Pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta

TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI “RAKABU FURNITURE” SURAKARTA SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh :

Ica Yuniar Sari R.0206031

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan. Penggunaan peralatan industri dan teknologi modern dapat menimbulkan bising yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan tenaga kerja.

Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8%- 12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan keseimbangan dan ketulian (Soeripto, 1994) dikutip oleh (Trianingsih, 2007). Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain (Prabu, 2008).

Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan organ jantung (Sasongko, dkk, 2000).

Penelitian Statistik oleh Van Kempen terhadap banyak hasil study efek kebisingan mendapatkan adanya pengaruh dari pajanan kebisingan pada tekanan darah. Kenaikan signifikan secara statistik ditemukan untuk pajanan kebisingan lingkungan kerja, untuk tekanan darah sistolik 0,51 (0,01–1,00) mmHg/5 dB(A), sedangkan untuk diastolik kenaikannya tidak signifikan (Eny, dkk, 2005).

Rakabu Furniture Surakarta adalah industri yang bergerak di bidang mebel dimana dalam proses produksinya menggunakan mesin-mesin dan alat- alat produksi yang menimbulkan bising. Peneliti mengetahui bahwa semua pekerja yang bekerja di Rakabu Furniture khususnya bagian produksi ternyata tidak menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi intensitas kebisingan. Selain itu, pekerja yang ada di Rakabu Furniture tersebut merupakan pekerja lama dimana sudah bekerja selama lebih dari 3 tahun. Berdasarkan survei tersebut yang dibandingkan dengan teori mengenai kebisingan bahwa kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan pekerja salah satunya yaitu tekanan darah. Oleh karena itu, peneliti tertarik melaksanakan penelitian di Rakabu Furniture Surakarta untuk mengetahui pengaruh dari kebisingan mesin dan alat produksi tersebut terhadap tekanan darah pekerja

Sebelumnya peneliti melaksanakan survei awal dengan mengukur intensitas kebisingan tempat kerja tersebut dan diperoleh hasil untuk ruang produksi rata-rata 94,5 dBA dan untuk ruang finishing rata-rata 79,3 dBA. Adapun beberapa tenaga kerja juga diukur tekanan darahnya 10 menit setelah tenaga kerja selesai bekerja pada pukul 17.10 WIB. Hasil pengukuran tekanan

darah yang diperoleh di ruang produksi yaitu 142/95 mmHg, 143/92 mmHg, 146/94 mmHg, 141/95 mmHg, 143/90 mmHg sedangkan di ruang finishing yaitu 140/91 mmHg, 130/80 mmHg, 120/90 mmHg, 135/85 mmHg, 130/90 mmHg. Lama pemaparan kebisingan yang diterima pekerja setiap harinya sekitar 5 jam/hari. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan di ruang produksi diatas Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan, yaitu 85 dBA untuk 8 jam kerja, sedangkan ruang finishing dibawah NAB. Untuk tekanan darah dari tenaga kerja yang diukur di ruang produksi hasilnya cukup tinggi sedangkan di ruang finishing tekanan darahnya normal.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti sebelumnya, maka peneliti ingin melaksanakan penelitian dengan judul " Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada Pekerja di ‘Rakabu Furniture’ Surakarta "

B. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan mengkaji intensitas kebisingan di ”Rakabu Furniture” Surakarta.

b. Untuk mengetahui dan mengkaji tekanan darah pekerja di ”Rakabu Furniture” Surakarta.

c. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah di ”Rakabu Furniture” Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Memberikan informasi tentang pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah.

2. Manfaat aplikatif

a. Bagi pekerja “Rakabu Furniture” Surakarta Memberi masukan kepada pekerja agar lebih menjaga kesehatan dirinya akibat intensitas kebisingan.

b. Bagi “Rakabu Furniture” Surakarta Memberikan masukan kepada ”Rakabu Furniture” Surakarta untuk melakukan tindakan pengendalian kebisingan.

c. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebisingan

a. Definisi Bising Bising didefinisikan sebagai bunyi yang kehadirannya tidak dikehendaki dan dianggap mengganggu pendengaran (Gabriel,1996). Kebisingan di tempat kerja adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja (Suma'mur, 1996).

b. Jenis Kebisingan Menurut Suma'mur (1996), jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah :

1) kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (=steady state, wide brand noise ), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain;

2) kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (=steady state, narrow band noise ), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain;

3) kebisingan terputus-putus (=intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang dilapangan udara;

4) kebisingan impulsif (=impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan;

5) kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

c. NAB Kebisingan Nilai Ambang Batas yang dipekenankan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja tersaji pada tabel :

Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan Batas suara (dB)

Lama pemaparan tiap hari

0,11 detik Sumber : Kepmen No.51/Men/1999

Catatan : tidak boleh terpapar lebih dari 140 dB

Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika di Tempat Kerja adalah 85 dB selama 8 jam per hari.

d. Pengendalian Kebisingan Kebisingan dapat dikendalikan dengan :

1) Menghilangkan kebisingan dari sumber suara yaitu dengan mengganti beberapa alat dengan alat lain yang lebih sedikit menimbulkan bunyi (Erna Tresnaningsih, 2003).

2) Penempatan penghalang pada jalan transmisi. Isolasi tenaga kerja/mesin adalah usaha untuk mengurangi kebisingan. Bahan- bahan yang dipakai harus mampu menyerap suara dan bahan penutup dibuat cukup berat dan lapisan dalam terbuat dari bahan yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat. (Suma’mur, 1996).

3) Dengan memakai alat pelindung telinga yaitu ear plug atau ear muff . Alat ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25 dBA (Sasongko, dkk, 2000).

2. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan

a. Peningkatan Tekanan Darah Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan a. Peningkatan Tekanan Darah Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan

1) Pengertian Tekanan darah Tekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan daerah dinding pembuluh tersebut. Bila orang mengatakan bahwa tekanan dalam suatu pembuluh adalah 50 mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan cukup mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mmHg (Guyton, 1997).

Tekanan dalam aorta dan arteria branchialis dan arteria besar lainnya pada manusia dewasa mudah meningkat sampai nilai puncak (tekanan sistolik) kira-kira 120 mmHg waktu tiap siklus jantung karena jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta. Dan turun sampai nilai minimum (tekanan diastolik) kira- kira 70 mmHg. Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan sistolik di atas tekanan diastolik misalnya 120/70 mmHg (Guyton dan Hall, 1997).

Tekanan darah biasanya diukur dengan sphygmomanometer dan dinyatakan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Misal 120/80 mmHg, dimana 120 menyatakan tekanan Tekanan darah biasanya diukur dengan sphygmomanometer dan dinyatakan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Misal 120/80 mmHg, dimana 120 menyatakan tekanan

2) Penggolongan Tekanan Darah

a) Tekanan darah normal Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila catatan tekanan darah untuk sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg (Guyton dan Hall, 1997). Nilai Tekanan Darah normal (dalam mmHg): (1) Pada usia 15-29 tahun = 90-120/60-80 mmHg; (2) Pada usia 30-49 tahun = 110-140/70-90 mmHg; (3) Pada usia 50 tahun keatas = 120-150/70-90 mmHg (Oktia

Woro, 1999).

b) Tekanan darah rendah Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg, tekanan sistolik <100 mmHg dan diastolik <60 mmHg (Roger Watson, 2002).

c) Tekanan darah tinggi Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di atas 100/90 mmHg, tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Roger Watson, 2002). Selanjutnya klasifikasi tekanan darah dapat dilihat seperti pada tabel 2 dibawah.

Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah

Darah

Diastolik Normal

Sistolik

< 80 mmHg Pre-hipertensi

< 120 mmHg

120-139 mmHg 80-89 mmHg Stadium 1

140-159 mmHg 90-99 mmHg Stadium 2

≥160 mmHg

≥100 mmHg

Sumber : JNC-VII tahun 2003

d) Tekanan darah rata-rata Menurut Guyton dan Hall (1997) antara tekanan sistolik dan diastolik ada yang dinamakan tekanan darah rata- rata, yang angkanya lebih mendekati tekanan diastolik daripada tekanan sistolik, karena sistolik lebih pendek daripada diastolik. Tekanan darah rata-rata sedikit kurang daripada nilai-nilai tengah antara tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan rata-rata menurun dengan cepat sampai kira-kira 5 mmHg pada akhir arteriol. Besarnya penurunan tekanan sepanjang arteriol sangat berbeda-beda tergantung apakah kontriksi/dilatasi. Besar nilai pada orang dewasa kira- kira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg. Tekanan arteri rata-rata dirumuskan sebagai berikut :

TR = TD + 1/3 (TS–TD) mmHg

Gambar 1. Perhitungan Tekanan Darah Rata-Rata

Keterangan : TR

: tekanan darah rata-rata (mmHg) TD

: tekanan darah diastolik (mmHg) TS

: tekanan darah sistolik (mmHg) Tekanan rata-rata inilah yang sesungguhnya menjadi pendorong mengalir darah yang lebih lama terpengaruh untuk tekanan diastolik daripada tekanan sistolik. Peningkatan dan penurunan darah rata-rata akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transpor oksigen, karbondioksida dan hasil-hasil metabolisme lainnya.

3) Mekanisme Bising Meningkatkan Tekanan Darah Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar (Andriana, 2003). Lalu di telinga tengah, gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan melewati tulang-tulang pendengaran sampai ke cairan di kanalis semisirkularis; adanya ligamen antar tulang mengamplifikasi getaran yang dihasilkan dari gendang telinga. Lalu di telinga dalam merupakan tempat ujung-ujung saraf pendengaran yang akan menghantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat pendengaran di otak manusia (Novi, 2004).

Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stres, yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti epinephrine, norepinephrine dan kortisol (Bly S, dkk, 2002) dikutip oleh (Eny, dkk, 2005).

Hormon norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor yang sangat kuat yang dapat meningkatkan tahanan perifer total (Guyton and Hall, 1997). Sedangkan kortisol menyebabkan peningkatan tekanan darah (Elizabeth, 2008).

rangsangan dan meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka tubuh akan pulih dalam waktu beberapa menit atau jam. Tetapi bila pemaparan berlangsung lama dan berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah yang menetap (Guyton, 1997).

Syaraf simpatis mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya kontriksi otot jantung dan vasokontriksi pembuluh darah resisten (Guyton, 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah :

a) Olah raga, terutama yang menggunakan otot lengan (Depkes RI, 2003); a) Olah raga, terutama yang menggunakan otot lengan (Depkes RI, 2003);

c) Usia, semakin tua tekanan sistolik makin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 1997);

d) Sex, pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seusianya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat (Evelyn C. Pearce, 1997);

e) Stress psikis meningkatkan tekanan darah (Nurcahyo, 2000).

f) Minum alkohol

berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992). Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2–3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI, 2003).

g) Pemakaian obat tertentu Obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain dekongestan hidung, obat-obat hidung, obat supressi nafsu makan (Depkes RI, 2003).

h) Sikap kerja Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila berdiri dalam jangka waktu yang lama dan tidak banyak bergerak biasanya tekanan darahnya akan turun (Henny Lukmanto, 1995).

i) Kegemukan Kegemukan dapat memicu timbulnya beberapa penyakit khronis yang sangat serius seperti hipertensi (tekanan darah tinggi) (I Made C. Wirawan, 2009). Kegemukan atau obesitas merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner, hal ini terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah, kencing manis, dan intoleren glukosa yang disertai peningkatan lemak darah. Kegemukan pada pria lebih beresiko dibanding wanita (Zukesti Efendi, 2005).

j) Masa Kerja Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa yang lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi resiko terpapar oleh kebisingan (Eva, 2006).

b. Gangguan psikologis Efek psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam b. Gangguan psikologis Efek psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam

c. Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya, gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja (Roestam, 2004).

d. Gangguan keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual (Roestam, 2004).

e. Efek pada pendengaran Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising; namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali (Roestam, 2004).

B. Kerangka Pemikiran

Bising

Efek lain dari kebisingan : - Gangguan Komunikasi - Gangguan Keseimbangan

Telinga

- Efek pada Pendengaran

Efek lain dari kebisingan :

Otak

- Gangguan Psikologis

Pengeluaran hormon

Sistem Saraf Simpatis Terangsang

Mengeluarkan

Mengeluarkan

hormon epinefrin

hormon kortisol

dan norepinefrin

- naiknya frekuensi jantung - bertambah kuatnya

Vasokonstriksi kontriksi otot jantung pembuluh darah

- vasokontriksi sehingga tahanan

pembuluh darah perifer meningkat

resisten

Faktor ekstern : - Obat-obatan - Olahraga - Latihan kerja yang

lama Faktor intern :

- Alkohol - Usia

- Sikap kerja - Sex

Tekanan darah

- Masa Kerja - Kegemukan

meningkat

- Stress psikis

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik (explanatory research ) mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Menurut pendekatannya, penelitian ini adalah penelitian cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Ahmad Watik Pratiknya, 2001).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rakabu Furniture, Tirtoyoso, Surakarta selama 2 bulan pada bulan Mei-Juni 2010.

C. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja di bagian produksi dan finishing Rakabu Furniture Surakarta yang berjumlah 68 orang.

D. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling proporsional random sampling disebabkan populasi mempunyai Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling proporsional random sampling disebabkan populasi mempunyai

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok terpapar dan kelompok kontrol. Kelompok terpapar adalah tenaga kerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas kebisingan yang melebihi NAB 85 dB. Kelompok terpapar adalah tenaga kerja Rakabu Furniture di bagian produksi dengan jumlah pekerja 35 orang. Sedangkan kelompok kontrol adalah tenaga kerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas kebisingan yang dibawah NAB 85 dB. Kelompok kontrol ini digunakan peneliti sebagai pembanding. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah tenaga kerja Rakabu Furniture di bagian finishing dengan jumlah pekerja 33 orang. Sedangkan untuk mencari sampel minimal menggunakan rumus :

PQ n 0 n= n

Gambar 3. Rumus Mencari Sampel Keterangan : n : jumlah sampel minimal Z : koefisien keratandalan (reliability coefficient) yang nilainya tergantung

tingkat kepercayaan yang diterapkan peneliti. Dalam hal ini tingkat kepercayaan peneliti sebesar 95% = 1,96

P : parameter proporsi variabel binominal yang ingin diduga (50%)

Q :1–P

d : presisi yang ingin dicapai (0,1) N : ukuran populasi, jumlah seluruh individu di dalam populasi. (Suharyanto, dkk, 2000)

Sehingga diperoleh total sampel sebesar 40 pekerja (perhitungan lengkap ada di lampiran 3) yaitu 21 pekerja di ruang produksi dan 19 pekerja di ruang finishing yang telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Laki-laki

b. Usia 30-50 tahun

c. Bekerja 7 jam sehari

d. Masa kerja >3 tahun

e. Tidak minum alkohol

f. Tidak menggunakan pelindung telinga

g. Tidak mempunyai gangguan pendengaran

h. Tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi.

i. Tidak mengalami kegemukan

E. Kerangka Variabel

Variabel pengganggu terkendali - jenis kelamin - usia, - tidak minum alkohol - masa kerja - gangguan pendengaran - kegemukan

Variabel bebas Variabel terikat Intensitas Kebisingan Tekanan darah

Variabel pengganggu tidak terkendali - olah raga - pemakaian obat tertentu - sikap kerja - latihan kerja yang lama - stress psikis

Gambar 4. Kerangka Variabel Penelitian

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas kebisingan.

2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

tekanan darah sistolik dan diastolik.

3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, usia, tidak minum alkohol, masa kerja, gangguan pendengaran dan kegemukan. Cara pengendalian untuk jenis kelamin, usia, tidak minum alkohol, lama kerja dan masa kerja adalah dengan mengisi kuesioner penjaringan sampel. Cara pengendalian untuk gangguan pendengaran adalah dengan menggunakan uji manual pendengaran (cara uji manual pendengaran ada di lampiran 3). Sedangkan cara pengendalian untuk kegemukan yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) pekerja (cara perhitungan IMT ada di lampiran 3).

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : olahraga, pemakaian obat tertentu, sikap kerja, latihan kerja yang lama, stress psikis.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Intensitas Kebisingan Kebisingan adalah suara yang dihasilkan oleh mesin penggergajian kayu dan mesin untuk membuat mebel pada proses produksi. Intensitas kebisingan adalah hasil yang didapat saat pengukuran kebisingan langsung di tempat kerja menggunakan alat Sound Level Meter dengan satuan dB.

Alat Ukur : Sound Level Meter Merk RION NA 20 Satuan

: desibell (dB)

Skala Pengukuran

: nominal

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Di bawah NAB (kelompok kontrol) : hasil pengukuran kebisingan nilainya dibawah 85 dB.

b. Di atas NAB (kelompok terpapar) : hasil pengukuran kebisingan nilainya diatas 85 dB.

2. Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan diastolik tenaga kerja yang diketahui melalui pengukuran langsung dengan menggunakan alat : Alat ukur

: Sphygmomanometer digital

Satuan

: mmHg

Skala pengukuran

: interval

3. Usia Usia adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran, hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Data yang diperoleh dengan cara pengisian kuesioner penjaringan sampel dan identitas diri pekerja. Usia pekerja yang diteliti yaitu sekitar 30-50 tahun. Berdasarkan teori yang ada pada usia 30-50 tahun maka tekanan darah normalnya masih sama.

4. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat yang diterima orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin yang diambil dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin laki-laki.

5. Tidak Minum Alkohol Tidak minum alkohol adalah pekerja yang tidak minum alkohol selama 1 (satu) minggu terakhir sampai dengan penelitian dilakukan yang dapat diketahui dari pengakuan tenaga kerja dan dipastikan menggunakan surat kesediaan menjadi sampel penelitian yang menyebutkan bahwa tidak akan mengkonsumsi alkohol selama 1 minggu sebelum diadakan penelitian.

6. Masa Kerja Masa kerja adalah lama (tahun) pekerja bekerja di perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pekerja sebagai sampel yang sudah bekerja >3 tahun.

7. Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran adalah gangguan pada pendengaran tenaga kerja dengan ciri-ciri daya pendengaran turun dan sulit untuk berkomunikasi. Adapun untuk mengetahui pekerja mengalami gangguan pendengaran atau tidak, maka peneliti melaksanakan uji manual 7. Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran adalah gangguan pada pendengaran tenaga kerja dengan ciri-ciri daya pendengaran turun dan sulit untuk berkomunikasi. Adapun untuk mengetahui pekerja mengalami gangguan pendengaran atau tidak, maka peneliti melaksanakan uji manual

8. Kegemukan Kegemukan adalah keadaan dimana perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh) tenaga kerja melebihi IMT normal. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pekerja mengalami kegemukan atau tidak, peneliti menghitung IMT pekerja kemudian dibandingkan dengan kriteria IMT dari Depkes. Cara menghitung IMT ada di lampiran 3.

H. Desain Penelitian

Populasi

Proporsional Random Sampling

Subjek

Kelompok Terpapar Kelompok Kontrol (di atas NAB)

(di bawah NAB)

Sebelum bekerja

Sesudah bekerja tekanan darah

Sesudah bekerja

Sebelum bekerja

tekanan darah diukur

tekanan darah

tekanan darah

Independent Sample T-Test Independent Sample T-Test

Gambar 5. Desain Penelitian

I. Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini pengambilan data disesuaikan dengan jenis data sebagai berikut :

1. Data primer yang meliputi intensitas kebisingan, hasil pengukuran tekanan darah responden, pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh), uji manual pendengaran serta hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner penjaringan sampel.

2. Data sekunder dikumpulkan dengan cara pencatatan di bagian personalia serta gambaran umum perusahaan. Adapun data sekunder dalam penelitian ini meliputi :

a. Buku referensi yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang diteliti.

b. Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan objek yang diteliti.

J. Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan

Survei tempat penelitian dan proses perijinan

Tahap Pelaksanaan

- Pengisian kuesioner - Penentuan sampel penelitian

- Pengukuran intensitas kebisingan - Pengukuran tekanan darah

- Edit data penelitian

Tahap Penyelesaian

- Mengolah, analisis data dan menyimpulkan.

Gambar 6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Survei pendahuluan ke tempat penelitian untuk melihat kondisi tempat kerja, proses kerja, serta kondisi tenaga kerja. Kemudian mempersiapkan proposal penelitian dan menyusun kuesioner penjaringan sampel, selanjutnya kuesioner tersebut diperbanyak untuk digunakan dalam penjaringan sampel.

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan. Tahap 2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan. Tahap

a. Setelah mendapat izin dari pemilik Rakabu Furniture Surakarta, peneliti menjelaskan tentang tujuan dari penelitian serta mengkonfirmasikan mengenai instrumen yang dipakai dalam penelitian ini.

b. Pengisian kuesioner penjaringan sampel mengenai identitas diri serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah tenaga kerja kaitannya dengan intensitas kebisingan. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti memberikan penjelasan kepada pekerja mengenai cara pengisian kuesioner. Peneliti juga memantau dan membantu tenaga kerja dalam pengisian kuesioner jika ada kesulitan.

c. Menentukan sampel penelitian sesuai dengan kuesioner penjaringan sampel yang telah diisi oleh tenaga kerja.

d. Melakukan pengukuran intensitas kebisingan. Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di 4 titik pengukuran di setiap ruangan dan dilakukan setiap jam selama proses produksi berlangsung.

e. Pengukuran tekanan darah tenaga kerja. Tekanan darah sistolik dan diastolik diukur sebelum dan sesudah bekerja. Cara pengukuran tekanan darah sebelum bekerja yaitu setelah tiba di tempat kerja, pekerja diistirahatkan dulu sekitar

10 menit, kemudian diukur tekanan darahnya. Sedangkan cara pengukuran tekanan darah sesudah bekerja yaitu dalam rentang waktu 1 jam terakhir pekerjaan. Pengukuran setelah bekerja dimulai dari pekerja yang pertama diukur saat sebelum bekerja supaya interval pengukurannya sama. Pengukuran tekanan darah di masing- masing kelompok dilakukan selama 2 hari (dua kali pengukuran).

f. Edit data perolehan hasil penelitian.

3. Tahap Penyelesaian Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa dan menyimpulkan.

K. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Sound level meter, yaitu alat untuk mengukur intensitas kebisingan. Merek alat : Sound Level Meter RION NA-20 Satuan : dBA Teknik pengukurannya adalah :

a. Putar switch ke A.

b. Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT.

c. Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur.

d. Gunakan meter dynamic characteristic selector switch “FAST” karena jenis kebisingannya continue.

e. Pengukuran dilakukan selama 1-2 menit, mikropon diarahkan ke sumber kebisingan.

f. Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan posisi tenaga kerja selama bekerja.

g. Angka skala dibaca setelah panah penunjuk dalam keadaan stabil.

h. Pengukuran dilakukan masing-masing 4 titik di ruang produksi dan ruang finishing.

Gambar alat :

Gambar 7. Sound Level Meter

2. Sphygmomanometer digital, yaitu alat untuk mengukur tekanan darah. Merek alat : OMRON HEM-6022 Satuan : mmHg Gambar Alat :

Gambar 8. Sphygmomanometer digital

3. Timbangan badan dan meteran yaitu alat untuk menghitung berat badan dan tinggi badan pekerja.

4. Lembar isian data, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian.

5. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran.

6. Kamera digital, yaitu alat untuk mengambil dokumentasi sebagai bukti penelitian selama penelitian berlangsung.

7. Handphone Nokia 2626, yaitu alat bantu untuk menguji pendengaran tenaga kerja secara manual.

L. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik independent sample t-test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 12, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

3. Jika p value >0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001).

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

Rakabu Furniture Surakarta merupakan industri sedang yang bergerak di bidang mebel. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 21 Februari 1988 dan didirikan oleh Ir. Joko Widodo. Rakabu Furniture terletak di Jl. Ahmad Yani No. 331 Tirtoyoso RT. 04 RW. 13 Surakarta.

Pada awal berdirinya, perusahaan ini berbentuk perusahaan perseorangan yang bergerak di industri penggergajian kayu. Untuk mengembangkan perusahaan, maka kegiatan perusahaan diarahkan menjadi lebih luas. Hal ini diwujudkan dengan perubahan bidang usaha penggergajian kayu menjadi perusahaan industri mebel. Dalam proses produksinya Rakabu Furniture Surakarta sudah menggunakan alat yang modern untuk memudahkan pekerjaan. Beberapa alat produksi yang dimiliki Rakabu Furniture antara lain 2 unit mesin pemotong, 3 unit mesin pembelah kayu, 3 unit bor bulat, 2 unit bor kotak, dan lain-lain.

Daerah pemasaran awal bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan hanya mencakup Surakarta dan sekitarnya, kemudian perusahaan memperluas lagi ke berbagai kota di Indonesia. Pada tahun 1990 perusahaan sudah bisa menembus pasar Internasional, hingga saat ini daerah pemasaran di luar negeri Daerah pemasaran awal bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan hanya mencakup Surakarta dan sekitarnya, kemudian perusahaan memperluas lagi ke berbagai kota di Indonesia. Pada tahun 1990 perusahaan sudah bisa menembus pasar Internasional, hingga saat ini daerah pemasaran di luar negeri

Setiap harinya industri ini beroperasi selama 8 jam yaitu dari jam 08.00-16.00 dengan istirahat 1 jam, yaitu dari jam 12.00-13.00. Dalam satu minggu industri ini libur satu hari, yaitu pada hari minggu sedangkan pada tanggal merah juga ikut libur. Jumlah tenaga kerja industri ini sebanyak 87 orang.

Tahapan proses produksi pada Rakabu Furniture Surakarta dimulai dengan persetujuan perusahaan dengan buyer mengenai desain produk yang sudah dipesan. Tahapan pertama yaitu pemotongan kayu dan perakitannya menjadi mebel setengah jadi. Proses ini termasuk dalam proses bagian produksi. Setelah mebel setengah jadi siap selanjutnya masuk ke tahapan finishing . Adapun tahapan finishing tersebut antara lain : menghaluskan mebel, melakukan proses pewarnaan, memberi variasi untuk melengkapi desain dan meneliti hasil akhir produk yang sudah jadi. Setelah tahapan tersebut selesai maka mebel jadi telah siap untuk diekspor ke buyer.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Usia Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa usia minimal responden adalah 30 tahun dan usia maksimal responden adalah 49 tahun. Hasil wawancara dengan responden dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7.

Peneliti menghitung tingkat signifikan dari usia antara 2 kelompok penelitian, sebagai berikut : Tabel 4.1 Uji statistik usia responden kelompok kontrol dan kelompok

terpapar

No Variabel Usia Rata-Rata Standart Perbedaan p (sig 2- (Kelompok

(tahun) tailed) Penelitian)

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,809 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara usia pada kelompok terpapar (bagian produksi) dan kelompok kontrol (bagian finishing) dengan usia di dua kelompok penelitian tersebut relatif sama yaitu antara umur 30-49 tahun.

2. Masa Kerja Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masa kerja minimal responden 10 tahun dan masa kerja maksimal 18 tahun. Hasil wawancara dengan responden dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Peneliti menghitung tingkat signifikan masa kerja antara kelompok kontrol dengan kelompok terpapar, sebagai berikut :

Tabel 4.2 Uji statistik masa kerja antara responden kelompok kontrol dengan kelompok terpapar

No Variabel Masa Rata-Rata Standar Perbedaan p (sig 2- Kerja

(tahun) tailed) (Kelompok

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,660 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara masa kerja pada kelompok terpapar (bagian produksi) dengan kelompok kontrol (bagian finishing). Hal ini berarti rata-rata masa kerja dua kelompok tersebut relatif sama.

3. IMT (Indeks Massa Tubuh) Berdasarkan hasil wawancara mengenai berat badan dan tinggi badan responden sehingga didapat hasil IMT (Indeks Massa Tubuh) melalui perhitungan dengan IMT minimal responden 21.61 dan IMT maksimal 23,73. Hasil wawancara dengan responden mengenai berat badan, tinggi badan dan hasil IMT dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Peneliti juga melaksanakan uji statistik IMT pada responden kelompok terpapar dengan kelompok kontrol, sebagai berikut :

Tabel 4.3. Uji statistik IMT antara responden kelompok kontrol dengan kelompok terpapar

No Variabel IMT Rata-Rata Standar Perbedaan p (sig 2- (Kelompok

tailed) Penelitian)

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,496 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara IMT (Indeks Massa Tubuh) pada kelompok terpapar (bagian produksi) dengan kelompok kontrol (bagian finishing). Hal ini berarti rata-rata IMT dua kelompok tersebut relatif sama.

C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di ruang produksi dan ruang finishing. Pelaksanaan pengukuran dengan mengambil titik pengukuran yang disesuaikan luas lokasi ruang produksi dan finishing. Sehingga didapat 4 (empat) titik pengukuran di setiap lokasi dan dilakukan pengukuran setiap jam, sehingga pengukuran dilakukan 6 (enam) kali.

1. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Produksi Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Produksi

No.

Jam

Rerata (dBA)

Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari adalah 95,6 dBA. Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan serta alat yang beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas kebisingan tidak jauh berbeda dibandingkan hari-hari lainnya.

2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Finishing Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi Bagian

Rerata (dBA)

Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari di ruang finishing adalah 76,3 dBA. Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari di ruang finishing adalah 76,3 dBA. Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan

3. Uji Statistik Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi dan Ruang Finishing Tabel 4.6. Uji Statistik Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi dan

Ruang Finishing

No Variabel Rata-Rata Standar Perbedaan p (sig 2- Bising

(dBA) tailed) (Kelompok

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara intensitas kebisingan di ruang produksi dan ruang finishing .

D. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pekerja

Pengukuran tekanan darah dilakukan selama 4 (empat) hari, yaitu pengukuran di bagian produksi selama 2 (dua) hari dan di bagian finishing selama 2 (dua) hari. Setiap hari pengukuran dilakukan 2 (dua) kali, yaitu sebelum kerja dan sesudah kerja. Hasil pengukuran selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran. Berdasarkan data hasil pengukuran tekanan darah Pengukuran tekanan darah dilakukan selama 4 (empat) hari, yaitu pengukuran di bagian produksi selama 2 (dua) hari dan di bagian finishing selama 2 (dua) hari. Setiap hari pengukuran dilakukan 2 (dua) kali, yaitu sebelum kerja dan sesudah kerja. Hasil pengukuran selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran. Berdasarkan data hasil pengukuran tekanan darah

TR = TD + 1/3 (TS–TD) mmHg

Keterangan : TR : Tekanan Darah Rata-rata TD : Tekanan Darah Diastolik TS : Tekanan Darah Sistolik

1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Kelompok Terpapar (Pekerja Bagian Produksi) Tekanan darah yang diukur pada hari pertama dan kedua didapatkan tekanan darah rata-rata, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Rata-Rata pada Pekerja Bagian Produksi

Sebelum Bekerja (mmHg) Sesudah Bekerja (mmHg) No Nama

TR 1

TR 2

TR

TR 1

TR 2

TR

1 A 96.5 95.84 96.17 105.84 102.49

2 B 98.5 97.16 97.83 107.84 104.85

3 C 98.81 99.8 99.30 104.83 102.5

4 D 92.89 94.54 93.71 102.54

99.85 101.19 5 E 90.85 93.84 92.34 97.84 96.5 97.17

6 F 92.17 96.83 94.5 101.18

7 G 97.16 96.5 96.83 104.5 102.49

8 H 98.15 97.84 97.99 103.48

99.86 101.67 9 I 96.52 96.52 96.52 96.5 96.5 96.5

10 J

11 K

bersambung bersambung

Keterangan : TR 1 : Tekanan darah rata-rata hari I TR 2 : Tekanan darah rata-rata hari II TR : Tekanan darah rata-rata hari I dan II

Tabel 4.8. Hasil uji normalitas tekanan darah rata-rata pada pekerja bagian produksi

Rata-rata tekanan Standart Uji Tekanan darah

Deviasi Normalitas Sebelum kerja

darah (mmHg)

Sesudah kerja

0,923 Berdasarkan uji normalitas data sebelum dan sesudah bekerja

pada kelompok terpapar (bagian produksi) diperoleh 0,763 dan 0,923 yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.

2. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Kelompok Kontrol (Pekerja Bagian Finishing)

Tekanan darah yang diukur pada hari pertama dan kedua didapatkan tekanan darah rata-rata, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.9. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Rata-Rata pada Pekerja Bagian Finishing

Sebelum Bekerja (mmHg) Sesudah Bekerja (mmHg)

No Nama TR 1

99.85 100.51 4 DD 92.19 95.18 93.68 91.86 93.2 92.53 5 EE 97.21 97.18 97.19 95.19 97.17 96.18

6 FF 98.5 100.5

99.5 99.85 98.48 99.16 7 GG 91.84 94.52 93.18 92.52 96.52 94.52 8 HH 96.5 99.49 97.99 98.51 98.48 98.49 9 II 95.86 98.52 97.19 96.2 99.19 97.69

Keterangan : TR 1 : Tekanan darah rata-rata hari I

TR 2 : Tekanan darah rata-rata hari II TR : Tekanan darah rata-rata dari hari I dan II

Tabel 4.10. Hasil uji normalitas tekanan darah rata-rata pada pekerja

bagian finishing

Rata-rata tekanan Standart Uji Tekanan darah

Deviasi Normalitas Sebelum kerja

darah (mmHg)

Sesudah kerja

Berdasarkan uji normalitas data sebelum dan sesudah bekerja pada kelompok kontrol (bagian finishing) diperoleh hasil 0,648 dan 0,884 yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.

3. Hasil Perhitungan Selisih Tekanan Darah Pekerja Kelompok Terpapar (Bagian Produksi) dan Kelompok Kontrol (Bagian Finishing)

Selisih tekanan darah didapat dari selisih tekanan darah rata-rata sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja kelompok terpapar (bagian produksi) dan kelompok kontrol (bagian finishing). Hasil perhitungan selisih tekanan darah rata-rata pada kelompok terpapar dan kontrol dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11. Tabel 4. 11. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Tekanan Darah

Rata-rata selisih

Selisih Tekanan Standart Uji

tekanan darah

darah Deviasi Normalitas

Terpapar Kelompok

Berdasarkan uji normalitas data selisih tekanan darah kelompok terpapar dan kelompok kontrol diperoleh 0,976 dan 0,989 yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.

E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada Pekerja Kelompok Terpapar (Bagian Produksi) dan Pekerja Kelompok Kontrol (Bagian Finishing)

Adapun untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah maka peneliti melaksanakan uji perbedaan dengan menggunakan uji statistik independent sample t-test yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Uji Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing Hasil pengukuran tekanan darah sebelum bekerja pada pekerja bagian produksi dan finishing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9. Tabel 4.12. Hasil Uji Independent Sample t-test Sebelum Bekerja

Tekanan Rata-rata Standard Perbedaan Signifikansi darah

(mmHg) (p) Kelompok

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,702 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum kerja pada pekerja bagian produksi dan pekerja bagian finishing. Hal ini berarti rata-rata tekanan darah tenaga kerja sebelum kerja pada kedua kelompok tersebut sama.

2. Uji Perbedaan Tekanan Darah Sesudah Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing Hasil pengukuran tekanan darah sesudah bekerja pada pekerja bagian produksi dan finishing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9. Tabel 4.13. Hasil Uji Independent Sample t-test Sesudah Bekerja

Tekanan Rata-rata Standard Perbedaan Signifikansi darah

(mmHg) (p) Kelompok

Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara tekanan darah sesudah kerja pada kedua kelompok tersebut.

3. Uji Perbedaan Selisih Tekanan Darah Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing

Selisih tekanan darah didapat dari selisih tekanan darah rata-rata sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja di ruang produksi dan ruang finishing .

Tabel 4.14. Hasil Uji Independent Sample t-test Selisih Tekanan Darah

Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Bekerja

Tekanan Rata-rata Standard Perbedaan Signifikansi darah

(mmHg) (p) Kelompok

Kelompok Kontrol

0,99

1,523

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara selisih tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada kedua kelompok tersebut.

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Usia Tenaga kerja yang diteliti atau yang digunakan sebagai sampel adalah yang berusia antara 30-49 tahun. Berdasarkan teori yang ada pada umur 30-50 tahun maka tekanan darah normalnya masih sama yaitu 110- 140/70-90 mmHg (Oktia Woro, 1999). Rerata usia pada kelompok terpapar adalah 39,95±6,152 tahun dan pada kelompok kontrol 40,37±4,425 tahun. Berdasarkan uji statistik usia pada dua kelompok penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna, hal ini berarti rata-rata usia di kedua kelompok penelitian relatif sama.

2. Masa Kerja Masa kerja pekerja dalam penelitian ini antara 10-18 tahun. Rerata masa kerja pada kelompok terpapar sebesar 13,95±3,309 tahun dan kelompok kontrol sebesar 14,32±1,416 tahun. Berdasarkan uji statistik masa kerja pada dua kelompok penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna, hal ini berarti rata-rata masa kerja di kedua kelompok penelitian relatif sama.

Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa yang lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi risiko terpapar oleh kebisingan (Eva, 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini dikarenakan semakin lama masa kerja maka semakin lama pekerja terpapar kebisingan sehingga semakin mempengaruhi kenaikan tekanan darah.

3. Kegemukan Kegemukan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Adapun untuk mengendalikan masalah kegemukan, maka dalam penelitian ini peneliti menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) pekerja yang dihitung dari berat badan dan tinggi badan pekerja. Pekerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pekerja dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) minimal 21,61 dan maksimal 23,73.