ANALISIS KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA SDMI DAN SMPMTs DI KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG TAHUN 2012

KABUPATEN REMBANG TAHUN 2012

Skripsi

Disusun oleh : Chandra Pad Hardiyanti K5408022

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

SD/MI DAN SMP/MTs DI KECAMATAN LASEM

KABUPATEN REMBANG TAHUN 2012

Disusun Oleh : Chandra Pad Hardiyanti

NIM K5408022

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Program Studi Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Djoko Subandrio M.Pd Singgih Prihadi S.Pd, M.Pd NIP. 19560420 198303 1 003

NIP. 19820908 200604 1 002

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Jumat Tanggal : 3 Agustus 2012

Tim Penguji Skripsi,

Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

: Dra. Inna Prihartini, M.S

Sekretaris : Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc 2.............................

Anggota I : Drs. Djoko Subandrio M.Pd

Anggota

Singgih II : Prihadi S.Pd, M.Pd

Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan Pembantu Dekan 1

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si

Chandra Pad Hardiyanti, ANALISIS KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA

SD/MI DAN SMP/MTs DI KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

TAHUN 2012. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta, Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui pola persebaran SD/MI dan SMP/MTs di Kecamatan Lasem, (2) mengetahui ketersediaan dan kelengkapan sarana dan prasarana menurut Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007, (3) mengetahui ketersediaan sarana prasarana ruang kelas SD/MI Kecamatan Lasem (4) mengetahui ketersediaan sarana prasarana ruang kelas SMP/MTs di Kecamatan Lasem.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan strategi penelitian deskriptif yang dilihat dari sudut pandang keruangan. Penelitian ini bersifat penelitian populasi sebanyak 32 SD/MI dan 8 SMP/MTs. Teknik sampling yang digunakan untuk memperoleh data sarana dan prasarana SD/MI serta SMP/MTs adalah sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi berupa data jumlah siswa dan data sarana prasarana, observasi yang berupa kunjungan langsung di setiap SD/MI dan SMP/MTs di Kecamatan Lasem. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis peta, teknik analisis parameter tetangga terdekat dan analisis data sarana prasarana. Hasil penelitian ini adalah : (1) pola persebaran SD/MI acak karena nilai T SD/MI : 0,79 dan pola persebaran SMP/MTs mengelompok karena nilai T SMP/MTs : 0,38 (2) untuk SD/MI yang memiliki kualitas sarana prasarana sangat memadai ada 3 sekolah, SD yang memiliki kualitas memadai ada 14 sekolah, SD yang memiliki kualitas cukup memadai ada 4 sekolah dan SD yang masuk kualitas kurang memadai ada 11 sekolah. Untuk SMP/MTs yang masuk kategori sangat memadai sarana dan prasarananya ada 5 sekolah, SMP yang memiliki kualitas memadai ada 1 sekolah, SMP yang memiliki kualitas cukup memadai yakni 1 sekolah dan yang memiliki kualitas kurang memadai ada 1 sekolah (3) ketersediaan ruang kelas yang dibutuhkan SD/MI pada tahun 2012 ada 173 tapi pada kenyataannya jumlah ruang kelas SD/MI yang ada di kecamatan Lasem berjumlah 238, berarti ada selisih 65 kelas. (4) ketersediaan ruang kelas yang dibutuhkan SMP/MTs pada tahun 2012 ada 84 kelas, tetapi ruang kelas SMP/MTs di Kecamatan Lasem pada tahun 2012 berjumlah 86 kelas maka ada sisa 2 kelas.

Kesimpulan penelitian : (1) persebaran SD/MI adalah acak dan persebaran SMP/MTs adalah mengelompok (2) ada 3 SD/MI yang kualitas sarana prasarananya sangat memadai, 14 SD/MI sarananya memadai, 4 SD/MI cukup memadai dan 11 SD/MI kurang memadai. Sedangkan ada 5 SMP/MTs yang kualitasnya sangat memadai, ada 2 SMP/MTs cukup memadai dan 1 SMP/MTs kurang memadai (3) ruang kelas yang dibutuhkan SD/MI di Kecamatan Lasem tahun 2012 adalah 173 ruang (4) ruang kelas yang dibutuhkan SMP/MTs di Kecamatan Lasem tahun 2012 adalah 84 ruang.

Kata kunci : ketersediaan sarana prasarana sekolah, sarana prasarana

ELEMENTARY SCHOOL/ ISLAMIC ELEMENTARY SCHOOL AND JUNIOR HIGH SCHOOL/ ISLAMIC JUNIOR HIGH SCHOOL IN LASEM, REMBANG,

2012. Thesis, Surakarta: Faculty of Teachership and Education. Sebelas Maret University, July 2012.

This study aims to: (1) find out the spatial pattern of Elementary School/ Islamic Elementary School and Junior High School/ Islamic Junior High School in Lasem, (2) find out the availability and the completeness of facilities based on Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007, (3) find out the classroom availability of Elementary School/ Islamic Elementary School in Lasem, (4) find out the classroom availability of Junior High School/ Islamic Junior High School in Lasem. According to the objectives of study, this study used qualitative research method which is seen from spatial point of view. This study was population research which engaged 32 Elementary Schools/ Islamic Elementary Schools and 8 Junior High Schools/ Islamic Junior High Schools. Census are the technique of sampling which are used to gain the data. In collecting the data, this study used documentation in a form of the number of students, observation in

a form of visiting every Elementary School/ Islamic Elementary School and Junior High School/ Islamic Junior High School in Lasem directly. While mapping analysis, technique analysis using nearest neighbor and analysis of data facilities are the technique of analyzing the data.

The results of this study are: (1) the spatial pattern of Elementary School/ Islamic Elementary School is random because the T score: 0,97 and for Junior High School/

Islamic Junior High School is grouped because the T score: 0,38 (2) There are 3 schools for Elementary School/ Islamic Elementary School which have good facilities, 14

Elementary Schools with good quality, 4 Elementary Schools with good enough facilities, and 11 Elementary Schools with less quality. For Junior High School/ Islamic

Junior High School, there are 5 schools with good facilities, 1 school with good quality,

1 school with good enough quality, and 1 school with less quality. (3) The availability of classroom which is needed by the Elementary School/ Islamic Elementary School in 2012 is 173, but in fact there are 238 Elementary School/ Islamic Elementary School classrooms in Lasem, it means there are 65 unused classrooms. (4) The availability of classrooms which is needed by Junior High School/ Islamic Junior High School in 2012 is 84 classrooms, but there are 86 Junior High School/ Islamic Junior High School classrooms in Lasem, so there are 2 unused classes.

The conclusion of this study: (1) The spatial patterns of Elementary School/ Islamic Elementary School is random and for Junior High School/ Islamic Junior High School is grouped. (2) There are 3 Elementary Schools/ Islamic Elementary Schools with very good facilities, 14 Elementary Schools/ Islamic Elementary Schools with good quality, 4 Elementary School/ Islamic Elementary Schools with good enough quality, and 11 Elementary School/ Islamic Elementary School with less quality. While for Junior High School/ Islamic Junior High School, there are 5 schools with very good facilities, 2 schools with good enough quality, and 1 school with less quality. (3) In 2012, Elementary School/ Islamic Elementary School in Lasem need 173 classrooms, (4) Junior High School/ Islamic Junior High School in Lasem need 84 classrooms in 2012.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. maka apabila kamu telah selesai ( dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan)

yang lain. dan hanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu berharap. ( Q.S. AL-Inssyirah : 6-8)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles )

Jadikan masa lalu sebagai pelajaran dan jangan pernah membiarkan masa lalu menjadi penghalang untuk mencapai cita-cita dalam hidupmu

(Penulis)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. (Almh. Ibu) dan Ayah tercinta Untuk nasehat, doa yang tiada habisnya, perhatian yang begitu besar serta kasih sayang yang tak pernah putus hingga beliau (almh. Ibu ) berada di sisi-Nya, Never stop to loving them, forever dan I miss you Mom.

2. Kakak-kakakku serta mbak-mbak dikeluargaku tersayang, mas Eko & Mbak Nunung, mas Ugiek & Mbak Fita, Mas Bayu & Mbak Ririn yang senantiasa memotivasi dan memberikan doa, I love them so much.

3. Sahabat-sahabatku (keluarga kecilku di Solo) yang aku sayangi dan selalu menemani hari-hari yang indah serta dalam suka duka ( Lily, Talitha, Resmi, Ary, Yanti & Ila ) serta mas Habiburahman yang senantiasa membantu kami.

You all the best for me in my Surakarta life

4. Teman-teman Pendidikan Geografi 08.

5. Almamater

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini diucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penelitian.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penelitian.

4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan masukan.

5. Bapak Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan memberikan motivasi serta mengarahkan pemikiran penulis.

6. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Pembimbing Akademis yang telah memotivasi dan membimbing penulis dari awal kuliah hingga selesai.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu selama menempuh studi. Bapak Kepala Kesbang Polinmas Kabupaten Rembang yang telah memberikan

izin penelitian izin penelitian

2. Bapak/Ibu Kepala Sekolah SD/MI dan SMP/MTs di Kecamatan Lasem

yang telah memberikan izin penelitian dan data yang diperlukan.

3. Shinta, Erlina, Diana, Nila, Ratna, Uung (sahabat-sahabatku yang menemaniku dalam susah senang, selalu memberiku motivasi dan selalu menemaniku dalam pencarian data yang diperlukan).

4. Resmi, Ary, Talitha, Lily, Yanti, Ila, Ririn, Hendra, Mega (sahabat-sahabat terbaikku, teman berbagi sekaligus keluarga kecilku di Surakarta). Para kru Geografi 2008 teman seperjuanganku dalam suka dan duka yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga persahabatan kita dapat terus terjalin.

5. Veru, si merah dan black smash yang selalu mengantar ke tempat tujuan dengan selamat dari awal sampai akhir kuliah. Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skrpsi ini, maka

dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Surakarta, 24 Juli 2012

Penulis

2012 ...........................................................................................................78

21. Ketersediaan Ruang Kelas SMP/MTs di Kecamatan Lasem Tahun 2012 .....79

No Halaman Peta 1 Administrasi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2012 .........45

Peta 2 Penggunaan Lahan Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2012 ............................................................................................46 Peta 3 Persebaran SD/MI di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun

Peta 4 Pola Persebaran SD/MI di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang

Tahun 2012 ...........................................................................................55 Peta 5 Persebaran SMP/MTs di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang

Tahun 2012 ...........................................................................................58 Peta 6 Pola Persebaran SMP/MTs di Kecamatan Lasem Kabupaten

Rembang Tahun 2012.............................................................................59 Peta 7 Kualitas Sarana Prasarana SD/MI di Kecamatan Lasem Kabupaten

Rembang Tahun 2012.............................................................................67 Peta 8 Kualitas Sarana Prasarana SD/MI di Kecamatan Lasem Kabupaten

Rembang Tahun 2012.............................................................................73

No. Gambar Halaman

1. Proses Kartografi ........................................................................................15

2. Desain Tata Letak Peta ................................................................................17

3. Kerangka Pemikiran ....................................................................................30

4. Diagram Alir Penelitian ..............................................................................41

No. Gambar Halaman

1. Checklist Data Sarana dan Prasarana SD/MI Di Kecamatan Lasem ...........85

2. Checklist Data Sarana dan Prasarana SMP/MTs Di Kecamatan Lasem .....96

3. Potret Sarana dan Prasarana SD/MI Di Kecamatan Lasem ....................... 105

4. Potret Sarana dan Prasarana SMP/MTs Di Kecamatan Lasem ................. 109

5. Jarak Titik Persebaran SD/MI Di Kecamatan Lasem ............................... 111

6. Jarak Titik Persebaran SMP/MTs Di Kecamatan Lasem .......................... 112

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan di masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam proses pembelajaran, sarana dan prasarana memiliki peran penting dalam menunjang proses pendidikan di sekolah. Dengan adanya sarana dan prasarana dapat membantu meningkatkan minat belajar mengajar baik bagi siswa maupun guru. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib program wajar (wajib belajar) 9 tahun (tingkat SD-SMP), maka dalam penyediaan sarana dan prasarana program wajar 9 tahun akan diprioritaskan mendapatkan sarana dan prasarana yang lebih baik. Akan tetapi pada kenyataannya, bangunan sekolah wajib belajar 9 tahun (SD-SMP) di Kecamatan Lasem tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan, karena banyak bangunan sekolah yang minim akan fasilitas sarana dan prasarana baik dari segi bangunan, perlengkapan belajar mengajar, fasilitas sekolah (jamban, tempat ibadah, ruang piket, dan lain-lain). Penempatan bangunan sekolah dapat mempengaruhi lengkap tidaknya sarana prasarana yang tersedia, hal ini dapat dipengaruhi oleh keterjangkauan aksesbilitas. Dengan kata lain, apabila bangunan sekolah tersebut Dalam proses pembelajaran, sarana dan prasarana memiliki peran penting dalam menunjang proses pendidikan di sekolah. Dengan adanya sarana dan prasarana dapat membantu meningkatkan minat belajar mengajar baik bagi siswa maupun guru. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib program wajar (wajib belajar) 9 tahun (tingkat SD-SMP), maka dalam penyediaan sarana dan prasarana program wajar 9 tahun akan diprioritaskan mendapatkan sarana dan prasarana yang lebih baik. Akan tetapi pada kenyataannya, bangunan sekolah wajib belajar 9 tahun (SD-SMP) di Kecamatan Lasem tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan, karena banyak bangunan sekolah yang minim akan fasilitas sarana dan prasarana baik dari segi bangunan, perlengkapan belajar mengajar, fasilitas sekolah (jamban, tempat ibadah, ruang piket, dan lain-lain). Penempatan bangunan sekolah dapat mempengaruhi lengkap tidaknya sarana prasarana yang tersedia, hal ini dapat dipengaruhi oleh keterjangkauan aksesbilitas. Dengan kata lain, apabila bangunan sekolah tersebut

Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI dan SMP/MTs mengamanatkan bahwa setiap sekolah sebaiknya memiliki sarana dan prasarana sesuai dengan standar sarana dan prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang telah ditetapkan. Jadi, dalam pengembangan pendidikan di Indonesia hendaknya memperhatikan sarana dan prasarana yang terdapat disetiap sekolah guna meningkatkan kualitas pendidikan yang dihasilkan oleh sekolah tersebut. Tetapi sekolah pelaksana program wajib belajar 9 tahun (SD-SMP) di Lasem dalam hal penyediaan sarana dan prasarana ada sebagian yang belum memenuhi standar dari Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana di SD/MI dan SMP/MTs. Jadi, berangkat dari Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI dan SMP/MTs, perlu dilakukan pengecekan apakah SD/MI dan SMP/MTs di Kecamatan Lasem sudah memenuhi syarat dan standar yang telah ditetapkan atau belum, karena penyediaan akan sarana dan prasarana berperan penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di setiap sekolah.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana memuat syarat-syarat yang harus dipenuhi sekolah baik tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama agar memiliki kualitas sarana dan prasarana yang baik. Salah satu syarat dalam pemenuhan sarana dan prasarana yang utama adalah ruang kelas karena ruang ini memiliki fungsi penting dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi sekolah- sekolah di Kecamatan Lasem khususnya sekolah program wajib belajar 9 tahun (SD-SMP) belum diketahui ketersediaan ruang kelas yang dibutuhkan. Data yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang hanya jumlah ruang kelas yang ada pada tahun 2012 bukan jumlah ruang kelas yang dibutuhkan untuk periode pendidikan 2011/2012. Oleh sebab itu perlu dilakukan penghitungan Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana memuat syarat-syarat yang harus dipenuhi sekolah baik tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama agar memiliki kualitas sarana dan prasarana yang baik. Salah satu syarat dalam pemenuhan sarana dan prasarana yang utama adalah ruang kelas karena ruang ini memiliki fungsi penting dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi sekolah- sekolah di Kecamatan Lasem khususnya sekolah program wajib belajar 9 tahun (SD-SMP) belum diketahui ketersediaan ruang kelas yang dibutuhkan. Data yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang hanya jumlah ruang kelas yang ada pada tahun 2012 bukan jumlah ruang kelas yang dibutuhkan untuk periode pendidikan 2011/2012. Oleh sebab itu perlu dilakukan penghitungan

Letak persebaran sekolah dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu baik faktor geografi atau non geografi. Demikian halnya dengan persebaran sekolah SD dan SMP di Kecamatan Lasem. Ada beberapa sekolah yang terletak di desa terpencil di bukit-bukit dan ada pula sekolah yang terletak saling berdekatan di pusat kota. Dengan diketahui pola persebaran sekolah di Lasem maka akan mempermudah jalannya program pemeratan pendidikan di Kabupaten Rembang sesuai dengan indikator yang tetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang yakni :

1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan : Suatu petunjuk atau keterangan yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan pendidikan dilihat dari segi peningkatan dan pemerataan partisipasi / akses pendidikan

2. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing : Suatu petunjuk atau keterangan yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan masyarakat yang bermutu, berdaya saing, dan relevansi dengan kebutuhan masyarakat.

3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan Publik : Suatu petunjuk atau keterangan yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan pendidikan dengan mewujudkan sistem pengelolaan pendidikan yang efisien, efektif, dan akuntabel dengan menekankan pada peranan desentralisasi dan otonomi pendidikan di setiap jenjang pendidikan dan masyarakat, dan meningkatkan citra publik.

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti bermaksud meneliti tentang ANALISIS KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA SD/MI DAN SMP/MTs DI KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG TAHUN 2012.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Pentingnya program wajib belajar 9 tahun sebagai pendidikan dasar yang harus dimiliki oleh setiap anak disetiap wilayah.

2. Belum diketahuinya pola persebaran bangunan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama untuk memperlancar program pemerataan pendidikan di Kecamatan Lasem .

3. Belum lengkapnya ketersediaan sarana prasarana Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 tahun 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah(SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) untuk menunjang kualitas pendidikan di Kecamatan Lasem.

4. Belum lengkapnya ketersediaan sarana prasarana SD/MI dan SMP/MTs sehingga belum diketahuinya ketersediaan ruang kelas yang disediakan oleh sekolah tersebut.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana distribusi dan pola spasial Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) di Kecamatan Lasem tahun 2012?

2. Bagaimana ketersediaan sarana prasarana di SD/MI dan SMP/MTs berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 tahun 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs).

tersedia di Kecamatan Lasem?

4. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana (ruang kelas) SMP/MTs yang tersedia di Kecamatan Lasem?

D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Distribusi dan pola spasial Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) di Kecamatan Lasem tahun 2012.

2. Ketersediaan dan kelengkapan sarana dan prasarana ditiap-tiap SD/MI dan SMP/MTs berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 tahun 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah SMP/MTs.

3. Ketersediaan sarana dan prasarana (ruang kelas) SD/MI yang tersedia di Kecamatan Lasem.

4. Ketersediaan sarana dan prasarana (ruang kelas) SMP/MTs yang tersedia di Kecamatan Lasem.

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan hasil penelitian yang diperoleh

dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dalam bidang geografi khususnya pemetaan dan mengkaji secara spasial keberadaan SD/MI dan SMP/MTs di Kecamatan Lasem.

b. Penelitian ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam penerapannya di lapangan.

c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang lain di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kualitas sarana dan prasarana di SD/MI dan SMP/MTs di kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2012.

b. Program Studi Pendidikan Geografi Sebagai bahan pustaka dan media pembelajaran bagi Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

c. Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Sebagai salah satu acuan bagi Dinas Pendidikan tingkat Kabupaten Rembang dalam peningkatan kualitas pendidikan dan kelancaran program pemerataan pendidikan disetiap daerah terutama tingkat kecamatan.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Analisis Spasial

Beberapa ahli mengemukakan tentang distribusi spasial antara lain Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) menyebutkan bahwa analisis spasial mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data).

Pada hakekatnya analisis spasial adalah analisis lokasi yang menitik- beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1991: 74). Analisis spasial ada dua bentuk yaitu analisis spasial berbasis sistem informasi geografis sederhana (Simple GIS-based spatial analysis) dan analisis spasial yang berbasis sistem informasi geogafis lanjut (Advanced GIS-based spatial analysis). (http://infomygis.blogspot.com.)

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern) , dan proses (spatial processes). Ketiga hal tersebut termasuk pendekatan keruangan yang ditekankan dalam studi pemukiman. Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: a) kenampakan titik (point features), b) kenampakan garis (line features), dan c) kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern) , dan proses (spatial processes). Ketiga hal tersebut termasuk pendekatan keruangan yang ditekankan dalam studi pemukiman. Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: a) kenampakan titik (point features), b) kenampakan garis (line features), dan c) kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan

2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketersediaan berasal dari kata

sedia yang berarti siap. Ketersediaan yakni kesiapan suatu sarana (tenaga, barang, modal, anggaran) untuk dapat digunakan atau dioperasikan di waktu yang telah ditentukan. Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan fisik, baik dalam fisik, mental serta emosional sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses pendidikan yang memanfaatkan fisik untuk menghasilkan perubahan. Jadi pengertian sarana dan prasarana adalah semua yang menunjang segala kegiatan demi tercapainya suatu tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Daien (1990: 54-57) sarana adalah fasilitas yang terdapat di dalam suatu institusi yang digunakan oleh institusi tersebut yang bersangkutan untuk menunjang proses pendidikan dalam mencapai maksud dan tujuan institusi. Adapun sarana pendidikan yaitu peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan khususnya proses proses belajar mengajar. (http//amirblogspot.co.id//pendidikan//mutu//org)

Berdasarkan pemikiran di atas, sarana dapat dikatakan pula sebagai sarana fisik dalam dunia pendidikan yang berfungsi sebagai kelengkapan sekolah atau alat pengajaran untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah atau institusi yang terkait, sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Prasarana pendidikan adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai.

dimiliki oleh sekolah ataupun instalasi pendidikan, diantaranya adalah :

a. Bentuk sarana Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa sarana dalam dunia pendidikan berbentuk :

1) Bangunan sekolah

2) Ruang-ruang kelas ( meja, kursi, lemari, lampu)

3) Ruang guru

4) Kamar mandi dan tempat ibadah

5) Papan tulis dan alat tulis pembelajaran

6) Sarana peraga ( globe, peta, dan media pembelajaran lainnya )

Hal ini menunjukkan bahwa sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat atau media dalam mencapai maksud atau tujuan.

b. Bentuk prasarana Prasarana pendidikan adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dapat dikatakan bahwa prasarana dalam dunia pendidikan berbentuk :

1) Halaman

2) Kebun atau taman sebagai pembelajaran biologi

3) Lapangan olahraga

4) Perpustakaan

5) Ruang atau tempat guru piket

6) Jadwal belajar semua kelas Menurut Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah SMP/MTs dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah SMA/MA seharusnya SD/MI sekurang- kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

2) ruang perpustakaan,

3) laboratorium IPA,

4) ruang pimpinan,

5) ruang guru,

6) tempat beribadah,

7) ruang UKS,

8) jamban,

9) gudang,

10) ruang sirkulasi,

11) tempat bermain/berolahraga. Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1) ruang kelas,

2) ruang perpustakaan,

3) ruang laboratorium IPA,

4) ruang pimpinan,

5) ruang guru,

6) ruang tata usaha,

7) tempat beribadah,

8) ruang konseling,

9) ruang UKS,

10) ruang organisasi kesiswaan,

11) jamban,

12) gudang,

13) ruang sirkulasi,

14) tempat bermain/berolahraga.

berikut:

1) ruang kelas,

2) ruang perpustakaan,

3) ruang laboratorium biologi,

4) ruang laboratorium fisika,

5) ruang laboratorium kimia,

6) ruang laboratorium komputer,

7) ruang laboratorium bahasa,

8) ruang pimpinan,

9) ruang guru,

10) ruang tata usaha,

11) tempat beribadah,

12) ruang konseling,

13) ruang UKS,

14) ruang organisasi kesiswaan,

15) jamban,

16) gudang,

17) ruang sirkulasi,

18) tempat bermain/berolahraga Adapun hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan proses pendidikan dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerjasama dengan pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif, efisien dan lengkapnya ketersediaan sarana dan prasarana dapat menunjang proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara langsung menunjang pelaksanaan pembelajaran di sekolah seperti: ruang, 18) tempat bermain/berolahraga Adapun hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan proses pendidikan dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerjasama dengan pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif, efisien dan lengkapnya ketersediaan sarana dan prasarana dapat menunjang proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara langsung menunjang pelaksanaan pembelajaran di sekolah seperti: ruang,

3. Sekolah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sekolah merupakan salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut ilmu. Melihat kenyataannya hingga sekarang sekolah masih dipercaya oleh sebagian besar anggota masyarakat sebagai salah satu tempat untuk belajar, berlatih kecakapan, menyerap pendidikan atau tempat proses mendewasakan anak. Menurut Hasbullah (2005: 45-46) sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional. Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga, bersifat formal namun tidak kodrati. Kendatipun demikian banyak orangtua (dengan berbagai alasan) menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah.

Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 ayat (1) disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkahlaku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sementara itu, dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum.

Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah). Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala Sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah). Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala Sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala

4. Pengertian Peta dan Pemetaan

Menurut International Cartographic Asociation (ICA) dalam Sinaga (1999:

1) peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi, biasanya dalam skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui suatu sistem proyeksi. Peta menggunakan simbol dua dimensi untuk mencerminkan fenomena geografikal yang dilakukan secara sistematis dan memerlukan kecakapan untuk membuat dan membacanya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis dan untuk efisiensinya harus mempelajari atribut atau elemen-elemen dasarnya. Menurut Suyono dan Masrubi (1983: 1) peta secara umum diartikan sebagai gambaran roman muka bumi yang diperkecil menurut aturan tertentu. Gambaran tersebut bersifat alamiah, bersifat kulturil, maupun keduanya. Gambaran tersebut dilukiskan pada bidang yang horizontal dengan bidang tertentu.

Semua peta mempunyai satu hal yang sifatnya umum yaitu menambah pengetahuan dan pemahaman geografikal bagi si pengguna peta. Dalam perencanaan pembangunan, hampir semua memerlukan peta sebelum perencanaan tersebut dimulai. Menurut Villanueva (1978: 2) adapun fungsi peta misalnya sebagai berikut:

a. Memperlihatkan posisi atau lokasi relative

b. Memperlihatkan ukuran (dari petandapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi).

c. Memperlihatkan bentuk-bentuk obyek di permukaan bumi dengan skala tertentu.

d. Menghimpun dan menyeleksi (peta menghimpun data dari suatu daerah dan menyatakannya di atas permukaan dengan ukuran yang secukupnya).

merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dan digambarkan menurut ukuran geometris pada suatu bidang datar dengan simbol yang digeneralisir untuk mewakili kenampakan-kenampakan sebenarnya antara lain dengan penyederhanaan, klasifikasi, penghilangan dan pembesaran.

Menurut Sukoco (1999: 7) peta dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Peta Umum Peta umum adalah peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota, jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau, gunung, dsb) pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu. Contoh peta umum adalah Peta Rupabumi dalam istilah asingnya sering disebut dengan Topographic Map.

b. Peta Tematik Peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi, dll.). Umumnya peta tematik dibuat dari peta umum yang diambil beberapa informasi yang berkaitan dengan penelitian yang kemudian dijadikan peta dasar dalam pembuatan peta tematik, kemudian ditambahkan data tematik kedalam peta dasar tersebut.

Contoh peta tematik adalah peta kepadatan penduduk, peta penggunaan lahan, peta tanah, peta geologi dan lain-lain. Dalam penelitian ini akan dihasilkan beberapa peta tematik yang berhubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana SD/MI dan SMP/MTs di Kecamatan Lasem tahun 2012.

Menurut Sinaga (1995: 7) berdasarkan skalanya, peta dibedakan menjadi:

a. Peta skala sangat besar, yaitu peta dengan skala > 1:10.000

b. Peta skala besar, yaitu peta dengan skala > 1:100.000 – 1:10.000

c. Peta skala sedang, yaitu peta dengan skala > 1:1.000.000 – 1:100.000

d. Peta skala kecil, yaitu peta dengan skala < 1:1.000.000 Menurut Villanueva (1978: 33) ada beberapa cara dalam menyampaikan skala peta sebagai berikut:

a. Skala angka atau skala pecahan a. Skala angka atau skala pecahan

− Skala angka (Numerical Scale) 1 : 50.000 − Skala pecahan (Representative Fraction) 1/50.000

b. Skala verbal (verbal scale) Yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat atau skala yang menunjukkan jarak inci di peta sesuai dengan sejumlah mil di lapangan. Contoh: one ince to one mile

c. Skala Grafis Yaitu skala yang ditunjukkan dengan garis lurus, yang dibagi-bagi dalam bagian yang sama. Setiap bagian menunjukkan bagian yang sama pula. Contoh dari skala angka 1:50000 menjadi skala grafis sebagai berikut:

0.5 0 0.5 1 1.5 2 Km

Seorang kartograf harus dapat mendesain peta dan merekayasa, mengkombinasikan berbagai data menjadi simbol-simbol yang menarik dan mudah dimengerti sehingga peta yang dihasilkan mempunyai nilai yang tinggi baik isi maupun unsur seninya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis dan untuk efisiennya harus mempelajari atribut atau elemen- elemen dasarnya (Sinaga 1995:3).

Suatu alat bantu yang efisisen untuk menyajikan data keruangan adalah peta. Untuk menyajikan peta yang baik, dalam arti peta yang memenuhi syarat- syarat secara kartografis, maka harus dilakukan melalui proses yang runtun dan baik pula. Menurut Murchke pemrosesan kartografi seperti yang disajikan dalam bentuk skema berikut ini:

T 3 =(T 2 )¹

Gambar 1. Proses Kartografi

Keterangan:

Real World : Data Lapangan. T 1 : Pengumpulan Data. Raw Data : Data mentah hasil pengumpulan data. T 2 : Proses pengolahan data yang meliputi analisis, klasifikasi

dan simbolisasi pada peta (transformasi). Map : Peta yang dihasilkan. T 3 : Pembaca dan interpretasi peta dengan harapan pengguna

peta dapat memahami dan memperoleh gambaran tentang data aslinya.

Map Image : Pengertian/kesan dari pengguna peta sehubungan dengan

peta yang dibaca.

T 3 =(T 2 )¹ : Berarti tahap pembacaan peta (T 3 ) merupakan tahap yang tidak dapat dilepaskan atau erat kaitannya dengan tahap pemetaan (T 2 ) semakin baik tahap pemetaan data akan lebih memudahkan pengguna peta dalam pembacaan peta yang didukung oleh data mentah sebagai sumber datanya.

5. Konsep Pemetaan

Peta sebagai alat komunikasi dari si pembuat peta kepada pengguna peta atau pembaca peta mengenai informasi tertentu, maka pengguna atau pembaca peta harus mampu mengungkapkan data aslinya. Supaya data yang dihasilkan sesuai yang diharapkan, dimengerti dan memberi gambaran yang jelas, rapi dan

Real World

Raw Data

MAP

Map Image

dasar dan desain isi peta atau simbol. Dalam membuat peta, perlu memperhatikan desain tata letak peta. Hal ini dimaksudkan supaya peta tampak lebih serasi, seimbang dan harmonis, maka penempatan dan pengaturan informasi dibuat sedemikian rupa sehingga komposisinya betul dan menarik bagi pengguna peta sehingga akan mempermudah dibaca dan dimengerti. Agar peta lebih mudah dibaca oleh pengguna peta maka harus dilengkapi dengan keterangan tepi (marginal information ). Dalam penempatan dan pengaturan informasi tepi ini perlu diperhatikan :

a. Bagian yang kosong dalam lembar peta.

b. Skala peta yang digunakan

c. Keseimbangan dalam meletakkan informasi tepi pada peta. Informasi tepi yang dimaksud dalam peta antara lain: judul peta, skala peta, legenda, orientasi, sumber peta dan sumber data, pembuat, nomor peta, garis tepi, garis grid, dan insert. Menurut Sinaga (1995: 37) desain tata letak peta (layout peta) dapat dicontohkan sebagai berikut :

Gambar 2. Desain Tata Letak Peta

Keterangan :

1. Judul Peta

6. Sumber

2. Skala Peta

7. Pembuat Peta

4. Legenda

9. Garis Tepi

5. Peta inset Dalam mendesain peta harus diperhatikan maksud, tujuan dan metode pemetaannya, dengan demikian peta yang dihasilkan akan nampak harmonis, menarik dan yang penting dapat memberikan informasi yang representatif, mudah dibaca dan mudah dipahami oleh pengguna peta. Dengan kata lain suatu peta untuk dapat dipergunakannya seharusnya antara pembuat peta dan desain peta dengan fungsi peta mempunyai kaitan yang erat.

Selain itu dengan pendekatan semiologis akan mempermudah dalam menyajikan data secara grafis, yaitu :

a. Analisis informasi, dalam melakukan analisis terhadap informasi ada beberapa hal yang dilakukan antara lain:

1) Menentukan jumlah komponen (variabel) informasi yang terlibat.

2) Menentukan panjang komponen.

3) Menentukan tingkat organisasi komonen.

b. Memilih dan menentukan tingkat persepsi visual simbol yang digunakan untuk mencerminkan informasi yang ditetapkan.

c. Memilih dan menentukan variabel yang paling sesuai.

d. Melakukan desain simbol.

e. Meletakkan simbol, simbol yang dibuat kemudian diletakkan pada peta dasar yang telah disiapkan dari masing-masing data yang akan dihasilkan.

Dalam keseluruhan desain peta tersebut, maka desain simbol peta mempunyai peranan penting karena simbol merupakan alat bantu komunikasi antara pembuat peta dan pengguna peta. Simbol merupakan penyajian dalam bentuk gambar yang menarik dan mudah dipahami oleh pengguna peta atau sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi suatu tema pada peta tematik. Secara garis besar simbol-simbol yang digunakan dalam peta tematik hanya mempunya ketentuan menurut temanya saja.

Pembuatan desain simbol tidak hanya diperhatikan arti dan bentuk dari simbol saja, tetapi masih ada juga hal yang perlu diperhatikan yaitu aspek-aspek Pembuatan desain simbol tidak hanya diperhatikan arti dan bentuk dari simbol saja, tetapi masih ada juga hal yang perlu diperhatikan yaitu aspek-aspek

a. Simbol kelihatan jelas dan mudah dimengerti.

b. Simbol harus kelihatan harmonis dan menarik.

c. Simbol dapat mencerminkan nilai data yang diwakilinya.

6. Pengertian Data

Menurut pendapat Machfoedz (2004: 4), data adalah kumpulan hasil pengukuran atau perhitungan suatu obyek penelitian atau segala sesuatu yang ingin dicatat dalam bentuk angka. Salah satu hal penting dalam pengumpulan data adalah penentuan sumber data, karena tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian, meskipun macam datanya sesuai dengan tujuan penelitian. Perlu diteliti terlebih dahulu apakah data tersebut mempunyai kriteria yang baku, apakah petugas pengumpulan datanya benar-benar orang terdidik dalam bidangnya. Untuk menghindari kesulitan diatas lebih baik jika data yang dikehendaki diambil dari instansi atau badan resmi yang mempunyai wewenang dibidangnya. Secara umum segala terbitan resmi oleh badan-badan resmi, baik berbentuk angka, grafik maupun gambar, adalah sumber data.

Data tersebut biasa tersedia dalam bentuk catatan asli seperti laporan, sensus, survei, catatan dikantor pemerintah serta terbitan resmi yang diolah dan disajikan secara skematik. Data merupakan himpunan fakta-fakta, angka-angka, huruf-huruf, kata-kata, grafik-grafik atau lambang-lambang yang menyatakan suatu gagasan, obyek, kondisi ataupun situasi (Bintarto, 1979: 32). Penyajian data dalam bentuk lambang atau grafik harus benar-benar mewakili komponen datanya supaya data tersebut mudah dimengerti dan dipahami.

Menurut Suparanto (1995: 10-11), syarat-syarat data yang baik supaya berguna antara lain:

a. Data harus obyektif, maksudnya sesuai dengan keadaan sebenarnya.

c. Kesalahan baku (standard eror) harus kecil. Suatu perkiraan dikatakan baik (mempunyi tingkat ketelitian yang tinggi) apabila kesalahan bakunya kecil.

d. Harus tepat waktu.

e. Harus relevan, maksudnya data yang dikumpulkan harus ada hubungannya dengan masalah yang akan dipecahkan Data dapat dikelompokkan menjadi:

a. Menurut sifatnya:

1) Data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka.

2) Data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka.

b. Menurut sumbernya:

1) Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan/kegiatan dalam suatu organisasi.

2) Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan keadaan/kegiatan diluar suatu organisasi.

c. Menurut cara memperolehnya:

1) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perseorangan langsung dari obyeknya.

2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi.

1. Angger Wasis Saputro (2001) melakukan penelitian tentang ” Identifikasi Sarana dan Prasarana Pelayanan Sekolah berkaitan dengan Perilaku Belajar pada Siswa Siswi SMA(Sekolah Menengah Atas) Negeri 1 Wonogiri”.