PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK

PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa.
Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa lain, karena
potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang banyak.
Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam. Terbukti, setelah
perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI, ancaman dan gangguan dari dalam
juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik sampai yang idiologis. Meski demikian, bangsa
Indonesia memegang satu komitmen bersama untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia.
Dorongan kesadaran bangsa yang dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan dihadapkan
pada lingkungan dunia yang serba berubah akan memberikan motivasi dalam menciptakan
suasana damai.
Sejak merdeka negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman yang membahayakan
kelangsungan hidup bangsa. Tetapi bangsa Indonesia mampu mempertahankan kemerdekaan
dan kedaulatannya dari agresi Belanda dan mampu menegakkan wibawa pemerintahan dari
gerakan separatis. Ditinjau dari geopolitik dan geostrategi dengan posisi geografis, sumber
daya alam dan jumlah serta kemampuan penduduk telah menempatkan Indonesia menjadi
ajang persaingan kepentingan dan perebutan pengaruh antara negara besar. Hal ini secara
langsung maupun tidak langsung memberikan dampak negatif terhadap segenap aspek

kehidupan sehingga dapat mempengaruhi dan membahayakan kelangsungan hidup dan
eksitensi NKRI. Untuk itu bangsa Indonesia harus memiliki keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga berhasil mengatasi
setiap bentuk tantangan ancaman hambatan dan gangguan dari manapun datangnya.
Disinilah letak kepentingan Ketahanan Nasional bagi bangsa Indonesia, untuk tetap teguh
berdiri sebagai satu kesatuan Negara Indonesia, untuk menghindari segala jenis ancaman dan
bahaya yang bermaksud menghancurkan atau merusak hakekat dan pendirian Bangsa
Indonesia. Ketahanan Nasional memiliki salah satu tujuan yakni untuk menjaga keamanan
dan ketentraman bangsa Indonesia dari segala bahaya. Itulah sebabnya pentingnya
perlindungan Negara di bidang Pertahanan dan Keamanan negara Karena itu, Fungsi
Pertahanan dan Keamanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina
kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa serta menanggulangi setiap ancaman meliputi
subfungsi pertahanan, subfungsi keamanan dalam negeri dan subfungsi keamanan ketertiban
masyarakat.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara. Hal ini merupakan dasar dari sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta. Pelaksanaannya diatur dengan memenuhi keadilan dan pemerataan

dalam menjalankan tugas pertahanan dan keamanan nasional. Dalam sistem per tahanan dan keamanan rakyat semesta, ABRI yang tumbuh dari rakyat serta
bersama dalam kemanunggalan dengan rakyat menegakkan dan mengisi kemerdekaan

bangsa, menjadi inti dalam sistem tersebut.
Pertahanan dan keamanan nasional yang disusun berdasarkan sistem Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta akan mampu mensukseskan perjuangan nasional pada
umumnya, pembangunan nasional pada khususnya dan mengamankannya dari setiap
ancaman, sehingga usaha bangsa dalam mencapai tujuan nasional dapat berlangsung
dalam suasana damai, aman, tenteram, tertib dan dinamis.Pembinaan pertahanan
dan keamanan nasional diusahakan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan
dan keamanan, yang meliputi kemampuan kekuatan di darat, di laut, di udara, penertiban dan penyelamatan masyarakat, sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas
pertahanan dan keamanan nasional sesuai dengan keperluan dan tantangan yang
dihadapi oleh negara dan bangsa Indonesia.

Kekayaan Angkatan Bersenjata RI sebagai kekuatan sosial, bersama kekuatan sosial
lainnya, memikul tugas dan tanggung jawab perjuangan bangsa dalam mengisi
kemerdekaan dan memperjuangkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembinaan
kemampuan ABRI sebagai kekuatan sosial diarahkan agarAngkatan Bersenjata RI dalam
kemanunggalannya dengan rakyat, mampu secara aktif melaksanakan kegiatan
pembangunan nasional, serta dapat meningkatkan peranannya dalam memperkokoh
ketahanan nasional. Di samping itu, operasi Bakti ABRI merupakan peluang untuk
menyumbangkan sesuatu yang berharga kepada masyarakat .


1.1

Penegasan Mengenai Judul
Dalam kesempatan ini kita akan membahas pertahanan nasional dan keamanan Negara
Republik Indonesia, kita sebagai penerus bangsa, kita harus punya jiwa patriotisme terhadap
Negara Republik Indonesia, kita harus bisa menjaga bangsa ini dari pesaing yang ingin
menguasai kekayaan sumber daya alam Indonesia yang kaya, seperti yang sudah di bahas di
awal tadi. Banyak sekali yang ingin menguasai bangsa ini, makanya begitu penting sekali
pertahanan dan keamanan Negara.
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Karena saya memilih judul ini saya sangat tertarik sekali dengan pokok pembahasan, tentang
pertahanan nasional dan keamanan Negara. Saya ingin sekali mengupas masalah pertahanan
Negara kita ini apakah sudah bagus pertahanan Negara ini, makanya kita harus paham
tentang pertahanan nasional karena, Negara ini sangat kaya sekali dengan sumber daya alam.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1.Dengan adanya makalah yang berjudul Ketahanan Nasional ini dapat mengetahui apa
pengertian-pengertian ketahanan nasional.
2.Penulis mengiginkan makalah ini menjadi bahan bacaan yang menarik bagi para pembaca.

3.Penulis berharap makalah ini dapat menjadi bahan materi pada mata kuliah pendidikan
kewarganegaraaan dan dalam tugas yang sama.

BAB II
KEADAAN DAN MASALAH
Strategi nasional bangsa Indonesia yang mengutamakan pembangunan nasional
untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, merupakan kepentingan nasional yang
utama. Oleh karena itu segenap upaya nasional, baik ke dalam maupun ke luar harus
menunjang. suksesnya pembangunan nasional. Sehubungan dengan itu, upaya
pertahanan dan keamanan nasional berkewajiban mendukung usaha pembangunan
itu dengan menjamin terpeliharanya suasana dan kondisi masyarakat yang damai,
aman, tenteram, tertib dan dinamis. Pembangunan pada hakekatnya adalah suatu
proses perubahan masyarakat dari suatu keadaan tertentu menuju suatu keadaan
baru yang lebih baik dan lebih maju. Dan setiap perubahan akan selalu menyebabkan
gangguan terhadap keseimbangan, sehingga akibat-akibat yang ditimbulkan oleh
gangguan keseimbangan yang lahir dari proses perubahan ini akan merupakan suatu
perubahan keadaan yang harus dihadapi dan diatasi secara terus menerus.
Kondisi fisik bumi Indonesia serta letak geografisnya di dunia mengandung faktorfaktor penentu strategis yang relatif permanen. Garis-garis pantainya yang panjang,
laut teritorial beserta selat-selatnya, dan wilayah udaranya menjadi jalur
pelayaran danpenerbangan internasional. Wilayah perbatasan yang belum

berkembang, mewujudkan suatu pola permasalahan tersendiri. Perkembangan sosial
ekonomi dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi di daerah-daerah tertentu,
mengandung pula permasalahan yang relatif permanen. Semua itu memerlukan
perhatian dari segi pertahanan dan keamanan nasional. Sebagai suatu bangsa yang
berada dalam lingkungan dunia yang luas, perjuangan mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur dapat mengakibatkan kepentingan bangsa Indonesia
dihadapkan kepada kepentingan bangsa lain. Dalam keadaan demikian, bangsa
Indonesia yang cinta damai mengutamakan penyelesaian masalah melalui

perundingan dan diplomasi. Tetapi, karena tidak ada jaminan bahwa bangsa lain
tidak akan menggunakan perang sebagai cara penyelesaian, maka bangsa Indonesia
harus menjalankan upaya untuk membela dirinya terhadap berbagai bentuk
perang yang mungkin dilancarkan terhadapnya oleh bangsa lain.
Walaupun perang umum dapat diharapkan tidak akan terjadi dalam jangka waktu lima
tahun yang akan datang, namun perang terbatas tetap merupakan ancaman yang sukar
untuk dapat dicegah, sedang kegiatan subversi senantiasa akan merupakan bahaya
laten yang akan memanfaatkan setiap keadaan dalam negeri bangsa-bangsa yang
sedang berkembang. Oleh karena itu upaya pertahanan dan keamanan haruslah
dapat mewujudkan kemampuan untuk dapat menghadapi dan menanggulangi
ancaman perang terbatas, dan mencegah serta mengatasi kegiatan subversi dalam

berbagai bentuknya.
Dalam pengkajian masalah pertahanan dan keamanan nasional diketemukan banyak
ketidak-pastian. Ketidak pastian masa depan menuntut tersedianya jaminan dalam
berbagai bentuk. Pertama, perkembangan keadaan yang dapat melahirkan ancaman
harus dapat diketahui segera. Suatu kemampuan intelijen harus dimiliki agar
dapat mewujudkan jaminan tersedianya waktu peringatan yang maksimum. Kedua,
persiapan pertahanan dan keamanan nasional tidak dapat ditunda sampai munculnya
suatu ancaman secara pasti. Perkembangan-perkembangan yang mendadak menuntut
tersedianya kekuatan siap yang cukup, yang jika perlu dalam waktu yang singkat
masih dapat diperbesar lagi dengan mengaktifkan kekuatan cadangan. Ketiga,
berbagai peristiwa dalam berbagai bentuk dapat timbul kemudian. Pengkajian
harus senantiasa dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa yang belum terjadi, tetapi
dapat merupakan bentuk peristiwa yang dapat saja timbul di masa depan.
Kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia perlu diamankan terhadap
ancaman perang dan segala bentuk gangguan keamanan. Kepentingan nasional
yang demikian tinggi nilainya, harus dijamin kelangsungannya oleh Bangsa Indonesia
sendiri dan tidak boleh disandarkan kepada kekuatan bangsa lain. Ketetapan bangsa
Indonesia untuk tidak mengikatkan diri dalam suatu persekutuan atau fakta
pertahanan, memperkuat keharusan untuk selalu bersandar pada kemampuan
sendiri. Di samping itu, kepentingan Indonesia terhadap perdamaian dunia, khususnya keamanan di kawasan Asia Tenggara, mewajibkan bangsa Indonesia untuk turut

serta dalam upaya internasional maupun regional untuk memelihara keamanan dan
perdamaian. Beban kewajiban ini dapat berupa suatu kekuatan pemelihara
perdamaian, sebagai salah satu sahamnya dalam kerjasama internasional.
Sebagai suatu bangsa yang cinta damai, Indonesia lebih mengutamakan penyelesaian
pertentangan melalui jalan kebijaksanaan politik dari pada jalan militer. Meskipun
demikian dalam keadaan tertentu, kemampuan Hankamnas yang berdiri di
belakangnya, berguna untuk mendukung kebijaksanaan politik. Oleh karena itu
bagi Indonesia adalah penting untuk menampakkan dirinya sebagai suatu negara

yang menangani setiap permasalahan Hankamnas secara bersungguh-sungguh
serta untuk menunjukkan bahwa kekuatan yang dimilikinya mempunyai
kemampuan yang harus diperhitungkan.
Kepentingan-kepentingan nasional lainnya menuntut dijalankannya politik bebas dan
aktif oleh Negara Republik Indonesia, yang diabdikan kepada kepentingan nasional.
Politik bebas dan aktif juga bertujuan turut serta dalam usaha mencapai dan me melihara perdamaian dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara yang sangat
besar pengaruhnya terhadap segenap upaya pembangunan nasional.
Sebagai suatu negara yang belum dapat menghasilkan sendiri segala keperluannya,
Indonesia, berkepentingan untuk dapat melangsungkan hubungan ekonomi dengan
negara-negara lain di dunia. Suasana aman dan damai di seluruh dunia akan
memungkinkan Indonesia memasarkan hasil-hasil produksinya ke segenap penjuru

dunia, dan sebaliknya memperoleh segenap keperluan yang belum dapat dihasilkan
sendiri dari negara yang dapat menyediakannya. Sehubungan dengan kepentingan itu,
bangsa Indonesia merasa wajib untuk turut serta dalam setiap usaha mewujudkan dan
memelihara perdamaian dunia. Mengingat bentuk dan letak geografis Indonesia
sebagai suatu wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya serta segala sifat dan
corak khasnya, maka implementasi nyata dari Wawasan Nusantara menjadi
kepentingan Hankamnas, di satu pihak untuk dapat menjamin keutuhan wilayah
nasional dan melindungi sumber-sumber kekayaan alam beserta eksploitasinya, serta
di lain pihak untuk menunjukkan kemampuan Hankamnas dalam menegakkan hak
dan kedaulatan Negara Republik Indonesia. Suatu hal yang sangat panting yang
terkandung dalam Wawasan Nusantara adalah posisi yang diambil oleh Bangsa
Indonesia dalam mengartikan tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan politik,
kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi dan kesatuan wilayah Hankamnas.
Hankamnas pada hakekatnya merupakan hasil upaya total yang mengintegrasikan
segenap potensi dan kekuatan politik, ekonomi, sosial-budaya dan militer bagi
kepentingan nasional Setiap manusia Indonesia segara perorangan akhirnya akan
merupakan subyek maupun obyek yang utama, sehingga karenanya harus dibekali
dan diperkuat untuk dapat menjalankan peranannya baik sebagai pelaku maupun
sebagai benteng keamanan nasional. Dengan ideologi Pancasila dan nilai-nilai
nasional lainnya sebagai bekal yang tangguh, serta dilengkapi dengan pengetahuan

dan ketrampilan, diharapkan spontanitas dan militansi segenap rakyat Indonesia
dapat dikerahkan dalam menghadapi setiap ancaman dan gangguan yang dapat
membahayakan keamanan dan kelangsungan, hidup bangsa, tanpa mengenal
menyerah.
Pertahanan ini disertai upaya untuk meningkatkan kemampuan organisasi komando
dan pengendalian antar Angkatan. Untuk seluruh Kekuatan Pertahanan ini perlu
dibangun atau ditingkatkan fasilitas-fasilitas pangkalan, baik yang berupa pangkalan

operasi maupun asrama kesatuan, yang lokasinya sedapat mungkin disesuaikan
dengan rencana pengembangan wilayah. Program Utama ini terdiri dari Program
Bala Pertahanan Wilayah, Program Bala Pertahanan Terpusat, Program Angkutan
Terpusat, Program Bala Cadangan dan Program Intelijen, dan Komunikasi
Terpusat.

BAB III
PENETAPAN PEMROGRAMAN
3.1

Program Bala Pertahanan Wilayah
Program ini meliputi kegiatan sebagai berikut:


a) Pembinaan TNI-AD diprioritaskan pada peningkatan pembinaan teritorial sampai
ke pelosok-pelosok wilayah Nasional untuk dapat menciptakan kondisi teritorial
yang mantap serta dapat menumbuhkan desa sebagai pangkal kekuatan pertahanan
rakyat semesta meningkatkan kemampuan kekuatan pemukul wilayah termasuk
kemampuan pembekalan dan pemeliharaan wilayah serta meningkatkan kemampuan
aparatur intelijen dari tingkat Kodam sampai dengan tingkat Koramil,
sehinggadapat melaksanakan penginderaan sedini mungkin, menghambat,
melokalisasikan dan menetralisasikan setiap gangguan dan ancaman.
b) Pembinaan TNI-AL diprioritaskan pada peningkatan pengendalian laut dan
peningkatan pembinaan perlawanan rakyat di laut guna mendukung
kemampuan pengamatan laut teritorial dalam rangkamengimplementasikan
Wawasan Nusantara dan meningkatkan sistem dukungan administrasi dan logistik
yang mampu menunjang operasi-operasi, baik yang dilaksanakan oleh Kekuatan
Wilayah maupun Kekuatan Terpusat.
c) Pembinaan TNI-AU diprioritaskan pada peningkatan kemampuan komando dan
pengendalian operasi udara dalam rangka membantu pelaksanaan operasi-operasi

darat dan laut; peningkatan kemampuan pengamatan udara dengan memanfaatkan
segenap potensi yang ada dalam wilayah seperti organisasi penerbangan sipil dan

rakyat; meningkatkan sistem dukungan administrasi dan logistik yang mampu
menunjang operasi-operasi, baik yang dilaksanakan .oleh kekuatan wilayah maupun
oleh kekuatan terpusat.

3.2

Program Bala Pertahanan Terpusat

Program ini meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Pembinaan TNI-AD diprioritaskan pada peningkatan kekuatan pemukul yang
memiliki daya tempur dan kesiapan yang tinggi, mobilitas darat dan lintas udara
yang memadai, beserta perlengkapan yang lebih baik.
b) Pembinaan TNI-AL diprioritaskan pada peningkatan kemampuan peperangan di laut
dan peningkatan kemampuan pengamatan laut dengan mengembangkan kekuatankekuatan tempur laut yang tergabung dalam Eskader TNI-AL.
c) Pembinaan TNI-AU diprioritaskan pada peningkatan kemampuanpengamatan udara,
penyerangan udara dan pertahanan udara.
3.3
Program Angkutan Terpusat
Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemampuan pemindahan strategis pasukan,
perlengkapan dan perbekalan keseluruh wilayah Nusantara, dengan mem bentuk dan atau
menyempurnakan satuan-satuan angkutan strategis, terutama laut dan udara. Program Bala
Cadangan
Program ini meliputi kegiatan pembentukan satuan-satuantempur cadangan untuk
meningkatkan kekuatan bala pertahanan wilayah, khususnya dalam rangka
meningkatkan kemampuan peperangan wilayah satuan-satuan angkutan darat, laut dan
udara cadangan untuk meningkatkan kemampuan pemindahan strategis serta personil
militer cadangan dalam rangka membangun satuan-satuan, dan cadangan. Untuk itu,
perlu segera disiapkan ketentuan-ketentuan serta petunjuk-petunjuk .
3.4
Program Intelijen dan Komunikasi Terpusat.
Program ini meliputi kegiatan:
a) Peningkatan kemampuan intelijen strategis melalui peningkatan kemampuan personil
yang ada dan penambahan tenaga-tenaga ahli, sertameningkatkan penginderaan
dan apresiasi terhadap lingkunganstrategis di dalam negeri maupun di luar
negeri, yang meliputi bidang-bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, psychologi
dan militer, sehingga perubahan-perubahan tersebut dapat di identifikasikan dengan
teliti dan cermat serta dapat memberikan cukup waktu untuk bertindak.

b) Peningkatan pelaksanaan kegiatan topografi dan hidrografi untuk melengkapkan data
bumi dan perairan wilayah Nusantara, yang punya arti penting bagi upaya
pertahanan dan keamanan maupun kesejahteraan nasional.
c) Peningkatan kemampuan komunikasi strategis yang meliputi pendayagunaan segenap

peralatan modern yang sudah ada.
3.5

Program Utama Kekuatan

Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemampuan kepolisian daerah untuk dapat
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, mampu memberikan pelayanan dan
penyelenggaraan penyelamatan masyarakat, penanggulangan gangguan terhadap keamanan
dan ketertiban masyarakat serta kemampuan penegakan hukum yang dapat menindak,
membuktikandi depan pengadilan dan melaksanakan putusan pengadilan atas perbuatan
penyimpangan terhadap hukum.
1)

Program Kepolisian Pusat
Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemampuan untuk penanggulangan
gangguan-gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat yang
bersifat khusus, berintensitas tinggi dan memerlukan pencegahan serta penindakan
secara khusus.

2)

Program Angkutan Terpusat
Kebutuhan pemindahan strategis Polri dipenuhi oleh Angkutan Terpusat dari Program
Utama Kekuatan Pertahanan.
3) Program Bantuan Keamanan Masyarakat
Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemampuan menyelenggarakan upaya
keamanan oleh rakyat sendiri, dan peningkatan kemampuan dari berbagai kepolisian
khusus yang dibentuk dalam badan-badan pemerintah tertentu.
4) Program Intelijen Kepolisian
Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemampuan penginderaan gejala atau
kecenderungan yang dapat mengarah kepada timbulnya gangguan terhadap keamanan
dan ketertiban masyarakat, yang disebabkan oleh perkembangan dan perubahan tata
hidup masyarakat di dalam negeri dan masyarakat dunia umumnya, sehingga
pencegahan dapat dilaksanakan sedini dan secepat mungkin.
Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemampuan kepolisian daerah untuk dapat
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, mampu memberikan pelayanan
dan penyelenggaraan penyelamatan masyarakat, penanggulangan gangguan terhadap
keamanan dan ketertiban,
masyarakat serta kemampuan penegakan hukum yang dapat menindak,
membuktikan di depan pengadilan dan melaksanakan putusan pengadilan atas

perbuatan penyimpangan terhadap hukum.
3.6
Program Utama Dukungan Umum

1) Program Penelitian dan Pengembangan

Program
ini meliputi
kegiatan
peningkatan
penye lenggaraanpenelitian
dan pengembangan
dengan
menitik beratkan
padaperwujudan
dan
penyempurnaan
doktrin pertahanan
dan
keamanan
nasional,
sehingga
menghasilkan tatanan dengan hirarki yang tepat, mengkait dan merupakan satu
kebulatan. Dalam bidang perlengkapan dan peralatan, diadakan kerja sama
yang erat dengan berbagai lembaga penelitian dan pengembangan yang ada,
dengan memanfaatkan sebanyak mungkin hasil-hasil yang dicapai oleh lem baga tersebut.
2) Program Pembekalan dan Pemeliharaan Terpusat
Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemam puan yang diprioritaskan pada
peningkatan atau perwujudan kemampuan produksi senjata ringan, amunisi,
bahan-bahan peledak dan pendorong serta alat-alat perhubungan pembentukan
persediaan bekal perang yang memadai untuk menghadapi keadaan -keadaan
darurat, dan peningkatan kemampuan per baikan besar dan modifikasi alat
tempur utama, serta peningkatan kemampuan produksi suku cadang dalam
rangka swadaya di bidang pemeliharaan.

3) Program Pendidikan, Kesehatan dan Kegiatan Umum Personil
Program ini meliputi kegiatan peningkatan pembi naan personil baik
militer/polisi maupun sipil untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Di
bidang
personil
militer/polisi
diprioritaskan
pada
peningkatan
keahlian/kejuruan jabatan melalui pengadaan yang tepat, pendidikan
pembentukan dan pendidikan keah lian/k e j u r u a n y a n g s e b a i k - b a i k n y a ,
s e h i n g g a m e n g h a silkan pejuang yang terdukung oleh kemampuanprofesional yang
sesuai dengan jabatan dan kepangkatan. Di bidang personil sipil meningkatkan penggunaan
pegawai sipil dalam upaya pertahanan dan keamanan nasional sehingga menjadi komplemen
dari pada personil militer/polisi untuk tugas-tugas yang tidak memerlukan kwalifikasi
militer/polisi. Peningkatan perawatan personil terutama pada bidang subsistensi dan
kesehatan. Peningkatan usaha penyaluran personil yang habis masa dinasnya atau
memberikan bantuan agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sete lah selesai
menjalankan dinas sehingga dapat menjadi pendorong dan penggerak pembangunan
4). Program Administrasi dan Manajemen

Program ini meliputi kegiatan peningkatan administrasi dan manajemen yang terutama
diprioritaskan pada fungsionalisasi dan efisiensi segenap badan pertahanan dan
keamanan; menyempurnakan sistem manajemen sehingga mewujudkan suatu
pembinaan partisipatif di semua tingkat, dengan menyusun sistem administrasi dan

manajemen yang memadai, lengkap dan menyeluruh, yang mampu menjamin efisiensi
penggunaan segenap sumber daya.

BAB IV
CONTOH KASUS
4.1 Indonesia Vs Malaysia - Fenomena Perbatasan Negara Berdaulat
Berbicara soal batas wilayah yang memisahkan satu negara dengan negara lain
merupakan permasalahan yang sangat konflek sekali. Tidak jarang hampir disetiap
negara sering terjadi konflik antar negara lebih banyak terfokus pada persoalan
perbatasan.
Pada peraturan dan perundangan-undangan Dewan Keamanan PBB tentang pengaturan
dan
kesepakatan
perbatasan
wilayah
negara
di
dunia
menyebutkan
bahwa perbatasan adalah garis khayalan yang memisahkan dua atau lebih wilayah
politik atau yurisdiksi seperti negara, negara bagian atau wilayah subnasional.
Perbatasan yang terdapat di daratan suatu wilayah biasanya ditandai dengan tandatanda patok atau tugu yang sudah menjadi kesepakatan bersama antara pemerintah
negara-negara yang memiliki batas satu daratan dengan bukti kesepakatan yang
ditandatangani bersama dibawah naungan Dewan Keamanan PBB yang menangani
tentang perbatasan suatu batas negara berdaulat. Selain ditandai dengan patok atau
tugu, perbatasan batas wilayah negara berdaulat bisa juga ditandai dengan bentangan
memanjang bangunan berbentuk pagar batas yang tentunya berdasarkan kesepakatan
bersama pula.
Sementara itu yang masih sangat sulit untuk ditandai dan dibuktikan dengan tanda yang
akurat dan identik adalah soal tanda batas perbatasan wilayah yang memisahkan satu
negara dengan negara lain yang berhubungan dilautan lepas dan batas wilayah
penerbangan. Disinilah yang sering kali terjadi konflik antar negara dan warga
perbatasan.
Di Indonesia sendiri soal perbatasan antar wilayah batas negara dengan negara tetangga
lainnya hingga sekarang masih belum terselesaikan dengan tuntas. Pesoalan perbatasan
di Indonesia dengan negara-negara tetangganya sering kali terjadi kesalah pahaman,
dan hal itu sering terjadi pelanggaran yang banyak dilanggar oleh negara-negara

tetangga, seperti batas wilayah perbatasan antara Indonesia Malaysia, Indonesia
Singapura, Indonesia Philipina, Indonesia Papuanugini, Indonesia Timor Leste, dan
Indonesia Australia.
Pelanggaran perbatasan batas suatu negara sering terjadi dilakukan oleh tingkah laku
politik berkepentingan oleh salah satu negara perbatasan yang melibatkan warga
masyarakat di perbatasan, militer dan perubahan peta perbatasan yang sepihak oleh
negara yang menginginkan suatu perluasan wilayah yang banyak memiliki kandungan
sumber alam.
Di Indonesia sendiri hal tersebut diatas sering terjadi semacam itu, dan biasanya selalu
dimulai dengan provokasi ganda yang dilakukan oleh negara tetangganya. Baik dengan
cara penyerobotan batas wilayah perbatasan dengan invansi militer, penghilangan tanda
bukti batas perbatasan, pembangunan ilegal sebuah bangunan atau kawasan yang
dibangun melebihi batas negara yang telah disepakati, atau juga adanya perubahan peta
perbatasan yang sepihak yang dilakukan oleh negara bersangkutan (salah satu negara
tetangga yang berkeinginan untuk memperluas wilayah teritorialnya dengan melakukan
perubahan peta internasional soal tanda batas garis perbatasan wilayah negara secara
ilegal dan sepihak).
4.2 Malaysia Pelanggar Perbatasan Indonesia Terbanyak:
Ditahun 2008 - 2009, pelanggaran perbatasan nagara Indonesia dengan negara
tetangganya sering banyak dilanggar oleh Malaysia. Ini terbukti dengan adanya
pelanggaran perbatasan wilayah negara masih terus dilakukan oleh negara tetangga.
Malaysia yang paling sering melakukan pelanggaran batas wilayah RI.
Hal itu terungkap pada rapat kerja (raker) Komisi I dengan menteri-menteri di jajaran
Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam), di Jakarta, Senin (2 Maret 2009). Menko
polhukam Widodo AS (pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
periode I) itu memaparkan tentang berbagai pelanggaran terhadap wilayah RI yang
terjadi dalam kurun waktu Januari hingga Desember 2008.
Dari catatan Kementrian Polhukam, Provinsi Kalimantan Timur adalah wilayah RI yang
paling sering mengalami pelanggaran wilayah oleh negara lain. Untuk pelanggaran
wilayah perbatasan perairan Indonesia, di perairan Kalimantan Timur dan seputar Laut
Sulawesi telah terjadi 21 kali pelanggaran oleh Kapal Perang Malaysia dan enam kali
oleh Kapal Polisi Maritim Malaysia.
Sementara di perairan lainnya sebanyak tiga kali, ucapnya. Dalam raker yang juga
dihadiri Menteri Pertahanan, Kepala BIN, Jaksa Agung, Panglima TNI dan Kapolri itu,
Widodo mengungkapkan, pelanggaran wilayah perbatasan udara paling banyak terjadi
juga di wilayah Kalimantan Timur.
Selama 2008, terjadi 16 kali pelanggaran wilayah udara di Kaltim, sebutnya. wilayah lain
yang juga mengalami pelanggaran kedaulatan udara antara lain tiga kali di Papua, dua
kali di wilayah Selat Malaka dan tujuh kali di wilayah-wilayah lain di Indonesia.

Sementara untuk pelanggaran wilayah darat, diantaranya berupa pemindahan patokpatok batas wilayah di Kalimantan Barat. Pemindahan patok batas terjadi di Sektor
Tengah, Utara Gunung Mumbau, Taman Nasional Betung Kerihun, Kecamatan Putu
Sibau, serta Kabupaten Kapuas Hulu, kata Widodo. Selain itu, mantan Panglima TNI ini
melanjutkan, pelanggaran wilayah perbatasan darat juga dilakukan oleh para pelintas
batas yang tidak memiliki dokumen yang sah.
Pada raker yang dipimpin Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga itu, Widodo juga
menjelaskan perihal berbagai tindakan atas pelanggaran kedaulatan wilayah RI. Untuk
pelanggaran wilayah darat, Departeman Luar Negeri RI telah mengirimkan sejumlah
nota protes ke negara pelanggar. Kasus pelanggaran wilayah darat juga dibawa ke forum
Genera Border Committe (GBC) Indonesia-Malaysia maupun Joint Border Committe
(JBC) Indonesia-Papua Nugini. Dan untuk pelanggaran wilayah perairan dan udara
nasional, telah direspon dengan pengusiran langsung oleh satuan operasional TNI, serta
pengiriman nota protes oleh Deplu, tutur Widodo. (berita hankam)
4.3 Militer Diraja Malaysia Memasuki Wilayah Perairan Indonesia Di
Ambalat
Ditahun 2010, tepatnya di bulan Agustus 2010 yaitu sebanyak tiga orang petugas dari
KKP ditangkap oleh polisi perairan Malaysia setelah menangkap tujuh nalayan Malaysia
yang ketahuan menangkap ikan di wilayah perairan Indonesia. Tiga orang petugas dari
KKP kemudian ditahan di Malaysia dan mereka dibebaskan dengan cara dibarter
dengan tujuh nelayan Malaysia.
Dalam peristiwa ini spontan mendapat banyak protes dari waga negara Indonesia, dan
termasuk protes keras dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia terhadap
pemerintahan Malaysia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Fadel Muhammad mengatakan Malaysia
meremehkan Indonesia dengan memperlakukan tiga petugas dari kementeriannya yang
ditangkap polisi air Malaysia kurang layak.
“Tiga orang petugas dari KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) yang ditangkap
polisi air Malaysia ditahan dikantor polisi Malaysia, dipakaikan pakaian tahanan, dan
pada saat keluar ruangan tangannya diborgol,” kata Fadel Muhammad pada diskusi
polemik “Indonesia-Malaysia: Serumpun tapi Tidak Rukun” di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, perlakuan polisi Malaysia itu meremehkan Indonesia. Apalagi tiga orang
tersebut adalah petugas resmi yang ditangkap saat menjalankan tugasnya yakni
menangkap tujuh nelayan Malaysia yang ketahuan menangkap ikan di wilayah perairan
Indonesia.
Fadel meminta kepada pemerintah untuk bersikap lebih tegas karena kalau terusmenerus seperti ini ia mengkhawatirkan tindakan Malaysia akan semakin meremehkan
Indonesia.

Sementara itu, Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan Brigjen I Wayan Midhio
mengatakan, pejabat di Kementerian Pertahanan bergaul banyak dengan pejabat di
Kementerian Pertahanan maupun militer dari Malaysia.
“Setahu saya tidak ada pejabat militer Malaysia yang meremehkan Indonesia,”
katanya.
Untuk menjaga pertahanan di wilayah perbatasan, kata dia, Kementerian Pertahanan
melakukan kerja sama pertahanan dengan Malaysia maupun dengan Singapura.
Insiden di Bintan, Kepulauan Riau yang melibatkan nelayan Malaysia, tiga petugas
Dinas Kelautan dan Perikanan serta pemerintah Indonesia dan Malaysia sebenarnya
menunjukkan lemahnya pertahanan laut Indonesia.
” Kami minta kasus sengketa Malaysia jadi momentum membenahi pengelolaan wilayah
perbatasan maritim” kata Mahfudz Sidik, Anggota Komisi Pertahanan DPR dalam
diskusi di Jakarta, Sabtu 21 Agustus 2010.
Dalam diskusi itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengakui,
pertahanan maritim Indonesia masih lemah. Ini karena kurangnya koordinasi antara
satu pihak dengan lainnya. ” Dilihat dari yang berperan, harusnya lebih dari cukup. Tapi
ini karena tak pernah ada kerjasama” kata Fadel.
Menurut Fadel, keamanan di laut Indonesia ditangani pasukan dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Badan Koordinasi Keamanan Laut, kepolisian, TNI Angkatan
Laut, dan petugas dari bea cukai. “Saya sudah lapor Presiden untuk ditata, agar kejadian
dengan Malaysia kemarin tidak terjadi lagi dan tidak saling menyalahkan,” kata Fadel.
Nantinya pengamanan kawasan maritim, Fadel berharap ditangani Kementerian Politik,
Hukum dan Keamanan.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan I Wayan Midhio mengakui perlu ada kesepakatan
untuk mengatur keamanan laut. “UU-nya belum ada, perlu dirancang untuk kepastian
pembagian penjagaan,” kata Dia.

BAB V
ANALISIS
5.1 Perbatasan Laut
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sekitar 81.900 kilometer,
memiliki wilayah perbatasan dengan banyak negara baik perbatasan darat (kontinen)
maupun laut (maritim). wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu
India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia,
Timor Leste dan Papua Nugini (PNG). Wilayah perbatasan laut pada umumnya berupa
pulau-pulau terluar yang jumlahnya 92 pulau dan termasuk pulau-pulau kecil. Beberapa
diantaranya masih perlu penataan dan pengelolaan yang lebih intensif karena
mempunyai kecenderungan permasalahan dengan negara tetangga.

5.2 Perbatasan Darat
Batas darat wilayah Republik Indonesia berbatasan langsung dengan negara-negara
Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan Timor Leste. Perbatasan darat Indonesia
tersebar di tiga pulau, empat Provinsi dan 15 kabupaten/kota yang masing-masing
memiliki karakteristik perbatasan yang berbeda-beda. Demikian pula negara tetangga
yang berbatasannya baik, bila ditinjau dari segi kondisi sosial, ekonomi, politik maupun
budayanya.
5.3 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional 20042009) telah menetapkan arah dan pengembangan wilayah Perbatasan Negara sebagai
salah satu program prioritas pembangunan nasional. Pembangunan wilayah perbatasan
memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan misi pembangunan nasional, terutama
untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan nasional,
serta meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan. Paradigma baru,
pengembangan wilayah-wilayah perbatasan adalah dengan mengubah arah kebijakan
pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi sehingga wilayah tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara
tetangga. Pendekatan pembangunan wilayah Perbatasan Negara menggunakan
pendekatan

kesejahteraan

(prosperity

approach)

dengan

tidak

meninggalkan

pendekatan keamanan (security approach). Sedangkan program pengembangan wilayah
perbatasan (RPJM Nasional 2004-2009), bertujuan untuk :
(a)

menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui penetapan hak kedaulatan NKRI yang

dijamin oleh Hukum Internasional;
(b)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi,
sosial dan budaya serta keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis untuk
berhubungan dengan negara tetangga. Disamping itu permasalahan perbatasan juga
dihadapkan pada permasalahan keamanan seperti separatisme dan maraknya kegiatankegiatan ilegal.
5.4 Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2005
Tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 (RKP 2006) telah pula menempatkan
pembangunan wilayah perbatasan sebagai prioritas pertama dalam mengurangi
disparitas pembangunan antarwilayah, dengan program-program antara lain Percepatan
pembangunan prasarana dan sarana di wilayah perbatasan, pulau-pulau kecil terisolir
melalui kegiatan : (i) pengarusutamaan DAK untuk wilayah perbatasan, terkait dengan
pendidikan, kesehatan, kelautan dan perikanan, irigasi, dan transportasi, (ii) penerapan
skim kewajiban layanan publik dan keperintisan untuk transportasi dan kewajiban
layanan untuk telekomunikasi serta listrik pedesaan;Pengembangan ekonomi di wilayah
Perbatasan Negara; Peningkatan keamanan dan kelancaran lalu lintas orang dan barang
di wilayah perbatasan, melalui kegiatan : (i) penetapan garis batas negara dan garis
batas administratif, (ii) peningkatan penyediaan fasilitas kapabeanan, keimigrasian,

karantina, komunikasi, informasi, dan pertahanan di wilayah Perbatasan Negara
(CIQS); Peningkatan

kapasitas

kelembagaan

pemerintah

daerah

yang

secara

adminstratif terletak di wilayah Perbatasan Negara.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kondisi “perbatasan tanpa batas” yang sudah dibiarkan mengambang selama 65
tahun Indonesia merdeka ini akan terus menjadi bumerang bagi Indonesia dan
Malaysia. Hal ini sudah tentu dapat menjadi potensi konflik yang besar bagi hubungan
Indonesia dan Malaysia apabila tidak diselesaikan, terlebih berada di beberapa kawasan
yang krusial karena keempat kawasan tersebut tidak saja terkait dengan permasalahan
kedaulatan, tetapi juga nilai ekonomi seperti jalur perdagangan, perikanan, dan sumber
daya alam.
Hal seperti ini sebetulnya dapat dihindari apabila Indonesia telah menyelesaikan
permasalahan perbatasan sebelum suatu isu menjadi besar. apabila telah dilakukan jauh
sebelumnya, peluang pencapaian kesepakatan dalam ruang negosiasi juga masih besar.
Sudah sepatutnya Indonesia mulai memberikan konsentrasinya pada permasalahan
perbatasannya sebagai “ancaman yang konstan terhadap kedaulatan”. Maka dari itu
pemerintah Indonesia harus lebih tegas,dan tidak ada lagi perseteruan antara Negara
tetangga nyaitu Malaysia.
6.2 Saran
Kita sebagai WNI (Warga Negara Indonesia) harus biasa membantu
mempertahankan Negara ini dari Negara yang ingin menguasai kekayaan bangsa
Indonesia seperti ,pulau-pulau, kebudayaan, dll. Jangan samapai kita ini saling
bermusuhan sesama WNI, kita harus mempunyai prinsip hidup yang baik, dan sebagai
warga Negara yang baik, kita tidak boleh ragu dalam mengambil keputusan, apa lagi
perintah harus benar tepat dalam mengambil keputusan, jangan sampai kita mau di adu
dombakan oleh bangsa lain.

DAFTAR PUSTAKA


BUKU
Muhji, H. achmad, et alle. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN,
Gunadarma,
JKT 2007
UU RI No 3 tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara
UU RI No 34 tahun 2004 Tentang Tentara Negara Indonesia
Zubaidi, H. Achmad, dkk. 2002. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

Yogyakarta: Paradigma.



WEBSITE

http://www.tugaskuliah.info/2010/03/makalah-ketahanan-nasional pendidikan.html
http://www.organisasi.org
http://kompas.com/keamanan-negara-ri/kasus-ambalat

http://indoskripsi.com
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2004/34TAHUN2004UU.htm
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_3_02.htm