KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KDRT (6)

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan
seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain
atau

menyebabkan

kerusakan

fisik

atau

barang

orang

lain.

Kekerasan


adalah pemakaian kekuatan yang tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai
dengan emosi yang hebat atau kemarahan yang tidak terkendali, tiba-tiba, bertenaga,
kasar dan menghina. Dalam bahasa inggris, kekerasan disebut “violence” yang
berasal dari dua kata bahasa latin yaitu vis yang berarti daya atau kekuatan dan latus
yang berarti (telah) membawa. Maka secara harafiah, violence berarti membawa
kekuatan, daya, dan paksaan.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah masalah universal yang
dihadapi oleh semua Negara di dunia karena bisa terjadi dalam rumah tangga tanpa
memandang perbedaan budaya atau bangsa, termasuk di Indonesia. Korban dari
kekerasan ini seringkali terjadi pada perempuan dan anak. Di Indonesia, kekerasan
dalam rumah tangga seringkali terjadi dan banyak memakan korban jiwa dan setiap
tahunnya angka kekerasan dalam rumah tangga semakin meningkat dan makin
menjadi-jadi. Hampir setiap hari terjadi kasus kekerasan dalam sebuah rumah tangga,
mulai dari pemukulan anak, pemukulan terhadap isteri, pembunuhan dalam keluarga
dan masih banyak yang lainnya. Bentuk kekerasan yang sering terjadi di Indonesia
adalah kekerasan seksual dan kekerasan psikis. Motif dari kasus KDRT ini berbedabeda, mulai dari masalah ekonomi dalam keluarga sampai pada perselingkuhan yang
memicu terjadinya kekerasan tersebut. Di Negara kita, kasus ini sudah sangat banyak
terjadi dan bahkan sudah banyak korban jiwa yang berjatuhan dalam kasus ini. Ada
banyak penyebab terjadinya KDRT di Indonesia. Secara garis besar, faktor-faktor
tersebut dirumuskan kedalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor eksternalnya lebih mengarah kepada kekuasaan kaum laki-laki, seperti:
1. Budaya Patriarkhi  sebuah sistem sosial dimana laki-laki memiliki kontrol
dan

kekuasaan yang lebih tinggi dari dengan perempuan berada di

bawahnya (subordinat).

2. Kesalahpahaman terhadap Ajaran Agama
3. Ketidaksamaan kekuatan (Power Imbalance) dalam Rumah Tangga 
walaupun perempuan di Indonesia memiliki kebebasan dan berperan dalam
aktivasi keluarga,masyarakat,dan bernegara namun dalam realita kehidupan
mayoritas perempuan berada dalam posisi yang lebih rendah dibandingkan
laki-laki.
Faktor internal yang juga menimbulkan kekerasan terhadap istri adalah kondisi psikis
dan dan kepribadian suami sebagai pelaku tindak kekersan tersebut, seperti sakit
mental, pecandu alkohol, penerimaan masyarakat terhadap perilaku kekerasan,
kurang komunikasi, penyelewengan seks, citra diri yang rendah, frustasi, perubahan
situasi dan kondisi, hingga kekerasan yang merupakan suatu sumber daya untuk
menyelesaikan masalah (pola kebiasaan keturunan dari keluarga atau orang tua).

Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM). Pasal 28H ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa “Setiap orang
berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai dan keadilan”. Pihak konstitusi
telah mengatur dengan jelas, seperti dalam UU No. 23 tahun 2004 tentang
penghapusan KDRT yang merupakan jaminan yang diberikan oleh negara untuk
mencegah

terjadinya

kekerasan

dalam

rumah

tangga,

dengan


menindak

pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi korban kekerasan dalam
rumah tangga. Namun hal ini masih perlu disosialisasikan lagi kepada seluruh
masyarakat dengan sedetailnya, karena walaupun sudah ada peraturan yang mengatur,
pada kenyataannya masih saja terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak
bahkan semakin menjadi-jadi.
Sebagai contoh mengenai KDRT di Indonesia ada satu kisah yang terjadi di
Kampung Cikarangjati, RT 02/06, Desa Kalijaya, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi,
seorang isteri dipukul oleh suaminya hingga dilarikan ke rumah sakit, dan ketika
kejadian itu terjadi kakak dari korban ini berada di tempat kejadian dan langsung

melaporkan pelaku ke Pos Polisi terdekat. Berdasarkan proses penyelidikan yang
dilakukan oleh pihak kepolisian didapati bahwa pelaku melakukan kekerasan dalam
rumah tangga lantaran isterinya menolak berhubungan intim dengan dirinya, karena
dirinya sedang dalam kondisi dipengaruhi narkoba jenis sabu. Karena penolakan itu,
maka terjadilah percecokan antara kedua pasangan hingga berujung pada pemukulan,
yang mengakibatkan korban harus dirawat di rumah sakit.
Kekerasan seperti ini adalah hal yang sangat memprihatinkan bagi bangsa
kita. Laporan baru Komnas Perempuan menunjukkan kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) mencapai hampir 96 persen kekerasan terhadap perempuan. Di Jawa Tengah
Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRCKJHAM) mencatat sepanjang 2015 korban kekerasan terhadap perempuan di Jawa
Tengah mencapai 1.227 orang. Dari jumlah itu, 21 di antaranya meninggal dunia yang
menjadi korban kekerasan seksual. Dan 201 kasus diantara kasus-kasus yang terjadi
merupakan kasus KDRT. Melihat hal ini, pemerintah harusnya bertindak lebih tegas
lagi dalam menegakan UU No. 23 tahun 2004 tentang penghapusan KDRT yang
merupakan jaminan yang diberikan oleh negara

untuk mencegah terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga, dengan menindak pelaku kekerasan dalam rumah
tangga, dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga sebagai salah satu
solusi dalam mengurangi angka kekerasan yang terjadi di Indonesia. Karena menurut
saya masalah ini menjadi suatu masalah yang dapat merusak citra Bangsa Indonesia
di mata dunia. Karena dunia akan beranggapan bahwa masalah dalam rumah tangga
seseorang saja tidak bisa diselesaikan sehingga harus melibatkan pihak kepolisian,
nah bagaimana dengan penyelesaian masalah yang dihadapi bangsa ini, kalau
masyarakatnya sendiri tidak mampu mengatasi masalah inrternal keluarganya.
Firman Tuhan di dalam Lukas 10:27b mengatakan “dan kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri”. Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk senantiasa

hidup saling mengasihi antar sesama manusia, karena kita semua tahu bahwa Tuhan
sendiri yang adalah Allah yang Maha Besar bisa mengasihi kita manusia berdosa, lalu
mengapa kita yang adalah sesama manusia berdosa tidak bisa saling mengasihi?

Tuhan ingin kita hidup sebagai anak-anak yang saling mengasihi satu dengan yang
lain, sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri. Dalam Efesus 5:25 Firman Tuhan
yang berkata demikian : “Hai suami kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah
mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Ini menunjukan bahwa
dalam membangun suatu hubungan dalam berumah tangga, diperlukan kasih yang
besar sebagaimana kasih Yesus yang rela mati bagi umat-Nya, tetapi sang isteripun
juga perlu tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan dalam Efesus 5:22-24.Hal
inilah yang sering hilang dari rumah tangga-rumah tangga yang ada saat ini, mereka
sering beranggapan bahwa membina rumah tangga adalah suatu hal yang mudah,
mereka sering mengambil keputusan untuk membangun rumah tangga tanpa berpikir
lebih jauh kedepan. Orang-orang sering beranggapan bahwa intinya mereka sudah
saling cinta, untuk apa ditunda-tunda lagi. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi
bukan karena kesalahan orang tua atau pihak luar, tetapi kekerasan dalam rumah
tangga terjadi karena tidak adanya kasih yang mendasari berdirinya suatu rumah
tangga.
Berdasarkan fakta dan beberapa argument di atas, dapat saya simpulkan

bahwa KDRT adalah sebuah masalah serius yang juga membutuhkan perhatian serius
dari pemerintah dalam menanganinya, agar angka kekerasan dalam rumah tangga
tidak lagi meningkat, tetapi boleh mengalami pengurangan setiap tahunnya. Selain
pemerintah, semua komponen masyarakat Indonesia terutama para pemuda-pemudi
Indonesia, wajib menjadi pelopor moral bagi bangsa ini agar kedepannya masalahmasalah sosial seperti ini tidak terjadi lagi dan semuanya itu harus dimulai dari diri
sendiri.

REFERENSI
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/16/23520091/Istri.Dipukul.karena.Men
olak.Ajakan.Suami.untuk.Berhubungan.Intim. (Diakses pada tanggal 23 Januari
2016)
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Mansyur, R.(2010). Mediasi Penal Terhadap Perkara KDRT (Kekerasan Dalam
Rumah Tangga). Yayasan Gema Yustisia Indonesia.
Satiardja, G. A.(1993).Hak-Hak Asasi Manusia berdasarkan Ideologi
Pancasila.Yogyakarta: Kanisius.
Syukur F. A.(2011). Mediasi Perkara KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). CV.
Manjar Maju.