MAKALAH BIOFUEL DAN BIODIESEL pdf

MAKALAH
BIOFUEL DAN BIODIESEL

Disusun oleh:

NAMA

:

LASINRANG ADITIA

NIM

:

60300112034

KELAS

:


BIOLOGI A

TUGAS

:

BIOTEKNOLOGI

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis energi merupakan isu dunia yang terus digulirkan akhir-akhir
ini, ketidakseimbangan antara laju produksi dan kebutuhan yang didorong
laju pertambahan penduduk menyebabkan harga energi pun semakin tinggi.
Hal tersebut tentunya juga menguras cadangan energi dunia yang semakin

lama semakin berkurang.
Di Indonesia, menurut kementrian ESDM, Cadangan minyak bumi
terbukti saat ini diperkirakan 9 milyar barel, dengan tingkat produksi rata-rata
0,5 milyar barel per tahun.Diperkirakan cadangan minyak akan habis dalam
waktu 18 tahun. Cadangan gas diperkirakan 170 TSCF (trilion standart cubic
feed) sedangkan kapasitas produksi mencapai 8,35 BSCF (billion standart
cubic feed). Cadangan batubara diperkirakan 57 miliar ton dengan kapasitas
produksi 131,72 juta ton per tahun.
Fakta ini tentunya sangat kontradiktif dengan asumsi-asumsi yang
selalu kita banggakan bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya minyak bumi
dan sumber energi lainya. Jika kita hanya bergantung pada sumber-sumber
energi tersebut maka dapat dipastikan Indonesia benar-benar akan mencapai
kontra titik kulminasi dari sebuah peradaban modern.
Motor diesel yang ada saat ini sebagian besar menggunakan bahan
bakar dari minyak bumi, yaitu solar atau diesel. Beberapa tahun lalu harga
solar di Indonesia terpaut sangat jauhlebih murah dibanding harga bensin,
namun dengan perubahan kebijakan pemerintah yang berusaha melepaskan
diri dari jerat subsidi, maka harga solarpun melambung tinggi. Oleh sebab itu
sewajarnya jika kita mencari bahan bakar alternatif yang dapat digunakan
oleh motor diesel. Salah satunya adalah bahan bakar yang dihasilkan dari

tanaman atau hewan yang dikenal dengan biofuel (Baharta, 2007).

Biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas
yang dihasilkan dari bahan-bahan organik.Biodiesel merupakan salah satu
jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan). Minyak nabati
sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis
tumbuhantergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat di suatu
tempat / negara. Indonesiamempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku
biodiesel.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disebutkan dapat diambil beberapa
rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimanakah jejak dan tabiat biofuel dan biodiesel?
2. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari penggunaan biofuel dan
biodiesel?
3. Bagaimanakah penerapan ilmu kimia dalam biofuel dan biodiesel?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui jejak dan tabiat biofuel dan biodiesel.

2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penggunaan biofuel dan
biodiesel.
3. Untuk mengetahui penerapan ilmu kimia dalam biofuel dan biodiesel?

1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui jejak dan tabiat biofuel dan biodiesel.
2. Dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penggunaan biofuel dan
biodiesel.
3. Dapat mengetahuipenerapan ilmu kimia dalam biofuel dan biodiesel?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jejak dan Tabiat Biofuel dan Biodiesel
Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik
padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik.
Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak
langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga
cara untuk pembuatan biofuel antara lain pembakaran limbah organik kering
(seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian), fermentasi

limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan
biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu atau
jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester, dan energi dari hutan
(menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).
Berikut ini sumber daya alam yang berpotensi sebagai bahan dasar
pembuatan biofuel :
Nama Lokal

Nama Latin

Sumber Minyak

Jarak Pagar
Jarak Kaliki
Kacang Suuk
Kapok / Randu
Karet
Kecipir
Kelapa
Kelor

Kemiri
Kusambi
Nimba
Saga Utan
Sawit
Nyamplung
Randu Alas
Sirsak
Srikaya

Jatropha Curcas
Riccinus Communis
Arachis Hypogea
Ceiba Pantandra
Hevea Brasiliensis
Psophocarpus Tetrag
Cocos Nucifera
Moringa Oleifera
Aleurites Moluccana
Sleichera Trijuga

Azadiruchta Indica
Adenanthera Pavonina
Elais Suincencis
Callophyllum Lanceatum
Bombax Malabaricum
Annona Muricata
Annona Squosa

Inti biji
Biji
Biji
Biji
Biji
Biji
Inti biji
Biji
Inti biji
Sabut
Inti biji
Inti biji

Sabut dan biji
Inti biji
Biji
Inti biji
Biji

Isi
P / NP
% Berat Kering
40-60
NP
45-50
NP
35-55
P
24-40
NP
40-50
P
15-20

P
60-70
P
30-49
P
57-69
NP
55-70
NP
40-50
NP
14-28
P
45-70 + 46-54 P
40-73
P
18-26
NP
20-30
NP

15-20
NP

Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel yaitu alkohol dan
ester. Bahan-bahan ini secara teori dapat digunakan untuk menggantikan
bahan bakar fosil tetapi karena kadang-kadang diperlukan perubahan besar
pada mesin, biofuel biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil.
Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa
meningkatkan kadar karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang
digunakan untuk memproduksi biofuel mengurangi kadar karbondioksida di
atmosfer, tidak seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang
tersimpan di bawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan
begitu biofuel lebih bersifat carbon neutral dan sedikit meningkatkan
konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Penggunaan biofuel mengurangi
pula ketergantungan pada minyak bumi serta meningkatkan keamanan energi.
Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama
adalah menanam tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum
manis) atau tanaman yang mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu
menggunakan fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol. Strategi kedua
adalah menanam berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi

seperti kelapa sawit, kedelai, atau alga. Saat dipanaskan, maka keviskositasan
minyak nabati akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalam mesin
diesel, atau minyak nabati bisa diproses secara kimia untuk menghasilkan
bahan bakar seperti biodiesel.
Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan). Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi
melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan
metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan
gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau
etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air.
Biodiesel mentah (kasar) yang dihasilkan dari proses transesterifikasi
minyak (atau esterifikasi asam-asam lemak) biasanya masih mengandung
sisa-sisa katalis, metanol, dan gliserol. Untuk memurnikannya, biodiesel

mentah (kasar) tersebut bisa dicuci dengan air, sehingga pengotor-pengotor
tersebut larut ke dalam dan terbawa oleh fase air pencuci yang selanjutnya
dipisahkan. Porsi pertama dari air yang dipakai mencuci disarankan
mengandung sedikit asam/basa untuk menetralkan sisa-sisa katalis. Biodiesel
yang sudah dicuci kemudian dikeringkan pada kondisi vakum untuk
menghasilkan produk yang jernih dan bertitik nyala ≥100oC (pertanda bebas
metanol).
Proses transesterifikasi dan esterifikasi dapat digabungkan untuk
mengolah bahan baku dengan kandungan asam lemak bebas sedang sampai
tinggi seperti CPO low grade, maupun PFAD. Sebagai bahan baku biodiesel
dapat digunakan antara lain minyak jarak, minyak sawit, minyak kelapa dll.
Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta
mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya
dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari
hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda.
Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum
diesel adalah hidrokarbon.
Walaupun kandungan kalori biodiesel serupa dengan petroleum diesel,
tetapi karena biodiesel mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi
sehingga tidak mudah terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang
membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada
petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu,
biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa bensen yang karsinogenik,
sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah
ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel.
Penggunaan

biodiesel

juga

dapat

mengurangi

emisi

karbon

monoksida, hidrokarbon total, partikel, dan sulfur dioksida. Emisi nitrogen
oksida juga dapat dikurangi dengan penambahan konverter katalitik.
Kelebihan lain dari segi lingkungan adalah tingkat toksisitasnya yang 10 kali
lebih

rendah

dibandingkan

dengan

garam

dapur

dan

tingkat

biodegradabilitinya sama dengan glukosa,sehingga sangat cocok digunakan
pada kegiatan di perairan untuk bahan bakar kapal/motor. Biodiesel tidak
menambah efek rumah kaca seperti halnya petroleum diesel karena karbon
yang dihasilkan masuk dalam siklus karbon.
2.2 Dampak Biofuel dan Biodiesel
Biofuel dapat terbuat dari kayu, arang, bioalkohol, biogas, minyak
sayur bahkan limbah.Penggunaan limbah biomassa untuk memproduksi
energi mampu mengurangi berbagai permasalahan manajemen polusi dan
pembuangan, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, serta mengurangi
emisi gas rumah kaca. Uni Eropa telah mempublikasikan sebuah laporan
yang menyoroti potensi energi bio yang berasal dari limbah untuk
memberikan kontribusi bagi pengurangan pemanasan global. Laporan itu
menyimpulkan bahwa di tahun 2020 nanti 19 juta ton minyak tersedia dari
biomassa, 46% dari limbah bio: limbah padat perkotaan, residu pertanian,
limbah peternakan, dan aliran limbah terbiodegradasi yang lain.
Tempat penampungan akhir sampah menghasilkan sejumlah gas
karena limbah yang dipendam di dalamnya mengalami pencernaan
anaerobik.Secara kolektif gas-gas ini dikenal sebagai landfill gas (LFG) atau
gas tempat pembuangan akhir sampah.Landfill gas bisa dibakar baik secara
langsung untuk menghasilkan panas atau menghasilkan listrik bagi konsumsi
publik.Landfill gas mengandung sekitar 50% metana, gas yang juga terdapat
di dalam gas alam.
Biomassa bisa berasal dari limbah materi tanaman.Gas dari tempat
penampungan kotoran manusia dan hewan yang memasuki atmosfer
merupakan hal yang tidak diinginkan karena metana adalah salah satu gas
rumah

kaca

yang

potensil

pemanasan

globalnya

melebihi

karbondioksida.Frank Keppler dan Thomas Rockmann menemukan bahwa
tanaman hidup juga memproduksi metana CH4.
Sebagian besar bahan bakar transportasi berbentuk cairan, sebab
berbagai kendaraan

biasanya

membutuhkan kepadatan energi

yang

tinggi.Kendaraan biasanya membutuhkan kepadatan kekuatan yang tinggi
yang bisa disediakan oleh mesin pembakaran dalam.Mesin ini membutuhkan
bahan bakar pembakaran yang bersih untuk menjaga kebersihan mesin dan
meminimalisir polusi udara.Bahan bakar yang lebih mudah dibakar dengan
bersih biasanya berbentuk cairan dan gas.Dengan begitu cairan (serta gas-gas
yang bisa disimpan dalam bentuk cair) memenuhi persyaratan pembakaran
yang portabel dan bersih.Selain itu cairan dan gas bisa dipompa, yang berarti
penanganannya mudah dimekanisasi, dan dengan begitu tidak membutuhkan
banyak tenaga.
2.2.1 Minyak sayur
Minyak sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar;
kualitas dari minyak dapat lebih rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak
sayur bekas yang diproses menjadi biodiesel mengalami peningkatan, dan
dalam skala kecil, dibersihkan dari air dan partikel dan digunakan sebagai
bahan bakar.
2.2.2 Bioalkohol
Alkohol yang diproduksi secara biologi, yang umum adalah ethanol,
dan yang kurang umum adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan aksi
mikroorganisme dan enzym melalui fermentasi gula atau starch, atau
selulosa.Biobutanol seringkali dianggap sebagai pengganti langsung bensin,
karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin.
Memproduksi etanol dari selulosa merupakan langkah-tambahan yang
sulit dan mahal dan masih menunggu penyelesaian masalah teknis. Ternak
yang memakan rumput dan menggunakan proses digestif yang lamban untuk
memecahnya menjadi glukosa (gula). Dalam laboratorium ethanol selulosik,
banyak proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang
sama, dan menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar ethanol.
Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap
percobaan teknik genetika DNA rekombinan yang mencoba untuk
mengembangkan enzym yang dapat memecah kayu lebih cepat dari alam,

makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke alam, tumbuh
secara eksponensial, disebarkan oleh angin, dan pada akhirnya menyebabkan
kerusakan struktur seluruh tanaman, yang dapat mengakhiri produksi oksigen
yang dilepaskan oleh proses fotosintesis tumbuhan.
Ethanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti
bensin; ethanol dapat

dicampur

dengan

bensin dengan persentase

tertentu.Kebanyakan mesin bensin dapat beroperasi menggunakan campuran
ethanol sampai 15% dengan bensin.Bensin dengan ethanol memiliki angka
oktan yang lebih tinggi, yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan
lebih efisien.
Bahan bakar etanol memiliki BTU yang lebih rendah, yang berarti
memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk melakukan perjalan dengan
jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi, dibutuhkan bahan bakar
dengan sedikit ethanol dan pembakaran lambat untuk mencegah pra-ignisi
yang merusak (knocking).
Ethanol sangat korosif terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket
karet, aluminium, dan ruang pembakaran.Oleh karena itu penggunaan bahan
bakar yang mengandung alkohol ilegal bila digunakan pesawat.Untuk
campuran ethanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu dimodifikasi.
Ethanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa
bensin, oleh karena itu diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih
mahal, meningkatkan konsumsi biaya dan energi yang dibutuhkan untuk
mengantar ethanol ke konsumen.
Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksi kendaraan
bahan bakar fleksibel, yang dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol
dan bensin, sampai dengan 100% bioethanol.
Alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar
etanol dapat tercampur setelah proses pembersihan dengan menyerap
kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan bakar ethanol dapat mengurangi

efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan, menyebabkan gangguan
operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat pada karburator dan komponen
dari besi).
2.2.3 BioGas
Biogas diproduksi dengan proses digesti anaerobik dari bahan organik
oleh anaerob. Biogas dapat diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai
atau menggunakan tanaman energi yang dimasukan ke dalam pencerna
anaerobik untuk menambah gas yang dihasilkan.Hasil sampingan, digestate,
dapat digunakan sebagai bahan bakar bio atau pupuk.
Biogas mengandung methane dan dapat diperoleh dari digester
anaerobik industri dan sistem pengelolaan biologi mekanik.Gas sampah
adalah sejenis biogas yang tidak bersih yang diproduksi dalam tumpukan
sampah melalui digesti anaerobik yang terjadi secara alami.Bila gas ini lepas
ke atmosfer, gas ini merupakan gas rumah kaca.
Perusahaan energi banyak negara telah membeli lahan di Afrika untuk
menanam tanaman yang bisa dikonversi menjadi bahan bakar. Meskipun
bahan biofuel ini telah di sebut sebagai alternatif yang lebih bersih dibanding
bahan bakar fosil, lebih banyak kelompok pecinta lingkungan menginginkan
investasi ini dibatasi dan mengingatkan biofuel lebih banyak bahayanya
dibanding manfaatnya.
Ketika perusahaan energi Italia mencoba membeli lahan hutan di
bagian timur Kenya untuk menanam pohon jarak, perusahaan itu menjanjikan
lapangan pekerjaan, pembangunan dan dana bagi masyarakat yang tinggal
disana.
Tetapi kelompok HAM ActionAid mengatakan ketika kesepakatan itu
disetujui, orang-orang yang terkena dampaknya belum mengetahui yang
sebenarnya. David Barissa Ringa, ketua tim ActionAid di kawasan pantai
Kenya mengatakan rencana untuk menanami lahan seluas 20.000 hektar
dengan pohon jarak akan membuat 20.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Dalam sebuah laporan awal tahun ini, konsorsium kelompok
lingkungan yang disebut Friends of the Earth mengatakan perusahaan energi
Eropa telah membeli lima juta hektar lahan lebih di seluruh Afrika, wilayah
yang lebih luas dari Denmark untuk investasi biofuel.
Laporan itu mengatakan rencana Uni Eropa menggunakan 10 persen
biofuel untuk transportasi pada tahun 2020 telah memicu perebutan lahan.
Meskipun kelompok-kelompok pecinta lingkungan telah berupaya
menentang penggunaan biofuel dalam beberapa tahun terakhir ini, Badan
Pangan dan Pertanian PBB atau FAO mengatakan industri tersebut masih
membawa banyak manfaat.
Produksi biofuel secara massal masih perlu melewati banyak analisis
atas dampak positif dan negatif yang dapat ditimbulkan. Terutama tentang
lingkungan sekitar lahan untuk penanaman bahan baku biodiesel dan biofuel.
Jika manusia yang ada hanya memikirkan keuntungan pribadi yang akan
diperoleh, maka masalah krisis energy yang sepertinya akan teratasi dengan
adanya biofuel justru akan menambah maslah baru yang lebih kompleks jika
itu berarti harus menebang lahan perhutanan tanpa ada reboisasi dan
penggusuran lahan pemukiman warga sekitar tanpa adanya jaminan tempat
tinggal layak.
2.2. 4 Program Riset Dan Pengembangan Oleh Pertamina
Berdasarkan UU NO 30/2007 tentang energy diservikasi enrgi dan
konservikasi energy, Keputusan Presiden No.10/2006 tentang pembentukan
tim nasional pengembangan BBN untuk pengurangn kemiskinan dan
pengangguran, Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang penyedian dan
pemanfaatan BBN (biofuel) sebagai bahan bakar lain, peratuaran Menteri
No.32/2008 tentang penyediaan dan tata niaga Bahan Bakar Nabati (biofuel)
sebagai bahan bakar lain. Selain itu berdasarkan Peraturan Presiden No.
5/2006, pihak pertamina mengimplikasikan dengan target Mix 2025
penggunaan bahan bakar sebagai berikut :
a) Gas 30%

b) Minyak 20%
c) Batubara 33%
d) EBT 17% ( biofuel sebesar 5%, panas bumi, nuklir, biomassa, hydro solar
energy dan tenaga angin sebesar 5%, coal liquefaction 2%)

Pertamina telah menegmbangkan beberapa brand produk, yakni: biofuel
untuk mesin diesel dari campuran solar dengan Fatty Acid Methyil Esther
(FAME), dan biofuel untuk mesin bensin dari campuran bensin dengan Ethanol
Unhydrous (purity ethanol > 99,5%).
Berikut hasil riset yang dilakukan pertamnia terhadap produk biofuel
mereka:
1. Pengujian ketahanan Biosolar B10 Untuk mengetahui ketahanan unjukpada
Mesin Genset (kerjasama dengan BPPT) kerja dan mengevaluasi efek lain
penggunaan bahan bahan bakar tersebut terhadap mesin
Hasil:
a)

Pada saat penggunaan awal Biosolar B10 perlu dilakukan pengecekan
khususnya kebersihan filter agar tidak terjadi kebuntuan.

b)

Pengaturan injection timing perlu di-set mundur (retard) guna mengoptimalkan sifat biodiesel yang mempunyai Cetane Number yang lebih
tinggi,.

c)

Campuran Biodiesel sampai dengan maksimum B10 mempunyai
karakteristik sangat mirip dengan B0 sehingga pembentukan deposit relatif
tidak terjadi.

d) Penggunaan biodiesel gas buang menjadi lebih bersih dan mesin lebih
tahan lama karena biodiesel memiliki sifat pelumasan yang lebih baik
terhadap komponen mesin dibanding dengan solar.
2. Uji Kinerja Biodiesel di Pembangkit Jawa Bali Gresik (kerjasama dengan PLN)
Hasil:
a)

Hasil pengujian kehandalan operasi (reliability runtest) baik dalam arti
tidak pernah terjadi gagal start, proses turun naik turun beban turbin

generator normal, dan selama operasi tidak pernah mengalami trip dari
faktor bahan bakar
b)

Hasil pengujian unjuk kerja operasi (performance test) selama 10 hari
pertama daya mampu maksimum mampu bertahan konstan dan mulai hari
ke 11 mulai terjadi penurunan daya mampu rata-rata 0,075 MW/hari dan
terjadinya penurunan daya mampu tersebut juga disertai trend kenaikan
specific fuel consumption (SFC) rata-rata 0,001 liter/KWH per hari.

c)

Hasil pengamatan gas buang masih memenuhi standar baku mutu
lingkungan.

3. Uji dyno dan road test untuk Solar dan Biosolar (B10) (Kerjasama dengan
Lemigas
Hasil:
a) Penambahan 10% bahan bakar biodiesel (FAME) ke dalam minyak solar
dapat digunakan dan tidak memberi pengaruh negatif yang signifikan
kepada operasional kendaraan diesel bahkan pada beberapa parameter
penambahan ini justru memberi pengaruh yang sangat positif.
b) Pengaruh negatif terhadap operasional kendaraan diesel dapat terjadi bila
kualitas dari bahan bakar biodiesel (FAME) tidak sesuai dengan
spesifikasi, sehingga sangat diperlukan sekali pengawasan mutu yang lebih
ketat terhadap biodiesel (FAME)
2.2.5 Teknologi Kimia Dalam Pengolahan Minyak Jelantah
Biodiesel yang secara umum didefinisikan sebagai ester monoalkil
dari tanaman dan lemak hewan merupakan bahan bakar alternatif yang
sangat potensial digunakan sebagai pengganti solar karena kemiripan
karakteristiknya. Selain itu biodiesel yang berasal dari minyak nabati
merupakan bahan bakar yang dapat diperbaharui (renewable), mudah
diproses, harganya relatif stabil, tidak menghasilan cemaran yang berbahaya
bagi lingkungan (non toksik) serta mudah terurai secara alami. Untuk
mengatasi kelemahan minyak sawit, maka minyak sawit itu harus
dikonversi terlebih dahulu menjadi bentuk metil atau etil esternya

(biodiesel). Bentuk metil atau etil ester ini relatif lebih ramah lingkungan
namun juga kurang ekonomis karena menggunakan bahan baku minyak
sawit goreng. Sementara itu, minyak goreng bekas atau jelantah dari industri
pangan dan rumah tangga cukup banyak tersedia di Indonesia. Minyak
jelantah ini tidak baik jika digunakan kembali untuk memasak karena
banyak mengandung asam lemak bebas dan radikal yang dapat
membahayakan kesehatan. Sebenarnya konversi langsung minyak jelantah
atau minyak goreng bekas menjadi biodisel sudah cukup lama dilakukan
oleh para peneliti biodiesel namun beberapa mengalami kegagalan, karena
minyak goreng bekas mengandung asam lemak bebas dengan konsentrasi
cukup tinggi. Kandungan asam lemak bebas dapat dikurangi dengan cara
mengesterkan asam lemak bebas dengan katalis asam homogen, seperti
asam sulfat atau katalis asam heterogen seperti zeolit atau lempung
teraktivasi asam. Skema di bawah ini memperlihatkan proses pembuatan
biodesel dari minyak goreng bekas yang mengadopsi prinsip zero waste
process.
Skema 1. Siklus pengolahan minyak bekas/jelantah menjadi
biodiesel
Hasil penelitian oleh peneliti dari tahun 2005 hingga saat ini
menunjukkan bahwa biodiesel yang diproduksi dari minyak sawit bekas
(jelantah) memiliki kualitas yang hampir sama baiknya dengan biodiesel
standard yang dipersyaratkan oleh ASTM dan diesel perdagangan sehingga
biodiesel yang merupakan hasil konversi minyak sawit goreng bekas
memiliki peluang untuk dipasarkan baik di dalam negeri maupun untuk
diekspor. Kendala utama yang dihadapi untuk keperluan produksi masal
adalah pasokan serta harga minyak goreng bekas yang mungkin sangat
berfluaktif dari waktu ke waktu.
Tabel 1. Salah satu contoh hasil uji ASTM biodiesel dari minyak
goreng bekas (didanai oleh DP2M-DIKTI)
Mengingat minyak goreng bekas relatif mudah dan murah didapat
maka sudah selayaknya pemerintah, masyarakat, industri dan peneliti juga

mulai memperhatikan potensi pengembanganya. Di Jepang konversi minyak
goreng bekas menjadi biodiesel sudah mencapai titik ultimate dan telah
digunakan sebagai bahan bakar biosolar sarana transportasi, sementara di
Indonesia ketersediaan minyak goreng bekas sangat melimpah, begitu pula
penelitian tentang konversi minyak goreng bekas menjadi biodiesel sudah
mapan dan cukup lama, namun dalam prakteknya masih sangat sedikit
sarana transportasi yang menggunakan biodiesel minyak goreng bekas.
2.2.6

Teknologi Pembuatan Biodiesel Dari Jarak Pagar.
Prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Pengepresan biji jarak pagar
Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk mendapatkan
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau
lemak yaitu rendering, teknik pengepresan mekanis (mechanical
expression) dan menggunakan pelarut (solvent extraction).
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara pemisahan minyak
dari bahan yang berupa biji-bijian dan paling sesuai untuk memisahkan
minyak dari bahan yang tinggi kadar minyaknya yaitu sekitar 30-70
persen. Sebagaimana kita ketahui bersama, minyak jarak pagar
terkandung dalam bahan yang berbentuk biji dengan kandungan minyak
sekitar 35 - 45 persen. Berdasarkan hal tersebut maka metoda ekstraksi
yang paling sesuai untuk biji jarak yaitu teknik pengepresan mekanis.
Dua cara yang umum digunakan pada pengepresan mekanis biji
jarak yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan
berulir (expeller pressing). Pengepresan hidrolik adalah pengepresan
dengan menggunakan tekanan. Tekanan yang dapat digunakan sekitar
140,6 kg/cm. Besarnya tekanan yang digunakan akan mempengaruhi
sedikit-banyaknya

minyak jarak yang dihasilkan. Untuk teknik

pengepresan hidrolik, sebelum dilakukan pengepresan, biji jarak perlu
mendapat perlakuan pendahuluan berupa pemasakan. Pemasakan biji
jarak bertujuan untuk menggumpalkan protein. Penggumpalan protein

diperlukan demi efisiensi ekstraksi. Dengan pengepresan hidrolik dapat
dihasilkan rendemen minyak sampai dengan 30 persen.
Teknik pengepresan biji jarak dengan menggunakan ulir (screw)
merupakan teknologi yang lebih maju dan banyak digunakan di industri
pengolahan minyak jarak saat ini. Dengan cara ini biji jarak dipress
menggunakan pengepresan berulir (screw) yang berjalan secara kontinyu.
Teknik ekstraksi ini tidak memerlukan perlakuan pendahuluan bagi biji
jarak yang akan diekstraksi. Biji jarak kering yang akan diekstraksi dapat
langsung dimasukkan ke dalam screw press. Tipe alat pengepres berulir
yang digunakan dapat berupa pengepres berulir tunggal (single screw
press) atau pengepres berulir ganda (twin screw press). Rendemen
minyak jarak yang dihasilkan dengan teknik pengepres berulir tunggal
(single screw press) sekitar 25 – 35 persen, sedangkan dengan teknik
pengepres berulir ganda (twin screw press) dihasilkan rendemen minyak
sekitar 40- 45 persen. Pada Gambar 1 di bawah ini disajikan diagram alir
proses pengepresan biji jarak menggunakan metode pengepresan berulir
dan ekstraksi solvent.
b. Pengolahan minyak jarak
Metil ester (biodiesel) dari minyak jarak pagar dapat dihasilkan
melalui

proses

transesterifikasi

trigliserida

dari

minyak

jarak.

Transesterifikasi adalah penggantian gugus alkohol dari suatu ester
dengan alkohol lain dalam suatu proses yang menyerupai hidrolisis.
Namun berbeda dengan hidrolisis, pada proses transesterifikasi yang
digunakan bukanlah air melainkan alkohol. Umumnya katalis yang
digunakan adalah sodium metilat, NaOH atau KOH. Metanol lebih
umum digunakan karena harganya lebih murah, walaupun tidak menutup
kemungkinan untuk menggunakan jenis alkohol lainnya seperti etanol.
Transesterifikasi

merupakan

suatu

reaksi

kesetimbangan.

Untuk

mendorong reaksi agar bergerak ke kanan agar dihasilkan metil ester

(biodiesel) maka perlu digunakan alkohol dalam jumlah berlebih atau
salah satu produk yang dihasilkan harus dipisahkan.
Faktor utama yang mempengaruhi rendemen ester yang
dihasilkan pada reaksi transesterifikasi adalah rasio molar antara
trigliserida dan alkohol, jenis katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu
reaksi, kandungan air, dan kandungan asam lemak bebas pada bahan
baku (yang dapat menghambat reaksi yang diharapkan). Faktor lain yang
mempengaruhi kandungan ester pada biodiesel diantaranya yaitu
kandungan gliserol pada bahan baku minyak, jenis alkohol yang
digunakan pada reaksi transesterifikasi, jumlah katalis sisa dan
kandungan sabun.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biofuel adalah setiap bahan bakar bai padatan, cairan, ataupun gas
yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biodiesel merupakan salah satu
jenis biofuel yang berupa senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses
alkoholisis (transesterifikasi) antara trigleserida dengan metanol / etanol.
Biodiesel mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga
tidak

mudah

terbakar.

Biodiesel

tidak

menghasilkan

uap

yang

membahayakan pada suhu kamar, sehingga aman daripada petroleum diesel
dalam penyimpanan dan penggunaannya. Biodiesel tidak mengandung sulfur
dan senyawa bensen yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan
bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan
petroleum diesel.
Penggunaan

biodiesel

juga

dapat

mengurangi

emisi

karbon

monoksida, hidrokarbon total, partikel, dan sulfur dioksida. Emisi nitrogen
oksida juga dapat dikurangi dengan penambahan konverter katalitik.
Biodiesel tidak menambah efek rumah kaca seperti halnya petroleum diesel
karena karbon yang dihasilkan masuk dalam siklus karbon.
Produksi biofuel nampaknya bisa menjadi alternatif krisis energi yang
sedang terjadi dengan beberapa manfaat yang dapat ditimbulkan, namun
banyak juga dampak negatifnya terutama masalah kelestarian lingkungan.
Pada umumnya teknologi kimia yang digunakan dalam pembuatan
biodiesel

menggunakan

proses

alkoholisis

(transesterifikasi)

antara

trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi
alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan
metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester
dan air.

DAFTAR PUSTAKA
Marketing and trading direktorate.2011. Presentasi Biofuel. (online/www.kadinindonesia.or.id/diakses tanggal 20 April 2012)
Tim Sekretariat MAPI. 2006. Minyak Kelapa Sebagai Bahan Bakar
Alternatif.(online/ www.dekindo.com/content/artikel/bahan_bakar.pdf/diakses
tanggal 20 April 2012)
Karna Wijaya.2011.Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas.(online/pse.ugm.ac.id/
diakses tangal 20 April)
Anonim.Biodiesel.(online/www.wikipedia.com/diakses tanggal 20 April 2012)
Anonim.Biodiesel.(online/www.jurnalinsinyurmesin.com/diakses tanggal 20 April
2012)