TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENGARUH BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP ... EJOURNAL UNP 1 SM

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

PENGARUH BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN ULANG KONSUMEN MEGA PRIMA SWALAYAN PAYAKUMBUH
Yuda Melisa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email: Yudamelisa@gmail.com
ABSTRACT
This research aims to analyze the effects of merchandise, price, location, communication mix,
store layout and design on consumer repurchase decision at Mega Prima Supermarket Payakumbuh.
Populations on the research are the consumers who ever purchase at Mega Prima Supermarket before.
Sampling has been developed through purposive sampling, resulting in 100 respondents. The data have
been collected by main instrument of questionnaire and 5-point Likert Scale was used to measure the
respondents answer. Path analysis was conducted to test the relationship between retail marketing mix
and consumer repurchase decisions. The results of research indicate that retail marketing mix involving
merchandise, price, location communication mix, store layout and design have significant relationship
with consumers repurchase decision at Mega Prima Supermarket Payakumbuh.
Key words: Merchandise, Price, Location, Communication mix, Store layout and design,
Repurchase.


Retail,

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara persediaan barang, harga,
lokasi, bauran komunikasi serta desain dan tampilan toko pembelian ulang konsumen di Mega Prima
Swalayan Payakumbuh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang pernah melakukan
pembelian pada Mega Prima Swalayan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling, dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuisioner sebagai instrument utama, dan kuisioner menggunakan skala Likert untuk mengukur jawaban
responden. Analisis jalur digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara bauran pemasaran ritel
dan keputusan pembelian ulang konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bauran pemasaran ritel
yang terdiri dari persediaan barang, harga, lokasi, bauran komunikasi, desain dan tampilan toko
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima Swalayan
Payakumbuh.
Kata Kunci : Persediaan Barang, Harga, Lokasi, Bauran Komunikasi, Desain dan Tampilan Toko,
Ritel, Pembelian Ulang

1

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012


PENDAHULUAN

Pertumbuhan swalayan di Payakumbuh
telah meningkatkan persaingan di antara
perusahaan perusahaan ritel tersebut. Namun,
dalam persaingannya yang ketat tidak semua
swalayan mampu bertahan dan berkembang.
Dua di antaranya telah di tutup yaitu Atlantis
Swalayan dan Aprilia Swalayan. Sehingga
swalayan yang masih berdiri sampai sekarang
ini adalah Mega Prima Swalayan, Ramayana,
Swalayan, dan Niagara Swalayan.
Untuk dapat bertahan dan berkembang,
sebuah perusahaan perlu memahami perilaku
konsumen
agar
mampu
menimbulkan
pembelian ulang konsumen sehingga pada

akhirnya dapat bersaing dengan perusahaan
lainnya. Berman dan Evans (2007: 16)
menyatakan konsumen yang tidak puas
dengan pengalaman berbelanja di suatu
perusahaan ritel, cenderung untuk tidak
melakukan pembelian ulang di perusahaan
tersebut .Untuk
itu,
perusahaan
perlu
melakukan berbagai strategi agar dapat
memberikan kepuasan pada konsumen dan
mempengaruhi konsumen untuk melakukan
pembelian ulang pada perusahaan tersebut.
Berdasarkan pra survey yang dilakukan
terhadap 35 orang konsumen swalayan di kota
Payakumbuh. Maka diketahui, dari 35 orang
konsumen yang berbelanja di Mega Prima
Swalayan, 74% berbelanja di Mega Prima
Swalayan kurang dari 4 (< 4) kali, dan hanya

26% yang berbelanja lebih dari 3 ( 4) kali.
Sementara itu hanya 49 % yang berbelanja
pada Ramayana swalayan kurang dari 4 (< 4)
kali, dan 51 % yang berbelanja lebih dari 3
( 4) kali . Jadi, dapat disimpulkan bahwa
konsumen Mega Prima juga melakukan
pembelian di Swalayan lain. Kemudian,
tingkat pembelian ulang konsumen di Mega
Prima tergolong rendah di bandingkan dengan
pembelian ulang yang dilakukan konsumen
pada Ramayana Swalayan (pesaing). Hal ini

2

menyebabkan berkurangnya pembeli pada
Mega Prima Swalayan, dan kemudian juga
mengakibatkan kurangnya jumlah penjualan
Mega Prima Swalayan.
Untuk menarik dan mempertahankan
pelanggan

agar
tetap
melakukan
pembelanjaan. Perusahaan ritel terus berusaha
untuk menemukan strategi yang baru. Menurut
Levy&Weitz (2009:21), elemen dalam strategi
ritel terdiri atas merchandise assortment,
pricing, location, communication mix, store
design and display, dan customer service.
Melihat kecenderungan konsumen di Kota
Payakumbuh yang suka berpindah dari
swalayan yang satu ke swalayan lain, dan
keinginannya untuk mencoba berbelanja di
tempat yang baru. Mega Prima Swalayan
harus menerapkan strategi bauran pemasaran
ritel yang baik dan tepat, agar ia dapat
memberikan kepuasan yang lebih pada
konsumen, dibandingkan dengan kepuasan
yang diberikan oleh pesaingnya. Hal ini akan
mempengaruhi konsumen untuk melakukan

pembelian ulang pada Mega Prima Swalayan.
Pengertian pembelian ulang (repeat
purchase) menurut Peter/Olsen dalam
Novantiano (2007: 24) adalah Kegiatan
pembelian yang dilakukan lebih dari satu kali
atau beberapa kali . Jadi pembelian ulang
adalah suatu proses membeli barang atau jasa
untuk kesekian kalinya, setelah melakukan
proses membeli sebelumnya. Keputusan
pembelian ulang merupakan pengembangan
dari teori keputusan pembelian konsumen.
Keputusan pembelian ulang tercipta setelah
konsumen melakukan serangkaian proses
pembelian konsumen, yaitu: pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku
pasca pembelian.
Menurut Simamora (2003:51), Yang
dipertimbangkan konsumen dalam melakukan
pembelian ulang hanya dua, yaitu: faktor harga

dan bukan harga . Faktor bukan harga terdiri
dari faktor produk dan non produk. Apabila
seseorang sudah melakukan pembelian

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

terhadap suatu produk dan ia melakukan
pembelian ulang terhadap produk tersebut,
maka perilaku yang mungkin ditujukan ada
dua menurut Simamora (2003:28) yaitu:
Pemecahan masalah berulang dan perilaku
kebiasaan.
Menurut beberapa pakar ekonomi
seperangkat alat pemasaran pada perusahaan
perdagangan eceran disebut dengan istilah
bauran pemasaran ritel (retailing mix), namun
pada dasarnya ciri-ciri dari alat pemasaran
pada perdagangan eceran itu sama dengan
bauran pemasaran ( marketing mix). Beneke
(2011:31) menyatakan, retail mix is the

variables retailers use to satisfy customers
needs and influence their purchase decision .
Jadi bauran pemasaran ritel merupakan
variabel-variabel yang dapat memuaskan
pelanggan dan dapat mempengaruhi keputusan
pembelian mereka. Menurut L. MullerHagedorn dalam Gudonavicien dan Alijosiene
(2005: 143) retail marketing mix consist of
product ( assortment), staff, place, advertising,
store layout and design . Menurut Dunne dan
Lusch dalam Gudonavicien dan Alijosiene
(2005:143) retail marketing mix consist of
pricing, promotion, product, supply chain,
retail location, customers service and retail
selling, storelayout and design .
Untuk menarik dan mempertahankan
pelanggan agar tetap melakukan pembelanjaan
di perusahaannya. Perusahaan ritel terus
berusaha untuk meningkatkan pelayanannya
melalui bauran pemasaran ritel.
Merchandising adalah proses perencanaan

susunan produk atau merchandise pada toko
ritel, dan memastikan produk yang benar
tersedia untuk konsumen yang ditargetkan,
menurut Dhotre (2010:136). Keputusan
persediaan barang menyangkut tentang jenis
barang yang akan dijual, serta banyak pilihan
yang dilakukan oleh para pengecer. Seperti
menjual barang bermerek eksklusif, barang
bermerek peribadi ataupun menjual barang
sesuai selera konsumen. Menurut Berman dan
Evans (2007:416), terdapat beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam perencanaan

produk, yaitu: Peramalan, inovasi, keragaman
produk, merek, dan alokasi.
Kebijakan harga peritel adalah faktor
positioning yang sangat penting yang harus
diputuskan dalam kaitannya dengan pasar
sasaran, bauran produk dan layanan yang
diberikan, dan persaingan yang dihadapi.

Pengecer juga harus memperaktekan taktik
penetapan harga. Berman dan Evans
(2007:500) menyatakan bahwa terdapat 4
faktor yang mempengaruhi strategi penetapan
harga pada perusahaan ritel, diantaranya:
konsumen, pemerintah, pabrik dan pesaing
Menurut Kotler dan Amstrong (2001: 83)
lokasi pengecer adalah kunci bagi
kemampuannya menarik pelanggan . Pada
lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih
sukses dibanding yang lainnya, meskipun
keduanya menjual produk yang sama, oleh
pramuniaga yang sama banyak dan terampil,
dan sama-sama punya seting yang bagus.
Dalam menentukan lokasi suatu perusahaan
ritel, menurut Berman dan Evans (2007: 305)
diperlukan sebuah location and site evaluation
checklist yang terdiri dari: Pedestrian Traffic,
Vehicular
Traffic,

Parking
Facilities,
Transportation, Store Composition, Specific
Site, Terms of Occupancy. Utami (2005: 114)
juga menjelaskan bahwa perusahaan ritel
memiliki tiga jenis dasar pilihan lokasi, yaitu
pusat perbelanjaan, lokasi di kota atau
bertempat di tengah kota, maupun kota kecil
dan lokasi bebas.
Communication
mix
atau
bauran
komunikasi juga dikenal dengan istilah
promotion mix. Bauran komunikasi ini
digunakan untuk membangun merek dan
membangun kesetiaan pelanggan. Menurut
Sharma (2008: 196) Bauran komunikasi
adalah aktifitas yang digunakan manusia untuk
mengkomunikasikan kepada orang lain tentang
produk atau jasa yang mereka tawarkan, dan
meyakinkan orang lain tersebut untuk
menggunakannya .
Menurut Levy&Weitz (2009:448), metode
komunikasi terdiri atas impersonal komunikasi

3

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

berbayar, personal komunikasi berbayar,
impersonal komunikasi tidak berbayar, dan
personal
komunikasi
tidak
berbayar.
Impersonal komunikasi berbayar terdiri atas
periklanan, bauran komunikasi, atmosfir toko,
web-site, dan membangun komunitas. Personal
komunikasi berbayar terdiri atas penjualan
perorangan, e-mail, e-mail langsung dan Mcommerce. Impersonal komunikasi tidak
berbayar dalam bentuk publisitas, dan personal
komunikasi tidak berbayar dalam bentuk word
of mouth (WOM).
Desain dan tampilan toko meliputi
berbagai tampilan interior, eksterior, tata letak,
lalu lintas internal toko, kenyamanan, layanan,
seragam pramuniaga, pajangan barang,
atmosfir dan sebagainya, yang menimbulkan
daya tarik bagi konsumen. Berman dan Evans
(2007: 556) membagi display menjadi
beberapa tipe, diantaranya: Assortment
display, Theme-setting display, Ensemble
display, Rack display. Sementara itu Dhotre
(2010: 130) berpendapat bahwa layout
menentukan pengaturan susunan merchandise
yang ditawarkan oleh toko, dan juga
ketersediaan ruang untuk berjalan ( floor
space) bagi konsumen . Layout harus didesain
berdasarkan
target
dari
toko,
dan
mempertimbangkan
kenyamanan
dan
kemudahan bagi konsumen saat berbelanja.
Selain Display dan Layout, masih pada
desain dan tampilan toko juga terdapat unsur
atmosfir toko. Berman dan Evans (2007: 544)
menjelaskan bahwa Atmosphere refers to the
stor physical characteristics that project an
image and draw customers . Menurut Utami
(2005: 138) Atmospherics berarti mendesain
lingkungan melalui komunikasi visual,
pencahayaan, warna, musik, dan wangiwangian untuk merancang respon emosional
dan
persepsi
pelanggan
dan
untuk
memengaruhi pelanggan membeli barang .
Atmosphere
mampu
mempengaruhi
kenikmatan konsumen dalam berbelanja, dan
mampu menciptakan pengalaman berbelanja
yang nyaman dan menyenangkan. Konsumen
mungkin akan menghabiskan waktu yang
4

banyak dan uang yang banyak dikarenakan
oleh atmosphere belanja yang baik.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kausatif karena adanya hipotesis yang akan
diuji menggunakan alat uji statistik yang
menunjukkan pengaruh antar variabel.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
konsumen yang pernah melakukan pembelian
pada Mega Prima Swalayan. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah
non- probability sampling dengan cara
purposive sampling. Data yang digunakan
adalah data primer, dan sekunder. Data primer
berupa kuisioner yang diisi oleh 100 orang
konsumen yang pernah berbelanja pada Mega
Prima Swalayan selama 3 bulan terakhir dan
berdomisili di Payakumbuh. Data sekunder
merupakan informasi dari manejer Mega
Prima Swalayan, buku, web, dan dokumen
pemerintah setempat.
Teknik analisis data menggunakan analisis
deskriptif dan induktif. Analisis deskriptif
variabel dilakukan dengan menampilkan data
pada tabel distribusi frekuensi, menghitung
persentase mean, standar deviasi dan
interpretasi. Analisis induktif teridiri dari
pengujian asumsi klasik, dan analisis jalur.
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk
memastikan bahwa alat uji statistik analisis
jalur dapat digunakan atau tidak. Pengujian ini
terdiri
dari
Uji
Normalitas
dengan
menggunakan metode PP Plot dan uji
heterokedesitas dengan menggunakan Gletjser
Test. Sedangkan, analisis jalur dibuat untuk
menerangkan akibat langsung dan tidak
langsung seperangkat variable eksogen
terhadap variable endogen. Pengolahan dan
analisis dilakukan dengan program komputer
SPSS 15.0
HASIL PENELITIAN
Responden penelitian dengan proporsi
terbesar berdasarkan umur adalah umur 26-35
tahun yaitu 34%. Proporsi terendah adalah

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

konsumen umur 46-55 tahun yaitu 14%.
Responden penelitian terbanyak adalah wanita
dengan proporsi 74% atau sebanyak 74 orang
dan sisanya adalah laki-laki. Mayoritas
konsumen Mega Prima Swalayan berdomisili
di Payakumbuh Barat dengan proporsi 40%
atau 40 orang. Berdasarkan pekerjaan
diketahui bahwa proporsi terbesar pada
penelitian ini adalah pegawai negeri dengan
proporsi 31%. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa proporsi pengelompokan
responden berdasarkan pengeluaran kebutuhan
rumah tangga per bulan mayoritas memiliki
pengeluaran per bulan Rp 250.000-Rp 500.000
yaitu sebanyak 26 orang, dan yang memiliki
pengeluaran > Rp 1.500.000 perbulan adalah
sebanyak 22 orang.
Penilaian responden terhadap variabel
persediaan barang adalah baik, terbukti dengan
tingkat capaian responden sebesar 75,84%.
Artinya, Mega Prima Swalayan Payakumbuh
selalu menyediakan produk yang banyak,
bervariasi, lengkap, berkualitas dan selalu
tersedia saat konsumen membutuhkannya.
Sementara itu, penilaian responden terhadap
harga juga baik, dibuktikan dengan variabel
tingkat capaian responden sebesar 76,27%.
Artinya Mega Prima Swalayan menyediakan
harga barang dagangan yang lebih rendah dari
swalayan lain, harga barang yang dijual sesuai
dengan kualitas, dan daya beli konsumen.
Kemudian untuk variabel lokasi, konsumen
menilai Mega prima Swalayan mudah
dijangkau dengan kendaraan umum, memiliki
fasilitas parkir yang luas dan aman, serta dekat
dengan kediaman konsumen, dibuktikan
dengan tingkat capaian responden adalah
74,84%. Konsumen juga menilai diskon dan
poin belanja yang ditawarkan Mega Prima
Swalayan menarik bagi konsumen, dengan
tingkat capaian responden sebesar74,7%.
Selanjutnya, penilaian konsumen terhadap
variabel desain dan tampilan toko adalah baik,
dengan tingkat capaian responden sebesar
75,64%. Artinya, Mega Prima Swalayan
memiliki pencahayaan yang terang, temperatur
udara yang sejuk, penataan ruangan yang
menarik dan teratur, ruangan yang bersih dan

nyaman, sirkulasi dalam toko yang lancar,
penataan barang yang rapi dan mudah
ditemukan, serta aroma dalam toko yang
menarik. Dan yang terkahir, penelitian
menunjukkan pada variabel keputusan
pembelian ulang tingkat capaian responden
adalah baik, terlihat dari tingkat capaian
responden sebesar 76,5 %, artinya tingkat
pembelian ulang konsumen pada Mega Prima
Swalayan tergolong tinggi.

Tabel 1. Uji t
M
od
el
1

(Constant)
X1
X2
X3
X4
X5

Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
-.568

.714

.130

.055

.074
.069
.168
.074

Standardized
Coefficients
Beta

.
T

-.795

.032

.193

2.351

.032
.077
.021

.176
.186
.284

2.159
2.167
3.581

.201

2.364

Sumber: Data Primer 2012 (Diolah)

Sig

.428
.021
.020
.033
.033
.001

Hipotesis pertama ditolak, karena pada
tabel 1dapat dilihat nilai t hitung X1 sebesar
2,351 dan t tabel sebesar 1,9855 maka 2,351
>1,9855 atau dengan nilai signifikannya <
(0,021 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha
diterima. Jadi terdapat pengaruh yang
signifikan antara persediaan barang (X1)
terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada
Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
Hipotesis Kedua ditolak, karena pada
tabel 1 dapat dilihat nilai t hitung X2 sebesar
2,364 dan t tabel sebesar 1,9855 maka 2,364
>1,9855 atau dengan nilai signifikannya <
(0,020 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha
diterima. Jadi, terdapat pengaruh yang
signifikan antara harga (X2) terhadap
pembelian ulang konsumen (Y) pada Mega
Prima Swalayan Payakumbuh.
Hipotesis Ketiga ditolak, karena tabel 1
terlihat nilai t hitung X3 sebesar 2,159 dan t
tabel sebesar 1,9855 maka 2,159 > 1,9855
5

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

Gambar 6. Koefisien analisis jalur
Sumber Data primer 2012 (Diolah)

dengan nilai signifikan <
(0,033 < 0,05).
Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga, terdapat pengaruh yang signifikan
antara lokasi (X3) terhadap pembelian ulang
konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan
Payakumbuh.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
ditemukan
bahwa
terdapat
pengaruh
persediaan barang (X1) yang signifikan
terhadap keputusan pembelian ulang (Y)
konsumen
Mega
Prima
Swalayan
Payakumbuh. Analisis jalur menunjukkan
bahwa koefisien jalur variabel persediaan
barang terhadap keputusan pembelian ulang
sebesar 0,193. Pengaruh langsung persediaan
barang atas keputusan pembelian ulang adalah
sebesar 3,7% dan pengaruh tidak langsung
sebesar 7,7%. Total pengaruh persediaan
barang terhadap pembelian ulang adalah
sebesar 11,4%. Pengaruh variabel persediaan
barang terhadap keputusan pembelian ulang
konsumen yang positif dan signifikan
menunjukan bahwa kelengkapan produkproduk yang ditawarkan Mega Prima, akan
meningkatkan keputusan pembelian ulang
konsumen pada Mega Prima Swalayan
Payakumbuh. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian N.Chamhuri and P.J Batt
(2009:11)
yang
menyatakan
bahwa
ketersediaan
dan
variasi
produk
mempengaruhi
keputusan
pembelian
konsumen . Pendapat Levy&Weitz (2009:112)
juga menyatakan bahwa persediaan barang
mempunyai pengaruh terhadap keputusan
pembelian ulang konsumen .

Hipotesis Keempat ditolak, karena hasil
analisis pada tabel 1 menunjukkan nilai t
hitung X4 sebesar 2,167 maka 2,167 >1,9855,
dengan nilai signifikannya < (0,033 < 0,05).
Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga, terdapat pengaruh yang signifikan
antara bauran komunikasi (X4) terhadap
pembelian ulang konsumen (Y) pada Mega
Prima Swalayan Payakumbuh.
Hipotesis Kelima ditolak, karena hasil
analisis pada tabel 1 menunjukkan nilai t
hitung X5 sebesar 3,581 dan t tabel sebesar
1,9855 maka 3,581>1,9855 a dengan nilai
signifikannya < (0,001 < 0,05). Akibatnya
Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, terdapat
pengaruh yang signifikan antara desain dan
tampilan toko (X5) terhadap pembelian ulang
konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan
Payakumbuh.
2) Untuk menentukan pengaruh variabel lain
(Py ) terhadap variable terikat yang tidak
dimasukkan ke dalam model, digunakan
rumus:
Y  1  R 2YX 1  X 2  X 3 . X4 . X2

1  0,608
=
= 0,392

3) Sehingga diperoleh struktur jalur sebagai
berikut:
0,481

0,492
0,470
0,469
0,441 0,569
0,300

0,392

0,459
0,465

6



Persediaan Barang (X1)
Harga (X2)
Lokasi (X3)
Bauran komunikasi (X4)
Desain dan Tampilan Toko(X5)

0,193

0,201
0,176
0,186
0,284

0,392
Keputusan
Pembelian
Ulang
(Y)

Dari indikator yang terdapat pada variabel
harga diketahui bahwa harga berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian ulang
konsumen Mega Prima. Analisis jalur
menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel
harga terhadap keputusan pembelian ulang
adalah sebesar 0,201. Pengaruh langsung
variabel harga terhadap keputusan pembelian
ulang sebesar 4%, dan pengaruh tidak
langsung sebesar 7,4%. Secara keseluruhan,
pengaruh variabel harga terhadap keputusan
pembelian ulang sebesar 11,4%. Mega Prima
Swalayan menyediakan harga yang lebih
rendah dari swalayan lain, harga barang yang

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

dijual sesuai dengan kualitas, dan daya beli
konsumen, sehingga, dapat meningkatkan
pembelian ulang konsumen, karena konsumen
merasa mendapat keuntungan yang lebih dari
pembelian yang mereka lakukan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Levy&Weitz
(2009:112) yang menyatakan bahwa harga
mempengaruhi konsumen untuk melakukan
pembelian ulang . Hasil penelitian Karnawati
dan Hamzah (2008:44), juga menemukan
bahwa
harga mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen .
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
ditemukan bahwa variabel lokasi berpengaruh
signifikan
terhadap
pembelian
ulang
konsumen pada Mega Prima Swalayan
Payakumbuh. Analisis jalur menunjukkan
bahwa koefisien jalur variabel lokasi terhadap
keputusan pembelian ulang adalah sebesar
0,201. Variabel lokasi berpengaruh terhadap
pembelian ulang sebesar 10,1% , dengan
pengaruh langsung sebesar 3,1% dan pengaruh
tidak langsung sebesar 7%. Deskripsi variabel
lokasi menunjukkan bahwa lokasi Mega Prima
Swalayan mudah dijangkau dengan kendaraan
umum, memiliki fasilitas parkir yang luas dan
aman, serta dekat dengan kediaman konsumen.
Menurut Levy&Weitz (2009: 112) lokasi
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi keputusan pembelian ulang
konsumen . Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Mamuaya (2008) bahwa lokasi
mempengaruhi keputusan pembelian ulang
konsumen .
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara bauran komunikasi terhadap
keputusan pembelian ulang konsumen Mega
Prima Swalayan Payakumbuh. Analisis jalur
menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel
bauran komunikasi terhadap keputusan
pembelian ulang sebesar 0,176. Pengaruh
langsung variabel bauran komunikasi terhadap
keputusan pembelian adalah sebesar 3, 5% dan
pengaruh tidak langsung sebesar 7,6%. Total
pengaruh
persediaan
barang
terhadap
pembelian ulang adalah sebesar 11,1%.

Analisis deskripsi variabel bauran komunikasi
menunjukkan bahwa diskon dan poin belanja
yang ditawarkan Mega prima Swalayan
menarik bagi konsumen. Menurut Utami
(2008:221)
bauran komunikasi dapat
menimbulkan pembelian ulang konsumen .
Hal ini sejalan dengan pendapat Levy&Weitz
(2009:112) yang menyatakan bahwa bauran
komunikasi dapat mempengaruhi konsumen
dalam mengambil keputusan pembelian
ulang .
Berdasarkan hasil analisis berganda dan
pengujian hipotesis ditemukan bahwa variabel
desain dan tampilan toko yang meliputi
indikator di dalamnya ternyata memberi
pengaruh yang signifikan terhadap pembelian
ulang konsumen pada Mega Prima Swalayan
Payakumbuh. Analisis jalur menunjukkan
bahwa koefisien jalur variabel desain dan
tampilan toko terhadap keputusan pembelian
ulang sebesar 0, 284. Pada perhitungan
pengaruh langsung menunjukkan bahwa
desain dan tampilan toko berpengaruh atas
keputusan pembelian sebesar 8, 1% dan
pengaruh tidak langsung sebesar 8,9%. Total
pengaruh desain dan tampilan toko terhadap
pembelian ulang adalah sebesar 17%.
Berdasarkan deskripsi dapat disimpulkan
bahwa Mega Prima Swalayan memiliki cahaya
yang cukup, temperatur yang sejuk, penataan
ruangan yang rapi dan teratur, kebersihan yang
terjaga, sirkulasi dalam toko yang lancar,
penataan barang yang rapi dan aroma ruangan
yang menarik, dapat memberikan kenyamanan
dan keleluasaan pada konsumen saat
berbelanja. Sehingga pada masa yang akan
datang
konsumen
memutuskan
untuk
melakukan pembelian ulang di tempat yang
sama. Sesuai dengan pendapat Beneke (2011:
37) bahwa desain dan tampilan toko adalah
aspek utama dari bauran pemasaran ritel yang
memainkan peranan penting dalam proses
keputusan pembelian ulang konsumen .
Dhotre (2010: 126) juga menyatakan bahwa
desain dan tampilan toko yang menarik dan
nyaman merupakan pertimbangan utama bagi
konsumen dalam melakukan pembelian ulang
di sebuah toko . Penelitian Karnawati dan
7

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

Hamzah (2008) juga menunjukkan bahwa
variabel desain dan tampilan toko secara
signifikan
mempengaruhi
keputusan
pembelian konsumen.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan melalui analisis jalur antara
variabel-variabel penyebab terhadap variabel
akibat, maupun antara variabel penyebab
melalui variabel penyebab lainnya terhadap
keputusan pembelian ulang konsumen Mega
Prima Swalayan Payakumbuh, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa,variabel persediaan
barang, variabel harga, variabel, variabel
bauran komunikasi , variabel desain dan
tampilan toko berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian ulang konsumen Mega
Prima Swalayan Payakumbuh.

konsumen. 3)Mencari strategi harga yang baru
untuk menjaga daya saing harga yang mereka
miliki saat ini. 4)Mega Prima Swalayan juga
harus memperluas area parkir, karena area
parkir yang dimiliki Mega Prima Swalayan
kurang memadai. 5)Terus meningkatkan
strategi bauran komunikasi penjualan yang
telah diterapkan dan juga melakukan
periklanan yang dapat diakses konsumen,
seperti di koran-koran, dan melalui internet.
6)Mempertahankan strategi desain dan
tampilan toko yang telah diterapkan, dan
menambah instrument lain seperti musik dan
warna dalam toko yang cerah untuk
meningkatkan kenyamanan konsumen saat
berbelanja.

KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, yang mana sampel di
ambil berdasarkan karakteristik tertentu,
penelitian ini tidak tersebar keseluruh wilayah
Payakumbuh secara adil dan merata. Peneliti
selanjutnya diharapkan dapat melakukan
penelitian dengan menggunakan teknik area
sampling. Selanjutnya, penelitian ini tidak
menggunakan unsur layanan pelanggan
sebagai salah satu unsur bauran pemasaran
ritel pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
Peneliti
selanjutnya
diharapkan
untuk
memasukkan layanan pelanggan sebagai salah
satu unsur dari bauran pemasaran ritel.
SARAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
kesimpulan, peneliti mengemukakan beberapa
saran kepada manajer Mega Prima Swalayan
Payakumbuh untuk meningkatkan pembelian
ulang konsumen, sebagai berikut: 1)Mengecek
persediaan barang, serta kualitas barang yang
dijual secara teratur. 2)Barang yang dijual juga
harus
disesuaikan
dengan
kebutuhan
8

DAFTAR PUSTAKA
Alma,
Buchari.
(2005).
Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa. 7th.ed.
Bandung: Alfabeta
Baoku, Li et all. (2010). An empirical study on
the decision-making styles of the
Chinese peasant consumers. Journal of
Consumer Marketing. Hlm.629-637
Beneke, Justin. (2011). A Path Way To
Commitment in the South African
Supermarket: An Exploratory Study.
KCA Journal of Business Management.
Vol 3. No 1
Berman, Barry & Evans, Joel.R. (2007). Retail
Management. 10th. ed. United Stated of
Amerika: Pearson Prentice Hall
Burhan,
Bungin.
(2005).
Metodologi
Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Prenada
Media Group.

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

Chamhuri,N&
Batt.P.J.(2009).
Factors
influencing consumers choice of retail
stores for fresh meat in Malaysia.
Journal of
Marketing
and
Logistics.Hlm.331-348
Dhotre, Meenal. (2010). Channel Management
and Retail Marketing. Mumbai, INDIA:
Global Media.
Godonaviciene, Rosa& Alijosiene, Sonata.
(2005). Elements of retailing marketing
mix. Managemen of rural business. Hlm.
142-144.
Husein, Umar. (2009). Metode Penelitian
untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan
Kesebelas. PT RajaGrafindo Persada:
Jakarta

Kotler, Philip & Armstrong, Gary. (2008).
Prinsip-Prinsip
Pemasaran,
12th.
Erlangga: Jakarta
Levy, Michael& Weitz, Barton.A. (2009).
Retailing Management.7th.ed. McGrawHill: New York
Mamuaya, Nova.C.I. (2008). Pengaruh
Variabel-Variabel Retail Mix Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Di
Supermarket Kota Manado. Jurnal
FORMAS. Hlm. 29-40.
Munusamy, Jayaraman& Hoo, Wong Chee.
(2008). Relationship Between Marketing
Mix strategy and Consumer Motive: An
Empirical study In Major Tesco Stores.
Unitar E-Journal. Vol 4. Hlm. 41-56.

http://dprdpayakumbuh.wordpress.com/.
Tanggal terbit 24 April 2012. Angka
kemiskinan di Payakumbuh cenderung
menurun. Di akses 6 Mei 2012.

Novantiano. (2007). Analisa Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Keputusan
Pembelian
Ulang
Barang-Barang
Elektronik Buatan RRC di Toko Hartono
Elektronika.
From:
http://digilib.petra.ac.id/

Idris. (2010). Aplikasi Model Analisis Data
Kuantitatif dengan Program SPSS, Edisi
Revisi III. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Padang

Riduwan. (2004). Metode & Teknik Menyusun
Tesis. Cetakan Kedua. Bandung :
Alfabeta

Karnawati, Tin Agustina& Hamzah,Lilik Nur.
(2008). Analisis Pengaruh Strategi
Marketing Mix Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Toko Eceran
Tradisional Kepanjen Malang. Jurnal
Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA. Vol. 3
Kotler,
Philip.
Management.
Prentice Hall

(2003).
Marketting
th
10 .ed. New Jersey:

Kotler, Philip, Keller, Kevin Lane. (2009).
Marketing Management. 13th.ed. New
Jersey: Prentice Hall
Kotler, Philip & Armstrong, Gary. (2001).
Prinsip-Prinsip
Pemasaran,
8th.
Erlangga: Jakarta

Sharma, Bal.Mukand.(2008). Strategic Retail
Management. Jaipur, INDIA: Global
Media
Simamora, Bilson. (2003). Membongkar Kotak
Hitam Konsumen. Jakarta: Gramedia
Siringoringo,Hotniar. (2004). Peran Bauran
Pemasaran Terhadap Perilaku Pembelian
Konsumen. Jurnal ekonomi & bisnis. no.
3, jilid 9
98
Sulistiawan, Fauzan. (2008). Pengaruh
Retailing Mix Terhadap Keputusan
Pembelian pada Alfamart di jl. Gajayana
Malang. Skripsi tidak diterbitkan.

Tandanu, Mansur. (2009). Pengaruh Lokasi
dan Kualitas Pelayanan terhadap Minat
9

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

Pembelian Ulang pada CV.Brastagi
supermarket Jl. Gatot Subroto Medan.
Skripsi tidak diterbitkan.

Zikmund, William G., Babin, Barry J., Carr,
John C., Griffin, Mitch. 2010. Business
Research Method, Eight Edition.
Cengange Learning: Canada

Utami, Christina. (2008). Manajemen Ritel.
2nd. ed. Jakarta : Salemba Empat.

KARAKTERISTIK RESPONDEN
Frequencies
[DataSet0]
Statistics

N

Valid
Missing

Usia
100
0

Jenis_
Kelamin
100
0

Tempat_
Tinggal
100
0

ekerjaan
100
0

Pengeluaran
100
0

Frequency Table
Usia

Valid

16-25 Tahun
26-35 Tahun
36-45 Tahun
46-55 Tahun
Total

Frequency
27
34
25
14
100

Percent
27.0
34.0

25.0
14.0
100.0

Valid Percent
27.0
34.0
25.0
14.0
100.0

Cumulative
Percent
27.0
61.0
86.0
100.0

Jenis_Kelamin

Valid

10

Pria
Wanita
Total

Frequency
26
74
100

Percent
26.0
74.0
100.0

Valid Percent
26.0
74.0
100.0

Cumulative
Percent
26.0
100.0

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

Tempat_Tinggal

Valid

Payakumbuh Utara
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Barat
Payakumbuh Selatan
Lampasi Tigo Nagari
Lainnya
Total

Frequency
17
17
40
7
1
18

Percent
17.0
17.0
40.0
7.0
1.0
18.0

100

100.0

Cumulative
Percent
17.0
34.0
74.0
81.0
82.0
100.0

Valid Percent
17.0
17.0
40.0
7.0
1.0
18.0
100.0

ekerjaan

Valid

Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
Wiraswasta
Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga
Lainnya
Total

Frequency
19
31
13
9
22
6
100

Percent
19.0

31.0
13.0
9.0
22.0
6.0
100.0

Valid Percent
19.0
31.0
13.0
9.0
22.0
6.0
100.0

Cumulative
Percent
19.0
50.0
63.0
72.0
94.0
100.0

Pengeluaran

Valid

Rp 250.000- Rp 500.000
Rp 500.000 - Rp 750.000
Rp 750.000 - Rp 1.000.
000
Rp 1.000.000 - Rp 1.250.
000
Rp 1.250.000 - Rp 1.500.
000
> Rp 1.500.000
Total

Frequency
26
13

Percent
26.0
13.0

Valid Percent
26.0
13.0

Cumulative
Percent
26.0
39.0

11

11.0

11.0

50.0

15

15.0

15.0

65.0

13

13.0

13.0

78.0

22
100

22.0
100.0

22.0
100.0

100.0

11

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL
Statistics
N
Mean
Sum

Valid
Missing

PB1
100
0
3.85
385

Frequency Table

PB2
100
0
3.79
379

PB3
100
0
3.57
357

PB4
100
0
3.89
389

PB1

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
2
23
63
12
100

Percent
2.0
23.0
63.0
12.0
100.0

Valid Percent
2.0
23.0
63.0
12.0
100.0

Cumulative
Percent
2.0
25.0
88.0
100.0

PB2

Valid

12

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
3
21
70
6
100

Percent
3.0
21.0
70.0
6.0
100.0

Valid Percent
3.0
21.0
70.0
6.0
100.0

Cumulative
Percent
3.0
24.0
94.0
100.0

PB5
100
0
3.86
386

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

PB3

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
3
42
50
5
100

Percent
3.0
42.0
50.0
5.0
100.0

Valid Percent
3.0
42.0
50.0
5.0
100.0

Cumulative
Percent
3.0
45.0
95.0
100.0

PB4

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
1
22
64
13
100

Percent
1.0
22.0
64.0
13.0
100.0

Valid Percent
1.0
22.0
64.0
13.0
100.0

Cumulative
Percent
1.0
23.0
87.0
100.0

PB5

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequencies

Frequency
1
23
65
11
100

Percent
1.0
23.0
65.0
11.0
100.0

Valid Percent
1.0
23.0
65.0
11.0
100.0

Cumulative
Percent
1.0
24.0
89.0
100.0

Statistics
N

[

Mean
Sum

Valid
Missing

H1
100
0
3.56
356

H2
100
0
3.91
391

H3
100
0
3.97
397

Frequency Table
H1

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
6
41
44
9
100

Percent
6.0
41.0
44.0
9.0
100.0

Valid Percent
6.0
41.0
44.0
9.0
100.0

Cumulative
Percent
6.0
47.0
91.0
100.0

13

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

H2

Valid

KS
S
SS
Total

Frequency
16
77
7
100

Percent
16.0
77.0

7.0
100.0

Valid Percent
16.0
77.0
7.0
100.0

Cumulative
Percent
16.0
93.0
100.0

H3

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
1
13
74
12
100

Percent
1.0
13.0
74.0
12.0
100.0

Valid Percent
1.0
13.0
74.0
12.0
100.0

Cumulative
Percent
1.0
14.0
88.0
100.0

FREQUENCIES
VARIABLES=L1 L2 L3 L4 L5
/STATISTICS=MEAN SUM
/ORDER= ANALYSIS .

Frequencies
[DataSet1] C:\Users\Qlife Customer\Documents\my skripsi\SPSS\data hasil
penelitian.sav
Statistics
N
Mean
Sum

Valid
Missing

L1
100
0
4.15
415

Frequency Table

L2
100
0
3.32
332

L3

100
0
3.74
374

L4

100
0
3.68
368

L1

Valid

14

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
3
8
60
29
100

Percent
3.0
8.0
60.0
29.0
100.0

Valid Percent
3.0
8.0
60.0
29.0
100.0

Cumulative
Percent
3.0
11.0
71.0
100.0

L5

100
0
3.82
382

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

L2

Valid

STS
TS
KS
S
SS
Total

Frequency
1
8
55
30
6
100

Percent
1.0
8.0
55.0
30.0
6.0
100.0

Valid Percent
1.0
8.0
55.0
30.0
6.0
100.0

Cumulative
Percent
1.0

9.0
64.0
94.0
100.0

L3

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
1
29
65
5
100

Percent
1.0
29.0
65.0
5.0
100.0

Valid Percent
1.0
29.0
65.0
5.0
100.0

Cumulative
Percent
1.0
30.0
95.0
100.0

L4

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
4
32
56
8
100

Percent
4.0
32.0
56.0
8.0
100.0

Valid Percent
4.0
32.0
56.0
8.0
100.0

Cumulative
Percent
4.0
36.0
92.0
100.0

L5

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
4
24
58
14
100

Percent
4.0
24.0
58.0
14.0
100.0

Valid Percent
4.0
24.0
58.0
14.0
100.0

Cumulative
Percent
4.0
28.0
86.0
100.0

Frequencies

15

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

Statistics
N
Mean
Sum

BK1
100
0
3.71

Valid
Missing

Frequency Table

371

BK2
100
0
3.76
376

BK1

Valid

Frequency
1

TS
KS
S
SS
Total

31
64
4
100

Percent
1.0
31.0
64.0
4.0
100.0

Valid Percent
1.0

Cumulative
Percent
1.0

Valid Percent
29.0
66.0

Cumulative
Percent
29.0
95.0

31.0
64.0
4.0
100.0

32.0
96.0
100.0

BK2

Valid

Frequency
29
66

KS
S
SS
Total

5
100

Percent
29.0
66.0

5.0
100.0

5.0
100.0

100.0

Frequencies
Statistics
N
Mean
Sum

Valid
Missing

DT1
100
0
3.98
398

Frequency Table

DT2
100
0
3.62
362

DT3
100
0
3.80
380

DT4
100
0
3.79
379

DT5
100
0
3.88
388

DT6
100
0
3.87
387

DT7
100
0
3.67
367

DT1

Valid

16

KS
S
SS
Total

Frequency
15
72
13
100

Percent
15.0
72.0
13.0
100.0

Valid Percent
15.0
72.0
13.0
100.0

Cumulative
Percent
15.0
87.0
100.0

DT8
100
0
3.85
385

DT9
100
0
3.84
384

DT10
100
0
3.52
352

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

DT2

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
1
42
51
6
100

Percent
1.0
42.0
51.0
6.0
100.0

Valid Percent
1.0
42.0
51.0
6.0
100.0

Cumulative
Percent
1.0
43.0
94.0
100.0

DT3

Valid

KS
S
SS
Total

Frequency
30
60
10
100

Percent
30.0
60.0
10.0
100.0

Valid Percent
30.0
60.0
10.0
100.0

Cumulative
Percent
30.0
90.0
100.0

DT4

Valid

KS
S
SS
Total

Frequency
24
73
3
100

Percent
24.0

73.0
3.0
100.0

Valid Percent
24.0
73.0
3.0
100.0

Cumulative
Percent
24.0
97.0
100.0

DT5

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
1
15
79
5
100

Percent
1.0
15.0
79.0
5.0
100.0

Valid Percent
1.0
15.0
79.0
5.0
100.0

Cumulative
Percent
1.0
16.0
95.0
100.0

DT6

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency
1
18
74
7
100

Percent
1.0
18.0
74.0
7.0
100.0

Valid Percent
1.0
18.0
74.0
7.0
100.0

Cumulative
Percent
1.0
19.0
93.0
100.0

17

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

DT7

Valid

Frequency
37
59
4
100

KS
S
SS
Total

Percent
37.0
59.0
4.0
100.0

Valid Percent
37.0
59.0
4.0
100.0

Cumulative
Percent
37.0
96.0
100.0

DT8

Valid

Frequency
20
75

KS
S
SS
Total

5
100

Percent
20.0
75.0

5.0
100.0

Valid Percent
20.0
75.0
5.0
100.0

Cumulative
Percent
20.0
95.0
100.0

DT9

Valid

Frequency

TS
KS
S
SS
Total

1
23
67
9
100

Percent
1.0
23.0
67.0
9.0
100.0

Valid Percent
1.0
23.0
67.0
9.0
100.0

Cumulative
Percent

1.0
24.0
91.0
100.0

DT10

Valid

TS
KS
S
SS
Total

Frequency

2
46
50

2
100

Frequencies

Percent
2.0
46.0
50.0
2.0
100.0

Valid Percent
2.0
46.0
50.0

Cumulative
Percent
2.0
48.0
98.0

Valid Percent
1.0
32.0
61.0

Cumulative
Percent
1.0
33.0
94.0

2.0
100.0

100.0

Statistics

N
Mean
Sum

Valid
Missing

PU1
100

PU2
100

372

393

0
3.72

Frequency Table

Valid

18

TS
KS
S
SS
Total

0
3.93

PU1

Frequency
1
32
61
6
100

Percent
1.0
32.0
61.0
6.0
100.0

6.0
100.0

100.0

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

PU2

Valid

KS
S
SS
Total

Frequency
16
75
9
100

Percent
16.0
75.0
9.0
100.0

Valid Percent
16.0
75.0
9.0
100.0

Cumulative
Percent
16.0
91.0
100.0

HASIL ANALISIS JALUR
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
X1
X2
X3
X4
X5

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-.568
.714
.074
.032
.130
.055
.069
.032
.168
.077

a. Dependent Variable: Y

.074

.021

Standardized
Coefficients
Beta
.193
.201
.176
.186
.284

t
-.795
2.351
2.364
2.159
2.167
3.581

Sig.
.428
.021
.020
.033
.033
.001

19

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

CORRELATIONS
/VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE .

Correlations
[DataSet1] C:\Users\Qlife Customer\Documents\my skripsi\SPSS\DATA REGRESI.sav
Correlations
X1
X2
X3
X4
X5

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

X1

1

100
.481**
.000
100
.492**
.000
100
.470**
.000
100
.441**
.000
100

X2
.481**
.000
100
1
100
.469**
.000
100
.569**
.000
100
.300**
.002
100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

20

X3
.492**
.000
100
.469**
.000
100
1

100
.392**
.000
100
.459**
.000
100

X4
.470**
.000
100
.569**
.000
100
.392**
.000
100
1

100
.465**
.000
100

X5
.441**
.000
100
.300**
.002
100
.459**
.000
100
.465**
.000
100
1
100