Fungsi pemilu demokrasi materi 4.docx

PEMILU
Fungsi pemilu antara lain seperti yang diungkapkan oleh Sanit, yang mengklasifikasikan ada
empat fungsi pemilihan umum, yaitu legitimasi politik, terciptanya perwakilan politik, sirkulasi
elite politik dan pendidikan politik. Selain fungsi yang diungkapkan oleh Sanit, pemilu juga
memiliki fungsi seperti yang diungkapkan oleh Aurel Croisant, yang menyatakan secara
fungsional pemilu harus memenuhi tiga tuntutan yaitu:
1. Pemilu harus mewakili rakyat dan kehendak politik pemilih
2. Pemilu harus dapat mengintegrasikan rakyat
3. Keputusan. Sistem pemilu harus menghasilkan mayoritas yang cukup besar guna
menjamin stabilitas pemerintahan dan kemampuannya untuk memerintah
(governabilitas).
Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa melalui pemilu, sistem
demokrasi dapat diwujudkan. Legitimasi kekuasaan yang diperoleh pemerintah menjadi
kuat dan absah karena hal tersebut merupakan hasil pikiran rakyat yang memiliki
kedaulatan. Selain sebagai mekanisme demokrasi, pemilu ini juga memiliki fungsi
sebagai pendidikan politik rakyat yang dapat menumbuhkembangkan kesadaran rakyat
akan hak dan kewajiban politiknya.
Budiarjo, Miriam, 2006, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka, Jakarta

Fungsi Pemilihan Umum sebagai alat demokrasi yang digunakan untuk :
1. Mempertahankan dan mengembangkan sendi-sendi demokrasi di Indonesia.

2. Mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia).
3. Menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya Pancasila dan
dipertahankannya UUD 1945.
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2000. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Penerbit
PT Rineka Cipta : Jakarta.

Fungsi pemilihan umum :
a.
untuk menciptakan pemerintahan yang representative (representative government) melalui
proses yang jujur dan bersih.[8]
b.

Mewujudkan kedaulatan rakyat melalui pemerintahan perwakilan.[9]

[8] Laboratorium Ilmu Politik. Evaluasi Pemilu Orde Baru. (Bandung : Mizan Pustaka, 1997)
Hal. 13-14
[9] Arbi Sanit. Partai, pemili, dan Demokrasi. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997) Hal. 85

fungsi pemilu :

1. Rakyat sebagai pengawas Pemerintah
Rakyat dapat memilih wakil wakil rakyat yang sesuai dengan keinginan dan masaa depan
mereka yaitu dengan mengikuti prosedur pemungutan suara secara demokrasi yaitu tidak
dipaksakan atau dibayar oleh pihak pihak teetentu untuk memilih yang bukan pilihan kita dan
juga merupakan hak dan kewajiban warga negara dalam mengikuti pemilu. Pemilu bersifat
individu. rahasia dan tidak dapat diancam atau dipaksakan. fungsi pemilu ini dapat disebut
sebagain fungsi perwakilan rakyat.
2. Pilihan rakyat yang memiliki kekuatan dan keabsahan
siapapun wakil rakyat yang telah berhasil dipilih oleh rakyat dan akan bekerja melayanin asoirasi
rakyat yang belum terlaksana dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keluhan
masyarakatnya. Pemerintahan yang telah terbentuk karena pemilu disebut sebagai pilihan rakyat
yang memiliki kekuatan dan keabsahan , karena itu pemerintah yang sudah terbentuk akibat
menang dalam pemilu berhak menyusun, menetapkan dan merumuskan segala program yang
menguntungkan masyarkat serta membuat kebijakan kebijakan yang nantinya harus ditaati dan
diapatuhi oleh segenap warga negara sebagai bentuk konsekuensi dan setuju atas partisipasi
politik mereka yang telah mereka aspirasikan didalam pelaksanaan pemilu itu sendiri.
3. Mengganti dan merubah elit politik
karena adanya pemilu dapatt mengganti dan merubah elit politik yang sebelumnya telah
terbentuk , diantara presiden , wakil presiden beserta menteri menterinya. Pemilu dapat merubah
elit politik dengan mekanisme yang baru melalui rakyat .jika rakyat tidak meninginkan

pemimpin yang pernah mereka pilih untuk kembali memimpin, maka ketika pemimpin tersebut
lengser segala bentuk tatanan negara , peraturan dan jajaran elit politik akan menemui
perubahan atau pergantian.
4. Sebagai pendidikan politik yang transparan
Pemilu dapat dikatakan sebagai pendidikan politik yang bersifat transparan, langsung, rahasia,
dan tidak bisa dipaksakan . hal ini adalah bentuk dari demokratis yang harus tetap dilestarikan
hingga genersai berikutnya.

Fungsi lain dari adanya pemilu adalah :
Sebagai gerbang utama bagi rakyat untuk menyampaikan suara , pendapatnya dan pilihannya
dalam kebebasan menentukan sosok seorang pemimpin negara secara mandiri .
Agar rakyat dapat memiliki kewenangan dalam mengubah kebijakan kebijakan yang telah
ditetapkan pemerintah jika memang rakyat telah merasakan ketidakpuasan atas kinerja seorang

pemimpin yang telah mereka pilih atau Untuk sarana meminta pertanggung jawaban rakyat
terhadap pemimpin negara yang sepak terjangnya atau kinerjanya selama menjabat sebagai
presiden tidak memuaskan.
Dapat dijadikan wadah untuk mengeluarkan aspirasi rakyat secara besar besaran demi perbaikan
ekonomi dan pembangunan negara yag telah terjadi.
Untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman, teratur, damai dan nyaman tanpa harus terjadi

pertikaian, pertengkaran ataupun peperangan yang tidak perlu. pemilu bersifat rahasia, individu
dan tidak bisa diintimidasi atau diancam oleh orang lain dan menghindari penyebab terjadinya
tindakan penyalahgunaan kewenangan.
Pemilu dapat membuat pembangunan negara lebih mudah diatur dan direncanakan pada hal hal
yang lebih baik dimasa yang akan datang melalui rapat parnipura dan lain lain.
Pemilu sebagai sarana demokrasi politik memiliki empat fungsi, yakni sebagai berikut.
1. Prosedur rakyat dalam memilih dan mengawasi pemerintahan
Melalui pemilu, rakyat memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di lembaga legislatif. Wakilwakil itu akan menjalankan kedaulatan yang didelegasikan kepadanya. Pemilu merupakan proses
pemungutan suara secara demokratis untuk seleksi anggota perwakilan dan juga organ
pemerintahan. Fungsi ini disebut sebagai fungsi perwakilan politik.
2. Legitimasi politik
Pemerintahan yang terbentuk melalui pemilu memang menjadi pilihan rakyat sehingga memiliki
keabsahan. Pemerintahan yang absah akan merumuskan program dan kebijakan yang akan ditaati
oleh rakyat. Rakyat akan tunduk dan taat sebagai konsekuensi atas pilihan dan partisipasi politik
yang telah dilakukan. Dalam sistem demokrasi, kehendak rakyat merupakan dasar bagi
keabsahan pemerintahan.
3. Mekanisme pergantian elit politik
Dengan pemilu, rakyat dalam kurun waktu tertentu dapat mengganti elit politik dengan yang
lainnya berdasarkan pilihannya. Putusan tersebut bergantung pada penilaian rakyat terhadap
kinerja para elit politik di masa lalu. Jika para elit politik yang telah dipilih di masa lalu dianggap

tidak mampu memenuhi harapan rakyat, orang itu cenderung tidak akan dipilih kembali
kemudian menggantinya dengan elite politik yang baru.
4. Pendidikan politik
Fungsi pendidikan politik melalui pemilu merupakan pendidikan yang bersifat langsung, terbuka,
dan massal karena dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
berdemokrasi. Melalui fungsi pendidikan politik inilah pemilu berperan sebagai sarana
pengembangan budaya politik demokratis. Oleh sebab itu, pemilu harus dilaksanakan secara
demokratis pula.

Fungsi Pemilu

Fungsi pemilu bukan hanya untuk memilih dan mengganti presiden, akan
etapi berfungsi juga sebagai :
Media bagi rakyat untuk menyuarakan pendapatnya
Mengubah kebijakan
Mengganti pemerintahan
Menuntut pertanggung jawaban
Menyalurkan aspirasi lokal ( sumber , demokrasi di Indonesia, The Asia Fondation, 2003 )

Menurut Austin Ranney ada delapan kriteria pokok bagi pemilu yang demokratis.

1. Hak pilih umum.
Pemilu disebut demokratis apabila semua warga negara dewasa dapat menikmati hak pilih pasif
ataupun aktif. Meskipun diadakan pembatasan, hal tersebut harus ditentukan secara demokratis,
yaitu melalui undangundang.
2. Kesetaraan bobot suara.
Ada jaminan bahwa suara tiap-tiap pemilih diberi bobot yang sama. Artinya, tidak boleh ada
sekelompok warga negara, apa pun kedudukannya, sejarah kehidupan, dan jasa-jasanya, yang
memperoleh lebih banyak wakil dari warga lainnya. Kuota bagi sebuah kursi parlemen harus
berlaku umum.
3. Tersedianya pemilihan yang signifikan.
Hakikat memilih diasumsikan sebagai adanya lebih dari satu pilihan.
4. Kebebasan nominasi.
Pilihan-pilihan memang harus datang dari rakyat sendiri sehingga menyiratkan pentingnya
kebebasan berorganisasi. Kebebasan berorganisasi secara implisit merupakan prinsip kebebasan
untuk menominasikan calon wakil rakyat. Dengan cara itulah pilihan-pilihan yang signifikan
dapat dijamin dalam proses pemilihan umum.
5. Persamaan hak kampanye.
Program kerja dan calon-calon unggulan tidak akan bermakna apa-apa jika tidak diketahui oleh
pemilih. Oleh karena itu, kampanye menjadi penting dalam proses pemilu. Melalui proses


tersebut massa pemilih diperkenalkan dengan para calon dan program kerja para kontestan
pemilu.
6. Kebebasan dalam memberikan suara.
Pemberi suara harus terbebas dari berbagai hambatan fisik dan mental dalam menentukan
pilihannya. Harus ada jaminan bahwa pilihan seseorang dilindungi kerahasiaannya dari pihak
mana pun, terutama dari penguasa.
7. Kejujuran dalam penghitungan suara.
Kecurangan dalam penghitungan suara dapat menggagalkan upaya penjelmaan rakyat ke dalam
badan perwakilan rakyat. Keberadaan lembaga pemantau independen pemilu dapat menopang
perwujudan prinsip kejujuran dalam penghitungan suara.
8. Penyelenggaraan secara periodik.
Pemilu tidak diajukan atau diundurkan sekehendak hati penguasa. Pemilu dimaksudkan sebagai
sarana menyelenggarakan pergantian penguasa secara damai dan terlembaga.

Pemilihan umum perlu diselenggarakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil
Langsung berarti rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara
langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
Umum berarti setiap warga negara yang memenuhi persyaratan berhak ikut serta dalam pemilu
tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras,golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan,

dan status sosial.
Bebas berarti setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa
tekanan dan paksaan dari siapa pun.
Rahasia berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan
diketahui oleh pihak mana pun dan dengan jalan apa pun.
Jujur berarti dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara pemilu, pengawas pemilu,
pemantau pemilu, pemilih dan semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur
sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Adil berarti dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilu mendapat
perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.

Penyelenggaraan pemilu yang demokratis tidak otomatis menjamin pemberian hak pilih dari
setiap pemilih dilakukan secara aspiratif atau sesuai dengan keinginan atau kehendak otonom
dari masing-masing pemilih. Dalam banyak hal, aspirasi pemilih tidak lagi otonom atau steril
dari berbagai pengaruh, baik pengaruh politik, ekonomi, ideologi, kekerabatan, dan religiusitas.
Pengaruh politik terjadi melalui ketaatan pemilih terhadap partai politik, sementara pengaruh
ekonomi tampak melalui politik uang (money politic atau vote buying). Pengaruh ideologi dan
religiusitas tampak melalui peranan tokoh agama atau ideologi yang berkembang, sedangkan
pengaruh kekerabatan terlihat melalui pengaruh tokoh adat atau figur keluarga dalam suatu
lingkungan.

Standar yang harus menjadi acuan untuk mewujudkan pemilihan umum yang
benarbenardemokratis (termasuk pemilu sebagai bagian pemilu), yaitu :
a. Pelaksanaan pemilihan umum harus memberi peluang sepenuhnya kepada semua partai politik
untuk bersaing secara bebas, jujur dan adil.
b. Pelaksanaan pemilu betul-betul dimaksudkan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang
berkualitas, memiliki integritas moral dan yang paling penting wakil-wakil tersebut betul-betul
mencerminkan kehendak rakyat.
c. Pelaksanaan pemilu harus melibatkan semua warga negara tanpa diskriminasi sedikitpun,
sehingga rakyat benar-benar mempunyai kepercayaan bahwa dirinya adalah perwujudan dari
kedaulatan rakyat.
d. Pemilu dilaksanakan dengan perangkat peraturan yang mendukung atas kebebasan dan
kejujuran, sehingga dengan adanya undang-undang yang lebih memberi kesempatan kebebasan
pada warga negara, peluang ke arah pemilu yang demokratis dapat tercapai.
e. Pelaksanaan pemilu hendaknya mempertimbangkan instrumen dan penyelenggaranya, karena
sangat mungkin kepentingan-kepentingan penyelenggara (lembaga) akan mengganggu
kemurnian pemilu.
f. Pada persoalan yang lebih filosofis, pemilu hendaknya lebih ditekankan pada manifestasi hak
masyarakat, guna menciptakan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.
Sementara itu secara internasional terdapat 10 kriteria untuk penilaian keberlangsungan sebuah
pemilu yaitu:

a. Kebebasan berekspresi partai politik;
b. Peliputan media yang berimbang mengenai peserta pemilu (partai politikdan calon anggota
legislatif);
c. Pemilih yang terdidik;
d. KPU yang permanen dengan staf ad hoc yang memiliki kompetensi;
e. Pelaksanaan pemungutan suara dengan damai;
f. Masyarakat sipil terlibat dalam semua aspek proses pemilu;

g. Proses penghitungan suara yang transparan;
h. Hasil pemilu yang dapat diaudit;
i. DPT yang akurat;
j. Proses penyelesaian konflik berjalan dengan baik.
Dalam rangka mewujudkan pemilu yang lebih demokratis dan transparan dan akuntabel,
beberapa hal berikut patut menjadi perhatian bersama: pembentukan norma pemilu yang
berkualitas dan responsif, penyelenggara yang berkualitas, mandiri, tidak memihak dan
berintegritas, pemilih yang rasional, cerdas dan bermoral, peran pemerintah yang lebih
diintensifkan, penjaringan dan penyaringan calon di tingkat partai yang benar-benar terbuka dan
demokratis, mempertimbangkan peluang calon perseorangan, pengawasan publik yang intensif
dan penegakan hukum yang konsisten.


Kelemahan Sistem Pemilu yang Memberikan Peluang Money Politic
1.
Money politic (politik uang) merupakan uang maupun barang yang diberikan untuk
menyoggok atau memengaruhi keputusan masyarakat agar memilih partai atau perorangan
tersebut dalam pemilu, padahal praktek money politic merupakan praktek yang sangat
bertentangan dengan nilai demokrasi.Lemahnya Undang-Undang dalam memberikan sanksi
tegas terhadap pelaku money politic membuat praktek money politic ini menjamur luas di
masyarakat.
2.
Maraknya praktek money politic ini disebabkan pula karena lemahnya Undang-Undang
dalam mengantisipasi terjadinya praktek tersebut. Padahal praktek money politic ini telah hadir
dari zaman orde baru tetapi sampai saat ini masih banyak hambatan untuk menciptakan sistem
pemilu yang benar-benar anti money politic. Praktek money politic ini sungguh misterius karena
sulitnya mencari data untuk membuktikan sumber praktek tersebut, namun ironisnya
praktek money politic ini sudah menjadi kebiasaan dan rahasia umum di masyarakat. Real-nya
Sistem demokrasi pemilu di Indonesia masih harus banyak perbaikan, jauh berbeda
dibandingkan sistem pemilu demokrasi di Amerika yang sudah matang.
3.
Hambatan terbesar dalam pelaksanaan pemilu demokrasi di Indonesia yaitu masih
tertanamnya budaya paternalistik di kalangan elit politik. Elit-elit politik tersebut menggunakan
kekuasaan dan uang untuk melakukan pembodohan dan kebohongan terhadap masyarakat dalam
mencapai kemenangan politik. Dewasanya, saat ini banyak muncul kasus-kasus masalah Pilkada
yang diputuskan melalui lembaga peradilan Mahkamah Konstitusi (MK) karena pelanggaran
nilai demokrasi dan tujuan Pilkada langsung. Hal itu membuktikan betapa terpuruknya sistem
pemilu di Indonesia yang memerlukan penanganan yang lebih serius. Masyarakat yang kondisi

ekonominya sulit dan pengetahuan politiknya masih awam akan mejadi sasaran empuk para
pelaku praktek money politik.
4.
Pelaku praktek money politic ini tentu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dalam
menjalankan prakteknya tersebut, sehingga setelah dia menerima kekuasaan maka terjadi
penyelewengan kekuasaan seperti eksploitasi Anggaran belanja, kapitalisasi kebijakan, dan
eksploitasi sumber daya yang ada sebagai timbal-balik atas biaya besar pada saat pelaku money
politik itu melakukan kampaye.Perlunya penafsiran ulang mengenai keputusan Mahkamah
Konstitusi dalam menyelesaikan masalah-masalah di pemilu yang terkadang menyalahi aturan
UU yang berlaku. Calon-calon dalam pemilu pasti melakukan kampanye, kampaye ini
memerlukan dana yang tidak sedikit. Banyak pihak-pihak yang membantu pendanaan dalam
melakukan kampanye suatu partai atau perorangan, namun hal ini terkadang bisa di sebut suatu
penyuapan politik.
5.
Pihak-pihak yang memberikan pendanaan biasanya mengharapkan imbalan setelah partai
atau perorangan tersebut terpilih dan memegang kekuasaan. Misalnya, anggota legislative yang
terpilih tersebut membuat peraturan Undang-Undang yang memihak pada pihak-pihak tertentu
khususnya pihak yang mendanai partai atau perorangan dalam kampanye tersebut. Dalam pemilu
banyak aksi money politic yang dapat memengaruhi hasil pemilu karena aturan yang tidak tegas
bahkan petinggi negara seperti badan legislative, eksekutif, dan yudikatif beberapa diantaranya
bisa di suap sehingga petinggi negara yang memiliki kekuasaan tersebut dengan mudah dapat
menetapkan kebijakan-kebijakan atau melakukan kecurangan yang menguntungkan pihak yang
memiliki banyak uang tesebut.
Solusi Mengatasi Money Politic
Kita sebagai masyarakat harus ikut berpartisipasi untuk mengkaji keputusan Mahkamah
Konstitusi dalam menyelesaikan kasus-kasus pemillu agar tidak menyimpang dari peraturan
hukum yang berlaku. Calon-calon pada pemilu juga harus komitmen untuk benar-benar tidak
melakukan praktek money politik dan apabila terbukti melakukan maka seharusnya
didiskualifikasi saja.
Bentuk Undang-Undang yang kuat untuk mengantisipasi terjadinya money politic dengan
penanganan serius untuk memperbaiki bangsa ini, misalnya membentuk badan khusus
independen untuk mengawasai calon-calon pemilu agar menaati peraturan terutama untuk tidak
melakukan money politic. Sebaiknya secara transparan dikemukan kepada publik sumber
pendanaan kampaye oleh pihak-pihak yang mendanai tersebut. Transparan pula mengungkapkan
tujuan mengapa mendanai suatu partai atau perorangan, lalu sebaiknya dibatasi oleh hukum
mengenai biaya kampanye agar tidak berlebihan mengeluarkan biaya sehingga terhindar dari
tindak pencarian pendanaan yang melanggar Undang-Undang. Misalnya, anggota legislative
yang terpilih tersebut membuat peraturan Undang-Undang yang memihak pada pihak-pihak
tertentu khususnya pihak yang mendanai partai atau perorangan dalam kampanye tersebut.
Meningkatkan kesadaran masyarakat merupakan indikator penting untuk memudarkan
berkembangnya praktek money politic karena sebagian besar masyarakat hanya memikirkan
keuntungan sendiri tanpa menyadari efek yang timbul di masa depan. Praktek money
politic dapat menghancurkan masa depan negara ini karena praktek money politic ini akan cukup

menguras keuangan suatu partai atau perorangan yang mencalonkan diri pada pemilu sehingga
setelah terpilih di pemilu akan memicu niat untuk tindak korupsi. Para pelaku praktek money
politic ini memanfaatkan situasi perekonomian rakyat yang semakin sulit sehingga masyarakat
jangan mudah tergiur dengan keuntungan yang diterima sementara ini.
Calon pemimpin yang melakuan money politic tentu tidak berlaku jujur sehingga sebagai
masyarakat yang cerdas jangan mau di pimpin oleh seseorang yang budi pekertinya tidak baik.
Sadarilah apabila kita salam memilih pemimpin akan berakibat fatal karena dapat
menyengsarakan rakyatnya. Sebaiknya pemerintah mengadakan sosialisasi pemilu yang bersih
dan bebas money politckepada masyarakat luas agar tingkat partisipasi masyarakat dalam
demokrasi secara langsung meningkat. Perlu keseriusan dalam penyuluhan pendidikan politik
kepada masyarakat dengan penanaman nilai yang aman, damai, jujur dan kondusif dalam
memilih.
Hal tersebut dapat membantu menyadarkan masyarakat untuk memilih berdasarkan hati nurani
tanpa tergiur dengan praktek money politic yang dapat menghancurkan demokrasi. Pemerintah
juga harus lebih giat memberikan sosialisasi kepada kandidat yang akan di pilih oleh rakyat
untuk mengutamakan moralitas politik sehingga dapat berlaku jujur dengan tidak melakukan
praktek money politic.