View of BMI SEBELUM HAMIL MENENTUKAN BERAT LAHIR BAYI

  

BMI SEBELUM HAMIL MENENTUKAN

BERAT LAHIR BAYI

1 Murtiningsih Murtiningsih: Keperawatan Maternitas, STIKES Jenderal Achmad Yani Jln. Terusan Jenderal Sudirman

  • – Cimahi, Jawa Barat – 40533 E-mail: murty_68@yahoo.com

  

ABSTRAK

Status nutrisi maternal sebelum dan selama kehamilan adalah determinan penting yang menentukan

pertumbuhan dan perkembangan janin. Idealnya wanita seharusnya memulai kehamilan pada kondisi berat

badan yang sehat dengan BMI normal. Banyak wanita di dunia ini yang memasuki kehamilan dengan BMI

tidak normal dan mereka termotivasi untuk makan dengan sangat baik hanya pada saat kehamilannya.

  

Sehingga pada umumnya perhatian ditujukan hanya kenaikan berat badan selama kehamilan tanpa

memperhatikan berat badan pra-konsepsi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kenaikan berat badan

maternal dan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Desain penelitian ini korelatif dengan

pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 69 ibu postpartum. Data primer dikumpulkan melalui wawancara

dan data sekunder dari medical record. Hasil analisis univariat didapatkan 69.6% wanita pada usia reproduksi

sehat, paritas beresiko 50.7%, dan tidak hipertensi 79.7%. Kenaikan berat badan maternal normal 44.93% dan

kurang 39.13%. Wanita sebelum kehamilan dengan BMI normal (59.42%), BMI kurang (20.29%), BMI lebih

(15.94%), dan obesitas (4.35%). Rerata berat badan bayi baru lahir 3088.4 gram. Hasil uji statistik ANOVA

didapatkan 1). Tidak ada perbedaan bermakna berat badan bayi baru lahir diantara kelompok ibu dengan

kenaikan berat badan selama kehamilan (kurang, normal atau lebih), p=0.707. 2). Ada perbedaan bermakna

berat badan bayi baru lahir diantara keempat tingkat BMI ibu sebelum hamil, p=0.003. Analisis uji korelasi

dan regresi linier sederhana didapatkan bahwa kelompok yang berhubungan signifikan adalah BMI ibu

sebelum hamil normal dengan BMI lebih (p=0.041), 95% CI (13.04-971.89), BMI ibu sebelum hamil normal

dengan obesitas (p=0.021), CI 95% (94.97-1783.89). Hubungan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi

baru lahir menunjukkan hubungan sedang (r=0.365), berpola positip dan nilai koofisien determinasi 0,126.

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mengidentifikasi dan memberikan edukasi pada semua ibu yang

merencanakan kehamilan dan juga ibu hamil, tentang pentingnya mempersiapkan BMI normal sebelum

konsepsi sesuai rekomendasi WHO yaitu 18.5-24.9. Edukasi pada ibu hamil sejak pemeriksaan kehamilan

pertama dan dimonitor terus sampai dengan persalinannya.

  Kata kunci : Kenaikan berat badan maternal, BMI sebelum hamil, berat bayi baru lahir

  

ABSTRACT

Maternal nutrition status before and during pregnancy is an important determinant of fetal growth and

development. Ideally, women should try to entering pregnancy a healthy body weight with normal BMI. Most

women in the word beginning pregnancy with abnormal BMI, and they are usually motivated to eat properly

only during pregnancy. So commonly their attention just for weight gain during pregnancy, not for pre-

conception weight. The aim of this study was to examine the correlations of maternal weight gain and pre-

pregnancy body mass index with baby birth weight. The study design was correlative with cross sectional

approach. The number of sample was 69 women. The primary data was obtained from interview and the

secondary data from medical record. The result of univariate analysis was 69.6% of women in health

reproductive, parity in risk was 50.7%, without hypertension was 79.7%. Compared with normal weight gain

and underweight (44.93% & 39.13%). The women beginning a pregnancy with normal BMI (59.42%),

underweight was 20.29%, overweight was 15.94%, and obesity was 4.35%. The mean of baby birth weight

was 3088.4 gram. Result of ANOVA were 1). No significantly baby birth weight between groups of maternal

with different maternal weight gain (underweight, normal or overweight), p=0.707. 2). Were significantly baby

birth weight between four groups of pre-pregnancy BMI, p=0.003. Result of correlation analysis and linier

regression were significantly normal pre-pregnancy BMI with overweight (p=0.041), 95% CI (13.04-971.89),

normal pre-pregnancy BMI with obesity (p=0.021), CI 95% (94.97-1783.89). There is a correlation between

pre-pregnancy BMI and baby birth weight. It showed moderate and positive correlation (r=0.365) with

determination was 0,126. The results of this study could be useful to identify and to give education for all of

pre-pregnancy women and pregnancy women about important for preparing normal BMI pre-conception

based on the WHO recommends 18.5- to 24.9. The education should give to pregnancy women at the first pre-

natal visit and they were monitored up to delivery.

  Keywords : Maternal weight gain, pre-pregnancy BMI, baby birth weight

A. PENDAHULUAN

  Asupan nutrisi selama kehamilan berpengaruh langsung pada kesejahteraan janin dan outcome persalinan. Tidak adekuatnya asupan nutrisi berhubungan dengan persalinan prematur, BBLR dan anomaly kongenital. Sebaliknya intake nutrisi yang berlebihan dihubungkan dengan janin makrosomia, kesulitan persalinan, hipoglikemia neonatal dan obesitas pada ibu (Fowles, 2002 dalam Ricci, S.C., 2007). Status nutrisi maternal, baik kekurangan nutrisi, kelebihan nutrisi dan atau obesitas merupakan keadaaan yang dapat meningkatkan resiko pada maternal dan janin. Idealnya, wanita seharusnya memulai hamil pada kondisi berat badan yang sehat, dengan BMI diantara 18.5-24.9 (IOM, 2009). WHO dan IOM merekomendasikan kenaikan berat badan selama kehamilan berdasarkan BMI sebelum hamil Apabila tidak sesuai dengan pedoman tersebut, maka diperlukan intervensi untuk membantu wanita mengatasi hal tersebut, baik pada keadaan kelebihan berat badan atau obesitas maupun berat badan yang kurang (Rasmussen, K. M., 2009). Banyak wanita yang termotivasi untuk makan dengan sangat baik hanya pada saat kehamilan untuk menyelamatkan janinnya (Ricci, S.C., 2007). Sehingga pada umumnya perhatian ditujukan hanya pada kenaikan berat badan selama kehamilan. Sementara menurut rekomendasi IOM (Institute of

  Medicine , 2002 dalam Ricci, S.C., 2007)

  dan WHO (Rasmussen, K. M., 2009), kenaikan berat badan selama kehamilan didasarkan pada BMI sebelum hamil. Banyak wanita di dunia ini memasuki kehamilan dengan berat badan dan tinggi badan sub optimal. Pada studi analisis di 20 negara menunjukkan bahwa pada 10 negara, kaum wanitanya sebelum hamil mempunyai berat badan kurang dari 50 kg dan tinggi badan kurang dari 150 cm. Hal tersebut diasosiasikan dengan meningkatnya resiko komplikasi maternal (Kelly, et all, 1996 dalam FAO, 2001). Sedangkan berat badan kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang dari 148 cm diasosiasikan dengan outcome bayi yang buruk. Hasil studi ini menunjukkan hubungan linier antara kenaikan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir yang dipengaruhi oleh BMI sebelum hamil (FAO, 2001). Hasil penelitian di Kecamatan Metro Pusat oleh Khoiriah, Fabella, dkk (2013) didapatkan hubungan antara pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan kejadian BBLR dengan nilai p=0,000. Demikian juga dengan penelitian Handayani, S., (2013) menunjukkan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan berhubungan langsung dengan berat badan bayinya dan risiko melahirkan BBLR meningkat dengan kurangnya kenaikan berat badan selama kehamilan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir. Penelitian Sari, A., dkk (2013) di wilayah kerja Puskesmas Jingah Banjarmasin didapatkan bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan berat badan lahir dengan p=0.000. Berdasarkan fenomena tersebut bahwa kenaikan berat badan maternal selama kehamilan dan BMI sebelum hamil berpengaruh terhadap berat badan bayi baru lahir. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kedua aspek tersebut sekaligus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kenaikan berat badan maternal dan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir.

B. METODE

  55

  Normal

  21

  48

  35

  34

  14

  69

  Normal Komplikasi Diabetes Millitus a.

  30.4

  69.6

  50.7

  49.3

  20.3

  79.7 100

  Diabetes Millitus b.

  Desain penelitian yang digunakan korelatif dengan pendekatan cross

  sectional. Penelitian ini dilakukan untuk

  Hasil penelitian disajikan pada tabel berikut sesuai dengan tujuan penelitian.

  melihat hubungan antara kenaikan berat badan maternal dan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir di RSUD Cibabat Cimahi. Variabel independen dalam penelitian ini terdapat 2 sub variabel, yaitu kenaikan berat badan maternal dan BMI sebelum hamil. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah berat badan bayi baru lahir.Berdasarkan perhitungan sampel, jumlah responden yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 69 orang. Cara pengambilan sampel dengan menentukan kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan random. Responden yang bersedia berpartisipasi dan setuju menandatangani informed consent . Pengumpulan data dilakukan selama 5 minggu. Dalam penelitian data dikumpulkan melalui wawancara dan dari

  medical record . Data primer meliputi berat

  badan sebelum hamil, tinggi badan, dan kenaikan berat badan selama kehamilan. Data sekunder tentang karakteristik responden meliputi usia, paritas, komplikasi kehamilan hipertensi, diabetes dan berat bayi baru lahir. Analisa data univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel pada karakteristik responden, variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat untuk membuktikan hipotesis penelitian, yaitu membuktikan adanya hubungan kenaikan berat badan maternal dengan berat badan bayi baru lahir dan membuktikan adanya hubungan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik ANOVA. Analisis hubungan antara variabel berat badan bayi baru lahir dengan variabel independen lain menggunakan statistik uji korelasi untuk mengetahui derajat/keeratan hubungan. Sedangkan bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut menggunakan statistik uji regresi linier sederhana. Sebelum penelitian responden diberikan informasi tentang tujuan dan prosedur penelitian. Setiap responden diberi hak penuh atas kesediaannya secara sukarela untuk menjadi responden. Apabila menyetujui serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka responden diminta membubuhkan tanda tangan pada lembar persetujuan (informed consent). Peneliti menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan oleh responden selama dan sesudah penelitian (privacy). Peneliti memperhatikan kenyamanan dan keamanan responden (protection from

  discomfort ), serta setiap responden

  diperlakukan sama dengan memberikan kode sebagai pengganti nama (anonimity), informasi yang diperoleh dijaga kerahasiaannya dan hanya untuk kegiatan penelitian ini (confidentiality).

  C. Hasil

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden

  Tidak Resiko Komplikasi Hipertensi a.

  No. Karakteristik Responden Jmh Persentase 1.

  2.

  3.

  4. Usia a.

  Resiko (<20th atau >35th) b.

  Reproduksi sehat (20-35th) Jumlah Paritas a.

  Resiko b.

  Hipertensi b.

Tabel 4.2. Distribusi Kenaikan Berat Badan Tabel 4.5. Distribusi Rata-rata BB Bayi Baru

  

Maternal dan BMI Sebelum Hamil Lahir Menurut BMI Sebelum

Hamil No. Kenaikan BB Maternal Jumlah Persentase dan BMI

  Variabel Mean SD 95% CI P value

1. Kenaikan BB Maternal a.

  27

  39.13 Kurang BMI b.

  31

  44.93 Normal Sebelum c.

  11

  15.94 Hamil Lebih a. 3067.86 761.478 2628.19 - 3507.52 0.003 Kurang

2. BMI Sebelum Hamil

  b. 2943.90 456.918 2799.68 - 3088.12 Normal a.

  14

  20.29

  c. 3436.36 377.552 3182.72 - 3690.01 Kurang Lebih b.

  41

  59.42 Normal

  d. 3883.33 301.389 3134.65 - 4632.02 Obesitas c.

  11

  15.94 Lebih d.

  3

  4.35 Obesitas

  Rerata berat badan bayi baru lahir pada ibu dengan BMI sebelum hamil kurang adalah

Tabel 4.3. Distribusi Berat Badan Bayi Baru

  3067.86 gr, BMI normal 2943.90 gr, BMI

  Lahir lebih 3436.36 gr dan obesitas 3883.33 gr.

  Variabel Mean SD Min-Mak

  Hasil uji statistik dapat disimpulkan ada

  BB Bayi Baru 3088.4 563.42 1600

  • – 4200

  perbedaan yang bermakna berat badan bayi

  Lahir

  baru lahir diantara keempat tingkat BMI ibu sebelum hamil (p=0.003 ; α=0.05).

Tabel 4.4. Distribusi Rata-Rata BB Bayi Baru Lahir Menurut Kenaikan BB

  Analisis lebih lanjut bahwa kelompok yang

  Maternal

  berhubungan signifikan adalah tingkat

  Variabel Mean SD 95% CI P value

  BMI ibu sebelum hamil normal dengan

  Kenaikan BB Maternal

  BMI lebih (p=0.041), 95% CI (13.04-

  a. 3053.70 546.615 2837.45 - 3269.95 0.707 Kurang b. 3072.58 602.196 2851.69 - 3293.47 Normal

c. Lebih 3218.18 520.708 2868.37 - 3568.00 971.89), tingkat BMI ibu sebelum hamil

  normal dengan obesitas (p=0.021), CI 95% (94.97-1783.89). Rerata berat badan bayi baru lahir pada ibu dengan kenaikan berat badan selama

Tabel 4.6. Analisis Korelasi dan Regresi BMI

  kehamilan kurang: 3053.70 gr, kenaikan

  Sebelum Hamil dengan BB Bayi

  berat badan normal: 3072.58 gr, dan

  Baru Lahir kenaikan berat badan lebih: 3218.8 gr. 2 Variabel R R Persamaan garis P

  Hasil uji statistik dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna berat badan value bayi baru lahir diantara kelompok ibu

  BMI 0.365 0.126 BB BBL=

  dengan kenaikan berat badan selama Sebelum 0.003

  Hamil 2054.563+47.169*BMI

  kehamilan: kurang, normal atau lebih

  Sebelum Hamil

  (p=0.707; α=0,05).

  Hubungan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir menunjukkan hubungan yang sedang (r=0.365) dan berpola positip artinya semakin besar BMI- nya semakin besar berat badan bayi baru lahirnya. Nilai koofisien determinasi 0,126 artinya persamaan garis yang kita peroleh dapat menerangkan 12.6% variasi berat badan bayi baru lahir atau persamaan garis yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan variabel BMI sebelum hamil. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir (p=0.003).

  1. KARAKTERISTIK RESPONDEN Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang usia yang baik untuk reproduksi, dengan rata-rata usia responden 29-30 tahun.

  Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya oleh Lumbanraja, S. (2013) yaitu responden terbanyak 80.8% dari 104 responden pada rentang usia reproduksi sehat. Sistem reproduksi pada usia beresiko (dibawah 20 tahun) kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan kondisi mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu (BKKBN, 2007). Usia ibu yang masih muda masih dalam masa pertumbuhan, lebih beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih ringan. Terjadi kompetisi zat gizi antara bayi dengan ibunya, sebab ibu muda masih dalam pertumbuhan memerlukan zat gizi yang tinggi (Kramer, M.S., et al. 1990). Sedangkan usia ibu lebih dari 35 tahun kurang baik untuk terjadinya proses kehamilan dan persalinan, karena kondisi kesehatan reproduksi ibu mulai menurun, fungsi uterus menurun, dan kualitas sel telur berkurang

  (Rochjati P., 2003). Usia yang lebih tua saat hamil dan melahirkan dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan, seperti tekanan darah tinggi, diabetes mellitus yang dapat meningkatkan resiko morbiditas setelah masa kehamilan (IOM, 2009). Jumlah paritas sebagian beresiko yaitu 50.7%. Menurut Cunningham, F.G. et al (2006), paritas lebih dari 3 meningkatkan resiko untuk terjadinya perdarahan pasca salin 4 kali lebih besar dari pada paritas dibawahnya. Hemoragia post partum merupakan 1 dari 3 penyebab kematian maternal, salah satu faktor predisposisinya adalah kelemahan otot uterus pada multipara. Keadaan endometrium multipara terutama pada area korpus uteri sebagai tempat implantasi plasenta sudah mengalami kemunduran fungsi dan vaskularisasinya berkurang, hal ini terjadi karena degenerasi endometrium. Menurut Sarwono (2005) paritas diatas 3 (grandemultipara) otot-otot uterus sudah berkurang elastisitasnya akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan lamanya proses involusi uterus pasca salin.

D. PEMBAHASAN

  2. KENAIKAN BERAT BADAN MATERNAL Kenaikan berat badan maternal normal selama kehamilan yang direkomendasikan ACOG adalah 35-35 pound atau sekitar 11.36-15.9 kg (Ricci, S.S., 2007) atau 11.5-16 kg (Medrofth, J. et al., 2010). Rerata kenaikan berat badan maternal pada penelitian ini adalah 12.55 kg ((± 4.736 SD) termasuk dalam kategori normal.

  Hasil ini sama dengan penelitian Shiddiq, A. (2015), pertambahan berat badan ibu hamil rerata dalam rentang normal yaitu 11.29 kg (± 5.194 SD). Sedangkan penelitian Lumbanraja, S. (2013) berbeda hasilnya yaitu peningkatan berat badan maternal meningkat secara signifikan selama trimester 2 dan 3 dengan total kenaikan berat badan maternal pada rentang 5-20 kg.

  3. BODY MASS

  INDEX (BMI) SEBELUM HAMIL Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memulai kehamilan dengan BMI normal 59.42%. Sebagian lainnya BMI sebelum hamil BMI kurang 20.29%, BMI lebih 15.94%, dan obesitas 4.35%. Keadaan serupa didapatkan pada penelitian Liu.

  X, et al (2011) didapatkan BMI sebelum hamil terbanyak pada keadaan normal 63.4%, BMI lebih sebanyak 18.3%, BMI kurang sebanyak 11.5% dan obesitas sebanyak 6.8%. Kenaikan berat badan maternal yang sesuai untuk setiap individu, saat ini didasarkan pada BMI (Body Mass Index) sebelum hamil, dimana merefleksikan rasio berat ibu ke tinggi badan (Fracer, D.M. & Cooper, M.A., 2007). IOM (Institute of

  Medicine

  , 2009) merekomendasikan kenaikan berat badan selama hamil didasarkan pada BMI pre-konsepsi. Semua wanita hamil sebaiknya memahami kenaikan berat badan yang direkomendasikan selama kehamilannya. Pada trimester pertama kehamilan bagi wanita dengan rentang berat badan normal, kenaikan berat badan yang dianjurkan 1.59-2.27 kg. Untuk wanita dengan berat badan kurang kenaikan berat badan yang direkomendasikan minimal 2.27 kg. Untuk wanita dengan berat badan lebih, kenaikan berat badan yang direkomendasikan 0.90 kg (Ricci, S.S.,

  2007). Selama trimester 2 dan 3, kenaikan berat badan mengikuti pola yang direkomendasikan. Bagi wanita dengan berat badan sebelum hamil dalam rentang normal, kenaikan berat badan yang direkomendasikan 0.45 kg per minggu. Untuk wanita dengan berat badan kurang, kenaikan berat badan yang direkomendasikan lebih dari 0.45 kg per minggu. Untuk wanita dengan berat badan lebih, kenaikan berat badan yang direkomendasikan 0.30 kg per minggu (Florida Departement of Health, 2003 dalam Ricci, S.S., 2007).

  4. BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR Hasil penelitian didapatkan rerata berat badan bayi baru lahir 3088.4 gr. Tidak berbeda dengan penelitian oleh Jananthan,R. & Sivananthawerl (2009), rerata berat lahir bayi 3040 gr.

  Demikian juga hasil penelitian Shiddiq,

  A., dkk. (2015) rerata berat badan lahir bayi dalam penelitiannya adalah 3.169 gr.Status nutrisi ibu sebelum dan saat kehamilan berhubungan langsung dengan outcome persalinan. Status nutrisi ibu kurang dapat menyebabkan

  IUGR (intrauterine

  growth retardation ), sehingga berat badan lahir

  rendah dan outcome persalinan buruk.

  IUGR dan BBLR berhubungan dengan menurunnya fungsi imun dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada saat neonatal dan post neonatal. Keadaan ini juga meningkatkan resiko timbulnya penyakit pada masa dewasa. Intervensi nutrisi dapat meningkatkan berat badan bayi pada saat lahir dan mengurangi insiden BBLR, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan maternal serta mengurangi morbiditas dan mortalitas (Shetty, P.S., 2010).

  5. HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN MATERNAL DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR

  Kenaikan berat badan maternal selama kehamilan merupakan gambaran laju pertumbuhan janin dalam kandungan yang perlu diperhatikan, karena kenaikan berat badan maternal yang kurang maupun yang berlebih bisa menimbulkan permasalahan yang serius bagi bayi dan ibunya. Hasil penelitian ini disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna berat badan bayi baru lahir diantara kelompok ibu dengan kenaikan berat badan selama kehamilan baik kurang, normal maupun lebih. Hal ini sama dengan hasil penelitian Debtarsie K,

  C., (2012) bahwa penambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan berat lahir bayi tidak ada hubungan yang bermakna. Demikian juga pada uji korelasi dan regresi menunjukkan hubungan yang tidak bermakna. Shiddiq, A. dkk, (2014) juga mendapatkan hasil penelitian serupa, bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pertambahan berat badan ibu hamil terhadap berat bayi lahir. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Budiman, C. dkk, (2011) didapatkan bahwa makin berat badan ibu hamil, makin bertambah juga berat lahir bayi. Hasil penelitian yang sama didapatkan pada penelitian Lumbanraja, S., (2013) yaitu adanya korelasi antara berat badan maternal dengan berat lahir bayi dengan hubungan lemah. Hasil penelitian Khoiriah, Fabella, dkk (2013) didapatkan hubungan antara pertambahan berat badan ibu selama hamil dengan kejadian BBLR. Demikian juga penelitian Handayani,S.,(2013) dan Lumbanraja, S., (2013) menunjukkan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan berhubungan langsung dengan berat badan lahir bayi. Pada ibu dengan kenaikan berat badan maternal tidak adekuat atau kurang meningkatkan risiko kelahiran bayi BBLR dan berkontribusi terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal. Hasil penelitian yang didapatkan peneliti berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Hubungan yang tidak bermakna pada penelitian ini dapat disebabkan oleh pemakaian data penambahan berat badan maternal berupa selisih berat badan ibu sebelum melahirkan dengan berat badan ibu sebelum memasuki masa kehamilan, bukan berupa pertambahan berat badan ibu pada setiap trimester kehamilan. Sedangkan pertambahan berat badan pada trimester satu dengan trimester yang lainnya dampak memberikan dampak yang berbeda terhadap berat lahir bayi.Kenaikan berat badan maternal sebaiknya sesuai dengan rekomendasi IOM. Peningkatan berat badan maternal pada trimester 2 dan 3 signifikan karena pada trimester tersebut sudah terjadi penurunan gejala emisis, dan terjadi peningkatan ukuran dan volume uterus, peningkatan jaringan maternal organik, serta adanya leptin yaitu bentuk protein yang diproduksi oleh jaringan adipose berfungsi untuk mengatur selera makan dan berat badan (Lumbanraja, S., 2013).

  6.HUBUNGAN BMI SEBELUM HAMIL DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR Hasil penelitian ini disimpulkan ada perbedaan yang bermakna berat badan bayi baru lahir dengan BMI ibu sebelum hamil. Pengaruh dari kenaikan berat badan selama kehamilan pada berat badan lahir bayi tergantung pada BMI sebelum hamil (Crane, J.M., et al, 2009). Hal ini relevan dengan hasil penelitian Sari, A., dkk (2013) bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT atau BMI) dengan berat badan lahir. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada responden dengan BMI kurang, melahirkan bayi dengan rerata berat badan 3067.87 gram. Berbeda dengan hasil penelitian Sari, A., dkk (2013) pada responden dengan kondisi kurus tingkat berat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 83.3 %. Demikian juga hasil penelitian Yu, Z, et al (2013) dan Li N, et al (2013) bahwa dibandingkan dengan BMI normal, BMI sebelum hamil kurang dengan kenaikan berat selama kehamilan kurang/dibawah rekomendasi IOM meningkatkan resiko LBW (low birth weight) dan SGA (small-

  for-gestational age ). Intervensi efektif

  untuk mengatasi hal ini dengan edukasi nutrisi antenatal yang bertujuan untuk meningkatkan energi dan intake protein. Hal ini ternyata sangat efektif untuk mengurangi resiko kelahiran prematur, BBLR, meningkatkan lingkar kepala dan berat badan lahir pada wanita dengan kondisi nutrisi kurang baik (Ota E, 2015). Hasil penelitian ini didapatkan pada responden obesitas melahirkan bayi dengan berat 3.600-4.200 gram. Demikian pula hasil penelitian Sari, A., (2013) dimana responden gemuk tingkat berat mempunyai bayi dengan berat badan lahir normal/BBLN. Analisis lebih lanjut bahwa kelompok yang berhubungan signifikan adalah tingkat BMI ibu sebelum hamil normal dengan BMI lebih, tingkat BMI ibu sebelum hamil normal dengan obesitas. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Liu, X, et al (2011), Liu Y, et al (2012) dan Li N, et al (2013) bahwa dibandingkan dengan ibu dengan BMI normal, pada BMI lebih dan obesitas dengan kenaikan berat maternal diatas rekomendasi IOM secara signifikan meningkatkan resiko SGA (small-for-gestational age) dan LGA (large-for-gestational age). Demikian pula dengan penelitian Bhattacharya, S. et al

  (2011), Athukorala C, (2010), Foulifact FY, et al (2015) dan Li C, et al (2015), hasil penelitiannya disimpulkan bahwa dibandingkan dengan BMI ibu sebelum hamil normal, pada ibu dengan kenaikan berat badan selama kehamilan berdasar BMI lebih dari rekomendasi IOM dan obesitas mempunyai resiko paling tinggi untuk terjadi pre-eklamsia, induksi persalinan, SC emergency, perdarahan postpartum, kelahiran prematur dan berat lahir bayi lebih dari 4000 gram atau makrosomia.Analisis ini menunjukkan bahwa semakin normal BMI ibu pada saat kehamilan maka semakin normal juga berat badan bayi baru lahir. Sebaliknya apabila BMI ibu pada saat kehamilan berada pada kategori kurang maka ibu hamil semakin beresiko melahirkan bayi dengan SGA dan LBW. Demikian pula pada ibu dengan BMI sebelum hamil pada kategori lebih dan obesitas meningkatkan resiko LGA, HBW (high birth weight) dan makrosomia (Yu, Z, et al, 2013). Hasil studi ini menunjukkan hubungan linier antara kenaikan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir yang dipengaruhi oleh BMI sebelum hamil (FAO, 2001). Mamun AA, et al (2010) menemukan bahwa peningkatan berat badan selama kehamilan berlebihan berdasarkan BMI-nya merupakan faktor independen untuk memprediksi wanita, bahwa dia akan mempunyai berat badan berlebihan atau obesitas dalam jangka waktu yang lama.

  7. PREDIKSI DERAJAT/KEERATAN HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGANVARIABEL INDEPENDEN YANG PALING DOMINAN (BMI) Hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan BMI menunjukkan hubungan yang sedang, artinya semakin besar BMI semakin besar berat badan bayi baru lahir. Nilai koofisien determinasi menerangkan 12.6% variasi berat badan bayi baru lahir atau persamaan garis yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan variabel BMI sebelum hamil.Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Jaffna Sri Lanka oleh Jananthan, R. & Sivananthawerl, (2009), yaitu semua variabel mempunyai hubungan yang signifikan. Terdapat korelasi positip antara berat lahir dengan antropometri maternal, meliputi berat lahir dan berat badan maternal, berat lahir dan BMI, dan berat lahir dan tinggi badan maternal. Dari ketiga variabel antropometri maternal tersebut, secara statistik BMI signifikan dan memberikan nilai yang lebih akurat serta sebagai prediktor terbaik bayi dengan berat lahir rendah dengan 80% sensitivitas BMI pada nilai

  23.7 kgm2.Hasil penelitian lain yang mendukung oleh Debtarsie, K. C., (2012), bahwa BMI sebelum hamil memiliki hubungan yang signifikan dengan berat lahir bayi, menunjukkan hubungan yang lemah dan berpola positif. Koofisien determinasi menjelaskan 2.9% variasi variabel berat lahir bayi. Hasil uji regresi linier ganda didapatkan setiap kenaikan 1 kgm2 BMI ibu sebelum hamil, maka berat lahir bayi akan naik 15.255 gram setelah dikontrol variabel tinggi badan ibu, penambahan berat badan selama kehamilan dan umur. Khaula K & Achadi, E.L., (2012) mendapatkan hasil yang sama bahwa BMI sebelum hamil merupakan prediktor berat badan bayi baru lahir. Hubungan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir tergolong erat dan berpola positif. Artinya semakin tinggi BMI sebelum hamil, ibu hamil semakin berpotensi melahirkan bayi dengan berat lahir yang lebih berat. Penelitian Sharifzadah F, et al (2015) menemukan BMI kurang mempunyai korelasi dengan berat badan lahir bayi rendah. Obesitas berhubungan positif dengan makrosomia, dan BMI kurang berhubungan negatif dengan kelahiran premature. Hal ini relevan dengan teori berikut ini, dimana berat badan maternal kurang sebelum kehamilan dan pada saat kehamilan menyebabkan status nutrisi kurang pada saat kehamilan. Keadaan ini berpengaruh terhadap kejadian persalinan prematur (March of Dimes, 2005 dalam Simpson, K.R.& Creehan, P.A., 2008; Gilbert, E.S., 2011).Perbedaan jumlah responden dan tujuan penelitian khusus pada penelitian ini tidak membedakan hasil penelitian. Sesuai dengan hipotesis yang ingin diuji, ternyata ada perbedaan yang bermakna berat badan bayi baru lahir dengan BMI ibu sebelum hamil. Prediksi keeratan hubungan sedang dan positif. Penelitian pada negara yang berbeda dan ibu hamil yang berbeda memberikan hasil yang sama bahwa berat badan bayi baru lahir sangat dipengaruhi oleh kondisi BMI ibu sebelum hamil. BMI ibu sebelum hamil kurang harus diperhatikan dengan serius, agar pada saat kehamilan kenaikan berat badan maternal tidak kurang untuk mencegah kelahiran bayi dengan SGA (small-for-gestasional

  age ). Ibu pada saat kehamilan harus

  dimonitor dengan lengkap sesuai rekomendasi IOM dan harus mempunyai kenaikan berat badan seimbang sesuai dengan rentang BMI-nya sebelum hamil (Li C, et al, 2015). Faktor lain yang mempengaruhi BMI ibu sebelum hamil pada berat lahir bayi antara lain usia maternal, etnik, hipertensi gestasional, DM gestasional, merokok saat kehamilan, tingkat pendidikan dan peningkatan berat badan maternal selama kehamilan (Yu, Z., 2013). Secara teori berat badan bayi baru lahir tidak hanya dipengaruhi oleh BMI sebelum hamil tetapi dipengaruhi oleh peningkatan berat badan maternal, peningkatan cairan amnion, jaringan plasenta, edema maternal dan pembesaran jaringan maternal (Lumbanraja, S., 2013). BMI yang normal menjadi persyaratan sebelum terjadi konsepsi/kehamilan. Pemberi pelayanan kesehatan seharusnya menginformasikan pada semua wanita untuk memulai kehamilan dengan BMI pada kategori normal, dan membatasi peningkatan berat badan secara berlebihan selama kehamilan. Peningkatan berat badan selama kehamilan seyogyanya dalam rentang yang sesuai dengan BMI-nya sebelum hamil (Li N, et al (2013). Untuk mempersiapkan BMI sebelum hamil normal, ibu harus melakukan persiapan kondisi kesehatannya terutama persiapan status nutrisinya. Sebelum hamil dan pada saat kehamilan, seorang ibu harus memperhatikan asupan nutrisi yang adekuat dan bergizi. Ibu harus selalu memonitor BMI-nya agar dalam rentang normal sebelum terjadi konsepsi.Menurut ACOG (2013), assessment pra-konsepsi dan konseling perlu lebih digalakkan pada wanita dengan kondisi BMI tidak normal terutama pada wanita BMI lebih dan obesitas, karena saat ini terutama di United States 1 dari 3 wanita obesitas dan setengah wanita hamil dengan BMI lebih dan obesitas. Intervensi berupa informasi spesifik tentang resiko pada maternal dan bayi perlu dilakukan pada wanita obesitas, dengan mendorong wanita mengikuti program penurunan berat badan. Pada permulaan kunjungan TB dan BB harus diperiksa pada semua wanita untuk menghitung BMI-nya dan merokemendasikan kenaikan berat badan yang sesuai dengan BMI-nya, dengan cara mereview BMI awal kunjungan dan memonitor kenaikan berat badan sepanjang kehamilannya. Pada wanita BMI lebih dan obesitas harus dilakukan konsultasi nutrisi dan mendorong mengikuti program latihan. Melalui intervensi preventif ini permasalahan dan komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan dapat diantisipasi dari awal, sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pada fetal dan maternal.

  E. Kesimpulan

  Ibu post partum sebagian besar (69.6%) pada rentang usia reproduksi sehat 20-35 tahun, dengan jumlah paritas beresiko (50.7%), mempunyai komplikasi hipertensi 55 (20.3%), dan tidak menderita diabetes mellitus. Ibu mempunyai kenaikan berat badan maternal normal (44.93%), kurang (39.13%), dan lebih (15.94%). Rerata kenaikan berat badan maternal 12.55 kg. Ibu memulai kehamilan dengan BMI normal (59.42%), BMI kurang (20.29%), BMI lebih (15.94%), dan obesitas (4.35%) dengan rerata berat badan bayi baru lahir 3088.4 gram. Analisis ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna berat badan bayi baru lahir diantara kelompok ibu dengan kenaikan berat badan selama kehamilan; kurang, normal maupun lebih (p=0.707, α=0.05). Terdapat perbedaan bermakna berat badan bayi baru lahir diantara keempat tingkat BMI ibu sebelum hamil (p=0.003,

  α=0.05). Kelompok yang berhubungan signifikan adalah tingkat BMI ibu sebelum hamil normal dengan BMI lebih (p=0.041), 95% CI (13.04- 971.89), tingkat BMI ibu sebelum hamil normal dengan obesitas (p=0.021), CI 95% (94.97-1783.89). Hubungan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir menunjukkan hubungan yang sedang (r=0.365) dan berpola positip artinya semakin besar BMI semakin besar berat badan bayi baru lahir. Nilai koofisien determinasi 0,126, menerangkan 12.6% variasi berat badan bayi baru lahir. Tenaga kesehatan memiliki kontribusi tinggi dalam mengidentifikasi dan memberikan edukasi pada semua ibu yang merencanakan kehamilan atau calon pengantin dan ibu yang sedang hamil tentang pentingnya mempersiap- kan BMI normal sebelum kehamilan sesuai rekomendasi WHO dan IOM, serta pentingnya memonitor kenaikan berat badan selama kehamilan berdasarkan BMI pra-konsepsi. Upaya yang dapat dilakukan melalui peningkatan PNC dan KIE tentang kebutuhan gizi ibu hamil. Sehingga apabila ditemukan permasalahan, intervensi dapat dilakukan sedini mungkin berdasarkan keputusan klinik.

  ACOG. (2013). ACOG Committee Opinion No 549: Obesity in Pregnancy. Obstet Gynecol . 121(1): 213-7.

  Myles Texbook for Midwives . Fourteenth Edition. London: Churchill Livingstone.

  Khaula, K. & Achadi, E.L. (2012). Nutrition Status and Infant Birth Weight. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional . 7(3): 111-119 Khoiriah, Fabella, dkk. (2015). Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Selama

  Maternal Anthropometry as a Predictor of Birth Weight. Tropical Agricultural Research . 21(1): 89-98.

  . Washington DC: The National of Academy Press. Jananthan, R. & Savananthawerl (2009).

  45. IOM. (2009). Weight Gain during Pregnancy: reexamining the guidelines

  Indeks Massa Tubuh Dengan Berat Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan. 4(2): 41-

  St.Louis: Mosby Year Book. Handayani S. (2013). Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Saat Hamil Berdasarkan

  Gilbert, E.S. (2011). Manual of High Risk Pregnancy & Delivery. Fifth Edition.

  Fraser, Diane.M. & Cooper, M.A. (2007).

  Arisman. (2010). Gizi Wanita Hamil: gizi dalam daur kehidupan . Edisi ke-2.

  Gain with Term Pregnancy Outcomes in Urban Cameroon: A Retrospective Cohort Study in A Tertiary Hospital. BMS Res Notes . 8(1):806.

  Panjang Lahir Bayi di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta Bulan Juli-September 2011. Skripsi. Universitas Indonesia. Fouelifact, F.Y. et al. (2015). Assossiations of Body Mass Index and Gestational Weight

  Williams: Adaptasi Ibu terhadap Kehamilan . Edisi ke-21. Vol 1. Jakarta: EGC. Debtarsie, K.C. (2012). Hubungan Status Gizi Ibu dan Faktor Lain dengan Berat dan

  Index on Maternal and Neonatal Outcomes. J. Obstet Gynaecol Can. 31(1); 28-35. Cunningham, F.G. et al. (2006). Obstetri

DAFTAR PUSTAKA

  Lahir, Artikel Karya Tulis Ilmiah, FK Undip, Diakses dari: eprints.undip.ac.id tanggal 31 Desember 2015 . Crane, J.M. et al. (2009). The Effect of Gestational Weight Gain by Body Mass

  Nulliparous Women Delivering Singleton Babies. BMC Public Health. 7:168. BKKBN. (2007). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi . Jakarta: BKKBN. Budiman, C. dkk. (2011). Korelasi Antara Berat Badan Ibu Hamil dengan Berat

  Who Are Overweight or Obese. BMC Pregnancy Childbirth . 10: 56. Bhattacharya, S. et al. (2011). Effect Of Body Mass Index on Pregnancy Outcomes in

  Jakarta: EGC. Athukorala, C. et al. (2010). The Risk of Adverse Pregnancy Outcome in Women

  • – Social Behavioral Sciences . 103: 647-656.

  Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

  Yu, Z. et al. (2013). Pre-pregnancy Body Mass Index in Relation to Infant Birth Weight and Offspring Overweight/Obesity: A Systematic Review and Meta-analysis.

  Ota, E. et al. (2015). Antenatal Dietary Education and Suplementation to Increase Energy and Protein Intake. Cochrane Database Syst Rev . 6: CD000032.

  Perinatal Nursing . Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

  A. dkk. (2015). Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Terhadap Berat Bayi Lahir di Kota Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(2): 472-477. Simpson, K.R. & Creehan, P.A. (2008).

  Shiddiq,

  Shetty, P.S. (2010). Nutrition, Immunity and Infection . Cambridge University Press: Cambridge.

  Sharifzadah, F. et al. (2015). Relationships between Pre-Pregnancy Maternal BMI with Spontaneous Preterm Delivery and Birth Weight. Journal of Obstetrics and Gynaecology . 35(4): 345-357.

  Sari, A. dkk. (2013). Hubungan Indeks Massa Tubuh pada Awal Kehamilan dengan Berat Badan Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Jingah. Dinamika Kesehatan 12(12): 9-17.

  Ibu Hamil . Surabaya: Airlangga University Press.

  Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Rochjati, P. (2003). Skrining Antenatal pada

  Weight Gain During Pregnancy: Reexamining the guidelines. Washington : National Academy of Sciences. Ricci, S.S. (2007). Essentials of Maternity, Newborn and Women’s Health Nursing.

  Rasmussen, K.M. & Yaktine, A.L., (2009).

  Selangor Darul Ehsan: Oxford Fajar Sdn.Bhd. Notoatmodjo, S. (2012).

  Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Rendah.

  Medforth, J. (2010). Oxford Handbook of Midwifery: South-East Asian Edition .

  Mamun, A.A. et al. (2010). Associations of Excess Weight Gain During Pregnancy with Long-term Maternal Overweight and Obesity: Evidance from 21 y Postpartum Follow-up. Am J Clin Nutr. 91(5): 1336- 41.

  Lumbanraja, S. et al. (2013). Maternal Weight Gain and Correlation with Birth Weight Infants. Procedia

  Arch Gynecol Obstet . 286(4): 905-11.

  Liu, Y, et al. (2012). Pre-Pregnancy Body Mass Index and Gestational Weight Gain with The Outcome of Pregnancy: a 13- year study of 292.565 cases in China.

  Outcome in North of China. Arch Gynecol Obstet . 283: 65-70.

  Li, N, et al. (2013). Maternal Pre-Pregnancy Body Mass Index ang Gestational Weight Gain on Pregnancy Outcomes. PLoS One. 8(12): e82310. Liu, X. et al. (2011). Effect of Pre-pregnancy Body Mass Index on Adverse Pregnancy

  PLoS One . 10(8): e013850.

  Li, C. et al. (2015). Joint and Independent Associations of Gestational Weight Gain and Pre-Pregnancy Body Mass Index with Outcomes of Pregnancy in Chines Women: A Retrospective Cohort Study.

  Official Journal of The American Academy of Pediatrics . 86: 18-26.

  Kramer, M.S. et al. (1990). Determinant of Fetal Growth and Body Proportionality.

  Jurnal Majority : 4(3): 52-57.

  PLoS One : 8(4): e61627.

Dokumen yang terkait

View of FAKTOR RISIKO IBU PADA IBU BERSALIN DENGAN SECTIO CAESAREA DI RSUD CIANJUR TAHUN 2014

0 1 8

View of PENYUSUNAN INDIKATOR LINGKUNGAN PROVINSI JAWA BARAT

0 0 15

View of HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PELAKSANAANNYA DI POSYANDU BUNGA TANJUNG KELUHARAN TANJUNGSARI PURWAKARTA TAHUN 2015

0 0 10

View of PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KESEHATAN MENTAL TENAGA KESEHATAN INDONESIA DI JEPANG

0 0 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP UNMET NEED PADA WANITA USIA SUBUR DENGAN HIV POSITIF Sophia Prodi Kebidanan (D 3), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi email: sophia.maryanayahoo.com ABSTRAK - View of HUBUNGAN PENGETA

0 0 12

View of PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP STRES PADA LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY BANDUNG

0 5 17

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN OLAH RAGA DENGAN BERAT BADAN LEBIH PADA MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT STIKES ACHMAD YANI CIMAHI Agus Riyanto

0 0 18

Email: primanandafauziahanalis-ayani.ac.id ABSTRAK - View of ANALISIS DAN KARAKTERISTIK PROMOTER GEN ZIF23 UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENAPISAN ANTITUBERKULAR BARU

0 0 7

View of PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP SKOR GEJALA TOTAL PENDERITA RINITIS ALERGI PERSISTEN (The Effect of Cigarette Smoke on Total Symptom Score of Persistent Allergic Rhinitis Patients)

0 1 13

View of EFEKTIVITAS LATIHAN BEBAN TERHADAP KADAR SERUM KREATINFOSFOKINASE SEBAGAI INDIKATOR ADANYA KERUSAKAN JARINGAN OTOT PADA MAHAISWA KEOLAHRAGAAN FPOK UPI

0 1 7