PENGERTIAN UNDANG UNDANG DESA DAN KEISTI

PENGERTIAN UNDANG-UNDANG DESA DAN KEISTIMEWAANYA
Standar dan Peraturan
Oleh Endra M Yusuf 6 March 2017
Undang-Undang yang baru saja dikeluarkan tentang Desa pada tahun 2014 yaitu, Undang-Undang No. 6
Tahun 2014. Undang-Undang yang baru ditandatangani 15 Januari 2014 itu menjelaskan bahwa desa nantinya
pada tahun 2015 akan mendapatkan kucuran dana sebesar 10% dari APBN. Dimana kucuran dana tersebut
tidak akan melewati perantara. Dana tersebut akan langsung sampai kepada desa. Tetapi jumlah nominal yang
diberikan dari geografis desa, jumlah penduduk, dan angka kematian.
Undang-Undang desa tersebut merupakan salah satu komitmen besar untuk mendorong perluasan
kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk menyejahterkan rakyat indonesia diperlukan
pembangunan sampai ke desa-desa, jadi memang diharapkan tidak ada lagi desa yang akan tertinggal.
Harapan lain dapat menjadi salah satu lompatan sejarah sebagai proses pembangunan yang sedang
berlangsung. Undnag-Undang desa dapat menjadi salah satu komitmen program yang berpihak pada rakyat
sebagai dasar pembangunan 10 tahun terakhir yang merupakan wujud keberpihakan kepada kelompok
masyarakat akar rumput yang dalam piramida kependudukan berada yang paling bawah. Undang-Undang
Desa yang disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut memang merupakan sesuatu yang
istimewa. Keistimewaan Undang-Undang Desa tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Desa akan mendapat dana milyaran rupiah secara langsung Berdasarkan Undang-Undang Desa No 6
Tahun 2014 Pasal 72 Ayat 3 menyebutkan Alokasi dana Desa minimal akan diglontorkan secara
langusung ke desa sekelomok 10 % dari dana perimbangan yang akan diterima oleh kabupaten/kota.
Jadi setiap tahun desa akan menerima dana miliyaran rupiah untuk kemajuan desa. Wakil Ketua

Pansus RUU Desa, Budiman Sujatmiko, menyatakan jumlah 10 % dari dana perimbangan yang
diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana
Alokasi Khusus” Sepuluh persen bukan di ambil dari dana transfer daerah.” Kata Budiman. Artinya,
kata Budiman dana sekitar Rp 104,6 miliar per tahun per desa. “ Tetapi akan disesuaikan geografis,
jumlah penduduk, jumlah kemiskinan “ ujarnya. Dana itu, kata Budiman diajukan desa melalui Badan
Pemusyawaratan Desa (BPD) yang angggotanya merupakan wakil dari pendidik desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. BPD merupakan badan permusyawaratan
ditingkat desa yang turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan
Pemerintah Desa. “ Mereka bersidang minimal setahun sekali,” ujar Budiman.
2. Penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa diatur dengan jelas. Menurut Undang-Undang Desa No
6 Tahun 2014 Passal 66 penghasilan kepala desa dan perangkat desa akan mendapatkan kejelasan
pengajian berupa gaji tetap setiap bulan. Penggajian kepala desa dan perangkat desa tersebut
berdasarkan dari dana perimbangan APBN. Selain itu kepala desa dan perangkat desa akan
mendapatkan fasilitas berupa jaminan kesehatan dan penerimaan lainya yang sah.
3. Wewenang
Kepala
Desa
Berdasarkan Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014 72, dimana kepala desa berwenang untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu adanya peluang desa untuk mengatur penerimaan yang
merupakan pendapatan desa masing-masing. Namun demikian, diharapakan para kepala desa

menjalankan semua semua tugasnya tanggung jawab yang lebih besar atas kewenangan yang
diberikan.
4. Masa
Jabatan
Kepala
Desa
Bertambah
Berdasarkan Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014 pasal 39 masa jabatan kepala desa saat ini
adalah 6 tahun dan dapat menjabat paling banyak 3 kali masa jabatan secara bertutut-turut atau tidak
secara berturut-turut. Untuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga sama yaitu dapat menjabat
sebanyak-banyaknya 3 kali masa jabatan, baik secara berturut-turut maupun tidak berturut-turut. Pada
undang-undang sebeblumnya hanya dapat menjabat sebanyak-banyak 2 kali masa jabatan.
5. Badan
Permusyawaratan
Desa
Mempunyai
Fungsi
yang
Lebih
Mendalam.

Berdasarkan Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014 pasal 55, Badan Permusyawaratan Desa
mempunyai fungsi:
6. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama kepala desa;
7. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan
8. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.
Disarikan pada buku: Konstitusi Ekonomi, Penulis: V. Wiratna Sujarweni, Halaman: 2-4.

UNDANG-UNDANG DESA
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Potret wajah anak-anak di sepanjang perairan Sumatera Utara

Undang-Undang Desa adalah seperangkat aturan mengenai penyelenggaran pemerintah desa dengan
pertimbangan telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar
menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam
melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. [1]
Undang-Undang ini juga mengatur materi mengenai Asas Pengaturan, Kedudukan dan Jenis Desa, Penataan
Desa, Kewenangan Desa, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Hak dan Kewajiban Desa dan Masyarakat
Desa, Peraturan Desa, Keuangan Desa dan Aset Desa, Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan
Perdesaan, Badan Usaha Milik Desa, Kerja Sama Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat
Desa, serta Pembinaan dan Pengawasan.[2] Selain itu, Undang-Undang ini juga mengatur dengan ketentuan

khusus yang hanya berlaku untuk Desa Adat sebagaimana diatur dalam Bab XIII.[2]
Salah satu poin yang paling krusial dalam pembahasan RUU Desa, adalah terkait alokasi anggaran untuk desa,
di dalam penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Keuangan Desa. [2] Jumlah alokasi anggaran yang langsung ke
desa, ditetapkan sebesar 10 persen dari dan di luar dana transfer daerah.[2] Kemudian dipertimbangkan jumlah
penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, kesulitan geografi. [2] Hal ini dalam rangka meningkatkan
masyarakat desa karena diperkirakan setiap desa akan mendapatkan dana sekitar 1.4 miliar berdasarkan
perhitungan dalam penjelasan UU desa yaitu, 10 persen dari dan transfer daerah menurut APBN untuk
perangkat desa sebesar Rp. 59, 2 triliun, ditambah dengan dana dari APBD sebesar 10 persen sekitar Rp. 45,4
triliun.[3] Total dana untuk desa adalah Rp. 104, 6 triliun yang akan dibagi ke 72 ribu desa se Indonesia.[3]

KETENTUAN UMUM
Dalam ketentuan umum UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah menyatakan, desa atau yang
disebut nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik
Indonesia.[4] Dalam UU tersebut juga ditegaskan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak-asal usul dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.[4] Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005, pembentukan desa hanya berdasarkan indikator jumlah penduduk dibedakan menurut

pulau dan langsung menjadi desa definitif.[4] Dalam UU Desa yang baru, indikator jumlah penduduk tidak lagi
hanya menurut pulau, namun lebih terperinci seperti syarat jumlah penduduk lebih besar dibandingkan
sebelumnya.[4] Jika sebelumnya cukup dengan jumlah penduduk 2.500 orang, dengan UU Desa wajib 4.500
orang dan dalam undang- undang tersebut adanya desa persiapan selama 1-3 tahun.[4]
Selain itu juga terdapat ketentuan umum terkait desa adat, yaitu sebagai kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak tradisionalnya secara nyata masih hidup, baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang
bersifat fungsional.[5] Dimaksudkan sebagai kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya
dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.[5] Tentunya terdapat ketentuan
khusus yang mendefinisikan keberadaan desa.[5]

TUJUAN DESA
Pemerintah negara Republik Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.[6]
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah
menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan
dibentuknya pemerintahan negara Indonesia.[6] Desa yang memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilindungi dan diberdayakan agar

menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kukuh dalam
melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. [6]
Dengan demikian, tujuan ditetapkannya pengaturan Desa dalam Undang-Undang ini merupakan penjabaran

lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (7) dan Pasal 18B ayat (2) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:
 memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan











keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia;
melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan
potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efsien dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab;
meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat
perwujudan kesejahteraan umum;
meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat
Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
memajukan
perekonomian
masyarakat
Desa
serta
mengatasi
kesenjangan
pembangunan nasional; dan
memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.


KEWENANGAN DESA
Dalam undang-undang tersebut juga diatur mandat dan kewenangan desa antara lain kewenangan berdasarkan
hak asal usul, kewenangan lokal berskala Desa, kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.[5] Serta kewenangan lain yang ditugaskan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.[5] Selain itu, jika dalam UU No 32 Tahun 2004, masa jabatan kepala desa 6
tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan. [4] Namun, pada UU Desa masa jabatan 6 tahun,
dapat menjabat paling banyak 3 kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak berturut-turut.[4] Dalam UU
No 32 Tahun 2004, desa adat hanya menyebutkan masyarakat hukum adat, tidak secara tegas menyebut desa
adat.[4] Sedangkan, dalam UU Desa, adanya ketentuan khusus mengenai desa adat, penataan desa adat,
kewenangan desa adat , pemerintah desa adat dan peraturan desa adat. [4] Artinya dalam UU Desa ini, dihormati kekhasan masing –masing daerah dimana dalam aturan sebelumnya itu tidak diatur secara tegas.[4]
anak-anak pedesaan yang terkena musibah Tsunami

Lebih lanjut, dalam aturan sebelumnya kewenangan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup
urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal–usul desa, urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/ kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, tugas pembantuan dari pemerintah,
pemerintah provinsi dan atau pemerintah kabupaten/desa, urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan
perundang-undangan diserahkan kepala desa.[4] Dalam UU Desa, kewenangan desa meliputi kewenangan
berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berkala desa, kewenangan yang ditugaskan pemerintahan daerah

provinsi, pemerintah kota/kabupaten dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.[4]
Serta Pemerintah Desa juga diberikan kewenangan untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong-royong.[3] BUMD itu bisa bergerak dibidang ekonomi,
pedagangan, pelayanan jasa maupun pelayanan umum lainnya sesuai ketentuan umum peraturan perundangundangan.[3] Dalam penjelasannya, disebutkan bahwa BUM Desa ini secara spesifik tidak bisa disamakan
dengan badan hukum seperti perseroan terbatas, CV atau koperasi karena tujuan dibentuknya adalah untuk
mendayagunakan segala potensi ekonomi, sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk kesejahteraan
masyarakat desa.[3]
Dengan kata lain, orientasi BUM Desa tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan.[3] Melainkan juga
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.[3] Sumber pendanaan BUM Desa juga dibantu oleh
pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa.[3]
Pemerintah mendorong BUM Desa dengan memberikan hibah dan atau akses permodalan, melakukan
pendampingan teknis dan akses ke pasar, dan memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya
alam di desa.[3]
[1]

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Dalam sejarah ketatanegaraan Republik


Indonesia terdapat perkembangan definisi mengenai daerah istimewa mulai dari BPUPKI (1945) sampai
dengan pengaturan dan pengakuan keistimewaan Aceh (2006) dan Yogyakarta (2012). Perkembangan definisi
inilah yang menyebabkan perbedaan penafsiran mengenai pengertian dan isi keistimewaan suatu daerah, yang
pada akhirnya menyebabkan pembentukan, penghapusan, dan pengakuan kembali suatu daerah istimewa.

DESA DAN PEMERINTAHAN DESA
Oleh Endra M Yusuf / Senin 27 Februari 2017 / Tidak ada komentar
1. Menurut Permen no 113 tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan.
2. Desa dan Pemerintahan Desa
3. Menurut Permen no 113 tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Desa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimana pun
di dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat
tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung pada
sektor pertanian (Edi Indrizal, 2006).

5. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah
keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepada Desa) atau
desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan.
6. Menurut Permen no 113 tahun 2014 Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

TUJUAN UU DESA DISAHKAN
Oleh Webadmin / Senin 10 April 2017 / Tidak ada komentar
Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan
umum.
Tujuan UU Desa Disahkan
Tujuan Undang-Undang Desa disyahkan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan
kesejahteraan umum.
2. Memberikan penghormatan pada desa, bahwa di Indonesia ini terdiri dari banyak desa yang beragam.
3. Memberikan kejelasan dan kepastian hukum desa berkaitan dengan sistem ketatanegaraan Indonesia
agar tercipta keadilan bagi seluruh masyarakat desa.
4. Menciptakan desa yang profesional, efektif, efesien, bertanggung jawab.
5. Memperkuat ekonomi desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional.
6. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

HAL-HAL
YANG
DAPAT
DIWUJUDKAN
PELAKSANAAN UU DESA NO 6 TAHUN 2014

DALAM

Oleh Endra M Yusuf / Senin 13 Maret 2017 / 1 Komentar
Menurut Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014 Pasal 82 dijelaskan peran serta masyarakat dalam
melakukan pemantauan dan pengawasan pembangunan dalam rangka terwujudnya tata kelola pemerintahan
desa yang baik.

1. Desa dapat membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Dengan dana yang dikucurkan langsung ke desa, maka dapat digunakan oleh desa untuk mendirikan
BUMDesa. Pengelolaan BUMDes sudah ditetapkan dalam peraturan desa. Hasih dari BUMDes dapat
digunakan untuk pengelolaan dan pengembangan usaha, untuk membangun desa, memberdayakan
masyarakat, kesejahteraan warga desa, pengentasan kemiskinan desa, dll.
2. Swasembada pangan.
Pemerintah menargetkan bahwa ke depan desa dapat mewujudkan swasembada pangan nasional. Dengan
dana desa tersebut dapat digunakan untuk pembuatan irigasi yang baik untuk memaksimalkan hasil pertanian.
Dana tersebut dapat digunakan untuk membangun infrastruktur pertanian agar diperoleh hasil pertanian yang
paling bagus.
3. Masyarakat dilibatkan dalam pemantauan dan pengawasan pembangunan desa.
Menurut Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014 Pasal 82 dijelaskan peran serta masyarakat dalam
melakukan pemantauan dan pengawasan pembangunan dalam rangka terwujudnya tata kelola pemerintahan
desa yang baik. Masyarakat desa sebagai pemilik desa mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan pelaksanaan pembangunan.
Selain itu, masyarakat juga dapat memantau langsung jalannya pemerintahan desa. Dari pantauan tersebut,
jika ada yang kurang tepat, maka dapat langsung dilaporkan kepada Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa.

STRUKTUR ORGANISASI DAN ADMINISTRASI DESA
Oleh Webadmin / Senin 24 April 2017 / Tidak ada komentar
Pemerintah Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat yang memiliki peran strategi untuk
mengatur masyarakat yang ada di perdesaan demi mewujudkan pembangunan pemerintah.
A. Struktur Organisasi Desa
Pemerintah Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat yang memiliki peran strategi untuk
mengatur masyarakat yang ada di perdesaan demi mewujudkan pembangunan pemerintah. Berdasarkan
perannya tersebut, maka diterbitkanlah peraturan-peraturan atau undang-undang yang berkaitan dengan
pemerintahan desa yang mengatur pemerintahan Desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal.
Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa, yang meliputi Sekretaris Desa dan lainnya.
Struktur organisasinya adalah sebagai berikut.

1. Kepala Desa
Kepala desa adalah pemerintah desa atau yang disebut
dengan nama lain yang dibantu perangkat desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa (UU RI No 6 Tahun 2014
Pasal 1 Ayat 3). Kepala desa bertugas menyelenggarakan
pemerintahan desa, dan pemberdayaan desa (UU RI No 6
Tahun 2014 Pasal 26 Ayat 1).
Kewajiban kepala desa menurut UU RI No 6 Tahun 2014
Pasal 26 Ayat 4 adalah:
 Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Desa Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Republik Indonesia,
dan Bhineka Tunggal Ika;
 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;
 Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;
 Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
 Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;

 Melaksanakan prinsip tata pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, professional, efektif dan
efisien, bersih serta bebas dari kolusi,korupsi dan nepotisme;
 Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di desa;
 Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;
 Mengelola keuangan dan aset desa;
 Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa;
 Menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa;
 Mengembangkan perekonomian masyarakat desa;
 Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat desa;
 Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di desa;
 Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; dan
 Memberikan informasi kepada masyarakat desa.
2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokrasi (UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 4 tentang UU Desa).
Fungsi BPD yang berkaitan dengan kepala desa yaitu (UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 55) adalah:
1. Membahas dan menyepakati Rencana Peraturan Desa bersama kepala desa;
2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan
3. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.
3. Sekretaris
Merupakan perangkat desa yang bertugas membantu kepala desa untuk mempersiapkan dan melaksanakan
pengelolaan administrasi desa, mempersiapkan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintah desa.
Fungsi sekretaris desa adalah:
 Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk kelancaran tugas kepala
desa;
 Membantu dalam persiapan penyusunan Peraturan Desa;
 Mempersiapkan bahan untuk Laporan Penyelenggara Pemerintah Desa;
 Melakukan koordinasi untuk penyelenggaraan rapat rutin;
 Pelaksana tugas lain yang diberikan kepada kepala desa.
4. Pelaksana Teknis Desa:
A. Kepala Urusan Pemerintah (KAUR PEM) Tugas Kepala Urusan Pemerintahan (KAUR PEM) adalah
membantu kepala desa melaksanakan pengelolaan administrasi kependudukan, administrasi pertanahan,
pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa, mempersiapkan bahan perumusan kebijakan
penataan, kebijakan dalam penyusunan produk hukum Desa. Sedangkan fungsi adalah:
Melaksanakan administrasi kependudukan.
Mempersiapkan bahan-bahan penyusunan perencanaan peraturan desa dan keputusan kepala desa.
Melaksanakan kegiatan administrasi pertanahan.
Melaksanakan kegiatan pencatatan monografi desa.
Mempersiapkan bantuan dan melaksanakan penataan kelembagaan masyarakat untuk kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan desa.
 Mempersiapkan bantuan dan dan melaksanakan kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan upaya
menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat dan pertahanan sipil.
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepada desa.






B. Kepala Urusan Pembangunan (KAUR PEMBANGUNAN) Tugas Kepala Urusan Pembangunan (KAUR
PEMBANGUNAN) adalah membantu kepala desa mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis
pengembangan ekonomi masyarakat desa, pengelolaan administrasi pembangunan, pengelolaan pelayanan
masyarakat serta menyiapkan bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas pembantuan. Sedangkan
fungsinya adalah:





Menyiapkan bantuan-bantuan analisa dan kajian perkembangan ekonomi masyarakat.
Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan
Mengelola tugas pembantuan
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.

C. Kepala Urusan kesejahteraan Rakyat (KAUR KESRA) Tugas Kepala Urusan kesejahteraan Rakyat (KUR
KESRA) adalah membantu kepala desa untuk mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis penyusunan
program keagamaan, serta melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan.
Sedangkan fungsinya adalah:





Menyiapkan bahan dan melaksanakan program kegiatan keagamaan.
Menyiapkan dan melaksanakan program perkembangan kehidupan beragama.
Menyiapkan bahan dan melaksanakan program, pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala desa.

D. kepala Urusan Keuangan (KAUR KEU) Tugas Kepala Urusan Keuangan (KAUR KEU) adalah membantu
sekretaris desa melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa, pengelolaan administrasi keuangan desa
dan mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa, serta laporan keuangan yang dibutuhkan desa. Sedangkan
fungsinya adalah:





Mengelola administrasi keuangan desa.
Mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa.
Membuat laporan pertanggungjawaban keuangan.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa.

E. Kepala Urusan Umum (KAUR UMUM) Tugas Kepala Urusan Umum (KAUR UMUM) adalah membantu
sekretaris desa dalam melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan kearsipan pengelolaan inventaris
kekayaan desa, serta mempersiapkan bahan rapat dan laporan. Sedangkan fungsinya adalah:
 Melakukan pengendalian, dan pengelolaan surat masuk dan surat keluar serta pengendalian tata
kearsipan desa.
 Melaksanakan pencatatan inventarisasi kekayaan desa.
 Melaksanakan pengelolaan administrasi umum.
 Sebagai penyedia, penyimpan dan pendistribusi alat tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan
peralatan kantor.
 Mengelola administrasi perangkat desa.
 Mempersiapkan bahan-bahan laporan.
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris desa.
5. Pelaksanaan Kewilayahan
Kepala Dusun (KADUS) tugas kepala dusun adalah membantu kepala desa melaksanakan tugas dan
kewajiban pada wilayah kerja yang sudah ditentukan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Fungsi
kepala dusun:








Membantu pelaksana tugas kepala desa di wilayah kerja yang sudah ditentukan.
Melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Melaksanakan keputusan dan kebijakan yang ditetapkan oleh kepala desa.
Membantu kepala desa melakukan kegiatan pembinaan dan kerukunan warga.
Membina swadaya dan gotong royong masyarakat.
Melakukan penyuluhan program pemerintah desa.
Sebagai pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.

B. Administrasi Desa
Administrasi Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2006 adalah keseluruhan proses
kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan Desa pada Buku
Administrasi Desa. Jenis dan bentuk Administrasi Desa menurut peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2006:
1. Administrasi Umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai kegiatan pemerintahan Desa
pada Buku Administrasi Umum, terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Buku Data Peraturan Desa.
Buku Data Keputusan Desa.
Buku Data Inventaris Desa.
Buku Data Aparat Pemerintah Desa.
Buku Data Tanah milik Desa/Tanah Kas Desa.
Buku Tanah di Desa.
Buku Agenda.

8. Buku Ekspedisi.
2. Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai penduduk dan mutasi
penduduk pada Buku Administrasi Penduduk, terdiri dari:
1.
2.
3.
4.

Buku Data Induk Penduduk Desa.
Buku Data Mutasi Penduduk Desa.
Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan.
Buku Data Penduduk Sementara.

3. Administrasi Keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai pengelolaan keuangan
desa pada Buku Administrasi Keuangan, terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.

Buku Anggaran.
Buku Kas Umum.
Buku Kas Harian Pembantu.
Buku Kas Pembantu Pajak.
Buku Kas Pembantu Bank.

4. Administrasi pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi pembangunan yang akan, sedang
dan telah dilaksanakan pada Buku Administrasi Pembangunan, terdiri dari:
1.
2.
3.
4.

Buku Rencana Pembangunan.
Buku Kegiatan Pembangunan.
Buku Inventaris Proyek.
Buku Kader-kader Pembangunan/Pemberdayaan masyarakat.

5. Administrasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut dengan BPD adalah kegiatan
pencatatan data dan informasi mengenai BPD, terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.

Buku Data Anggota BPD.
Buku Data Keputusan BPD.
Buku Data Kegiatan BPD.
Buku Data Agenda BPD.
Buku Ekspedisi BPD.

KEPEMILIKAN MASYARAKAT ATAS BUMDESA
Oleh Webadmin / Jumat 1 April 2016 / Tidak ada komentar
Seperti yang diuraikan sebelumnya, BUMDesa akan mewakili peran Pemerintah Desa dalam
pengembangan potensi ekonomi lokal dan dalam penyediaan layanan umum bagi warga Desa.
6. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Desa
7. Tinjauan Keterlibatan
8. Seperti yang diuraikan sebelumnya, BUMDesa akan mewakili peran Pemerintah Desa dalam
pengembangan potensi ekonomi lokal dan dalam penyediaan layanan umum bagi warga Desa. Sekilas
posisi dan peran BUM Desa akan mirip dengan BUMN dan BUMD di tingkat nasional dan pemerintah
daerah provinsi atau kabupaten/kota.
9. Namun Buku Bahan Bacaan bagi para pendamping desa No. 7 tentang BUM Desa yang diterbitkan
oleh Kementerian Desa dan PDDT mengingatkan bahwa frasa ‘kesatuan masyarakat hukum’ pada
definisi Desa telah menempatkan Desa sebagai organisasi campuran antara masyarakat
berpemerintahan (self governing community) dengan pemerintahan lokal (local self government):
10. Pemerintahan Desa berbeda dengan pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah tidak mengandung
unsur masyarakat, melainkan perangkat birokrasi. Pada sisi yang lain, Desa tidak identik dengan
Pemerintah Desa dan kepala Desa. Desa meliputi pemerintahan lokal dan sekaligus mengandung
masyarakat, yang keseluruhannya membentuk kesatuan hukum.
11. Pada BUMN misalnya, badan usaha benar-benar merupakan alat intervensi pemerintah pada tataran
perekonomian nasional. Kepemilikan pemerintah akan direpresentasikan oleh Menteri yang ditunjuk
dan diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham negara dan RUPS merupakan
organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusan.
12. Sangat berbeda konstalasi antara BUMN/BUMD dengan BUM Desa, dimana masyarakat Desa
berperan langsung dalam pengelolaan BUM Desa, sesuai dengan Permendes 4/2015 yang dapat
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

13.

14.
15. Berdasarkan pemetaan tahapan di atas, tampak bahwa masyarakat Desa melalui organ Musyawarah
Desa terlibat aktif dalam proses: inisiasi, pendirian (mencakup penetapan organisasi pengelola, modal
usaha dan AD/ART), menerima laporan perkembangan sekurangnya 2 kali setahun dan memberikan
pernyataan pailit.
16. Selain keterlibatan langsung melalui Musyawarah Desa, masyarakat Desa juga dapat terlibat melalui
mekanisme perwakilan warga di Badan Permusyawaratan Desa dalam hal penetapan Perdes Pendirian
BUM Desa dan pengawasan tanggungjawab Pemerintah Desa dalam melakukan pembinaan terhadap
BUM Desa, terutama pengawasan atas tanggungjawab Kepala Desa sebagai Penasihat BUM Desa.

PERBEDAAN ANTARA SISTEM DAN PROSEDUR
Oleh Admin KeuLSM / Jumat 27 September 2013 / Tidak ada komentar
Kata sistem berasal dari dari kata systema, dari bahasa Yunani, yang artinya himpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan atau sekelompok
elemen yang independen namun saling terkait menjadi satu kesatuan.
17. Perbedaan antara Sistem dan Prosedur
18. Sistem sangat terkait dengan STRUKTUR.
19. Sistem harus bisa dibaca secara VISUAL.
20. Sistem alat pendorong PERUBAHAN.
21. Sistem selalu TUMBUH.
22. Kata sistem berasal dari dari kata systema, dari bahasa Yunani, yang artinya himpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Atau juga bisa
diartikan: sekelompok elemen yang independen namun saling terkait sebagai satu kesatuan.
23. Setiap sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar dan terdiri dari berbagai sistem yang
lebih kecil, yang disebut subsistem.
24. Kata sistem berasal dari dari kata systema, dari bahasa Yunani, yang artinya himpunan bagian
atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan atau
sekelompok elemen yang independen namun saling terkait menjadi satu kesatuan.
25. Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan
kegiatan pokok organisasi.
26. Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu
departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi organisasi
yang terjadi berulang-ulang.
27. Jadi, suatu sistem terdiri dari jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan
klerikal.

PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA
Oleh Webadmin / Senin 10 Juli 2017 / Tidak ada komentar
Kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan bendahara desa.
Penetapan bendahara desa harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan
berdasarkan keputusan kepala desa.

28.
29. Penatausahaan Keuangan Desa
30. Kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan bendahara desa.
Penetapan bendahara desa harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan
berdasarkan keputusan kepala desa.
31. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk kepala desa untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan, membayar dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam
rangka pelaksanaan APBDes, Ardi Hamzah (2015). Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan
uang melalui laporan pertanggungjawaban.
32. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada kepala desa dan paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya. Menurut Permendagri No 113 tahun 2014 laporan pertanggungjawaban yang
wajib dibuat oleh bendahara desa adalah:
33. 1. Buku Kas Umum
34. Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas, baik secara tunai maupun kredit, digunakan juga untuk mencatat mutasi perbankan
atau kesalahan dalam pembukuan. Buku kas umum dapat dikatakan sebagai sumber dokumen
transaksi.
35. 2. Buku Kas Pembantu Pajak
36. Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran
yang berhubungan dengan pajak.

37. 3. Buku bank
38. Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran
yang berhubungan dengan uang bank.

DANA DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NO 6 TAHUN
2014
Oleh Webadmin / Senin 8 Mei 2017 / Tidak ada komentar
Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa desa nantinya pada tahun 2015 akan mendapatkan kucuran dana
sebesar 10% dari APEN. Dimana kucuran dana tersebut tidak akan melewati perantara.

39.
40. Dana Desa Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014
41. Undang-Undang yang baru saja dikeluarkan tentang Desa pada tahun 2014 yaitu, Undang-Undang
No.6 tahun 2014. Dimana dalam UU tersebut dijelaskan bahwa desa nantinya pada tahun 2015 akan
mendapatkan kucuran dana sebesar 10% dari APEN.
42. Dimana kucuran dana tersebut tidak akan melewati perantara. Dana tersebut akan langsung sampai
kepada desa. Tetapi jumlah nominal yang diberikan kepada masing-masing desa berbeda tergantung
dari geografis desa, jumlah penduduk, dan angka kematian.
43. Alokasi APBN yang sebesar 10% tadi, saat diterima oleh desa akan menyebabkan penerimaan desa
yang meningkat. Penerimaan desa yang meningkat ini tentunya diperlukan adanya laporan
pertanggungjawaban dari desa. Laporan pertanggungjawaban itu berpedoman pada Permen No 113
tahun 2014.

AKUNTANSI DESA, KEUANGAN DESA DAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DESA
Oleh Webadmin / Senin 22 Mei 2017 / Tidak ada komentar
Menurut Permendagri No 113 tahun 2014 Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Akuntansi Desa, Keuangan Desa dan Pengelolaan Keuangan Desa
Akuntansi desa adalah pencatatan dari proses transaksi yang terjadi di desa, dibuktikan dengan nota-nota
kemudian dilakukan pencatatan dan pelaporan keuangan sehingga akan menghasilkan informasi dalam bentuk
laporan keuangan yang digunakan pihak-pihak yang berhubungan dengan desa.

Pihak-pihak yang menggunakan informasi keuangan desa diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.

Masyarakat desa
Perangkat desa
Pemerintahan daerah
Pemerintahan pusat

Laporan keuangan desa menurut Permendagri No 113 tahun 2014 yang wajib dilaporkan oleh pemerintahan
desa berupa:
1.
2.
3.
4.
5.

Anggaran
Buku kas
Buku pajak
Buku bank
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban desa.
Menurut Permendagri No 113 tahun 2014 Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Pelaporan, Pertanggungjawaban, Pembinaan dan Pengawasan Desa
Oleh Webadmin / Selasa 25 Juli 2017 / Tidak ada komentar
Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada
bupati/walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran.

Pelaporan, Pertanggungjawaban, Pembinaan dan Pengawasan Desa
Pelaporan
Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 dan Ardi Hamzah (2015) dalam melaksanakan tugas, kewenangan,
hak, dan kewajiban, kepala desa wajib:
1. Menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota berupa:
 Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa, disampaikan paling lambat pada akhir
bulan Juli tahun berjalan.
 Laporan semester akhir tahun, disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
2. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) setiap akhir tahun anggaran kepada
bupati/walikota.
3. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada
bupati/walikota.
4. Menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah desa secara tertulis kepada BPD setiap
akhir tahun anggaran.
PertanggungJawaban

Permendagri No 113 Tahun 2014 pertanggungjawaban terdiri dari:
1. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada
bupati/walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Laporan ini ditetapkan peraturan
desa dan dilampiri:
 Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran berkenaan;
 Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran Berkenaan; dan
 Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.
2. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ,
disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.
Pembinaan dan Pengawasan
1. Pemerintah Provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan penyaluran Dana Desa, Alokasi Dana
Desa, dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah dari Kabupaten/Kota kepada Desa.
2. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.

Desa dan Pemerintahan Desa
Oleh Endra M Yusuf / Senin 27 Februari 2017 / Tidak ada komentar
Menurut Permen no 113 tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan.

DESA DAN PEMERINTAHAN DESA
Menurut Permen no 113 tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimana pun di
dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal
(secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung pada sektor pertanian
(Edi Indrizal, 2006).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga
yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepada Desa) atau desa merupakan
kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan.
Menurut Permen no 113 tahun 2014 Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan desa.

TUJUAN UU DESA DISAHKAN
Oleh Webadmin / Senin 10 April 2017 / Tidak ada komentar
Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan
umum.
Tujuan UU Desa Disahkan
Tujuan Undang-Undang Desa disyahkan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan
kesejahteraan umum.
2. Memberikan penghormatan pada desa, bahwa di Indonesia ini terdiri dari banyak desa yang beragam.
3. Memberikan kejelasan dan kepastian hukum desa berkaitan dengan sistem ketatanegaraan Indonesia
agar tercipta keadilan bagi seluruh masyarakat desa.
4. Menciptakan desa yang profesional, efektif, efesien, bertanggung jawab.
5. Memperkuat ekonomi desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional.
6. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

Uu desa pembangunan desa
1. 1. 1 PENGATURAN PEMBANGUNAN DESA BERDASARKAN UU NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG
DESA Tasikmalaya, 14 Juni 2014
2. 2. 2 Dana Desa Akan Masuk dalam RAPBN 2015 Jumat, 30 Mei 2014 | 18:15 WIBCIANJUR,
KOMPAS.com — Pemerintah telah merampungkan rancangan peraturan pemerintah (PP)
yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
Setelah PP disahkan, maka alokasi dana desa yang ada di dalamnya akan masuk ke
dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015.
"Rencananya, dengan PP yang dibuat ini, kemungkinan akan dimasukkan ke dalam APBN
2015. Soal detailnya, nanti setelah ditandatangani Presiden, baru nanti kita bicara lagi,"
ujar Menteri Keuangan Chatib Basri seusai melakukan rapat terbatas dengan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Cipanas, Jumat (30/5/2014).
3. 3.  Pengaturan Desa berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
 UU Desa menjamin adanya Kepastian Hukum bagi Desa.  Pihak-pihak yang
berkepentingan atas Desa wajib menjalankan UU Desa dimaksud. KEDAULATAN HUKUM
SEBAGAI PERWUJUDAN KEDAULATAN NEGARA
4. 4. KEDAULATAN HUKUM NKRI TUJUANASAS KEDUDUKA N POKOK-POKOK PENGATURAN
DESA UNDANG-UNDANG NO.6/2014 TENTANG DESA ATURAN PELAKSANAAN :
PERATURAN PEMERINTAH, PERATURAN MENTERI, PERATURAN DAERAH, PERATURAN
DESA UUD 1945
5. 5. 5 DEFINISI DESA Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
6. 6. 1. MEMBERIKAN PENGAKUAN DAN PENGHORMATAN ATAS DESAYANG ADA DENGAN
KEBERAGAMANYA 2. MEMBERIKAN KEJELASAN STATUS DAN KEPASTIAN HUKUM ATAS
DESA 3. MELESTARIKAN DAN MEMAJUKAN ADAT, TRADISI DAN BUDAYA MASYARAKAT 4.
MENDORONG PRAKARSA, GERAKAN DAN PARTISIPASI MASY 5. MEMBENTUK
PEMERINTAHAN DESA YANG PROFESIONAL, EFISIEN DAN EFEKTIF, TERBUKA,
BERTANGGUNGJAWAB 6. MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK GUNA PERWUJUDAN
KESEJAHTERAAN UMUM 7. MENINGKATKAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT 8.
MEMAJUKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA 9. MEMPERKUAT MASY. DESA SEBAGAI
SUBYEK PEMBANGUNAN 6 TUJUAN PENGATURANTUJUAN PENGATURAN
7. 7. 7 ASAS PENGATURAN DESA 1. rekognisi; 2. subsidiaritas; 3. keberagaman; 4.
kebersamaan; 5. kegotongroyongan; 6. kekeluargaan; 7. musyawarah; 8. demokrasi; 9.
partisipasi; 10.kesetaraan; dan 11.pemberdayaan. UU Desa : Pasal 3
8. 8. Asas Rekognisi Asas pengakuan dan penghormatan yang diamanatkan oleh konstitusi
dalam ilmu sosial disebut sebagai rekognisi. Rekognisi mencakup pengakuan keragaman
budaya untuk membangun keadilan budaya (cultural justice) serta pengakuan terhadap
kemandirian desa. Yang strategis adalah rekognisi terhadap: Hak Asal-Usul, Inisiatif
(prakarsa) dan produk hukum desa, tradisi dan institusi lokal.
9. 9. Asas Subsidiaritas ”masyarakat atau lembaga yang lebih tinggi kedudukannya harus
memberi bantuan kepada anggota-anggotanya atau lembaga yang lebih terbatas sejauh
mereka sendiri tidak dapat menyelesaikan tugas mereka secara memuaskan. Sedangkan
apa yang dapat dikerjakan secara memuaskan oleh satuan-satuan masyarakat yang
lebih terbatas jangan diambil alih oleh satuan masyarakat yang lebih tinggi”. Franz
Magnis-Suseno, 1987, Etika Politik : Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, hal. 307
10.10.  Asas subsidiaritas ini menjamin kewenangan lokal berskala Desa  Pihak-pihak
yang berkepentingan atas Desa berkewajiban memfasilitasi dan membantu desa untuk
berdaya mengelola secara mandiri urusan-urusan lokal berskala Desa  Konsekuensinya,
segala urusan lokal yang Desa dan yang mampu dikelola sendiri oleh Desa,
pelaksananya harus diserahkan kepada desa. Segala urusan lokal berskala Desa yang
mampu dikelola sendiri oleh Desa tidak boleh diambil alih dari Desa. 10 ASAS
SUBSIDIARITAS DALAM PENGATURAN DESA

11.11. 11 KEDUDUKAN DESA Desa berkedudukan di wilayah kabupaten/kota. UU Desa :
Pasal 5
12.12. KEDUDUKAN DESA
13.13. 13 KEWENANGAN DESA ∗ tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan •. PP 72/2005 Pasal 7 Urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan desa mencakup : UU Desa/2014 Pasal 18 d. kewenangan lain yang
ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Kewenangan
Desa meliputi: ∗ urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;
a. kewenangan berdasarkan hak asal usul; ∗ urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; b.
kewenangan lokal berskala Desa; c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan ∗ urusan
pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang- undangan diserahkan kepada
desa.
14.14. 14 KEWENANGAN DESA •. d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan. a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. kewenangan lokal berskala Desa; c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan Self
Governing Community Local Self Government
15.15. Musyawarah Desa (psl. 54) Kepala Desa (psl. 25 – 53) Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) (psl. 55 -65) Warga/Masyarakat Perangkat Desa (Pelayanan) Panitia (ad-hok)
BUMDes Klp. Special Interest Perwakilan Bagian Wilayah Desa • RPJM-Desa dan RKPDesa • APB-Desa • Peraturan Desa • Kinerja Pemerintah • Kerja Sama • RPJM-Desa •
Asset Desa • Hal-hal Strategis Prinsip Tata Kelola Desa •Check and balances antara
Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan desa. •Demokrasi perwakilan +
permusyawaran. •Proses demokrasi partisipatoris melalui Musdes Dipilih langsung Dipilih
secara Demokratis Lembaga Kemasyarakata n/Adat 15
16.16. MUSYAWARAH DESAMUSYAWARAH DESAMUSYAWARAH DESAMUSYAWARAH DESA 
penataan Desa;  perencanaan Desa;  kerja sama Desa;  rencana investasi yang
masuk ke Desa;  pembentukan BUM Desa;  penambahan dan pelepasan Aset Desa;
dan  kejadian luar biasa.  Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang
diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa, pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.  Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD DAN dilaksanakan
paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun.  Hal yang bersifat strategis meliputi:
17.17. 17 MUSYAWARAH DESAMUSYAWARAH DESA PASAL 80 PP NO 43/2014 TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESAPASAL 80 PP NO
43/2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
MUSYAWARAH DESAMUSYAWARAH DESA PASAL 80 PP NO 43/2014 TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESAPASAL 80 PP NO
43/2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA 1)
Musyawarah Desa diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa yang difasilitasi
oleh Pemerintah Desa. 2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikuti
oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat. 3) Unsur
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: 1. tokoh adat; 2. tokoh
agama; 3. tokoh masyarakat; 4. tokoh pendidikan; 5. perwakilan kelompok tani; 6.
perwakilan kelompok nelayan; 7. perwakilan kelompok perajin; 8. perwakilan kelompok
perempuan 9. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan 10.
perwakilan kelompok masyarakat miskin. 1. Selain unsur masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), musyawarah Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain
sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata tertib dan mekanisme pengambilan keputusan musyawarah Desa diatur dengan
Peraturan Menteri.
18.18. 19 DEFINISI PERATURAN DESA Peraturan Desa adalah peraturan perunda