LAPORAN DAN PRAKTIKUM EKSTRAKSI PTK

A. Latar Belakang

Komponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik seperti yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia, baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk keperluan industri maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen tersebut dapat diperoleh dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan proses pelarutan komponen kimia yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan senyawa tersebut dengan menggunakan suatu pelarut. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga terjadi distribusi sampel di antara kedua pelarut terebut. Pendistribusian sampel dalam kedua pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD (koefisien distribusi).

1 Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber

minyak dan rempah-rempah. Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat . Minyak yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu , sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti karet , dan lain-lain. Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah daripada tung oil , minyak serupa yang dihasilkan olehVernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina . [1]

Kadar lemak yang terdapat di dalam kemiri dapat ditentukan dengan metode ekstraksi padat-cair. Pada metode ini, sampel berbentuk padatan akan diekstraksi menggunakan pelarut cair berupa kloroform dengan metode soxhletasi dan destilasi sederhana. Pada ekstraksi soxhlet terjadi penyarian simplisia secara berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang dipanaskan sehingga terjadi penguapan dan pelarut yang terkondensasi akan menyaring simplisia yang terdapat di dalam selonsong. Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dilakukanlah percobaan untuk melakukan ekstraksi secara cair-cair dan padat-cair.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini, yaitu :

1. Berapa nilai KD untuk sistem organik/air dengan pemisahan cara ekstraksi pelarut?

2. Bagaimana cara menentukan kadar lemak dalam kemiri secara ekstraksi soxhlet?

C. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut cair-cair.

2. Menentukan nilai KD untuk sistem organik/air.

3. Untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet.

4. Menentukan kadar lemak dalam kemiri secara ekstraksi soxhlet.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekstraksi

Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik). [2] Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan “bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat “Counter Current Craig”. [3]

4 Menurut Estien Yazid (2005), berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi

dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.

1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.

2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu dalam larutan air.

B. Ekstraksi Cair-cair

Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. Jika analit berada dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut organik, dan sebaliknya. [4] Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya. [5] Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. Jika analit berada dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut organik, dan sebaliknya. [4] Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya. [5]

= tetapan menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun hubungan ini berlaku cukup

baik dalam kasus-kasus tertentu, pada kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang benar, dalam pengertian termodinamik, angka banding aktivitas bukannya rasio konsentrasi yang seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase memelihara suatu rasio yang konstan terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair yang lain:

= KD A Di sini menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati KD A disebut koefisien distribusi dari spesies A. [7] Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk). [8] Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. [9]

C. Ekstraksi Padat-cair

Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga diiris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian padatan yang telah halus dibungkus dengan kertas saring. Padatan yang telah terbungkus kertas saring dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut organik dimasukkan ke dalam pelarut godog. Kemudian peralatan ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak. [10]

1. Taksonomi kemiri

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean) Genus : Alpinia Spesies : Alpinia purpurata (Vieill.) K. Schum Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat . Minyak yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu , sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti karet , dan lain-lain. Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah daripada tung oil , minyak serupa yang dihasilkan olehVernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina . [11]

2. Soxhletasi

Pada prinsipnya, soxhletasi didasarkan atas penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. [12]

3. Destilasi

Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin. Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar kondensor), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut. [13] Alat yang digunakan dalam destilasi sederhana terdiri atas labu destilasi, still head, dan kondensor dengan satu adaptor yang menghubungkan ujung kondensor dengan labu penampung destilat. Ukuran alat gelas yang digunakan ditentukan oleh ukuran volume cairan yang akan didestilasi. Destilasi sederhana hanya dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang perbedaan titik didihnya paling kurang 80 o

C. Umumnya, destilasi ini digunakan untuk pemurnian komponen-komponen volatil yang sudah hampir murni. Jika cairan relatif murni, sejumlah kecil destilat mengandung pengotor bertitik didih rendah akan keluar ke penampungan destilat pada waktu temperatur di still head masih meningkat, fraksi ini disebut sebagai fore-run. Segera setelah temperatur di still head mencapai harga konstan, fraksi utama dapat dikumpulkan, dan destilasi dapat dilanjutkan sampai sejumlah destilat diperoleh. Pengotor bertitik didih tinggi akan C. Umumnya, destilasi ini digunakan untuk pemurnian komponen-komponen volatil yang sudah hampir murni. Jika cairan relatif murni, sejumlah kecil destilat mengandung pengotor bertitik didih rendah akan keluar ke penampungan destilat pada waktu temperatur di still head masih meningkat, fraksi ini disebut sebagai fore-run. Segera setelah temperatur di still head mencapai harga konstan, fraksi utama dapat dikumpulkan, dan destilasi dapat dilanjutkan sampai sejumlah destilat diperoleh. Pengotor bertitik didih tinggi akan

BAB III METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu sebagai berikut : Hari/Tanggal : Rabu/ 25 April 2012 Pukul : 13.00 – 16.00 WITA Tempat : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah magnetic stirrer, neraca analitik, neraca ohaus, buret asam 50 mL, penangas listrik, corong pemisah 50 mL, labu destilasi 250 mL, aerator, kondensor, mortar, gelas kimia 600 mL dan 100 mL, erlenmeyer 250 mL, termometer 100 o

C, gelas ukur 100 mL dan 50 mL, pipet volume 25 mL dan 5 mL, pipet skala 10 mL, steel head, receive adaptor, statif dan klem, ember, selang air, bulp, corong, botol semprot, tabung reaksi, batang pengaduk, pipet tetes 3 mL dan spatula.

2. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, asam sulfat (H 2 SO 4 )1 N, aquades (H 2 O), es batu, indikator kanji, kemiri, kloroform (CHCl 3 ) pekat, natrium tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) 0,01 M dan padatan iod.

C. Prosedur Kerja

1. Ekstraksi Pelarut (cair-cair)

a. Menimbang 0,125 gram padatan ion dan melarutkannya dalam 50 mL air. Memasukkan larutan ke dalam corong pemisah.

b. Menambahkan 5 mL kloroform ke dalam corong pemisah lalu mengocok larutan beberapa menit. Mendiamkan larutan sebentar, kemudian mengeluarkan lapisan organiknya melalui keran yang ada di bawah corong pemisah.

c. Menuangkan lapisan air ke dalam erlenmeyer melalui lubang bagian atas corong pemisah.

d. Menambahkan 4 mL larutan asam sulfat 1 N untuk mengasamkan suasana larutan dan menambahkan 1 mL indikator kanji 0,2%.

e. Menitrasi larutan dengan natrium tiosulfat 0,01 M sampai warna biru larutan tepat hilang.

f. Menghitung gram iod yang tertinggal dalam air dengan mengetahui jumlah gram iod aslinya, dapat dihitung jumlah gram ion yang terekstraksi dalam pelarut organik.

g. Menghitung KD ion untuk sistem organik/air.

2. Ekstraksi Pelarut (padat-cair)

a. Menghaluskan 50 gram kemiri dengan menggunakan mortar lalu menimbang kemiri yang telah dihaluskan tersebut.

b. Membuat selonsong dengan menggunakan kertas saring dan kapas.

c. Memasukkan kemri yang telah dihaluskan ke dalam klonsong, kemudian merangkai alat soxhletasi.

d. Memasukkan klonsong ke dalam alat soxhletasi.

e. Memasukkan 200 mL kloroform ke dalam labu pemanas dan memanaskan pelarut sampai 6 kali sirkulasi.

f. Memasang labu pemanas ke alat destilasi sederhana.

g. Menguapkan pelarut sampai suhu 60 o C.

h. Memindahkan sampel ke dalam tabung reaksi lalu membiarkan sampel selama 2 hari untuk menguapkan sisa pelarut yang masih tersisa di dalam sampel tersebut.

i. Menimbang hasil yang diperoleh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil pengamatan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

1. Hasil Pengamatan

a. Ekstraksi pelarut (cair-cair) Massa iod = 0,1289 gram

Volume A 1 = 25 mL Volume A 2 = 23,1 mL Volume O 1 = 5 mL

Volume Na 2 S 2 O 3 = 2 mL

b. Ekstraksi pelarut (padat-cair) Kemiri = 50 gram Berat tabung reaksi = 18,6581 gram Volume kloroform = 147 gram Berat tabung reaksi + hasil = 33,6057 gram Berat hasil = (berat tabung reaksi + hasil) – (berat tabung reaksi) = 33,6057 – 18,6581 =14,9476 gram

2. Analisa Data

a. Ekstraksi pelarut (cair-cair)

1) Konsentrasi I 2 Total mol I 2 = = = 5,07 x 10 -4 mol = = = 0,01014 M

2) Konsentrasi I 2 air Berdasarkan reaksi: perbandingan mol = perbandingan koefisien

Mol = volume mM = 2 ml

3) Konsentrasi I 2 organik

4) Massa I 2 yang tertinggal

b. Ekstraksi pelarut (padat-cair) % lemak = x 100 % = x 100 % = 30 %

B. Pembahasan B. Pembahasan

Dari hasil analisa data diperoleh massa I 2 yang tertinggal sebanyak 0,1217 gram, adalah 0,01014 M, adalah , danadalah dimana nilai KD untuk sistem organik/air pada percobaan ini adalah 22,42. KD merupakan suatu tetapan yang tidak bergantung dari konsentrasi total senyawa x dan disebut teapan koefisien distribusi. Percobaan kedua dilakukan untuk mengekstraksi pelarut secara padat-cair dimana sampel yang digunakan adalah kemiri yang telah dihaluskan. Penghalusan kemiri dilakukan agar proses ekstraksi pelarut dapat berjalan dengan baik sehingga pelarut dapat mengekstraksi lemak yang terdapat di dalam sel kemiri tersebut. Lemak dalam buah kemiri diisolasi dengan metode soxhletasi dan dimurnikan dengan metode destilasi sederhana. Berdasarkan prinsip soxhletasi, sampel dimasukkan dalam klonsong dan pelarut akan menyaring simplisia tersebut secara berkesinambungan. Pelarut yang digunakan adalah kloroform dimana penggunaan kloroform dilakukan karena pelarut ini bersifat mudah menguap dengan titik didih yang rendah dan merupakan pelarut yang dapat melarutkan minyak atau lemak dengan baik sehingga cocok digunakan pada isolasi lemak yang terkandung di dalam buah, kloroform juga tidak mudah terbakar sehingga bila bereaksi dengan udara tidak akan menimbulkan ledakan. Sebelum melakukan pemanasan, penambahan batu didih harus dilakukan terlebih dahulu agar tidak terjadi bumping pada saat proses pemanasan berlangsung. Pemanasan pelarut organik dilakukan selama enam kali sirkulasi atau sampai pelarut tidak berwarna lagi yang berarti bahwa pelarut sudah tidak membawa komponen yang ingin diisolasi. Pada proses soxhletasi diperoleh lemak yang bercampur dengan pelarut yang digunakan yaitu kloroform. Pemisahan lemak dengan kloroform dilakukan dengan menggunakan metode destilasi sederhana. Berdasarkan percobaan, massa minyak yang diperoleh adalah 14,9476 gram sehingga diperoleh % lemak dari kemiri adalah 30%.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

1. Metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut cair-cair dilakukan dengan menggunakan corong pemisah dimana terdapat dua pelarut yaitu pelarut air dan pelarut organik dimana pelarut organik yang digunakan adalah kloroform.

2. Koefisien distribusi (KD) untuk sistem organik/air yang diperoleh dari ekstraksi pelarut cair- cair adalah 22,42.

3. Cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam selonsong lalu memanaskan kloroform sebagai pelarut sampai enam kali sirkulasi.

4. Kadar lemak dalam kemiri yang diperoleh dari ekstraksi soxhlet adalah 30%.

B. Saran

Saran dari percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan selanjutnya dilakukan pemisahan pelarut menggunakan rotary evaporator sehingga dapat dibandingkan pemisahan pelarut menggunakan metode destilasi sederhana dan rotary evaporator.

2.1 Minyak Atsiri Bunga, daun, dan akar dari berbagai tumbuhan mengandung bahan yang mudah menguap dan

berbau wangi yang disebut minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan bahan yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang terdapat pada tumbuhan. Cara yang umum digunakan untuk memisahkan minyak atsiri adalah destilasi uap. Cara ini dilakukan dengan mengalirkan uap air kedalam tumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama dengan uap air.

Minyak atsiri bukan senyawa murni, akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang terdiri dari berbagai macam komponen yang berlainan. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian komponen minyak atsiri adalah senyawa yang mengadung atom C dan atom H atau atom C, H, dan O yang tidak bersifat aromatik dan secara umum disebut terpenoid.

(Anonim, 1990)

2.2 Kegunaan Minyak Atsiri Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap

(flavoring). Beberapa minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, haemolitik atau sebagai anti zymatik, sebagai sedativ, stimulatis, untuk obat sakit perut, obat cacing. Minyak atsiri mempunyai sifat membius, merangsang, atau memuakkan. Industri minyak atsiri merupakan suatu sektor yang dapat menunjang ekonomi suatu negara. Dalam setahun, sirkulasi penjualan minyak atsiri dapat mencapai hasil beberapa juta dolar sedangkan sirkulasi barang-barang yang menggunakan minyak atsiri dapat mencapai hasil beberapa milyar per tahun.

2.3 Penyulingan Minyak Atsiri Salah satu cara untuk meng-isolasi minyak atsiri dari bahan tanaman penghasil minyak atsiri

adalah dengan penyulingan, yaitu pemisahan komponen yang berupa cairan dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik didih. Proses tersebut dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Berdasarkan kontak antara uap air dan bahan yang akan disuling, metode penyulingan minyak atsiri dibedakan atas tiga cara, yaitu:

(1) Penyulingan dengan air, Bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Mengapung atau terendamnya

bahan tersebut tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Metode ini dilakukan dengan panas langsung,mantel uap,pipa uap yang berlingkar tertutup tatau dengan memakai pipa uap berlingkar terbuka atau berlubang

(2) Penyulingan dengan uap dan air, Bahan olah diletakkan di ata rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air

sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan. Air juga dapat dipanaskan dengan ap jenh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas metode ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas;bahan yang disulng hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.

(3) Penyulingan dengan uap. Air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas

pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori dan terletak di bawah bahan dan uap bergeerak ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan.

Proses utama yang terjadi pada peristiwa hidro destilasi yaitu - difusi minyak atsiri dan air panas melalui membran tanaman (hidrodifusi) - Hidrolisa terhadap beberapa komponen minyak atsiri - Dekomposisi yang biasanya disebabkan oleh panas

(Guenther,1987) (Guenther,1987)

Untuk penyulingan minyak atsiri dengan kapasitas 1.000 liter, sistem pemanasan air dalam ketel harus ditambah dengan pemanasan air semiboiler. Pemanasan air semi- boiler dapat dilakukan dengan cara memasang pipa-pipa kecil yang mengalirkan panas dari asap sisa bakar (flue gas) pada air dalam ketel.

(www.atsiri-indonesia.com)

2.4 Komponen Minyak Atsiri Walaupun minyak atsiri mengandung bermacam-macam komponen kimia yang berbeda, namun

komponen-komponen tersebut dapat digolongkan ke dalam empat kelompok besar yang dominan menentukan sifat minyak atsiri, yaitu:

1. Terpen, yang ada hubungan dengan iso prena atau iso pentana

2. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang

3. Turunan benzena

4. Bermacam-macam persenyawaan lain (Guenther, 1987)

2.5 Kandungan kimia minyak atsiri Kandungan yang terdapat dalam essential oil dari Alpinia purpurata antara lain adalah

1. 1. β-pinene,

1. 2. 1,8-cineole

1. 3. α-pinene

(Zoghbi,1999)

2.6 Kemiri 2.6 Kemiri

(www.tanaman-obat.com)

2.7 Taksonomi kemiri Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean) Genus : Alpinia Spesies : Alpinia purpurata (Vieill.) K. Schum

( www.plantamor.com)

2.8 Kandungan Kimia kemiri Rimpang, batang dan daun Alpinia purpurata mengandung saponin dan tanin, di samping itu

rimpang dan batang mengandung flavonoida, juga rimpangnya mengandung minyak atsiri. (www.tanaman-obat.com)

Minyak dan lemak (trigliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber mempunyai sifat fisiko- kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan jumlah dan jenis ester yang terdapat di Minyak dan lemak (trigliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber mempunyai sifat fisiko- kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan jumlah dan jenis ester yang terdapat di

nilai tersebut dinamakan konstanta. Konstanta fisik yang dianggap cukup penting adalah berat jenis, indeks bias dan titik cair, sedangkan konstanta kimia yang penting adalah bilangan iod, bilangan penyabunan, bilangan Reichert Meisce, bilangan Polenske, bilangan asam dan residu fraksi tak tersabunkan.

Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat fisiko-kimia tiap jenis minyak berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan (Anonim, 1990).

2.9 Destilasi Destilasi adalah suatu pemurnian senyawa organik cair yaitu suatu proses yang didahului dengan

penguapan senyawa cair, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk sehingga mencair kembali. Proses yang dilakukan yaitu larutan diuapkan pada alat uap yang kemudian mengental kembali membentuk cairan. Itu jelas bahwa zat pengotor non-volatil mungkin dapat dipisahkan dengan metode ini. Ketika dua atau lebih unsur volatil dari campuran bisa dipisahkan dengan destilasi.

(Sugihara, 1961)

2.10 Macam-Macam Destilasi

2.10.1 Destilasi Uap Proses penyaringan suatu campuran air dan bahan yang tidak larut sempurna atau larut sebagian

dengan menurunkan tekanan sistem sehingga didapatkan hasil penyulingan jauh dibawah titik didih awal.

(Cahyono, 1991)

2.10.2 Destilasi Vakum Untuk memurnikan senyawa yang larut dalam air dengan titik didih tinggi sehingga tekanan

lingkungan harus diturunkan agar tekanan sistem turun. (Cahyono, 1991)

2.10.3 Destilasi Biasa Untuk memurnikan campuran senyawa dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan

memiliki titik didih yang jauh berbeda.

2.11 Prinsip Destilasi Uap Campuran substansi yang tidak larut menunjukkan reaksi yang sangat beda dalam larutan

homogen dan deskripsi sifatnya memerlukan hukum fisik yang berbeda. Dasar aturan dapat dipakai dengan mempertimbangkan akibat naiknya deviasi pada hukum rault. Satu gejala dari deviasi positif adalah dalam diagram hubungan antara tekanan dengan temperatur. Pada batas deviasi positif besar dari hukum rault, dua komponen dapat larut dan komponen tersebut menguap yang secara matematis memberikan tekanan total yang merupakan jumlah total dari tekanan masing-masing.

(Wilcox, 1995)

2.12 Ekstraksi Ekstraksi yang sering digunakan untuk memisahkan senyawa organik adalah ekstraksi zat cair,

yaitu pemisahan zat berdasarkan perbandingan distribusi zat tersebut yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan.

Yang paling baik adalah dimana kelarutan tersebut dalam pelarut satu lebih besar daripada konsentrasi zat terlarut dalam pelarut lainnya, harga K hendaknya lebih besar atau lebih kecil dari satu ekstraksi jangka pendek disebut juga proses pengorokan, sedangkan pada proses jangka panjang menggunakan soxhlot dan dengan pemanasan.

(Wasilah, 1978) Kriteria pemilihan pelarut: - Pelarut mudah melarutkan bahan yang di ekstrak - Pelarut tidak bercampur dengan cairan yang di ekstrak - Pelarut mengekstrak sedikit atau tidak sama sekali pengotor yang ada - Pelarut mudah dipisahkan dari zat terlarut - Pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut melalui segala cara

(Cahyono, 1991)

2.2. Ekstraksi Padat-cair Merupakan pemisahan satu komponen dari padatan dengan melarutkannya dalam pelarut, tetapi

komponen lainnya tidak dapat dilarutkan dalam pelarut tersebut. Proses ini biasanya dilakukan dalam fase padatan, sehingga disebut juga ekstraksi padat-cair. Dalam ekstraksi padat-cair, komponen lainnya tidak dapat dilarutkan dalam pelarut tersebut. Proses ini biasanya dilakukan dalam fase padatan, sehingga disebut juga ekstraksi padat-cair. Dalam ekstraksi padat-cair,

(Ibrahim,2009)

2.13 Prinsip Ekstraksi padat-cair Ekstrasi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam suatu sample ke suatu pelarut dengan

cara melarutkannya. Ektraksi pelarut bisa disebut ekstraksi padat-cair yaitu proses pemindahan solut dari padatan ke pelarut lainnya dan bercampur dengan cara soxhletasai. Prinsip dasar dari ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat terlarut kedalam pelarut yang bercampur.

(Ibrahim,2009)

2.6. Mekanisme Reaksi Proses ekstraksi padat-cair berlangsung tiga tahap, yaitu :

1. Pembentukan kompleks tidak bermuatan.

2. Distribusi dari kompleks yang terekstraksi.

3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik. (Khopkar, 1990)

2.7. Teknik Ekstraksi Tiga metode dasar pada ekstraksi padat-cair adalah :

1. Ekstraksi bertahap Merupakan cara yang paling sederhana. Caranya dengan menambahkan pelarut pengekstraksi

yang tidak bercampur dengan pelarut semula, kemudian dilakukan ekstraktor soxhlet yang dilakukan secara berkesinambungan, sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah ini tercapai, lapisan didiamkan dan dipisahkan dengan metode distilasi.

1. Ekstraksi kontinu 1. Ekstraksi kontinu

1. Ekstraksi kontinu counter current Fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang berlawanan dengan larutan yang

mengandung zat yang akan diekstraksi. Biasanya digunakan untuk pemisahan zat, isolasi ataupun pemurnian.

(Khopkar, 1990)

2.8. Salting Out Dalam ekstraksi, pelarut lebih efektif apabila digunakan sedikit pelarut dengan ekstraksi

berulang-ulang daripada menggunakan pelarut yang banyak dengan sekali ekstraksi. Banyak senyawa organik dan air bernilai lebih besar dari empat, sehingga pada umumnya dua atau tiga kali ekstraksi meningkatkan pemisahan senyawa organik dari air.

Ketika senyawa terlarut dalam air dan mempunyai K lebih kecil dari satu, maka dapat diperkirakan bahwa sangat sedikit senyawa itu akan dihasilkan dalam ekstraksi. Koefisien distribusi suatu senyawa organik antara pelarut organik dengan air dapat diubah dengan penambahan NaCl dalam pelarut air dapat meningkatkan distribusi senyawa organik itu dalam pelarut organik. Akibat semacam itu disebut “Salting Out” senyawa organik.

(Fessenden, 1982)

2.16 Analisa Bahan

2.16.1 Petroleum eter Sifat fisik : – berat molekul 74,12 g /

mol , densitas 0,7885

- titik didih -116,3 o C, titik lebur 34,6 C - tidak berwarna dan berbau khas

Sifat kimia : – mudah menguap dan mudah terbakar - sebagai zat anestesi

2.16.2 Na 2 SO 4 anhidrat Sifat fisik : – titik lebur 800 o C

- berbentuk serbuk putih halus

Sifat kimia : – mampu mengikat H 2 O

- larut dalam H 2 O dan membentuk larutan netral (Grant, 1976)

2.16.3 Aquades Sifat fisik : – titik leleh 0 o C

- titik didih 100 o C - tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Sifat kimia : – pelarut polar - persenyawaan hidrogen dan oksigen

(Basri, 1996)

2.16.4 Kemiri Batang semu, tegak, masif, terdiri dari pelepah daun, hijau kemerahan. Daun tunggal, duduk

dalam roset akar, lanset, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 30-90 cm, lebar 5-15 cm, pertulangan menyirip, hijau. Bunga majemuk, berkelamin dua, di ujung batang, kelopak hijau, mahkota merah, merah. Kemiri berbentuk bulat putih. Biji bulat, hitam. Akar serabut, coklat muda.

(www.tanaman-obat.com)

III. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Gelas beaker - Gelas ukur - Pengaduk gelas - Kompor / hot plate - Erlenmeyer - Corong - Corong pemisah

3.1.2 Bahan - kemiri - Aquades - Vaseline - P Eter

- Na 2 SO 4 anhidrid

3.2 Skema Alat

3.3 Skema Kerja

3.3.1 Destilasi Biasa

kemiri

Labu alas bulat

- pendestilasian uap

Destilat

Residu

Corong pemisah

IV. DATA PENGAMATAN

No. Perlakuan Hasil

Pendestilasian kemiri selama 2 jam - sebelum di destilasi

- setelah di destilasi

- berupa irisan-irisan - terdapat minyak sekitar 1mL berwarna kuning bening - didapat residu kemiri yang kandungan minyak atsirinya sudah menguap dengan adanya

proses destilasi

1. PEMBAHASAN Percobaan ini berjudul “Ekstraksi Padat Cair” yang bertujuan untuk mempelajari pemisahan

senyawa dari padatan dengan ekstraksi padat dan mempelajari pemisahan senyawa dengan cara distilasi biasa. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah destilasi uap dan ekstraksi. Prinsip dari destilasi uap didasarkan pada “Hukum Dalton” yang berbunyi, “Dua gas atau lebih atau uap yang tidak bereaksi secara kimia terhadap lainnya bercampur pada suhu yang konstan, maka tiap-tiap gas memiliki tekanan sendiri, seakan dia berada sendirian dan jumlah tekanan ini adalah sama dengan tekanan total sistem” (Brady,1994).

Dengan kata lain suatu cairan akan menguap apabila tekanan permukaan sama dengan tekanan uap lingkungan. Prinsip dari ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur (Ibrahim,2009). Sedangkan ekstraksi prinsip yaitu pemisahan zat berdasarkan perbandingan distribusi zat tersebut yang terlarut dalam pelarut yang saling melarutkan dimana kelarutan tersebut dalam pelarut satu lebih besar daripada konsentrasi zat terlarut pada proses jangka panjang menggunakan soxhlot dan dengan pemanasan (Wasilah, 1978).

Kemiri (Alpinia purpurata K. Schum) temasuk ke dalam famili Zingiberaceae. Tanaman ini memiliki batang semu seperti jahe, tapi tingginya bisa sampai 2 m, dan berdaun melebar. Tanaman kemiri yang subur panjang daunnya bisa setengah meter dan lebarnya 15 cm.

(www.tanaman-obat.com) Pada percobaan ini, dimasukkan irisan kemiri ke dalam dandang yang terdapat air di bawahnya.

Pengirisan tipis pada rimpang kemiri berfungsi agar luas permukaan lebih kecil sehingga dalam proses penguapan minyak atsiri yang terdapat pada tiap jaringan lebih mudah terangkat bersama dengan uap air dan tujuan dari penambahan kapas pada sst pembungkusan dengan kertas minyak supaya kemiri tidak terjadi kerusakan. Sedangkan, pembungkusan memakai kertas saring agar Pengirisan tipis pada rimpang kemiri berfungsi agar luas permukaan lebih kecil sehingga dalam proses penguapan minyak atsiri yang terdapat pada tiap jaringan lebih mudah terangkat bersama dengan uap air dan tujuan dari penambahan kapas pada sst pembungkusan dengan kertas minyak supaya kemiri tidak terjadi kerusakan. Sedangkan, pembungkusan memakai kertas saring agar

soxhlet untuk dilakukan ekstaksi dengan PE. PE berfungsi untuk mengikat minyak atsiri yang masih terdapat pada kemiri bercampur dengan pelarut air.PE merupakan pelarut polar yang sangat baik untuk melarutkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan bersifat inert.

(Mulyono,2005) Minyak atsiri yang memiliki sifat non polar akan tertarik ke pelarut PE. Selama proses ekstraksi

diperlukan pemanasan yang kuat agar minyak atsiri cepat terlarut dalam larutan PE sehingga akan terlarulah minyak atsiri kedalam PE, yaitu PE yang mengandung minyak atsiri pada bagian atas dan lapisan air pada bagian bawah. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan massa jenis, yaitu eter sebesar 0,7 g/l dan air sebesar 1g/l.

(Mulyono,2005) Kemudian dilakukan tahap pemurnian dengan cara pendiaman agar eter menguap hingga tersisa

minyak atsirinya saja. Setelah itu dilakukan penambahan Na 2 SO 4 anhidrat yang berfungsi untuk mengikat senyawa air yang masih terdapat dalam minyak atsiri, sehingga didapatkan minyak atsiri tanpa air. Hal ini terjadi karena sifat Na 2 SO 4 anhidrat yang higroskopis dan berfungsi sebagai pengering.

(Mulyono,2005) diberi batu didih pada saat dilakukan ekstraksi degan soxhlet dengan tujuan untuk meratakan

dan menstabilkan panas, tidak ada uap yang keluar dari dan ketika proses ekstraksi dengan soxhlet.

Pada proses pendestilasian, dapat dihasilkan uap minyak atsiri dan air secara bersamaan, meskipun minyak dan air memiliki perbedaan titik didih yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena telah berlakunya Hukum Dalton, yaitu “Dua gas atau lebih atau uap yang tidak bereaksi secara kimia terhadap lainnya bercampur pada suhu yang konstan, maka tiap-tiap gas memiliki tekanan sendiri, seakan dia berada sendirian dan jumlah tekanan ini adalah sama dengan tekanan total sistem, atau dengan kata lain suatu cairan akan menguap apabila tekanan permukaan sama dengan tekanan uap lingkungan”.

(Brady,1994) Kemudian dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk menguapkan air, sehingga uap air dapat

membawa minyak atsiri yang terkandung di dalam irisan rimpang laos merah. Selama proses pemanasan, perlu dilakukan pemantauan terhadap kondesornya. Kondensor disini bertindak sebagai pendingin uap yang terbentuk dari pemanasan agar dapat menjadi cairan kembali. Pemantauan terhadap kondensor dilakukan dengan terus mengganti air yang mengalir dalam kondensor ataupun dengan memberikan es pada air yang mengalir pada kondensor dengan alasan membawa minyak atsiri yang terkandung di dalam irisan rimpang laos merah. Selama proses pemanasan, perlu dilakukan pemantauan terhadap kondesornya. Kondensor disini bertindak sebagai pendingin uap yang terbentuk dari pemanasan agar dapat menjadi cairan kembali. Pemantauan terhadap kondensor dilakukan dengan terus mengganti air yang mengalir dalam kondensor ataupun dengan memberikan es pada air yang mengalir pada kondensor dengan alasan

Hasil yang diperoleh dari destilasi berupa cairan yang terdiri dari air dan minyak atsiri, dimana minyak atsiri berada di atas dan air berada di bawah. Ketidaklarutan antara keduanya disebabkan adanya perbedaan kepolaran, dimana air bersifat polar dan minyak bersifat non polar. Posisi minyak atsiri yang berada di atas air disebabkan karena minyak atsiri memiliki massa jenis yang cenderung lebih ringan daripada massa jenis air, dimana massa jenis minyak atsiri sebesar 0,708 g/cm 3 sedangkan air memiliki massa jenis sebesar 1g/l.

(Mulyono,2005) Menurut literatur, minyak atsiri dari kemiri ini mengandung berbagai kandungan senyawa,

diantaranya basonin, eugenol, galangan, galangol, seskuiterpen, pinen, metil Sinamat, dan kaemferida.

(www.tanaman-obat.com)

VII. KESIMPULAN

1. Isolasi minyak atsiri kemiri dapat dihasilkan dengan metode destilasi uap, dan pemurnian dengan cara ekstraksi pelarut

2. Isolasi minyak atsiri kemiri menghasilkan minyak yang berwarna kuning bening dan berbau khas

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1990. Diktat Kuliah Kimia Bahan Alam. Jakarta: Dapartemen Pendidikan Universitas Terbuka.

Basri, Sarjoni. 1996. Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta Brady, James. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid I, edisi ke-lima. Jakarta:

Erlangga. Cahyono, Bambang. 1991. Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik.Semarang:

UNDIP Press Grant, Roger and Claire. 1976. Chemical Dictionary. 5 th edition. Mc Graw Hill Book

Company:USA Guenther, Ernest, alih bahasa Ketaren. 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Jakarta: UI Press Ibrahim. 2009. Ekstraksi. Bandung: Sekolah Farmasi ITB Khopkar, s.m. 1990.konsep dasar kimia analitik. Terjemahan saptoraharjo a. jakarta : UI press Mulyono. 2005. Kamus Kimia.Bandung: P.T Genersindo Sudjadi.1986. Metode Pemisahan.Jakarta: Kanisius

Underwood. 1998. Quantitative Analysis. 6 th edition.New Jersey: Prentice Hall Inc. Wasilah, Sudja. 1978. Penuntun Percobaan Pengantar Kimia Organik.Bandung: P.T Karya

Nusantara Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry.New Jersey: Prentice Hall Inc. Zoghbi, et.al., 1999, Volatile constituents from leaves and flowers of Alpinia speciosa K. Schum.,

and A. purpurata (Viell.) Schum. Flavour Fragr. J. 14, 411-414.

Pembahsan Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut.

Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.Percobaan kali ini, kita mengekstraksi kemiri untuk memisahkan minyak dari kemiri. Untuk mengekstraksi minyak dalam kemiri kita menggunakan metode ekstraksi soxhlet. Soxhletasi merupakan penyarian sampel secara berkesinambungan, pelarut dipanaskan hingga menguap, uap cairan pelarut terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin (kondensor) lalu turun mengekstrak sampel dalam ruang soxhlet dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut yang akan digunakan sangatlah penting. Hal ini juga dapat mempengaruhi hasil yang akan didapatkan dari proses ekstraksi yang dilakukan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa minyak merupakan senyawa yang bersifat non polar sehingga dalam memilih pelarut sebaiknya menggunakan pelarut yang bersifat non polar pula. Dalam percobaan ini digunakan n-heksan sebagai pelarut yang dapat mearutkan minyak dalam kemiri karena sama-sama bersifat nonpolar. Pelarut yang digunakan (n-heksan) dimasukkan dalam labu alas bulat yang dipanaskan kemudian pelarut berubah menjadi fase uap dan dengan menggunakan kondensor, pelarut yang dalam fase uap tadi berubah menjadi fase cair dan akan jatuh menetesi sampel. Pada proses ini terjadi proses ekstraksi oleh pelarut dimana pelarut ak an mengekstrak minyak yang ada pada sampel. Pelarut yang mengikat minyak lama kelamaan akan memenuhi sifon dan jika sifon telah terisi oleh pelarut sampai penuh maka pelarut akan jatuh kembali pada labu alas bulat bersama ekstrak Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.Percobaan kali ini, kita mengekstraksi kemiri untuk memisahkan minyak dari kemiri. Untuk mengekstraksi minyak dalam kemiri kita menggunakan metode ekstraksi soxhlet. Soxhletasi merupakan penyarian sampel secara berkesinambungan, pelarut dipanaskan hingga menguap, uap cairan pelarut terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin (kondensor) lalu turun mengekstrak sampel dalam ruang soxhlet dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut yang akan digunakan sangatlah penting. Hal ini juga dapat mempengaruhi hasil yang akan didapatkan dari proses ekstraksi yang dilakukan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa minyak merupakan senyawa yang bersifat non polar sehingga dalam memilih pelarut sebaiknya menggunakan pelarut yang bersifat non polar pula. Dalam percobaan ini digunakan n-heksan sebagai pelarut yang dapat mearutkan minyak dalam kemiri karena sama-sama bersifat nonpolar. Pelarut yang digunakan (n-heksan) dimasukkan dalam labu alas bulat yang dipanaskan kemudian pelarut berubah menjadi fase uap dan dengan menggunakan kondensor, pelarut yang dalam fase uap tadi berubah menjadi fase cair dan akan jatuh menetesi sampel. Pada proses ini terjadi proses ekstraksi oleh pelarut dimana pelarut ak an mengekstrak minyak yang ada pada sampel. Pelarut yang mengikat minyak lama kelamaan akan memenuhi sifon dan jika sifon telah terisi oleh pelarut sampai penuh maka pelarut akan jatuh kembali pada labu alas bulat bersama ekstrak

Proses sirkulasi ekstraksi pada percobaan ini dilakukan sebanyak dua belas kali ekstraksi. Setelah ekstraksi telah selesai dilakukan, dilanjutkan dengan proses penguapan dimana proses ini dimaksudkan untuk memisahkan minyak yang diperoleh dari pelarut. Proses penguapan ini dilakukan dengan memanaskan pelarut yang telah bercampur dengan minyak sehingga pelarut yang mempunyai titik didih lebih rendah ini akan menguap sehingga pelarut akan terpisah dari minyak. Untuk proses penguapan pelarut, kita menggunakan alat soxhlet untuk menguapkan pelarut dari ekstrak. Setelah dilakukan proses penguapan, dapat langsung menghitung berapa banyak minyak yang didapatkan dari proses ekstraksi ini. Dari hasil penimbangan ekstrak minyak kemiri yang diperoleh sebanyak 8,97 gram dan efisiensi kadar minyak kemiri yang diperoleh dari 50 gram sampel (kemiri) sebanyak 17,94 %

Minyak Kemiri

a. Kemiri

Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae . Dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai candleberry, Indian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat dan dikenal sebagai tung oil . Minyak lemak ialah sejenis minyak lemak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan untuk memasak. Beberapa minyak lemak yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit Afrika, jagung, zaitun, minyak lobak, kedelai, kemiri, dan bunga matahari [1].

Daging biji, daun dan akar Aleurites moluccana mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, disamping itu daging bijinya mengandung minyak lemak. Pada korteksnya mengandung tannin. Kandungan kimia yang terdapat dalam kemiri adalah gliserida, asam linoleat, palmitat, stearat, miristat, asam minyak, protein, vitamin B1, dan zat lemak. Bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah biji, kulit, dan daun. Daging bijinya bersifat laksatif. Di Ambon korteksnya digunakan sebagai anti tumor, di Jawa digunakan sebagai obat diare, sariawan dan desentri, di Sumatera daunnya digunakan untuk obat sakit kepala dan gonnorhea. Minyak kemiri dibuktikan berkhasiat sebagai obat penumbuh rambut.

Untuk memperoleh atau mengisolasi lipida ( minyak lemak, lemak, dan malam/lilin ) ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu : Pengepresan, penggunaan pelarut, dan penggunaan panas. Untuk isolasi minyak lemak dapat dilakukan dengan cara penggunaan pelarut dan penggunaan panas.

Soxhletasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengisolasi minyak lemak . Soxhletasi merupakan ekstraksi padat-cair berkesinambungan, disebut

berbentuk padat, sedangkan disebut berkesinambungan karena pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai. Keuntungan dari metode ini antara lain menggunakan pelarut yag lebih sedikit karena pelarut tersebut akan dipakai untuk mengulang ekstraksi dan uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping. Tetapi metode ini juga memiliki beberapa kelemahan antara lain, tidak dapat digunakan pada bahan yang mempunyai tekstur yang jeras, selain itu pengerjaannya rumit dan agak lama, karena harus diuapkan di rotavapor untuk memperoleh ekstrak kental.

Minyak kemiri merupakan minyak lemak yang memiliki banyak manfaat, baik dalam bidang kesehatan maupun kosmetik dan industri. Selain itu, kemiri merupakan tanaman asli Indonesia dan banyak dijumpai di daerah – daerah di Indonesia. Dalam satu kali penanaman kemiri, masing – masing pohon akan menghasilkan sekitar 30 –