INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS (12)

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS
Disusun oleh:
Eka Widya
Nim: 0705163026
Semester : II
Dosen pengampu : DR. JA’FAR, MA

FISIKA-1
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA
UTARA
T.A 2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf di zaman sekarang hampir telah kehilangan eksistensinya karena
telah terjadi banyak pergeseran gaya hidup, cara pandang, kemewahan hidup, dan
barang yang canggih sehingga membuat manusia enggan memikirkan hakikat dari
hidup , orang-orang banyak disibukkan dengan kegiatan-kegiatan duniawi sehingga
eksistensi tasawuf perlu dipertanyakan.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada saat ini sangatlah pesat , apalagi
dibidang teknologi yang semakin pesat dan canggih. Era sekarang ini biasa disebut
dengan era modern. Di balik segala kemudahan yang diperoleh dari perkembangan
teknologi , terdapat beberapa masalah yang timbul, masalah terbesarnya

yakni

semakin jauhnya manusia dengan tuhan sehingga banyak pelanggaran norma-norma
keagamaan.
Masalah tersebut menjadi bahan pemikiran para ahli tasawuf untuk mencari
cara agar manusia tidak hanya memikirkan dan sibuk dengan masalah dunia semata
sehingga kehidupan akhirat dilupakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan integrasi tasawuf dan sains ?

C. Tujuan Penulisan
1

.Untuk memahamai integrasi tasawuf dan sains.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Integrasi dalam sejarah islam
Dalam sejarah islam ,ditemukan seorang ahli astronomi, ahli biologi, ahli
matematika dan ahli arsitektur yang mumpuni dalaam bidang ilmu-ilmu keislaman
seperti tauhid , fikih, hadis , tafsir, dan tasawuf. Meskipun berprofesi sebagai saintis
dalam bidang ilmu-ilmu kkealaman, para pemikir muslim klasik menempuh pola
hidup sufistik, dan kajian-kajian ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuantujuan religious dan spiritual.
Tidak sebatas integrasi belaka , mereka malah mampu menguasai berbagai
disiplin ilmu yang terdiri atas ilmu-ilmu rasional dan ilmu-ilmu kewahyuan ,
sehingga integrasi menjadi sangat mudah dilakukan


Al- Jahiz (w.869) adalah ahli dalam bidang sastra arab, biologi, zoology,



sejarah, filsafat, psikologi, teologi dan politik.




logika psikologi, kedokteran, farmakologi, matematika dan meteorology.

Al- kindi (w.873) menguasai seluruh cabang filsafat seperti metafisika, etika



Ibn Thufail (w.1185) juga seorang ahli filsafat, kedokteran dan hukum islam.



dokter, fisikawan, psikologi dan botanis.

Umar Khayyam (w.1131) adalah matematikawan, asstronom , filsuf , musisi,

Al- ghazali (w.1111) adalah seorang teolog, filsuf, dan sufi.
Diantara prestasi besar mereka sebagai ilmuan muslim adalah kemampuan

mereka menguasai dan mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional, ilmu-ilmu empiric, dan

ilmu-ilmu kewahyuan. Secara keilmuan, mereka menguasai banyak disiplin ilmu dan
secara personal mereka berperan sebagai seorang saintis muslim yang berpola hidup
religious dan sufistik. Menguasai ilmu-ilmu religious adalah dampak dari keyakinan

bahwa ilmu-ilmu religious merupakan ilmu-ilmu fardh al ain’ yang wajib dikuasai
dan diamalkan setiap muslim dan apapun profesi mereka. Sedangkan kemampuan
mereka menguasai ilmu-ilmu rasional dan empiric adalah bahwa semua ilmu tersebut
dikategorikan sebagai ilmu fardh al-kifayah yang diwajibkan sebagian muslim; atau
kkemungkinan tidak lebih dari sekedar profesi dan minat mereka untuk menguasai
dan mengembangkannya atas dasar perintah agama.
B. integrasi dalam ranah ontologi
Istilah antologi berasal dari bahasa yuni, ont yang berarti keberadaan, dan
logos yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa latin disebut antologia , sehingga
antologi bermakna teori keberadaan sebagaimana keadaan tersebut.
Para sufi lebih banyak memfokuskan kepada masalah kedekatan kepada Allah
swt,tetapi belakangan mereka meluaskan objek kajian tasawuf sampai kepada
persoalan wujud, selain tasawuf juga mulai bersinggungan dengan filsafat, sehingga
mereka tidak saja membahas dan menyibak hakikat wujudnya, tetapi juga wujud
alam dan manusia.
Beberapa saintis barat sekuler, para filsuf muslim dan sufi berpendapat

bahwa ada hubungan erat antara alam dengan Allah swt. Menurut ibn Arabi alam
diciptakan Allah swt melalui proses tajjali (penampakan diri)nya pada alam empiris
yang majemuk tajjali dzati dalam bentuk penciptaan potensi; dan tajjali syuhudi
dalam bentuk penampakan diri dalam citra alam semesta.
Ibn Sina, Suhrawardi dan Mulla Shadra menegaskan bahwa seluruh elemen
dunia material (mineral, tumbuhan, hewan dan manusia) adalah akibat dari dunia
spiritual memiliki jiwa (al-nafsh) masing-masing.
C. integrasi dalam ranah epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani , epistime yang bermakna
pengetahuan , dan logos yang bermakna ilmu atau eksplanasi. Sehingga epistemologi

berarti teori pengetahuan.

Kajian epistemologi adalah makna pengetahuan,

kemungkinan manusia meraih pengetahuan dan hal-hal yang dapat diketahui.kajiankajian ilmu-ilmu alam mengandalkan metode tajribi , sedangkan kajian tasawuf
mengandalkan metode irfaniyang biasa disebut metode tazkiyah al-nafs.
Sebagian sufi memanfaatkan metode irfani untuk mendapatkan pemahaman
mendalam mengenai dunia metafisik dan dunia fisik ( mineral, tumbuhan, hewan dan
manusia). Dari pengalaman spiritual Ibn Arabi bisa dilihat manfaat metode irfani

dalam kajian ilmu-ilmu intelektual dan empirik. Saintis muslim lebih mengedepankan
metode tajribi (observasi dan eksperimen ) dalam mengembangkan ilmu- ilmu alam ,
tetap perlu mengambil metode tasawuf dalam menemukan ilmu dan kebenaran ,
dimana kaum sufi mengutamakan metode tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa) dengan
melaksanakan ritual ibadah ,riyaddah dan mujjahadah.

D. integrasi dalam ranah aksiologi
Istilah askiologi berasal dari bahasa yunani , oxios yang bermakna nilai, dan
logos yang berarti teori. Aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal,

kriteria , dan status metafisik dari nilai tersebut. Askiologi membahas tentang nilai
kegunaan ilmu, tujuan pencarian dan pengembangan ilmu, kaitan antara penggunaan
dan pengembangan ilmu dengan kaedah moral, serta tanggung jawab sosial ilmuan .
kajian askiologi lebih ditujukan kepada pembahasan manfaat dan kegunaan ilmu, dan
etika akademik ilmuan.1

JA’FAR. Gerbang Tasawuf:dimensi teoritis dan praktis ajaran kaum sufi. Medan: Perdana
Publishing. 2016. Hal. 83

1


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diantara prestasi besar mereka sebagai ilmuan muslim adalah kemampuan
mereka menguasai dan mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional, ilmu-ilmu empiric, dan
ilmu-ilmu kewahyuan. Secara keilmuan, mereka menguasai banyak disiplin ilmu dan
secara personal mereka berperan sebagai seorang saintis muslim yang berpola hidup
religious dan sufistik. Menguasai ilmu-ilmu religious adalah dampak dari keyakinan
bahwa ilmu-ilmu religious merupakan ilmu-ilmu fardh al ain’ yang wajib dikuasai
dan diamalkan setiap muslim dan apapun profesi mereka.
Para sufi lebih banyak memfokuskan kepada masalah kedekatan kepada Allah
swt,tetapi belakangan mereka meluaskan objek kajian tasawuf sampai kepada
persoalan wujud, selain tasawuf juga mulai bersinggungan dengan filsafat, sehingga
mereka tidak saja membahas dan menyibak hakikat wujudnya, tetapi juga wujud
alam dan manusia.
Sebagian sufi memanfaatkan metode irfani untuk mendapatkan pemahaman
mendalam mengenai dunia metafisik dan dunia fisik ( mineral, tumbuhan, hewan dan
manusia).


DAFTAR PUSTAKA

JA’FAR, . Gerbang Tasawuf. 2016 .(Medan: Perdana Publishing)