LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI DAN PERTANIAN TIT

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
TITIK MENYINGGUNG

DORPAIMA D LUMBANGAOL
05121007028

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewanhewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Indonesia merupakan
negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, tersebar dari

Sabang hingga ke Merauke. Sejumlah besar (lebih dari 10.000 buah) dari pulaupulau

tersebut

adalah

merupakan

pulau-pulau

berukuran

kecil,

memiliki

keanekaragaman tumbuhan, hewan jasad renik yang tinggi. Hal ini terjadi karena
keadaan alam yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat
ke tempat lainnya dalam pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumber daya
hayati dan tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem, yang

masing-masing menampilkan kekhususan pula dalam kehidupan jenis-jenis yang
terdapat didalamnya.
Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari
ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor
lingkungn dari sejarah dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan
demikian analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan
informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem.
Keanekaragaman hayati yang sangat tinggi merupakan suatu koleksi yang
unik dan mempunyai potensi genetik yang besar pula. Namun hutan yang merupakan

sumberdaya alam ini telah mengalami banyak perubahan dan sangat rentan terhadap
kerusakan. Sebagai salah satu sumber devisa negara, hutan telah dieksploitasi secara
besar-besaran untuk diambil kayunya Eksploitasi ini menyebabkan berkurangnya
luasan hutan dengan sangat cepat. Keadaan semakin diperburuk dengan adanya
konversi lahan hutan secara besar-besaran untuk lahan pemukiman, perindustrian,
pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan serta kebakaran hutan yang selalu
terjadi di sepanjang tahun Dengan demikian jelas terlihat bahwa fungsi hutan sebagai
pengatur tata air telah terganggu dan telah mengakibatkan berkurangnya
keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat

mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi
hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan
keadaan habitatnya.
Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan
tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang
botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan
variasi vegetasi secara alami itu sendiri. (Syafei, 1990)

B. Tujuan

Untuk mengetahui komposisi, jenis, peranan, penyebaran dan struktur dari
suatu tipe vegetasi yang diamati.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring
dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus

diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta
herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen
utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan
merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti
hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi
pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling
berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut
sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan
dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif
bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan
vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon
dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah,
pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi
pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi

tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu.
(Rohman, 2001)
Dalam mempelajari vegetasi , dibedakan antara studi floristic dengan analisis

vegetasi, dibedakan antara studi floristic denan analisis vegetasi. Pada studi floristic
data yang diperoleh berupa data kualitatif, yaitu data yang menunjukan bagaimana
habtus dan penyebaran suatu jenis tanaman. Sedangkan analisis vegetasi data yang
diperoleh berupa data kualitatif dan kuantiatif. Data kuantitatif menyatakan jumlah ,
ukuran , berat kering , berat basah suatu jenis. Frekuensi temuan dan luas daerah
yang ditumbhinya. Data kuantitatif di dapat dari hasil penjabaran pengamatan petak
contoh lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan dilapangan
berdasarkan pengamatan yang luas.
Vegetasi merupakan masyarakat tumbuhan yang hidup di dalam suatu tempat
dalam suatu ekosistem. Masyarakat tumbuhan ( komunitas ) adalah kumpulan
populasi tumbuhan yang menempati suatu habitat. Jadi pengertian komunitas identik
dengan pengertian vegetasi. Bentuk vegetasi dapat terbentuk dari satu jenis
komunitas atau disebut dengan konsosiasi seperti hutan vinus , padang alang-alang
dan lain-lain. Sedangkan yang dibentuk dari macam-macam jenis komunitas disebut
asosiasi seperti hutan hujan tropis, padang gembalaan dan lain-lain. (Swanarmo,
1996)
Kegiatan pengelolaan dan pengusahaan hutan harus berdasarkan pada
prinsip kelestarian hutan (Suistanable Forest Management). Prinsip kelestarian
hutan yang dimaksud adalah kelestarian fungsi produksi, fungsi ekologis, dan
fungsi sosial. Hal ini berarti bahwa pengelolaan hutan tersebut harus menjamin


keberlanjutan pemanfaatan hasil hutan, fungsi hutan sebagai sistem penyangga
kehidupan

berbagai

spesies

asli

beserta

ekosistemnya

dan

kehidupan

masyarakat setempat yang tergantung kepada hutan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, Untuk itu kegiatan inventarisasi hutan sangat berperan

dalam menyajikan informasi yang akurat tentang keadaan tegakan hutan, baik
keadaan pohon-pohon maupun berbagai karakteristik areal tempat tumbuh.
Informasi tersebut digunakan untuk menyusun perencanaan dalam pengelolaan
hutan. (Michael, M. 1992)
Inventarisasi hutan dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data
dan informasi tentang sumberdaya hutan, potensi kekayaan hutan serta
lingkungannya secara lengkap. Kegiatannya dengan cara melakukan survey
mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumberdaya manusia
serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Hasil dari
inventarisasi hutan antara lain dipergunakan sebagai dasar pengukuhan kawasan
hutan, penyusunan neraca sumberdaya hutan, penyusunan rencana kehutanan
dan sisitem informasi kehutanan. Oleh karena itu, data hasil kegiatan
inventarisasi hutan harus memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dengan
memperhatikan efisiensi dalam pengambilan data baik dari segi waktu, tenaga,
dan biaya. (Naughhton, 1973)
Kegiatan pengumpulan data penunjang dalam kegiatan inventarisasi hutan
terdiri dari data luas dan letak, topografi, bentang alam spesifik, geologi dan
tanah, iklim, fungsi hutan, tipe hutan, flora dan fauna yang dilindungi,
pengusahaan


hutan

serta

penduduk,

kelembagaan

dan

sarana-prasarana.

Sedangkan kegiatan pengolahan data terdiri penyusunan daftar nama jenis
pohon dan dominasi, perhitungan masa tegakan, perhitungan luas bidang dasar
pohon serta perhitungan volume pohon. (Polunin, 1990)
Dalam kaitannya dengan kegiatan inventarisasi hutan, telah dikembangkan
berbagai metode beik teknik pengambilan data, penggunaan bentuk unit contoh
maupun

pengelolaan


datanya.

Metode-metode

tersebut

digunakan

untuk

menduga potensi tegakan yang ada, karena tidak mungkin dilakukan sensus
terhadap tegakan hutan yang sangat luas. Demikian perlu adanya perbaikanperbaikan dan penemuan metode baru yang tepat bagi kegiatan inventarisasi
hutan untuk pendugaan potensi tegakan agar lebih praktis dan juga mempunyai
ketelitian yang tinggi. (Wolf, 1990)
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis
suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap
harus


diperhitungkan

berbagai

kendala

yang

ada

(Syafei,

1990).

Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan
untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode
kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada
penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa
plot) (Syafei, 1990).


Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa
garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang
digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih
sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis, sistem analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting)
yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan
sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan
berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan
prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu
tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan
suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar Sedangkan metode
intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan
cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu
tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang
diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini
variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Jumin,
1992)

A.

III.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada Selasa, 2 April 2013 pukul 15.00. Lahan

Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Indralaya..

B.

Alat dan Bahan
Pada praktikum analisis vegetasi metoda titik menyinggung ini dibutuhkan

alat

dan bahan, yaitu : 1) sebuah komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek

praktikum 2) tali rafia 3) benang 4) meteran 5) alat tulis 6) perlengkapan pembuatan
herbarium 7) patok tanda pembatas 8) buku-buku identifikasi 9) pantograf 10) jarum
C.

Cara Kerja

1.

Letakan alat yang berupa kerangka besi atau kayu dengan tongkat jarum
penunjuk menyentuh permukaan tumbuhan yang akan dianalisis dan pindahpindahkan letak alat tersebut sesuai dengan jumlah yang akan diamati

2.

Sebagai satuan contoh pengamatan adalah interval yang terdiri dari 10 lubang
atau panjang 1 m

3.

Catat jenis tumbuhan yang tertunjuk oleh tongkat atau jarum penunjuk tersebut
dan jumlah interval sebagai satuan pengamatan, kedalam table data tersebut.

4.

Dari data hasil pengukuran selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh nilai frekuensi dan dominasi jenis tumbuhan berdarsakan cara
perhitungan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil yang didapat adalah :

No.
1

Garis

Nama Tumbuhan
Rumput Gajah

Jumlah
5

Garis 1

2

Garis 2

Kacang-kacangan
Anonim
Putri Malu

5
10
7

3

Garis 3

Ilalang

2

Rumput Gajah

1

B. Pembahasan

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Analisis vegetasi adalah
suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur)
vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu
dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau
sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak
tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak.
Pada cara kurva luas minimum kita hanya mempelajari satu petak sampling yang
mewakili suatu tegakan hutan. Besarnya petak contoh ini tidak boleh terlalu kecil
hingga tidak menggambarkan tegakan yang dipelajari. Ukuran minimum dari suatu

petak tunggal tergantung pada kerapatan tegakan dan banyaknya jenis-jenis pohon
yang terdapat. Makin jarang tegakannya atau makin banyak jenisnya makin besar
ukuran petak tunggal yang digunakan. Ukuran minimum ini ditetapkan dengan
menggunakan kurva spesies-area. Metode garis merupakan suatu metode yang
menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan
sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi
sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. metode intersepsi titik
merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa
titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang
benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai
titik-titik tersebut.
Keanekaragaman hayati yang sangat tinggi merupakan suatu koleksi yang
unik dan mempunyai potensi genetik yang besar pula. Namun hutan yang merupakan
sumberdaya alam ini telah mengalami banyak perubahan dan sangat rentan terhadap
kerusakan. Sebagai salah satu sumber devisa negara, hutan telah dieksploitasi secara
besar-besaran untuk diambil kayunya. Eksploitasi ini menyebabkan berkurangnya
luasan hutan dengan sangat cepat.
Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat
menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur
dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang
bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup
di suatu hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai

komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang
mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum.
Dari hasil praktikum ini didapat tumbuhan Rumput Gajah, Ilalang, Putri
Malu, Kacang-kacangan dan tumbuhan yang tidak dikenal namanya (anonim) yang
memiliki jumlah beragam pada setiap garisnya.

V . KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu
penyusunnya terdapat interaksi yang erat
2. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik
3. Kegiatan pengelolaan dan pengusahaan hutan harus berdasarkan pada
prinsip kelestarian hutan (Suistanable Forest Management). Prinsip
kelestarian hutan yang dimaksud adalah kelestarian fungsi produksi,
fungsi ekologis, dan fungsi social
4. Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat
menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah
di ukur dan nyata
5. Dari hasil praktikum ini didapat tumbuhan Rumput Gajah, Ilalang, Putri
Malu, Kacang-kacangan dan tumbuhan yang tidak dikenal namanya (anonim)
yang memiliki jumlah beragam pada setiap garisnya.
B. Saran
Sebaiknya pada praktikum ini para praktikan dapat lebih memanfaatkan
waktu praktikumnya untuk menganalisa jenis tanaman pada vegetasi yang diamati.
DAFTAR PUSTAKA

Jumin, Hasan Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta
Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia
Naughhton. 1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. Yogyakarta: UGM Press
Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan.

Malang: JICA

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Swanarmo, H, dkk. 1996. Pengantar Ilmu Lingkungan. Malang: Universitas
Muhammadyah
Wolf, Larry dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta: UGM Press