. Elex Media
Komputindo.
Scott, W. R. 2000. Financial Accounting Theory, second edition. Canada: Prentice Hall.
Setiawati, L. dan Na’im, A. 2000. “Manajemen Laba”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Vol. 15, No. 4, hal 424-441.
Wijayanto, Y. 2008. Perbedaan Earnings Management Pada Perusahaan Manufaktur
yang Laba dan Rugi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi tidak
dipublikasikan. Universitas Kristen Duta Wacana.
Yunita, I. dan Haryanto. 2009. “Analisis Likuiditas, Leverage, Ukuran Perusahaan Dan
Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Studi
Empiris Pada Perusahaan Real Estat”. Jurnal Wahana Akuntansi, 3.