KEDEKATAN HINDU DAN ISLAM DI INDONESIA

KATA PENGANTAR

Seperti yang kita semua pahami bahwa pada umumnya, perbicangan
soal agama tidak akan pernah ada ujungnya. Salah satu diskursus yang muncul
adalah bahwa ada dua atau lebih agama memiliki kesamaan visi maupun misi,
konsepsi maupun formulasi yang hampir sejalan. Oleh karena itu, pendalaman
ulang maupun penelitian-penelitian harus digalakan untuk menguak rahasia di
balik keterkaitan agama-agama di dunia. Dan kali ini penulis akan mencoba
mengelaborasi hubungan antara agama Hindu dan Islam di Indonesia,
termasuk di dalamnya tokoh-tokoh sejarah sampai ajaran-ajaran dan konsep
keberagamaannya.
Dalam makalah ini, saya berkesempatan untuk membahas lebih perinci
mengenai relasi konsep keberagamaan Hindu dan Islam di Indonesia yang
sangat menarik untuk dikaji. Maka dari itu, saya mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Dosen pengampu atas kesempatan yang beliau berikan kpada
saya. Selanjutnya, kepada rekan-rekan sekelas yang sama-sama berjuang
untuk menuyingkap puing-puing yang terserak dari agama di dunia.
Semoga pembahasan ini mampu memberikan kontribusi baik secara
teoretik maupun secara praktik, amin.

1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Jika kita hendak memperbincangkan topik agama, maka satu hal yang
secara cepat terbersit di sana, yakni sakralitas dogmatis yang tidak dapat
ditembus oleh akal sehat dan penalaran manusia. Namun demikian,
meletakkan agama di tempat yang mulia sudah cukup untuk menjadi modal
kita untuk mengupasnya lebih dalam dan lebih jauh lagi. Tentu saja, dengan
itikad positif dan framework pengembangan keagamaan yang mau tidak mau
sangat dibutuhkan seiring dengan dinamika waktu yang terus berjalan.
Agama memiliki dimensi yang sangat luas, yang secara mendasar
menghubungkan tuhan dengan hamba dan begitu pula sebaliknya. Namun jika
mau lebih penasaran, agama tidak hanya sekedar hubungan transendental
belaka, melainkan memiliki jaringan-jaringan koordinat yang tidak terhingga,
yang kemungkinan saja ditangkap dengan berbeda di ruang dan waktu yang
tidak sama. Sampai di sini, agama adalah persoalan lokalistik. Dengan kata
lain, agama dikerucutkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
kebutuhan masyarakat dimana mereka tinggal.

Secara garis besar, agama-agama yang ada di dunia memiliki ajaran
yang dapat dikatakan memiliki kesamaan antara satu agama dengan yang
lainnya. Biar bagaimanapun juga, agama adalah media dimana seorang hamba
mengekspresikan tindakan berketuhanan atau berkeagamaan sesuai dengan
apa yang ia yakini bahhwa itu akan mengantarkannya menuju menuju
kepuasan rohani. Inilah klimaks dari aktivitas beragama. Begitu juga ketika
seorang hamba melalui agama yang diyakininya mengharapkan sesuatu untuk
menjadi kenyataan. Itulah magisitas agama.
Selain hubungan-hubungan vertikal-transendental di atas, agama juga
mewadahi hubungan-hubungan horizontal-sosial antar sesama manusia
beserta alam semesta yang menjadi tempat tinggal semua manusia di dunia.
Dengan agama, seorang hamba berupaya menjadi pribadi yang berguna, baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, sehingga terwujudlah saling
tolong dan bantu menjadi salah satu nilai dasar agama dalam aspek
kemanusiaan.
Salah satu topik yang menarik untuk dibicarakan adalah agama di
Indonesia. Sebenarnya persoalan agama sudah terselesaikan oleh para pendiri
bangsa (founders) setelah melewati perdebatan panjang terhadap persoalan
dimana tempat agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Meskipun
2


negara Republik Indonesia bukan sebuah negara teokratis, melainkan agama
dan kehidupan beragama mendapat tempat yang sangat terhormat dan
dilindungi oleh Negara sebagaimana tercantum di dalam Pasal 29 Undangundang Dasar 1945. Keputusan tersebut sangat penting artinya bagi agamaagama dan para pemeluknya di Indonesia. Yang masih menjadi problem adalah
sampai dimana masyarakat beragama mampu mengejawantahkan apa yang
telah menjadi kesepakatan tersebut di dalam suatu realitas historis yang terus
berkembang dengan segala dinamika politik, ekonomi, sosial dan budaya di
dalamnya.1
Yang menarik di antara pembahasan agama di Indonesia adalah studi
yang menyandingkan antara Hindu dengan Islam sebagai dua agama yang
sudah sangat membumi dan memasyarakat. Sebenarnya, ada keterkaitan apa
saja selain memang secara prinsip dan aplikasi keagamaan dari keduanya
yang berbeda. Penelitian ini perlu dimunculkan ke permukaan mengingat
agama Hindu dan Islam adalah dua agama yang ‘pernah’ berhasil dipeluk oleh
masyarkat mayor di Inndonesia.Mengkaji hal-hal yang sama dan berbeda dari
keduanya menjadi menarik kakrena keduanya memiliki dimensi yang sangat
luas dan privat. Sehingga, untuk mendapatkan informasi yang diperlukan,
mungkin saja membutuhkan pendalaman yang tidak biasa.

B. Rumusan Masalah

Berikut beberapa poin yang layak dijadikan rumusan masalah kaitannya
dengan latar belakang masalah di atas;
1. Bagaimana proses pertemuan antara Hindu dan Islam di Indonesia
2. Apa saja ajaran Agama Hindu dan Islam di Indonesia yang hampir
serupa

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
proses pertemuan antara Hindu dan Islam di Indonesia serta mengetahui apa
saja ajaran Hindu dan Islam di Indonesia yang hampir serupa.
Sedangkan kegunaan penyusunan makalah ini secara akademis adalah
untuk menjadi tugas akhir dalam mata kuliiah Agama-agama di Dunia yang
diampu oleh Dr. Achmad Munjid, Ph.D. Adapunkegunaan secara praktis, tentu
makalah ini diharapkan mampu memmberikan kontribusi ilmiah bagi warga
edukasi seluas-luasnya khususnya yang memiliki atensi lebih terhadap studi
agama-agama dunia.
1

Martin L. Sinaga (ed.), Agama-agama Memasuki Milenium Ketiga (Jakarta: PT.
Grasindo, 2000), hlm. 154 – 155.

3

D. Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang
menjadikan literatur tertulis sebagai acuan utamanya. Dan oleh karena itu,
metode yang harus ditempuh pun adalah metode penelitian pustaka. Setelah
data-data berhasil dikumpulkan kemudian diolah untuk disarikan secara
deskriptif menjadi sebuah argumentasi yang bernilai akademik.
Untuk membatasi bahasan dalam makalah ini, berikut sistematika
pembahasan yang dirancang dalam makalah ini;
Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penulisan dan metode penelitian dan
sistematika pembahasan. Pada bab II berisi pembahasan yang meliputi proses
pertemuan Hindu dan Islam di Indonesia, ajaran-ajaran Hindu dan Islam yang
memiliki kesamaan dan analisa. Sedangkan pada Bab III berisi kesimpulan dan
penutup.

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Pertemuan Hindu – Islam di Indonesia
Jika membahas proses pertemuan antara kedua agama ini, di Indonesia,
pastilah tidak akana menemukan kesulitan yang berarti mengingat kedua
agama ini adalah agama yang sudah ada sejak para nenek moyang hingga
sekarang. Namun yang dimaksudkan dengan pertemuan di sini adalah
persinggungan antara Hindu dan Islam sebagai dua agama yang berbeda,
dengan ajaran yang berbeda dan konsep ketuhanan yang berbeda
dipertemukan ke dalam suatu wadah yang memaksa keduanya melakukan
peleburan masing-masing, atau pemenangan bagi salah satu pihak.
Namun sebelum mengarah ke sana, kiranya perlu mengelaborasi terlebih
dahulu tentang badan adripada Hindu dan Islam itu sendiri untuk mendapatkan
bekal pengetahuan dan benang merah soal persinggungan dimaksud. Sudah
barang tentu ketika sudah jelas defnisi dan ruang lingkupnya, maka proses
analisa juga akan menjadi lebih mudah.
Budaya dan Agama Hindu tiba di kepulauan Indonesia pada abad kedua
yang dibawa oleh para pedagang dari India, bertepatan dengan kedatangan
Agama Buddha yang mendirikan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha di beberapa
wilayah Kalimantan dan juga Jawa seperti Kutai, Mataram dan Majapahit.

Kompleks Candi Prambanan ini dibangun pada zaman Mataram Hindu, selama
Dinasti Sanjaya. Kerajaan Hindu yang terbesar yang pernah berkembang di
kepulauan Indonesia adalah kerajaan Majapahit. Usia kerajaan Hindu-Buddha
berlangsung sampai abad ke-16, ketika kepulauan Islam mulai memperluas
kerajaan. Periode ini, dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, berlangsung
selama 16 abad penuh. Pengaruh Hindu dan klasik india tetap mendefnisikan
ciri-ciri kebudayaan Indonesia. Hindu India berkonsep dewa-raja, sedangkan
Hindu Indonesia masih dalam bentuk konsep kepemimpinan dan penggunaan
bahasa Sanskerta dalam literatur sopan dan adaptasi dari mitologi India
seperti Ramayana dan Mahabharata.

5

Hindu di Indonesia, secara resmi disebut Agama Hindu Dharma, tidak
pernah menerapkan sistem kasta2. Contoh lain adalah adanya epos (epic)
Agama Hindu, Mahabharata (Pertempuran Besar Keturunan Bharata) dan
Ramayana (Perjalanan Rama dan Shinta) yang sudah dikenal sejak kurang
lebih 400 tahun sebelum masehi3, menjadi tradisi abadi di kalangan orang
Hindu di Indonesia yang diwujudkan dalam bayangan wayang dan pertunjukan
tari. Sampai pada akhirnya Hindu juga telah terbentuk berbeda di daerah Jawa,

yang lebih dipengaruhi oleh unsur-unsur keislaman yang dikenal sebagai Islam
Abangan atau Islam Kejawen.
Hinduisme dari Shaivite tradisi mulai berkembang di Jawa pada abad
kelima Masehi. Para pedagang juga mendirikan Buddhisme di Indonesia yang
dikembangkan lebih lanjut pada abad berikutnya dan sejumlah kerajaan
didirikan dan dipengaruhi oleh Hindu - Buddha. Di Jawa, monumen Budha
terbesar ada di Borobudur, dibangun oleh Kerajaan Syailendra dan sekitar
waktu yang sama, monumen Hindu Prambanan juga dibangun. Puncak dari
peradaban Hindu-Jawa adalah Kerajaan Majapahit di abad keempat belas, yang
digambarkan sebagai zaman keemasan dalam sejarah Indonesia.
Sedangkan untuk informasi data masuknya Islam ke Indonesia sendiri
cukup banyak versi yang menyebutkan seperti versi teori Gujarat, versi teori
Arab, teori Cina dan lain sebagainya. Namun hal itu tidak akan dibahas lebih
jauh. Pendapat yang paling banyak diamini dan dipakai adalah bahwa Islam
masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari Gujarat sekitar abad ke-12
Masehi.
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad
ketujuh/kedelapan Masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan
seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat
Surabaya yang bertahun 475 H. atau 1082 M. Sedangkan menurut laporan

seorang musafr Maroko, Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudra Pasai
dalam perjalanannya ke Negeri Cina pada 1345M., Agama islam yang
bermadzhab Syaf’i telah mantap disana selama seabad. Oleh karena itu, abad
XIII biasanya dianggap sebagai masa awal masuknya agama Islam ke
Indonesia.Adapun daerah pertama yang dikunjungi adalah pesisir Utara pulau
Sumatera. Mereka membentuk masyarakat Islam pertama di Peureulak Aceh
Timur yang kemudian meluas sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama
di Samudera pasai, Aceh Utara.

2

Kasta adalah golongan (tingkat atau derajat) manusia dl masyarakat beragama
Hindu;brahmana adalah golongan pendeta;kesatria adalah golongan bangsawan dan
prajurit;paria adalah golongan rakyat jembel (yg hina-dina);sudra adalah golongan rakyat
biasa;waisya adalah golongan pedagang, petani, dan tukang. Lihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Online di www.KBBI.web.id. Diakses pada 11 Januari 2015.
3
Lihat William A. Young, the World’s Religions: Worldviews and Contemporary Issues,
edisi ketiga (United State of America: Pearson Education Inc., 2010), hlm. 64 – 65.; lihat juga
Michael D. Coogan (ed.), the Ilustrated Guide to World’s Religions (New York: Oxfor University

Press, 2003), hlm. 138 – 139.
6

Sekitar permulaan abad XV, Islam telah memperkuat kedudukannya di
Malaka, pusat rute perdagangan Asia Tenggara yang kemudian melebarkan
sayapnya ke wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Pada permulaan abad
tersebut, Islam sudah bisa menjejakkan kakinya ke Maluku, dan yang
terpenting ke beberapa kota perdagangan di Pesisir Utara Pulau Jawa yang
selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Majapahit.
Dalam waktu ya ng tidak terlalu lama yakni permulaan abad XVII, dengan
masuk islamnya penguasa kerajaan Mataram yaitu Sulthan Agung,
kemenangan agama tersebut hampir meliputi sebagian besar wilayah
Indonesia.
Berbeda dengan masuknya islam ke Negara-negara di bagian dunia
lainnya yakni dengan kekuatan militer, masuknya islam ke Indonesia itu
dengan cara damai disertai dengan jiwa toleransi dan saling menghargai
antara penyebar dan pemeluk agama baru dengan penganut-penganut agama
lama (Hindu-Budha). Ia dibawa oleh pedagang-pedagang Arab dan Ghujarat di
India yang tertarik dengan rempah-rempah. Masuknya Islam melalui India ini
menurut sebagian pengamat, mengakibatkan bahwa islam yang masuk ke

Indonesia ini bukan islam yang murni dari pusatnya di Timur Tengah, tetapi
islam yang sudah banyak dipengaruhi paham mistik, sehingga banyak
kejanggalan dalam pelaksanannnya .
Berbeda dengan pendapat diatas, S.M.N. al-Attas berpendapat bahwa
pada tahap pertama islam di Indonesia yang menonjol adalah aspek hukumnya
bukan aspek mistiknya karena ia melihat bahwa kecenderungan penafsiran alQuran secara mistik itu baru terjadi antara 1400-1700 M.
Akan tetapi, sejak pertengahan abad XIX, agama islam Indonesia secara
bertahap mulai meninggalkan sifat-sifatnya yang sinkretik setelah banyak
orang Indonesia yang mengadakan hubungan dengan Mekkah dengan cara
melakukan ibadah haji. Apalagi setelah transportasi laut yang makin membaik,
semakin banyaklah orang Indonesia yang melakukan ibadah haji bahkan
sebagian mereka ada yang bermukim bertahun-tahun lamanya untuk
mempelajari ajaran islam dari pusatnya, dan ketika kembali ke Indonesia
mereka menjadi penyebar aliran islam yang ortodoks.4
Adapun titik temu antara Hindu dan Islam di Indonesia adalah ketika
Majapahit jatuh ke tangan Demak. Sesudah tahun Saka 1400 atau tahun
Masehi 1478, Majapahit jatuh dalam kekuasaan Panembahan Jimbun alias
Raden Patah, Sultan Demak. Periode sesudah 1478 merupakan periode postperiod kerajaan Majapahit sebagai negara bawahan kesultanan Demak. Dalam
periode ini, ada dua nama penguasa Majapahit yang diangkat oleh
Panembahan Jimbun. Pertama, seorang Tionghoa bernama Njoo Lay Wa
sebagai penguasa atau raja Majapahit. Seperti yang sudah diketahui oleh
umum bahwa Raden Patah merupakan keturunan Tionghoa dari Putri Campa
4

Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: PT. Raja
Grafndo Persada, 2004), hlm. 292.
7

dan raja Kertabhumi. Pemerintahan Njoo Lay Wa hanya bertahan selama
delaan tahun saja. Bekas rakyat Majapahit memberontak di berbagai tempat
seolah-olah ingin membalas kekalahan. Njoo Lay Wa terbunuhh pada tahun
1486 Masehi.
Panembahan Jimbun pun mengangkat penguasa baru, seorang
keturunan Singawardhana dan menantu raja Kertabhumi bernama Dyah
Ranawijaya dengan nama Abhiseka Girindrawardhana. Maka tidak lain tidak
bukan, Dyah Ranawijaya adalah ipar Panembahan Jimbun sendiri. Berbeda
dengan masa penguasa yang dulu, penguasa yang satu ini berhasil
memerintah selama 40 tahun sampai pada tahun 1527 Maasehi. Dia terbunuh
dalam serbuan tentara Demak akibat dia bersekutu dengan Portugis di Malaka.
Pada titik inilah Majapahit benar-benar berakhir, baik sebagai kerajaan yang
sempat mengalami keagungan maupun sebagai negara bawahan Demak. 5
Bukti lain kedekatan Hindu dan Islam adalah sejak Raden Alit atau
Brawijaya VII yang menikahi Putri Campa yang bernama Dwarawati. Namun
Dwarawati mandul. Gadjah Mada pun membawa seorang putri cantik ke Istana
untuk dikawini sang Prabu. Ternyata ia tidak lain adalah raksasi (raksasa
perempuan). Pada saat hamil iapun diusir dari kerajaan. Dari raksasi tersebut,
lahirlah seorang putera bernama Jaka Dilah (Arya Damar) yang kemudian
diangkat menjadi raja bawahan di Palembang. Selanjutnya, Brawijaya kembali
ingn menikahi seorang perempuan yang kali ini adalah putri Cina, seorang
putri dari saudagar Cina bernama Kiai Balong.Karena putri Campa tidak mau
dimadu, sang Prabu pun menghadiahkan putri Cina kepada Arya Damar. Dari
keduanya, lahir seorang anak laki-laki bernama Kusen.
Di lain pihak, raja Campa telah memluk agama Islam berkat bujukan
Maulana Makdum Ibrahim. Ia juga berhasil mengislaman rakyat Campa.
Sebagai tanda terimakasih dan penghargaan, ia dinikahkan pada salah satu
puterinya. Dari perkawinan tersebut, lahir dua orang putera yakni Raden
Rahmad dan Raden Santri. Sepeninggal raja Campa. Prabu Anom diangkat
menjadi raja. Ia memiliki seorang putera bernama Raden Burereh. Ia bersama
Raden Rahmad dan Raden Santri pergi ke Majapahit untuk mengunjungi putri
Dwarawati. Prabu Brawijaya menyambut mereka dengan sangat hangat. Di
sana, Raden Rahmat menikah dengan seorang putri Tumenggung Wilatikta
bernama Ni Gede Manila dan menetap di Ngampel Denta. Sedangkan Raden
Santri dan Raden Burereh menikah dengan putri Arya Teja dan menetap di
Gresik.6
Tidak berhenti sampai di sini, masih ada nama-nama lain seperti Maulana
Wali Lanang, Santri Bonang, Santri Giri, Jaka Sahid dan lain-lain adalah bukti
adanya hubungan yang serba terbuka dan tidak dipenuhi ketegangan antara
Hindu dan Islam yang pada waktu itu notabene memiliki power dan dignity
5

Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu – Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam
di Nusantara, cet. VI (Yogyakarta: LkiS, 2008), hlm. 29 – 30.
6
Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu – Jawa..., hlm. 35 – 39.
8

masing-masing. Bahkan dari inforfasi yang ada, di antara keduanya tidak
terjadi konfrontasi yang signifkan dan berprinsip pada ajaran dan dakwah
masing-masing. Bedanya adalah bahwa agama Hindu bukan agama misi yang
tentu saja tidak ada istilah dakwah atau ajakan memeluk agama Hindu bagi
siapapun.
Setidaknya demikianlah proses pertemuan antara Hindu yang diwakili
oleh Majapahit dan Islam yang diwakili oleh Kesultanan Demak. Jika mau
menelisik lebih jauh lagi. Dari sana akan ditemukan banyak hal-hal atau orangorang yang menghubungkan antara Hindu dan Islam di Indonesia. Sebut saja
tokoh-tokoh sejarah yang ada di dalamnya saling memiliki keterkaitan dan
bahkan memiliki hubungan darah. Dari raja-raja Majapahit sampai kepada para
wali yang berada di tanah Jawa. Di Indonesia, Hindu dan Islam juga sangat
dekat dengan kebudayaan lokal yang ada di Indonesia pada umumnya dan
Jawa pada khususnya. Itulah mengapa akulturasi yang coba diperkenalkan oleh
walisongo berhasil diterima dengan baik oleh masyarakat.
Sampai sekarang, Hindu dan Islam di Indonesia bisa jadi saling
memberikan pengaruh. Di Indonesia, salah satu hal yang menyatukan antara
keduanya adalah mistisisme. Mistisisme (tasawuf) adalah dunia kebatinan yang
sifatnya sangat personal dalam kaitannya dengan kebutuhan ketenangan
secara psikologis dan spiritual. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila
setiap orang yang menjalani laku mistik akan memiliki pengalaman yang
beraneka waerna, serrta berlain-lainan antara satu orang dengan yang lainnya.
Kesucian batin dan keikhlasan dalam penyerahan diri kepada Tuhan biasanya
yang menjadi batas maqam para pelaku mistik ini.7
Bukan suatu kebetulan kenapa Hindu dan Islam di Indonesia
menganggap mistisisme sebagai satu di antara beberapa hal yang
menghubungkan antara keduanya. Mistik memiliki sifat dasar toleran, melihat
kebenaran dalam semua agama, karena kalau agama diperbincangkan dari sisi
manifestasi luar maka di situ hanya akan terdapat kebenaran tunggal, padahal
esensinya sangat luas sehingga tak terkatakan. Ini, setidaknya benar pada satu
jenis mistisisme.8 Di kalangan umat Islam, ddeskripsi mistisisme bisa jadi
sebagai sebuah sikap hidup, permasalahan hati ataupun juga sebuah
hubungan dengan Tuhan. Suf adalah memiliki ketiadaan dan dimiliki oleh
ketiadaan, suf memiliki tiga dasar karakteristik yaitu bergumul dengan
kemiskinan, sepi ingh pamrih (tidak berhasrat mendapatkan imbalan) dan
menjauhkan diri dan menghentikan nafsu (individual).
Konsep suf seperti dimaksudkan di atas tentu juga sangat dekat dengan
prinsip hidup umat Hindu yang sederhana dan selalu menjauhkan dirid ari
gemerlapnya dunia. Baisanya, umat Hindu melakukannya dengan tapabrata
dan semacamnya untuk mendekatkan diri dengan puncak kenikmatan
spiritual. Mistisisme Hindu bisa berkembang selama ia terbebeas dari garis7
8

R.C. Zaehner, Mistisisme Hindu Muslim, terj. Suhadi (Yogyakarta, LkiS, 2004), hlm. V.
R.C. Zaehner, Mistisisme Hindu Muslim..., hlm. 4.
9

garis iman dan dogma. Dalam bukunyayang mengagumkan tentang mistisisme
Hindu, Surendranath Dasgupta mengklasifkasi lima jenis mistisisme yang
berbeda. Pertama, upacara korban (sacrifcial), Upanisadik, Yogi, Budhistik dan
bagian dari Bhakti yang memiliki tujuan satu yaitu mokhsa atau pembebeasan
dari sifat kemanusiaan atu satu tingkatan spiritual yang sangat tinggi.
Karena Islam merupakan agama misi dan datang setelah Hindu, maka
kebanyakan, budaya-budaya Hindu-Budha yang saat itu menjadi patokan
diasimilasikan dan diakulturasikan dengan khazanah keislaman. Dalam
penyebaran agamanya, Islam menggunakan banyak cara antara lain adalah
dari proses perkawinan dan seni budaya. Para wali yang menyadari bahwa
budaya masyarakat lokal pada saat itu sangat kental dengan budaya hindu dan
budha, para wali juga menyadari bahwa mereka tidak dapat menancapkan
kaidah Islam secara mutlak dan instan kepada masyarakat yang sudah
terlanjur memakai budaya hindu dan budha, maka para wali dengan lemah
lembut dan sabar menggunakan metode pendekatan kepada masyarakat.
Contohnya adalah sunan Kalijaga, beliau menyadari pada saat itu masyarakat
suka berkumpul dalam pertunjukan wayang dan musik-musik gendhingan,
maka dengan mengambil kisah mahabarata, Sunan kalijaga memasukan
flosof-flosof dan tata cara hidup menurut Islam dalam kisah wayang
mahabarata tersebut. Dengan demikian sang Sunan dapat mengumpulkan
masyarakat untuk menonton wayang sembari berdakwah. Maka dengan cara
tersebut Sunan Kalijaga mampu untuk mengajak masyarakat lokal untuk
mengucapkan dua kalimat syahadat.
Di samping itu, ada juga yang melalui seni lagu, ialah Sunan Bonanng
dengan tembang geguritannya dalam menyebarkan agama Islam. Namun
walaupun sudah memeluk Islam, namun rata-rata masih banyak yang
menjalankan ritual-ritual yang bukan merupakan ajaran Islam, namun
merupakan budaya hindu dan budha. Pada saat itu para Wali tidak semertamerta langsung melarang, para wali khawatir apabila langsung mereka larang
maka Masyarakat akan takut dan kabur dari Islam, para walipun sedikit demi
sedikit memasukan kalimat kalimat tahlil dan bacaan-bacaan doa kedalam
upacara-upacara budaya tersebut. Contohnya dalam budaya setelah kematian,
dimana akan ada peringatan 7 sampai 1000 hari. Upacara tersebut bukanlah
ajaran Islam melainkan ajaran Hindu, namun masyarakat menjalankan hal
tersebut karena sudah terbiasa oleh ajaran nenek moyang mereka dan takut
kualat apabila tidak menjalankannya. Selain upacara kematian terdapat juga
berbagai budaya hindhu yang lain antara lain budaya sedekah bumi, dan
sedekah laut. upacara tersebut dijalankan setiap bulan syura atau muharram
dalam kalendar islam. Budaya-budaya tersebut sampai sekarang masih sering
dijalankan oleh masyarakat khususnya masyarakat Jawa yang kental akan
budaya-budaya mistis. dalam setiap upacara mereka selalu dimulai dengan
doa-doa dalam Islam. Ini dikarenakan sebelum para Wali meluruskan ajaranajaran Islam, mereka keburu dipanggil Oleh Allah Swt. Sehingga masyarakat
tetap menjalankan ajaran-ajaran tersebut sampai sekarang.
10

Selengkapnya, tradisi-tradisi yang kini dikenal sebagai tradisi yang
dmiliki oleh Islam, ternyata tidak lain adalah hasil akulturasi dari kebudayaankebudayaan yang dulunya akrab di lingkungan umat Hindu maupun Budha di
Indonesia. Tradisi-tradisi seperti grebeg sekaten di Yogyakarta, Genduri di
masyarakat Jawa pada umumnya, tahlilan dan bahkan sesajen adalah bentuk
asimilasi dari budaya Hindu-Budha.
Garebeg atau anggerebeg berarti pengawalan terhadap seorang
pembesar yang penting, seperti seorang raja. Pada upacara tersebut Raja
Yogyakarta dan RajaSurakarta menampakkan diri di Sitinggil dan dikelilingi
oleh pengikut- pengikutnya (kerabat-kerabatnya) yang berada di Pagelaran
untuk memberikan penghormatan kepada penguasa.Upacara Gerebeg
dilakukan tiga kali setiap tahun oleh Keraton Yogayakarta dan Keraton
Surakarta, yaitu pada hari kelahiran Nabi Muhammad saw. (Gerebeg Maulud)
pada tanggal 12 Maulud), hari raya Idul Fitri (Gerebeg Pasa) pada tanggal 1
Syawal dan hari raya Idul Adha (Gerebeg Besar) pada tanggal 10 Besar.Dari
tiga Garebeg tersebut yang terbesar ialah Garebeg Maulud yang kemudian
dirangkaikan dengan Sekaten.
Genduri, kenduren, atau kenduren adalah budaya Hindu yang dilakukan
oleh para penganutnya supaya terhindar dari kesialan. Namun setelah
masuknya islam tradisi ini tidaklah hilang. Namun diadaptasi atau dirubah
dengan cara mengganti bacaan yang ada pada genduri dengan bacaan dzikir
untuk memuliakan Allah dan Rasulnya. Budaya ini masih terjaga sampai
sekarang. Biasanya Genduri dilakukan di hari-hari besar atau ketika seseorang
memiliki suatu hajatan.
Walaupun para penduduk di Jawa sudah memeluk agama islam tapi
kebanyakan dari mereka tidak bisa melepaskan diri dari tradisi sesajen. Mereka
menganggap tra disi ini sangat penting. Bahkan sampai memunculkan
kekhawatiran jika mereka tidak memberikan sesajen kepada roh halus.
Anggapan jika roh halus akan mengamuk jika tidak diberi sesajen masih
sangatlah kuat. Dan ini menjadi salah satu ciri bahwa budaya hindu – budha
sangatlah melekat di hati orang jawa.
Kuade merupakan hasil karya dan sebagai simbol pada manusia atas
kemurahan para Dewa-Dewa. Sedang kembar mayang sebagai penolak balak
dan lambang kemakmuran. Kembar mayang pada saat ini merupakan bagian
yang harus ada jika seseorang menikah.
Hampir semua orang mengenal apa itu tahlilan. Yaitu sebuah ritual
dalam agama islam untuk memberikan hadiah berupa doa kepada orang yang
sudah meninggal. Namun ternyata tahlilan ini merupakan sebuah amalan yang
berasal dari Hindu-Budha yang setalah datangnya islam sedikit dirubah
fungsinya oleh para wali di jawa. Yang sering disebut wali sanga.9
9

Gun Gun Gunawan dkk., “Pengaruh Ritual Keagamaan Hindu-Budha pada Ritual
Keagamaan Islam di Jawa” dalam www.uns.ac.id., diposting pada 1 November 2014, diakses
11

Yang tak kalah penting adalah budayaa belajar kitab kuning pada
masyarakat Islam,juga berasal dari budaya Hindu yang dahulu membiasakan
kepada para generasi mudanya untuk mempelajari literatur mereka yakni
Mahabharata dan Ramayana. Oleh Islam, semangat itu diambilalih untuk
mempelajari kitab kuning, yang keduanya sama-sama merupakan kitab
panduan keberagamaan bagi umat Hindu dan bagi umat muslim.

B. Ajaran-ajaran Hindu
Kesamaan

dan Islam di Indonesia

yang Memiliki

Jika mempelajari agama Hindu secara keseluruhan, tulisan-tulisannya
yang luas, keseniannya yang sangat kaya, peribadatannya yang cermat, dan
adat istiadatnya yang mencakup demikian banyak hal. Dan jika menerima
pandangannya yang sedemikian luas sebagai suatu kesatuan serta
mengutarakannya kembali dalam satu pernyataan tunggal yang menyatakan
inti hakikatnya, pasti akan ditemukan peneguhan utama yang dikatakan
kepada manusia; Anda boleh melakukan apapun yang anda inginkan.10
Secara garis besar, keinginan manusia terbagi menjadi empat hal yang
paling utama. Pertama, manusia menginginkan kesenangan. Keinginan ini
merupakan hal yang alamiah, sesuai dengan kodrat manusia pada umumnya.
Manusia adalah makhuk yang mudah bereaksi terhadap kesenangan dan
kesakitan karena sudah tertanam dalam diri mereka. Kedua, kesuksesan
duniawi, dengan tiga aspeknya berupa kekayaan, kemasyhuran dan
kekuasaan. Sukses merupakan suatu prestasi sosial yang secara mendasar
bertautan dengan kehidupan orang-orang lain.11
Petunjuk-petunjuk khusus dari agama Hindu untuk mewujudkan kodrat
manusia sepenuhnya diberi nama yoga.12 Kata ini sudah cukup dikenal di
khalayak umum sebagai sejenis olah tubuh dalam maupun olah pernafasan
dengan melakukan gerakan-gerakan sederhana yang simetris dan sebagainya.
Jika yoga pada umumnya lebih mengutamakan jasmani, maka yoga yang
dikenal oleh umat Hindu untuk menyelaraskan jasmani dan rohani.
Yoga-yoga yang dilakukan oleh orang India dimana lokus umat Hindu
berasal, benar-benarr untuk menyatukan jiwa manusia dengan Tuhan, yang
tersembunyib di lubuk hati yang paling dalam untuk mencapai tujuan-tujuan
praktuis ini, bukan sekedar untuk kontemplasi khayalan atau untuk memncapai
gagasanyang hebat dan mendalam. Bagaimana caranya mencapai Brahman
dan hidup seperti Brahman, bagaimana untuk dapat hidup dalam taraf ilahiah
sambil tetap hidup di dunia ini. Itulah yang telah mengilhami dan
pada 11 Januari 2015.
10
Huston Smith, Agama-agama Manusia, terj. Safroedin Bahar, edisi ke-8 (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm. 19.
11
Huston Smith, Agama-agama Manusia..., hlm. 20 – 22.
12
Huston Smith, Agama-agama Manusia..., hlm. 38.
12

mempertinggi alam rohani manusia di India selama berabad-abad. 13 Dan itulah
kenapa umat Hindu dan orang India sangat akrab dengan laku yoga ini.
Hindu memiliki beragam konsep keagamaan yang diterapkan sehari-hari.
Konsep-konsep tersebut meliputi pelaksanaan yajna, sistem Catur Warna
(kasta), pemujaan terhadap Dewa-Dewi, Trihitakarana, dan lain-lain. Dalam
ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci (bukan simbol tuhan),
makhluk supernatural, penghuni surga, setara dengan malaikat, dan
merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kitab suci Reg
Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga
puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan.
Di antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu
konsep adalah: Brahma (Brahman), Wisnu dan Shiwa. Dalam kepercayaan
agama Hindu, ketiga dewa tersebut merupakan Trimurti.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat
bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat
menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti
makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Filsafat
Advaita (yang berarti: “tidak ada duanya”) menyatakan bahwa tidak ada yang
setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara beliau dengan
umatnya.
Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna bukan sama sekali dan
tidak sama dengan kasta. Karena di dalam ajaran Pustaka Suci Weda, tidak
terdapat istilah kasta. yang ada hanyalah istilah Catur Warna, ini pula yang
dipakai oleh umat Hindu di Indonesia. Menurut ajaran catur Warna, status
seseorang didapat sesuai dengan pekerjaannya. Jadi, status seseorang tidak
didapat semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu
profesi atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna menekankan
seseorang agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Keempat
golongan sangat dianjurkan untuk saling membantu agar mereka dapat
memperoleh hak. Dalam sistem Catur Warna terjadi suatu siklus “memberi dan
diberi” jika keempat golongan saling memenuhi kewajibanny.
Jika melihat di dunia Islam
khususnya di Indonesia juga terdapat
semacam pengkastaan atau pengkotak-kotakan masyarakat agama seperti
kaum Priyayi, Santri dan Abangan. Meskipun ini bukan murni pengkastaan,
karena dalam Islam sendiri, derajat dan martabat manusia ditentukan oleh
tingkat ketakkwaan seseorang.
Dalam ajaran Hindu, Yajna merupakan pengorbanan suci secara tulus
ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada para leluhur, kepada sesama
manusia, dan kepada alam semesta. Biasanya diwujudkan dalam ritual yang
sangat erat kaitannya dengan kehidupan umat Hindu. Tujuan pengorbanan
13

Huston Smith, Agama-agama Manusia..., hlm. 40.; Lihat juga Heinrich Zimmer, the
Philosophy of India (New York: Patheon Books, 1951), hlm. 80 – 81.
13

tersebut bermacam-macam, bisa untuk memohon keselamatan dunia,
keselamatan leluhur, maupun sebagai kewajiban seorang umat Hindu. Bentuk
pengorbanan tersebut juga bermacam-macam, salah satunya yang terkenal
adalah Ngaben, yaitu ritual yang ditujukan kepada leluhur (Pitra Yadnya).
Agama Hindu dikenal sebagai salah satu agama yang paling toleran,
yang mana dalam kitab Reg Weda ada salah satu baitnya yang berkata:
"Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya dengan
banyak nama." Dalam hal ini, mungkin ada sedikit perbedaan dengan apa yang
diajukan oleh agama Islam yang menjadi salah satu diustur ilahi paling
terkemuka, yang menyatakan bahwa “Sesungguhnya agamma yang diridhai
oleh Allah adalah Islam.” Meskkipun demikian, islam juga memiliki jargon
“rahmatan li al-‘alamin”, yaitu menjadi agen agama penebar damai di muka
bumi. Terlebih di tanah air Indonesia yang memang memiliki kedalaman
sejarah dan tradisi yang panjang.
Dalam agama Hindu dikenal adanya empat jalan menuju tuhan, yakni
melalui pengetahuan, melalui cinta, melalaui kerja dan melalui latihan
psikologis.14 Bandingan yang dapat disampirkan dalam konsep keagamaan
Hindu ini adalah bahwasanya Islam memiliki rukun Islam dan rukun Iman yang
keduanya sama-sama menjadi norma dan undang-undang dasar dalam
mendalami agama Islam, begitupula yang diharapkan oleh jalan spiritual yang
dimilikki oleh Hindu.
Jalan menuju tuhan melalui pengetahuan adalah jnana yoga. Yioga ini
dikmaksudkan untuk para pencari kehidupan rohani yang mempunyai
kecenderungan intelektual yang kuat. Jalan menuju tuhan melalui cinta adalah
bhakti yoga. Yoga ini dimaksudkkan sebagai alternatif bagi mereka yang belum
sanggup menjalani laku jnana yoga yang dikenal sangat terjal dan berat. Jalan
menuju tuhan melalui kerja adalah karma yoga. Yoga ini dikhususkan kepada
mereka yang memiliki sifat aktif. Dan jalan menuju tuhan yang terakhir yakni
melalui latihan psikologis atau yang disebut raja yoga.15
Dalam dunia Islam dikenal juga beberapa istilah yang memiliki kesamaan
makna dengan apa yang dikehendaki oleh masyarakat Hindu dengan empat
jalan menuju tuhan (yoga). Secara umum, yoga sendiri sering disamakan
dengan shalat yang sama-sama memiliki gerakan ritmik dan memiliki makna di
setiap gerakannya. Tujuannya pun satu, mencapai penyatuan dengan Tuhan.
Adapaun lebih detail lagi, bandingan dari konsep jnana yoga adalah dengan
belajar ilmu tauhid. Karena memang dalam Islam, literatur yang membahas
secara komprehensif mengenai keberadaan Tuhan adalah ilmu tauhid. Ada
beberapa dalil yang menunjukkan kemiripan yang sama antara Hindu dan
Islam,yakni mengenai bekerja dan latihan psikologis (tasawuf).

14
15

Huston Smith, Agama-agama Manusia..., hlm. 37 – 59.
Huston Smith, Agama-agama Manusia..., hlm. 37 – 59.
14

Ajaran-ajaran yang sebenarnya cukup sederhana dan applicable dalam
kehidupan keseharian manusia seperti konsep hidup sederhana dengan pikiran
luhur, mengelola hidup yang bermoral16 dan lain sebagainya sangat sejalan
dengan pola kehidupan yang diajarkan oleh Islam kepada seluruh umatnya.
Meskipun mungkin konsep ini juga diterapkan oleh beberapa agama dan
keyakinan lainnya karena memang konsep ini bisa jadi sangat general.
Sebenarnya ide atau gagasan tentang konsep tuhan dalam suatu agama
dibandingkan dengan gagasan dan ide tentang tuhan dalam agama yang lain,
ide tentang wahyu (revelation) dalam suatu agama dengan wahyu dalam
agama lain, tokoh sentral dalam dua agama yang berbeda, kitab suci dan lain
sebagainya17 merupakan sebuah aktivitas akademik yang lazim dilakukan,
selama tidak membentur pada batasan yang telah digariskan oleh masingmasing agama. Karena biar bagaimanapun juga, permasalahan yang
menyangkut agama adalah permasalahan yang memiliki potensi transendental
yang notabene bebas dari akal sehat dan penalaran manusia. Hal-hal yang
dalam agam termasuk dalam dogma dan doktrin merupakan sebuah aksioma
yang hanya berlaku untuk dijalankan, bukan untuk dikritisi.
Membahas mengenai hubungan agama Hindu dengan Islam di Indonesia,
seperti yang telah banyak disampaikan sebelumnya, tidak terlepas dari posisi
kedua agama ini sebagai agama yang paling mudah dan paling banyak
diterima oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan Jawa pada khususnya.
Setelah agama Hindu berjaya bersama jayanya kerajaan Majapahit di
Nusantara sampai pada medio akhir abad keempatbelas, maka dilanjutkan
dengan agresi Islam melalui sunan-sunan yang tergabung dalam kelompok
“Wali Songo” sampai runtuhnya kesultanan Demak. Sejak saat itu, kedua
agama ini seakan memiliki penantang baru seperti agama Kristen dan
Konghucu yang datang belakangan dan menjadi agama-agama yang hidup
berdampingan di Indonesia selain juga Budha.
Bukan berarti penelitian ini untuk memberikan legitimasi untuk
memutuskan siapa mengakulturasi siapa ataupun ajaran siapa yang dipakai
siapa, melainkan sekadar untuk membuka wawasan dan pengetahuan bahwa
pada dasarnya, ada beberapa sisi atau aspek dari beberapa agama di
Indonesia yang memiiki kesamaan dan kedekatan secara historis dan kultural,
yang salah satunya adalah relasi konsep keberagamaan Hindu dan Islam di
Indonesia. Kedekatan ini pula yang menjadikan Islam lebih mudah meraih
simpati masyarakat di Jawa pada khususnya yang sebelumnya sangat kental
dengan budaya mistisisme Hindu dan menggiringnya secara perlahan menuju
pemahaman Islami.

16
Ida Bagus Agung, Menuju Masyarakat Anti Korupsi: Perspektif Agama Hindu, serial
khutbah (Jakarta: Depkominfo, 2006), hlm. 3 & 9.
17
Lihat Kautsar Azhari Noer, “Perbandingan Agama: Apa yang Diperbandingkan?” dalam
KKOmaruddin Hidayat (ed.), Passing Over: Melintas Batas Agama, cet III (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001), hlm. 225.

15

Bahkan sampai detik ini, dikenal aliran Dharmo Gandhul, yaitu
perpaduan antara khazanah Hindu yang masih mendarah daging dengan Islam
budaya. Di dalam aliran ini dikenal juga shalat meskipun tempo
pelaksanaannya tidak serutin shalat dalam Islam. Mungkin juga masihb ada
beberapa aliran atau kepercayaan serupa yang beredar di berbagai wilayah di
Jawa. Islam Kejawen adalah sebuah istilah untuk mendeskripsikan Islam yang
dibubuhi kepercayaan-kepercayaan tradisional yang serba mistik, yang
sebenarnya menurut Islam adalah suatu yang syirik (menyekutukan Allah).

BAB III
KESIMPULAN

Secara garis besar, agama-agama yang ada di dunia memiliki ajaran
yang dapat dikatakan memiliki kesamaan antara satu agama dengan yang
lainnya. Biar bagaimanapun juga, agama adalah media dimana seorang hamba
mengekspresikan tindakan berketuhanan atau berkeagamaan sesuai dengan
apa yang ia yakini bahhwa itu akan mengantarkannya menuju menuju
kepuasan rohani. Inilah klimaks dari aktivitas beragama. Begitu juga ketika
seorang hamba melalui agama yang diyakininya mengharapkan sesuatu untuk
menjadi kenyataan. Itulah magisitas agama.
Budaya dan Agama Hindu tiba di kepulauan Indonesia pada abad kedua
yang dibawa oleh para pedagang dari India, bertepatan dengan kedatangan
16

Agama Buddha yang mendirikan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha di beberapa
wilayah Kalimantan dan juga Jawa seperti Kutai, Mataram dan Majapahit.
Kompleks Candi Prambanan ini dibangun pada zaman Mataram Hindu, selama
Dinasti Sanjaya. Kerajaan Hindu yang terbesar yang pernah berkembang di
kepulauan Indonesia adalah kerajaan Majapahit. Usia kerajaan Hindu-Buddha
berlangsung sampai abad ke-16, ketika kepulauan Islam mulai memperluas
kerajaan. Periode ini, dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, berlangsung
selama 16 abad penuh. Pengaruh Hindu dan klasik india tetap mendefnisikan
ciri-ciri kebudayaan Indonesia. Hindu India berkonsep dewa-raja, sedangkan
Hindu Indonesia masih dalam bentuk konsep kepemimpinan dan penggunaan
bahasa Sanskerta dalam literatur sopan dan adaptasi dari mitologi India
seperti Ramayana dan Mahabharata.
masuknya Islam ke Indonesia sendiri cukup banyak versi yang
menyebutkan seperti versi teori Gujarat, versi teori Arab, teori Cina dan lain
sebagainya. Namun hal itu tidak akan dibahas lebih jauh. Pendapat yang paling
banyak diamini dan dipakai adalah bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa
oleh pedagang dari Gujarat sekitar abad ke-12 Masehi.
Adapun titik temu antara Hindu dan Islam di Indonesia adalah ketika
Majapahit jatuh ke tangan Demak. Sesudah tahun Saka 1400 atau tahun
Masehi 1478, Majapahit jatuh dalam kekuasaan Panembahan Jimbun alias
Raden Patah, Sultan Demak. Periode sesudah 1478 merupakan periode postperiod kerajaan Majapahit sebagai negara bawahan kesultanan Demak. Dalam
periode ini, ada dua nama penguasa Majapahit yang diangkat oleh
Panembahan Jimbun. Pertama, seorang Tionghoa bernama Njoo Lay Wa
sebagai penguasa atau raja Majapahit dan kedua, seorang keturunan
Singawardhana dan menantu raja Kertabhumi bernama Dyah Ranawijaya
dengan nama Abhiseka Girindrawardhana.
Nama-nama dalam sejarajh pertemuan Prabu Brawijaya dengan tokohtokoh Islam menunjukkan tidak adanya ketegangan yang berarti di antara
Hindu dan Islam yang pada kala itu sebenarnya sudah memiliki porsi dan posisi
yang cukup strategis untuk saling menyerang jika mau. Namun karena Hindu
bukanlah agama misi sedangkan agama Islam lebih memilih jalan dakwah yang
damai, maka hubungan antara keduanya pun tampak sangat harmonis.
Sampai sekarang, Hindu dan Islam di Indonesia bisa jadi saling
memberikan pengaruh. Di Indonesia, salah satu hal yang menyatukan antara
keduanya adalah mistisisme. Mistisisme (tasawuf) adalah dunia kebatinan yang
sifatnya sangat personal dalam kaitannya dengan kebutuhan ketenangan
secara psikologis dan spiritual. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila
setiap orang yang menjalani laku mistik akan memiliki pengalaman yang
beraneka waerna, serrta berlain-lainan antara satu orang dengan yang lainnya.
Kesucian batin dan keikhlasan dalam penyerahan diri kepada Tuhan biasanya
yang menjadi batas maqam para pelaku mistik ini.
17

Dalam agama Hindu dikenal adanya empat jalan menuju tuhan, yakni
melalui pengetahuan, melalui cinta, melalaui kerja dan melalui latihan
psikologis.18 Bandingan yang dapat disampirkan dalam konsep keagamaan
Hindu ini adalah bahwasanya Islam memiliki rukun Islam dan rukun Iman yang
keduanya sama-sama menjadi norma dan undang-undang dasar dalam
mendalami agama Islam, begitupula yang diharapkan oleh jalan spiritual yang
dimilikki oleh Hindu.
Jalan menuju tuhan melalui pengetahuan adalah jnana yoga. Yioga ini
dikmaksudkan untuk para pencari kehidupan rohani yang mempunyai
kecenderungan intelektual yang kuat. Jalan menuju tuhan melalui cinta adalah
bhakti yoga. Yoga ini dimaksudkkan sebagai alternatif bagi mereka yang belum
sanggup menjalani laku jnana yoga yang dikenal sangat terjal dan berat. Jalan
menuju tuhan melalui kerja adalah karma yoga. Yoga ini dikhususkan kepada
mereka yang memiliki sifat aktif. Dan jalan menuju tuhan yang terakhir yakni
melalui latihan psikologis atau yang disebut raja yoga.19
Dalam dunia Islam dikenal juga beberapa istilah yang memiliki kesamaan
makna dengan apa yang dikehendaki oleh masyarakat Hindu dengan empat
jalan menuju tuhan (yoga). Secara umum, yoga sendiri sering disamakan
dengan shalat yang sama-sama memiliki gerakan ritmik dan memiliki makna di
setiap gerakannya. Tujuannya pun satu, mencapai penyatuan dengan Tuhan.
Adapaun lebih detail lagi, bandingan dari konsep jnana yoga adalah dengan
belajar ilmu tauhid. Karena memang dalam Islam, literatur yang membahas
secara komprehensif mengenai keberadaan Tuhan adalah ilmu tauhid. Ada
beberapa dalil yang menunjukkan kemiripan yang sama antara Hindu dan
Islam,yakni mengenai bekerja dan latihan psikologis (tasawuf).
Bukan berarti penelitian ini untuk memberikan legitimasi untuk
memutuskan siapa mengakulturasi siapa ataupun ajaran siapa yang dipakai
siapa, melainkan sekadar untuk membuka wawasan dan pengetahuan bahwa
pada dasarnya, ada beberapa sisi atau aspek dari beberapa agama di
Indonesia yang memiiki kesamaan dan kedekatan secara historis dan kultural,
yang salah satunya adalah relasi konsep keberagamaan Hindu dan Islam di
Indonesia. Kedekatan ini pula yang menjadikan Islam lebih mudah meraih
simpati masyarakat di Jawa pada khususnya yang sebelumnya sangat kental
dengan budaya mistisisme Hindu dan menggiringnya secara perlahan menuju
pemahaman Islami.

PENUTUP

18
19

Huston Smith, Agama-agama Manusia..., hlm. 37 – 59.
Huston Smith, Agama-agama Manusia..., hlm. 37 – 59.
18

Segala puji dan syukur kepada Allah Swt., atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulisan makalah yang berjudul “Relasi Konsep Keberagamaan
Hindu dan Islam di Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa
adanya kendala yang cukup berarti. Tanpa petunjuk dari Allah, pastilah yang
gelap semakin gulita dan pengetahuan jauh dari harap.
Dalam proses penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat
bantuan baik berupa material maupun spiritual dari berbagai pihak yang telah
ikut membantu tersusun dan terselesaikannya makalah ini dengan lancar dan
baik. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya dihaturkan kepada semua pihak yang turut membantu
dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak Dosen dan rekanrekan sekelas yang saya cintai dan banggakan.
Kekurangan dalam penulisan makalah ini tidak penulis pungkiri, sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih sempurna dikemudian hari. Akhirnya Penulis
mengharapkan makalah ini berguna bagi pembaca dan khususnya bagi saya
pribadi, amin.

DAFTAR PUSTAKA
19

Agung, Ida Bagus. 2006. Menuju Masyarakat Anti Korupsi: Perspektif Agama
Hindu. serial khutbah. Jakarta: Depkominfo
Al-Qur’an al-Karim
Coogan, Michael D. (ed.). 2003. the Ilustrated Guide to World’s Religions. New
York: Oxford University Press
Gunawan, Gun Gun dkk. “Pengaruh Ritual Keagamaan Hindu-Budha pada
Ritual Keagamaan Islam di Jawa” dalam www.uns.ac.id. diposting pada 1
November 2014. diakses pada 5 Januari 2015
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online di www.KBBI.web.id. Diakses
pada 5 Januari 2015.
Muljana, Slamet. 2008. Runtuhnya Kerajaan Hindu – Jawa dan Timbulnya
Negara-negara Islam di Nusantara. cet. VI. Yogyakarta: LkiS
Noer,

Kautsar
Azhari.
2001.
“Perbandingan
Agama:
Apa
yang
Diperbandingkan?” dalam Komaruddin Hidayat (ed.). Passing Over:
Melintas Batas Agama. cet III. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Sinaga, Martin L. (ed.). 2000. Agama-agama Memasuki Milenium Ketiga.
Jakarta: PT. Grasindo.
Smith, Huston. 2008. Agama-agama Manusia. terj. Safroedin Bahar. edisi ke-8.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta:
PT. Raja Grafndo Persada
Young, William A. 2010. the World’s Religions: Worldviews and Contemporary
Issues. edisi ketiga. United State of America: Pearson Education Inc.
Zaehner, R.C. 2004. Mistisisme Hindu Muslim. terj. Suhadi. Yogyakarta: LkiS
Zimmer, Heinrich. 1951. the Philosophy of India. New York: Patheon Books

20