PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG (1)
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pengembangan masyarakat mulai tumbuh sebagai sebuah gerakan sosial pada
tahun 1970-an menyusul bangkitnya kesadaran progresif dari sebagian komunitas
internasional untuk memberi perhatian terhadap kebutuhan layanan kesejahteraan bagi
orang-orang lemah (disadvantage), menerima model kesejahteraan redistributif secara
radikal, memberlakukan model kewarganegaraan aktif dan memberi ruang bagi partisipasi
warga dalam proses pembangunan ( participatory model ).1
Semua kegiatan pengembangan masyarakat diarahkan untuk membentuk sebuah
struktur masyarakat yang mencerminkan tumbuhnya semangat swadaya dan partisipasi.
Pengembangan masyarakat meliputi usaha memperkokoh interaksi sosial dalam
masyarakat, menciptakan semangat kebersamaan, soliditas di antara anggota masyarakat ,
dan membantu mereka untuk berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara berdialog
secara alamiah atau intervensi, yang di dasari dengan penuh pemahaman dan
ditindaklanjuti dengan aksi sosial yang nyata.
Pengembangan masyarakat didasari sebuah cita-cita bahwa masyarakat bisa dan
harus mengambil tanggung jawab dalam merumuskan kebutuhan, mengusahakan
kesejahteraan, menangani sumber daya, dan mewujudkan tujuan hidup mereka sendiri.
Pengembangan masyarakat diarahkan untuk membangun supportive communities yaitu
sebuah struktur masyarakat yang kehidupannya didasarkan pada penegmbangan dan
pembagian sumber daya secara adil serta adanya interaksi sosial, partisipasi, dan upaya
saling mendorong antara satu dengan yang lain.
Kerja pengembangan masyarakat pada hakikatnya menjadi proses aktualisasi
komitmen para aktivis sosial dalam memecahkan masalah kesenjangan atau
ketidakseimbangan antar-kelompok dalam masyarakat, termasuk mengatasi kelangkaan
sumber daya kesempatan serta menjauhkan masyarakat dari penderitaan sosial. Setiap
program pengembangan masyarakat dirancang untuk mendorong penegembangan sumber
daya, keterampilan dan peluang untuk hidup secara lebih baik bagi rakyat kecil.
Untuk menggarap isyu-isyu tersebut sangat di perlukan perubahan pandangan yang
lebih terbuka dari komunitas riset dan pemberdayaan masyarakat untuk membangun
kerjasama-kerjasama strategis dengan kekuatan-kekuatan lain seperti pemerintah, legislatif,
pengusaha, organisasi-organisasi sosial, LSM baik pada level lokal, nasional, maupun
internasional.2
1
Winsome Robert, Meneguhkan kembali keyakinan: Makna Agama Dan Spiritualitas bagi Social Work
dalam Jurnal Perta,(Jakarta:Ditperta Dirjen Bagais,2005),p.47
2
Ahmad Mahmudi,”Pemberdayaan Masyarakat”, Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol 2 No 2 (JuliDesember 2010),p.102
Salah satu tujuan pengembangan masyarakat adalah membangun sebuah struktur
masyarakat yang di dalamnya memfasilitasi tumbuhnya partisipasi secara demokratis ketika
terjadi pengambilan keputusan. Upaya ini menuntut pembentukan proses yang
memungkinkan sebuah masyarakat mempunyai akses kepada sumber daya, mampu
mengontrol sumber daya dan struktur kekuasaan di masyarakat.
Pengembangan masyarakat dalam kerangka ini menjadi sebuah proses restruktruasi
masyarakat dengan cara menawarkan pola-pola swadaya-partisipatif dalam mengelola dan
mengorganisasikan kehidupan sosial-ekonomi sehingga akan lebih memungkinkan mereka
memenuhi kebutuhannya sendiri di bandingkan waktu-waktu sebelumnya3. Kegiatan
pengembangan masyarakat biasanya berlangsung dalam sebuah kelompok, Satuan sosial
atau organisasi kemasyarakatan seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pada
konteks ini, pengembangan masyarakat sebagai organisator secara mandiri dalam
merencanakan, menjalankan, menentukan kebutuhan, dan memecahkan permasalahan
individual maupun masyarakat.
PEMBAHASAN
A. LSM dan Dikursus Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
3
Jim Ife, Community Development, Creating Community Alternative-Vision, Analysis and Practice,
(Melbourne:Addison Wesley Longman,1997),p.2
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) adalah organisasi swasta yang secara umum
bebas dari intervensi pemerintah atau salah satu organisasi kemasyarakatan yang didirikan
oleh masyarakat berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, dan kepentingan
kegiatan. LSM didirikan dengan sebuah idalisme untuk memberikan perhatian terhadap isuisu sosial, kemanusiaan, peerbaikan kesejahteraan kelompok marjinal ,perlawanan terhadap
kesenjangan dan kemiskinan, perlindungan lingkungan atau sumber daya alam ,
manajemen dan pengembangan sumber daya manusia.
LSM di pandang mempunyai peran signifikan dalam demokratis. Jenis organisasi ini
diyakini memiliki fungsi sebagai penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota atau
tujuan organisasi. Pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan
organisasi, penyalur aspirasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, untuk memenuhi
pelayanan sosial. LSM yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan keberdayaan
masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat, mengembangkan kesetiakawanan
sosial, gotong royong, toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dan mewujudkan tujuan
negara.4
LSM lahir dalam konteks untuk mengimbangi peran dominatif negara. Tujuannya adalah
untuk menjadi sparing partner pemerintah secara kritis dan memberdayakan masyarakat
agar mereka memiliki kekuatan dalam bernegosiasi dan berjaringan guna menentukan masa
depannya sendiri. Tidak jarang peran LSM cenderung menjadi radikal dan galak terhadap
pemerintah lantaran kebijakan pembangunanya yang dianggap elitis. Peran LSM sering kali
menjadi tumpuan dan harapan masyarakat yang hak-hak sosial politik dan ekonominya
terampas.
Sebaliknya, LSM tidak didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan uang atau material.
Jika ada LSM yang proses pendiriannya dimotivasi oleh tujuan-tujuan material, maka ia
telah menyalahi kodratnya sebagai LSM.5
B. LSM sebagai sebuah Gerakan Sosial
Sebagian kalangan memahami LSM sebagai kumpulan warga akar rumput yang
aktivitasnya dilakuakan secara terorganisasi untuk mengkritisi proyek-proyek pemerintah.
Sebagian kalangan yang lain memahami LSM sebagai kumpulan para ahli yang memberi
saran kepada pemerintah tentang suatu masalah secara netral, atau koalisi dari perwakilan
kalangan industri yang menyampaikan pemikirannya kepada pemerintah.
4
Budi Setiyono, Pengawasan Pemilu oleh LSM, Suara merdeka, 15 Oktober 2003
Dr.Zubaedi,M.Ag.,M.Pd, Wacana Pembangunan Alternatif:Ragam Perspektif Pembanguan dan
Pemberdayaan Masyarakat,(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2007)p.114
5
Di Indonesia, istilah LSM telah didefinisikan secara tegas dalam Instruksi Menteri Dalam
Negeri (Inmendagri) No.8/1990 yang di sebarluaskan kepada gubernur seluruh Indonesia
tentang Pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Lampiran II dari Inmendagri
menyebutkan LSM adalah organisasi/lembaga yang anggotanya adalah masyarakat
warganegara Republik Indonesia yang secara sukarela atau kehendak sendiri berniat serta
bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/ lembaga sebagai
wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya.6
Upaya-upaya LSM dalam mengembangkan masyarakat lapis awah dapat dilihat sebagai
salah satu bentuk bgerakan sosial yang sistematis dan terorganisasi. Dalam hal ini, sangat
menarik untuk dilihat lebih jauh tentang eksistensi LSM sebagai sebuah gerakan sosial
dengan menggunakan berbagai pendekatan sosiologis yang ada. Dalam mengkaji gerakan
sosial ala LSM ini, sebenarnya ada dua pendekatan yang dapat digunakan sebagai alat
analisis. Pertama, pendekatan yang terdiri atas pelbagai teori yang cenderung melihat
gerakan sosial sebagai masalah atau sebagai gejala penyakit kemasyarakatan. Kedua,
Pendekatan yang melihat gerakan sosial sebagai fenomena positif atau sebagai sarana
konstruktif bagi perubahan sosial.
C. Keberpihakan LSM terhadap Masyarakat Lapis Bawah
Sasaran LSM adalah menjadikan kelompok masyarakat kurang beruntung lebih
berswadaya setelah program-program kemasyarakatannya berakhir. LSM sebagai pelaku
perubahan (agent of change), pada umumnya berperan sebagai fasilitator pendidikan
masyarakat, komunikator kepentingan masyarakat lapis bawah, katalisator, diamisator
transformasi sosial, dan mediator antara pemerintah dan lembaga lain seperti bank dan
masyarakat.
LSM dapat berperan penting dalam mendukung kelompok-kelompok swadaya
masyarakat melalui sejumlah upaya. Pertama, mengidentifikasi kebutuhan masyarakat lokal
dan taktik-taktik untuk memenuhinya.Kedua, melakukan mobilisasi dan menggerakan usaha
aktif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ketiga, merumuskan kegiatan
jangka panjang dalam rangka mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan yang lebih
umum. Keempat, menghasilkan dan memobilisasi sumber daya lokal atau eksternal untuk
kegiatan pembanguan pedesaan. Kelima, pengaturan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan kelompok sasaran.
6
Bambang Ismawan “Partisipasi dan Dimensi Keswadayaan Pengalaman LSM Membangun
Keswadayaan Masyarakat”, dalam Jurnal Ekonomi Rakyat Online, Th.II-No.3- Mei 2003),p.1
1. Pengembangan Masyarakat Lapis Bawah
Upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang digagas LSM pada
umumnya memusatkan perhatian kepada nasib orang-orang kecil. Orang kecil adalah
kelompok masyarakat yang dianggap kurang beruntung (disadvantage groups), karena
mereka berada dalam situasi serba kekurangan serta di balut oleh berbagai kondisi yang
menekan kehidupan mereka. Kondisi-kondisi yang menekannya antara lain berupa
lemahnya nilai tukar hasil produksi, lemahnya organisasi , rendahnya perkembangan
sumber daya manusia, rendahnya produktivitas, lemahnya kases terhadap hasil
pembangunan, minimnya modal yang dimiliki, rendahnya pendapatan, sederhananya
teknologi yang dimiliki, adanya kesenjangan antara kaya dan miskin minimnya kemampuan
berpartisipasi dalam sistem pembangunan nasional, dan elmahnya posisi tawar-menawar.
Kalau kondisi-kondisi tersebut dikaitkan satu sama lain dalam pola hubungan sebab
akibat,, muncullah wajah orang kecil yang serba kurang mampu berbentuk segitiga yang
terdiri dari rendahnya pendapatan, adanya kesenjangan sosial yang semakin melebar , dan
rendahnya kemampuan berpartisipasi dalam sistem nasional. Kalau ditelusuri sebabsebabnya, yang menjadi sebab paling pokok adalah lemahnya pengembangan sumber
daya manusia.7
Dengan kata lain, fokus kegiatan pengembangan masyarakat adalah peningkatan
kualitas hidup masyarakat miskin. Kita akui, kemiskinan saat ini menjadi agenda persoalan
yang mendesak untuk di pecahkan. Kemiskianan merupakan fakta yang setiap kali terucap
selalu menyisahkan sebuah kegetiran. Getir karena selalu ingin dipecahkan tapi tidak
kunjung tuntas. Dalam buku Development as Freedom and Poverty and Famines, Amartya
Sen memberikan pengertian kemiskinan sebagai ketiadaan akses berupa informasi,
kesehatan , pendidikan, san tentu saja sandang, pangan dan papan.8
Bisa ditegaskan, kemiskinan adalah masalah kemanusiaan. Para aktivis
pengembangan masyarakat yang berhimpun dalam wadah LSM perlu mengambil langkahlanngkah nyata dalam mengatasi masalah kemiskinan ini. LSM memang berperan strategis
untuk menangani masalah-masalah sosial , khususnya kemiskinan melalui gerakan
peningkatan kekuatan dan perluasa akses pada komunitas lokal dan organisasi rakyat
dalam mengontrol sumber daya.
7
Bambang Ismawan “Partisipasi dan Dimensi Keswadayaan Pengalaman LSM Membangun
Keswadayaan Masyarakat”, dalam Jurnal Ekonomi Rakyat Online, Th.II-No.3- Mei 2003),p.7
8
Saidiman, “Melacak Akar Kemsikinan” dalam Jurnal Perta, ( Jakarta: Ditperta Dirjen Bagais Depag
RI,Vol.VII,No.1,2005).p.55
KESIMPULAN
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) adalah organisasi swasta yang secara umum
bebas dari intervensi pemerintah atau salah satu organisasi kemasyarakatan yang didirikan
oleh masyarakat berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, dan kepentingan
kegiatan.
Upaya-upaya LSM dalam mengembangkan masyarakat lapis awah dapat dilihat sebagai
salah satu bentuk bgerakan sosial yang sistematis dan terorganisasi. Dalam hal ini, sangat
menarik untuk dilihat lebih jauh tentang eksistensi LSM sebagai sebuah gerakan sosial
dengan menggunakan berbagai pendekatan sosiologis yang ada. Dalam mengkaji gerakan
sosial ala LSM ini, sebenarnya ada dua pendekatan yang dapat digunakan sebagai alat
analisis. Pertama, pendekatan yang terdiri atas pelbagai teori yang cenderung melihat
gerakan sosial sebagai masalah atau sebagai gejala penyakit kemasyarakatan. Kedua,
Pendekatan yang melihat gerakan sosial sebagai fenomena positif atau sebagai sarana
konstruktif bagi perubahan sosial.
Dengan kata lain, fokus kegiatan pengembangan masyarakat adalah peningkatan
kualitas hidup masyarakat miskin.
DAFTAR PUSTAKA
Ife, Jim . 1997. Community Development. Creating Community Alternative-Vision, Analysis
and Practice. Melbourne:Addison Wesley Longman.
Ismawan, Bambang. “Partisipasi dan Dimensi Keswadayaan Pengalaman LSM Membangun
Keswadayaan Masyarakat”, dalam Jurnal Ekonomi Rakyat Online, Th.II-No.3- Mei 2003
Mahmudi,Ahmad. ”Pemberdayaan Masyarakat”, Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol 2 No 2
(Juli-Desember2010).
Robert, Winsome. 2005. “Meneguhkan kembali keyakinan: Makna Agama Dan Spiritualitas
bagi Social Work” dalam Jurnal Perta. Jakarta:Ditperta Dirjen Bagais.
Saidiman, “Melacak Akar Kemsikinan” dalam Jurnal Perta, (Jakarta: Ditperta Dirjen Bagais
Depag RI,Vol.VII,No.1,2005)
Setiyono, Budi. 2003. Pengawasan Pemilu oleh LSM, Suara merdeka.
Zubaedi. 2007. Wacana Pembangunan Alternatif:Ragam Perspektif Pembanguan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media
LATAR BELAKANG
Pengembangan masyarakat mulai tumbuh sebagai sebuah gerakan sosial pada
tahun 1970-an menyusul bangkitnya kesadaran progresif dari sebagian komunitas
internasional untuk memberi perhatian terhadap kebutuhan layanan kesejahteraan bagi
orang-orang lemah (disadvantage), menerima model kesejahteraan redistributif secara
radikal, memberlakukan model kewarganegaraan aktif dan memberi ruang bagi partisipasi
warga dalam proses pembangunan ( participatory model ).1
Semua kegiatan pengembangan masyarakat diarahkan untuk membentuk sebuah
struktur masyarakat yang mencerminkan tumbuhnya semangat swadaya dan partisipasi.
Pengembangan masyarakat meliputi usaha memperkokoh interaksi sosial dalam
masyarakat, menciptakan semangat kebersamaan, soliditas di antara anggota masyarakat ,
dan membantu mereka untuk berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara berdialog
secara alamiah atau intervensi, yang di dasari dengan penuh pemahaman dan
ditindaklanjuti dengan aksi sosial yang nyata.
Pengembangan masyarakat didasari sebuah cita-cita bahwa masyarakat bisa dan
harus mengambil tanggung jawab dalam merumuskan kebutuhan, mengusahakan
kesejahteraan, menangani sumber daya, dan mewujudkan tujuan hidup mereka sendiri.
Pengembangan masyarakat diarahkan untuk membangun supportive communities yaitu
sebuah struktur masyarakat yang kehidupannya didasarkan pada penegmbangan dan
pembagian sumber daya secara adil serta adanya interaksi sosial, partisipasi, dan upaya
saling mendorong antara satu dengan yang lain.
Kerja pengembangan masyarakat pada hakikatnya menjadi proses aktualisasi
komitmen para aktivis sosial dalam memecahkan masalah kesenjangan atau
ketidakseimbangan antar-kelompok dalam masyarakat, termasuk mengatasi kelangkaan
sumber daya kesempatan serta menjauhkan masyarakat dari penderitaan sosial. Setiap
program pengembangan masyarakat dirancang untuk mendorong penegembangan sumber
daya, keterampilan dan peluang untuk hidup secara lebih baik bagi rakyat kecil.
Untuk menggarap isyu-isyu tersebut sangat di perlukan perubahan pandangan yang
lebih terbuka dari komunitas riset dan pemberdayaan masyarakat untuk membangun
kerjasama-kerjasama strategis dengan kekuatan-kekuatan lain seperti pemerintah, legislatif,
pengusaha, organisasi-organisasi sosial, LSM baik pada level lokal, nasional, maupun
internasional.2
1
Winsome Robert, Meneguhkan kembali keyakinan: Makna Agama Dan Spiritualitas bagi Social Work
dalam Jurnal Perta,(Jakarta:Ditperta Dirjen Bagais,2005),p.47
2
Ahmad Mahmudi,”Pemberdayaan Masyarakat”, Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol 2 No 2 (JuliDesember 2010),p.102
Salah satu tujuan pengembangan masyarakat adalah membangun sebuah struktur
masyarakat yang di dalamnya memfasilitasi tumbuhnya partisipasi secara demokratis ketika
terjadi pengambilan keputusan. Upaya ini menuntut pembentukan proses yang
memungkinkan sebuah masyarakat mempunyai akses kepada sumber daya, mampu
mengontrol sumber daya dan struktur kekuasaan di masyarakat.
Pengembangan masyarakat dalam kerangka ini menjadi sebuah proses restruktruasi
masyarakat dengan cara menawarkan pola-pola swadaya-partisipatif dalam mengelola dan
mengorganisasikan kehidupan sosial-ekonomi sehingga akan lebih memungkinkan mereka
memenuhi kebutuhannya sendiri di bandingkan waktu-waktu sebelumnya3. Kegiatan
pengembangan masyarakat biasanya berlangsung dalam sebuah kelompok, Satuan sosial
atau organisasi kemasyarakatan seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pada
konteks ini, pengembangan masyarakat sebagai organisator secara mandiri dalam
merencanakan, menjalankan, menentukan kebutuhan, dan memecahkan permasalahan
individual maupun masyarakat.
PEMBAHASAN
A. LSM dan Dikursus Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
3
Jim Ife, Community Development, Creating Community Alternative-Vision, Analysis and Practice,
(Melbourne:Addison Wesley Longman,1997),p.2
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) adalah organisasi swasta yang secara umum
bebas dari intervensi pemerintah atau salah satu organisasi kemasyarakatan yang didirikan
oleh masyarakat berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, dan kepentingan
kegiatan. LSM didirikan dengan sebuah idalisme untuk memberikan perhatian terhadap isuisu sosial, kemanusiaan, peerbaikan kesejahteraan kelompok marjinal ,perlawanan terhadap
kesenjangan dan kemiskinan, perlindungan lingkungan atau sumber daya alam ,
manajemen dan pengembangan sumber daya manusia.
LSM di pandang mempunyai peran signifikan dalam demokratis. Jenis organisasi ini
diyakini memiliki fungsi sebagai penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota atau
tujuan organisasi. Pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan
organisasi, penyalur aspirasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, untuk memenuhi
pelayanan sosial. LSM yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan keberdayaan
masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat, mengembangkan kesetiakawanan
sosial, gotong royong, toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dan mewujudkan tujuan
negara.4
LSM lahir dalam konteks untuk mengimbangi peran dominatif negara. Tujuannya adalah
untuk menjadi sparing partner pemerintah secara kritis dan memberdayakan masyarakat
agar mereka memiliki kekuatan dalam bernegosiasi dan berjaringan guna menentukan masa
depannya sendiri. Tidak jarang peran LSM cenderung menjadi radikal dan galak terhadap
pemerintah lantaran kebijakan pembangunanya yang dianggap elitis. Peran LSM sering kali
menjadi tumpuan dan harapan masyarakat yang hak-hak sosial politik dan ekonominya
terampas.
Sebaliknya, LSM tidak didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan uang atau material.
Jika ada LSM yang proses pendiriannya dimotivasi oleh tujuan-tujuan material, maka ia
telah menyalahi kodratnya sebagai LSM.5
B. LSM sebagai sebuah Gerakan Sosial
Sebagian kalangan memahami LSM sebagai kumpulan warga akar rumput yang
aktivitasnya dilakuakan secara terorganisasi untuk mengkritisi proyek-proyek pemerintah.
Sebagian kalangan yang lain memahami LSM sebagai kumpulan para ahli yang memberi
saran kepada pemerintah tentang suatu masalah secara netral, atau koalisi dari perwakilan
kalangan industri yang menyampaikan pemikirannya kepada pemerintah.
4
Budi Setiyono, Pengawasan Pemilu oleh LSM, Suara merdeka, 15 Oktober 2003
Dr.Zubaedi,M.Ag.,M.Pd, Wacana Pembangunan Alternatif:Ragam Perspektif Pembanguan dan
Pemberdayaan Masyarakat,(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2007)p.114
5
Di Indonesia, istilah LSM telah didefinisikan secara tegas dalam Instruksi Menteri Dalam
Negeri (Inmendagri) No.8/1990 yang di sebarluaskan kepada gubernur seluruh Indonesia
tentang Pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Lampiran II dari Inmendagri
menyebutkan LSM adalah organisasi/lembaga yang anggotanya adalah masyarakat
warganegara Republik Indonesia yang secara sukarela atau kehendak sendiri berniat serta
bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/ lembaga sebagai
wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya.6
Upaya-upaya LSM dalam mengembangkan masyarakat lapis awah dapat dilihat sebagai
salah satu bentuk bgerakan sosial yang sistematis dan terorganisasi. Dalam hal ini, sangat
menarik untuk dilihat lebih jauh tentang eksistensi LSM sebagai sebuah gerakan sosial
dengan menggunakan berbagai pendekatan sosiologis yang ada. Dalam mengkaji gerakan
sosial ala LSM ini, sebenarnya ada dua pendekatan yang dapat digunakan sebagai alat
analisis. Pertama, pendekatan yang terdiri atas pelbagai teori yang cenderung melihat
gerakan sosial sebagai masalah atau sebagai gejala penyakit kemasyarakatan. Kedua,
Pendekatan yang melihat gerakan sosial sebagai fenomena positif atau sebagai sarana
konstruktif bagi perubahan sosial.
C. Keberpihakan LSM terhadap Masyarakat Lapis Bawah
Sasaran LSM adalah menjadikan kelompok masyarakat kurang beruntung lebih
berswadaya setelah program-program kemasyarakatannya berakhir. LSM sebagai pelaku
perubahan (agent of change), pada umumnya berperan sebagai fasilitator pendidikan
masyarakat, komunikator kepentingan masyarakat lapis bawah, katalisator, diamisator
transformasi sosial, dan mediator antara pemerintah dan lembaga lain seperti bank dan
masyarakat.
LSM dapat berperan penting dalam mendukung kelompok-kelompok swadaya
masyarakat melalui sejumlah upaya. Pertama, mengidentifikasi kebutuhan masyarakat lokal
dan taktik-taktik untuk memenuhinya.Kedua, melakukan mobilisasi dan menggerakan usaha
aktif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ketiga, merumuskan kegiatan
jangka panjang dalam rangka mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan yang lebih
umum. Keempat, menghasilkan dan memobilisasi sumber daya lokal atau eksternal untuk
kegiatan pembanguan pedesaan. Kelima, pengaturan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan kelompok sasaran.
6
Bambang Ismawan “Partisipasi dan Dimensi Keswadayaan Pengalaman LSM Membangun
Keswadayaan Masyarakat”, dalam Jurnal Ekonomi Rakyat Online, Th.II-No.3- Mei 2003),p.1
1. Pengembangan Masyarakat Lapis Bawah
Upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang digagas LSM pada
umumnya memusatkan perhatian kepada nasib orang-orang kecil. Orang kecil adalah
kelompok masyarakat yang dianggap kurang beruntung (disadvantage groups), karena
mereka berada dalam situasi serba kekurangan serta di balut oleh berbagai kondisi yang
menekan kehidupan mereka. Kondisi-kondisi yang menekannya antara lain berupa
lemahnya nilai tukar hasil produksi, lemahnya organisasi , rendahnya perkembangan
sumber daya manusia, rendahnya produktivitas, lemahnya kases terhadap hasil
pembangunan, minimnya modal yang dimiliki, rendahnya pendapatan, sederhananya
teknologi yang dimiliki, adanya kesenjangan antara kaya dan miskin minimnya kemampuan
berpartisipasi dalam sistem pembangunan nasional, dan elmahnya posisi tawar-menawar.
Kalau kondisi-kondisi tersebut dikaitkan satu sama lain dalam pola hubungan sebab
akibat,, muncullah wajah orang kecil yang serba kurang mampu berbentuk segitiga yang
terdiri dari rendahnya pendapatan, adanya kesenjangan sosial yang semakin melebar , dan
rendahnya kemampuan berpartisipasi dalam sistem nasional. Kalau ditelusuri sebabsebabnya, yang menjadi sebab paling pokok adalah lemahnya pengembangan sumber
daya manusia.7
Dengan kata lain, fokus kegiatan pengembangan masyarakat adalah peningkatan
kualitas hidup masyarakat miskin. Kita akui, kemiskinan saat ini menjadi agenda persoalan
yang mendesak untuk di pecahkan. Kemiskianan merupakan fakta yang setiap kali terucap
selalu menyisahkan sebuah kegetiran. Getir karena selalu ingin dipecahkan tapi tidak
kunjung tuntas. Dalam buku Development as Freedom and Poverty and Famines, Amartya
Sen memberikan pengertian kemiskinan sebagai ketiadaan akses berupa informasi,
kesehatan , pendidikan, san tentu saja sandang, pangan dan papan.8
Bisa ditegaskan, kemiskinan adalah masalah kemanusiaan. Para aktivis
pengembangan masyarakat yang berhimpun dalam wadah LSM perlu mengambil langkahlanngkah nyata dalam mengatasi masalah kemiskinan ini. LSM memang berperan strategis
untuk menangani masalah-masalah sosial , khususnya kemiskinan melalui gerakan
peningkatan kekuatan dan perluasa akses pada komunitas lokal dan organisasi rakyat
dalam mengontrol sumber daya.
7
Bambang Ismawan “Partisipasi dan Dimensi Keswadayaan Pengalaman LSM Membangun
Keswadayaan Masyarakat”, dalam Jurnal Ekonomi Rakyat Online, Th.II-No.3- Mei 2003),p.7
8
Saidiman, “Melacak Akar Kemsikinan” dalam Jurnal Perta, ( Jakarta: Ditperta Dirjen Bagais Depag
RI,Vol.VII,No.1,2005).p.55
KESIMPULAN
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) adalah organisasi swasta yang secara umum
bebas dari intervensi pemerintah atau salah satu organisasi kemasyarakatan yang didirikan
oleh masyarakat berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, dan kepentingan
kegiatan.
Upaya-upaya LSM dalam mengembangkan masyarakat lapis awah dapat dilihat sebagai
salah satu bentuk bgerakan sosial yang sistematis dan terorganisasi. Dalam hal ini, sangat
menarik untuk dilihat lebih jauh tentang eksistensi LSM sebagai sebuah gerakan sosial
dengan menggunakan berbagai pendekatan sosiologis yang ada. Dalam mengkaji gerakan
sosial ala LSM ini, sebenarnya ada dua pendekatan yang dapat digunakan sebagai alat
analisis. Pertama, pendekatan yang terdiri atas pelbagai teori yang cenderung melihat
gerakan sosial sebagai masalah atau sebagai gejala penyakit kemasyarakatan. Kedua,
Pendekatan yang melihat gerakan sosial sebagai fenomena positif atau sebagai sarana
konstruktif bagi perubahan sosial.
Dengan kata lain, fokus kegiatan pengembangan masyarakat adalah peningkatan
kualitas hidup masyarakat miskin.
DAFTAR PUSTAKA
Ife, Jim . 1997. Community Development. Creating Community Alternative-Vision, Analysis
and Practice. Melbourne:Addison Wesley Longman.
Ismawan, Bambang. “Partisipasi dan Dimensi Keswadayaan Pengalaman LSM Membangun
Keswadayaan Masyarakat”, dalam Jurnal Ekonomi Rakyat Online, Th.II-No.3- Mei 2003
Mahmudi,Ahmad. ”Pemberdayaan Masyarakat”, Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol 2 No 2
(Juli-Desember2010).
Robert, Winsome. 2005. “Meneguhkan kembali keyakinan: Makna Agama Dan Spiritualitas
bagi Social Work” dalam Jurnal Perta. Jakarta:Ditperta Dirjen Bagais.
Saidiman, “Melacak Akar Kemsikinan” dalam Jurnal Perta, (Jakarta: Ditperta Dirjen Bagais
Depag RI,Vol.VII,No.1,2005)
Setiyono, Budi. 2003. Pengawasan Pemilu oleh LSM, Suara merdeka.
Zubaedi. 2007. Wacana Pembangunan Alternatif:Ragam Perspektif Pembanguan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media