56686561 Konstituen Pilar Utama Partai Politik

KONSTITUEN

Pilar Utama Partai Politik

Modul Pendidikan Politik: Manajemen Konstituen

Friedrich Naumann Stiftung fuer die Freiheit Mei 2011

KONSTITUEN Pilar Utama Partai Politik

Modul Pendidikan Politik: Manajemen Konstituen Penerbit : Friedrich Naumann Stiftung fuer die Freiheit

Partner : Forum Politisi Yogyakarta Jl. Rajasa II, No. 7 12110 Jakarta Tel. 021 7256012/13, Fax. 021 7203868 www.fnsindonesia.org [email protected]

FNSIndonesia Ilustrasi Cover : Ifoed

Cetak : PT. Gramedia Cetakan Pertama

Mei 2011 ISBN 978-979-1157-30-8

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak tulisan ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronis, termasuk fotokopi, rekaman, penyimpanan data, penerjemahan dan cara-cara lain tanpa ijin tertulis dari penerbit

vi KONSTITUEN

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK

KONSTITUEN

Pilar Utama Partai Politik Modul Pendidikan Politik: Manajemen Konstituen

Pengantar Rainer Heufers

Disusun Oleh Warsito Ellwein & Hari Subagyo

Tim Penulis Modul Hari Subagyo, Eko Winardi Agus Gunawan Wibisono, Joko Utomo,

M. Syarifudin

Editor Sigit Pranawa

Hasil Kerja dan Karya Forum Politisi Yogyakarta

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK vii

KONSTITUEN

Ucapan Terima Kasih

Modul Pendidikan politik tema Manajemen Konstituen ini dapat diterbitkan sebagai buku oleh Friedrich Naumann Stiftung fuer die Freiheit dan Forum Politisi Yogyakarta berkat dukungan dari:

1. Pimpinan Partai Politik sebagai inisiator pendiri Forum Politisi Yogyakarta: H. Djuwarto, GBPH. H. Prabukusumo, Immawan Wahyudi, Ma’sum Amrullah dan anggota Forum Poli tisi Yogyakarta yang aktif mendesain dan mengembangkan Forum Politisi sejak diluncur kan tanggal 14 Juni 2008, di Hotel Santika Yogya.

2. Anggota Forum Politisi Yogyakarta, pada diskusi rutin ke-9 bertajuk Mengelola Konstituen bersama narasumber Dodi Ambardi (Direktur Eksekutif LSI) pada 8 Mei 2010 di Hotel Santika, Yogyakarta

3. Diskusi Terfokus tentang Manajemen Konstituen, pada 26 Maret 2010 (di Rumah Makan Dapur Ibu, Yogyakarta) yang di antaranya diikuti oleh Agus Martono, Imam Sujangi, Sunarko, Mugiono Pujo Kusumo, dan lain-lain.

4. Diskusi Forum Politisi tentang Manajemen Konstituen 1, pada 19 Agustus 2010 (di Sekre- tariat Forum LSM DIY).

5. Diskusi Forum Politisi tentang Manajemen Konstituen 2, pada 20 Agustus 2010 (di Sekretariat Forum Politisi Yogyakarta, Jln. Palagan Tentara Pelajar No. 100, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta).

6. Workshop tentang Modul Manajemen Konstituen, pada 21 Agustus 2010, yang dihadiri di antaranya Arief Noor Hartanto, Gunawan Hartono, Widhi Pratomo, Agus Martono, Samsul Bakri, Putut Gunawan, dan lain-lain (di University Club, Bulaksumur, UGM, Yogyakarta).

7. Peserta Pelatihan Manajemen Konstituen 1 pada 15–17 Oktober 2010 di Taman Eden 1, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada bapak Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si., yang telah bersedia membuka dan berbagi pen- galaman dalam menjaga hubungan dengan konstituen, serta kepada narasumber pelatihan antara lain Arie Sujito, Ashadi Siregar dan Prof. Dr. Marsudi W. Kisworo.

8. Peserta Pelatihan Manajemen Konstituen 2 pada 3 -5 November 2010 di Hotel Satya Nugraha, Yogyakarta. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Bapak GBPH. H. Prabu kusumo (Partai Demokrat), Bapak Bambang Praswanto (PDI Perjuangan), Bapak Immawan Wahyudi (Partai Amanat Nasional), dan Bapak Ma’sum Amrullah (Partai Persatuan Pemban gunan), yang telah bersedia menjadi pembicara pengantar pelatihan, serta semua nara- sumber pelatihan lainnya.

viii KONSTITUEN

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK

Pengantar &

Prolog

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK xi

KONSTITUEN KONSTITUEN

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK

Pengantar

Dalam ketatanegaraan yang menganut Multy Party System partai politik memegang peran yang sangat penting, dimana partai sebagai pintu gerbang utama dalam penentuan arah kebijakan dan pembangunan publik. Seluruh pengisian jabatan strategis formal Eksekutif, Legislatif, Yudikatif dan Lembaga-lembaga Negara lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung harus melalui partai politik. Partai-partai politik merekrut secara langsung calon-calon pejabat negara di lembaga legislatif dan presiden maupun kepala daerah, yang kemudian ditentukan melalui pemilihan umum dan kemudian para politisi yang terpilih inilah yang akan menentukan siapa yang layak untuk menduduki posisi strategis formal di luar kedua lembaga tersebut di atas seperti pejabat negara di lembaga yudikatif dan pejabat negara di komisi-komisi atau badan-badan yang dibentuk oleh negara. Begitu pula kebijakan di legislatif maupun eksekutif, partai politik dapat mempengaruhi arah kebijakannya melalui kader-kadernya baik yang di legislatif maupun di eksekutif.

Pemilihan umum yang berlangsung semakin demokratis di era reformasi, telah mendorong tumbuhnya aspirasi bagi pemilih untuk menggunakan hak pilihnya. Suara pemilih tidak han- ya berfungsi sebagai pemberian mandat politisi saja, melainkan juga dapat mempengaruhi arah kebijakan dan dinamika perkembangan dalam partai politik. Ketika partai kalah atau menang dalam Pemilu, maka di dalam partai tersebut terjadi perubahan yang cukup sig- nifikan entah berupa arah kebijakan partai, melemah atau menguatnya pengaruh pengurus partai baik di internal maupun ke publik, juga pengaruhnya di parlemen semakin melemah seandainya kalah dan semakin menguat jika menang. Perkembangan inilah, yang kemudian membuat partai harus lebih akomodatif terhadap tuntutan dan secara nyata dapat memper- juangkan asiprasi konstituennya.

Partai yang tidak mampu memberikan ruang bagi pemenuhan kepentingan konstituen, maka cepat atau lambat akan ditinggalkan konstituennya. Mereka dapat meninggalkan partai yang selama ini didukungnya dan pindah mendukung partai lain atau memboikot partai politik. Memang perilaku konstituen seperti di atas dapat merugikan partai maupun politisi dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang hal tersebut dapat merugikan konstituen sendiri. Karena di samping akan memperlemah partai politik secara keseluruhan juga akan melahirkan politisi pragmatis yang tidak mempunyai visi akan pengembangan masyarakat dalam jangka panjang.

Perkembangan politik yang pragmatis baik dalam pengelolaan partai maupun pengisian jabata-jabatan formal strategis mendorong konstituen bersikap pragmatis, yaitu bagaimana dapat memanfaatkan momentum Pemilu secara maksimal untuk dirinya sendiri maupun ke- lompok kecilnya atau seandainya tidak dapat memanfaatkan, mereka akan mengambil sikap pasrah atau sikap ekstrim dengan memboikot Pemilu.

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK xiii

KONSTITUEN

Konstituen mempunyai kecenderungan reaktif dalam tatanan sistem kepartaian yang arah kebijakannya belum sepenuhnya ditentukan oleh para anggotannya. Di sinilah arti penting partai dalam memperkuat partisipasi politik dan kesejahteraan konstituennya. Peran penting partai pada situasi seperti di atas adalah sebagai wadah sekaligus pendorong bagi pendidi- kan politik terutama bagi konstituennya. Dengan pendidikan politik, partai dapat meningkat- kan komitmen konstituen untuk memperkuat dan membesarkan partai sekaligus meningkat- kan kemampuan mereka untuk mengembangkan diri secara maksimal.

Selanjutnya peran penting lain partai politik adalah membuka ruang seluas-luasnya bagi pengembangan diri kader secara maksimal di berbagai bidang. Dengan demikian, aktif men- gurusi partai hanya dengan tujuan agar nanti dapat dicalonkan menjadi pengurus partai, calon legislatif maupun calon eksekutif, tetapi dengan masuk dan aktif mengurus partai kader dapat mengembangkan kariernya, bakatnya, jaringan bisnisnya, pengetahuan dan ketrampilannya, kemampuan dan kapasitasnya dan lain-lain. Ruang pengembangan diri bagi kader ini sangat penting karena pertama, dapat meminimalisir konflik internal partai bagi pencalonan baik sebagai pengurus partai, calon legislatif maupun calon eksekutif. Kedua, kader dapat memperoleh keuntungan langsung dari partai. Ketiga, mendorong terbangun- nya hubungan timbal balik yang saling memperkuat antara partai dan konstituennya. Ke- empat, menumbuhkan kesadaran pada kader bahwa kekuatan dan keberhasilan partai juga merupakan kekuatan dan keberhasilan kadernya juga. Kelima, menumbuhkan gairah kader untuk memperkuat dan membesarkan partai.

Berangkat dari pemikiran di atas, maka Friedrich Naumann Stiftung fuer die Freiheit–FNS mendukung sepenuhnya Diskusi Rutin Forum Politisi Yogyakarta dengan tema Mengelola Konstituen yang diselenggarakan pada 8 Mei 2010. Dukungan secara maksimal juga kami berikan ketika dalam diskusi tersebut menyimpulkan bahwa partai politik dan politisi harus memperbaiki hubungannya dengan konstituen dan oleh karena itu, sudah seharusnya tema mengelola konstituen perlu dipelajari secara sistematis dan berkelanjutan, yang salah satu- nya melalui pelatihan. Berawal dari pijakan pemikiran itulah selanjutnya FNS bekerja sama dengan Forum Politisi Yogyakarta mulai dari mengadakan Focus Group Discussion, Work- shop, penyusunan modul hingga pelatihan Manajemen Konstituen.

Proses pembuatan buku tentang modul Manajemen Konstituen ini kami terbitkan dengan harapan dapat digunakan sebagai referensi maupun rujukan bagi perorangan maupun institusi untuk mengadakan pelatihan manajemen konstituen. Semakin banyak pelatihan manajemen konstituen, tentunya akan semakin besar memberikan harapan untuk mem- perkuat dan membesarkan partai-partai politik di Indonesia.

Dalam kesempatan ini, saya memberikan apresiasi yang sangat besar kepada pengurus sekretariat Forum Politisi Yogyakarta yang telah bekerja dengan penuh dedikasi, konsistensi dan kompetensi untuk merealisasikan rekomendasi hasil diskusi forum politisi terkait dengan pengelolaan konstituen seperti tersebut di atas.

xiv KONSTITUEN

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK

Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si., (kiri) memberi pengantar pelatihan Manajemen Konstituen ke-1 di Kaliurang dan berbagi pengalaman tips-tips mengelola dukungan saat pemenangan pilbup.

Tidak lupa kami juga memberikan apresiasi dan juga ucapan terima kasih kepada seluruh pengurus dan anggota Forum Politisi yang telah bekerja sama dengan baik sekali mulai dari memunculkan ide awal, pemberian input substansi hingga mendukung terbitnya buku Manajemen Konstituen ini.

Kami berharap buku ini dapat memberikan manfaat bagi konstituen pada umumnya dan partai politik pada khususnya. Kami yakin buku ini masih banyak kelemahan dan kekurangan, untuk itu kami sangat berharap mendapatkan masukan, komentar maupun kritik baik secara tertulis maupun lisan. Masukan Komentar dan kritik dapat dialamatkan ke:

Friedrich Naumann Stiftung Sekretariat Forum Politisi Yogyakarta Fuer die Freiheit

Jl. Palagan Tentara Pelajar No. 100 Jl. Rajasa II, No 7

Ngaglik, Sleman

Jakarta 12110

Yogyakarta

www.fnsindonesia.org Email: [email protected] Email: [email protected]

Facebook: Forum Politisi Yogyakarta Twitter: @forumpolitisiyk http://forumpolitisijogja.blogspot.com/ c/p. Hari Subagyo (0818-0267-9269)

Selamat membaca Hormat kami

Rainer Heufers Direktur FNS Indonesia

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK xv

KONSTITUEN

Prolog

Pengertian konstituen di Indonesia sampai hari ini terdapat beberapa pendapat antara lain: Pemilih di daerah pemilihan, pendukung partai poitik, pemberi mandat pihak yang harus diberi tanggung jawab, masyarakat yang harus diwakili atau kelompok sasaran yang harus dilayani oleh partai atau anggota parlemen (Konsolidasi Demokrasi, 2005). Dalam buku ini tidak akan mempersoalkan definisi konstituen mana yang paling sah, akan tetapi lebih memilih satu pengertian dari beberapa pengertian seperti tersebut di atas agar pembaca mengetahui yang dimaksud dalam buku ini terkait dengan konstituen. Dalam buku ini, yang dimaksud Konstituen adalah Pemilih di Daerah Pemilihan.

Konstituen di era reformasi memegang peran penting dalam ikut mewarnai perkembangan partai politik. Semakin besar konstituen yang mendukung dalam pemilihan umum legislatif, semakin besar pula partai tersebut mempunyai akses dan aset dalam kekuasaan, semakin kuat pengaruhnya di publik serta semakin stabil kepengurusan partainya. Sebaliknya, apabila partai mendapatkan mandat yang kecil dari konstituen, semakin kecil juga pengaruh terha- dap pemanfaatan akses dan aset publik, semakin kecil pengaruhnya dalam mempengaruhi kebijakan publik dan rentan terhadap konflik internal partai.

Sifat dukungan konstituen di Indonesia sampai saat ini masih sangat labil, karena meski sebagian besar konstituen adalah anggota partai, tetapi karakter keanggotaannya menggan- tung ke atas. Artinya di dalam internal partai anggota tidak memegang peran penting dalam penentuan kebijakan partai atau arah kebijakan partai lebih banyak ditentukan dari atas. Dukungan konstituen terhadap partai politik setiap saat dapat berubah tergantung kepent- ingan sesaat konstituen, issu aktual yang berkembang di publik dan pemahaman konstituen terhadap situasi aktual partai.

Dukungan konstituen yang labil seperti tersebut di atas berpengaruh terdapat perkem- bangan partai politik, dimana arah perkembangannya lebih banyak dipengaruhi dari faktor eksternal, seperti: media massa yang menguasai opini publik dan money politik yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pragmatisme pemilih. Sedangkan idiologi, program, kompetensi dan manajemen partai belum banyak berpengaruh terhadap arah kebijakan dan perkembangan partai politik.

Berangkat dari situasi di atas, maka partai politik paska Pemilu 2009 banyak belajar bahwa untuk menstabilkan perkembangan partai politik diperlukan dukungan konstituen yang stabil pula. Stabilitas dukungan konstituen hanya dapat diperoleh partai politik apabila partai berhasil merubah orientasi politiknya dari berorientasi pada kepentingan elit partai ke orientasi melayani kepentingan konstituen baik dalam jangka pendek, menengah maupun

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK xvii

KONSTITUEN KONSTITUEN

1. Program partai harus disesuaikan antara idiologi partai dan aspirasi serta tuntutan kebutuhan konstituen. Dengan demikian, program tersebut menjadi kongkrit, mudah dirasakan manfaatnya serta mudah diukur keberhasilannya oleh konstituen.

2. Kebijakan partai harus realistis, rasional (bisa diterima konstituen) dan dinamis sesuai dengan dinamikan aspirasi dan tuntutan kebutuhan konstituen. Dengan demikian, kebijakan tersebut di samping bermanfaat bagi konstituen, publik juga berguna untuk memperkuat dan membesarkan partai.

3. Pendayagunaan kekuasaan partai melalui kadernya yang duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif untuk memperjuangkan aspirasi dan tuntutan kebutuhan konstituen.

4. Penyediaan ruang sebesar-besarnya bagi pengembangan maksimal potensi yang dimiliki oleh seluruh kadernya. Melalui partai, konstituen tidak hanya terwakili

kepentingan politiknya, atau dapat menjadi politisi, melainkan juga dapat mengem- bangkan karier, usaha maupun karyanya secara maksimal. Dengan demikian banyak kepentingan konstituen terakomodir di partai.

5. Pengembangan kapasitas pengurus partai, sehingga mampu memberikan pelayanan, mengakomodir serta memperjuangkan aspirasi konstituennya secara maksimal.

6. Penyediaan suprastruktur, infrastruktur dan fasilitas lain yang memungkinkan kon stituen dapat berpartisipasi secara maksimal untuk memperkuat dan membesarkan partai, sehingga terbangun rasa memiliki partai dari konstituen serta partai sebagai identitas konstituen.

7. Perbaikan struktur partai, sehingga kendala dan problem hubungan timbal balik antara partai dan konstituennya dapat diminimalisir. Struktur organisasi dibuat ser amping mungkin tanpa harus mempersempit ruang dialog partai dan konstituen yang terus menerus, efektif dan berkelanjutan.

8. Perbaikan manajemen partai yang berorientasi memberikan pelayanan dan penyera- pan aspirasi konstituennya secara maksimal. Tidak terlalu birokratis, kaku dan berbelit-belit, tetapi juga tidak terlalu fleksible, lepas kontrol dan tidak terukur kinerjanya.

Di luar poin-poin seperti tersebut di atas untuk memperbaiki hubungan timbal balik antara partai dan konstituennya, partai juga harus mengenali dengan baik siapa konstituenya,

xviii KONSTITUEN

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK PILAR UTAMA PARTAI POLITIK

1. Konstituen Konservatif, merupakan konstituen partai yang dalam menentukan pilhan

nya lebih banyak didominasi oleh faktor-faktor ikatan emosional, seperti ikatan keluarga, kesamaan asal-usul daerah, suku maupun agama, kesamaan almamater sekolah, organisasi maupun club, kesamaan profesi, kesamaan idiologi dan lain-lain. Sedangkan faktor lain seperti program, kapasitas, kompetensi, kemampuan dan lain- lain dari partai menjadi pertimbangan sekunder.

2. Konstituen Pragmatis, adalah konstituen yang mendasaarkan pilihannya lebih banyak berdasarkan pada faktor-faktor kepentingan langsung dan sesaat, seperti pemberian uang maupun fasilitas, pembangunan infrastruktur, pemberian akses bisnis, usaha maupun peningkatan karier yang langsung manfaatnya untuk konstituen dapat langsung dirasakan. Adapun faktor-faktor lain seperti ikatan emosional dan kepentingan jangka menengah serta jangka panjang merupakan faktor sekunder bagi konstituen untuk menentukan pilihannya dalam Pemilu.

3. Konstituen Rasional, merupakan konstituen yang menentukan pilihannya berdsarkan faktor-faktor program, kemampuan, kompetensi, akuntabilitas, konsistensi partai dalam mengakomodir dan memperjuangkan kepentingan konstituen. Sedangkan faktor-faktor lain seperti ikatan emosional dan kepentingan jangka pendek menjadi pertimbangan sekunder dalam penentuan pilihan partai politik dalam Pemilu.

Pemahaman tentang konservatif, rasional maupun pragmatis tidak terkait dengan penilaian buruk atau baik maupun positif atau negatif, melainkan sebagai patokan untuk mengenali karakter konstituen, sehingga memudahkan bagi partai politik maupun politisi untuk membuat program, strategi dan manajemen konstituen yang tepat sasaran. Masing-masing karakter konstituen mempunyai kekuatan dan kelamahan sendiri-sendiri, antara lain :

1. Kekuatan pada karakter konstituen konservatif adalah mempunyai loyalitas tinggi, tidak mudah tergoyahkan atas pilihan yang telah ditetapkan, rela berkorban (materi, waktu maupun fasilitas lain) untuk mendukung pilihannya dan dari awal pilihannya

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK xix

KONSTITUEN KONSTITUEN

2. Pada Konstituen Rasional kekuatannya adalah dapat menjelaskan pada orang lain dengan argumen yang meyakinkan, perilakunya terkendali dan dapat diprediksi, mu- dah dikoordinasikan, begitu sudah yakin dengan pilihannya ia akan menjadi corong partai yang baik. Kelemahannya, selalu melemparkan pertanyaan-pertanyaan kritis yang kemudian sering menjadi pangkal kesalah pahaman, menjaga jarak dengan par- tai.

3. Sementara pada konstituen pragmatis kekuatannya adalah kemauannya mudah dikenali, tidak mudah tersinggung, sepak terjangnya mudah diukur. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat diandalkan, menentukan pilihannya di saat-saat terakhir, bekerja berdasarkan perspektinya sendiri.

Karakter konstituen seperti tersebut di atas juga mengalami perubahan secara dinamis sesuai dengan tuntutan kebutuhan konstituen, kondisi aktual partai politik, opini publik dan kodisi sosial, ekonomi dan politik lokal, regional dan nasional. Pemilih konservatif pada pe- milihan legislatif dapat berubah menjadi pemilih pragmatis maupun rasional pada pemilihan kepala daerah yang diadakan 2 bulan kemudian. Begitu pula sebaliknya, pemilih rasional dalam pemilu kepala daerah dapat berubah menjadi pemilih konservatif maupun pragmatis pada pemilihan umum legislatif yang diadakan 2 bulan kemudian. Mempertimbangkan la- bilnya karakter konstituen, maka partai politik dalam mengenali konstituennya harus secara terus menerus mengaktualisasikan peta konstituennya dan tentu yang lebih baik adalah secara terus menerus berkomunikasi dengan konstituen terutama melalui berbagai kegiatan kongkrit yang manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh konstituennya. Dengan adanya manfaat langsung yang dirasakan oleh konstituen baik secara jangkan pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, maka konstituen akan semakin menaruh kepercayaan serta pada akhirnya menjadikan partai sebagai identitas diri.

Manajemen konstituen adalah satu alat bantu untuk pengelolaan konstituen yang teren- cana, efektif dalam pelaksanaan, terukur keberhasilan maupun kegagalannya dan berkem- bang dinamis sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Manajemen Konstituen bekerja berdasarkan realitas, rasionalitas dan efektivitas. Prinsip manajemen konstituen adalah membuka ruang seluas-luasnya bagi konstituen untuk terlibat aktif dalam menentukan arah kebijakan partai, memperkuat dan membesarkan partai, dan pengembangan diri konstituen secara maksimal. Dengan demikian konstituen tidak hanya dimanfaatkan partai hanya ketika ada pemilihan umum saja dan sebaliknya partai tidak hanya dijadikan ”sapi perahan” oleh konstituen saja.

xx KONSTITUEN

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK

Dalam manajemen konstituen, keberagaman aspirasi dan berbagai macam kepentingan kon- stituen di agregasi oleh partai melalui idiologi partai, diwujudkan dalam berbagai program dan kegiatan partai dan diperjuangkan melalui lembaga kekuasaan negara baik di legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Ideologi partai dan realitas politik menjadi spirit utama bagi arah, substansi dan konsistensi kinerja Manajemen Konstituen. Kerangka dan tahapan kerja dalam pengelolaan konstiuen dari partai politik yang efektif bagi kemajuan konstituen dan partai politik merupakan manajemen konstituen yang berhasil.

Kunci penting dalam keberhasilan Manajemen Konstituen juga ditentukan dengan adanya bentuk dan pola komunikasi dua arah yang berimbang antara partai politik dan konstituen. Komunikasi tersebut dapat berbentuk kegiatan baik yang struktural seperti pendidikan politik, peningkatan kapasitas dan ketrampilan, networking, advokasi dan lain-lain. Di samping kegiatan karitatif pemberian bantuan langsung, kegiatan sosial, dan sebagainya. Bentuk komunikasi langsung, dimana partai melakukan kegiatan yang melibatkan langsung konstituen dan komunikasi tidak langsung, dimana partai melakukan kegiatan yang terkait dengan kepentingan konstituen tetapi konstituen tidak terlibat lagsung, seperti perjuangan di legislatif, di eksekutif maupun perjuangan regulasi dan pembelaan hukum serta melalui media massa. Adapun pola komunikasi meliputi komunikasi horisontal dimana partai dan konstituen dalam posisi yang sama untuk mengeksplorasi ide maupun gagasan, sharing dan tukar menukar informasi maupun pengalaman. Komunikasi vertikal yang meliputi penyera- pan aspirasi dari konstituen dan regulasi partai yang diberikan kepada konstituen untuk diketahui maupun untuk dijalankan.

Komunikasi dengan konstituen ini menjadi lebih penting ketika kepercayaan konstituen terhadap partai politik dan politisi sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena konstituen lebih banyak mendapatkan informasi tentang perkembangan partai politik dari eksternal partai seperti media massa, yang selama ini cenderung menampilkan berita-berita sensa- sional yang negatif terkait kondisi partai politik. Komunikasi partai dengan konstituennya, di samping memberikan data dan fakta riil di internal partai juga dapat memberikan second opinion di publik tentang informasi negatif yang berbasiskan sensasional yang dilansir oleh eksternal partai. Komunikasi antara partai dan konstituen harus dilakukan secara sistematis, terus menerus, berkelanjutan dan transparan.

Transparansi juga menjadi kata kunci penting komunikasi dalam manajemen konstituen. Dengan transparansi dapat terbangun kepercayaan yang konstan antara partai politik dan konstituennya, memudahkan partai dan konstituen untuk saling mengetahui dimana kekuatan dan kelemahan, peluang maupun tantangannya,meringankan baik partai mau- pun konstituennya untuk mencari solusi bersama atas problem yang mereka hadapi serta memudahkan kedua belah pihak untuk menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan bersama.

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK xxi

KONSTITUEN

Manajemen Konstituen juga tidak dapat dilepaskan dengan data base. Dengan data base yang sederhana, lengkap, sistematis dan terstruktur akan memudahkan partai untuk mengenali siapa konstituennya, dimana saja mereka, apa saja profesi mereka, bagaimana kondisi sosial, budaya dan ekonominya, apa saja potensi yang mereka miliki, apa saja aspirasi dan tuntutan kebutuhan mereka. Data base juga merupakan faktor yang sangat penting untuk membuat pemetaan konstituen, perencanaan, menentukan strategi dan mengevaluasi kegiatan yang dibutuhkan oleh konstituen sekaligus dapat memperkuat partai. Operasional data base baik untuk meng- up load, down load maupun untuk pengolahan data yang dapat dioperasikan oleh banyak orang akan sangat membantu Manajemen Konstituen daripada data base yang canggih tetapi kompleks dan operasionalnya dimonopoli oleh ”segelintir” orang saja.

Manajemen Konstituen dalam kerjanya membutuhkan dukungan yang mutlak dari sekre- tariat partai. Sekretariat harus berfungsi sebagai motor penggerak, dinamisator, administra- tor dan fasilitator bagi partai dalam hubungannya dengan konstituen. Untuk itu, sekretariat perlu dikelola oleh orang-orang yang kompeten, kapabel, berpengalaman serta mampu bekerja secara profesional. Mereka dapat datang dari internal maupun eksternal partai yang memang bekerja secara full time untuk memback-up Manajemen Konstituen yang ditangani oleh pengurus yang mendapat mandat dari partai.

Konstituen adalah soko guru partai politik di era multi partai sistem yang berbasiskan pada tatanan kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang demokratis. Konstituen menjadi kunci utama dalam menentukan apakah partai politik mmepunyai peran penting dalam ikut me- nentukan kebijakan publik atau tidak. Untuk itulah, Manajemen Konstituen yang berorientasi pada penguatan konstituen dan partai politik menjadi penting untuk diterpakan oleh partai politik.

xi KONSTITUEN

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK

Proses Pembuatan Modul

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK 1

KONSTITUEN

Catatan Proses

Penyusunan Buku Modul Konstituen

Hasil diskusi kelompok dituliskan dalam lembar kertas plano Duduk bersama melingkari satu meja dalam menanggapi evaluasi sehingga setiap peserta dapat memberikan respon umpan balik

pelaksanaan pelatihan.

secara bersama.

Ide pembuatan buku modul Manajemen Konstituen ini berawal dari Diskusi Rutin Forum Politisi. Diskusi Rutin tersebut adalah diskusi para politisi dan pengurus partai politik yang diselenggarakan Forum Politisi Yogyakarta secara teratur yang diawali pada 14 Juni 2008 untuk membahas masalah-masalah mendasar dan aktual yang terkait dengan pengemban- gan dan penguatan partai politik dan keparlemenan. Karakter Diskusi Rutin lebih menitik- beratkan pada sharing dan tukar menukar informasi, data, fakta dan pengalaman dari para peserta yang bersifat konsepsional dan reflektif. Diskusi Rutin ke 8 diselenggarakan pada 8 Mei 2010 di Hotel Santika Yogyakarta dengan tema “Mengelola Konstituen: Efektivitas Kerja Politisi dan Partai Politik” dengan narasumbernya adalah Dr. Dodi Ambardi, Direktur Eksekutif LSI.

Kesimpulan diskusi tersebut di atas adalah bahwa hubungan partai politik dan politisi den- gan konstituen tidak hanya berbasiskan hubungan transaksional dan money politik, melain- kan juga adanya hubungan yang lebih mempunyai basis kepentingan politik bersama, baik

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK 3

KONSTITUEN KONSTITUEN

Fakta menunjukkan bahwa referensi dalam bahasa Indonesia untuk mempelajari bagaimana mengelola konstituen yang efektif masih sangat jarang dan kalaupun ada sulit untuk mendapatkannya. Sementara itu kebutuhan partai politik maupun politisi untuk menge- lola hubungannya dengan konstituen sangat mendesak. Untuk itu, pada akhir diskusi rutin peserta menghedaki agar Forum Politisi dan Friedrich Naumann Stiftung fuer die Freiheit diharapkan untuk bisa membuat pelatihan-pelatihan terkait dengan pengelolaan konstituen tersebut.

Untuk menindaklanjuti rekomendasi hasil diskusi rutin di atas, maka tim dari Forum Politisi Yogyakarta menyelenggarakan pertemuan dengan wakil dari Friedrich Naumann Stiftung dan Pengurus dari beberapa partai politik di Yogyakarta pada tanggal 26 Mei 2010. Dalam pertemuan ini dibahas tentang:

1. Apakah memang dari pihak partai politik di Yogyakarta ada kebutuhan untuk mengir imkan kader-kadernya untuk mengikuti pelatihan Manajemen Konstituen.

2. Apa saja kebutuhan partai politik di Yogyakarta untuk mengefektifkan hubungannya dengan konstituen.

3. Substansi, informasi, pengetahun dan ketrampilan apa yang dibutuhkan partai politik di Yogyakarta dalam rangka mengefektifkan hubungan antara partai politik dan kon- stituen.

Kesimpulan dari pertemuan tersebut, bahwa perlu dibuat pelatihan Manajemen Konstituen. Untuk merealisasi hal tersebut, maka perlu dikembangkan modul dan pengorganisasiannya. Forum Politisi Yogyakarta selanjutnya membentuk tim pembuat modul. Baik Pengurus partai politik, FNS maupun Forum Politisi bersepakat bahwa pelatihan Manajemen Konstiuen harus mampu menjawab tuntutan kebutuhan riil partai politik saat ini terkait dengan pengelolaan konstituen. Untuk itu, tim modul membuat langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan bahan-bahan bacaan yang terkait dengan Manajemen Konstituen dari berbagai macam sumber maupun media, yang kemudian disarikan menjadi Hand Out.

2. Menyelenggarakan diskusi dengan tema Manajemen Konstituen 2 kali dengan men gundang politisi, pengurus partai politik, pakar partai politik dan parlemen serta aktivis yang banyak “bergelut” dengan basis konstituen partai politik.

4 KONSTITUEN

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK

3. Menyusun draf modul berdasarkan masukan dari diskusi-diskusi yang diselenggarakan sebelumnya dan bahan-bahan bacaan yang terkait dengan Manajemen Konstituen.

4. Menyelenggarakan Focus Group Discussion dengan mengundang pengurus partai politik dan pakar untuk memberikan input, kritik serta saran atas draf modul Manaje- men Konstituen.

5. Finalisasi Modul Manajemen Konstituen, sehingga siap dipakai sebagai landasan untuk menyelenggarakan pelatihan.

6. Persiapan organisasi kerja untuk pelaksanaan pelatihan, antara lain :

a. Membentuk Kepanitiaan, yang akan bertugas sebagai pelaksana organisasi pelati- han Manajemen Konstituen

b. Berkoordinasi dengan Friedrich Naumann Stiftung, sebagai pendukung utama pela tihan Manajemen Konstituen

c. Berkoordinasi dengan partai-partai politik yang sejak awal mempunyai komitmen terhadap pelatihan Manajemen Konstituen.

7. Berkunjung ke pimpinan-pimpinan partai politik di Yogyakarta yang sejak awal men dukung pelatihan Manajemen Konstituen untuk mengkonfirmasi kembali apakah betul-betul partainya membutuhkan pelatihan Manajemen Konstituen. Apakah juga nantinya secara resmi akan mengirim kadernya untuk menjadi peserta pelatihan. Juga apakah pimpinan bersedia menjadi nara sumber dalam pelatihan tersebut.

8. Menghubungi pakar dan politisi yang diminta kesediaannya menjadi narasumber dan fasilitator yang memandu seluruh proses pelatihan Manajemen Konstituen.

9. Proses rekrutmen peserta, yaitu mengkonfirmasi peserta yang telah direkomendasi kan oleh masing-masing partai, dengan menanyakan kepastian untuk menjadi peserta pelatihan. Apabila bersedia, kemudian diminta untuk mengisi Needs Assess ment dan membawa surat rekomendasi dari partai.

10. Melakukan persiapan teknis, seperti mencari lokasi dan tempat pelatihan, menyiap- kan infrastruktur yang diperlukan untuk pelatihan, menyiapkan bahan-bahan bacaan untuk peserta.

11. Menyelenggarakan rapat koordinasi bagi para fasilitator yang akan memandu seluruh proses. Mensinkronkan agenda pelatihan dengan substansi pelatihan yang sudah ditetapkan dalam modul dan pakar yang telah bersedia menjadi narasumber.

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK 5

KONSTITUEN

12. Pelaksanaan pelatihan Manajemen Konstituen 1 diselenggarakan pada tanggal 15–17 Oktober 2010 di Taman Eden, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta dengan narasumber Bapak Drs. H. Sri Purnomo, M.Si. Kepala Daerah Kabupaten Sleman, Bapak Arie Sujito, FISIPOL Universitas Gadjah Mada, Bapak Ashadi Siregar, Pakar Komunikasi FISIPOL UGM dan Prof. Dr. Ir. Marsudi Kisworo, Mantan Direktur Eksekutif Partai Amanat Nasional.

13. Membuat evaluasi pelaksanaan pelatihan Manajemen Konstituen 1, memperbaiki kekurangan baik secara substansial, metode maupun organisasi teknis pelaksanaan pelatihan.

14. Pelaksanaan Pelatihan Manajemen Konstituen 2, yang diselenggarakan pada 3-5 November 2010 di Hotel Satya Nugraha, Yogyakarta, dengan nara sumber Bapak. GBPH. H. Prabukusumo (Partai Demokrat), Bapak. Bambang Praswanto (PDI Perjuan- gan), Bapak. Immawan Wahyudi (Partai Amanat Nasional), dan Bapak. Ma’sum Amrullah (Partai Persatuan Pembangunan), Bapak Ashadi Siregar, Pakar Komunikasi FISIPOL UGM dan Prof. Dr. Ir. Marsudi Kisworo, Mantan Direktur Eksekutif Partai Amanat Nasional.

15. Evaluasi akhir pelaksanaan dari kedua pelatihan Manajemen Konstituen, perbaikan modul. Serta persiapan untuk penyusunan buku modul Manajemen Konstituen ini.

Seluruh rangkaian kegiatan di atas perlu diuraikan karena hal tersebut sangat penting, oleh sebab seluruh kegiatan itu didedikasikan untuk penguatan partai politik dan parlemen yang dilakukan secara sitematis, konsisten, berkelanjutan dan berdasarkan pada kebutuhan partai dan politisi setempat.

Seluruh proses kegiatan mulai ide awal, perencanan, pelaksanaan, evaluasi sampai follow up selalu melibatkan partai politik dan politisi yang bersangkutan, sehingga di samping substansinya terkawal sesuai dengan kebutuhan, juga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diinginkan dan berguna bagi partai politik maupun politisi yang terlibat dalam aktivi- tasnya.

Mengingat kebutuhan pelatihan Manajemen Konstituen cukup banyak, sementara sumber daya dan personal yang ada terbatas, maka modul Manajemen Konstituen ini dibukukan, dengan harapan paling tidak dapat dijadikan referensi maupun aspirasi bagi mereka yang akan menyelenggarakan pelatihan Manajemen Konstituen. Modul ini disusun sedemikian rupa, sehingga harapannya akan memudahkan bagi para pembaca yang akan menyelengga- rakan pelatihan yang sepenuhnya berdasarkan pada modul dalam buku ini.

6 KONSTITUEN

PILAR UTAMA PARTAI POLITIK

MODUL MANAJEMEN

KONSTITUEN

Peserta : (30 orang) Kader Partai Politik Capaian : 1. Mengembangkan agenda-agenda strategis dalam mengelola hubungan dengan konstituen.

2. Meningkatkan kapasitas kader partai dalam memahami hubungan dengan konstituen

3. Mampu menggunakan metode, pendekatan dan instrumen manejemen konstituen Pelaksana : Friedrich Naumann Stiftung (FNS Indonesia) – Forum Politisi Yogyakarta

PILAR UT

Catatan:

AMA P

a. Setiap peserta adalah kader partai politik (anggota dan atau pengurus)

b.

ART KONSTITUEN

Setiap peserta membawa surat rekomendasi partai

AI POLITIK

c. Setiap peserta mengisi dan menyerahkan isian formulir Biodata

PILAR UT PILAR UT KONSTITUEN KONSTITUEN

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

AMA P AMA P ART ART

Peserta memliki kerangka

Ketua Panitia

AI POLITIK AI POLITIK

FNS Sambutan-

Arti penting konstituen

pemahaman terhadap

+ Pidato

Pembukaan

30 menit sambutan

bagi penguatan partai

penyelengaraan pelatihan

Ketua DPRD/

Peserta termotivasi untuk

pembukaan

politik

mendalami manajemen

Bupati

konstituen

Orientasi Petunjuk teknis

Komitmen untuk

Panitia peserta

Peserta lebih fokus mengikuti

+ Pemberitahuan

15 menit dan pengumuman Penyelenggara latihan

dan Tata Tertib

mengikuti seluruh

seluruh proses pelatihan.

pelatihan

proses pelatihan Konstituen adalah

sokoguru hidup-matinya Peserta memahami arti penting

partai.

konstituen.

Platform/programatik

Kerangka dasar

Peserta memahami program

partai sebagai sarana

partai politik sebagai instrumen

relasi partai

+ Pimpinan politik dan

menjangkau pengaruh

membangun hubungan dengan

Pengantar

Partai-Partai konstituen,

politik ke konstituen.

konstituen.

+ Ceramah

90 menit Tematik

Peserta mengetahui berbagai

Politik serta

Bentuk-bentuk relasi

pola dan bentuk hubungan

+ Tanya jawab

partai politik dengan

manajemen

partai politik dengan konstituen.

+ Moderator

kontituen.

Peserta mengenali problem-

kerja politik

Data dan informasi

problem hubungan partai politik

faktual tentang kegiatan dengan konstituen partai politik dalam

Peserta terinspirasi untuk

mengurus konstituen.

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

Model dan dasar-dasar

menggali lebih dalam tentang

manajemen kerja politik.

kegiatan partai terkait dengan

Pengalaman praktis

hubungan konstituen

mengelola pemilih partai

Peserta mampu mengenali

pada pemilu yang lalu.

perbedaan antara manajemen

Respon politik dan serap

kampanye, manajemen

aspirasi.

sekretariat partai politik, dan manajemen konstituen. Peserta mengenali problem- problem manajemen konstituen Peserta memahami teknik dan langkah merumuskan proses aspirasi guna mengartikulasikan kepentingan konstituen.

PILAR UT

Permainan Bangun

Fasilitator dan peserta saling

Perkenalan peserta

Suasana akrab terbangun

30 menit

ART KONSTITUEN

Review Need

Identifikasi harapan

Antar peserta memahami

AI POLITIK

Assessment,

peserta terhadap

harapan bersama atas hasil-

Input Pendek Pengantar I dan pelatihan berdasar pada

15 menit Pengantar II

hasil pelatihan.

+ Paparan ringkas + Fasilitator

Need Assessment.

Peserta mengetahui arti

PILAR UT KONSTITUEN

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

AMA P

Ringkasan materi

pentingnya konstituen

ART AI POLITIK

(pointers) tentang Hubungan Konstituen dan Manajemen Kerja Politik.

Pengertian (peran dan fungsi) konstituen Tata kelola hubungan Partai Politik dan

Peserta mampu memetakan dan

Pengantar

konstituen secara

mengenali siapa dan di mana

Mengenali Kerja

sistemik dan

pemilihnya, serta bagaimana

+ Tugas

15 menit Kelompok

Konstituen

berkelanjutan

akan dikelola

+ Fasilitator

perorangan

Bentuk dan pola hubungan dengan konstituen

Tema: Identitas sentimen

Peserta memahami arti pentingnya spesifikasi dan

sebagai (a) partai

kompetensi anggota baru sesuai

ekologis, (b) partai

Pokja 1:

kebutuhan prioritas mendesak

+ Diskusi

+ Fasilitator

45 menit Menetapkan

pluralis, (c) partai wong

partai

+ Co-Fasilitator Kerja

Peserta mengetahui pola

Kelompok

cilik, (d) partai dakwah,

sasaran target (e) partai kaum muda, (f) Kelompok rekruitmen mulai dari rekruitmen

perencanaan, implementasi

partai oposisi, (g) partai

sampai evaluasi

pemerintah

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

Tema:

Peserta memahami hubungan

Mensinergikan setiap

sinergis parpol dan konstituen

proses inisiatif dari

Peserta mengerti peran dan

Pokja 2:

tanggungjawabnya sebagai

kontituen ke partai,

Melembagakan

pelaksana hubungan

dan dari partai ke

pola hubungan

Peserta mampu

+ Diskusi

+ Fasilitator

konstituen, sesuai

konstituen

mengembangkan mekanisme

Kelompok

+ Co-Fasilitator

pola pengembangan

formal dan informal

hubungan yang ingin

antarhubungan pengurus/

dilaksanakan

anggota dengan konstituen

Tema: Memelihara dukungan

Peserta mengetahui

sesuai perilaku pemilih

demografi pemilih dan peta

Pokja 3:

yang berdasarkan: (a)

politik partai

Mengkonsolidasi trend dalam partisipasi

Peserta mampu

+ Diskusi

konstituen untuk pemilu, (b) sikap tidak

mendefinisikan pemilih

memilih/golput, (c)

potensial dan mau

+ Co-Fasilitator

PILAR UT

pemilu

pemilih tetap dan

membangun potensi itu.

pemilih musiman, (d)

Peserta mampu menganalisis

AMA P

perpindahan pemilih,

kemenangan dan kekalahan

ART KONSTITUEN AI POLITIK

(e) alas an-alasan untuk

dalam pemilu 2009.

menentukan pilihan

PILAR UT KONSTITUEN

AMA P ART

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

AI POLITIK

Peserta mengetahui: Bagaimana membuat instrumen rekruitmen anggota, Bagaimana membuat rancangan

+ Wakil

Hasil pembahasan

peraturan partai. tentang pola

+ Presentasi

kelompok Pleno

Pleno Pokja

diskusi kelompok Pokja

hubungan dengan konstituen.

kelompok

1, Pokja 2 dan Pokja 3

Bagaimana mengkonsolidasi

+ Fasilitator dan

45 menit

konstituen untuk pemenangan

+ Wakil Apresiasi seni

Hasil pembahasan

+ Presentasi

Malam

kelompok 120 atas kerja

Peserta mampu mengapresiasi

diskusi kelompok Pokja

hasil kerja kelompok ke dalam

kelompok

Kebudayaan

+ Fasilitator dan menit kelompok

1, Pokja 2 dan Pokja 3

bentuk-bentuk media seni

+ Pembahasan

Co- Fasilitator Pointers

seluruh

Poin-poin penting dan

Peserta mampu mengingat kembali dan mengendapkan

+ Presentasi

Review Hari I ringkasan

substansif dari setiap

hasil pemahaman atas hasil

materi pokok

topik materi Hari I

kegiatan Hari I

Hari I

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

Peserta memahami peran dan fungsi partai sebagai agregator

Pentingnya penajaman

yang mampu mengidentifikasi,

Artikulasi

program kerja partai

mengumpulkan, menyeleksi

+ Pakar Input I

dan Agregasi

politik yang responsif

dan merumuskan kepentingan,

+ Ceramah

90 menit kepentingan

+ Moderator konstituen

dan sensitif terhadap

problem dan aspirasi konstituen + Tanya Jawab

problem pokok

Peserta mampu membuat

konstituen, dan aspirasi

berbagai gugus kerja partai yang sesuai dengan tuntutan

konstituen

dan kebutuhan konstituen

Kelompok diberi kesempatan memilih, menyepakati dan

Peserta memahami proses

Pokja 1:

memutuskan sebuah

Kerja

+ Fasilitator Merumuskan

dan mekanisme serap aspirasi

+ Diskusi

60 menit Kelompok Aspirasi

tema atau isu aktual

sebagai bagian kerja politik

+ Co-Fasilitator konstituen

Kelompok

yang terkait dengan

partai yang sistematis, terus

aspirasi konstituen.

menerus dan berkelanjutan.

PILAR UT

di salah satu daerah

pemiilihan

AMA P

ART KONSTITUEN AI POLITIK

PILAR UT KONSTITUEN

AMA P

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

ART

Peserta mampu menyusun

AI POLITIK

gugus kerja yang meliputi:

Kelompok menentukan

Pokja 2:

Mudah direalisasikan

program di salah satu

Membuat

Sesuai kebutuhan riil

daerah pemilihan.

Kelompok menetapkan

kerja partai

yang capaian manfaat dan

Kelompok

+ Co-Fasilitator

langkah-langkah gugus

secara realistis

keberhasilannya mudah

kerja yang realistis dan dirasakan dan dievaluasi oleh detail. konstituen

Kelompok menyimpulkan kepentingan konstituen

Pokja 3:

di satu daerahpemilihan

Partai

sebagai rumusan partai

yang akan didesakkan ke

Peserta mampu mengenali

mengagregasi

lembaga legislatif. Kelompok menyusun

kepentingan konstituen.

kepentingan

+ Fasilitator konstituen

Peserta menyusun langkah-

+ Diskusi

+ Co-Fasilitator untuk

langkah-langkah

langkah konkrit untuk

Kelompok

kongkrit partai

mempengaruhi kebijakan

dirumuskan

guna mengawal

publik.

sebagai dasar

dan memastikan

kebijakan publik keberhasilan rumusan

tersebut sampai menjadi kebijakan publik.

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

Peserta memahami agregasi parpol melalui tahap-tahap

+ Wakil Pleno

Hasil pembahasan

sebagai berikut: serap

+ Presentasi

Pleno Pokja

diskusi kelompok Pokja

aspirasi, merumuskan atau

1, Pokja 2, dan Pokja 3.

menyimpulkan aspirasi,

+ Pembahasan

+ Fasilitator

menyusun strategi sampai mempengaruhi kebijakan publik

Dalam komunikasi politik penyebaran data dan informasi ditujukan untuk membangun

Peserta memahami tujuan

pemahaman dan

melakukan komuniksi dengan konstituen.

+ Pakar Komunikasi

Strategi

persepsi bersama.

Peserta memahami akan

Pentingnya komunikasi

komunikasi Input II

pentingnya komunikasi

+ Diskusi Panel

Politik

90 menit menjangkau

politik yang terencana

yang terencana, tepat dan

dan tepat.

berkesinambungan.

+ Tanya jawab

politik

PILAR UT

Konstituen

Strategi politik

Peserta memahami bahwa

+ Moderator

komunikas dengan konstituen

membutuhkan

AMA P

menuntut kretivitas dan

kreativitas

fleksibilitas.

ART KONSTITUEN

berkomunikasi.

AI POLITIK

Mengelola komunikasi yang berkelanjutan.

PILAR UT KONSTITUEN

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

AMA P

Aneka jenis media-media

Peserta memiliki bekal

cukup dalam memilih media

Simbol yang digunakan.

komunikasi dengan konstituen

+ Chek list

AI POLITIK

Implementasi pengalaman

30 menit Strategi

Penggunaan paling

secara tepat.

sering dengan media

Peserta dapat melakukan

+ Tanya jawab

media

visual atau audio (verbal komunikasi dgn konstituen

secara efisien dan efektif. non verbal)

Multiplikator Peserta memahami sosok dan

(pengganda atau

Mendengar,

posisi multiplikator dalam

penyebar) dalam mata

Memahami mengingat dan

proses komunikasi politik.

30 menit Multiplikator menyampaikan

rantai penyampaian

Peserta bisa memanfaatkan

+ Pesan berantai.

+ Fasilitator

pesan komunikasi.

peran multiplikator dengan

isi pesan

Pendayagunaan peran

tepat sesuai kebutuhan dan tujuan

dan fungsi multiplikator. Komunikasi politik

menekankan 3 bentuk media:

Peserta memahami akan

pentingnya membangun opini

Pengantar

Propaganda,

+ Fasilitator Kerja

Membangun

Iklan

guna mencapai tujuan partai.

+Pengantar

75 menit Opini

Peserta mampu memilih media

+ Co-Fasilitator Kelompok

Kehumasan.

yang tepat dan murah didalam

Pendek

Opini dimaksudkan

kerja membangun opini.

untuk mengarahkan satu isu tertententu agar menjadi kepentingan,

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

tuntutan dan pendapat bersama/publik, Kampanye media berbiaya murah untuk mempengaruhi konstituen.

Tema:

Pokja 1

Peserta memahami:

Pro dan kontra rencana

1. Membangun relasi dengan

Debat politik di

pungutan retribusi/pajak

media massa.

parlemen

penyelenggaraan kost-

2. Strategi kampanye media kostan di Yogyakarta massa.

Tema:

3. Model-model kampanye

Pokja 2

Money politik dan

melalui media massa

Kerja Talk show

“serangan fajar”

(press release, talk show dan

+ Diskusi

+ Fasilitator

45 menit Kelompok

menjelang pilkada

konferensi pers).

kelompok

+ Co-Fasilitator

4. Menyusun siaran pers yang

PILAR UT

efektif.

Tema:

5. Langkah dan tata cara

AMA P

Partai baru saja

Pokja 3

mengorganisasi siaran pers

mengadakan kegiatan

ART

KONSTITUEN

Konferensi pers

dan peliputan konferensi.

AI POLITIK

rekuitmen anggota dan

6. Strategi sukses kampanye

hasilnya sukses besar pers.

PILAR UT KONSTITUEN

AMA P

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

ART

Pembahasan tiap-tiap

Peserta mendapatkan

AI POLITIK

Pleno Pleno Pokja

pendalaman tiap-tiap materi

+ Roleplay

+ Wakil Pokja

+ Pembahasan

60 menit

materi Pokja

+ Fasilitator

Pokja

Pemutaran Film tentang

Dari peserta Komunikasi

1 -2 film pendek tentang Inspirasi bagi peserta untuk

60 menit film

mendesain sebuah komunikasi politik

Politik

untuk peserta Pointers

komunikasi politik

Peserta rileks

Rileksasi

seluruh

Poin-poin penting dan

Peserta mampu mengingat

Review Hari

+ Presentasi

ringkasan

substansif dari setiap

kembali dan mengendapkan

+ Fasilitator

10 menit

II materi pokok

hasil pemahaman atas hasil

pendek

topik materi Hari II

Hari II

kegiatan Hari II

Pendayagunaan Setiap kegiatan partai

politik diketahui oleh

Peserta mengenali dan

tata kelola

konstituen dan menjadi

memahami:

Sekretariat/

sarana pendidikan politik

Sekretariat sebagai motor

+ Pakar Input III

kantor partai

dan peningkatan kapasitas

penggerak kegiatan partai politik. + Ceramah

90 menit sebagai motor

+ Moderator penggerak

konstituen.

Peluang pengembangan

Penyelenggaraan tata

kelembagaan sekretariat partai

+ Tanya jawab

kelola kesekretariaan partai politik seharusnya bercirikan aksesibel, dan akomodatif.

menjadi lebih terbuka, partisipatif,

politik

konstituen.

terbuka, partisipatif,

Tata kelola kesekretarian yang

Rencana

Uraikan alasan-alasan

Peserta mampu menyampaikan

menjadikan

+ Tugas

setuju dan tidak setuju

pendapat dengan tegas dan

Studi Kasus sekretariat yang

60 menit terbuka bagi

mampu memberikan argumen

perorangan

+ Fasilitator

atas rencana sekretariat

umum.

terbuka bagi umum.

atas pendapat tersebut.

+ Pendalaman

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

aksesibel, dan mampu

transparan dan akomodatif

mengakomodir inisiatif

mampu mendinaminisir

dari konstituen.

hubungan partai dengan

Kegiatan kantor partai

konstituen.

sejak front-office hingga Pemisahan fungsi manajemen back-office dilakukan

politik dan manajemen non-

dengan mengindahkan

politik, yakni adanya pengurus

prinsip-prinsip

yang dipilih (elected officials)

manajemen perkantoran

dan pengurus yang diangkat

dan profesional

(appointed officials). Komponen kantor antara lain: kesekretariatan, persidangan, keuangan, perpustakaan/arsip, humas, diseminasi informasi, protokol, staf departemen/ bidang, riset politik, dan lain-

PILAR UT

lain.

AMA P ART KONSTITUEN

AI POLITIK

PILAR UT KONSTITUEN

ACARA

MATERI

POKOK BAHASAN

OUTPUT

METODE

NARASUMBER WAKTU

AMA P

Membongkar pengertian

tentang database yang

ART

AI POLITIK

dianggap sulit dan kompleks Mengelola sekretariat

Peserta memahami pengelolaan kesekretariatan partai menjadi

Pengelolaan

partai yang efektif

lebih dinamis.

+ Pengantar

Pengantar

dengan ditunjang

Kesekretariatan

Peserta mampu

+ Fasilitator

database konstituen

singkat

Kerja dan database

menyederhanakan proses

berkelanjutan database konstituen akan meningkatkan kenerja kader partai

Setiap kegiatan harian

75 menit

sekretariat partai

Peserta mampu mendesain

melibatkan sebanyak

kegiatan sekretariat partai

mungkin konstituen

sebagai media pendidikan politik

dan menjadi sarana

konstituen.

Pokja 1 dan 2: Kelompok

sosialisasi politik.

Peserta memiliki komitmen

+ Fasilatator Kerja

Mengadakan kegiatan-

kuat mendinamisasi kegiatan

+ Diskusi

Mendinamisasi

kesekretariatan partai agar

+ Co-Fasilitator Sekretariat/

kegiatan yang terbuka,

bisa diketahui oleh kontituen

kelompok

langsung, partisipatif.

Kantor Partai