HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT AKTIVITAS
FISIK PADA LANSIA DI PANTI WERDHA BHAKTI LUHUR
CABANG SIDOARJO

Yefta Primasari., Antonius Catur Sukmono., S.Kep., Ns., M.Kep.,
Hidayatus Sya’diah., S.Kep., Ns., M.Kep.,
Dya Sustrami., S.Kep., Ns., M.Kes.

Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan
Tahun Ajaran 2015
ABSTRACT
Physical activity is the movement of the body that can cause energy expenditure which is
essential for the maintenance of physical and mental health. Personality refers to the person
general nature, the mind, activities, and feelings that influence on the overall behaviour
systems. The purpose of this study was to analyze the relationship between personality type to
the level of physical activity in the elderly.
This study design used correlational study design Cross-sectional. Simple data retrieved
byrandom sampling technique, with total population 48 people and a sample of 43
respondents. The research instrument used questionnaire. Data were analyzed by Chi-square
test with significance level ρ ≤ 0.05.
The result of the study stated that elderly with introverted personality type (55.8%) has a

light physical activity level (75%), while the elderly with extraverted personality type (46.5%)
has a moderate level of physical activity (73.7%). Results of statistical test Chi-square
showed that personality type has a relationship with the level of physical activity in older
adults with the value ρ = 0.001 (ρ ≤ 0.05).
Implications of the results showed that personality type has a role in the level of daily
physical activity of the elderly. Expected for nursing administrators and nurses can provide
the motivation for elderly to perform daily physical activity because it will be a lot of benefits
derived by the elderly.
Keywords: personality type, level of physical activity, elderly
PENDAHULUAN
Tipe kepribadian dapat menentukan
tingkat aktivitas fisik lansia dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kepribadian menunjuk kepada sifat umum
seseorang, pikiran, kegiatan, dan perasaan
yang berpengaruh secara sistemik terhadap
keseluruhan tingkahlakunya (Alwisol,
2007). Tipe kepribadian menurut Jung ada

2 tipe, yaitu introvert dan ekstrovert.

Masing-masing tipe kepribadian tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda
yang dapat mempengaruhi tingkahlaku
manusia dalam lingkungan sekitarnya.
Lansia dengan tipe kepribadian introvert
memiliki karakteristik yang mengarahkan
pribadi
ke
pengalaman
subjektif,

memusatkan diri pada dunia dalam dan
privat di mana realita hadir dalam bentuk
hasil amatan, cenderung menyendiri,
pendiam/tidak ramah, bahkan antisosial.
(Alwisol, 2011). Tipe kepribadian
ekstravert lebih mengarahkan pribadi ke
pengalaman
obyektif,
memusatkan

perhatiannya ke dunia luar alih-alih
berfikir mengenai persepsinya, cenderung
berinteraksi dengan orang sekitarnya, aktif
dan ramah (Gunarsa & Yulia, 2012).
Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh
yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas
fisik
dapat
menghambat
atau
memperlambat kemunduran fungsi alat
tubuh yang disebabkan bertambahnya
umur, sangat penting bagi individu lanjut
usia untuk tetap aktivitas dan mencapai
kepuasan hidup (Azizah, 2011). Aktivitas
fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas
fisik) merupakan faktor resiko independen
untuk penyakit kronis dan secara
keseluruhan diperkirakan menyebabkan

kematian secara global (WHO, 2010;
Physical Activity. In Guide to Community
Preventive Services Web site, 2008).
Proses
penuaan
tidak
selalu
mengakibatkan
ketergantungan
dan
ketidakmampuan, sebagian besar lansia
tetap mandiri secara fungsional (Potter &
Perry, 2009). Aktivitas fisik yang
dilakukan lansia di Panti Werdha Bhakti
Luhur, yaitu senam lansia, membantu
suster panti dalam memasak, dan membuat
kerajinan tangan. Aktivitas tersebut hanya
dilakukan oleh beberapa lansia saja,
sedangkan lansia yang lain hanya melihat
televisi, duduk menyendiri di taman, dan

sebagainya. Keadaan seperti itu dapat
disebabkan karena setiap lansia memiliki
kepribadian yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya.

Penduduk lansia merupakan bagian
dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah
jumlahnya seiring dengan meningkatnya
usia harapan hidup. Di seluruh dunia,
jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari
629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia
lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025,
lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar.
Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik
(2005) di Indonesia terdapat 18.283.107
penduduk lansia. Tahun 2009 penduduk
berusia 80 tahun atau lebih baru mencapai
sekitar 11% dari penduduk dunia dan
diprediksikan akan tumbuh menjadi sekitar

19% pada tahun 2050. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Indang
Trihandini dalam Fatmah (2010) dimana
pada tahun 1993 terdapat 94 (5,8%)
responden tidak dapat melakukan aktivitas
fisik dasar, meningkat menjadi 126 (7,7%)
responden pada tahun 1997, dan
meningkat lagi menjadi 171 (10,5%)
responden pada tahun 2000.
Hasil studi pendahuluan peneliti
sebelumnya Triwibowo (2014) didapatkan
15 responden (75%) mengatakan malas
mengikuti aktivitas fisik seperti berkebun,
jalan-jalan di pagi hari, dan senam lansia
mereka lebih senang berada di rumah, 3
responden (15%) mengatakan lebih
memilih duduk santai di rumah sambil
nonton tv daripada melakukan aktivitas
fisik, 2 responden (10%) mengatakan tidak
melakukan aktivitas fisik karena badannya

mudah lelah jika melakukan aktivitas fisik.
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti
pada tanggal 15 Februari 2015, yang
diambil dari 10 lansia di Panti Werdha
Bakti Luhur Cabang Sidoarjo dengan
observasi dan wawancara didapatkan hasil
10% dapat melakukan aktivitas berat
seperti aktif mengikuti senam lansia setiap
hari yang kemudian dilanjutkan dengan

kegiatan lain (membersihkan kamar,
membantu memasak, dan sebagainya),
40% aktivitas sedang seperti jogging
(berlari kecil, jalan-jalan di dalam panti),
dan 50% aktivitas ringan seperti menyapu,
duduk santai, membuat kerajinan tangan,
dan sebagainya. Tipe kepribadian dari 10
lansia didapatkan hasil 40% memiliki tipe
kepribadian ekstrovert dan 60% memiliki
tipe kepribadian introvert. Manusia

memiliki beberapa elemen dari dua sisi itu,
artinya manusia umumnya dipengaruhi
oleh dunia dalam dan dunia luar secara
bersamaan, keduanya mempunyai masingmasing kelemahan dan kekuatan.
Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang
terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental, dan sosial
secara bertahap. Proses penuaan lansia
terjadi penurunan sistem imun tubuh
mengakibatkan lansia tidak dapat bertahan
terhadap jejas atau infeksi, sehingga pada
lansia
sering
ditemukan
penyakit
degeneratif
kondisi
ini

akan
mempengaruhi kesehatan dan aktivitas
fisik lanjut usia (Nugroho, 2008). Menurut
Azizah (2011), semakin bertambahnya
umur manusia terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak
pada perubahan-perubahan pada diri
manusia. Sukses atau tidaknya seseorang
melewati tahap ini dipengaruhi oleh
kematangan (maturitas) kepribadian pada
fase perkembangan sebelumnya, dukungan
dari lingkungan terdekatnya, dan tekanan
hidup yang dialaminya. Kondisi di atas
dapat mempengaruhi orang usia lanjut
dalam melakukan aktivitas fisik dalam
memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari.
Apabila proses penyesuaian diri dengan
lingkungan
kurang
berhasil

maka
timbulah berbagai dampak yang terjadi.

Menurut Maas, et al (2008), kemampuan
berinteraksi secara fisik dengan komponen
dalam lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan manusia berkaitan erat dengan
konsep diri dan harga diri. Hambatan
mobilitas fisik dapat mengubah aktivitas
peran individu dan tanggung jawab sosial
yang biasanya membutuhkan aktivitas
fisik. Akibat hambatan mobilitas, jaringan
dukungan sosial terganggu, menyebabkan
lansia memiliki kesempatan terbatas untuk
dapat mempertahankan fungsi interaksi
dan hubungan sosial yang optimal.
Mengetahui tipe kepribadian diri
sendiri dan orang lain merupakan bekal
untuk menghadapi orang lain yang
masing-masing memiliki kepribadian yang

berbeda. Hal itu juga berguna untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar melalui analisis tipe kepribadian
dalam memilih intervensi yang sesuai
dalam
melakukan
aktivitas
fisik.
Dukungan sosial bagi lansia sangat
diperlukan selama lansia sendiri mampu
memahami makna dukungan sosial
tersebut sebagai penyokong/penopang
kehidupannya (Azizah, 2011). Perawat
berperan penting dalam membantu klien
lansia mengatasi dan memilih perilaku
mempertahankan kesehatan, yang dapat
meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dampak dari proses penuaan saja bukan
penyebab utama ketunadayaan dan
penyakit (Maas, 2011). Perawat harus
mampu memahami tipe kepribadian dari
lansia yang sangat diperlukan untuk
memperhatikan
kemampuan
dan
kebutuhan yang dapat mereka lakukan.
Lansia yang mengalami keterbatasan fisik
akibat pertambahan usia serta perubahan
dan
penurunan
fungsi
fisiologis
memerlukan beberapa penyesuaian dalam
melakukan aktivitas fisik sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka

peneliti ingin meneliti tentang hubungan
tipe kepribadian dengan tingkat aktivitas
fisik pada lansia di Panti Werdha Bhakti
Luhur Cabang Sidoarjo.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian
desain penelitian yang digunakan adalah
korelasional cross-sectional mengkaji
hubungan
antara
variabel
yang
menekankan waktu hanya satu kali pada
satu saat. Ciri dari tipe ini adalah mencari
hubungan antar variabel.
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April-Mei 2015 di Panti Werdha
Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo. Populasi
dalam penelitian adalah subjek yang
memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Populasi terjangkau dalam penelitian ini
sebanyak 74 lansia, populasi target 48
lansia, dan didapatkan sampel sebanyak 43
lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur
Cabang Sidoarjo. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Probability sampling dengan metode
Simple random sampling. Pada teknik ini
setiap responden yang memenuhi kriteria
inklusi dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah
dalam penelitian) sehingga sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi yang
telah dikenal sebelumnya. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah tipe
kepribadian lansia. Variabel tergantung
dalam penelitian ini adalah tingkat
aktivitas fisik lansia.
Teknik pengumpulan data adalah
menggunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner.
Pengukuran
variabel
independen yaitu tipe kepribadian diukur
dengan menggunakan kuesioner EPI Form
A-modifikasi
(Eysenck’s
Personality

Inventory). Pengukuran variabel dependen
yaitu tingkat aktivitas fisik diukur dengan
menggunakan kuesioner PAL (Physical
Activity Level).
Peneliti
menjelaskan
tentang
pentingnya mengetahui tipe kepribadian
dan tingkat aktivitas fisik bagi lansia,
setelah itu responden diberikan lembar
persetujuan menjadi reponden, kuesioner
tipe kepribadian, dan kuesioner tingkat
aktivitas fisik setelah itu diberikan waktu
untuk pengisian kuisoner tersebut.
HASIL PENELITIAN
1. Data Umum
a. Karakteristik reponden berdasarkan
usia.
Usia
60-65 tahun
66-70 tahun
71-75 tahun
>75 tahun
Total

Frekuensi
(f)
10
12
12
9
43

Prosentase (%)
23.3
27.9
27.9
20.9
100

Data umum responden bedasarkan
karakteristik usia menunjukkan bahwa
sebanyak 12 responden (27.9%) berusia
66-70 tahun, 12 responden (27.9%) berusia
71-75 tahun, 10 responden (23.3%) berusia
60-65 tahun, dan sisanya 9 responden
(20.9%) berusia >75 tahun.
b. Karakteristik reponden berdasarkan
status perkawinan.
Status
Perkawinan
Kawin
Belum Kawin
Janda
Total

Frekuensi
(f)
5
32
6
43

Prosentase
(%)
11.6
74.4
14
100

Data diatas menunjukkan bahwa
sebanyak 32 responden (74.4%) berstatus

belum kawin, 6 responden (14%) berstatus
janda, dan sisanya 5 responden (11.6%)
berstatus kawin.
c. Karakteristik reponden berdasarkan
pendidikan terakhir.
Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Total

Frekuensi
(f)
1
4
22
13

Prosentase
(%)
2.3
9.3
51.2

3
43

7
100

30.2

Data diatas menunjukkan bahwa
lansia berpendidikan SMP sebanyak 22
responden
(51.2%),
responden
berpendidikan
SMA
sebanyak
13
responden
(30.2%),
responden
berpendidikan SD sebanyak 4 responden
(9.3%), sebanyak 3 responden (7.0%)
berpendidikan Perguruan Tinggi, dan
sisanya responden yang tidak sekolah
sebanyak 1 responden (2.3%).
d. Karakteristik reponden berdasarkan
riwayat pekerjaan.
Pekerjaan

Frekuensi
(f)
TNI/POLRI
0
PNS
0
Swasta/Wiraswasta
34
Lain-lain
9
Total
43

Prosentase
(%)
0
0
79.1
20.9
100

Data diatas menunjukkan bahwa
responden yang memiliki pekerjaan
swasta/wiraswasta sebanyak 34 responden
(79.1%), responden yang memiliki
pekerjaan lain-lain seperti ibu rumah
tangga sebanyak 9 responden (20.9%),
responden yang memiliki pekerjaan PNS
dan TNI/POLRI sebanyak 0 responden
(0%).

e. Karakteristik reponden berdasarkan
riwayat penyakit.
Penyakit
Hipertensi
Katarak
Rematik
Asam urat
Diabetes Melitus
Jantung
Stroke
Tidak ada riwayat
Total

Frekuensi
(f)
15
4
0
4
7
0
0
13
43

Prosentase
(%)
34.9
9.3
0
9.3
16.3
0
0
30.2
100

Data diatas menunjukkan bahwa
responden yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi sebanyak 15 responden (34.9%),
sebanyak 13 responden (30.2%) tidak
memiliki riwayat penyakit, responden
yang memiliki riwayat penyakit diabetes
melitus sebanyak 7 responden (16.3%),
responden dengan riwayat penyakit
katarak sebanyak 4 responden (9.3%),
responden dengan riwayat penyakit asam
urat sebanyak 4 responden (9.3%),
responden dengan riwayat penyakit
rematik sebanyak 0 responden (0%),
responden yang memiliki riwayat penyakit
jantung sebanyak 0 responden (0%), dan
responden yang memiliki riwayat penyakit
stroke sebanyak 0 responden (0%).
2. Data Khusus
a. Karakteristik

responden

berdasarkan tipe kepribadian.
Tipe Kepribadian
Introvert
Ekstravert
Total

Frekuensi
(f)
24
19
43

Prosentase
(%)
55.8
44.2
100

Data diatas menunjukkan bahwa
responden dengan tipe kepribadian
introvert sebanyak 24 responden (55.8%)

dan yang memiliki kepribadian ekstravert
sebanyak 19 responden (44.2%).
b. Karakteristik

responden

berdasarkan tingkat aktivitas fisik.
Tingkat Aktivitas
Fisik
Aktivitas ringan
Aktivitas sedang
Aktivitas berat
Total

Frekuensi
(f)
23
20
0
43

Prosentase
(%)
53.5
46.5
0
100

Data diatas menunjukkan bahwa
responden dengan tingkat aktivitas ringan
sebanyak 23 responden (53.5%), tingkat
aktivitas sedang sebanyak 20 responden
(46.5%), dan tidak terdapat lansia dengan
tingkat aktivitas berat.
c. Hubungan tipe kepribadian dengan
tingkat aktivitas fisik pada lansia di
Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang
Sidoarjo.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square
didapatkan nilai ρ = 0.001 ≤ α = 0.05, yang
artinya secara statistik terdapat hubungan
yang signifikan antara tipe kepribadian
dengan tingkat aktivitas fisik pada lansia di
Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang
Sidoarjo.
PEMBAHASAN
1. Tipe kepribadian lansia di Panti
Werdha Bhakti Luhur Cabang
Sidoarjo.
Secara umum tipe kepribadian
lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur

Cabang Sidoarjo dari 43 responden
(100%), sebanyak 24 responden (55.8%)
memiliki tipe kepribadian introvert dan 19
responden
(44.2%)
memiliki
tipe
kepribadian ekstravert. Hal ini sesuai
dengan pendapat Alwisol (2011) yang
mengatakan bahwa banyak lansia yang
cenderung menyendiri, pendiam/tidak
ramah, antisosial, sibuk dengan kehidupan
internalnya sendiri, pasif, ragu, daripada
lansia yang cenderung berinteraksi dengan
orang sekitar, aktif dan ramah, sosiabel,
tertarik dengan dunia luar, bersemangat,
dan lincah.
Berdasarkan data penelitian tentang
riwayat pekerjaan, sebagian besar lansia
mempunyai riwayat pekerjaan sebagai
wiraswasta. Lansia yang mempunyai
riwayat pekerjaan sebagai wiraswasta
sebanyak 18 lansia (52.9%) memiliki tipe
kepribadian introvert dan 16 lansia
(47.1%) memiliki tipe kepribadian
ekstravert. Lansia yang memiliki riwayat
pekerjaan lain-lain seperti ibu rumah
tangga, sebanyak 6 lansia (66.7%)
memiliki kepribadian introvert dan 3
lansia (33.3%) memiliki tipe kepribadian
ekstravert. Peneliti berasumsi salah satu
faktor
yang
mempengaruhi
tipe
kepribadian adalah pengalaman hidup
lansia, meskipun lansia tersebut memiliki
riwayat pekerjaan sebagai wiraswasta
dimana sering terjadi interaksi dengan
individu lain, tetapi sesuai dengan teori
pelepasan menurut Fatmah (2010)
menyebutkan bahwa pada usia lanjut
terjadi penurunan partisipasi ke dalam
masyarakat karena terjadi proses pelepasan
ikatan atau penarikan diri secara perlahanlahan dari kehidupan sosialnya yang
berdampak pada kepribadiannya saat ini.
Noorkasiani dan S.Tamher (2009)
mengatakan dalam masa lanjut usia akan
terjadi penurunan kondisi fisik, kondisi

psikologis serta perubahan kondisi sosial,
masyarakat akan menganggap seakan-akan
tugas seorang yang lanjut usia telah usai
dan mengundurkan diri dari pergaulan
masyarakat.
Riwayat penyakit juga merupakan
salah
satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi kepribadian lansia karena
jika seseorang memiliki suatu riwayat
penyakit yang dideritanya, maka lansia
tersebut akan merasa rendah diri
dibandingkan dengan yang lain. Menurut
Maas, et al (2008) kemampuan
berinteraksi secara fisik dengan komponen
dalam lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan manusia berkaitan erat dengan
konsep diri dan harga diri. Hal diatas
sesuai dengan pendapat para ahli psikologi
yang menyatakan bahwa psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa
manusia (Plato, dalam Prawira, 2012).
2. Tingkat aktivitas fisik lansia di Panti
Werdha Bhakti Luhur Cabang
Sidoarjo.
Tingkat aktivitas fisik lansia di
Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang
Sidoarjo menunjukkan bahwa tingkat
aktivitas fisik pada lansia dari 43
responden (100%) sebagian besar memiliki
tingkat aktivitas fisik ringan sebanyak 23
responden (53.5%). Aktivitas fisik
merupakan setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot-otot rangka dan yang
menyebabkan pengeluaran energi yang
meliputi pekerjaan, waktu senggang, dan
aktivitas sehari-hari (Soegih, 2009).
Kemampuan beraktivitas secara
umum berhubungan dengan sistem
muskuloskeletal, pada lansia tonus otot
dan densitas tulang menurun terutama
pada wanita yang mengalami osteoporosis.
Osteoporosis umum dialami wanita lanjut

usia yang mempengaruhi ekstremitas
bawah dan punggung yang menanggung
beban (Kozier, et al, 2010). Seorang yang
lanjut usia terjadi penurunan sistem imun
tubuh sehingga ditemukan penyakit
degeratif, kondisi ini akan mempengaruhi
kesehatan
yang
akhirnya
akan
mempengaruhi tingkat aktivitas fisik lansia
(Nugroho,
2008).
Lansia
harus
menyesuaikan dengan perubahan fisik
seiring terjadinya penuaan sistem tubuh,
perubahan penampilan, dan fungsi (Potter
& Perry, 2005).
Pengukuran
aktivitas
fisik
dilakukan terhadap jenis aktivitas yang
dilakukan subyek dan lama waktu
melakukan aktivitas dalam sehari.
Berdasarkan WHO/FAO (2001), besarnya
aktivitas fisik yang dilakukan seseorang
selama 24 jam dinyatakan dalam Physical
Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas
fisik. PAL merupakan besarnya energi
yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat
badan dalam 24 jam.
3. Hubungan tipe kepribadian dengan
tingkat aktivitas fisik pada lansia di
Panti Werdha Bhakti Luhur Cabang
Sidoarjo.
Keterkaitan antara hubungan tipe
kepribadian dengan tingkat aktivitas fisik
pada lansia seperti yang tampak pada tabel
5.8 sesuai hasil uji Chi-Square didapatkan
nilai ρ = 0.001 ≤ α = 0.05, artinya secara
statistik
terdapat
hubungan
tipe
kepribadian dengan tingkat aktivitas fisik
pada lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur
Cabang Sidoarjo.
Kepribadian
merupakan
pemahaman tingkah laku, pikiran,
perasaan, kegiatan manusia yang di
dalamnya mempelajari individu secara
spesifik, siapa dia, apa yang dimilikinya,
dan apa yang dikerjakannya (Alwisol,

2011). Drs.Bimo Walgito, dalam Prawira
(2012)
mencatat
bahwa
psikologi
merupakan suatu ilmu yang menyelidiki
serta mempelajari tentang tingkah laku
serta aktivitas-aktivitas, dimana tingkah
laku serta aktivitas itu sebagai manifestasi
hidup kejiwaan.
Berdasarkan
data
penelitian
menunjukkan 43 lansia (100%) yang
memiliki tipe kepribadian introvert
sebanyak 24 lansia dengan tingkat
aktivitas fisik ringan sebanyak 18 lansia
(75%), tingkat aktivitas sedang sebanyak 6
lansia (25%). Semakin bertambahnya
umur manusia terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak
pada perubahan-perubahan pada diri
manusia.
Kondisi
di
atas
dapat
mempengaruhi lansia dalam melakukan
aktivitas fisik, sukses atau tidaknya lansia
melewati tahap ini dipengaruhi oleh
kematangan (maturitas) kepribadian pada
fase perkembangan sebelumnya, dukungan
dari lingkungan terdekatnya, dan tekanan
hidup yang dialaminya (Azizah, 2011).
Kepribadian menunjuk kepada sifat umum
seseorang, pikiran, kegiatan, dan perasaan
yang berpengaruh secara sistemik terhadap
keseluruhan tingkahlakunya (Alwisol,
2007). Eysenck dan Wilson dalam
Rubianti (2014) mengklasifikasikan ciriciri tingkah laku yang operasional pada
tipe kepribadian menurut faktor-faktor
yang mendasarinya yaitu : Activity,
Sociability, Risk Taking, Impulsiveness,
Expressiveness,
Reflectiveness,
dan
Responsibility. Oleh karena hal tersebut
lansia yang memiliki tipe kepribadian
introvert lebih banyak yang memiliki
tingkat aktivitas ringan dibanding dengan
lansia yang memiliki tipe kepribadian
ekstravert yang mayoritas lansia memiliki
tingkat aktivitas sedang.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan di Panti Werdha Bhakti
Luhur Cabang Sidoarjo, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Tipe kepribadian lansia di Panti
Werdha Bhakti Luhur Cabang
Sidoarjo sebagian besar memiliki
tipe kepribadian introvert.
2.
Lansia di Panti Werdha Bhakti
Luhur Cabang Sidoarjo sebagian
besar memiliki tingkat aktivitas
fisik ringan.
3.
Ada
hubungan
antara
tipe
kepribadian
dengan
tingkat
aktivitas fisik pada lansia di Panti
Werdha Bhakti Luhur Cabang
Sidoarjo dengan nilai ρ = 0.001.
SARAN
Berdasarkan
temuan
hasil
penelitian,
beberapa
saran
yang
disampaikan pada pihak terkait adalah
sebagai berikut :
1.
Bagi lansia
Lansia
hendaknya
menjaga
aktivitas fisik sehari-hari sesuai
kemampuan untuk tetap menjaga
status fungsional dan kebugaran
tubuh, karena banyak manfaat yang
dapat diperoleh dari aktivitas fisik
yang dilakukan. Selain itu, lansia
diharapkan mampu untuk lebih
berinteraksi sosial dengan baik
dengan lansia yang lainnya maupun
dengan orang lain. Hal tersebut
dapat dilakukan salah satunya
dengan cara melakukan aktivitas
bersama saat waktu luang dan
berbincang-bincang dengan lansia
yang lain.

2.

3.

4.

Bagi pengurus Panti Werdha
Pengurus Panti Werdha selain
bertugas untuk menjaga dan
membantu lansia dalam melakukan
aktivitas
fisik
sehari-hari,
diharapkan
para
pengurus
mengarahkan lansia yang memiliki
tipe kepribadian introvert maupun
ekstravert
untuk
saling
membangun interaksi sosial yang
baik. Interaksi sosial yang baik
antar lansia akan membantu lansia
dalam beraktivitas, mereka dapat
melakukan
aktivitas
bersama
sehingga lansia yang memiliki tipe
kepribadian
introvert
dapat
meningkatkan tingkat aktivitas
fisiknya karena mendapat support
dari lingkungan sekitarnya.
Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan hendaknya dapat
memberikan health education
mengenai pentingnya melakukan
hubungan sosial dengan orang lain
disekitar
agar
lansia
dapat
membuka diri dan tidak hanya
mengarahkan diri pada kehidupan
internal lansia saja. Selain itu
health
education
tentang
pentingnya aktivitas fisik dilakukan
dengan mempraktikkan beberapa
aktivitas fisik atau terapi yang
bermanfaat bagi lansia.
Bagi peneliti selanjutnya
Mengembangkan
penelitian
selanjutnya untuk mengambil judul
perbedaan tingkat aktivitas fisik
lansia yang tinggal bersama
keluarga dengan lansia yang tidak
tinggal
bersama
keluarga
berdasarkan
tipe
kepribadian
lansia.

DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian
Edisi Revisi. Malang : UMM Press
. (2011). Edisi Revisi Psikologi
Kepribadian. Malang : UMM Press
Asmadi.
(2008).
Konsep
Dasar
Keperawatan. Jakarta : EGC
. (2008). Teknik Prosedural
Keperawatan Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba Medika
Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut
Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Basford, Lynn dan Oliver Slevin. (2006).
Teori & Praktik Keperawatan
Pendekatan Integral pada Asuhan
Pasien. Jakarta : EGC
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta :
Erlangga
Firdaus, Nur. (2013). Perbedaan Tingkat
Kecanduan Situs Jejaring Sosial
Facebook pada Mahasiswa dengan
Tipe Kepribadian Introvert dan
Ekstravert.
www.repository.upi.edu/S_PSI_08
06943_CHAPTER3.pdf. Diunduh
tanggal 30 Maret 2015 jam 17.00
WIB
Ghautami, Alfarani Devina. 2003.
Gambaran
Tipe
Kepribadian
Penyiar
Radio
Berdasarkan
Eysenck’s Personality Inventory
(EPI) Format A. Tesis. Universitas
Indonesia : Jakarta. www.digital_20344410-T-Devina-AlfaraniGhautami.pdf. diunduh tanggal 30
Maret 2015 jam 13.00 WIB
Gunarsa, Singgih D dan Yulia Singgih D
Gunarsa.
2012.
Psikologi
Perawatan. Jakarta : Libri

Kozier,

et al. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Jakarta
: EGC

Maas, Meridean L, et al. (2008). Asuhan
Keperawatan Geriatrik. Jakarta :
EGC
Mahardikawati, Venny Agustiani dan
Katrin Roosita. (2008). Aktivitas
Fisik, Asupan Energi Dan Status
Gizi Wanita Pemetik Teh Di PTPN
VIII Bandung, Jawa Barat. Juli
2008 3(2): 79 – 85. Jurnal Gizi dan
Pangan: Jawa Barat.
Nugroho, W. (2008). Gerontik
Geriatrik. Jakarta : EGC

&

Prawira, Purwa Atmaja. (2012). Psikologi
Umum Dengan Perspektif Baru.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental
Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik Edisi
4. Jakarta: EGC
. (2009). Fundamental Of
Nursing
Fundamental
Keperawatan Buku 1 Edisi 7.
Jakarta : Salemba Medika
Rubianti, Liana. (2014). Minat Membeli
Di Media Online Ditinjau Dari
Tipe Kepribadian. Jurnal Online
Psikologi Vol. 02, No. 01, Tahun
2014 ISSN : 2301-8259. Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Malang : Malang
Soegih, Rachmad et all. (2009). Obesitas
Permasalahan dan Terapi Praktis.
Jakarta : CV Sagung Seto
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett
Beare.
(2006).
Buku
Ajar
Keperawatan Gerontik Edisi 2.
Jakarta : EGC

S.

Tamher,
Noorkasiani.
(2009).
Kesehatan Usia Lanjut dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik
Penulisan Riset Keperawatan Edisi
2. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suryabrata,
S.
(2005).
Psikologi
Kepribadian.
Jakarta
:
PT.RajaGrafindo Persada
Triwibowo, Heri dan Kiki Puspitasari.
(2014). Hubungan Aktivitas Fisik
dengan Fungsi Kognitif pada
Lansia
di
Desa Tanjungan
Kecamatan Kemlagi Kabupaten
Mojokerto
Wade, Carole dan Carol. (2007). Psikologi
Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta :
Erlangga
www.scribd.com/21799155/EysenckPersonality-InventoryInterpretation.scribd.
diunduh
tanggal 30 Maret 2015 jam 12.51
WIB
Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan.
(2011). SPSS Complete Teknik
Analisis
Statistik
Terlengkap
dengan Software SPSS. Jakarta :
Salemba Infotek