KAJIAN PELAKSANAAN KEGIATAN COOKING CENTER DAN OJEK MAKANAN BALITA (OMABA) DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK BAGI BALITA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMASRIUNG BANDUNG Dini Marlina

  

KAJIAN PELAKSANAAN KEGIATAN COOKING CENTER DAN OJEK MAKANAN

BALITA (OMABA) DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK BAGI BALITA DI

WILAYAH KERJA UPT PUSKESMASRIUNG BANDUNG

  1 2 3 1 Dini Marlina , Rani Sumarni ,Sofia Hasanah

Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat 2 – 40533, Indonesia.

  

Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat 2 – 40533, Indonesia.

  

Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat

  • – 40533, Indonesia

  

ABSTRAK

Cooking Center dan Ojek MakananBalita (OMABA) sebagai salah satu program yang diadakan

  untuk mengatasi permasalahan gizi buruk pada balita, adanya program ini untuk memenuhi kebutuhan gizi balita, khususnya di Kelurahan Cisaranten Kidul yang banyak ditemukan kasus gizi buruk. Jika permasalahan gizi buruk dapat segera diatasi dengan baik maka status gizi balita dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian pelaksanaan kegiatan Cooking

  

Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA) dalam penanggulangan gizi buruk bagi balita di

  wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung . Penelitian ini melibatkan informan sebanyak 4 orang (Ka. Puskesmas, Ka. Lurah, Ka. Komite Kesehatan dan anggota) dan 2 sasaran (ibu balita gizi kurang dan gizi buruk yang saat ini telah menjadi baik). Data diperoleh menggunakan lembar wawancara lalu dianalisis secara kualitatif evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan

  

cooking center dan OMABA di wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung diawali oleh kasus

  gizi buruk pada balita. Hambatan dalam pelaksanaannya yaitu kendaraan untuk kegiatan distribusi, sumber daya manusia yang terbatas dan dana yang belum mencukupi untuk perluasan wilayah. Peran Cooking Center dan OMABA dalam memperbaiki masalah gizi pada bayi dan balita telah berjalan dengan baik dan berhasil menurunkan kasus gizi buruk dan gizi kurang dalam waktu kurang dari setahun. Disarankan agar membuat terobosan baru seperti membuat perkebunan gizi untuk menopang bahan baku dalam pelaksanaan cooking center dan OMABA sehingga program ini dapat terus berjalan dan menjadi contoh bagi puskesmas yang lain dalam upaya menurunkan angka kejadian gizi buruk dan gizi kurang pada bayi dan balita sehingga berdampak pada penurunan gizi secara nasional.

  . Kata kunci :Cooking Center, ojek makanan balita (OMABA), gizi buruk

   ABSTRACT

Cooking Center and Ojek Makanan Balita (OMABA) as one of the programs that are held to

overcome the problem of malnutrition in toddlers, theeistence of this program to meet the

nutritional needs of childrenunder five, especially in Kelurahan Cisaranten Kidul many cases of

malnutrition. If the problem of malnutrition can be addressed properly then the nutritional status

of children can increase. This study aims to find out the study of the implementation of Cooking

Center and OMABA in the prevention of malutrition for under five children in the working area

of UPT Riung Bandung Public Healt Center. This research as many as 4 people (Head of public

health center, head of village, head of health comittee and members) and 2 targets (under fives

malnutrition and malnutrition that has now become good). Data were obtained using interview

sheets and then analyzed qualitatively evaluation. The results showed that the implementation of

cooking center and OMABA in the working area of UPT Riung Bandung Public Health Center

was initiated by malnutrition cases in underfives. Obstacles in the implementation of the vehicle

for distribution activities, limited human resources and insufficient funds for epxpansion of the

region. The role of Cooking Center and OMABA in improving nutritional problems in infants and

toddlers has been running well and manged to reduce malnutririon and malnutrition cases in less

than a year. It is recommended to make new breakthroughs such as making nutritional plantations

to sustain raw materials in the implementation of cooking center and OMABA, so that this

program can continue to run and become an example for other helath centers in an effort to

reduce the incidence of malnutrition an malnutrition in infants and toddlers resulting in a

decreasenutrition nationally.

  Keywords : Cooking center, ojek makanan balita (OMABA)

  PENDAHULUAN

  Masalah gizi balita merupakan permasalahan yang menjadi perhatian serius. Gizi kurang pada balita akan menggangu pada proses tumbuh kembang balita. Pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan kebutuhan balita tersebut.

  Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, secara nasional, prevalensi gizi kurang adalah 19,6%. Angka ini naik jika dibandingkan dengan prevalensi gizi kurang tahun 2010 yaitu 17,9%. Status gizi balita berdasarkan indikator BB/TB, prevalensi sangat kurus secara nasional tahun 2013 adalah 5,3% terdapat penurunan dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 6,0%. Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus sebesar 6,8% juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3% pada tahun 2010. Secara kesuluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat kurus menurun dari 13,3% pada tahun 2010 menjadi 12,1% pada tahun 2013. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10-14% dan dianggap kritis bila ≥15% (WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1%, yang artinya masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.

  Pembangunan kesehatan sebagai

  bagian integral dari pembangunan nasional telah ditetapkan dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJK) di bidang kesehatan Tahun 2005-2025 pada tahap ke 3 Tahun 2013-2018, telah mampu menurunkan status gizi bayi dan balita melalui program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa susu formula dan biskuit (Dinkes Kota Bandung, 2013). Peran status gizi bagi bayi dan balita sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan balita, yang pada akhirnya akan membuat anak-anak Indonesia cerdas dan menjadi generasi penerus yang bisa diandalkan, sehingga

  cooking center dan ojek makanan balita

  penting untuk diterapkan dan dikembangkan oleh semua provinsi maka secara tidak langsung Indonesia akan terbebas dari masalah kurang gizi pada bayi dan balita.

  Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat khususnya balita yaitu Cooking Center dan ojek makanan.

  Cooking Center dan ojek makanan adalah

  suatu upaya pemenuhan gizi balita yang dilakukan berdasarkan permasalahan yang berkaitan dengan gizi pada tahun 2012, diantaranya yaitu kasus kematian balita sebanyak 4 kasus, kasus gizi buruk di wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung sebanyak 22 kasus dengan kasus terbanyak di kelurahan Cisaranten Kidul (17 kasus gizi buruk).

  Program Cooking Center dan ojek makanan ini sepenuhnya dibiayai oleh PT. Pertamina sebagai sponsor tunggal. Hasil yang telah dicapai program Cooking Center dan ojek makanan tersebut selama dua tahun yaitu tidak ada lagi kasus penderita gizi buruk pada balita dan yang tersisia hanya kasus gizi kurang, itupun jumlahnya hanya sedikit. Oleh sebab itu perlukah program ini dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah dalam upaya untuk mengatasi permasalahan gizi tersebut.

  Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bgaimana pelaksanaan kegiatan

  Cooking Center dan Ojek Makanan Balita

  (OMABA) dalam penanggulangan gizi buruk bagi balita di wilayah kerja UPT Puskesmas Riung Bandung.

  METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

  Subjek penelitian atau responden adalah orang yang diminta untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2006) subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jadi subjek penelitian itu merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkapkan fakta-fakta di lapangan.

  Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah:

  Balita (OMABA). Sedangkan untuk jenis penelitiannya menggunakan metode evaluasi, yaitu penerapan prosedur penelitian sosial yang sistematis dalam rangka menilai konseptualisasi, desain, implementasi dan kegunaan sebuah program intervensi sosial. Analisis dalam penelitian ini dilakukan melalui penafsiran atau interpretasi dan transformasi temuan, yang berdasarkan opini, catatan, data subyektif atau obyektif, hasil yang diperoleh dari kegiata cooking center dan OMABA yang sudah berjalan.

  Cooking Center dan Ojek Makanan

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif evaluasi untuk menggambarkan dan menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan

  Analisis Data

  Melakukan analisis penafsiran atau interpretasi dan transformasi temuan. Merumuskan simpulan yang disesuaikan dengan rumusan masalah dan temuan di lokasi penelitian

  Ceking kelengkapan data, diberi kode dan dikategorikan 2)

  Analisis data 1)

  c.

1. Kepala Puskesmas 2.

  Obervasi dan wawancara 2)

  Pengumpulan data: 1)

  b.

  Persiapan yang terdiri dari: pengurusan surat ijin penelitian, penentuan lokasi, persiapan penyusunan instrument penelitian, observasi awal dan menyusun agenda pelaksanaan kegiatan.

  Penelitian ini akan direncanakan sebagai berikut : a.

  Jalannya Penelitian

  Ibu yang memiliki balita dengan status gizi baik dan Ibu yang memiliki balita dengan status gizi kurang yang sedang mendapat program Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian dan terjun ke lapangan.

  Lurah 3. Ketua Komite Kesehatan 4. Anggota Cooking Center dan OMABA

  Tujuan penelitian evaluatif bertujuan untuk mengukur pengaruh suatu program terhadap tujuan-tujuan yang akan dicapai utuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuatan keputusan tentang suatu program untuk meningkatkan atau memperbaiki program yang akan datang.

  Hasil analisa dalam tulisan ini akan memberikan model bagaimana pelaksanaan program cooking centre dan ojek makanan balita (OMABA) terhadap pemerintah dan insiator pelaksanaan program cooking centre dan ojek makanan balita (OMABA) di masa yang akan datang.

  Melakukan review refleksi terhadap data yang diperoleh dan mengatur data sesuai dengan kebutuhan analisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  memasak saja kadang-kadang dia

  1. Latar Belakang Gambaran Pelaksanaan Cooking Center Dan hanya memasak nasi saja, jadi dia Ojek Makanan Balita (OMABA) Di tidak ada sayurnya, lauk-pauknya.

  Wilayah Kerja UPT Puskesmas Nah disitu kami dengan UPT Riung Bandung. Puskesmas Riung Bandung Bu

  Sesuai dengan latar belakang dokter Sony, bagaimana bu Vita kalau kita mengolah makanan sehat. penelitian yang telah diungkapkan

  Nah dari tahun 2013 baru kita mulai bahwa Cooking Center dan Ojek kalau pemberian dari CSR itu udah

  Makanan balita (OMABA) diadakan dari tahun 2012, tapi mulai memasaknya itu mulai ada OMABA- karena banyaknya kasus gizi kurang nya itu tahun 2013 mengolah dan beberapa kasus gizi buruk yang di makanan sehatnya”. (Hasil alami balita pada tahun 2012-2013.

  Wawancara dengan Informan 3, tanggal 30 Juli 2016). Masalah gizi kurang pada balita ini akan menggangu pada proses tumbuh

  Namun dalam pelaksanaan kembang balita. Pertumbuhan badan

  Cooking Center dan Ojek Makanan

  dan perkembangan kecerdasannya, balita (OMABA) terkendala dalam

  faal tubuhnya juga mengalami

  segi pendanaan, oleh sebab itu pihak perkembangan sehingga jenis kelurahan mengusulkan agar program makanan dan cara pemberiannya pun ini bekerja sama dengan pihak swasta harus disesuaikan dengan keadaannya yang menjadi donatur utama untuk (Proverawati dan Wati, 2011). kelangsungan program pengentasan

  Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara masalah gizi ini. Hal ini sesuai dengan informan yang menyatakan bahwa : pernyataan informan bahwa :

  “Karena dari tahun 2012 dan 2013 di kecamatan Gede Bage itu ada 27 “Hanya saja sulit dilakukan karena biasanya biaya yang kasus balita gizi buruk, 17 kaloyang dikeluarkan itu oleh dinas pastinya itu. Karna kasus balita gizi kesehatan untuk satu anak hanya buruk, nah kami bekerjasama dengan cukup untuk 10rb per anak per UPT Puskesmas Riung Bandung. bayi ya. Nah karena tidak efektif

  Dibentuklah komite kesehatan, tersebut, maka kami berinisiatif waktu itu dengan saya Ibu dokter untuk menyatukan semua balita- Sony. Karna waktu itu saya ketua balita gizi buruk di satu PKK, saya suka ke lapangan, nah kecamatan sehingga dananya saya lihat bahwa kalo balita gizi mencukupi untuk pemberian buruk dari zaman dulu itu dikasihnya makanan olahan dalam bentuk susu formula aja, terus saya lihat kan makanan tambahan balita untuk kalo balita gizi buruk itu pasti penanggulangan gizi buruk. keluarganya tuh yang notabenenya punten ya miskin gitu, jadi dia untuk

  Kemudian juga karena letak anak- anak gizi buruk ini berjauhan, maka kita pandang bahwa untuk satu kecamatan kita satukan ya penanggulangan gizi buruknya sehingga biayanya mencukupi tetapi masalahnya ada di distribusi untuk satu kecamatan. Setelah pemberian makanan tambahan olahan itu dimasak didalam satu centertempat masak terpusat gitu ya kita sebut cooking

  center , masalah selanjutnya

  adalah pendistribusiannya harus memakai kendaraan bermotor yang kita sebut ojek makanan balita”. (Hasil Wawancara dengan Informan 1, tanggal 30 Juli 2016).

  Selain masalah dana, program

  Cooking Center dan OMABA juga

  terkendalan oleh sumber daya yang bisa memasak sesuai dengan kebutuhan gizi balita. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara informan yaitu:

  ”Ya, latar belakangnya di kita itu masih ada kasus balita gizi buruk ya pada tahun 2011. Kemudian masyarakat juga belum memahami bagaimana caranya memasak makanan yang sehat. Jadi dengan dasar itu , ya saya pun ibu-ibu PKK sebenernya untuk membuat cooking center bersama dengan komite kesehatan kelurahan, dulu saya bentuk komite kesehatan kelurahan. Jadi

  cooking center ini dibawah komite kesehatan kelurahan.

  Untuk menyelesaikan masalah gizi buruk yang ada di Wilayah Kelurahan Cisaranten Kidul, gitu”. (Hasil wawancara dengan

  Informan 2, tanggal 29 Juli 2016) Banyaknya permasalahan gizi buruk yang terjadi di Cisaranten Kidul salah satu faktor utamanya yaitu karena permasalahan ekonomi, hal ini sejalan dengan penjelasan dari Anggota Cooking Center dan OMABA sebagai berikut :

  “Karena gini, di kita ini di Kelurahan Cisaranten Kidul khususnya, masih ada kasus- kasus yang anaknya menderita gizi buruk dengan latar belakang karena ekonomi ya. Karena mungkin bisa juga dari pendidikan orangtuanya yang masih minim ya untuk kesehatan anak-anaknya. Kedua mungkin selanjutnya mah ya utamanya mungkin ekonomi ya, gitu aja. Karna ekonomi ya”. (Hasil wawancara dengan Informan 4, tanggal 29 Juli 2016)

  Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa latar belakang diadakannya Cooking Center dan OMABA yaitu karena permasalahan gizi buruk. Menurut Bakri. dkk (2014) gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melaui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. wawancara dengan Informan 1, 2.

   Gambaran Hambatan Pelaksanaan Cooking Center Dan Ojek Makanan tanggal 30 Juli 2016) Balita (OMABA) Di Kelurahan Cisaranten Kidul. Kendala dalam pelaksanaan

  Cooking Center dan Ojek Makanan a.

   Kendala dari pelaksanaan Balita (OMABA) masih terkait masalah Cooking Center dan Ojek

  klasik yaitu pendanaan, kendaraan dan

  Makanan Balita (OMABA)

  sumber daya manusianya, hal ini sesuai Berdasarkan hasil penelitian dengan penjelasan dari informan sebagai pada beberapa informan, dapat berikut : dijelaskan bahwa berbagai macam

  “Kendalanya untuk program kendala yang terjadi dilapangan yaitu ya, ya

  cooking center

  terkait kurangnya kendaraan bermotor Alhamdulillah sih sampai saat untuk mengantarkan makanan ke ini berjalan dengan baik ya. setiap balita yang mengalami gizi

  Mungkin kendalanya kemarin buruk. Hal ini sesuai dengan karena tidak ada motor, ya penjelasan dari informan bahwa : tidak ada motor ojek makanan

  “Kendala yang pertama adalah di balita sehingga menggunakan angka ya, angka gizi buruk itu kendaraan pribadi. Tapi saya berubah-ubah, kalo misalnya kita denger sekarang sudah dapatkan misalnya 22 kasus dari InsyaAllah nih mau dapet bulan penimbangan balita bantuan motor, jadi itu bisa februari. Lalu kita validasi data ke terselesaikan ya salah satu lapangan tuh engga ada 22, masalah itu. Kemudian juga mungkin dari 22 itu hanya ada 11, mungkin kedepan ada gitu ya. Karena apa? Karena disini replikasi OMABA di adalah penduduk musiman, jadi perkampungan”. (Hasil urbanisasi itu tinggi sekali. wawancara dengan Informan

  Memang 3 bulan dia pindah, 2, tanggal 29 Juli 2016) sehingga angka yang ditemukan itu tidak sama dengan basic data

  Sementara itu Ketua Komite yang kita dapat dari awal. Kesehatan menambahkan bahwa

  Kemudian juga dipertengahan bukan hanya motor yang menjadi tiga bulan kan kita pemberian kendala, akan tetapi dana dan PMT 3 bulan, di pertengahan sumberdaya manusianya juga ikut pemberian itu kadang-kadang menjadi masalah yang hingga kini mereka pindah tempat. Untuk belum cukup baik. Masyarakat pada selanjutnya juga masalah dana, awalnya menolak untuk dilakukan kesinambungandanaitu biasanya perbaikan gizi karena sebagian besar untuk 3 bulan selesai. Selanjutnya dari mereka adalan dari kalangan untuk 3 bulan selanjutnya itu kita ekonomi rendah dan belum sulit lagi mencari dana. Oleh mengetahui tentang program karena itu kita melakukan perbaikan gizi dari pemerintah daerah pergantian antara dana yang berjuang untuk peningkatan gizi pemerintah APBD dengan CSR masyarakat. Pada beberapa dari PT. Pertamina”. (Hasil masyarakat bahkan ada yang sudah terbiasa memberi balitanya garam dan nasi, sehingga pada saat dikasih makanan bergizi seperti sayuran dan ayam atau daging, balita tersebut menolak, hal ini menyebabkan kendala dari pemberian makanan pada balita oleh pertugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut :

  “Oh iya kendalanya, pertama kendalanya karna gini ya, kita itu mau membuat orang sehat belum tentu diterima, karena sasarannya adalah ke ekonomi yang bawah ya. Jadi mereka mau dikasih tahu ini makanan sehat, atau bagaimana juga dia itu ga peduli, yang penting yang peduli dia adalah di lidahnya enak, betul ga? Nah, itu pertama kita dihujat dulu, di demo dulu. Engga mau, biasanya kan uangnya, biasanya hanya biskuit dikasih, biasanya hanya susu formula. Sudah pernah saya kasih susu formula, kan kita tuh misalkan yang beli susu formula itu bisa dijual, karna mereka kalo susu formula itu bisa untuk satu bulan gitu ya, kan biar tidak renced. Kalo makanan sehat tuh kan tiap hari kita kasihnya, ya pas jam makan pagi itu lah kita kasihnya. Untuk makan pagi bisa sampai dia makan siang kalo untuk balita, karena kita porsinya agak besar gitu ya untuk ukuran balita gitu ya. Nah kita ganti bayangin kita ganti dengan makanan sehat, pertama memang iya karna kita ngikutin prosedur dari gizi itu kan kalo anak balita itu harus yang menyek-menyek gitu lah ya, wah itu dibuang. Terus wah ini harus disesuaikan dengan yah kita harus tau karakter setiap daerah yah, nah disitu oh berarti agak dimodifikasi gitu lah.

  Oh ada pudding, kita maunya apa sih? ada kita bikin menunya yang dia agak menggoda, kalo dulu kan kalo prosedur gizi mah memang tidak enak, kadang-kadang ya si ubi di benyek-benyek, itu kan dia jadi gimana padahal itu tuh sehat gitu. Tapi kan da udah biasanya dia makannya mie instan, kadang- kadang kerupuk, kadang-kadang ini yang pake MSG itu, ya mereka engga enak di perutnya. Nah itu banyak, kita di demo, tapi saya terus jalan. Saya bilang, memang ini tuh harus kekuatan team, harus ada tangan besi juga gitu ya. Saya juga orangnya agak galak ya, gak mau tahu pokonya ini harus tetep jalan, terserah pokonya kita harus kasihin ini saya bilang. Lama- lama ngikutin gimana ya caranya kita juga harus fleksibel, kita juga harus bikin menu yang agak gimana supaya anak itu terangsang gitulah yah. Nah Alhamdulillah. Iya lah pertama kita wah pokoknya bentrokan banyak gitu ya, cuma kita saya berfikir positif bahwa masa sih kita mau menyehatkan bisa jadi sakit? Ga mungkin kan makanan sehat akan jadi sakit gitu lah ya. Nah disitu ibu tetep ibu juga berdoa sama Allah gitu lah ya supaya tidak ada apa-apa, kan kita juga takut yang namanya menangani anak yang tidak sehat itu kan rentan, bisa saja dia diare lah, apa gitu walaupun makanan kita sudah sehat gitu lah ya, kan bisa saja kemungkinan kan banyak, tapi Alhamdulillah. Jadi saya, kita, kami dan team itu tetep solid, tetep itu dijalankan, dan Alhamdulillah sampai sekarang dijalankan sampe UPT puskesmas Nah itu kendalanya itu nanti Riung Bandung ikut sinovik untuk seterusnya itu pendanaan nasional, Alhamdulillah masuk darimana kita juga kan harus 35 memikirkan, itu termasuk kendala juga besar nasional”. (Hasil wawancara dengan Informan 3, kan. Terus kendala itu mungkin untuk tanggal 30 Juli 2016) untuk ke lapangan ya, untuk ke

  Sementara itu, penjelasan dari lapangan itu kalo ngga ada motor kita Anggota Cooking Center dan engga bisa neng,ya. Itu kan namanya OMABA terhadap kendala lebih ke sarana harus ada motor itu, nah arah dana yang menjadi prioritas. Hal kendalanya ya itu. Kalaupun tidak ada tersebut sebenarnya wajar mengingat kendaraannya ya kita tidak bisa, ngga program ini memerlukan tenaga ekstra bisa menjangkau gitu, engga bisa dan dana ekstra dari mulai memasak menjangkau ke daerah-daerah yang hingga pendistribusian yang susah gitu, ke perkampungan gitu kan memerlukan bensin, sehingga tidak susah ga bisa masuk mobil kan kita heran jika masalah dana menjadi hal harus pakai motor gitu. Ya itu aja, yang utama. Hal ini sejalan dengan susah lokasinya susah dijangkau kan pernyatan yang dikemukakan itu kendala ya. Terus kendala dananya informan sebagai berikut : juga, kalo ga ada dana kan jadi

  “Kalo kendala ya tentunya kendala”. (Hasil wawancara dengan pengadaan dana ya, itu Informan 4, tanggal 29 Juli 2016) kendala nomor satu. Kita kalo Berdasarkan beberapa ga ada dananya gimana kan, penjelasan dari informan, semuanya kendalanya ya itu dana. menyatakan bahwa kendala dalam

  Selama ini kita pendanaan kan melakukan Cooking Center dan Ojek dari CSR dari pertamina ya.Ada sih itu dari pemerintah

  Makanan Balita (OMABA) adalah juga melalui puskesmas dana dana, kendaraan dan sumber daya

  BOK ya, yang ibu tahu itu, itu manusia yang belum benar-benar bantuan dari pemerintah. Cuma nanti kalopun sudah mencukupi. Oleh sebab itu perlu tidak ada kan model CSR juga adanya cara untuk mengatasi kan kita ada waktunya, engga permasalahan tersebut. terus-terusan kita dibantu sama CSR ya sama pertamina.

  b. mengatasi masalah Cara kekurangan SDM dalam pelaksanaan Cooking Center dan Ojek Makanan Balita

  memasak yang enak namun

  (OMABA) menyehatkan dan sesuai dengan lidah

  Untuk mengatasi permasalahan balita yang terbiasa dengan makanan yang berkaitan dengan masalah yang asin dan gurih atau bahkan gizi buruk pada balita ini enggan mengkonsumsi daging dan memerlukan adanya pelatihan sayur. Pelatihan cooking center bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan kader cooking center dalam merencanakan dan mengolah bahan makanan bergizi bagi bayi balita normal dan bayi balita gizi buruk termasuk ibu hamil dengan KEK (Kurang Energi Kalori).

  Program cooking center ini merupakan pengolahan makanan bergizi dan sehat oleh team cooking

  center

  sendiri dan didistribusikan melalui distributor memakai sepeda makanan ke posyandu-posyandu dan daerah perkampungan. Sedang ojek makanan balita (OMABA) ini merupakan distributor atau penyalur hasil olahan makanan dari cooking center. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

  “Selama ini sih karena kita menemukan gizi buruknya sedikit kita belum ada sih masalah SDM ya, karena ibu-ibu yang memasaknya juga cukup banyak, mereka bergantian selama 3 bulan itu, mereka bergilir untuk memasak. Kemudian untuk masalah SDM, mereka sampai saat ini masih bisa kompak dengan cara mengatur jadwal. Kalo misalnya ibu OMABA yang satu ga bisa, diganti oleh ibu OMABA dua, gitu. Jadi ada sinergisme dan masih ada kekompakan diantara mereka. Kalaupun misalnya nanti ada kekurangan SDM, ya paling kita merekrut kader baru, melatih kader baru”. (Hasil wawancara dengan Informan 1, tanggal 30 Juli 2016)

  Sebagaimana telah diketahui bahwa permasalahan gizi bayi dan balita masih sangat perlu untuk diperhatikan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri, hal ini karena kasus gizi kurang hingga gizi buruk yang masih dialami bayi balita pada zaman modern seperti sekarang ini. Kondisi ini jelas sangat memprihatinkan karena terjadi pada generasi penerus bangsa, yang mana apabila generasi penerus bangsa kurang berkualitas, maka nasib suatu bangsa juga akan cenderung diam di tempat atau bahkan mundur seiring dengan adanya perkembangan zaman seperti saat ini. Berikut adalah penjelasan dari informan bahwa :

  “Ya, ya masalah SDM tentu saja ada. Karena kan ibu-ibu kita bukan chef, bukan artinya yang pinter masak ya, ibu-ibu rumah tangga yang memiliki keinginan kuat untuk mensehatkan balita ya. Jadi ibu-ibu ini untuk meningkatkan SDM-nya ya dengan mengikuti pendidikan tadi ya. Pendidikan, pelatihan kesehatan gizi gitu kan, pelatihan memasak gitu, pelatihan memasak makanan sehat olahan non-beras segala macem ya. Kemudian kemaren juga ada pastry ya jadi mereka mengikuti pelatihan beberapa pelatihan. Dan terutama yang pelatihan gizi itu ya bersertifikat gitu pelatihannya, jadi ada standarlah ya ini untuk meningkatkan SDM-nya ibu-ibu itu sendiri gitu ya yang tadinya dia tidak tahu jadi sekarang kan menjadi tahu gizi yang baik untuk balita”. (Hasil wawancara dengan Informan 2, tanggal 29 Juli 2016) Kualitas generasi penerus Berikut adalah penjelasan dari bangsa harus terus dijaga atau bahkan informan yaitu : di kembangkan untuk mencapai suatu

  “Engga sih kalo disini. Ya kan kemajuan ilmu pengetahuan dan lumayan Alhamdulillah kita punya teknologi guna menunjang kehidupan team sepuluh gitulah ya, ya engga yang terus berkembang pesat. Oleh ada masalah. Yang masalahnya sebab itu perlu adanya perbaikan dari ginilah ya, cita-cita itu harusnya segi gizi melalui berbagai cara, salah tertular ke jangan dulu ke jawa satu cara yang ingin peneliti bahas barat lah ya, untuk kota Bandung yaitu upaya penerapan cooking center aja dulu. Karna kan program ini yang harus disebarkan pada anak bayi sudah nasional, malu kalo sudah dan balita dengan gangguan diadopsi sama yang lain, tapi sama petumbuhan. kota Bandung belum. Kan beban

  Berbagai cara untuk juga buat saya gitu”. (Hasil mengatasi masalah gizi ini bisa juga wawancara dengan Informan 3, dengan melakukan pemerataan tanggal 30 Juli 2016) distrubusi, namun karena keterbatasan Dengan demikian asupan gizi dana dan yag lainnya, maka fokus yang sesuai bagi balita untuk menjaga penyelesaiannya masih sebatas pertumbuhan dan perkembangan regional. Namun bukan tidak mungkin diantaranya yaitu cukup karbohidrat, untuk jangka waktu kedepannya, protein, vitamin, dan mineral yang program ini akan menjadi luas dan berasal dari makanan sehari-hari, akan sebagai percontohan bagi daerah lain tetapi jika kuantitatsnya tidak yang ingin mengatasi permasalahan mencukupi maka akan membuat bayi gizi buruk pada balita : dan balita tetap kekurangan gizi.

  c.

  “Jadi kalaupun misalnya nanti

   Cara untuk mengatasi masalah kekurangan dana dalam CSR sudah tidak ada lagi dan pelaksaan Cooking Center dan pemerintah kota tidak mampu lagi Ojek Makanan Balita membiayai jikalau kendala

  system atau prosedur, sekarang

  (OMABA)

  Sejak awal mendapat dana OMABA itu mempunyai bantuan, carauntuk mengatasi masalah kemandirian, jadi mereka kekurangan dana dalam pelaksaan membuat produk sendiri yang

  

Cooking Center dan Ojek Makanan sekian persen 10 persen labanya

  Balita (OMABA) ini sebetulnya sudah itu diperuntukkan untuk sering dibahas oleh pengurus, namun penanggulangan gizi buruk”. hingga sekarang belum ada realisasi (Hasil wawancara dengan yang nyata untuk membuat usaha Informan 1, tanggal 30 Juli 2016) dengan modal dari dana bantuan yang Hal senada juga dikemukakan labanya nanti digunakan untuk oleh Lurah Cisaranten kidul, bahwa keberlangsungan program ini. Berikut meskipun program Cooking Center adalah penjelasan dari informan yaitu : dan Ojek Makanan Balita (OMABA) sudah berjalan 5 tahun, namun system pendanaan masih terkendala berbagai macam aspek, salah satunya yaitu pengelolaan dana bantuan yang hanya habis pakai setelah dibelanjakan bahan pokok dan ongkos transportasi. Sementara itu program ini akan menemui kendala besar mengingat bantuan pada tahun ini akan dihapuskan dari pendonor dana utama yaitu PT. Pertamina, oleh sebab itu perlu adanya upaya alternatif untuk mengatasi masalah dana ini. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

  “Nah tahun ini tuh adalah tahun terakhir, katanya tahun ini tahun terakhir cooking center diberikan bantuan dan OMABA, karena dianggap kan sudah 5 tahun dan dianggap harus bisa berhasil dan mandiri. Jadi salah satunya sekarang ibu-ibu itu kemaren itu diberikan pelatihan kemadirianlah. Jadi mereka memasak makanan sehat ataupun sudah tidak hanya sosial tetapi juga ekonomis, memiliki nilai ekonomis gitu. Misalnya ibu-ibu kemarin lebaran membuat kue, dan dari hasil penjualannya itu tidak hanya untuk kepentingan pribadi tetapi disisihkan juga 10 persen dari hasil keuntungan penjualan itu untuk balita gizi buruk, gitu”. (Hasil wawancara dengan Informan 2, tanggal 29 Juli 2016)

  Hal yang sama dikemukakan ketua komite, bahwa sebenarnya program pendanaan mandiri sudah mulai digalakan, namun pelaksanaannya terlambat karena baru mulai pada saat-saat sekarang dan persaingan bisninsnya cukup banyak sehingga sulit untuk dikembangkan, namun mereka tetap optimis terhadap bahwa suatu saat usaha mandiri yang dikembangkan. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

  “Nah itu dia Alhamdulillah sampai hari ini kan dari pemerintah dana BOK ada ya puskesmas itu, karena Pembina kami kan kepala puskesmas Riung Bandung ya Ibu dokter Sonny Sondari. Nah terus ada CSR dari pertamina, ya Alhamdulillah sampai hari ini dana masih ada gitulah ya, masih berjalan. Dan inginnya sih udah mandiri, karena kami

  cooking center

  itu ada pengembangan juga, ada penjualan nugget gitu kan, nugget ayam, nugget sehat lah ya, nugget tempe. Cuma masih sebatas pesenan, tapi di online juga sudah ada. Cuma itu agak bersaingnya ini kan nugget sehat itu agak mahal, karena kita tidak pake MSG, terus campuran terigunya juga cuma sedikit. Pasti itu agak mahal dengan di pasaran, jadi memang agak lambat, mudah-mudahan nanti kedepannya orang tambah pinter, tambah cari yang sehat,jadi kita tetep berjalan kalopun tidak ada dari CSR, kita bisa mandiri gitu kan untuk menanggulangi kalo ada lagi balita gizi buruk. Mudah-mudahan sih sudah tuntas, engga ada lagi gitu”. (Hasil wawancara dengan Informan 3, tanggal 30 Juli 2016)

  Hal senada juga dikemukakan oleh anggota Cooking Center dan OMABA bahwa usaha mandiri harus tetap dilanjutkan karena suatu saat dapat menjadi tulang punggung program ini. Hal ini tentu membutuhkan banyak kerja team karena menjalankan usaha tidak semudah sebatas konsep semata, harus ada yang membuat produk, memasarkan dan menjalin kerjasama dengan pembeli produk. Berikut adalah penjelasan dari informan bahwa :

  “Oh kita untuk itu seperti kemarin ituya kita contohnya kita sudah mulai untuk penggalangan dana, mengumpulkan dana, dimana dana tersebut bisa digunakan untuk pada saat nanti kita sudah tidak punya dana ya, sudah tidak ada yang mendanai, maksudnya kita sekarang mengandalkan CSR kan dana seutuhnya. Okelah engga 100 persen juga 95 persen ya kita berharap, bukan berharap karena memang karena dana itu dari CSR pertamina ya. Jadi untuk seterusnya juga mungkin untukmenghadapi nanti kalo engga ada dana. Nah kemarin itu kita sudah mulai ikutin cooking

  center ibu-ibu ini yang

  dinamakan team OMABA dan cooking center sudah memulai mandiri.

  Hal yang perlu diperhitkan dalam logistik yaitu ketersediaan bahan baku membuat masakan sehat untuk balita gizi kurang, yatu beras, sayuran dan daging dimana semuanya telah tercukupi dari pasar, namun masalah transportasi masih menemui kendala karena hanya 1 motor yang dimiliki sementara keperluan untuk di angkut dan distribusi ke berbagai wilayah cukup banyak. Berikut adalah penjelasan dari informan bahwa : “Kalo dari segi bahan baku, ya kita berusaha untuk mendapatkan bahan bakunya dari pasar ya. Kalo untuk bahan baku sih saya kira ga ada kesulitan ya, yang ada kesulitan mungkin dari segi transport ya. Transport kita usahakan dapatkan aliran dananya di CSR atau di BOK ya, BOK dana (bantuan operasional

  Kita bikin kemarin kue yauntuk dijual giu, nah sebagian sekian persen dana tersebut hasil penjualannya kita simpan, kita masukin kas untuk nanti kapan-kapan kalau kita membutuhkan dana tersebut pada saat sudah tidak ada bantuan dari CSR, kita bisa menggunakan dana tersebut gitu ya. Nah untuk ini baru mulai tahun ini. Kami mencari dana dengan menjual kue, kue cookies.Namanya cookies OMABA ya, kita bikin label cookies OMABA. Kita jual, dananya sekian persen kita sisihkan untuk nanti barangkali diperlukan untuk dana gizi buruk itu ya”. (Hasil wawancara dengan Informa 4, tanggal 29 Juli 2016) kesehatan), atau dari dana pemerintah kota”. (Hasil wawancara dengan Informan 1, tanggal 30 Juli 2016)

d. Cara mengatasi kendala permasalahan logistik dalam pelaksanaan Cooking Center dan Ojek Makanan Balita (OMABA)

  Hal berbeda dikemukakan oleh Lurah, dimana selain kendaraan masalah logistik juga pada sumberdaya manusianya. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

  “Nah tadi selain SDM-nya, kemudian kekurangan salah satunya juga dari bahan baku sayuran, gitu kan. Karena ibu-ibu ini kan dari cooking center ini kan beli sayurannya dari pasar, nah dari pasar otomatis kan ya namanya di pasar kan pertaniannya masih menggunakan peptisida gitu ya rawan peptisida, jadi belum sayuran organik gitu yang diolah. Itu juga menjadi kendala. Jadi InsyaAllah nih mudah-mudahan ke depan ini bisa bersinergi jadi kebun gizinya juga mereka ada, kemudian langsung diolah betul- betul apa yang mereka tanam ya itu yang digunakan sebagai bahan, jadi bener-bener fresh ya dan sehat gitu terjaga mutunya. Selanjutnya untuk transportasi, kemarin itu kita karena memang belum memiliki transportasi ya, sarana transportasi kita masih menggunakan motor punya ibu ketua komite kesehatan gitu kan punya Ibu Vita motornya sebelum mendapatkan inventaris. Kemudian untuk bensinnya memang dianggarkan sekalipun ga besar ya, gitu. Kalo ibu-ibunya sendriri sih Ojek Makanan Balitanya ibu-ibu OMABA-nya itu betul-betu pamrihlah, tanpa pamrih dia ke lapangan ga ada gaji ga ada apa kan tapi dia terjun langsung ke lapangan. Jadi saya rasa sih untuk sekarang upaya kita untuk transportasi ya salah satunya ya itu tadi mengajukan bantuan motor untuk mengantarkan ojek makanan balita dan Alhamdulillah tahun ini katanya bisa terealisasi bantuan dari pertamina”. (Hasil wawancara dengan Informan 2, tanggal 29 Juli 2016)

  Berbagai usaha telah dilakukan oleh panitia program untuk mengatasi kendala yang tengah dihadapi, dimana menurut ketua komite, kondisi dana dan logistik yang pas-pasan menyebabkan bahan baku program penurunan gizi ini cukup dari tanah sendiri dengan menanam singkong, sayur dan buah. Berikut adalah penjelasan dari informan bahwa : “Nah itu udah terlambat ya.

  Waktu itu dari tahun 2013 lah ya, kita memang tidak punya motor, jadi kita yang ada aja dirumah kami itu misalkan dirumah saya ada motor kita pake. Mudah- mudahan itu bermanfaat kan, terus ataupun ga ada lagi dipake anak saya misalkan sekolah, bisa ada punya motor team nya OMABA kita pake. Jadi memang kemandirian kami itu yang diutamakan, jadi ya Alhamdulillah sekarang baru tahun 2016 di acc membeli motor dari CSR dari pertamina, Alhamdulillah makasih pertamina. Ya untuk kelangsungan OMABA, kalopun nanti tidak OMABA bisa aja untuk berdagang nuggetlah, ya apa gitu. Ya sudah Alhamdulillah, jadi kalo ada kemauan ga ada yang susah sih pasti dikasih jalan InsyaAllah. Bahan bakunya kan, nah kita juga ada sih kadang-kadang dari kebun gizi ya, cuma tidak terlalu ini. Bahan bakunya ya di sekitar kita aja. Jadi gini ya, yang idealnya sih ya kita juga ngasih penyuluhan ke posyandu-posyandu untuk DARLING, namanya Dapur Keliling. Jadi penyuluhan itu supaya nantinya selalu kader itu kan ada dana tiap bulan ya dari pemerintah itu, nah harus memasak. Nah harusnya diutamakan bahwa kita memasak, mengolah makanan itu bahan bakunya yang lokal lah yang ada, misalkan kita kan sekarang pemerintah mencanangkan bahwa keanekaragaman pangan atau ketahanan pangan, jadi kita jangan mengandalkan beras aja ya. Nah kita juga membuat pelatihan, membikin baso singkong. Jadi kalo singkong kan di desa-desa di kita-kita kan gampang ya, ada. Jadi mereka nilai gizinya juga ada, kita baso singkong itu tapi pake ayam gitu kan ya, pake sayuran gitu. Jadi melatih anak-anak balita juga mau singkong tapi dibuatkan baso. Kalo singkong aja kan anak-anak jaman sekarang mana mau, jadi kita bikin gitu baso singkong ada sayurannya, ada ikannya gitu ya, ayamnya.

  Jadi ya Alhamdulillah gitu kan sudah memulai dari tahun 2013 sudah dimulai”. (Hasil wawancara dengan Informan 3, tanggal 29 Juli 2016)

  3. Gambaran Penurunan Kasus Gizi Buruk Setelah Diintervensi Dengan PMT-Pemulihan Oleh Cooking Center Dari Tahun 2012-2015. Peran Cooking Center dalam meningkatkan status gizi balita

  Balita yang masih dapat bertahan hidup akibat kekurangan gizi yang bersifat permanen, kualitas hidup selanjutnya mempunyai tingkat yang sangat rendah dan tidak dapat diperbaiki meskipun pada usia berikutnya kebutuhan gizinya sudah terpenuhi. Istilah “generasi hilang” terutama disebabkan pada awal kehidupannya sulit memperoleh pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu:

  “Sekarang sudah tidak ada lagi kasus gizi buruk di kita, ya jadi dari sekian puluh kasus kemudian kasusnya menurun sampai sekarang tidak ada lagi kasus gizi buruk. Untuk menanggulangi supaya tidak ada lagi gizi buruk, mereka punya program namanya edukasi yang disebut DARLING atau dapur keliling. Sehingga ibu- ibu, kader posyandu mempunyai pengetahuan yang sama tentang bagaimana menanggulangi cara pola makan anak yang sehat, kemudian juga kader-kader juga tahu dan ibu-ibu balita tahu dan balita juga sekarang dikenalkan kepada keragaman pola makan diluar jajanan anak sekolah ya”. (Hasil wawancara dengan Informan 1, tanggal 30 Juli 2016)

  Adanya program Darling cukup banyak membantu dalam menurunkan status gizi kurang di wilayah kerja UPT puskesmas Riung Bandung. Berikut adalah penjelasan dari informan 1 :

  “Ya, sudah cukup baik sehingga di kita sudah tidak ada lagi balita gizi buruk. Sudah, sekarang tinggal balita gizi kurang, sudah cukup baik sih.

  Harapannya kedepan, ini harapan kedepan mudah-mudahan ini ada repliksai cooking center keluraha.Karena ini posisinya cooking

  center kelurahan ini ada di RW 11 ya

  yang notabene itu adalah RW perkomplekan, jadi diharapkan bisa ada replikasi ke RW yang perkampungan, khususnya ring 1 yang langsung bersebrangan dengan pertamina gitu ya. Yaitu ada RW 03 dan RW 05 dan mereka juga memang ingin belajar gitu kan, ingin belajar bagaimana memasak olahan makanan sehat untuk balitanya”. (Hasil wawancara dengan Informan 2, tanggal 29 Juli 2016)

  Hal ini sejalan dengan pendapat ketua komite bahwa program Cooking

  Center dan OMABA sangat efektif untuk menurunkan masalah gizi balita.

  Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu : “Ya baguslah. Karena sekarang ini validasi data aja sudah tidak ada kan. Itu kan sangat berperan dong kita. Membantu puskesmas, membantu pemerintah ya. Sangat berperan sekali. Yang tadinya di kelurahan itu ada sebelas dari balita gizi buruk, gizi kurang.

  Sekecamatan itu ada 23, terus menurun. Tahun 2012,17 lah kasus kematian ibu dan anaknya, itu termasuk tinggi katanya ya. Nah sekarang malahan ini sudah disedian dana dari CSR untuk PMT pemulian itu. Tapi ya itulah baru ada dua orang, kan masaknya asa ini gitu ya. Coba besok kan ada bulan balita vitamin A, nanti itu kan suka terjaring ya. Jadi kan semua kalo yang ini juga disisir gitu ya ke rumah-rumah. Nah tapi mudah- mudahan ibu sih ya mudah- mudahan jangan ada lagi. Kalo misalkan dua, sangat berperan sekali cooking center ini”. (Hasil wawancara dengan Informan 3, tanggal 30 Juli 2016)

  Pendapat dari ketua komite juga diperkuat oleh pendapat dari Anggota Cooking Center dan OMABA bahwa dengan adanya program ini membantu sekali dalam penanggulangan balita gizi buruk. Berikut adalah penjelasan dari informan yaitu :

  “……Tahun 2012-2013 itu kasus gizi buruk di Kecamatan Gede Bage khususnya di Kelurahan Cisaranten Kidul ada 23 kasus. Nah sekarang sudah tidak ada, dengan adanya program OMABA dan

  cooking center ini gizi buruk itu sudah tidak ada dari 23 kasus itu.

  Memang bertahap, dari 23 kasus, menurun menurun menurun ya, dari 19 sampe 12, 12 sampe 4, 4 sampe sampe engga adanya untuk gizi buruk. Cuma sekarang mungkin bukan gizi buruk lagi, jadi gizi kurang yang timbangan anak-anak balitanya kurang. Contohnya sekarang di Kelurahan Cisaranten Kidul aja ada dua, ada dua balita gizi kurang bukan gizi buruk ya, gizi buruk sudah tidak ada sudah bisa ditangani oleh keberhasilan OMABA dan cooking center ya ..…”. (Hasil wawancara dengan Informan 4, tanggal 29 Juli 2016)

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang 3.

Dokumen yang terkait

PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM STIMULASI, DETEKSI, DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK 1–3 TAHUN MELALUI PEMBELAJARAN MODUL DI RW-05 KELURAHAN KUJANGSARI KECAMATAN BANDUNG KIDUL Susy Hermaningsih1 , Iryanti2 Jurusan Keperawatan Bandung Poltekkes Kemenkes

0 1 13

HUBUNGAN PANDANGAN BUDAYA DAN KEPERCAYAAN DALAM MENYUSUI DENGAN MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUANG PERINATOLOGI RSUD CIBABAT CIMAHI Chatarina Suryaningsih STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi E-mail: Chatarina.suryayahoo.com

0 6 7

View of HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN USIA AKTIVITAS SEKSUAL PERTAMA KALI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RUANG RAWAT INAP (ALAMANDA & KEMUNING) RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT 16 MARET – 16 APRIL 2016

2 4 13

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN TERJADINYA GANGGUAN MAKAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM RIYADOL MAHIRIN CIMAHI Setiawati Stikes Jenderal A. Yani Cimahi ABSTRAK - View of HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN TERJADINYA GANGGUAN MAKAN PA

0 1 5

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II MAHASISWA PRODI KEBIDANAN (D-3) STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI TAHUN 2016 Flora Honey Darmawan ABSTRAK - View of HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRE

0 0 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD) DI RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI TAHUN 2015 Wisdyana Saridewi PWP ABSTRAK - View of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD) DI RSUD CIBABAT

1 3 9

DETEKSI RESISTENSI INH (gen inhA) PADA PENDERITA TUBERCULOSIS KASUS BARU DENGAN MENGGUNAKAN KULTUR CAIR MGIT (Mycobacteria Growth Indicator Tube) DAN METODE PCR (Polymerase Chain Reaction)

0 0 9

HUBUNGAN MOTIVASI PADA SAAT SELEKSI MAHASISWA BARU DAN PADA SAAT PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR THE CORRELATION BETWEEN MOTIVATION AT THE TIME OF SELECTION OF NEW STUDENTS AND DURING LEARNING WITH LEARNING ACHIEVEMENT Hanny Yuli Andini e-mail : hann

0 0 10

IMPLEMENTASI PERMENKES NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSKESMAS DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS RAWABOGO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 Asep Dian Abdilah1 , Rosmariana Sihombing

0 22 17

KAJIAN PELAKSANAAN KEGIATAN COOKING CENTER DAN OJEK MAKANAN BALITA (OMABA) DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK BAGI BALITA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMASRIUNG BANDUNG Dini Marlina

0 0 20