PENGARUH POLA KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI TEBU

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan

Volume 4 Nomor 1 Juli 2016

PENGARUH POLA KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI TEBU
( Suatu Kasus di PT. PG Rajawali II, Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat)
THE EFFECT OF PARTNERSHIP SYSTEM ON CANE FARMERS INCOME
(A Case at PT. PG Rajawali II, PG Jatitujuh Unit, Majalengka, West Java)
ANALIA UTAMI1, DINAR2, KOSASIH SUMANTRI2
1.

Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Majalengka
2. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Majalengka
Alamat : Jln. .H. Abdul Halim No. 103 Kabupaten Majalengka – Jawa Barat 45418
e-mail : analia_utami@yahoo.com

ABSTRACT
The Issues in this research is about the effect of partnership system on cane farmers income at PT PG Rajawali
II, PG Jatitujuh Unit, Majalengka with 53 cane farmer respondents. This reseach used some questionnaire as a data
collection tool, and was done by using simple random sampling. This research used descriptive method with data
collection through field observations and some questionnaire. Data obtained were processed by simple linear regression

on SPSS software for Windows 21st version. The reseach showed that the partnership model are applied in PG Rajawali
II PG Jatitujuh unit is intiplasma partnership system. This partnership system can increase the income of cane farmers
dan get the positive effect on the income of sugar cane farmers by 54%. The conclusion in this reseach is cane farmers'
incomes can be affected by the partnership system.
Key words : Partnership System, Cane Farmers

ABSTRAK
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh pola kemitraan terhadap pendapatn petani tebu
di PT PG Rajawali II, Unit PG Jatitujuh Kabupaten Majalengka dengan jumlah responden sebanyak 53 orang petani
tebu. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data, dan dilakukan dengan teknik secara acak
sederhana (simple random sampling). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan, dan juga menggunakan kuesioner. Alat analisis yang digunakan
adalah regresi linier sederhana. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat SPSS versi 21. Hasil penelitian
menyatakan bahwa pola kemitraan yang diterapkan di PG Rajawali II unit PG Jatitujuh adalah pola kemitraan intiplasma.
Sistem kemitraan tersebut dapat meningkatkan pendapatan petani tebu dan berpengaruh positif terhadap pendapatan
petani tebu sebesar 54%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pendapatan petani tebu dapat dipengaruhi oleh
pola kemitraan.
Kata Kunci : Pola Kemitraan, Petani Tebu

permasalahan teknologi dan informasi yang

sangat diperlukan (Rachbini, 1997).
Di Indonesia, gula dibuat dari tebu.
Artinya gula juga merupakan komoditas
penting karena menjadi sumber penghidupan
petani tebu. Sebagai komoditas hasil pertanian,
gula telah ditetapkan menjadi salah satu
komoditas khusus. Hal tersebut ditetapkan
dalam forum perundingan WTO (World Trade
Organization/Organisasi Perdagangan Dunia).
Pengembangan perkebunan tebu baik secara
ekstensif maupun intensif serta peningkatan
kinerja produksi yaitu meningkatkan kapasitas
terpasang di pabrik gula guna meningkatkan
rendemen merupakan solusi untuk memenuhi

PENDAHULUAN
Bidang pertanian termasuk didalamnya
perkebunan mempunyai berbagai potensi
pengembangan agribisnis yang baik dan
menguntungkan.

Potensi
pengembangan
komoditi perkebunan di Indonesia sangat besar
seperti potensi pengembangan komoditi
perkebunan
lainnya,tetapi
dalam
perkembangannya
terdapat
beberapa
permasalahan dan strategi pembangunan dan
kelembagaan. Pemerintah perlu menetapkan
kebijakan tindak langsung untuk menciptakan
konsepsi yang kondusif. Kebijakan yang secara
langsung mendorong perkembangan agribisnis
dalam
aspek:
Kemitraan,
keuangan,
1


Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan

Volume 4 Nomor 1 Juli 2016

pengaruh pola kemitraan terhadap pendapatan
petani tebu pada PG Jatitujuh.

kebutuhan gula nasional. Hal itu makin
memperkuat posisi gula sebagai salah satu
komoditas strategis bagi perekonomian
Indonesia.
Kabupaten Majalengka adalah salah
satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang
memiliki akan usahatani tebu, produksi tebu
salah satunya berada di desa Sumber
Kecamatan
Jatitujuh
kabupaten
Majalengka.(Distankan,2014). Tebu rakyat

dengan hasilnya gula pasir merupakan tanaman
perdagangan. Sebagai tanaman perdagangan,
maka perlu pemindahan dari produsen ke
konsumen. Dalam usaha memasarkan tebunya,
petani tebu memerlukan pola kemitraan atau
kerjasama dengan pabrik gula dengan
ketentuan kontrak yang telah disepakati antara
pabrik gula dan petani tebu guna untuk
meningkatkan pendapatan. Pengembangan
industri gula mempunyai peranan penting
bukan saja dalam rangka mendorong
pertumbuhan perekonomian di daerah serta
penambahan atau penghematan devisa, tetapi
juga langsung terkait dengan pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat dan penyediaan
lapangan kerja (Farid, 2003).
Kemitraan sebagaimana dimaksud UU No. 9
Tahun 1995, adalah kerjasama antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau dengan usaha besar
disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha

menengah atau usaha besar dengan prinsif saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan , atau organisasi untuk mencapai
suatu tugas atau tujuan tertentu. Dari berbagai
sistem kemitraan yang telah dikembangkan dan
diterapkan selama ini, masih menghadapi
kendala dan belum memperlihatkan hasil yang
menguntungkan bagi semua pihak. Hal ini
karena dengan sistem kemitraan tersebut posisi
petani tebu dalam sistem industri gula masih
lemah, bahkan sistem kemitraan yang ada
sekarang lebih banyak merugikan petani. Bagi
petani tebu juga bisa menghadapi masalah baru
sebab kenyataannya tebu sering menjadi
rebutan antar pabrik karena memang
jumlahnya tidak mencukupi, jika tingkat
“kekurangan” tebu itu mencapai titik tertentu,
tak mustahil mampu mengontrol harga tebu
sampai jauh diharga dasar. Tebu lalu masuk ke
mekanisme pemasaran umum. Dalam arti

penawaran tertinggi yang akan diperoleh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
melakukan observasi mengenai seberapa besar

MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di PT PG
Rajawali II, Unit PG Jatitujuh. Waktu
penelitian dimulai bulan Maret sampai dengan
bulan Juli 2016. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Deskriptif
Kuantitatif.
Jenis dan Sumber Data
Dalam suatu penelitian diperlukan data
yang akurat untuk dilakukan suatu proses
analisis. Pengumpulan data dapat dilakukan
melalui berbagai cara. Dalam penelitian ini
jenis data yang di gunakan adalah data primer
dan data sekunder. Menurut Umar (2014:42) :
1) Data primer merupakan data yang
didapat dari sumber pertama seperti

hasil dari wawancara atau hasil
pengisian kuesioner yang biasa
dilakukan oleh peneliti.
2) Data sekunder merupakan data primer
yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul
data primer atau oleh pihak lain.
Cara Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian ilmiah, terdapat
bebeapa teknik pengumpulan data. Untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam
penelitian ini, menurut Umar (2014:49) teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu :
1)

2)

2

Kuesioner

Teknik kuesioner merupakan suatu
pengumpulan data dengan memberikan
atau
menyebarkan
daftar
pertanyaan/pernyataan kepada responden
dengan harapan memberikan respon atas
daftar pertanyaan tersebut.
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik
pengumpulan
data
yang
lain.
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara
langsung berhadapan dengan yang
diwawancarai, tetapi dapat juga secara
tidak langsung seperti memberikan daftar
pertanyaan
untuk

dijawab
pada
kesempatan lain. Instrumen dapat berupa
pedoman wawancara maupun checklist.

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan

Volume 4 Nomor 1 Juli 2016

Biaya total yang dikeluarkan untuk
melakukan satu kali produksi dapat
diketahui dengan menjumlahkan biaya
tetap dengan biaya variable yang
dihitung
dalam
satuan
rupiah/hektar,dengan rumus sebagai
berikut :
TC = TFC + TVC
Dimana :

TC
= Total Cost (Total Biaya)
TFC = Total Fixed Cost (Biaya
Tetap Total)
TVC = Total Variable Cost (Biaya
Variable Total)
b) Menghitung Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah hasil kali
antara jumlah produksi dengan harga
jual per satuan produksi yang dihitung
dalam satuan rupiah/hektar, dapat
dianalisis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
R=PxQ
Dimana
R
= Revenue (Penerimaan)
P
= Price (Harga)
Q
= Quantity (Jumlah Produksi)
c) Menghitung Pendapatan
Pendapatan adalah seluruh hasil
penjualan yang dinilai dengan harga
jual dikurangi total biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi.
Dengan rumus pendapatan :
I
= TR – TC
I
= Pendapatan
TC
= Total Cost (Biaya Total)
TR
= Total Revenue (Penerimaan
Total) dan
TR
= Y.Hy
Dimana :Y = Jumlah Produksi
Hy = Harga
Bagaimana pengaruh pola kemitraan
terhadap pendapatan petani tebu di PT PG
Rajawali II, Unit PG Jatitujuh
Pengaruh pola kemitraan terhadap
pendapatan usaha tani tebu. dapat diketahui
dengan menggunakan rumus analisis regresi
linier sederhana. Rumus analisis regresi linier
sederhana bertujuan memecahkan persoalan
hubungan sebab akibat variabel bebas dan
variabel terikat. Rumus persamaan regresi
linier sederhana menurut Sugiyono (2013:270)
yaitu:

Teknik Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan secara
acak sederhana (simple random sampling)
yaitu terhadap seluruh petani di kelompok tani,
yaitu yang mengikuti kemitraan petani tebu
sebanyak 114 orang.
Menurut
Umar
(2014:42)
mengemukakan bahwa Simple Random
Sampling adalah metode yang digunakan untuk
memilih sampel dari sejumlah populasi
sehingga setiap unit penelitian memiliki
peluang yang sama untuk diambil sebagai
sample. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
n= ( )

Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
d = Tingkat toleransi dengan presisi 10

%
Dari rumus diatas dapat dihitung
jumlah petani yang diambil sebagai sampel
dalam penelitian adalah sebagai berikut :
n=
)
(

n= 53,27 dibulatkan menjadi 53.
jadi, jumlah petani yang dijadikan
sample dalam penelitian adalah 53 orang
petani.
Teknik Analisis
Pola kemitraan petani tebu di PT PG
Rajawali II, Unit PG Jatitujuh dapat diketahui
dengan melakukan wawancara kepada petani
(responden). Analisis deskriftif merupakan
metode yang digunakan untuk membuat
deskrifsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta dan sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki . Menurut Menurut
Ghojali (2005) mengemukakan bahwa analisis
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, maksimum, dan
minimum.Berapa besar pendapatan petani tebu
dengan sistem kemitraan di PT PG Rajawali II,
Unit PG Jatitujuh.
Besar pendapatan petani tebu, dapat
diketahui dengan analisis dengan pendekatan
matematis melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
a) Menghitung biaya Total

Y = a + bX

3

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan

Adapun
dasar
pengambilan
keputusannya sebagai berikut :
 Daerah penolakan
>
, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara pola kemitraan
dengan pendapatan petani tebu.
 Daerah penerimaan
<
, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara pola
kemitraan dengan pendapatan tebu.
Koefisien Determinasi
Pengujian
koefisien
determinasi
dilakukan untuk mengukur atau mengetahui
seberapa besar perubahan variabel terikat yang
dijelaskan atau ditentukan oleh variabel
bebasnya. Dalam penelitian ini, analisis
koefisien determinasi (Kd) digunakan untuk
melihat seberapa besar pengaruh pola
kemitraan terhadap pendapatan petani tebu
dinyatakan dalam persentase.Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :

Dengan:
a=
b=

(

) (

)(
(

(

(

)(

)

)(

)

Volume 4 Nomor 1 Juli 2016

)

)

Keterangan :
Y
: Subyek pada variabel dependen yang
diprediksikan.
X
: Subyek pada variabel independen
yang mempunyai nilai tertentu
(Kemitraan).
b
: Angka arah atau koefisien regresi,
yang menunjukan angka peningkatan
atau penurunan variabel dependen
yang didasarkan variabel independen.
Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka
terjadi penurunan.
a
: Konstanta.
n
: Jumlah data.
Rancangan Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan apa yang menjadi
anggapan penulis yaitu ada pengaruh atau tidak
pada variabel yang diteliti, maka perlu adanya
pengujian hipotesis. Langkah-langkah dalam
pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
β=0 : Tidak berpengaruh positif terhadap pola
kemitraan dengan pendapatan petani
tebu.
β≠0
: Berpengaruh postif terhadap pola
kemitraan dengan pendapatan petani
tebu.

Kd = r2 x 100%
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
r² = Korelasi

HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Uji Validitas Pola Kemitraan
Tabel1. Hasil Uji Validitas Pola Kemitraan
Variabel
Pola Kemitraan (X)
Pernyataan 1
Pernyataan 2
Pernyataan 3
Pernyataan 4
Pernyataan 5
Pernyataan 6
Pernyataan 7
Pernyataan 8
Pernyataan 9
Pernyataan 10
Pernyataan 11

Korelasi r
0,553
0,555
0,746
0,579
0,280
0,510
0,545
0,325
0,382
0,501
0,433

Angka Kritis
(r tabel)
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279

Sumber: Data hasil pengolahan SPSS. 21, 2016

4

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan

Berdasarkan hasil uji coba validitas
variabel pola kemitraan seperti yang terdapat
pada Tabel 1 bahwa seluruh pernyataan
tersebut memiliki koefisien korelasi di atas

Volume 4 Nomor 1 Juli 2016

angka kritis yang telah ditetapkan yaitu sebesar
0,279. Maka dapat disimpulkan bahwa 11
pernyataan tersebut dinyatakan valid atau layak
digunakan.

b. Uji Reliabilitas Kemitraan
Tabel 2.Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kemitraan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha

N of Items

0.784

11

Sumber: Data Hasil Pengolahan SPSS. 21

Berdasarkan hasil perhitungan dengan
bantuan SPSS. versi 21 diatas, bahwa dari 53
responden untuk item pertanyaan yang ada
dalam variabel pola kemitraan (X) memiliki
tingkat reliabilitas sebesar 0,784. Maka dapat
nilai
kritisnya
yaitu
0,6

disimpulkan bahwa dari 11 pernyataan dalam
variabel pola kemitraan tersebut adalah
reliable. Karena keofesien korelasi lebih besar
daripada

c. Analisis Koefisien Korelasi
Tabel 3. Koefisien Korelasi dan Tingkat Hubungannya
Interval Koefisien
0,00 - 0,199
0,20 - 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000

Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat

Sumber :Sugiyono, 2012:184

Koefisien korelasi sebesar 0,735
menunjukkan adanya korelasi “kuat” antara
Pola Kemitraan (X) dengan pendapatan (Y).
Sehingga
dapat
dikatakan
bahwa

d.

PolaKemitraan berkorelasi atau memiliki
hubungan “kuat” terhadap pendapatan petani
tebu pada PT PG Rajawali II, Unit PG Jatitujuh
Majalengka
Jawa
Barat

Pola Kemitraan Petani Tebu di PT PG Rajawali II, Unit PG Jatitujuh Kabupaten
Majalengka
menyediakan sarana produksi, PG Jatitujuh
membantu proses Ketahanan Pangan dan
Energi (KKPE) sebagai avalis (penjamin)
kredit
kepada
kelompok
tani
yang
dilaksanakan oleh Bank BRI, BJB, dan
Lembaga keuangan lainnya, namun untuk masa
tanam 2015/2016 pembiayaan KKPE sudah
tidak dilaksanakan dan digantikan dengan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) disertai dengan
pembinaan
dan pengembangan oleh
perusahaan, sehingga saling memerlukan,
menguntungkan dan memperkuat.

Pola Kemitraan yang diterapkan di PG
Jatitujuh adalah pola kemitraan intiplasmayaitu
hubungan antara PG Jatitujuh dengan petani
tebu dibawah asosiasi petani tebu
Rakyat dan KPTR (koperasi petani tebu
rakyat) yang meliputi penyediaan pembuatan
Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok
(RDKK) berupa kebutuhan petani tebu
diantaranya pembiayaan (modal), sarana
produksi pupuk bersubsidi (ZA dan Phonska)
serta memberikan bimbingan teknis budidaya
dan manajemen tebang angkut. Selain
5

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan

Tabel 4.

Volume 4 Nomor 1 Juli 2016

Pendapatan Petani Tebu Dengan Sistem Kemitraan Petani Tebu PT PG Rajawali
II, Unit PG Jatitujuh Kabupaten Majalengka

.
No
1.

2

3

Uraian

Satuan

Biaya
Variabel
(TVC)
b. Bibit
Ha
c. Pupuk
Ha
d. Biaya Garap
Ha
d. Tebang &
Ha
Angkut
Jumlah Biaya Variabel
Biaya Tetap
(FC)
a. Sewa Lahan
Ha
Jumlah Biaya Tetap
Penerimaan
Satuan
Total
a.Hasil Tebu
Kw/Ha
b.Rendemen
%
Petani
c. Gula yang
66 %
dihasilkan
d. Tetes Tebu
3%
Pendapatan (Rp)

Penggunaan

Harga (Rp)

Nilai (Rp)

80 kw/Ha
9 kw/Ha
600

65.000/Kw
234.000/Kw
4.250.000/Ha
6.700/kw

1.040.000
2.106.000
4.250.000
4.020.000

11.470.000

Total Satuan
1x600 =600 kw
8%

6.000.000
6.000.000
6.000.000
Harga
Total
Satuan
-

66%x8%x600x(1,003)=31,8kw

910.000/Kw

28.938.000

3 % x 600= 18 kw

110.000/Kw

1.980.000
30.918.000

Sumber : Hasil Penelitian (2016)

a ) Menghitung Biaya Total
Biaya Total dikeluarkan untuk
melakukan satu kali produksi dapat diketahui
dengan menjumlahkan biaya tetap dengan
biaya variable yang dihitung dalam satuan/ 1
Hektar dengan rumus :
TC
= TFC + TVC
Ket : TC = Total Cost (Total biaya)
TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap
Total)
TVC =Total Variable Cost (Biaya
Variabel Total)
TC
= 6.000.000 + 11.470.000
= 17.470.000
b) Menghitung penerimaan
Penerimaan usahatani adalah hasil kali
antara jumlah produksi dengan harga jual per
satuan produksi yang dihitung dalam satuan
rupiah. Dapat dianalisis dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

R= P x Q
Ket : R = Penerimaan
P = Price (Harga)
Q = Quantity (Jumlah Produksi)
R
= 910.000 x 31,8 kw
= 28.938.000 (Gula)
R
= 110.000 X 18 kw
= 1.980.000 (Tetes Tebu)
c) Menghitung pendapatan
Pendapatan adalah seluruh hasil
penjualan yang dinilai dengan harga jual
dikurangi total biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi. Dengan rumus :
I = TR – TC
Ket : TR = Total Revenue (Penerimaan
Total)
TC = Total Cost (Biaya Total)
I
= 30.918.000 - 17.470.000
= 13.448.000

6

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan

Tabel 4.

Volume 4 Nomor 1 Juli 2016

Pengaruh Pola Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Tebu di PT PG Rajawali
II, Unit PG Jatitujuh Kabupaten Majalengka

Coefficientsa
Model

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
13,096
104,840
,941
3,451

Standardized
Coefficients
Beta

(Constant)
1 Pola
Kemitraan
a. Dependent Variable: Pendapatan
Sumber : SPSS

0,735

t

Sig.
9,241
2,035

0,000
0,045

Y = 13,096 + 0,941 X
Dari persamaan di atas, dapat
dinyatakan bahwa nilai konstanta a secara
umum memiliki arti bahwa ketika X (pola
kemitraan) bernilai 0 , maka Y (pendapatan)
bernilai 13,096. Tetapi karena penelitian ini
menggunakan skala likert maka tidak mungkin
nilai X adalah 0 karena skala likert yang
terkecil adalah 1 sehingga interpretasi terhadap
konstanta
dapat
diabaikan.
Sedangkan
koefisien regresi b memiliki arti bahwa setiap
X (pola kemitraan) meningkat, maka Y
(pendapatan) akan meningkat sebesar kelipatan
dari 0,941.
Uji-t
Dalam pengujian hipotesis diatas,
penulis menggunakan alat bantu SPSS SPSS

software (Program for Social Science
Statisitical), dan diperoleh hasil seperti yang
telah dipaparkan dalam Tabel 4. yaitu
diperoleh t hitung sebesar 2,035. Dengan
tingkat signifikansi () = 5% dan df = n-2 yaitu
53-2 = 51 diperoleh nilai t-tabel untuk uji-t dua
pihak sebesar -1,67 dan 1,67 dengan kriteria
uji sebagai berikut:
Menerima Ho jika -ttabel < t hitung< t tabel,
menerima H1 dan menolak H0 jika t hitung> t tabel
atau t hitung< -t tabel.
dengan demikian maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya terdapat pengaruh (positif)
antara pola kemitraan terhadap pendapatan.

Analisis Koefisien Determinasi
Tabel 5. Analisis Koefisien Determinasi

Model
1

R
.735a

Model Summaryb
Adjusted R
R Square
Square
.540
.533

Std. Error of the
Estimate
10.39975

a. Predictors: (Constant), Pola Kemitraan
b. Dependent Variable: Pendapatan Petani Tebu
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS. 21, 2016.

merupakan pengaruh dari faktor lainnya yang
tidak diteliti di dalam penelitian ini.
Dari pembahasan diatas, dapat
dikatakan bahwa pola kemitraan memiliki
hubungan yang positif terhadap pendapatan
petani tebu.

Berdasarkan data pada Tabel 5. maka
diperoleh nilai R Square sebesar 0,540. Angka
tersebut menunjukkan besarnya kontribusi
variabel X terhadap Y sebesar 54%, sehingga
dapat dikatakan pendapatan petani tebu di PT
PG Rajawali II, Unit PG Jatitujuh Kabupaten
Majalengka sebesar 54% dipengaruhi oleh pola
kemitraan, sedangkan sisanya sebesar 46%

7

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan

Volume 4 Nomor 1 Juli 2016

Buah Kabupaten Majalengka. Dinas
Pertanian dan Perikanan. Majalengka
Farid. B. 2003. Perbanyakan Tebu (Saccharum
officinarum L.) Secara In Vitro pada
Berbagai Konsentrasi IBA dan BAP.J.
Sains dan Teknologi. 3:103-109
Ghojali, Imam.2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan program SPSS,
Badan
Penerbit
Universitas
Diponogoro, Semarang.
Rachbini, D.J. 1997. Potensi dan Strategi
Pengembangan
Kelembagaan
Agribisnis. Jakarta.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif. CV.Alfabeta.
Umar, 2014. Metode Penelitian. Jakarta :
Salemba Empat.

KESIMPULAN
Pola kemitraan yang diterapkan di PT PG
Rajawali II, Unit PG jatitujuh Kabupaten
Majalengka yaitu pola intiplasma hal ini dapat
dicirikan dimana perusahaan memberikan
sarana produksi, memberikan bimbingan teknis
manajemen, menampung dan mengelola, serta
memasarkan hasil produksi.
Pendapatan
usahatani tebu dengan sistem pola kemitraan
dapat meningkatkan pendapatan petani
tebu.Terdapat pengaruh pola kemitraan yang
dikembangkan
pabrik
gula
terhadap
pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
Distankan Kabupaten Majalengka. 2012. Data
Pertanian Majalengka. Data Tanaman

8