TEORI DAN FUNGSI KURIKULUM docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini berkembang suatu anggapan bahwa pendidikan bukan lagi
merupakan suatu ilmu, melainkan suatu teknologi. Hal ini disebabkan oleh
upaya pengembangan dan penyempurnaan pendidikan, khusunya kurikulum,
lebih banyak datang dari praktik di sekolah, dibandingkan dengan dari
penerapan teori-teori yang sudah mapan. Perubahan dan penambahan isi
kurikulum sering diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis. Karena
selalu menekankan pada hal-hal praktis itulah, masa berlaku kurikulum tidak
bisa lama
Namun, memperhatikan kondisi pendidikan beberapa tahun belakangan
ini, penyelenggara pendidikan tampaknya menghadapi kesulitan dalam
menerapkan kurikulum yang berlaku. Berbagai kasus menunjukkan kurangnya
pemahaman para penyelenggara pendidikan terutama yang berkaitan dengan
peran dan fungsi pendidikan. Kekurangpahaman penyelenggara pendidikan
tentang peran dan fungsi kurikulum dapat berakibat fatal terhadap hasil belajar
siswa.
Berdasarkan kenyataan ini, penyusun merasa tertarik untuk membahas
lebih jauh tentang peran dan fungsiengertian ku kurikulum yang nanti
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber belajar bagi para penyelenggara

pendidikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyusun suatu karya
ilmiah yang berjudul. “Teori dan Fungsi Kurikulum”
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum?
2. Apa konsep, perkembangan dan fungsi teori kurikulum?
3. Apa peran dan fungsi kurikukulum?

C. Tujuan

1

2

Tujuan Pembuatan makalah ini adalah untuk menjaab pertanyaan yang ada
di rumusan masalah, selain itu juga makalah ini sebagai tugas pada mata kuliah
pengembangan kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata curir atau curere yang
berarti jarak yang harus di tempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai
garis finish (dunia olahraga). Selanjutnya, istilah kurikulum ini digunakan dalam
dunia pendidikan dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan
dinamika yang ada pada dunia pendidikan. Menurut Beuchamp (1968,6)
kurikulum sebagai suatu rencana pengajaran berisi tujuan yang ingin dicapai,
bahkan yang aka di sajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan
jadwal waktu pengjaran1.
B. Konsep Teori Kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan mengenai teori
kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum
sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.2
1. Kurikulum sebagai suatu substansi
Suatu kurikulum rencana kegiatan blajar bagi murid-murid di sekolah,
atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga
dapat merujuk pada suatu dokumen yng berisi suatu rumusan tentang ujian,
bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. suatu kurikulum
juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai kurikulum
persetujuan bersama antar penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan
pendidikan

2. kurikulum sebagai suatu sistem yaitu sistem kurikulum
Sitem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem
pedidikan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mecakup
personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum,
melaksanakan,

mengevaluasi,

menyempurnakannya. Hasil

dari suatu

kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari suatu
kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
1 . Putri Siti Nadhiroh, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,
http://putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id/2015/09/27/dasar-dasar-pengembangan-kurikulum/ ,
Oktober 26, 2017.
2 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), Hlm. 27.


4

3. Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum
Bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan
pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan
ilmu tentang kurikulum. Dan sistem kurikulum. Melalui studi kepustakaan
dan beragai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal
baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga diuntut
untuk:3
a. Mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan perspektif dari istilahb.

istilah teknis
Mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam

c.
d.

pengetahuan-pengetahuan baru.
Melakukan penelitian penelitian inferensial dan prediktif

Mengembangkan sub-subteori kurikulum, mengembangkan

dan

melaksanakan model-model kurikulum.
C. Perkembangan Teori Kurikulum
Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan
Charless dan McMurry, tetapi secara definitive berawal dari hasil karya Frankin
Babbit tahun 1918. Bobbit sering dipandang sebagai ahli kurikulum Yang
pertama, ia perintis pengembangan praktek kurikulum. Menurut Bobbit teori
kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia
meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama terbentuk oleh sejumlah kecakapan
pekerjaan. Pendidikan berupa mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut
dengan teliti dan sempurna. Mulai tahun 1920, karena pengaruh pendidikan
progresif, berkembang gerakan pendidikan yang berpusat pada

anak (child

centered). Perkembangan teori kurikulum selanjutnya di bawakan oleh Hollis
Dasweel.

Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di
beberapa negara di bagian Amerika Serikat. Ia mengembangkan kurikulum yang
berpusat pada masyarakat atau pekerjaan. Maka Caswell mengembangkan
kurikulum yang bersifat interaktif. Dalam pengembangan kurikulumnya,
Caswell

menekankan pada partisipasi guru-guru berpartisipasi dalam

3 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), Hlm. 27-28.

5

menentukan kurikulum, menentukan stuktur organisasi dari penysusun
kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum, merumuskan tujuan,
memilih isi, menetukan kegiatan belajar, desain kurikulum, menilai hasil.
Pada tahun 1947 di Univertas Chicago berlangsung diskusi besar pertama
tentang kurikulum. Sebagai hasil diskusi tersebut dirumuskan tiga tugas utama
teori kurikulum:
1. Mengidentifikasi


masalah-masalah

penting

yang

muncul

dalam

pengembangan kurikulum dan konsep-konsep yang mendasarinya,
2. Menentukan hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan struktur
yang mendukungnnya,
3. Mencari atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan
datang untuk memecahkan masalah tersebut.
Ralph W.Tylor (1949) mengemukakan empat pertanyaan pokok yang
menjadi inti kajian kurikulum:
1. Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?
2. Pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk

mencapai tujuan tersebut?
3. bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara
efektif?
4. bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?4
Menurut
Beauchamp sendiri merangkumkan perkembangan teori
kurikulum antara tahun 1960 sampai 1965. Ia mengindentifikasikan adanya 6
komponen kurikulum sebagai bidang studi yaitu landasan kurikulum, isi
kurikulum, desain kurikulum, rekayasa kurikulum, evaluasi dan penelitian, dan
pengembangan teori. Jack R. Frymier (1967) mengemukakan tiga unsure dasar
kurikulum yaitu actor, artifak, dan pelaksanaan.
Ada beberapa masalah atau isu substansi dalam pembahasan tentang teori
kurikulum yaitu definisi kurikulum, sumber sumber kebijaksaan kurikukulum,
desain kurikulum, rekayasa kurikulum, peran nilai dalam pengembangan
kurikulum, dan implikasi teori kurikulum.
1. Sumber pengembangan kurikulum
Pengembang kurikulum pertama bertolak dari kehidupan dan
pekerjaan orang dewasa, karena sekolah mempersiapkan anak bagi kehidupan
orang dewasa, kurikulum terutama isi kurikulum diambil dari kehidupan
4 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013), Hlm. 29.

6

orang dewasa. Dalam pengembangan selanjutnya, sumber ini menjadi luas
meliputi semua unsur kebudayaan. Pendidikan atau pengajaran bukan
memberikan sesuatu pada anak, melainkan menumbuhkan potensi-potensi
yang telah ada pada anak. Ada tiga pendekatan terhadap anak sebagai sumber
kurikulum, yaitu kebutuhan siswa, perkembangan siswa, dan minat siswa.
Beberapa pengembang kurikulum mendasarkan penentuan kurikulum pada
pengalaman-pengalaman penyusunan kurikulum yang lalu. Hal lain yang
menjadi sumber penyusunan kurikulum adalah nilai-nilai. Terakhir yang
menjadi sumber penentuan kurikulum adalah kekuasaan sosial-politik.5
2. Desain dan rekayasa kurikulum
Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta
proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan
pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsure-unsur dan
kurikulum, hubungan antara satu unsure dengan unsure lainnya, prinsipprinsip

pengorganisasian,


serta

hal-hal

yang

diperlukan

dalam

pelaksanaannya. Dalam desain kurikulum, ada dua dimensi penting, yaitu:
a. substansi, unsur-unsur serta organisasi dari dokumen tertulis
kurikulum,
b. model pengorganisasian dan bagian-bagian kurikulum terutama
organisasi dan proses pengajaran.
Ada dua hal yang perlu ditambahkan dalam desain kurikulum: Pertama,
ketentuan-ketentuan, tentang bagaimana penggunaan kurikulum serta bagaimana
mengadakan


penyempurnaan-penyempurnaan

berdasarkan

masukan

dari

pengalaman, kedua, kurikulum itu dievaluasi, baik bentuk desainnya maupun
system pelaksanaannya.
D. Fungsi Teori Kurikulum
Teori kurikulum memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya
dengan penyusunan, pengembangan, pembinaan dan evaluasi kurikulum pada
khususnya dan pendidikan pada umumnya. Dalam kaitannya fungsi kurikulum
meliputi
1. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan memberikan
alternatif secara rinci dalam perencanaan kurikulum.
5 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), Hlm. 33-35.

7

2.

Sebagai landasan sistematis dalam pengambilan keputusan, memilih,

3.

menyusun dan membuat urutan isi kurikulum.
Sebagai pedoman atau dasar bagi evaluasi formatif dan kurikulum

4.

yang sedang berjalan.
Membantu orang (yang berkepentingan dengan kurikulum) untuk
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuannya sehingga merangsang

untuk diadakannya penelitian lebih lanjut.6
E. Peran Kurikulum
Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara
sistematis, mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa.
Kalau kita analisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan dimana sekolah sebagai
institusi sosial melaksanakan operasinya, maka kita akan menentukan paling
tidak 3 jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yakni: peranan
konservartif, peranan kritis dan evaluatif, dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini
sama

pentingnya

dan

antara

ketiganya

perlu

dilaksanakan

secara

berkeseimbangan.7
a.

Peranan Konservatif
Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga

pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada
generasi muda yakni siswa. Siswa perlu memahami dan menyadari normanorma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali
ke masyarakat, mereka dapat menjunjung tinggi dan berprilaku sesuai dengan
norma-norma tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah

melestarikan

berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu.dikaitkan dengan era
globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi, yang
memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing mengerototi budaya lokal,
maka peran konsevatif dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting.
Melalui peran konservatif nya, kurikulum berperan dalam menangkal
6 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992),
Hlm. 11.
7 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung, Remaja
Rosdakarya; 2008), hal. 95

8

berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat,sehingga
keajekan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara.8
b.

Peranan kreatif
Peranan kreatif, yaitu peranan kurikulum untuk menciptakan dan

menyusun kegiatan-kegiatan yang kreatif dan konstruktif sesuai dengan
perkembangan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum harus
dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik melalui
berbagai kegiatan dan pengalaman belajar yang kreatif, efektif, dan kondusif.
Kurikulum harus dapat merangsang pola berpikir dan pola bertindak peserta
didik untuk menciptakan sesuatu yang baru sehingga bermanfaat bagi dirinya,
keluarga, bangsa dan negara.9
c.

Peranan Kritis dan Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya

mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan menilai, memilih unsur-unsur
kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif
berpatisipasi dan kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis.
Nila-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang
dihilangkan dan dan diadakan modifikasi serta dilakukan perbaikan. Dengan
demikian, kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria
tertentu.10
Dalam proses pengembangan kurikulum ketiga peran harus berjalan
secara seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran konservatifnya
cenderung akan membuat pendidikan ketinggalan oleh kemajuan zaman,
sebaliknya kurikulum yang terlalu menonjolkan peran kreatif nya dapat
memuat hilangnya nilai-nilai budaya masyarakat.11
8 Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta, Kencana; 2008), hal. 10
9 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung, Remaja Rosdakarya;
2013), hal.17
10 Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum (Dasar-Dasar dan Perkembangan), (Bandung,
Mandar Maju; 1990), hal. 9
11 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran.......... hal. 12.

9

F. Fungsi Kurikulum
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua insan, yang selalu
menjadi tumpuan dan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat.
Pendidikan juga sebagai alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan
masyarakat, dan mencetak generasi yang mampu melangkah sesuai dengan apa
yang menjadi harapan bangsa.12 Maka di dalam pendidikan diterapkan
kurikulum yang berfungsi untuk mencapai tujuan tujuan yang diharapkan.
Sebelum kita bicara mengenai fungsi kurikulum, terlebih dahulu akan dijelaskan
apa yang dimaksud dengan fungsi. Kata fungsi berasal dari bahasa inggris
“function” yang mempunyai banyak arti, diantaranya yang berarti jabatan,
kedudukan, kegiatan dan sebagainya.13 Kurikulum merupakan salah satu asas
penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, apabila asas ini baik dan
kuat, maka dapat dipastikan proses belajar mengajar pun akan semakin lancar
sehingga tujuan pendidikan pun akan tercapai. 14 Dalam aktifitas belajar
mengajar, kedudukan kurikulum sangat krusial karena dengan kurikulum anak
didik akan memperoleh manfaat (benefit). Dilihat dari cakupan dan tujuannya
menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu: fungsi
pendidikan

umum

(Common

and

General

Education),

Suplementasi

(Supplementation), Eksplorasi (Esploration) dan, Keahlian (Specialization).
1. Fungsi Pendidikan Umum (Common and General Education)
Fungsi pendidikan umum (Common and General Education) yaitu
fungsi kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi
anggota masyarakat yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik
dan bertanggung jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar
kepada setiap peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam
kehidupan, memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat
12 Basuki As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK (Penelitian Tindakan Kelas ), cetakan
pertama, STAIN Ponorogo Press, 2009, hal 115
13 H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta, Rineka Cipta; 2010), hal 12.
14At Ta`dib Jurnal Kependidikan Islam, volume 4, nomor 2, Fakultas Tarbiyah ISID Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo, 1429 H, hal 194

10

dan makhluk sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum ini harus diikuti oleh
setiap siswa pada jenjang dan level atau jenis pendidikan manapun.
2. Suplementasi (Supplementation)
Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari perbedaan
kemampuan, perbedaan minat maupun perbedaan bakat. Kurikulum sebagai
alat pendidikan seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa
sesuai dengan perbedaan tersebut. Dengan demikian setiap anak memiliki
kesempatan untuk menambah kemampuan dan wawasan yang lebih baik sesuai
dengan minat dan bakatnya. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan
di atas rata-rata harus terlayani untuk mengembangkan kemampuannya secara
optimal; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata juga
harus terlayani sesuai dengan kemampuannya.
3. Eksplorasi (Eksploration)
Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat
menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa.
Melalui fungsi ini siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan minat dan
bakatnya, sehingga memungkinkan mereka akan belajar tanpa adanya paksaan.
Namun demikian, proses eksplorasi terhadap minat dan bakat siswa bukan
pekerjaan yang mudah. Adakalanya terjadi pemaksaan dari pihak luar,
misalnya para orang tua, yang sebenarnya anak tidak memiliki bakat dan minat
terhadap bidang tertentu, mereka dipaksa untuk memilihnya hanya karena
alasan-alasan tertentu yang sebenarnya tidak rasional. Oleh sebab itu para
pengembang kurikulum mesti dapat menggali rahasia keberbakatan anak yang
kadang-kadang tersembunyi.
4. Keahlian (Spesialization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai
dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Dengan

11

demikian kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian
misalnya, perdagangan, pertanian, industri atau disiplin akademik. Bidangbidang semacam itu yang diberikan sebagai pilihan, yang pada akhirnya setiap
peserta didik memiliki keterampilan-keterampilan sesuai dengan bidang
spesialisasinya. Untuk itu pengembangan kurikulum harus melibatkan para
spesialis untuk menentukan kemampuan apa yang harus dimiliki setiap siswa
sesuai dengan bidang keahliannya.15
Namun demikian, disamping itu kurikulum bermanfaat bagi anak didik,
ia juga mempunyai fungsi fungsi lain yakni:16
1. Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan
Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha
mencapai tujuan tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang
dianggap cukup tepat dan krusial untuk dicapai, sehingga salah satu langkah
yang perlu dilakukan adalah meninjau kembali tujuan yang selama ini
digunakan sekolah yang bersangkutan. Maksudnya, bila tujuan tujuan yang
diinginkan belum tercapai, orang akan cenderung meninjau kembali alat yang
digunakan

untuk

mencapai

tujuan

itu,

misalnya

dengan

meninjau

kurikulumnya. Pendidikan tertinggi sampai pendidikan terendah mempunyai
tujuan, yaitu tujuan yang akan dicapai setelah berakhirnya aktifitas belajar.
Di Indonesia ada 4 tujuan pendidikan utama yang secara hirarkis dapat
ditemukan, yaitu:
a. Tujuan Nasional
Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan dari keseluruhan satuan,
jenis dan kegiatan pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal, informal
dan nonformal dalam konteks pembangunan nasional.
b. Tujuan Institusional

15 Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran.....hal.
16Abdulah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, cetakan pertama, Yogyakarta: ArRuzz, 2007, hal 205

12

Tujuan institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
setiap sekolah atau lembaga pendidikan.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kulikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap
bidang studi.
d. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap
kegiatan instruksional atau pembelajaran.

Dalam pencapaian tujuan pendidikan yang dicita citakan, tujuan
tujuan tersebut meski dicapai secara bertingkat yang saling mendukung,
sedangkan keberadaan kurikulum disini adalah sebagai alat untuk mencapai
tujuan (pendidikan )17
2. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah
Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah merupakan pedoman untuk
mengatur dan membimbing kegiatan sehari sehari di sekolah, baik kegiatan
intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler. Pengaturan kegiatan ini
penting agar tidak terjadi tumpang tindih, seperti jenis program pendidikan apa
yang sedang dan akan dilaksanakan, bagaimana prosedur pelaksanaan program
pendidikan, kapan dan dimana program pendidikan dilaksanakan. Bagi kepala
sekolah, kurikulum merupakan barometer keberhasilan program pendidikan di
sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut menguasai program
adminitrasi kurikulum dan mengontrol kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan agar sesuai kurikulum yang berlaku. Disinilah pentingnya
pemerintah melibatkan kepala sekolah dalam merancang kurikulum, termasuk
sosialisasi kurikulum baru.
3. Fungsi Kurikulum Bagi Setiap Jenjang Pendidikan.
Sering kita mendengar, bahwa perguruan tinggi mengeluh tentang mutu
lulusan SLTA yang kurang memadai. Para guru di SLTA memberikan alasan,
17 H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.....hal. 15

13

karena terdapat kelemahan pada lulusan SMP. Guru SMP tidak mau
menerimanya begitu saja, akhirnya melemparkan kelemahan itu kepada SD.
Guru-guru di SD inilah yang menjadi tumpuan masalah. Tindakan saling
melemparkan kekurangan atau kesalahan bukan merupakan solusi yang
terbaik, karena dapat menimbulkan persoalan yang semakin meruncing. Salah
satu jalan keluarnya ialah setiap jenjang pendidikan harus sama-sama saling
menyesuaikan dan mempelajari kurikulum pada sekolah-sekolah yang ada di
bawah atau di atasnya. Jadikanlah kurikulum SD sebagai dasar pertimbangan
untuk mengembangkan kurikulum SMP, dan kurikulum SMP sebagai bahan
pertimbangan pengembangan kurikulum di SMA. Begitulah seterusnya sampai
di perguruan tinggi. Melalui cara seperti itu, maka kesinambungan kurikulum
pada semua jenjang pendidikan akan semakin jelas. Bagi sekolah yang berada
diatasnya, kurikulum merupakan pengembangan atau lanjutan dari pendidikan
sebelumnya.
Dengan demikian, fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan
ialah:
a. Fungsi kesinambungan, yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atas harus
mengetahui dan memahami kurikulum sekolah yang dibawahnya, sehingga
dapat dilakukan penyesuaian kurikulum,
b. Fungsi penyiapan tenaga, yaitu bilamana sekolah tertentu diberi wewenang
mempersiapkan tenaga-tenaga terampil, maka sekolah tersebut perlu
mempelajari apa yang diperlukan oleh tenaga terampil, baik mengenai
kemampuan akademik, kecakapan atau keterampilan, kepribadian maupun
hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
4. Fungsi Kurikulum Bagi Guru
Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan
kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan. Guru juga
sebagai faktor kunci (key factor) dalam keberhasilan suatu kurikulum.
Bagaimanapun baiknya suatu kurikulum disusun, pada akhirnya akan sangat
bergantung dengan kemampuan guru di lapangan. Efektifitas suatu kurikulum

14

tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat memahami dan melaksanakan
kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Artinya,
guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang kurikulum, tetapi juga sebagai
pelaksana kurikulum.
Guru betul-betul dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya
sesuai dengan perkembangan kurikulum itu sendiri, perkembangan IPTEK,
perkembangan

masyarakat,

perkembangan

psikologi

belajar,

dan

perkembangan ilmu pendidikan. Guru harus memiliki kompetensi profesional,
kompetensi pedagogik, kompetensi personal, dan kemampuan sosial secara
seimbang dan terpadu. Bagi guru, memahami kurikulum merupakan suatu hal
yang mutlak dan harga mati. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh guru dan
disampaikan kepada peserta didik harus sesuai dengan tuntutan kurikulum
yang berlaku. Guru dengan kurikulum tidak bisa dipisahkan, tetapi harus
merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga menjadi satu raga.18
5. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas
Bagi pengawas, kurikulum akan berfungsi sebagai panduan dalam
melaksanakan supervisi. Dengan demikian, dalam proses pengawasan para
pengawas akan dapat menentukan apakah program sekolah termasuk
pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai
dengan tuntunan kurikulum atau belum, sehingga berdasarkan kurikulum itu
juga pengawas dapat memberikan saran perbaikan.
6. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, kurikulum adalah alat produsen dari sekolah,
sedangkan masyarakat adalah konsumennya. Sudah tentu antara konsumen dan
produsen harus sinkron. Kurikulum sekolah outputnya harus dapat link and
match dengan kebutuhan masyarakat.19 Dengan mengetahui suatu kurikulum
sekolah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam rangka memperlancar program
18 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum....hal. 15
19 H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum..............hal 18.

15

pendidikan, serta dapat memberikan kritik dan saran yang membangun dalam
penyempurnaan program pendidikan di sekolah. Sehingga sekolah dapat
melahirkan generasi-generasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Presepsi yang salah jika menganggap manfaat kurikulum hanya dapat diambil
oleh pihak-pihak yang terkait dalam dunia sekolah saja. Memang pada
dasarnya yang mengembangkan sebuah kurikulum adalah sekolah, namun
seperti yang telah dibahas, manfaat dari sebuah kurikulum sangatlah luas.
Semua pihak dapat mengambil manfaat dari sebuah kurikulum, dan kurikulum
memberikan manfaat tersendiri dari tiap dimensinya.20
7. Fungsi Kurikulum Bagi Orang Tua
Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan baik bagi penyelenggaraan program sekolah, maupun
membantu putra/putri mereka belajar dirumah sesuai dengann program
sekolah. Melalui kurikulum orang tua akan mengetahui tujuan yang harus
dicapai serta ruang lingkup materi pelajaran.
8. Fungsi Kurikulum Bagi Pemakai Lulusan
Instansi atau perusahaan manapun yang mempergunakan tenaga kerja
lulusan suatu lembaga pendidikan tentu menginginkan tenaga kerja yang
bermutu tinggi dan mampu berkompetisi

agar dapat meningkatkan

produktifitasnya. Biasanya, para pemakai lulusan selalu melakukan seleksi
yang ketat dalam penerimaan calon tenaga kerja. Seleksi dalam bentuk apa pun
tidak akan membawa arti apa-apa jika instansi tersebut tidak mempelajari
terlebih dahulu kurikulum yang telah ditempuh oleh para calon tenaga kerja
tersebut. Bagaimanapun, kadar pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang dimiliki calon tenaga kerja, merupakan produk dari kurikulum yang
ditempuhnya. Para pemakai lulusan harus mengenal kurikulum yang telah
ditempuh calon tenaga kerja. Studi kurikulum akan banyak membantu pemakai
20 Risca Fitria, Fungsi Kurikulum, https://chav3a.wordpress.com/2009/10/21/fungsikurikulum.html/Oktober 26, 2017, jam 16:45

16

lulusan dalam menyeleksi calon tenaga kerja yang handal, enerjik, disiplin,
bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat dan berkualitas.21
9. Fungsi Pendidikan Bagi Siswa
Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar.
Melalui kurikulum siswa akan memahami apa yang harus dicapai, isi atau
bahan pelajaran apa yang harus dikuasai, dan pengalaman belajar apa yang
harus di lakukan untuk mencapai tujuan.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum, alexander Inglis ( dalam Hamalik,
1990) mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa, yaitu :
a.

Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum

sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki
sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri
senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena, siswa
pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi di lingkungannya.
b.

Fungsi Integrasi (the integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai

alat pendidikan yang harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.
Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari
masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
c.

Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)

21 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum....hal. 16

17

Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan
individu siswa setiap siswa memiliki perbedaan baik dari aspek fisik
maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
d.

Fungsi persiapan (the propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai

alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan
studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu,

kurikulum juga

diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam
masyarakat seandainya karena sesuatu hal,

tidak dapat melanjutkan

pendidikannya
e.

Fungsi Pemilihan (the selective function)
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai

alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.

Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan

diferensiasi,

karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa

berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa
yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua
fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat
fleksibel.
f.

Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk
dapat memahami dan menerima kekuatan(potensi) dan kelemahan yang
dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa

18

dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau
memperbaiki kelemahan-kelemahannya.22

22 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pengembangan,
(Jakarta, Rajagrafindo Persada; 2013), hal.10.

BAB III
KESIMPULAN
Teori kurikulum dapat digunakan untuk melukiskan, menjelaskan dan
meramalkan hal yang harus dilakukan atau kemungkinan baru yang akan
terjadi. Di samping itu, teori kurikulum juga mengadakan analisis tentang
keadaan pendidikan dan dampaknya terhadap masyarakat luas.

Konsep

terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan mengenai teori kurikulum
adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum

sebagai

substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi. Ada beberapa masalah atau
isu substansi dalam pembahasan tentang teori kurikulum yaitu definisi
kurikulum, sumber sumber kebijaksaan kurikukulum, desain kurikulum,
rekayasa kurikulum, peran nilai dalam pengembangan kurikulum, dan
implikasi teori kurikulum. Teori kurikulum memiliki fungsi yang sangat
penting dalam kaitannya dengan penyusunan, pengembangan, pembinaan dan
evaluasi kurikulum pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan
pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup
dimasyarakat. Kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peranan
kreatif, serta peran kritis dan evaluatif.
Fungsi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan merupakan
suatu alat atau usaha mencapai tujuan tujuan pendidikan yang diinginkan
sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan krusial untuk dicapai, sehingga
salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah meninjau kembali tujuan yang
selama ini digunakan sekolah yang bersangkutan. Fungsi kurikulum bagi kepala
sekolah merupakan pedoman untuk mengatur dan membimbing kegiatan sehari
sehari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun
kokurikuler.

Fungsi kurikulum bagi

setiap

jenjang pendidikan untuk

pengembangan atau lanjutan dari pendidikan sebelumnya Fungsi kurikulum bagi

20

guru yaitu sebagai pengembang kurikulum, tetapi dan sebagai pelaksana
kurikulum. Bagi pengawas, kurikulum akan berfungsi sebagai panduan dalam
melaksanakan supervisi. Bagi masyarakat, kurikulum adalah alat produsen dari
sekolah, sedangkan masyarakat adalah konsumennya. Sudah tentu antara
konsumen dan produsen harus sinkron.
Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan baik bagi penyelenggaraan program sekolah, maupun membantu
putra/putri mereka belajar dirumah sesuai dengann program sekolah. Bagi siswa
itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar, yang terdiri atas
fungsi penyesuaian, fungsi integrasi, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi
persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.