PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS TE (1)

MOTIVASI KERJA KARYAWAN : STUDI REGRESI PADA PT. PILAR BINA CAKRAWALA PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan oleh :

Nama : Muhammad Mizan Al Fathan NIM

Konsentrasi

: Public Relations

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi JAKARTA 2018

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations – Jakarta

Tanda Persetujuan Proposal Skripsi

Judul Proposal Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis terhadap Motivasi Kerja Karyawan : Studi Regresi pada PT. Pilar Bina Cakrawala

Nama : Muhammad Mizan Al Fathan NIM

: 16130203530

Konsentrasi

: Public Relations

Dosen Pembimbing Thesis Counselor

(Dr. Yovi Bathesta, M.Pd.) (Irfan A.E. Sa’ud, S.H., M.I.Kom)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah kegiatan yang sangat penting bagi seluruh umat manusia. Manusia melakukan komunikasi dari semenjak mereka dilahirkan bahkan sekalipun mereka belum bisa berbicara, mereka sudah berkomunikasi melalui komunikasi nonverbal. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Adapun yang dimaksud komunikator adalah pihak yang mencoba mentransmisikan pesan dan komunikan adalah pihak yang menginterpretasikan pesan.

Seperti apa yang dikemukakan oleh Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum, yang pertama yaitu untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: membentuk keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Fungsi kedua adalah untuk kelangsungan hidup masyarakat yang meliputi: memperbaiki hubungan sosial, mengembangkan keberadaan suatu masyarakat, dan mempengaruhi orang lain agar berpikir, merasa, ataupun bertingkah sesuai apa yang diharapkan. Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu kegiatan yang paling penting bagi umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan (Mulyana, 2009, p. 5).

Indonesia merupakan salah satu dari empat negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) dijelaskan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia telah terhubung dengan internet. Adapun hasil survei tersebut mengungkapkan bahwa 132,7 juta dari 256,2 juta atau sebanyak 51,8% orang Indonesia telah terhubung dengan internet.

Gambar 1. Data Penetrasi Pengguna Internet Indonesia, dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2017

Pertumbuhan ini didukung dengan data dalam sebuah artikel di Beritasatu.com (Rabu, 9 November 2016) yang diperoleh dari Menkominfo yang menyebutkan bahwa nilai transaksi e-commerce pada tahun 2014 sudah mencapai sekitar 150 triliun rupiah.

Berdasarkan Data Sensus Ekonomi 2016 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa industri e-commerce Indonesia dalam sepuluh Berdasarkan Data Sensus Ekonomi 2016 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa industri e-commerce Indonesia dalam sepuluh

Pada 2020, nilai bisnis e-commerce ditargetkan mencapai US$ 130 miliar atau sekitar 1500 triliun rupiah karena paling tidak terdapat pertumbuhan 8-10% per tahunnya (Beritasatu, 2016).

Perdagangan elektronik atau yang disebut juga e-commerce, adalah penggunaan jaringan komunikasi dan komputer untuk melaksanakan proses bisnis. Pandangan populer dari e-commerce adalah penggunaan internet dan komputer dengan web browser untuk membeli dan menjual produk (McLeod & Schell, 2008, p. 59).

Pertumbuhan pesat pangsa e-commerce di Indonesia membuat peluang bisnis bagi industri pembayaran elektronis, salah satunya adalah PT. Pilar Bina Cakrawala (sebelumnya bernama PBC Technology). PT. Pilar Bina Cakrawala atau yang akrab disapa Paybill Indonesia didirikan oleh Arief Rohman Yulianto pada tanggal 16 Oktober 2012. Paybill Indonesia adalah perusahaan jasa pembayaran elektronis yang menyediakan kemudahan untuk mempercepat proses payment collection dengan user-experience yang berkesan.

Saat ini Paybill Indonesia memiliki empat macam produk yang ditawarkan, diantaranya ATM Bersama, Paybill, Smartbill, dan Smartpay. Paybill Indonesia menawarkan bisnis online payment, suatu jasa untuk Saat ini Paybill Indonesia memiliki empat macam produk yang ditawarkan, diantaranya ATM Bersama, Paybill, Smartbill, dan Smartpay. Paybill Indonesia menawarkan bisnis online payment, suatu jasa untuk

Sebagai perusahaan startup yang bergerak di pasar e-commerce, Paybill Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk terus berkembang. Namun, tentunya dibutuhkan pemimpin yang visioner untuk bisa membawa perusahaan tersebut berkembang. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Negara Amerika Serikat Eleanor Roosevelt bahwa seorang pemimpin yang baik akan menginspirasi orang-orang untuk memiliki kepercayaan diri dalam diri mereka.

Setiap organisasi terbentuk dengan satu tujuan yang sama. Dalam mencapai tujuan, seringkali organisasi tidak memperhatikan hal yang sangat berpengaruh dalam penentuan keberhasilan organisasi, yaitu hubungan komunikasi yang baik antara individu dalam organisasi. Komunikasi yang baik dapat membuat keharmonisan dan keserasian yang pada akhirnya bisa memperkecil terjadinya konflik ataupun kesalahpahaman dalam organisasi. Tanpa adanya dukungan yang baik dari karyawan akan berdampak pada sulitnya pencapaian tujuan perusahaan.

Setiap organisasi pasti melakukan kegiatan komunikasi, baik pada bagian internal maupun eksternal organisasi tersebut. Komunikasi organisasi pada bagian internal biasanya terdapat kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana penyampaian dan penerimaan informasi menjadi hal yang berpotensi menjadi tantangan dalam proses komunikasinya. Komunikasi organisasi juga mempunyai proses yang rumit karena melibatkan seluruh bagian yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi organisasi memiliki Setiap organisasi pasti melakukan kegiatan komunikasi, baik pada bagian internal maupun eksternal organisasi tersebut. Komunikasi organisasi pada bagian internal biasanya terdapat kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana penyampaian dan penerimaan informasi menjadi hal yang berpotensi menjadi tantangan dalam proses komunikasinya. Komunikasi organisasi juga mempunyai proses yang rumit karena melibatkan seluruh bagian yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi organisasi memiliki

Hubungan komunikasi yang baik diantara setiap individu dalam organisasi akan sangat berpengaruh sebagai jembatan untuk menciptakan peningkatan. Karyawan merupakan salah satu elemen dalam organisasi yang bisa menentukan keberhasilan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan- tujuannya. Tidak adanya dukungan yang baik dari karyawan menyebabkan organisasi kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas akan selalu membantu untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi, mereka membantu organisasi mencapai tujuan-tujuannya dan menghindari masalah-masalah yang mungkin akan merugikan organisasi.

Keberhasilan organisasi perusahaan dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari peran karyawan. Dengan gaya kepemimpinan yang baik perusahaan bisa memaksimalkan peran karyawan. Karyawan bukan hanya sebagai obyek untuk mencapai tujuan organisasi, namun juga menjadi subyek atau pelaku. Karyawan dapat menjadi perencana dan pelaksana yang berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi perusahaan serta mempunyai pikiran, perasaan, dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaan (Fathoni, 2006).

Salah satu yang dapat mempengaruhi kinerja kerja karyawan dalam perusahaan adalah pemimpin. Sebagai pengarah, pemimpin harus bisa menciptakan dan memberikan harapan bagi para bawahannya. Harapan yang dimaksud, termasuk kemampuan pemimpin dalam memahami perasaan orang yang dibawahinya, dan komitmen untuk membantu karyawan yang membutuhkan. Sebagai penentu arah, pemimpin harus memiliki keberanian dalam bersikap untuk menentukan jalan mana yang dituju sehingga tidak membingungkan para bawahannya.

Selanjutnya seorang pemimpin dituntut untuk menetapkan paradigma yang diyakini kebenarannya dan memberikan manfaat bagi organisasi dan seluruh pengikutnya, meskipun terkadang mengandung resiko (menjadi tidak populer) bagi kepemimpinannya (Suta, Agung, Widjaja, Situmeang, & Musa, 2011, p. 22).

Pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasil-hasil yang diinginkan dengan salah satu caranya ialah memotivasi mereka (Pace & Faules, 2006, p. 276). Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menggerakkan orang lain untuk mencapai sasaran. Kepemimpinan yang sukses merupakan visi yang dikombinasikan dengan ketepatan hati, keberanian, dan ketahanan untuk mencapai sasaran dan melakukan secara terus menerus sampai berhasil. Menurut Sutarto (2010, p. 222) keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak seorang pemimpin yang bersangkutan.

Gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, karena seorang pemimpin yang berhasil adalah orang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan cara memotivasi dirinya sendiri dan bawahannya.

Dalam buku bisnis yang ditulis oleh Ekaterina Walter yang berjudul “Think Like Zuck: The Five Business Secrets of Facebook’s Improbably Brilliant CEO Mark Zuckerberg”, Mark mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang dibutuhkan seorang pemimpin yaitu bersemangat, memimpin dengan tujuan, membangun tim yang hebat, dan berusaha keras menjaga produk dan jasanya. Hal tersebut merupakan mentalitas yang mendorong pemimpin hebat dalam membangun sebuah bisnis yang sukses (Walter, 2013).

Arief Rohman Yulianto sebagai pendiri sekaligus CEO Paybill Indonesia merupakan pemimpin yang berani melahirkan sebuah layanan jasa yang inovatif. Dirinya memiliki tujuan untuk menciptakan layanan pembayaran elektronis yang mudah diakses dan juga dapat menjadi solusi bagi masyarakat di Indonesia. Selain itu dirinya juga memiliki tujuan untuk menambah jumlah lapangan pekerjaan serta meningkatkan pendapatan warga Indonesia. Sebagai sebuah perusahaan startup dengan jumlah karyawan Paybill Indonesia yang masih terbatas, diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat agar memotivasi setiap karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Perusahaan-perusahaan startup cenderung tidak memiliki pembagian pekerjaan yang pasti, dengan kata lain setiap karyawan diharapkan saling Perusahaan-perusahaan startup cenderung tidak memiliki pembagian pekerjaan yang pasti, dengan kata lain setiap karyawan diharapkan saling

Sebagian besar karyawan Paybill Indonesia sepakat bahwa CEO Arief R. Yulianto merupakan tipe pemimpin yang selalu senantiasa berkomunikasi dua arah kepada bawahannya, melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, dan menghargai setiap pekerjaan yang dilakukan karyawannya.

Begitupun dengan hasil pra-riset wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Head of Human Resource Department (HRD) Paybill Indonesia yang mengatakan bahwa direktur Paybill Indonesia merupakan seorang pemimpin yang tidak segan untuk ikut serta berpartisipasi dalam suatu departemen atau bahkan bekerja langsung bersama karyawannya. Sering diadakannya kegiatan di luar perusahaan dalam rangka membangun sebuah hubungan yang harmonis di dalam internal perusahaan juga menjadi suatu bukti konkrit yang menyatakan bahwa direksi Paybill Indonesia merupakan orang yang dapat bersahabat dan memperlakukan bawahannya sesuai dengan harkat kemanusiaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT. Pilar Bina Cakrawala”.

1.2. Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis suatu permasalahan agar dapat ditemukan titik cerah dan solusi pemecahannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan di PT. Pilar Bina Cakrawala?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah : Untuk mengetahui apakah pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan di PT. Pilar Bina Cakrawala.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu komunikasi pada umumnya dan studi public relations pada khususnya, serta dapat memberikan wawasan ilmu pengetahuan bagi para mahasiswa jurusan komunikasi tentang pentingnya komunikasi serta gaya kepemimpinan di dalam suatu perusahaan terhadap motivasi kerja karyawannya.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemimpin di PT. Pilar Bina Cakrawala dalam menjalin hubungan dan berkomunikasi kepada karyawan untuk menciptakan motivasi yang tinggi bagi karyawannya di perusahaan tersebut.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar uraian di tiap bab yang dibahas lebih lengkap. Sistematika penulisan dari penelitian ini terdiri dari lima bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat akademis dan praktis, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORETIS

Bab ini menguraikan mengenai teori komunikasi organisasi, teori gaya kepemimpinan, dan teori motivasi kerja yang bersumber dan literatur serta konsep-konsep pemikiran dari landasan teori yang menjadi dasar dalam melakukan analisis penelitian yang Bab ini menguraikan mengenai teori komunikasi organisasi, teori gaya kepemimpinan, dan teori motivasi kerja yang bersumber dan literatur serta konsep-konsep pemikiran dari landasan teori yang menjadi dasar dalam melakukan analisis penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan suatu masalah dengan menggunakan data- data dan uji instrumen dengan metode analisis data, uji normalitas, uji linieritas, uji regresi sederhana, uji korelasi, dan tabel distribusi frekuensi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi gambaran umum objek penelitian, deskripsi temuan lapangan, dan analisis inferensial penelitian ini. Selanjutnya bab ini akan membahas lebih dalam mengenai objek penelitian, hasil analisis objek penelitian serta menilai hasil yang didapat untuk dikaitkan dengan teori yang digunakan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan membahas kesimpulan yang didapat selama penelitian, guna menjawab pertanyaan dari tujuan penelitian yang telah dibuat serta saran yang bisa diberikan baik untuk bidang akademis maupun praktis sebagai penelitian lanjutan

BAB II KERANGKA TEORETIS

2.1. Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang digunakan oleh peneliti untuk membantu penyusunan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian yang diambil dari jurnal yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja : Studi pada Karyawan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat Surabaya. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 43 No. 1 yang ditulis oleh Rizki Dwi Setyawan, M. Al Musadieq, dan Mochammad Djudi ini diterbitkan di Malang pada Februari 2017.

Jurnal kedua yang digunakan penulis berjudul Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi. Jurnal Online Mahasiswa FISIP Vol. 3 No. 1 yang ditulis oleh Nevi Ariessetyawati ini diterbitkan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau pada Februari 2016.

Jurnal ketiga yang digunakan penulis berjudul Pengaruh Persepsi Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Motivasi Berprestasi Bawahan : Studi pada Karyawan BCA Kantor Cabang Alam Sutera. Jurnal Psikologi Vol. 13 No.2 yang ditulis oleh Safitri Debby Rosiana ini diterbitkan di Fakultas Psikologi

Universitas Esa Unggul pada Desember 2015.

2.1.1. Jurnal Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja : Studi pada Karyawan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat Surabaya

Latar belakang dari penelitian ini mengenai Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja Karyawan. Pemimpin merupakan agen perubahan (agent of changes), yaitu seorang pengatur jalannya suatu organisasi yang mampu mengubah seseorang dengan mempengaruhi orang lain sehingga dapat melakukan kegiatan demi mencapai tujuan yang ditentukan.

Oleh karena itu kepemimpinan dalam perusahaan biasanya disiapkan begitu matang dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kepemimpinan. Proses kepemimpinan yang dipakai seorang pemimpin haruslah disesuaikan dengan jenis perusahaan dan karyawan yang ada dalam perusahaan tersebut. Banyak faktor yang dapat menentukan keberhasilan pemimpin dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satunya adalah gaya kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada sikap pemimpin tersebut dalam menciptakan motivasi di dalam dirinya sendiri maupun pada bawahannya. Karyawan yang mempunyai motivasi tinggi dalam menyelesaikan tugasnya sangatlah diharapkan oleh perusahaan. Semakin Gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada sikap pemimpin tersebut dalam menciptakan motivasi di dalam dirinya sendiri maupun pada bawahannya. Karyawan yang mempunyai motivasi tinggi dalam menyelesaikan tugasnya sangatlah diharapkan oleh perusahaan. Semakin

PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat Surabaya merupakan perusahaan BUMN yang besar di Jawa Timur. Perusahaan ini memiliki 17 kantor cabang perusahaan yang tersebar di 7 provinsi di Indonesia Timur. Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN). Fokus pada penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja yang meliputi gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan suportif, gaya kepemimpinan partisipatif, dan gaya kepemimpinan berorientasi prestasi pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat Surabaya. Berdasarkan hasil analisis regresi, gaya kepemimpinan yang diterapkan pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat Surabaya secara simultan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Selanjutnya secara parsial gaya kepemimpinan suportif, gaya kepemimpinan partisipatif, gaya kepemimpinan berorientasi prestasi berpengaruh nyata dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan, namun pada variabel gaya kepemimpinan direktif secara parsial berpengaruh secara tidak nyata dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan.

2.1.2. Jurnal Online Mahasiswa Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi

Latar belakang dari penelitian ini mengenai Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Jambi. Kepemimpinan memiliki pengaruh besar bagi pegawai di semua perusahaan, kepemimpinan merupakan upaya mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. Cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespon dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasi organisasi dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan di antara bawahan agar tujuan organisasi dapat tercapai. Sesuai dengan Stimulus Response Theory mengasumsikan kepemimpinan dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pimpinan dalam mengarahkan, mendorong, dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal.

2.1.3. Jurnal Pengaruh Persepsi Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Motivasi Berprestasi Bawahan : Studi pada Karyawan BCA Kantor Cabang Alam Sutera

BCA terus meningkatkan pelayanan dan inovasi terbarunya dengan membuka Kantor Cabang Utama Alam Sutera yang memiliki konsep “Individual Banking Mall” di mana terdapat layanan one-stop-solution untuk seluruh kebutuhan finansial mulai dari informasi, pembukaan rekening, pengajuan kredit, cicilan kartu kredit, inquiry, perubahan data, dan customer care. Pembukaan Kantor Cabang Utama Alam Sutera merupakan salah satu cara untuk mewujudkan dan memperluas jangkauan layanan sebagai upaya BCA terus meningkatkan pelayanan dan inovasi terbarunya dengan membuka Kantor Cabang Utama Alam Sutera yang memiliki konsep “Individual Banking Mall” di mana terdapat layanan one-stop-solution untuk seluruh kebutuhan finansial mulai dari informasi, pembukaan rekening, pengajuan kredit, cicilan kartu kredit, inquiry, perubahan data, dan customer care. Pembukaan Kantor Cabang Utama Alam Sutera merupakan salah satu cara untuk mewujudkan dan memperluas jangkauan layanan sebagai upaya

Karyawan BCA KCU Alam Sutera telah mampu menunjukkan kekompakkan di dalam tim maupun individu. Setiap unit kerja di BCA KCU Alam Sutera bekerja dengan saling mendukung dan melengkapi, sehingga mampu membuat BCA KCU Alam Sutera mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bina Aprilita (2012) pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu menjadi pendorong bagi bawahannya dengan menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat memacu pertumbuhan dan memotivasi karyawannya, serta memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh positif bagi karyawannya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan arahan dan tujuan yang ingin dicapai.

BCA KCU Alam Sutera menorehkan beberapa prestasi yang membanggakan, salah satunya adalah diberikannya nominasi BCA Award untuk tim prioritas terbaik juara ketiga se-Indonesia. Kemudian pada tahun 2014 BCA KCU Alam Sutera menjadi Juara pertama terbaik nasional untuk tim prioritasnya. Hal tersebut dikarenakan BCA KCU Alam Sutera mendapatkan nilai Gallup yang baik untuk CE (Customer Engagement), BSQ (Banking Service Quality), dan TE (Team Engagement), serta mendapatkan nilai yang baik dari sisi penjualan atau bisnisnya.

BCA KCU Alam Sutera dipimpin oleh para pemimpin baru yang diantaranya Kepala KCU, Kepala Operasi, Kepala Pengembangan Bisnis Cabang, serta seluruh Kepala Bidang dan Kepala Bagian yang baru. Meskipun BCA KCU Alam Sutera merupakan sebuah kantor cabang baru dengan seluruh struktur organisasi yang baru, namun para karyawannya bisa menunjukkan prestasi yang gemilang.

Meningkatnya TE (Team Engagement) BCA KCU Alam Sutera disebabkan karena tiap anggota tim yang saling membantu, hal ini dilihat dari partisipasi aktif setiap adanya event yang diadakan di BCA KCU Alam Sutera. Karyawan saling membantu walaupun mereka tidak terdaftar dalam kepanitiaan. Tidak sekedar membantu kegiatan, namun karyawan BCA KCU Alam Sutera juga ikut serta untuk mengisi acara di event yang diadakan.

Kesuksesan prestasi tersebut, tidak terlepas dari peran serta bawahan dan juga pemimpin yang mampu mempengaruhi bawahannya. Regina (2010) mengatakan gaya kepemimpinan yang mengutamakan kerja dan kekompakan tinggi, baik digunakan dalam pembentukan kelompok. Pemimpin perlu menjadi model untuk kelompok dengan menunjukkan perilaku yang membuat kelompok efektif dan puas. Seperti kekompakkan dan keberhasilan BCA KCU Alam Sutera di tahun pertamanya tidak lepas dari peran pemimpin. Sebagai pemimpin yang membawahi karyawan diharapkan mampu memberikan contoh yang baik, mengayomi bawahannya, memotivasi dan tidak hanya memikirkan target perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan atasan terhadap motivasi berprestasi bawahan. Tabel 1. Tabel Perbandingan Jurnal dan Penelitian Skripsi

Ukuran Penelitian I

Penelitian II

Penelitian III

Penelitian Sekarang

Judul Pengaruh

Pengaruh Gaya

Pengaruh

Pengaruh

Persepsi Gaya Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan Kepemimpinan Kepemimpinan terhadap

Komunikasi

Demokratis Motivasi Kerja

terhadap

Atasan

terhadap Karyawan PT.

Efektivitas

terhadap

Motivasi Kerja Pelabuhan

Kerja Pegawai Motivasi

Karyawan PT. Indonesia III

di Kantor

Berprestasi

Pilar Bina (Persero)

Pelayanan

Bawahan :

Cakrawala Kantor Pusat

Pajak Pratama Studi pada

Karyawan BCA Surabaya

Jambi

Kantor Cabang Alam Sutera

Peneliti Rizki Dwi

Muhammad Setyawan,

Nevi

Safitri Debby

Mizan M. Al

Ariessetyawati Rosiana

Al Fathan Musadieq, dan Mochammad Djudi

Teori Kepemimpinan, Efektivitas, Kepemimpinan, Gaya Gaya

Kepemimpinan, Kepemimpinan, Kepemimpinan, Kepemimpinan Psikologi Motivasi Kerja

Transformasion Komunikasi,

Kepemimpinan Organisasi,

Theory

Transaksional, Motivasi Kerja Motivasi Berprestasi

Metode Kuantitatif

Kuantitatif

Kuantitatif

Kuantitatif

Perbedaan Penelitian ini berfokus pada analisis pengaruh gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan suportif, gaya kepemimpinan partisipatif, dan gaya kepemimpinan berorientasi prestasi

Penelitian ini berfokus pada analisis komunikasi kepemimpinan terhadap efektivitas kerja sesuai dengan asumsi Stimulus Response Theory

Penelitian ini berfokus pada analisis persepsi gaya kepemimpinan transformasion al dan transaksional terhadap motivasi berprestasi

Penelitian ini berfokus pada analisis pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap motivasi kerja

Hasil Hasil analisis uji F (simultan) dan uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan suportif, gaya kepemimpinan partisipatif, dan gaya kepemimpinan berorientasi prestasi

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara komunikasi kepemimpinan terhadap efektivitas kerja. Sumbangan pengaruh variabel komunikasi kepemimpinan adalah sebesar

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemimpinan transformasion al dengan nilai sig 0.000 (p<0.05) yang memiliki korelasi sebesar 0.989 dan gaya kepemimpinan Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemimpinan transformasion al dengan nilai sig 0.000 (p<0.05) yang memiliki korelasi sebesar 0.989 dan gaya kepemimpinan

transaksional motivasi kerja

sementara sisa dengan nilai sig karyawan

0.000 (p<0.05) secara

yang memiliki bersama-sama pengaruh dari

merupakan

korelasi

(simultan) indikator lain di sebesar 0.803 berpengaruh

luar penelitian

terhadap

positif dan

ini

motivasi

signifikan, berprestasi. namun secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan.

(2018) Sumber : Data Olahan Peneliti, 2018

2.2. Gaya Kepemimpinan

Menurut Amirullah (2015), kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki wewenang untuk memberikan tugas, memiliki kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain melalui pola hubungan yang baik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Gaya kepemimpinan menurut Rivai, Darmansyah, dan Mansyur (2014), adalah sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan supaya sasaran organisasi bisa tercapai. Selain itu, dikatakan pula bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang sering diterapkan oleh pemimpin. Keyakinan seorang pemimpin terhadap Gaya kepemimpinan menurut Rivai, Darmansyah, dan Mansyur (2014), adalah sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan supaya sasaran organisasi bisa tercapai. Selain itu, dikatakan pula bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang sering diterapkan oleh pemimpin. Keyakinan seorang pemimpin terhadap

Menurut Suradji dan Martono (2014), apabila gaya kepemimpinan digambarkan totalitas perilaku pemimpin, ciri-ciri perilaku yang menjadikan totalitas gaya kepemimpinan tersebut disebut tipe kepemimpinan. Tipe kepemimpinan yang seringkali ditemukan di beberapa perusahaan swasta ataupun pemerintahan dibagi menjadi empat tipe, yaitu Tipe Kepemimpinan Otoriter atau Otokratis, Tipe Kepemimpinan Demokratis, Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas atau Laissez Faire, dan Tipe Kepemimpinan Birokrasi.

Thoha (2013), menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu norma perilaku yang digunakan oleh seseorang ketika orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihatnya. Adapun dua kategori yang membagi gaya kepemimpinan yaitu Gaya Kepemimpinan Otokratis dan Gaya Kepemimpinan Demokratis.

Berdasarkan definisi gaya kepemimpinan menurut para ahli di atas, bisa diartikan bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu kemampuan pemimpin dalam mengendalikan, menggerakkan, memberikan pengaruh dan arahan kepada bawahannya untuk melakukan suatu pekerjaan untuk memberikan kontribusi positif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.3. Gaya Kepemimpinan Demokratis

2. 3.1. Definisi Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menempatkan manusia sebagai faktor utama di dalam suatu organisasi. Pemimpin selalu mencoba menempatkan dirinya sebagai partisipan yang bersifat aktif, dinamis, dan terarah. Pemimpin mengambil keputusan dengan menggunakan cara yang musyawarah. Segala macam keinginan, kehendak, ide-ide, opini, kreatifitas, dan inisiatif seluruh anggota yang berbeda-beda dapat disampaikan secara wajar (Zainal, Hadad, & Ramly, 2014) .

Sedangkan menurut Thoha (2013), gaya kepemimpinan demokratis berkaitan dengan kekuatan personal dan keaktifan dalam ikut sertanya anggota dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan atau perilaku kepemimpinan sering disebut sebagai tipe kepemimpinan. Sutikno menyebutkan bahwa tipe kepemimpinan demokratik merupakan salah satu dari beberapa tipe kepemimpinan yang luas dan diakui keberadaannya. Seorang pemimpin yang memilki tipe kepemimpinan demokratik bukan dikategorikan berdasarkan seseorang yang terpilih secara demokratis, melainkan lebih kepada cara memimpin. Tipe demokratik adalah tipe dimana seorang pemimpin selalu terbuka untuk menerima dan menghargai saran, pendapat, dan nasihat dari staf bawahan dengan melalui cara yang musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama. Pemimpin yang demokratik adalah pemimpin yang aktif, dinamis, dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan Gaya kepemimpinan atau perilaku kepemimpinan sering disebut sebagai tipe kepemimpinan. Sutikno menyebutkan bahwa tipe kepemimpinan demokratik merupakan salah satu dari beberapa tipe kepemimpinan yang luas dan diakui keberadaannya. Seorang pemimpin yang memilki tipe kepemimpinan demokratik bukan dikategorikan berdasarkan seseorang yang terpilih secara demokratis, melainkan lebih kepada cara memimpin. Tipe demokratik adalah tipe dimana seorang pemimpin selalu terbuka untuk menerima dan menghargai saran, pendapat, dan nasihat dari staf bawahan dengan melalui cara yang musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama. Pemimpin yang demokratik adalah pemimpin yang aktif, dinamis, dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan

Berdasarkan definisi dari para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan demokratis adalah cara atau perilaku seorang pemimpin yang turut serta berbaur sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam melibatkan karyawannya pada proses pengambilan keputusan.

2. 3.2. Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Demokratis

Menurut Suradji dan Martono (2014), gaya kepemimpinan demokratis digambarkan dengan perilaku pemimpin yang sangat menjunjung tinggi derajat dan harkat manusia yang dipimpinnya. Pemimpin memandang bawahannya sebagai kekuatan yang mendukung keberhasilan pekerjaannya. Pemimpin demokratis mengajak bawahannya ikut serta secara aktif dan kreatif untuk mencapai visi dan misi perusahaan dengan membangun hubungan yang harmonis dengan bawahannya. Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis dapat dikenali melalui caranya memimpin, yaitu:

a. Perilaku pemimpin demokratis dalam memimpin:

1. Komunikasi dua arah (two-way communication)

2. Pengawasan kepada karyawan tidak mengintimidasi

3. Saran, pendapat, dan pertimbangan dari bawahan bersifat terbuka

b. Perilaku pemimpin demokratis dalam menghadapi bawahannya:

1. Mementingkan kesadaran dalam menjalankan tugas daripada memberikan instruksi dan memerintah

2. Kepatuhan bawahan atas dasar kesadaran dan bukan sekedar kepatuhan semu atas rasa takut

3. Menghormati cipta, rasa, karsa, dan karya bawahannya

4. Fleksibel dan dapat bersikap bersahabat ketika mengendalikan bawahannya

5. Pandai bergaul dan supel

6. Mempercayai bawahannya dengan saling menghargai satu sama lain

7. Menekankan tanggung jawab, dan bahwa keberhasilan adalah hasil kerja pemimpin dan bawahan

8. Memperlakukan bawahannya sesuai dengan martabat dan harkat kemanusiaan.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang demokratis akan cenderung melibatkan pendapat karyawan dan menggunakan saran serta gagasannya sebelum mengambil keputusan dalam pemecahan masalah. Selain itu seorang pemimpin yang demokratis juga memberikan kesempatan kepada karyawan untuk ikut serta dalam menetapkan tujuan, membuat keputusan, dan mendeskripsikan perintah.

2. 3.3. Dimensi Gaya Kepemimpinan Demokratis

Seorang pemimpin bukanlah seorang yang hanya dapat memimpin saja, namun harus memiliki kekuatan dan semangat untuk mengubah sikap sehingga membuat pegawai menjadi patuh terhadap pemimpinnya. Menurut Robbins (2013, p. 187) gaya kepemimpinan memiliki beberapa dimensi, diantaranya :

1. Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang dapat diamati langsung ataupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

2. Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses dimana suatu ide diarahkan dari sumber kepada penerima atau dari pimpinan kepada bawahan begitupun sebaliknya dengan maksud untuk mengubah tingkah laku penerima

3. Kemampuan Kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melakukan suatu aktivitas

4. Kualitas Kualitas merupakan suatu nilai yang melekat pada seseorang

5. Pengembangan Diri Pengembangan diri adalah pengembangan potensi diri dan kepribadian seseorang untuk tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Sedangkan menurut Siagian (2011, p. 121), beberapa indikator gaya kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:

1. Pengawasan dilakukan secara wajar

2. Menghargai ide dari bawahan

3. Memperhitungkan perasaan bawahan

4. Perhatian pada kenyamanan kerja bawahan

5. Menjalin hubungan baik dengan bawahan

6. Bisa beradaptasi dengan kondisi

7. Teliti dengan keputusan yang akan diambil

8. Bersahabat dan ramah

9. Memberikan pengarahan pada tugas-tugas yang diberikan

10. Komunikasi yang baik dengan bawahan

11. Pengambilan keputusan bersama

12. Mendorong bawahan meningkatkan keterampilan

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa suatu gaya kepemimpinan demokratis akan tampak apabila pemimpin tersebut mampu menggunakan cara-cara yang musyawarah agar membuat pegawai bekerja sesuai dengan keinginannya.

2.3. Komunikasi Organisasi

Organisasi terbentuk karena adanya kesamaan dalam penentuan visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai oleh sekelompok orang. Setiap unsur yang ada di dalam organisasi secara langsung ataupun tidak langsung harus memegang teguh apa yang menjadi tujuan dan prinsip di dalam organisasi tersebut sehingga organisasi dapat mencapai visi dan misi yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Setiap organisasi tentunya mempunyai atasan dan bawahan, bawahan atau yang sering disebut pegawai adalah orang yang bekerja di sebuah perusahaan atau lembaga dengan mengharapkan gaji atas pekerjaan yang dilakukannya sesuai dengan kontrak awal dengan atasan.

Menurut Wiryanto komunikasi organisasi adalah segala macam pengiriman dan penerimaan pesan organisasi di dalam kelompok formal ataupun informal dari suatu organisasi (Romli, 2011).

Komunikasi dalam organisasi dapat terjadi dalam bentuk kata-kata yang ditulis ataupun yang diucapkan, gerakan tubuh, dan simbol-simbol visual yang menghasilkan perubahan pola dan tingkah laku di dalam organisasi baik antar sesama pemimpin, antar karyawan, dan semua anggota yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut. Struktur dari sebuah organisasi harus memiliki cara berkomunikasi dalam tiga arah yang berbeda: komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal (Lunenburg & Ornstein, 2012).

Downward Communication

Upward Communication

Horizontal Communication

Gambar 2. Jenis Komunikasi Organisasi, dari Lunenberg dan Ornstein, 2012

Redding dan Sanborn mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks yang di dalamnya terdapat komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, keterampilan komunikasi, komunikasi evaluasi program, downward communication atau komunikasi dari atasan ke bawahan, upward communication atau komunikasi dari bawahan ke atasan, dan horizontal communication atau komunikasi diantara orang-orang dengan level tingkatan yang sama (Arni, 2009).

Komunikasi organisasi diperlukan untuk membantu kelancaran proses penyampaian pesan dari pimpinan kepada bawahannya. Komunikasi organisasi yang baik akan memperkuat hubungan internal dalam perusahaan, sehingga memperkecil adanya miss communication yang berdampak pada kinerja karyawan.

2.4. Motivasi Kerja

2.4.1. Definisi Motivasi Kerja

Motivasi kerja merupakan suatu alasan yang mendorong seorang karyawan dalam bekerja di suatu perusahaan. Mengenal motivasi kerja karyawan akan membantu dalam membuat sebuah kebijakan pada perusahaan. Karena kebijakan perusahaan yang didasarkan pada motivasi semangat kerja karyawan akan berdampak positif pada hasil kerja karyawan.

Motivasi kerja karyawan berfungsi untuk mendorong gairah kerja karyawan agar bekerja keras dengan menggunakan seluruh kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Motivasi kerja perlu dibentuk untuk membuat karyawan antusias mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

Menurut Wexley & Yuki, motivasi merupakan the process by which behavior is energized and directed atau dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan sesuatu yang memberikan semangat atau dorongan dalam bekerja (Romli, 2011, p. 73).

Menurut Malayu (2010, p. 141), motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti dorongan pada diri seseorang untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi memiliki hubungan erat dengan kata kebutuhan “needs” atau keinginan “want”. Kebutuhan merupakan sebuah potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau di respon.

Robbins (2013, p. 213), mendefinisikan motivasi sebagai proses yang ikut berperan dalam penentuan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam Robbins (2013, p. 213), mendefinisikan motivasi sebagai proses yang ikut berperan dalam penentuan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam

Kebutuhan merupakan suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada di dalam diri. Kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan kekecewaan pada diri karyawan. Begitupun sebaliknya, apabila kebutuhannya telah terpenuhi maka karyawan akan menunjukkan sikap yang gembira.

2.4.2. Teori Motivasi Kerja

Abraham Maslow (1954), mengemukakan hierarki kebutuhan manusia dalam lima tingkatan, yaitu:

1. Kebutuhan Fisiologis Merupakan kebutuhan atas perlindungan fisik, kebutuhan untuk makan, minum, bernapas, dan seksual. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling mendasar atau kebutuhan yang ada di tingkat paling bawah. Karyawan akan merasa kebutuhan fisiknya terpenuhi apabila diberikan gaji yang cukup untuk keberlangsungan hidupnya.

2. Kebutuhan Rasa Aman Merupakan kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, dan perselisihan di lingkungannya. Karyawan akan merasa 2. Kebutuhan Rasa Aman Merupakan kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, dan perselisihan di lingkungannya. Karyawan akan merasa

3. Kebutuhan Rasa Memiliki (Sosial) Merupakan kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, serta kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. Karyawan akan merasa kebutuhan sosialnya terpenuhi apabila dirinya dianggap sebagai bagian dari perusahaan dan memiliki relasi yang baik dengan rekan kerjanya.

4. Kebutuhan akan Harga Diri (Penghargaan) Merupakan kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain. Karyawan akan merasa kebutuhan akan harga dirinya terpenuhi apabila karyawan tersebut dapat mencapai suatu tingkat jabatan yang diimpikannya. Karyawan juga akan merasa kebutuhan ini terpenuhi apabila memiliki reputasi yang baik selama bekerja.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Merupakan kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan, dan kritik terhadap suatu hal. Karyawan yang 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Merupakan kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan, dan kritik terhadap suatu hal. Karyawan yang

Kepuasan Diluar Pekerjaan Kepuasan Didalam Pekerjaan

Pendidikan, Agama, Kesempatan untuk pelatihan, peningkatan skill,

Hobi, Pengembangan Diri Aktualisasi

pengembangan diri, dan kreatifitas

Diri

Dianggap oleh keluarga, Pengakuan, Status Kerja,

teman, dan komunitas Penghargaan

Peningkatan Tanggung Jawab

Diri

Keluarga, Teman, Rekan Kerja, Klien,

Grup, Komunitas

Rasa Memiliki

Lingkungan Sosial Kerja, Supervisor

Kebebasan dari Peperangan, Keselamatan Kerja, Tunjangan,

Polusi, dan Kerusuhan

Keamanan

Keamanan Bekerja

Kenyamanan Kerja, Makanan, Air,

(Pendingin Ruangan),

Oksigen

Fisiologis

Udara Bersih, Gaji Pokok

Hierarki Kebutuhan Maslow

Gambar 3. Hierarki Maslow, dari Daft, Kendrick, dan Vershinina, 2010

Berdasarkan teori tersebut dapat didefinisikan bahwa kebutuhan manusia sesuai hierarki kebutuhan maslow adalah salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi kerja. Apabila kebutuhan sudah terpenuhi, maka karyawan akan melakukan kerja yang maksimal sehingga tujuan dari perusahaan akan tercapai.

2.4.3. Prinsip Motivasi Kerja

Mangkunegara (2010, p. 100), menyebutkan beberapa prinsip yang digunakan dalam memotivasi kerja karyawan diantaranya:

1. Prinsip Partisipasi Sebagai salah satu cara dalam memotivasi kerja, karyawan harus dilibatkan untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan perusahaan.

2. Prinsip Komunikasi Pemimpin menyampaikan segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan pencapaian tugas dengan informasi selengkap-lengkapnya agar karyawan lebih mampu diberikan motivasi.

3. Prinsip Mengakui Andil Bawahan Pemimpin mengakui bahwa bawahan (karyawan) memiliki andil di dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan. Pengakuan yang diberikan pemimpin akan membentuk motivasi kerja pada karyawan tersebut.

4. Prinsip Pendelegasian Wewenang Pemimpin memberikan otoritas atau wewenang kepada karyawan untuk dapat ikut dalam pengambilan keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karyawan yang bersangkutan akan menjadi termotivasi untuk mencapai target yang diberikan oleh pemimpin.

5. Prinsip Memberi Perhatian Pemimpin memberikan perhatian terhadap suatu hal yang diinginkan pegawai bawahan dengan tujuan agar karyawan termotivasi untuk bekerja sesuai dengan harapan pemimpin.

2.4.4. Dimensi Motivasi Kerja

Menurut Hasibuan (2010, p. 162) teori motivasi mempunyai subvariabel yang meliputi:

1. Motif Motif adalah suatu merangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang.

2. Harapan Harapan adalah suatu kesempatan yang diberikan dan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan.

3. Insentif Insentif adalah cara merangsang bawahan dengan memberikan hadiah atau imbalan kepada karyawan yang berprestasi.

2.4.5. Teori Existence, Relatedness and Growth Needs (ERG Clayton Alderfer)

Menurut Clayton Alderfer (dalam Daft, Kendrick, & Vershinina, 2010, p. 610), terdapat tiga dasar kebutuhan manusia yang meliputi:

1. Existence Needs yaitu kebutuhan untuk eksistensi atau keberadaan. Kebutuhan ini mencakup bentuk kebutuhan fisik dan keamanan, seperti bonus kerja, gaji tambahan, dan kebutuhan keamanan seperti asuransi kesehatan, dan jaminan masa depan.

2. Relatedness Needs yaitu kebutuhan untuk hubungan. Kebutuhan ini mencakup semua kebutuhan yang melibatkan hubungan sosial dan hubungan antar pribadi.

3. Growth Needs yaitu kebutuhan untuk terus berkembang atau bertumbuh. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan yang melibatkan orang-orang yang membuat usaha kreatif diri mereka dan meningkatkan kompetensi diri. (Daft, Kendrick, & Vershinina, 2010, p. 610)

Pada dasarnya Teori ERG Clayton Alderfer dan hierarki kebutuhan Maslow hampir serupa karena keduanya ada di sebuah bentuk hierarki dan mengungkapkan bahwa seorang individu akan naik ke tingkat berikutnya seiring berjalannya waktu.

Karyawan yang ada di dalam proses produksi atau jasa tentunya memiliki identifikasi tersendiri antara lain : kebutuhan, keinginan, cita-cita, dan kepentingan lainnya yang terbentuk oleh keadaan lingkungan dan pengalaman karyawan tersebut. Setiap karyawan juga memiliki identifikasi yang berlainan sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam, maka ini akan terbawa juga dalam hubungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku karyawan tersebut ketika melaksanakan tugasnya.

Begitupun seperti seorang pengusaha yang mempunyai latar belakang budaya, cara pandang, dan pengalaman yang berbeda dalam menjalankan perusahaannya sehingga berpengaruh dalam melaksanakan pola hubungan Begitupun seperti seorang pengusaha yang mempunyai latar belakang budaya, cara pandang, dan pengalaman yang berbeda dalam menjalankan perusahaannya sehingga berpengaruh dalam melaksanakan pola hubungan

Karyawan harus mengetahui fungsi, peranan, dan tanggung jawab di lingkungan kerjanya dan pengusaha perlu menumbuhkan iklim kerja yang sehat dimana hak dan kewajiban karyawan diatur sedemikian rupa sehingga dapat mendorong motivasi kerja karyawan untuk ikut berpartisipasi terhadap perusahaan. Iklim kerja yang sehat juga dapat menciptakan ketentraman kerja dan keberlangsungan usaha ke arah peningkatan produksi dan peningkatan produktivitas kerja.

Motivasi adalah suatu model yang menggerakkan dan mengarahkan diri karyawan agar dapat melaksanakan tugasnya untuk mencapai sasaran dengan penuh kesadaran, bergairah, dan bertanggung jawab. Motivasi mengandung makna yang lebih luas daripada sekedar pergerakan dan pengarahan atau komando untuk menjuruskan para karyawan. Melainkan motivasi merupakan bidang pengkajian manajemen yang banyak melibatkan aspek-aspek psikologis, karena motivasi bisa membuat dorongan pada diri seseorang melalui kondisi psikis yang ada di dalam dirinya. Dorongan yang terjadi cenderung menjurus ke arah yang positif seperti halnya dorongan untuk bersedia bekerja dengan baik, kesadaran dalam menuntaskan tugas, rasa tanggung jawab, dan berusaha untuk terus berprestasi.

Perilaku seseorang seringkali tampak dari adanya ketergantungan dari unsur-unsur motif yang ada pada dirinya. Namun secara pokok unsur motivasi dan tujuan merupakan hal yang tidak terpisahkan. Perilaku seseorang umumnya berorientasi pada tujuan yang senantiasa dirangsang dan didorong untuk bisa dicapai. Oleh karena itu memahami latar belakang, kemampuan, kebutuhan, dan harapan dari karyawan merupakan hal yang mutlak bagi seorang pemimpin.

Menurut Herzberg (dalam Daft, Kendrick, & Vershinina, 2010, p. 613, sistem kebutuhan yang mendasari motivasi seseorang terbagi menjadi dua golongan diantaranya:

1. Hygiene Factors Meliputi status, hubungan antar manusia, supervisi, peraturan- peraturan perusahaan dan administrasi, jaminan dalam pekerjaan, kondisi kerja, gaji, dan unsur-unsur lainnya yang berhubungan dengan kehidupan pribadi.

2. Motivational Factors Meliputi kebanggaan pekerjaan sendiri, hasil (achievement), kemungkinan untuk terus berkembang, tanggung jawab, kemajuan dalam jabatan, dan pengakuan.

Kebutuhan-kebutuhan dalam faktor hygiene yang tidak terpuaskan akan menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja. Sebaliknya, apabila kebutuhan hygiene terpuaskan, maka ia akan puas dengan pekerjaannya. Sedangkan Kebutuhan-kebutuhan dalam faktor hygiene yang tidak terpuaskan akan menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja. Sebaliknya, apabila kebutuhan hygiene terpuaskan, maka ia akan puas dengan pekerjaannya. Sedangkan

Motivators ini akan memberikan kepuasan dalam bekerja, kebutuhan- kebutuhan ini berkaitan erat dengan sifat hakiki manusia yang menginginkan tercapainya hasil. Kesuksesan dalam pencapaian suatu hasil akan membuat perkembangan pada kepribadiannya. Rangsangan ini akan menimbulkan kebutuhan perkembangan dan pemuasan yang diperoleh dari tugas dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan rangsangan yang timbul dari kebutuhan- kebutuhan seseorang akan mendapatkan pemuasan dari lingkungan kerjanya.

Oleh karena itu peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan merupakan hal yang berkaitan erat dengan motivasi kerja karyawan.

2.5. Kerangka Kerja Penelitian

variabel dependen

variabel independen

Gaya

Motivasi Kerja Kepemimpinan

Pengaruh

Demokratis

Variabel Y

Variabel X

dimensi variabel Y

dimensi variabel X

• Existence Needs • Perilaku pemimpin

dalam memimpin

• Relatedness Needs • Perilaku pemimpin

dalam menghadapi

• Growth Needs

bawahannya

Gambar 4. Kerangka Kerja Penelitian, dari Data Olahan Peneliti, 2018

2.6. Hipotesis