SEMAT DAN QUANTUM TEACHING FIX

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM
TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Oleh:
Intan Kemalasari, Lutviyah Hidayati, Putri Khairunnisa

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
Jalan Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta Timur 13220
Abstract
Mathematics understanding is inevitably needed by every students in order to be
able to solve mathematics problem in real life. One of the popular teaching methods
of mathematics is quantum teaching method. The aim of this paper is to find out the
effectiveness of quantum teaching method for mathematics learning. The writing
method used in this paper is conducting a literature review. According to the
research of Kusno and Joko Purwanto in SMA Muhammadiyah Purwokerto, based
on the students’ activity in the class, teacher’s ability to manage the class and
students’ response, it was concluded that quantum teaching method is effective for
mathematics learning. In another research conducted by Dihan Narso in SMK
Negeri 01 Brebes, there were improvement in students’ mathematics learning
outcomes and positive responses for quantum teaching method. Therefore, this
paper concluded that the use of quantum teaching method in mathematics is

effective, the students’ learning outcomes using quantum teaching method are better
than the conventional one and students’ responses for quantum teaching method are
positive.

Keywords: Quantum teaching, mathematics learnings, and teaching method

Abstrak
Penguasaan atas matematika mutlak diperlukan oleh setiap siswa agar dapat
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode
pembelajaran matematika yang populer adalah metode pembelajaran kuantum
(quantum teaching). Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji efektivitas metode
pembelajaran quantum teaching terhadap pembelajaran matematika. Metode
pengkajian yang dilakukan adalah melalui kajian pustaka. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Kusno dan Joko Purwanto di SMA Muhammadiyah Purwokerto,
berdasarkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran, kemampuan guru dalam
mengelola kelas, serta respon siswa, diperoleh hasil bahwa penggunaan metode
pembelajaran quantum teaching efektif untuk pembelajaran matematika. Dalam
penelitian lain yang dilakukan oleh Dihan Narso di SMK Negeri 01 Brebes, terdapat
peningkatan hasil belajar matematika siswa dan tanggapan yang positif dari siswa
terhadap quantum teaching. Berdasarkan hasil kajian pustaka, dapat disimpulkan

bahwa penerapan quantum teaching efektif untuk pembelajaran matematika, prestasi
siswa yang diajarkan dengan metode tersebut lebih baik dibandingkan dengan
metode konvensional, serta tanggapan siswa terhadap quantum teaching tergolong
positif.

Kata Kunci: Quantum teaching, pembelajaran matematika, dan metode
pembelajaran

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
sangatlah pesat. Untuk menghadapi perkembangan IPTEK yang pesat ini,
dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu berpikir kritis, sistematis,
logis, kreatif, dan memiliki kemampuan untuk bekerja sama secara efisien. Cara
berpikir seperti ini mampu dikembangkan oleh pendidikan matematika.
Matematika adalah ilmu eksak yang bersifat deduktif. Penguasaannya
tidak cukup dengan hanya membaca dan menghapal, namun memerlukan proses
berpikir dan pemahaman yang baik. Penguasaan atas matematika mutlak
diperlukan oleh setiap siswa agar dapat memecahkan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu cara agar siswa dapat menguasai matematika

dengan baik adalah dengan optimalisasi peran guru.
Seiring dengan perkembangan zaman, telah banyak metode pembelajaran
yang diterapkan agar siswa dapat menguasai pelajaran dengan baik. Salah satu
metode yang populer adalah metode pembelajaran kuantum (quantum teaching).
Quantum teaching pertama kali dikembangkan oleh De Porter dan mulai
dipraktikkan sejak tahun 1992. Teori yang terkandung dalam quantum teaching
adalah

Accelerated

Learning,

Multiple

Intelligences,

Neuro-Linguistic

Programming, Experiential Learning, Socratoc Inquiry, Cooperative Learning,
dan Elements of Effective Instruction sehingga quantum teaching merangkaikan

sebuah kekuatan yang memadukan multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel
dengan otak, di mana di dalamnya terdapat integrasi konsep berbagai teori, yaitu
teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual,
auditorial, dan kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik
(menyeluruh), belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol, dan
simulasi/permainan. Metode quantum teaching dapat digunakan secara luas, salah
satunya adalah dalam pembelajaran matematika.
Penerapan quantum teaching dalam pembelajaran matematika sejauh ini
telah banyak dilakukan oleh beberapa pengajar. Penggunaannya dapat dikatakan
cukup populer, termasuk di Indonesia, walaupun tidak sepopuler metode

pembelajaran matematika lainnya seperti RME/PMR. Metode quantum teaching
ini bukanlah metode pembelajaran khusus matematika saja, namun metode ini
sangat layak untuk dikaji lebih jauh karena merupakan metode yang dapat
mengoptimalkan seluruh potensi dan kecerdasan siswa, baik di bidang intelektual
(IQ), emosional (EQ), maupun spiritual (SQ). Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk menyusun makalah berjudul Efektifitas Metode Pembelajaran Quantum
Teaching terhadap Pembelajaran Matematika untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai


efektifitas

metode

pembelajaran

quantum

teaching

terhadap

pembelajaran matematika.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji efektivitas metode pembelajaran
quantum teaching terhadap pembelajaran matematika.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah, “Bagaimana efektivitas metode

pembelajaran quantum teaching terhadap pembelajaran matematika?”

Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan memiliki manfaat:
1. Bagi guru; agar guru dapat menggunakan metode pembelajaran quantum
teaching sebagai alternatif metode pembelajaran yang lebih kreatif dan
inovatif.
2. Bagi siswa; agar siswa dapat lebih tertarik untuk mendalami materi
sehingga dapat berkembang dan meningkatkan prestasi belajar.
3. Bagi sekolah; agar hasil penulisan ini dapat memberikan sumbangan yang
baik bagi sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam
sistem pembelajaran.

LANDASAN TEORI
Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang
berarti mempelajari (Sri Subarinah, 2006: 1). Ebbutt dan Straker (Marsigit, 2003:
2-3) memberikan definisi Matematika Sekolah, yang selanjutnya disebut
Matematika, sebagai berikut:
1. Matematika merupakan kegiatan penelusuran pola dan hubungan.

Berarti siswa diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan hubungan dan
penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan; melakukan percobaan
yang berkaitan dengan matematika; memahami dan mengemukakan
hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lain; serta menemukan
adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dsb.
2. Matematika merupakan kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan
penemuan.
Implikasinya terhadap pembelajaran matematika adalah siswa diberikan
kesempatan berfikir berbeda, menghargai penemuan dan pendapat lain yang
berbeda dengan pendapatnya, berfikir refleksif serta berinisiatif untuk
menemukan sendiri jawaban atas keingintahuan siswa.
3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving).
Sebagai kegiatan pemecahan masalah siswa akan dihadapkan pada
lingkungan belajar yang merangsang timbulnya masalah matematika,
sehingga siswa didorong untuk berfikir logis, konsisten sistematis dan
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya untuk memecahkan
persoalan.
4. Matematika sebagai alat berkomunikasi.
Siswa akan diharuskan untuk mengenal sifat-sifat matematika, membicarakan
sifat-sifat matematika serta membuat atau menafsirkan suatu model

matematika.
Menurut Ebbutt dan Straker (Marsigit, 8-9), materi pembelajaran
Matematika untuk semua jenjang pendidikan meliputi :
1.

Fakta (facts), meliputi informasi atau istilah matematika serta konvensi
tentang lambang-lambang matematika.

2.

Pengertian (concepts), meliputi stuktur pengertian serta peranannya, pola
dan urutan matematika, serta operasi dan algoritma.

3.

Keterampilan penalaran, meliputi pemahaman terhadap pengertian,
berfikir logis, induksi, deduksi, sistematis dan konsisten, menarik
kesimpulan, menentukan strategi serta menentukan metode.

4.


Keterampilan algoritmik, meliputi keterampilan untuk memahami dan
mengikuti langkah yang dibuat orang lain, merancang dan membuat
langkah, mendefinisikan dan menjelaskan langkah yang dirancang,
membandingkan dan memilih langkah yang efektif serta emperbaiki
langkah.

5.

Keterampilan menyelesaikan masalah matematika, meliputi memahami
pokok persoalan,mendiskusikan alternatif pemecahan, memecah persoalan
utama menjadi lebih sederhana, mencoba berbagai cara, bekerja secara
sistematis, mencatat apa yang terjadi, dan mengecek dengan mengulang
langkah-langkahnya, serta mencoba memahami dan menyelesaikan
persoalan lain.

Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi
dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika yang
ada dalam situasi nyata. Campbell dalam Linda (2008: 6) mengungkapkan bahwa

pembelajaran matematika menekankan kesadaran dan kemampuan untuk
berargumen dan berkomunikasi secara matematis, untuk memecahkan masalah
dan menerapkan matematika dalam kehidupan para siswa sehari-hari.
Berdasarkan pendapat di atas, tergambar bahwa kegiatan pembelajaran
matematika dilakukan dengan sengaja dan atas bimbingan guru untuk membahas
suatu permasalahan. Guru harus mampu menumbuhkan minat dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran matematika. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru yaitu
dengan menggunakan metode dan pendekatan belajar yang tepat, agar tercipta
suatu kegiatan mental yang tinggi, meliputi proses aktif dari dalam diri siswa yang
dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru dalam menyelesaikan masalah
matematika.

Dalam pembelajaran matematika, keaktifan siswa sangat berpengaruh
dalam rangka pemahaman konsep secara menyeluruh yang merupakan dasar
penting dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian di atas, dapat
dinyatakan bahwa siswa harus berperan aktif dan terlibat secara menyeluruh
dalam

pembelajaran


matematika

untuk

mencapai

tujuan

pembelajaran.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika bukan hanya bersifat fisik
melainkan juga mental. Siswa hendaknya merasa senang dan bersemangat dalam
mempelajari matematika.
Metode Pembelajaran
Berikut ini merupakan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para
ahli tentang pengertian dari metode pembelajaran, di antaranya adalah:
1. Menurut Ramdhani (2012: 1), metode pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang dirancang atau dikembangkan dengan menggunakan
pola pembelajaran tertentu.
2. Menurut Suprijono (2010: 45), metode pembelajaran merupakan landasan
praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori
belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi
kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
3. Menurut Aunurrahman (2009: 146), metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu.
4. Menurut Trianto (2007: 7), metode pembelajaran adalah kerangka
konseptual

yang

melukiskan

prosedur

yang

sistematis

dalam

mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu,

dan

berfungsi

sebagai

pedoman

bagi

para

perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa metode
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang secara

sistematis dalam pengorganisasiannya sehingga tujuan pembelajaran diharapkan
dapat tercapai.

Metode Pembelajaran Quantum Teaching
Pembelajaran quantum teaching diciptakan berdasarkan teori-teori
pendidikan seperti Accelerated Learning dari Lozanov, Multiple Intelegences dari
Garder, Neuro-Linguistic Programming dari Grinder dan Bandler, Experiental
Learning dari Hahn, Socratic Inquiry, Cooperative Learning dari Johnson dan
Johnson, dan Element of Effective Instruction dari Hanter (De Porter, 2003: 4).
Pembelajaran kuantum adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala
nuansanya. Kata quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya,
dengan demikian quantum teaching adalah pengubahan bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.
Dengan kata lain, quantum teaching adalah konsep yang menguraikan
cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan
unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang
diajarkan. Quantum teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan
cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui
interaksi yang terjadi di dalam kelas. Quantum teaching menjadikan segala
sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar. Setiap kata, pikiran, dan tindakan
asosiasi dapat mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran.
Komponen-Komponen

Pembelajaran

Kuantum

(quantum

teaching)

menurut Bobbi De Porter yakni:
a. Sintaks
Kerangka rancangan pembelajaran kuantum dikenal dengan istilah
TANDUR, yang di dalamnya memiliki 6 tahap atau fase yaitu Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (Porter, 2003: 88).
Tumbuhkan berarti menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara
memberitahukan manfaat materi yang akan dipelajari. Alami berarti guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalamanpengalaman umum yang dapat dimengerti oleh mereka. Namai berarti guru

menyediakan kata-kata kunci, konsep, dan rumus yang merupakan materi
utama yang menjadi pesan pembelajaran. Demonstrasikan berarti guru
menyediakan

kesempatan

bagi

siswa

untuk

dapat

menunjukkan

kemampuannya. Ulangi berarti guru menunjukkan kepada siswa cara-cara
mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka benar-benar tahu akan apa
yang dipelajari. Rayakan berarti guru memberikan pengakuan atas upaya
yang telah dilakukan siswa dalam menampilkan penyelesaian, partisipasi,
pemerolehan keterampilan, dan ilmu pengetahuannya.
b. Prinsip Reaksi
Dalam

pembelajaran

kuantum

ada

lima

prinsip

dasar

yang

mempengaruhi terciptanya lingkungan belajar yang kondusif (Porter, 2003:
56). Adapun kelima prinsip dasar tersebut adalah: (1) Prinsip segalanya
berbicara berarti seluruh lingkungan kelas membawa pesan ke pembelajar. (2)
Prinsip segalanya bertujuan berarti semua pembelajaran haruslah mempunyai
tujuan-tujuan yang jelas. (3) Prinsip pengalaman sebelum pemberian nama
berarti sebelum mendefinisikan, membedakan, siswa terlebih dahulu telah
memiliki atau telah diberikan pengalaman informasi yang terkait dengan
upaya pemberian nama tersebut. (4) Prinsip akui setiap usaha berarti apapun
usaha yang telah dilakukan siswa haruslah mendapat pengakuan dari guru
maupun siswa lainnya. (5) Prinsip jika layak dipelajari maka layak dirayakan
berarti setiap usaha belajar yang dilakukan layak untuk dirayakan untuk
memberi umpan balik dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
belajar.
c. Sistem Sosial
Pembelajaran kuantum dibangun berdasarkan asas “Bawalah Dunia
Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” (Porter,
2003: 6), memberikan pengertian bahwa hubungan antara guru dengan siswa
harus saling mendukung. Guru memasuki dunia siswa sebagai upaya
memperoleh ijin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan siswa untuk
memahami ilmu pengetahuan. Upaya ini dilakukan antara lain dengan
mengaitkan secara langsung konsep-konsep yang akan dikaji dengan
peristiwa sehari-hari atau dari pengalaman sehari-hari mereka. Dengan

pengertian yang lebih luas dan mendalam berdasarkan interaksi tersebut,
siswa akan dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka
dan menerapkannya dalam situasi baru.
Melalui penerapan pembelajaran kuantum, dampak instruksional yang
diperoleh adalah siswa-siswa diharapkan memiliki pemahaman konseptual yang
memadai terkait dengan konsep-konsep matematika yang dipelajari. Dampak
pengiring yang diperoleh adalah nilai-nilai positif dalam membangkitkan
kesadaran akan pengetahuan yang relevan dan sikap kritis siswa dalam belajar.
PEMBAHASAN
Dalam proses sintaks quantum teaching, yakni metode TANDUR, yang
dinamakan dengan Tumbuhkan adalah penumbuhan minat siswa terhadap ilmu
yang akan dipelajari, dengan menjawab pertanyaan AMBAK – “Apakah
Manfaatnya Bagiku?”, yaitu bagaimana ilmu atau materi tersebut dapat
bermanfaat dalam kehidupan siswa. Menemukan jawaban dari pertanyaan
AMBAK tersebut dapat meningkatkan minat siswa terhadap materi yang akan
dipelajari, mengaitkan pengalaman belajar dengan kehidupan, dan menciptakan
optimisme dalam pembelajaran. Hal ini diharapkan dapat merangsang keinginan
siswa untuk belajar dan menumbuhkan keyakinan kuat bagi siswa agar dapat
sukses dalam mendapatkan ilmu baru.
Sedangkan, Alami adalah memberikan siswa pengalaman belajar sebelum
suatu materi diajarkan, agar tumbuh hasrat alamiah pada diri siswa untuk
bereksplorasi (De Porter, 2001). Pada fase ini, guru memberikan siswa suatu
permainan atau teka-teki logika untuk dimainkan agar siswa dapat lebih
memahami matematika dengan cara yang berkesan, karena Ausubel (dalam
Dahar, 1996) mengatakan bahwa informasi baru yang diterima oleh otak akan
dikaitkan dengan struktur kognitif yang telah ada sebelumnya. Dengan
memainkan suatu permainan, siswa juga dapat menikmati pembelajaran yang
menyenangkan. Hal ini diharapkan dapat meminimalisasi muculnya fobia
matematika atau ketakutan terhadap matematika.
Dalam TANDUR, yang dimaksud dengan Namai adalah suatu usaha untuk
memuaskan

kecenderungan

alamiah

pikiran

manusia

dalam

menamai,

mengurutkan, dan mendefinisikan dengan memberikan siswa kesempatan untuk
mengkonstruksi pengetahuan dalam bentuk konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
logika berpikir yang berlandaskan pada pengalaman belajar yang telah dirasakan
oleh siswa. Dalam kasus ini, guru dapat membantu siswa dengan memberikan
pertanyaan arahan, contoh-contoh, ilustrasi, dan lain sebagainya sesuai dengan
konsep matematika yang diajarkan. Menurut Bruner (dalam Slavin, 2000), melalui
partisipasi aktif siswa, siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yang diajarkan dalam materi.
Tahap selanjutnya, Demonstrasi, bermaksud untuk memberi kesempatan
pada siswa untuk menunjukkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Misalnya,
siswa diberikan masalah untuk diselesaikan, kemudian pemecahan masalah
tersebut dipresentasikan kepada teman-teman sekelas mereka. Dalam hal ini, guru
memberikan

kebebasan

pada

siswa

untuk

mengekspresikan

gagasan,

menampilkan hasil pekerjaan, dan menjalin interaksi yang positif dengan temantemannya, serta memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang timbul dari hasil
pekerjaan siswa untuk mendukung pembelajaran matematika. Hal ini adalah suatu
hal yang penting, karena menurut Bandura (dalam Slavin, 2000), suatu
pembelajaran

dapat

dikatakan

efektif

apabila

pembelajaran

tersebut

didemonstrasikan.
Kemudian, yang dimaksud dengan Ulangi adalah suatu usaha untuk
memahami kembali, memberi penekanan, dan membuat kesimpulan dari materi
yang telah dipelajari. Guru harus mengarahkan siswa untuk mengulangi materi
yang telah dipelajari untuk menunjukkan bahwa mereka telah memahami ilmu
tersebut. Pengulangan dapat memperkuat koneksi-koneksi sel syaraf yang ada
pada otak. Dengan mengulang, ilmu yang tersimpan dapat bertahan lebih lama.
Terakhir, Rayakan, adalah suatu pengakuan dan apresiasi atas setiap
pencapaian dari partisipasi siswa serta bertambahnya ilmu dan keterampilan baru
siswa. Merayakan keberhasilan siswa dapat dilakukan dengan cara memberi
hadiah, memuji, memberikan anggukan persetujuan, tersenyum, memberi nilai
tambah, mengacungkan jempol, bertepuk tangan, berteriak “hore!”, memajang
tugas siswa yang terbaik, dan hal-hal lainnya yang dapat meningkatkan persepsi

positif siswa. Menurut Lozanov (dalam De Porter, 2001), hal-hal tersebut dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Singkatnya, dalam quantum teaching, guru dituntut untuk memberikan
pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berpikir, bereksplorasi, dan
mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman mereka. Siswa harus memecahkan
masalah dengan berdiskusi dan mempresentasikan solusi yang mereka dapat.
Guru memfasilitasi, membimbing, dan menyemangati siswa dengan membuat
proses pembelajaran yang menyenangkan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kusno dan Joko Purwanto
mengenai efektivitas metode pembelajaran quantum yang dilakukan di SMA
Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah, secara umum diperoleh hasil bahwa
penggunaan

metode

pembelajaran

tersebut

efektif

untuk

pembelajaran

matematika.
Penelitian tersebut berdasarkan analisis deskriptif-kuantitatif yang terdiri
dari aktifitas siswa selama proses pembelajaran, kemampuan guru dalam
mengelola kelas serta respon siswa terhadap metode pembelajaran tersebut.
Berdasarkan
pembelajaran

observasi

terlihat

bahwa

terhadap
rata-rata

aktivitas
kegiatan

siswa
siswa

selama
dalam

proses
tahap

mendemonstrasikan adalah 23.69% yang diperoleh dengan analisis deskriptifkuantitatif dari 40 siswa kelas X di kelas eksperimen SMA Muhammadiyah
Purwokerto. Hal tersebut menjelaskan bahwa metode pembelajaran kuantum bisa
membuat siswa lebih aktif. Oleh karena itu, terdapat kesempatan berdiskusi, baik
antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Berdasarkan respon siswa,
suasana kelas yang baru (85%) dan menyenangkan (90%) dapat meningkatkan
minat belajar siswa sehingga siswa yang cenderung diam ketika belajar menjadi
memiliki keberanian dalam mengemukakan ide-ide mereka. Hal ini didasarkan
pada pengamatan dan kesaksian dari guru matematika yang memfasilitasi proses
pembelajaran mereka. Sementara itu, data yang diperoleh dari kuisioner yang
dibagikan kepada siswa menunjukkan bahwa mereka merespon positif terhadap
pembelajaran kuantum. Berdasarkan kemampuan mengajar guru, metode belajar
quantum teaching dapat dikategorikan efektif berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya yaitu sebuah pembelajaran dikatakan efektif jika

penguasaan setidaknya 65% dengan 85% dari siswa di kelas, pemenuhan
penguasaan tujuan pembelajaran jika ≥ 85% dari tujuan dapat dikuasai oleh 65%
dari siswa, efektivitas aktivitas siswa dicapai, dan 80% siswa memberikan respon
positif terhadap pembelajaran (Dahar, 1996, dan Slavin, 2000).
Berdasarkan kuesioner tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran,
97% dari 40 siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran selanjutnya dengan metode
yang sama. Respon positif pasti akan membuat siswa senang selama
pembelajaran. Mereka menjadi termotivasi untuk belajar dan meningkatkan
kemampuannya serta membantu mereka dalam pemecahan masalah secara
mandiri, sehingga siswa dapat dengan mudah menambah pengetahuan mereka
tanpa harus tergantung pada guru.
Berdasarkan hasil belajarnya, penggunaan metode pembelajaran quantum
teaching menujukkan peningkatan hasil belajar, terlihat dari skor post-test serta
peningkatan skor dari pre-test ke post-test kelas eksperimen yang lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Dihan Narso mengenai
pembelajaran matematika dengan pendekatan quantum teaching sebagai upaya
peningkatan hasil belajar matematika pada siswa kelas II Tata Busana 1 SMK
Negeri 01 Kecamatan Brebes, diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar siswa kelas II TB 1 pada pembelajaran matematika dengan pendekatan
quantum teaching. Hal tersebut diketahui dari hasil tes pada siklus 1 dari 35 siswa
kelas II TB1 yang mendapatkan nilai ≥ 6 ada 21 siswa atau 60% siswa dengan
nilai rata-rata 6,36. Hasil tes ini lebih baik dari pada hasil tes sebelum diadakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu dengan nilai rata-rata 4,43 dan tidak ada
siswa atau 0% siswa yang mendapatkan nilai ≥ 6. Kemudian, hasil tes pada siklus
2 lebih baik daripada hasil tes pada siklus 1. Pada siklus 2 dari 35 siswa kelas II
TB1 yang mendapatkan nilai ≥ 6 ada 30 siswa atau 85,7% siswa dengan nilai ratarata 6,52.
Berdasarkan hasil angket tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran,
diperoleh skor rata-rata 3,57 yang berarti termasuk ke dalam kategori baik. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyenangi pembelajaran
matematika dengan pendekatan quantum teaching.

Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Dihan
Narso tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan
metode pembelajaran quantum teaching mengalami peningkatan hasil belajar
yang baik dan mendapatkan tanggapan yang positif dari siswa sehingga penerapan
metode pembelajaran tersebut efektif.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
pembelajaran quantum teaching efektif untuk pembelajaran matematika, prestasi
siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran quantum teaching lebih baik
dibandingkan dengan metode konvensional, serta tanggapan siswa terhadap
metode pembelajaran quantum teaching tergolong positif.
Saran
Penulis menyarankan agar metode pembelajaran quantum teaching
digunakan pada pembelajaran matematika karena metode tersebut menarik minat
siswa dikarenakan siswa mengalami dan membangun pengetahuan dengan cara
mereka sendiri, yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. “Belajar dan Pembelajaran”. Bandung: Alfabeta.
Autiema.

“Pengertian

Prestasi

Belajar

Menurut

Para

Ahli”,

(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2307607-pengertianprestasi-belajar-menurut-para/ diakses 13 Desember 2012)
Kusno dan Joko Purwanto. 2011. “Effectiveness of Quantum Learning for
Teaching Linear Program at The Muhammadiyah Senior High School of
Purwokerto in Central Java, Indonesia ”. EDUCARE: International
Journal for Educational Studies, 4(1) 2011.
Narso, Dihan. 2010. “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Quantum
Teaching sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada

Siswa Kelas II TB 1 SMK Negeri 01 Kecamatan Brebes”. Jurnal
Widyatama Volume 7 Nomor 1, Maret 2010.
[ONLINE] http://hardymath.blogspot.com/2012/07/quantum-teaaching.html
diakses pada: Sabtu, 29 April 2013 pukul 20.00
[ONLINE] http://media.kompasiana.com/buku/2013/05/03/metode-pembelajaranquantum-teaching-557032.html diakses pada: Sabtu, 29 April 2013 pukul 20.00

TUGAS SEMINAR MATEMATIKA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM
TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Disusun oleh :
Intan Kemalasari

(311510)

Luviyah Hidayati

(3115102299)

Putri Khairunnisa

(311510)

Jakarta, 27 Mei 2013
Telah diperiksa dan disetujui
Dosen Pembimbing

Dra. Ellis Salsabila, M. Si.