Karakteristik Media TELEVISI doc 1

Karakteristik Media TELEVISI
Pada bagian ketiga ini, Anda akan diajak untuk memahami lebih jauh tentang
media televisi, baik itu melalui karakteristik televisi sebagai media masa maupun
karakteristik teknis dari televisi itu sendiri sebagai media elektronik serta sebagai
media visual gerak.

Pemahaman

tentang

karakteristik

ini

dianggap

penting,

karena

dalam


karakteristik ini akan dibahas hal-hal yang harus diperhatikan oleh para
pengembang program televisi, baik itu sebagai penulis naskah maupun
pelaksana produksi.
Bagi penulis naskah program televisi, ia akan dapat memilih materi yang cocok
untuk ditelevisikan dan memaksimalkan potensi televisi sebagai media.
Sedang¬kan bagi pelaksana produksi ia dapat mengatisipasi hal¬hal yang
menjadi keterbatasan televisi sebagai media, khususnya keterbatasan dari segi
teknis. Oleh karena itu sekali lagi, dengan mengenal secara baik karakteristik
media televisi akan membantu dalam mewujudkan suatu program televisi yang
bermutu.
Sama halnya dengan seorang tukang perahu, bagaimana mungkin ia bisa
membuat perahu yang baik apabila ia sendiri tidak tahu tentang jenis kayu yang
baik, dan perhitungan tentang keseimbangan dalam membuat perahu. Atau
seorang pembuat bonsai, dimana ia harus mengetahui terlebih dahulu jenis
tanaman yang baik untuk dijadikan bonsai, dan ia harus menguasai pula tentang
peralatan yang digunakan. Demikian juga halnya bagi seorang pengembang
media televisi hampir dapat dipastikan betapa sulitnya membuat program televisi
yang baik tanpa mengenal lebih dahulu karakteristik media televisi, baik itu
karak-teristiknya sebagai media massa maupun karakteristik teknis yang


dimilikinya sebagai media elektronik maupun sebagai media visual gerak.

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan satu persatu.
Karakteristik Televisi sebagai Media Massa
Berbeda dengan penonton film, penonton televisi mempunyai karakteristik yang
agak unik, karena masing¬masing mempunyai kebutuhan yang berbeda satu
sama lain. Selain itu penonton televisi (broadcast) tersebar dimana-mana.
Walaupun waktuk menontonnya sama tetapi mereka tidak dapat berkomunikasi
sata sama lain. Penonton televisi boleh dikatan bebas, artinya ia menon¬ton
televisi bukan karena paksaan tetapi karena tertarik. Mungkin program yang
ditayangkan sesuai dengan kebu¬tuhannya, mungkin juga karena tidak ada
hiburan lain. Namun demikian sebagai seorang (calon) pengembang program
televisi, Anda harus menyadari sepenuhnya keaneka ragaman jenis dan sifat
penonton ini, karena tidak mungkin kita dapat membuat program yang memenuhi kebutuhan semua halayak ramai. Untuk mengatasi keaneka ragaman
tersebut, maka sebaiknya tentukanlah satu kelompok sasaran yang memiliki
sifat, karakter, dan latar belakang yang sama. Bila Anda sudah menentukan
sasaran yang jelas usahakanlah meraih perhatian mereka semaksimal mungkin
melalui setiap gambar yang terlihat dan setiap suara yang terdengar. Atau
dengan kata lain setiap gambar, setiap kata dan setiap bunyi yang kita bangun

harus ada maksudnya dan mampu menarik perhatian penonton.

Karakteristik Teknis Media Televisi
Dalam mengembangkan program televisi baik itu penulis naskah maupun
pelaksanan produksi tidak cukup hanya mengetahui ide yang bagus dan
bagaimana cara memvisualisasikannya. Tetapi lebih dari itu ia harus pula
mengetahui karakteristik teknis (kelebihan dan keterbata¬san) yang dimiliki
pesawat televisi. Sebab tanpa menge¬tahui karaktersitik tersebut besar

kemungkinan banyak rambu-rambu penulisan dan ketentuan-ketentuan teknis
yang terabaikan begitu saja. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah:

1. Fine Detail
Media televisi kurang mampu menampilkan detail (seluk-beluk) suatu objek
dengan sempurna seperti yang dimiliki media film. Meskipun perkembangan
teknologi pesawat televisi sudah maju pesat, seperti munculnya pesawatpesawat televisi yang menggunakan tabung datar dan berresolusi tinggi, namun
secara teknis belum mampu menyamai kualitas gambar yang dihasilkan melalui
film. Keterbatasan inilah yang perlu disadari oleh para pengembang program
televisi pada saat menulis naskah, sehingga ia dapat menentukan batasannya,
mana yang efektif untuk ditelevisikan dan mana yang tidak (harus menggunakan

media lain).
2. Area Lost
Gambar yang terlihat pada layar televisi adalah kira¬kira 80% dari gambar yang
diambil kamera karena lebih kurang 20 % dari area (daerah) yang terlihat
kamera hilang oleh proses elektronik.

Meskipun perkembangan teknologi peralatan produksi sudah dapat merperkecil
area lost ini, mamun tetap area (daerah) yang hilang ini harus dipertimbangkan
sewaktu pengambilan gambar oleh juru kamera atau pengarah acara, juga harus
dimaklumi oleh penulis naskah.

3. Size Information
Media televisi adalah media yang menggunakan layar kaca untuk menampilkan
gambarnya. Secara teknis layar sebuah pesawat televisi memiliki keterbatasan,
khususnya untuk ukuran yang dimilikinya. Oleh karena itu media televisi tidak
dapat menampilkan gambar suatu objek dengan ukuran yang sebenarnya. Jika
Anda ingin memperkenalkan sesuatu (khususnya objek yang belum dikenal),
maka perlihatkanlah objek pembandingnya (yaitu objek yang dikenal secara
umum) agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
penontonnya. Misalnya untuk memperkenalkan seekor binatang yang mirip

Cicak dapat menggunakan tangan sebagai pembandingnya.
Berikut ini ilustrasi yang memperlihatkan besarnya seekor binatang yang mirip
dengan Cicak.

Selain itu gambar yang terlihat di layar televisi juga sangat dipengaruhi oleh
teknik pengambilannya, sehing-ga sebuah gambar yang terlihat tidak mewakili
ukuran yang sebenarnya. Misalnya sebutir telur yang diambil secara "close-up"
akan terlihat sebesar layar televisi. Nah, apabila hal ini tidak cermat dalam teknik
memvisualisasikannya, maka besar kemungkinan akan mem-berikan interpretasi
yang berbeda-beda pada diri setiap penonton.

4. Third Dimension
Layar pesawat televisi pada hakekatnya adalah dua di¬mensi (panjang x lebar).
Ini berarti gambar yang dihasil¬kan memiliki kecenderungan kesan dua dimensi
pula, yaitu dimensi panjang dan lebar saja.
Untuk menghasilkan suatu tayangan yang baik, seorang pengembang program
televisi harus berupaya mengatasi kesan dua demensi tersebut. Baik dengan
memperha-tikan pemilihan pesan (pesan yang banyak menuntut unsur gerak),
teknik pengambilan gambar, penyusunan propertis, maupun pengaturan tata
cahaya yang digu-nakan. Dengan demikian kesan yang terlihat adalah kesan

tiga dimensi.
5. Distraction
Distraction adalah istilah teknis yang digunakan untuk menggambarkan ketidak
sesuaian bentuk antara objek dengan hasil tayangan di pesawat televisi karena
adanya gangguan teknis pada pesawat. Misalnya sebuah ling-karan yang
seharusnya 360 derajat menjadi bentuk elips atau bentuk oval.

Sebagai penulis naskah Anda harus mempertimbangkan akibat ketidak sesuaian
bentuk tersebut, yaitu dengan memilih secara cermat konsep tentang bentuk
yang akan ditayangkan. Atau memberi penjelasan tambahan pada setiap bentuk
yang ditayangkan.

6. Opposition
Opposition adalah effek psikologis sebagai akibat dari pengambilan gambar yang
kurang teliti. Misalnya pe¬nonton menjadi ragu terhadap apa yang dilihatnya di
layar televisi. Atau istilah teknisnya ada kesan jumping yang mengakibatkan
timbulnya pertentangan dalam diri penonton. Misalnya kesalahan menempatkan
kamera yang melampaui garis imajiner dalam pengambilan dua orang yang
sedang berdialog, mengakibatkan penonton ragu untuk menentukan siapa yang
menjadi lawan bicara, karena kedua-duanya mempunyai arah pandang yang

sama. Untuk itu seorang pengembang program, baik penulis naskah maupun
pelaksana produksi harus hati-hati melakukan tugasnya. Penulis naskah harus
jelas menentukan apa sebenarnya yang harus diperlihatkan kepada penonton,
dan pelaksana produksi harus tepat dalam menggunakan teknik-teknik
produksinya.
7. Tins
Warna pada pesawat televisi dapat berubah-ubah, se¬hingga sulit untuk
menentukan warna aslinya. Kadang¬kadang hal ini dapat mengarahkan
penonton kepada konsepsi warna yang salah, terlebih lagi pada pesawat televisi
yang masih hitam putih. Misalnya Anda akan memperlihatkan perbedaan asam
dengan basah meng¬gunakan lakmus, maka warna yang timbul adalah merah
biru. Akan tetapi pada TV hitam putih warna tersebut tidak terlihat perbedaannya
karena intensitasnya relatif sama. Oleh karena itu apabila Anda ingin menyajikan
informasi yang berhubungan dengan warna (terlebih lagi yang menuntut akurasi
yang tinggi) sebaiknya harus dilakukan dengan hati-hati, bila perlu Anda dapat
meng-gunakan audio atau tulisan untuk mengatasinya. Atau menyarankannya
untuk menggunakan media film, karena warna pada film lebih akurat dan bersifat
permanen (tetap).
8. Setting
Setting adalah latar atau tempat dimana suatu peristiwa atau kejadian terjadi.

Setting mempunyai peranan yang sangat penting untuk memperjelas suatu

informasi. Misalnya Anda ingin menjelaskan kegiatan seorang se¬kretaris
dengan latar sebuah dapur, apa kira-kira yang terekam di benak penonton? Atau
Anda ingin menjelas¬kan cara kerja piston sebuah mobil, tetapi dengan latar
bengkel sepeda. Apa yang terjadi terhadap pesan yang akan disampaikan.
Meskipun kita dapat mengatakan hal itu boleh-boleh saja, namun akan lebih
bermakna bila Anda memilih latar yang sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan. Menjelaskan kegiatan seorang sekretaris dengan sebuah ruangan
kantor yang dilengkapi dengan pesawat telepon dan propertis lainnya yang lazim
digunakan seorang sekretaris. Sedangkan bila hendak menjelaskan cara kerja
piston sebuah, maka ada baiknya latar yang Anda gunakan adalah mesin
sebuah mobil yang sedang diperbaiki.
Untuk memudahkan mengingat kriteria di atas dapat Anda gunakan jembatan
keledai FASTDOTS seperti di bawah ini.
F : Fine details
A : Area lost
S : Size information
T : Third demension
D : Distraction

O : Opposition
T : Tins
S : Setting
9. Format Layar Televisi
Format layar televisi pada umumnya memiliki perban¬dingan 3: 4. Dikatakan
pada umumnya, karena dalam perkembangan teknologi pesawat televisi akhirakhir ini telah muncul pesawat televisi dengan format layar 2: 3 (sama seperti
format film). Meskipun demikian pada liputan kamera masih tetap menggunakan
format 2: 3.

Bagi seorang pengembang program televisi, mengetahui format layar televisi
adalah suatu keharusan. Hal ini ber¬kaitan degan ketepatan dalam penataan
setting dan pem¬buatan grafis pada televisi. Tanpa mengetahui format layar
televisi ada kemungkinan setting yang kita buat terlalu rendah, sehingga timbul
kesulitan pada saat pengambilan gambar.

Demikian juga halnya dalam pembuatan grafis, ada kecenderungan banyak
ruang yang kosong, karena grafis yang dibuat bukan untuk format layar televisi
melainkan untuk format film.
10. Media Televisi Adalah Medium Size
Meskipun saat ini layar televisi sudah ada yang berukuran di atas 60 ", akan

tetap

terasa

kurang

efektif

jika

dalam

tayangannya

terlalu

banyak

memperlihatkan "wide shot" atau shot-shot yang bersifat kolosal.
Sesuai dengan karakteristik fisiknya, memperbanyak penyajian gambar dalam

ukuran Medium Close-Up (MCU), akan lebih baik dibandingkan dengan
penyajian yang bersifat kolosal. Oleh karena itu pula media televisi disebut
media yang akrab dengan penontonnya. Sebab sajian gambar dalam bentuk
MCU membuat seakan¬akan penonton berdialog dengan gambar yang
dilihatnya. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan
layar televisi yang berukuran kecil.

11. Layar Televisi Bukan Pentas Drama
Berbeda dengan mempergelarkan acara dipentas, suasana yang dihadirkan
pada layar televisi harus mencerminkan suasana yang diharapkan oleh sebagian
besar penonton. Oleh karena itu seorang penulis naskah harus mampu
membaca selera sebagian besar penontonnya.
Maksudnya begini !!! Apabila kita menonton acara di pentas, kita akan melihat
penampilan seluruh pemain yang hadir di pentas saat itu. Selanjutnya apabila
kita tertarik pada salah seorang pemain, secara sepontan perhatian kita
pusatkan pada pemain tersebut, dan mengabaikan pemain yang lain. Artinya
ketertarikan penonton pada salah seorang pemain ditentukan oleh penonton itu
sendiri. Bukan penata lakunya.
Berbeda halnya dengan tayangan di televisi, ketertarikan penonton pada
seorang pemain ditentukan oleh penulis naskah atau sutradara yang
memproduksinya. Contohnya, meskipun sebagian besar penonton tertarik pada
penampilan si A, kita tidak bisa berharap bahwa pada shot berikutnya si A yang
tampil dalam bentuk CU. Bisa saja yang di CU adalah wajah si B atau si C. Nah,
apabila hal ini terjadi, maka hilanglah minat penonton pada program yang kita
buat. Oleh karena itulah dianjurkan agar seorang penulis atau sutradara harus
mampu membaca selera sebagian besar penontonnya.
13. Bahasa Visual
Media televisi adalah media yang mengutamakan unsur visual dalam menyajikan
informasi. Ini artinya penggu¬naan bahasa visual lebih dominan dibandingkan
dengan penggunaan bahasa verbal. Oleh karena itu seorang pe-nulis naskah
televisi hams menyadari halini, dan menjadikannya sebagai prinsip dalam
penulisan naskah. Dengan demikian penggunaan bahasa vebal (narasi)
diperlukan

hanya

untuk

memperjelas

bagian-bagian

yang

tidak

dapat

diungkapkan secara visual atau melengkapi visualisasi yang ada. Bukan
sebaliknya.

Misalnya, Anda memvisualkan sebuah mangga, maka secara fisik terlihat
bentuknya, besarnya, dan warnanya, atau mungkin ciri-ciri fisik yang lain. Akan
tetapi dari tayangan tersebut tidak diketahui bagaimana rasanya. Nah, untuk
melengkapi kekurangan inilah perlu ditam¬bahkan unsur narasi, dengan tujuan
lebih memperjelas atau melengkapi materi yang akan disampaikan.

Struktur Sebuah Film
Bercerita dengan kamera adalah judul yang dibuat untuk menjelaskan kepada
pembaca bahwa pembuatan sebuah film atau program televisi pada hakekatnya
suatu kegiatan memindahkan objek ke dalam dimensi ruang yang terbatas, yaitu
layar televisi yang memiliki format 3 berbanding 4 dengan menggunakan
kamera.
Proses pemindahan objek tersebut selain harus memenuhi struktur sebuah film
atau program televisi, juga harus menggunakan bahasa televisi yang melipti
bahasa shot, bahasa pergerakan kamera, serta memperhatikan masalah
kontinuitas. Baik kontinuitas gambar maupun kontinuitas suara.
Menyusun sebuah film atau program televisi tidak berbeda dengan menyusun
sebuah buku. Bila seorang penulis buku membangun ceritanya dari kumpulan
kata-kata menjadi kalimat. Kalimat dihimpun mejadi bab, kemudian bab¬demi
bab disusun menjadi satu kesatuan yang menghasilkan satu cerita yang utuh.
Demikian pula halnya dengan sebuah film atau program televisi. Bila kita melihat
sebuah film atau program televisi sebenarnya kita melihat suatu kesatuan
gambar yang dibangun melalui kumpulan dari shot-shot, scene, sekwens
menjadi totalitas yaitu sebuah cerita yang utuh. Selanjutnya kumpulan shot-shot,
scene, sekwens dan totalitas inilah yang disebut struktur sebuah fim.

Nah, untuk lebih jelasnya bagaimana sebuah film atau program televisi
dibangun, maka ada baiknya bila kita mengenal lebih dulu apa yang disebut
shot, scene, sekwens dan totalitas tesebut.
SHOT
Shot adalah suatu peristiwa yang direkam oleh kamera tanpa intrupsi, dimulai
dari tombol kamera ditekan sampai pada saat tombol kamera dilepas kembali. Ini
berarti panjang suatu shot tergantung pada lamanya tombol kamera ditekan.
Namun demikian ada baiknya bila satu shot dibuat tidak terlalu pendek (singkat)
dan tidak pula terlalu panjang (lama). Hal ini untuk menghindari munculnya
kendala teknis pada saat melakukan editing. Selain itu juga untuk memenuhi
kriteria sebuah film, yaitu sebagai kumpulan dari shot-shot, scene, sekwens yang
membentuk totalitas.
SCENE
Scene adalah gabungan dari beberapa shot yang menimbulkan satu pengertian
yang utuh. Pengertian ter¬sebut bisa sempit dan bisa luas. Hal ini tergantung
dari banyaknya shot dalam satu scene.
Bila dilihat dari keseluruhan cerita (totalitas), scene merupakan bagian terkecil
dari sebuah cerita/film atau program televisi. Namun karena harus mengandung
satu pengertian yang utuh, maka membangun satu scene sama seperti
membangun sebuah kalimat yang terdiri dari awal, pengembangan atau
pemaknaan, dan akhir atau bagian penutup.
SEKWENS
Bila sebuah scene dibangun dari shot-shot, maka sebuah sekwens dibangun dari
beberapa scene secara logis dan memiliki arti sesuai tuntutan cerita. Seperti
pada scene sekwens juga terdiri dari awal, pemaknaan, dan akhir. Adapun yang
membedakan antara scene dengan sekwens adalah cakupan pengertian yang
dimiliki. Sekwens mengandung pengertian yang lebih luas dari scene. Ibarat

sebuah buku sekwens sama dengan bab, sedangkan scene adalah bagianbagian dari bab. Atau dengan kata lain scene disebut premis minor sedangkan
sekwens disebut premis mayor.
TOTALITAS
Totalitas adalah gabungan dari beberapa sekwens yang meghasilkan satu cerita
yang utuh; clan selanjutnya disebut sebuah film atau program televisi.
Secara keseluruhan sebuah film atau program televisi dapat dikatakan sebagai
rangkaian panjang suatu proses yang dimulai dari membuat shot-shot yang
bermakna, kemudian menggabungkan shot-shot tersebut menjadi satu pegertian
yang utuh yang disebut scene. Scene demi scene digabungkan clan
menghasilkan sekwens yaitu satu pengertian yang lebih luas dari scene.
Selanjutnya sekwens demi sekwens digabungkan dan menghasilkan yang
disebut totalitas, yaitu sebuh cerita film atau program televisi yang utuh.
Berikut ini adalah gambar struktur dari sebuah film atau program televisi yang
terdiri dari shot-shot, scene, sekwens dan totalitas.

Gambar. Struktur sebuah film atau Program Televisi

Adapun yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah cerita film atau
program televisi adalah jumlah atau banyaknya shot, scene, dan sekwens harus
proporsional, yaitu jumlah shot lebih banyak dari scene, jumlah scene lebih
banyak dari sekwens. Khusus untuk sekwens harus lebih dari satu.
Bahan Bacaan.